BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Setiap jenis usaha dalam berbagai bidang baik pemerintah maupun swasta membutuhkan aktivitas pemasaran untuk memasarkan produk atau jasa kepada masyarakat dengan tepat dan terorganisir dengan baik sehingga tepat sasaran dan tepat guna. Kotler & Keller (2009, hal. 5) mendefinisikan marketing management sebagai “the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers through creating, delivering, and communicating superior customer values”. Pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar untuk dijadikan sebagai sasaran dan meraih, mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Sedangkan menurut Sammeng (2000) pemasaran adalah suatu fungsi manajemen yang mengorganisasikan dan mengarahkan semua kegiatan bisnis yang berhubungan dengan penelusuran segala kebutuhan konsumen dan merubah kemampuan beli konsumen menjadi permintaan efektif atas produk atau jasa tertentu kemudian mengalihkan produk atau jasa itu ke pembeli atau pemakai sehingga memperoleh keuntungan sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan atau suatu organisasi. Dalam pemasaran juga terdapat inti konsep pemasaran yaitu berangkat dari kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia, dari kebutuhan-kebutuhan ini dapat diubah menjadi keinginan ketika diarahkan ke objek-objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Sedangkan permintaan adalah keinginan akan suatu produk atau jasa tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar atau daya beli (Kotler dan Keller, 2009). Tujuan pemasaran adalah berorientasi kepada pasar untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, memberikan pengarahan bagi kegiatankegiatan penjualan yang menguntungkan dan mengkoordinasikan kegiatan pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Jadi, tujuan pemasaran bukan hanya untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang 10 mudah dihasilkan dan kemudian berusaha menjualnya. Pemasaran harus bertitik tolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen dengan memperkirakan sekaligus menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen serta penyerahan barang dan jasa yang memuaskan secara efektif dan efisien. 2.1.1 Pemasaran Pariwisata Pemasaran pariwisata (tourism marketing) menurut Muljadi (2009). Pemasaran pariwisata adalah sebuah upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan wisatawan, serta menawarkan produk wisata berdasarkan keinginan dan kebutuhan wisatawan dengan maksud agar usaha pariwisata dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada wisatawan sehingga wisatawan dapat merasa puas akan produk wisata yang ditawarkan. Menurut UU no 10 tahun 2009 memberikan pengertian bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan dari kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud dari kebutuhan setiap individu dan negara serta mencakup interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Kegiatan kepariwisataan dapat dilihat dari konteks ketersediaan dan permintaan yang merupakan komponen pasar kepariwisataan. Ketersediaan adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi atau dinikmati oleh wisatawan yang dibentuk oleh berbagai faktor yang kemudian hasilnya dapat dikatakan sebagai produk wisata. Sedangkan Permintaan adalah wisatawan dan segala sesuatu yang melekat pada diri wisatawan yang ditimbulkan oleh berbagai faktor yang kemudian membentuk apa yang disebut dengan citra wisata. Dalam sisi permintaan meliputi minat dan kemampuan masyarakat untuk berwisata yang dipengaruhi oleh karakteristiknya masing-masing. Permintaan terhadap produk wisata merupakan fungsi dari kecenderungan dan hambatan untuk membeli produk wisata. Kecenderungannnya dipengaruhi faktor psikografis dan faktor demografis (status sosial ekonomi), dan faktor-faktor yang dapat menghambat adalah jarak, ekonomi, budaya, pelayanan, kualitas pelayanan, dan musim (Yoeti, 1997). 11 2.1.2 Bauran Pemasaran Setiap orang yang memutuskan untuk membeli produk pariwisata dipengaruhi promosi yang dilakukan oleh penyedia produk, dengan menilai produk yang ditawarkan dan mempertimbangkan pembelian produk berdasarkan tingkat harga yang ditawarkan dan akhirnya berpikir tentang seberapa mudah produk tersebut bisa didapat dan dibeli. Hal ini merupakan bauran pemasaran yang berhubungan dengan 4 P yaitu product, price, promotion, dan place. Bauran pemasaran tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut menurut Pitana dan (2009): Diarta Bauran Pemasaran Produk Harga Promosi Distribusi Promosi - Advertising - Promosi Penjualan - Penjualan Personal - Humas - Penjualan Langsung Distribusi - Lokasi - Aksesibilitas - Kenyamanan - Transport - Gudang - Saluran Target Pasar Produk - Pelayanan - Kualitas - Jangkauan - Merek - Keunggulan - Garansi Harga - Biaya - Pemotongan Harga - Skimming - Kredit Gambar 2.1 Bauran Pemasaran Sumber : Pitana dan Diarta (2009, hlm 173) Hal yang terpenting sebagai awal dalam penentuan strategi bauran pemasaran yang baik adalah dengan menentukan target pasar dengan jelas. Peranan dari target pasar sangat penting dalam menentukan perbedaan pendekatan strategi bauran pemasaran yang akan dipakai. Pada akhirnya target pasar merupakan fokus dari semua kegiatan bauran pemasaran yang meliputi produk, 12 harga, promosi, dan distribusi. Segmentasi dan target pasar merupakan pusat dari aktivitas pemasaran yang efektif dan efisien karena dari kedua hal tersebut adalah indikator dalam strategi bauran pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen dari grup atau segmen yang berbeda-beda agar konsumen merasa puas. 2.1.2.1 Bauran Pemasaran Pariwisata Dalam kegiatan pemasaran indutri pariwisata terdapat bauran pemasaran pariwisata. Menurut Morrison dalam Sugiama (2011). Bauran pemasaran pariwisata terdiri dari 8 P yaitu Product, People, Packaging, Programming,Place, Promotion, Partnership, dan Pricing. 1. Product Produk yang dapat ditawarkan di industri pariwisata beraneka ragam yang dikenal dengan product mix. Didalam product mix tersebut terdapat outdoor recreational, culture, dan event attraction. Berdasarkan ketiga jenis wisata tersebut dapat mempengaruhi wisatawan dalam menentukan keputusan membeli pada produk wisata yang ditawarkan 2. People Dalam industri pariwisata melibatkan banyak peran orang-orang yang mengelola kepariwisataan pada kegiatannya. Seperti halnya dalam menyediakan kebutuhan tenaga kerja ahli dalam memasarkan dan menyajikan layanan wisata menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Kegiatan pariwisata juga akan berjalan apabila didalamnya terdapat orangorang yang ahli dalam menjalankan kegiatan wisata tersebut. Sehingga apabila suatu tepat wisata dijalankan oleh orang-orang yang ahli dan kompeten maka tempat wisata tersebut akan berjalan dengan baik. 3. Packaging Paket dibuat sebagai alat penawaran produk wisata yang berisi unsur-unsur seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, makanan, program wisata dan fasilitas-fasilitas lain yang berhubungan dengan dengan jasa pariwisata. Packaging atau pengemasan produk menjadi sebuah paket wisata sangat berpengaruh terhadap keputusan membeli wisatawan. Dalam packaging juga terdapat kebutuhan wisatawan yang beragam termasuk 13 wisata agar kebutuhan wisatawan terpuaskan. 4. Programming Rancangan pemasaran produk wisata harus dilakukan secara sistematis dan terorganisir terutama dalam menghadapai persaingan pasar yang semakin ketat antar perusahaan. Kemampuan dalam menyusun rencana perusahaan dan rencana bisnis wisata yang rinci serta terarah adalah didalamnya keinginan dan kenyamanan wisatawan dalam sebuah destinasi tuntutan yang mutlak dalam mengahadapi persaingan bisnis. Program wisata merupakan salah satu bentuk dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata. Program wisata dirancang terdiri dari berbagai fasilitas perjalanan wisata untuk wisatawan yang didalamnya merupakan perpaduan produk jasa seperti aktifitas wisata, manfaat yang di dapat wisatawan dan interaksi antar wisatawan dan pelaku wisatawan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah wisatawan dalam melakukan perjalanan sehingga dapat dengan nyaman dan tenang menikmati perjalanan. 5. Place Perusahaan perlu merencanakan tempat sebagai target pasar yang dituju dalam memasarkan produknya. perusahaan harus dapat memilih pangsa pasar yang tepat dan strategi pendistribusian layanan kepariwisataan yang sesuai. Penentuan tempat yang sesuai dengan target pasar yang ditentukan sangat penting untuk menarik wisatawan yang diperkirakan akan membeli dan memilih produk yang ditawarkan. 6. Promotion Promotion mix mencakup periklanan promosi penjualan, personal selling, dan publisitas. Banyak media yang dapat digunakan untuk mempromosikan layanan wisata antara lain media televisi, radio, majalah, koran, buletin. 7. Partnership Partnership merupakan upaya dalam membangun kemitraan dengan perusahaan kepariwisataan lain untuk bekerjasama dalam melayani wisatawan suapaya wisatawan merasa puas dan nyaman. Kerjasama 14 kemitraan ini dapat dilakukan dengan perusahaan lain baik secara horisontal maupun secara vertikal. 8. Pricing Penentuan harga pada suatu produk sangat penting dan keputusan mengenai kebijakan harga adalah termasuk kebijakan strategis. Faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya harga adalah tingkat kualitas layanan.penentuan harga harus memperhatikan pertimbangan seperti daya beli masyarakat dan situasi serta kondisi perekonomian yang sedang tejadi di masyarakat. 2.1.3 Model AIDA Model AIDA adalah salah satu model hierarki respon konsumen yang cukup populer bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Model AIDA menurut Kotler (2003) memperlihatkan bagaimana konsumen melewati tahap perhatian (attention), minat (interest), kehendak (desire), dan tindakan (action). a) Attention Menarik perhatian adalah tugas pertama dari promosi. Promosi harus dapat menarik minat khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar atau pemirsa. b) Interest Mempertahankan minat bukanlah hal yang mudah. Perhatian konsumen harus lebih ditingkatkan sehingga timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci di dalam diri konsumen. Untuk itu mereka harus dirangsang agar mau membaca dan mengikuti bentuk-bentuk promosi yang disampaikan. c) Desire Suatu bentuk promosi yang menarik perhatian konsumen dengan kata-kata maupun ilustrasi yang indah akan terbuang sia-sia jika pesan tersebut tidak berhasil menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menggunakannya. 15 d) Action kata yang tepat agar konsumen bergerak melakukan respon sesuai dengan yang diharapkan adalah suatu pekerjaan yang sulit. Salah satu yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan kata-kata atau kalimat perintah dalam pesan. Mendorong tindakan merupakan tugas akhir suatu promosi. Memilih kata- 2.2 Karakteristik Produk Wisata Produk wisata merupakan suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata, yang dikemas dalam satu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati, apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut telah dilakukan dan dapat memberikan pengalaman baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut. Pada dasarnya, produk wisata memiliki karakteristik yang unik berikut ini (Ismayanti, 2010). a) Intangible, produk yang ditawarkan adalah sesuatu yang abstrak tidak berbentuk dan tidak dapat dibawa atau disimpan untuk dipertunjukan kepada orang lain, yang didapat hanya sebuah pengalaman dalam berwisata dan kepuasaan atas apa yang telah dilakukan dan dinikmati. b) Inseparable, Proses produksi jasa wisata dilakukan pada saat yang bersamaan dengan proses konsumsi jasa wisata. Kegiatan wisata membutuhkan interaksi antara wisatawan sebagai pengguna jasa dengan tuan rumah sebagai penyedia jasa wisata yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. c) Volatility, pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pribadi, sosio-budaya, pengetahuan dan pengalaman dari segi sisi wisatawan. d) Keragaman, bentuk pelayanan di industri pariwisata cukup sulit distandardisasikan karena jasa diberikan oleh manusia dengan keterampilannya dan keunikannya masing-masing yang pastinya berbedabeda satu sama lain. 16 e) Perishable, sifat rapuh atau mudah rusak karena pada jasa yang ditawarkan dalam pariwisata yang tidak dapat disimpan atau dikonsumsi dikemudian hari. f) Seasonity, musiman merupakan sifat yang paling unik dari kegiatan (peak season) dan adakalanya hanya sedikit orang (low season) yang melakukan manusia yang dinamis, adakalanya mengalami musim ramai perjalanan wisata. g) No-ownership, wisatawan adalah pembeli, tetapi tidak dapat memiliki apa yang telah dibeli dan bayarkan. Yang didapatkan adalah sebuah pengalaman dan kepuasaan dari apa yang dinikmati. Dari karakterisstik produk wisata ini dapat diketahui bahwa produk yang ditawarkan dalam jasa wisata sangat berbeda jauh dengan produk berupa barang yang nyata. Karakteristik yang dipunyai oleh produk jasa wisata sangat unik. 2.2.1 Atraksi Wisata Sebagai Produk 1) Tourist Attraction atau Atraksi wisata Muljadi (2009) mengungkapkan atraksi wisata adalah segala sesuatu baik itu berupa daya tarik wisata alam dan budaya yang menarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu daerah tujuan wisata. Setiap daerah tujuan wisata memiliki daya tarik yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan menurut (Wardiyanto dan Baiquni, 2011) atraksi wisata adalah sesuatu yang menjadi daya tarik dan dapat membuat wisatawan terkesan yang akan tercermin berupa rasa puas, rasa nyaman, dan rasa nikmat pada wisatawan yang melihatnya atau melaksanakannya. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 (dalam Ismayanti, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata adalah segala daya tarik baik alam, budaya maupun man-made yang menarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu daerah tujuan wisata yang juga memiliki keunikan, keindahan dan nilai didalamnya dan dapat membuat wisatawan terkesan berupa rasa puas, nyaman, nikmat pada saat melihat atau melaksanakannya. 17 Dibawah ini adalah jenis atraksi wisata yang biasanya banyak ditampilkan didaerah tujuan wisata : A. Atraksi wisata alamiah (Natural Tourist Attraction). Jenis atraksi wisata ini menampilkan segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam (laut, pantai, gunung, lembah, ngarai, danau, sungai, hutan dan sebagainya). B. dibagi dua yaitu: a) Atraksi budaya kesenian (tarian, upacara adat, lagu, dan lain-lain), Atraksi buatan manusia (man made tourist attraction). Jenis atraksi ini C. b) Atraksi hasil karya cipta (bangunan fisik, hasil seni pahat, seni lukis dan lain-lain). Atraksi wisata special interest Atraksi wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk, karena dapat memberikan suatu rangsangan bagi terselenggaranya suatu perjalanan, hal ini biasanya terjadi pada daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan atraksi wisata yang sangat tinggi. 2.2.2 Atraksi Wisata Menurut Wardiyanto dan Baiquni (2011, hlm. 20) Atraksi wisata juga mempunyai unsur yang terdiri dari tiga fitur daya tarik wisata, yaitu: a) Sesuatu yang bersifat alam, atas dasar fitur lingkungan alam, misalnya ekologi lingkungan, suasana alam pedesaan, suasana pegunungan, pemandangan pantai, flora dan fauna langka. b) Sesuatu yang merpakan hasil budaya yang berupa produk fisik, misalnya ritual keagamaan, bangunan makam, makanan, museum, candi, dan bangunan-bangunan bersejarah. c) Sesuatu yang berupa perilaku atau kegiatan manusia dan dikemas secara khusus sebagai atraksi wisata misalnya gaya hidup, pelaksanaan ritual agama, kehidupan keseharian masyarakat. Menurut Ismayanti (2010) Pariwisata alam merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan daya tarik wisata alam dan usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Daya tarik yang dimaksud adalah 18 berupa alam yang terbentuk karena hasil ciptaan Tuhan, seperti gunung, pantai, air. Tata lingkungan yang alami, misalnya danau dan tata lingkungan hasil budidaya manusia seperti perkebunan dan peternakan. Selain atraksi wisata alam ada pula yang disebut dengan atraksi wisata budaya. Menurut Koentjaraningrat dalam Syafiie (2009) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang merupakan milik dari manusia dan dijadikan sebagai pedoman dalam belajar. Kebudayaan dekat kaitannya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu eksak maupun ilmu-ilmu sosial. Budaya dapat meliputi antara lain: a) Sistem Mata Pencaharian b) Sistem Pendidikan c) Sistem Persembahan d) Sistem Seni e) Sistem Moral f) Sistem Hukum g) Sistem Olahraga Menurut Ismayanti (2010) pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara dan pengalaman yang menggambarkan suatu bangsa atau suku bangsa dengan masyarakat. Pariwisata budaya memanfaatkan kekayaan budaya sebagai potensi wisata dan budaya dapat dibedakan menjadi tiga wujud, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. a) Gagasan (wujud ideal) Wujud Kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide gagasan, nilai, norma, peraturan yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Terletak pada pikiran masyarakat. 19 b) Aktivitas (tindakan) masyarakat. Sering disebut dengan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas aktivitas manusia seperti saling berinteraksi, mengadakan kontak, dan bergaul dengan manusia lain menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud Kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam c) Artefak (karya) Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Berdasarkan wujud tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu: a. Kebudayaan Material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi. b. Kebudayaan Nonmaterial Kebudayaan nonmaterial merupakan ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. Berdasarkan wujud dan komponen tersebut, pengusahaan daya tarik wisata budaya mencoba menonjolkan sebuah daya tarik sebagai berikut: a. Situs arkeologi, sejarah dan budaya, seperti monument, gedung bersejarah, rumah ibadah, daerah atau kota sejarah (medan perang), situs purbakala, museum. b. Pola kehidupan masyarakat, kebudayaan yang terbentuk adat-istiadat, busana, upacara keagamaan, tradisi, gaya hidup. c. Seni dan kerajinan tangan, baik berwujud atau tak berwujud, seperti tari, drama, patung, arsitektur. 20 d. Kegiatan ekonomi masyarakat berupa perkampungan nelayan, kehidupan petani. e. Festival budaya baik yang rutin setiap bulan atau kegiatan tahunan masyarakat, seperti upacara panen padi, festival layang-layang. Banyak para wisatawan yang datang ke suatu daerah atau negeri karena daya tarik budayanya. Apalagi kalau budaya tersebut jauh berbeda dari budaya mereka, atau sebaliknya pada tempat yang jauh berbeda lalu ditemukan budaya sama, sudah tentu merasa heran dan ingin mengetahui kesamaan tersebut. yang Atraksi wisata man-made adalah atraksi yang dibuat sengaja oleh manusia yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung seperti taman rekreasi, theme park, museum atau gallery, kebun binatang, taman safari atau area outbond. Pada saat sekarang ini juga menjadi sebuah pilihan untuk berwisata ke jenis wisata man-made yang pada saat ini mulai dilirik oleh wisatawan sebagai pilihan dalam berwisata. 2.3 Perilaku Wisatawan Setiap wisatawan yang melakukan perjalanan memiliki cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya baik dalam pola membeli ataupun dalam pola menikmati perjalanan tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan kepuasan dan pengalaman berwisata. Sebuah keputusan perjalanan wisatawan pada umumnya didasari pada pertanyaan-pertanyaan berikut (Ismayanti, 2010, hlm. 25-26): a) Mengapa anda melakukan perjalanan wisata? b) Apa yang anda akan dapatkan? c) Kepada siapa anda bertanya dan mengurus perjalanan wisata? d) Dimana destinasi yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan anda? e) Kapan sebaiknya anda melakukan perjalanan wisata? f) Bagaimana caranya? g) Dengan siapa anda melakukan perjalanan? 21 Menurut Wahab dkk dalam Ismayanti (2010) setiap wisatawan memiliki konsep perilaku pembelian dengan keunikan masing-masing dalam keputusan pembelian karena berwisata adalah kegiatan pengembangan modal tidak nyata, berhubungan erat dengan pendapatan dan pengeluaran, tidak dipesan secara instan dan melibatkan perencanaan keputusan. Pembelian wisata merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan perencanaan dan proses pemikiran yang masuk akal. Menurut Kotler dan Keller (2009, hlm. 189) “ Tourist behavior is study of how individuals, group, and organizations select, buy, use and dispose of goods, service, ideas, or experience to satisfy their needs and wants.” Perilaku wisatawan adalah mempelajari bagaimana individu, kelompok atau organisasi untuk memilih, membeli, menggunakan atau mengeksekusi baik itu barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut Engel dkk dalam Mangkunegara (2009) Perilaku wisatawan adalah sebagai tindakantindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha untuk memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Menurut Riyanto (2012) beberapa sifat dari perilaku wisatawan diantaranya: 1. Tourist Behavior is Dynamic Dinamis karena proses berpikir, merasakan dan aksi dari setiap individu wisatawan, kelompok,dan organisasi selalu berubah-ubah secara konstan. 