Bab III Metodologi Manajemen Risiko

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan profitability adalah hal yang sangat disukai oleh para
investor dan stakeholders perusahaan apapun. Namun kedua hal tersebut dapat
menjadi bumerang jika tidak disertai dengan pengendalian dan manajemen risiko
yang memadai.
Para pelaku bisnis bisnis hanyalah manusia biasa yang walaupun memiliki
segudang pengalaman dan pengetahuan, tetap tidak mampu memprediksi dengan
pasti apa yang akan terjadi esok hari – The future cannot be predicted – Selalu ada
ketidak-tentuan yang perlu diperhatikan dari setiap tindakan ataupun keputusan
bisnis yang diambil. Hingga saat ini tak seorangpun yang mampu memastikan
pergerakan harga di bursa saham, fluktuasi nilai tukar mata uang atau pergerakan
harga minyak dunia yang semakin tidak tentu akhirnya.
Walaupun begitu risiko bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, sebaliknya,
manajemen risiko merupakan bagian dari strategi yang harus menjadi bagian tak
terpisahkan dari keputusan yang diambil oleh pimpinan perusahaan serta menjadi
bagian dari budaya perusahaan itu sendiri. Dalam menyusun strategi perusahaan
haruslah memperhatikan aspek apa saja yang dapat memberikan nilai tambah dan
juga tidak melupakan aspek-aspek yang dapat menghambat atau bahkan
menghancurkan kinerja perusahaan. Hal ini bermakna bahwa setiap peluang
perbaikan atau pengembangan usaha hendaknya melibatkan pemahaman terhadap
risiko mana yang harus diambil dan mana yang harus dihindari segera, yang
memerlukan keahlian untuk menilai dan menerima risiko.
Kemampuan perusahaan dalam menghadapi risiko dan hal tidak terduga
lainnya, baik atau buruk telah menjadi indikator daya saing. Perusahaan yang
mampu bereaksi dengan cepat dan tepat pada saat terjadi hal yang tidak terduga,
memiliki tingat ketahanan (survivable) yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
mereka yang tidak siap menghadapi kejadian tak terduga. Namun hal ini tidaklah
mudah karena exposure risiko semakin berdampak luas, kompleks dan beragam.
1
2
Penyebabnya tidak lain dari persaingan usaha yang didorong oleh
ketersediaan teknologi, kecepatan penyebaran informasi dan komunikasi,
berkurangnya sumberdaya, globalisasi dan perubahan pasar akibat reaksi pelaku
usaha terhadap tantangan bisnis.
Pada era Internet saat ini perusahaan beroperasi dengan cara yang amat
berbeda dibandingkan denga 10-20 tahun yang lalu. Sumber risiko juga sudah
berubah, bukan hanya dari faktor eksternal namun juga datang dari internal. Adopsi
strategi ekspansi bisnis seperti merger, akuisisi, investasi pada emerging market,
restrukturisasi organisasi besar-besaran, alihdaya proses inti dan sebagainya
berkontribusi terhadap munculnya risiko baru. Banyak perusahaan yang harus
menghadapi risiko yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya misalnya risiko
persaingan akibat adanya teknologi Internet yang memberikan kesempatan kepada
siapa saja untuk melakukan usaha atau perubahan peta politik yang mencetuskan
regulasi-regulasi baru yang tidak ada sebelumnya.
Dengan bertambahnya ragam dan profil risiko, manajemen risiko memerlukan
pendekatan yang lebih menyeluruh. Red Eddington, CEO British Airways terdahulu
mengatakan bahwa saat ini bisnis harus menempatkan manajemen risiko pada
perspektif yang luas. Sebelumnya British Airways cukup memperhatikan risiko
operasional namun sekarang hal itu sudah tidak memadai. British Airways dan juga
perusahaan jasa penerbangan lainnya tidak dapat tinggal diam menghadapi risiko
gangguan sistem dan teknologi informasi pendukung, gangguan ketersediaan dan
harga bahan bakar hingga pergeseran nilai-nilai customer service yang diharapkan
pelanggan.
Dorongan penerapan prinsip manajemen risiko di perusahaan tidak terlepas
dari tingginya potensi kerugian bagi perusahaan, pemegang saham, pelanggan dan
stakeholders lainnya akibat praktek usaha yang tidak ber-tata kelola dengan baik.
Kasus Enron dan Worldcomm di Amerika Serikat sering dijadikan titik tolak
pentingnya penerapan manajemen risiko. Selain itu krisis moneter yang dampaknya
langsung dirasakan oleh dunia perbankan di Asia, khususnya Indonesia juga turut
mengkondisikan dunia usaha untuk perduli dengan penerapan manajemen risiko
3
yang baik. Jauh sebelum itu gaung inisiatif Good Corporate Governance juga telah
memberikan warna bagi implementasi prinsip manajemen risiko ini.
1.2. Identifikasi masalah
Maraknya penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko di lingkungan
perusahaan dewasa ini memicu banyak kontroversi pro dan kontra. Tidak sedikit
yang merasa bahwa penerapan manajemen risiko dalam skala besar memerlukan
energi yang besar mulai dari penyiapan kerangka kerja manajemen risiko yang akan
digunakan, penyusunan kebijakan, prosedur hingga penambahan organisasi
manajemen risiko yang diikuti oleh penambahan SDM terkait. