Triwulan III - 2008 | DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara di Eropa maupun Asia. Krisis tersebut pada awalnya bermula dari pertumbuhan subprime mortgage yang sangat pesat ketika The Fed (Bank Sentral Amerika) menurunkan suku bunga sebesar 1% - 1,75%, yaitu sekitar tahun 2001-2004. Selain itu, modofikasi skim subprime mortgage yang mempermudah kepemilikan rumah membuat sektor properti mengalami booming (buble economic). Hal ini membuat sekuritas yang terkait dengan bisnis ini melambung tinggi nilainya. Pada tahun 2007, The Fed mulai menaikan suku bunganya hingga level 5,25%. Hal ini ternyata mengakibatkan banyak nasabah yang default (gagal bayar). Dampaknya bagi Perekonomian Global Sekuritas yang terkait (underlying) dengan subprime mortgage nilainya anjlok, sehingga investor mulai menjual portofolionya untuk menutup kerugian. Kemudian dana-dana yang ada di emerging market juga ikut ditarik, karena terkena sentimen negatif. Kebangkrutan lembaga keuangan AS, Lehman Brothers membuat pasar bertambah panik. Muncul ekspektasi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global, membuat pergerakkan harga minyak dan komoditi lainnya cenderung menurun karena didorong ekspektasi pelemahan permintaan dunia. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Negara United States United Kingdom China Japan India Malaysia Philippines Singapore Thailand Vietnam 2002 1.6 2.1 9.1 0.3 4.3 4.4 4.4 4.2 5.3 7.1 2003 2.5 2.7 10 1.4 7.3 5.5 4.9 3.1 7.1 7.3 2004 3.9 3.3 10.1 2.7 7.8 7.2 6.2 8.8 6.3 7.8 2005 3.2 1.9 10.4 1.9 9.2 5.2 5 6.6 4.5 8.4 2006 3.3 2.7 10.7 2.2 9.2 5.9 5.4 7.9 5 8.2 2007 2.2 2.9 10 2.3 8.4 5.5 5.8 5.5 4.5 8 2008f 1.5 2.7 10 1.5 7.8 5.8 5.8 5.7 4.8 7.8 Sumber : World Economic Outlook Update 2008 IMF, *) angka proyeksi | Kajian Ekonomi Regional NTT 1 Triwulan III - 2008 Harga Minyak Dunia Harga Komoditas Dunia Sep-08 Rincian (Indeks 2005=100) 275 225 175 Total Commodity Price Index Commodity Non-Fuel Price Index - Commodity Food and Beverage - Commodity Agricultural Raw Materials - Commodity Metals Price Index Commodity Fuel (energy) Index - Crude Oil (petroleum), Price index - Coal, Australian thermal coal - Coal, South African export price 2007 Jan-Sep mtm yoy 11.8 14.1 15.1 5.0 17.4 10.4 10.7 33.9 23.6 | 48.1 -9.9 16.2 -5.9 36.3 -6.0 2.6 -5.0 -0.7 -6.2 69.5 -11.6 68.6 -13.3 131.5 -5.3 136.6 -6.7 $/bbl Index (2005=100) 150 140 Indeks Komoditas Fuel 130 120 RATA-RATA* WTI 2006 66.1 2007 72.3 2008 ytd 111.6 Aug-08 116.6 Sep-08 104.5 Oct-08 84.1 $/bbl Minas 63.5 70.0 106.8 111.6 97.5 79.2 150 140 130 120 * Per 17 Oktober 2008 110 110 100 100 Sumber: IMF 90 Indeks Komoditas Nonfuel 125 W TI Minas 80 80 71.85 70 70 Indeks Komoditi Total 75 2005 2006 2007 Sumber: Bloomberg Sumber: IMF 90 64.86 60 60 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 2008 Dampaknya bagi Indonesia Tidak terkecuali bagi Indonesia secara umum. Hal ini memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia, yang tercermin dari ajloknya IHSG hingga level 1400 yang secara simultan menekan nilai tukar Rupiah melewati batas psikologis Rp 9.500,00 per $ US. Adanya tekanan bagi ekspor nasional dan investasi asing, serta adanya ketidakpastian terhadap harga komoditas yang akan berpengaruh terhadap prospek inflasi. Selain itu, bagi perbankan nasional dampaknya krelatif tidak dirasakan, karena kepemilikan bank nasional terhadap surat berharga yang bermasalah hanya sedikit. Pergerakkan Nilai Tukar Rupiah terhadap $ US 10500 Pergerakkan IHSG 4 Rp Exchange Rate Daily Volatility (RHS) Average Volatility (RHS) 10000 3.5 3 2.5 9500 2 9000 1.5 1 8500 0.5 8000 Jan‐06 0 Jul‐06 Jan‐07 Jul‐07 Jan‐08 Jul‐08 Dampaknya Bagi Provinsi NTT Bagi regional Provinsi NTT, gejolak ekonomi yang terjadi saat ini relatif belum berdampak terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan III-2008 pertumbuhan ekonomi NTT tercatat sebesar 5,31% ; y-o-y. Kondisi tersebut memang relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama. Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun | Kajian Ekonomi Regional NTT 2 Triwulan III - 2008 2008 lebih disebabkan karena pengaruh tekanan dari kenaikan harga BBM pada 3500 15% PDRB y-o-y 12% 3000 9% 2500 bulan Mei 2008 lalu. Hal ini secara 2000 otomatis menghambat kinerja konsumsi 1500 menjadi pendorong utama ekonomi NTT. Namun demikian, pada triwulan III-2008, 6% 3% 0% -3% -6% 1000 -9% 500 Rp miliar (terutama rumah tangga) yang selama ini | -12% 0 -15% I II III IV I 2005 II III 2006 IV I II III 2007 IV I II III 2008 kegiatan konsumsi relatif sudah mulai menunjukkan recovery dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi investasi, secara umum relatif belum mengalami perubahan siginifikan. Investasi di NTT cenderung bergantung kepada anggaran belanja modal pemerintah, bukan investasi swasta. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa, gejolak yang dialami oleh investor asing belum akan berdampak pada kinerja investasi di regional NTT. Dari sisi ekspor, melemahnya permintaan pasar internasional, yang berdampak pada penurunan harga beberapa komoditi ekspor Indonesia (sawit, karet, dll) juga relatif belum menunjukkan dampak yang signifikan bagi NTT. Hal ini dikarenakan pangsa ekspor bagi barang-barang/komoditi asal NTT tidak terkonsentrasi ke Amerika Serikat (AS). No 1 2 3 4 5 6 Negara Tujuan Timor Leste China Australia Jepang Hongkong Singapura Total 2006 14.866.204 488.689 216.334 2.875.766 139.255 18.586.247 Sumber : Disperindag Prov NTT 2007 14.390.415 5.268.593 594.995 3.527.231 204.000 693.249 24.678.482 2008* 25.521.289 2.329.003 136.024 1.057.920 22.000 29.066.236 Australia 0,47% Jepang 3,64% Hongkong 0,08% China 8,01% Timor Leste 87,80% * Sampai Agustus 2008 Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan sektor dominan masih tetap mengalami pertumbuhan 4,96%; y-o-y. Pertanian di NTT sebagian besar masih merupakan sistem pertanian marginal, dimana sangat bergantung pada kesuburan tanah dan faktor cuaca, bukan skala agrobisnis. Kemudian sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran), merespon pulihnya konsumsi yang tercermin dari ekspansinya pada triwulan III-2008 sebesar 6,43%; y-o-y. | Kajian Ekonomi Regional NTT 3 Triwulan III - 2008 50000 Konsumsi Semen y-o-y 40000 30000 100% 18000 80% 16000 60% 14000 40% 12000 20% 10000 6000 -20% 4000 -40% 10000 2000 -60% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -80% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2006 2007 Jml Pelanggan Bisnis 8000 0% 20000 | 2006 2008 Sumber : ASI 2007 2008 Sumber : PLN Wil NTT Kinerja perbankan NTT relatif tidak terpengaruh kondisi gejolak yang terjadi di pasar keuangan nasional. Asset, dana pihak ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit masing-masing mengalami perkembangan positif (y-o-y) sebesar 13,39%, 10,45% dan 10.500 30,68%. Kondisi tersebut secara 9.000 otomatis meningkatkan kinerja 7.500 6.000 NTT 4.500 menjadi 66,42%, dengan tingkat 3.000 kualitas kredit (NPLs) yang cukup 1.500 terkendali pada level 1,64%. Peningkatan kebutuhan asset dana kredit 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 perbankan miliar intermediasi 2006 biaya 2007 2008 hidup diperkirakan membuat masyarakat mengurangi alokasi saving, sehingga mengakibatkan pertumbuhan DPK sejak awal tahun hingga Agustus 2008 hanya di bawah 10,00%. Pada saat yang bersamaan, peningkatan kebutuhan biaya hidup juga mendorong pertumbuhan kredit konsumtif hingga diatas 30,00%. 40% 80% 10% 35% 70% 9% 30% 60% 25% 50% 20% 40% 15% 30% 10% 20% y-o-y DPK y-o-y Kredit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0% 2006 | Kajian Ekonomi Regional NTT 2007 2008 7% 6% Loan to Deposit Ratio Non Performing Loan 5% 4% 3% 2% 10% 1% 0% 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5% 8% 2006 2007 2008 4 Triwulan III - 2008 | Perkembangan tren tingkat suku bunga yang terjadi saat ini, cukup mempengaruhi tingkat penyerapan DPK di NTT, yang pada akhir September 2008 tercatat tumbuh 10,45%; y-o-y. Dengan tingkat LDR perbankan NTT sebesar 66,42%, ketatnya likuiditas pada dasarnya belum dirasakan di Provinsi NTT. Kemudian terkait perkembangan nilai tukar Rupiah saat ini, perbankan NTT juga relatif aman dari risiko nilai tukar. Hal ini dikarenakan perbankan NTT belum ada yang menyalurkan kredit dalam bentuk valas, maupun penempatan dalam surat-surat berharga valas. | Kajian Ekonomi Regional NTT 5