2. Tourist Behaviour Involves Interaction Dalam perilaku wisatawan terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan dan tindakan manusia serta lingkungan. Semakin dalam mengetahui sejauh mana interaksi tersebut maka akan semakin mengetahui kebutuhan dan keinginan dari wisatawan. 3. Tourist Behaviour Involves Exchange Perilaku wisatawan melibatkan pertukaran antara manusia dengan kata lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya. 22 Menurut Kotler dan Keller (2009) ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi perilaku wisatawan yaitu: a) Faktor Budaya Budaya, sub budaya, kelas sosial akan banyak mempengaruhi perilaku wisatawan, yang menjadi sebuah dasar dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Faktor sub budaya seperti kebangsaan, kepercayaan, rasdan area geografi juga akan berpengaruh banyak pada perilaku wisatawan dalam melakukan perjalanan. b) Faktor Sosial Faktor sosial terdiri dari referensi keluarga, kelompok, dan aturan sosial dan status yang akan berpengaruh besar pada keputusan dalam melakukan perjalanan wisata. c) Faktor Personal Keputusan berkunjung dipengaruhi oleh karakteristik personal seperti kategori umur, dan daur hidup, pekerjaan dan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, gaya hidup dan nilai. d) Faktor Psikologi Pemasar dan lingkungan mempengaruhi untuk masuk dalam kesadaran wisatawan dan mengatur proses kejiwaannya yang menggabungkan dengan karakteristik keyakinan wisatawan untuk menghasilkan proses keputusan. Terdapat empat kunci proses psikologi yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori merupakan hal dasar yang mempengaruhi tanggapan wisatawan. Menurut Weaver & Lowton dalam Pavule (2006) adanya faktor penarik konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa. Faktor penarik itu didefinisikan sebagai sesuatu kekuatan yang dapat membantu untuk merangsang sebuah produk wisata dengan menarik konsumen kepada suatu destinasi tertentu. Faktor penarik tersebut sebagai berikut (Pavule, 2006): a. Aksesibilitas. Sarana dan infrastuktur yang baik seperti transportasi, telepon umum, ketertiban jalan raya, trotoar untuk pejalan kaki dan lain-lain dapat 23 destinasi. b. Ketersediaan jasa atau servis. Kesuksesan suatu produk pariwisata seringkali ketersedian atas fasilitas-fasilitas jasa, seperti akomodasi, makanan dan bergantung pada minuman, travel agency, Souvenir, iklan media masa dan lain-lain. c. Budaya. menjadi faktor penarik utama bagi wisatawan dalam memilih negara Salah satu dari empat motivasi berpergian adalah budaya. Berarti keinginan untuk memperoleh pengetahuan negara lain, seperti musik, seni, tari, cerita rakyat dan agama. Sedangkan menurut Ross dalam Pavule (2006) Tourist ingin mencari pengalaman lain dalam hal budaya yang mana berhubungan dengan budaya mereka sendiri. d. Stabilitas politik dan keamanan. Stabilitas politik dan keamanan suatu daerah atau negara merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan negara destinasi. e. Ketersediaannya atraksi. Kemampuan suatu destinasi untuk menarik konsumen bergantung oleh beberapa faktor, seperti kualitas, kuantitas, keanekaragaman, keunikan dari suatu atraksi atau hiburan. Ketersedian suatu atraksi merupakan bagian yang vital untuk menciptakan permintaan pariwisata karena atraksi-atraksi adalah suatu produk yang di jual kepada pengunjung. Adapula faktor pendorong yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan perjalanan menurut Dann dalam Pitana dan Gayatri (2005) pendorong utama seseorang untuk melakukan perjalanan wisata adalah untuk melepaskan diri dari tekanan psikis dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa faktor pendorong menurut Ryan dalam Pitana dan Gayatri (2005) diantaranya: 1. Escape, karena ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxation, keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape. 24 3. Play, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4. Strengthening family bond, ingin mempererat hubungan kekerabatan khususnya dalam konteks VPR (Visiting Friend and Relation). 5. Prestige, untuk menunjukan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial. 6. Social interaction, untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance, keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis. 8. Educational opportunity, keinginan untuk melihat sesuatu yang baru. 9. Self-fulfilment, keinginan untuk menemukan diri sendiri karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemkan daerah atau orang yang baru. 10. Wish-fulfilment, keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicita-citakan sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. 