BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan profitability adalah hal yang sangat disukai oleh para investor dan stakeholders perusahaan apapun. Namun kedua hal tersebut dapat menjadi bumerang jika tidak disertai dengan pengendalian dan manajemen risiko yang memadai. Para pelaku bisnis bisnis hanyalah manusia biasa yang walaupun memiliki segudang pengalaman dan pengetahuan, tetap tidak mampu memprediksi dengan pasti apa yang akan terjadi esok hari – The future cannot be predicted – Selalu ada ketidak-tentuan yang perlu diperhatikan dari setiap tindakan ataupun keputusan bisnis yang diambil. Hingga saat ini tak seorangpun yang mampu memastikan pergerakan harga di bursa saham, fluktuasi nilai tukar mata uang atau pergerakan harga minyak dunia yang semakin tidak tentu akhirnya. Walaupun begitu risiko bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, sebaliknya, manajemen risiko merupakan bagian dari strategi yang harus menjadi bagian tak terpisahkan dari keputusan yang diambil oleh pimpinan perusahaan serta menjadi bagian dari budaya perusahaan itu sendiri. Dalam menyusun strategi perusahaan haruslah memperhatikan aspek apa saja yang dapat memberikan nilai tambah dan juga tidak melupakan aspek-aspek yang dapat menghambat atau bahkan menghancurkan kinerja perusahaan. Hal ini bermakna bahwa setiap peluang perbaikan atau pengembangan usaha hendaknya melibatkan pemahaman terhadap risiko mana yang harus diambil dan mana yang harus dihindari segera, yang memerlukan keahlian untuk menilai dan menerima risiko. Kemampuan perusahaan dalam menghadapi risiko dan hal tidak terduga lainnya, baik atau buruk telah menjadi indikator daya saing. Perusahaan yang mampu bereaksi dengan cepat dan tepat pada saat terjadi hal yang tidak terduga, memiliki tingat ketahanan (survivable) yang jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak siap menghadapi kejadian tak terduga. Namun hal ini tidaklah mudah karena exposure risiko semakin berdampak luas, kompleks dan beragam. 1 2 Penyebabnya tidak lain dari persaingan usaha yang didorong oleh ketersediaan teknologi, kecepatan penyebaran informasi dan komunikasi, berkurangnya sumberdaya, globalisasi dan perubahan pasar akibat reaksi pelaku usaha terhadap tantangan bisnis. Pada era Internet saat ini perusahaan beroperasi dengan cara yang amat berbeda dibandingkan denga 10-20 tahun yang lalu. Sumber risiko juga sudah berubah, bukan hanya dari faktor eksternal namun juga datang dari internal. Adopsi strategi ekspansi bisnis seperti merger, akuisisi, investasi pada emerging market, restrukturisasi organisasi besar-besaran, alihdaya proses inti dan sebagainya berkontribusi terhadap munculnya risiko baru. Banyak perusahaan yang harus menghadapi risiko yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya misalnya risiko persaingan akibat adanya teknologi Internet yang memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk melakukan usaha atau perubahan peta politik yang mencetuskan regulasi-regulasi baru yang tidak ada sebelumnya. Dengan bertambahnya ragam dan profil risiko, manajemen risiko memerlukan pendekatan yang lebih menyeluruh. Red Eddington, CEO British Airways terdahulu mengatakan bahwa saat ini bisnis harus menempatkan manajemen risiko pada perspektif yang luas. Sebelumnya British Airways cukup memperhatikan risiko operasional namun sekarang hal itu sudah tidak memadai. British Airways dan juga perusahaan jasa penerbangan lainnya tidak dapat tinggal diam menghadapi risiko gangguan sistem dan teknologi informasi pendukung, gangguan ketersediaan dan harga bahan bakar hingga pergeseran nilai-nilai customer service yang diharapkan pelanggan. Dorongan penerapan prinsip manajemen risiko di perusahaan tidak terlepas dari tingginya potensi kerugian bagi perusahaan, pemegang saham, pelanggan dan stakeholders lainnya akibat praktek usaha yang tidak ber-tata kelola dengan baik. Kasus Enron dan Worldcomm di Amerika Serikat sering dijadikan titik tolak pentingnya penerapan manajemen risiko. Selain itu krisis moneter yang dampaknya langsung dirasakan oleh dunia perbankan di Asia, khususnya Indonesia juga turut mengkondisikan dunia usaha untuk perduli dengan penerapan manajemen risiko 3 yang baik. Jauh sebelum itu gaung inisiatif Good Corporate Governance juga telah memberikan warna bagi implementasi prinsip manajemen risiko ini. 1.2. Identifikasi masalah Maraknya penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko di lingkungan perusahaan dewasa ini memicu banyak kontroversi pro dan kontra. Tidak sedikit yang merasa bahwa penerapan manajemen risiko dalam skala besar memerlukan energi yang besar mulai dari penyiapan kerangka kerja manajemen risiko yang akan digunakan, penyusunan kebijakan, prosedur hingga penambahan organisasi manajemen risiko yang diikuti oleh penambahan SDM terkait. Pun setelah itu tidak banyak yang secara langsung mendapat manfaat dari penerapan dan kepatuhan terhadap manajemen risiko ini. Pada industri tertentu seperti perbankan dan institusi keuangan lainnya dituntut oleh regulator serta komunitas usaha untuk menerapkan prinsip manajemen risiko mengikuti kaidah-kaidah formal bahkan hingga pada tahap sertifikasi seluruh personilnya sehingga tidak memiliki pilihan untuk menentukan sikap terhadap penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko. Pendekatan manajemen risiko tradisional dimulai dari upaya untuk mengidentifikasi sumber risiko, mengukur tingkat risiko (dibandingkan dengan dampak kerugian yang akan terjadi), mengupayakan tindakan pencegahan agar risiko tidak terjadi dan mengupayakan tindakan contingency jika risiko terjadi dalam rangka mengurangi kerugian yang ditimbulkanya. Kerangka manajemen risiko itu sendiri sangat beragam, walaupun semua menuju kepada tujuan yang sama yaitu mengurangi risiko perusahaan namun dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan yang berbeda. Kerangka kerja manajemen risiko yang popular dipergunakan oleh perusahaan saat ini antara lain Enterprise Risk Management Committee of Sponsoring Organizations’ (ERM COSO), Sarbanes Oxley Act, “The International Convergence of Capital Measurement and Capital Standard: A Revised Framework” (BASEL II), Management Guide for Information Technology Systems (NIST’s Special Publication 800-30), ASX 10 dan sebagainya pun berangkat dari sudut pandang dan kepentingan yang berbeda. 4 1.3. Perumusan masalah Beberapa permasalahan utama mengenai manajemen risiko ini melandasi tesis ini adalah: • Tidak adanya kerangka kerja manajemen risiko yang generik (common framework) yang dapat digunakan sebagai landasan awal implementasi prinsip manajemen risiko pada suatu organisasi baik itu swasta maupun pemerintahan. • Kerangka manajemen risiko yang ada cenderung digunakan oleh organisasi dengan skala besar dan belum terdapat panduan untuk melakukan scaling down bagi perusahaan kecil atau Small Medium Enterprise. • Adanya indikasi keengganan organisasi untuk menerapkan prinsip manajemen risiko sejak dini karena hasil yang diperoleh dianggap tidak berpengaruh pada kinerja keuangan. • Prinsip manajemen risiko mengutamakan akuntabilitas dan kepatuhan yang membuat iklim usaha menjadi tidak agresif (dalam konteks positif), menyebabkan para pemimpin organisasi sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan dan bahkan akhirnya memandulkan inovasi untuk mengembangkan usaha secara sehat. 1.4. Tujuan penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan wacana baru bagi pemimpin perusahaan dan organisasi mengenai penerapan prinsip manajemen risiko yang di-integrasikan dengan kerangka kerja inovasi agar prinsip manajemen risiko ini emendatie bagian penting dari perencaan strategis perusaahaan dan organisasi yang pada gilirannya memberikan manfaat dan keuntungan antara lain keunggulan yang kompetitif, memperbaiki kinerja keuangan serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Dalam hal yang lebih spesifik, tujuan penelitian ini adalah: • Menyusun kerangka kerja manajemen risiko yang generik (common framework) berdasarkan berbagai kerangka kerja manajemen risiko yang telah ada saat ini, 5 misalnya COSO, BASEL II dan sebagainya yang dapat diterapkan lintas industri dan skala usaha yang beragam • Menyusun metode kuantifikasi manfaat penerapan kerangka kerja manajemen risiko yang bersifat umum. • Menyusun alur kerja (workflow) penggunaan manajemen risiko dalam perencanaan strategis perusahaan untuk mendorong inovasi 1.5. Manfaat penelitian Penelitian manajemen risiko ini ini akan bermanfaat untuk pihak-pihak sebagai berikut : • Pemilik perusahaan, yang akan melihat risiko sebagai suatu proses dapat dilakukan dengan baik akan menghindari risiko atau kerugian perusahaan, bahkan memberikan keuntungan pada perusahaan bila dilakukan dengan benar, terutama untuk meningkatkan kinerja perusahaan. • Dewan Komisaris perusahaan, yang akan mengawasi pelaksanaan operasional, terutama manajemen risiko yang dilakukan oleh Dewan Direksi perusahaan. • Dewan Direksi perusahaan, yang membuat strategi perusahaan dengan memperhitungkan risiko perusahaan dalam mencapai sasaran yang sudah ditentukan oleh Dewan Komisaris. Dan memastikan pelaksanaan manajemen risiko berjalan dengan baik. • Karyawan perusahaan, yang mengetahui risiko perusahaan dalam operasional harian pada masing-masing fungsi. • Pemerintah, dimana perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia akan dapat menerapkan manajemen risiko dengan baik, termasuk ketaatan pada ketentuan atau peraturan yang berlaku.