2.3.1 Minat Wisatawan Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang akan lakukan. Woodworth dan Marquis (dalam Sab’atun, 2001) berpendapat, minat merupakan suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan obyek yang menarik baginya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya. Apabila individu menaruh minat terhadap sesuatu hal ini disebabkan obyek itu berguna untuk memenuhi kebutuhannya. 25 Menurut Gunarso (dalam Wibisaputra, 2011) mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan obyek tersebut. Blum dan Balinsky (dalam Sumarni, 2000) membedakan minat menjadi dua, yaitu: a. Minat subyektif adalah perasaan senang atau tidak senang pada suatu obyek yang berdasar pada pengalaman. b. Minat obyektif adalah suatu reaksi menerima atau menolak suatu obyek disekitarnya. Jones (dalam Handayani, 2000) membagi minat menjadi dua, yaitu: a. Minat instrinsik yaitu minat yang berhubungan dengan aktivitas itu sendiri dan merupakan minat yang tampak nyata. b. Minat ekstrinsik yaitu minat yang disertai dengan perasaan senang yang berhubungan dengan tujuan aktivitas. Antara kedua pembagian minat tersebut seringkali sulit dipisahkan pada minat intrinsik kesenangan itu akan terus berlangsung dan dianjurkan meskipun tujuan sudah tercapai, sedangkan pada minat ekstrinsik kemungkinan bila tujuan tercapai, maka minat akan hilang. Menurut Syamsudin (dalam Lidyawati, 1998) minat terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Minat spontan, yaitu minat yang secara spontan timbul dengan sendirinya. b. Minat dengan sengaja, yaitu minat yang timbul karena sengaja dibangkitkan melalui rangsangan yang sengaja dipergunakan untuk membangkitkannya. Berdasarkan beberapa teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu minat subyektif, minat obyektif, minat instrinsik, minat ekstrinsik, minat spontan dan juga minat dengan sengaja yang pada dasarnya kesemua jenis minat tersebut dapat timbul karena adanya rangsangan. 26 Super dan Crites (Lidyawati, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu: a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain. b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah. c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pembelanjaan. e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang. Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi: 1. Rendah Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat 2. Sedang Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera. 3. Tinggi Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera. Minat dapat ditimbulkan dengan cara (Effendi dan Praja, 1993): a) Membangkitkan suatu kebutuhan. b) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau. c) Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik. 27 Faktor timbulnya minat dilihat dari internalnya, menurut Crow and Crow dalam Purwanto (2004), terdiri dari tiga faktor : 1) Faktor Dorongan Dari Dalam Rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Faktor dorongan dalam seperti persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan, prestasi yang diharapkan. 2) Faktor Motivasi Sosial Minat dalam upaya untuk mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat unutk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperolah penghargaan dari keluarga atau teman. 3) Faktor Emosional Minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. Minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut: a) Minat adalah suatu gejala psikologis b) Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik c) Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi sasaran d) Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan. Berdasarkan penjelasan diatas maka minat wisatawan adalah suatu gejala psikologis dengan adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari suatu subyek karena ketertarikan, perasaan senang dan adanya kemauan, keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi seseorang untuk melihat, melakukan atau mengunjungi suatu objek wisata yang dicerminkan oleh perilaku prospek wisatawan. 28 Dalam industri pariwisata minat wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan oleh Youell (1997) sebagai berikut: 1. The availability of leisure time, merupakan adanya ketersedian waktu yang dimiliki oleh wisatawan untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. 2. Personal mobility, mempunyai kemampuan dan memiliki kendaraan pribadi untuk mencapai tempat-tempat wisata dengan mudah. 3. Provision of facilities, suatu daerah yang menyediakan berbagai fasilitas dengan harga terjangkau akan mempengaruhi minat wisatawan untuk datang. 4. Culture and demography, faktor-faktor seperti usia, pekerjaan, status, jenis kelamin, pendidikan, kelas sosial dan kepribadian akan mempengaruhi minat wisatawan. 2.4 Wisatawan WTO dalam Marpaung (2002) berpendapat mengenai wisatawan sebagai berikut: a) Pengunjung adalah setiap orang yang berkunjung ke suatu Negara lain diluar tempat kediamannya, dengan alasan untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya. b) Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu Negara tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada Negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya. c) Darmawisata atau excursionist, adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjunginya, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar, namun tidak termasuk para pesiar yang memasuki Negara secara legal. Departemen Pariwisata dalam Ismayanti (2010) mendefinisikan wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain diluar tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain dalam melakukan atau mencari pekerjaan. Menurut UU No. 10 tahun 2009 wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 29 2.4.1 Jenis Wisatawan Wisatawan dapat dibagi menjadi beberapa jenis dengan tujuan untuk mengelompokan perilakunya. Cohen dalam Ismayanti (2010) mengidentifikasi empat jenis wisatawan berikut ini: 1. Wisatawan Massal Kelompok atau Organised Mass Tourist Karakteristiknya adalah wisatawan tersebut hanya ingin membeli paket wisata ke daerah tujuan wisata terkenal atau popular, memilih destinasi yang sudah berkembang dan dipromosikan melalui media massa, memilih bepergian dengan rombongan dan dikelola oleh pemimpin perjalanan serta didampingi oleh pramuwisata, selalu melakukan perjalanan pergi-pulang melalui jalur yang sama dan memilih jadwal perjalanan yang tetap dan sebisa-bisanya tidak terjadi perubahan acara selama berwisata. Wisatawan tipe massal kelompok ini sangat sulit untuk melakukan lintas budaya karena ia kurang suka bersosialisasi dengan orang baru yang asing dan dengan masyarakat setempat. 2. Wisatawan Massal individu atau Individual Mass Tourist Karakteristiknya adalah membeli paket wisata yang memberikan kebebasan berwisata, misalnya paket terbang-kemudi yaitu paket wisata dimana wisatawan melakukan perjalanan dengan pesawat komersial dan mengemudikan kendaraan sewaan sendiri, kreatif merancang paket wisata sesuai dengan selera dan membuat keputusan perjalanan sendiri, mirip dengan wisatawan massal kelompok, cenderung memilih daerah tujuan wisata yang sudah dikenal banyak orang. Tetapi masih ingin mencoba mendatangi daerah-daerah tujuan yang baru selama daerah itu bukan merupakan daerah asing, bergantung pada ketersediaan fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh usaha wisata. Hal ini membuat wisatawan dalam kelompok ini memiliki pengalaman wisata yang terbatas. 3. Penjelajah atau explorer Karaktersitiknya adalah selalu membuat rencana perjalanan sendiri, jika menemui kesulitan tidak ragu untuk bertanya kepada biro perjalanan dan sumber informasi lain, senang bertemu dan bersosialisasi dengan orangorang baru serta masyarakat setempat, selama berwisata tetap 30 megutamakan kenyamanan dan keamanan, tingkat ketergantungan terhadap fasilitas dan pelayanan dari usaha wisata cenderung lebih rendah. 4. Petualang atau drifter Wisatawan ini selalu mencoba dapat diterima dilingkungan asing dan baru, senang dianggap menjadi bagian dari masyarakat setempat, tidak merencanakan perjalanan, dalam pengertian tidak memesan fasilitas dan layanan apapun tetapi datang langsung ke tempat tujuan, senang berpergian ke tempat yang jauh dari daerah asalnya, baginya mendatangi daerah yang asing memberikan kepuasan tersendiri. 31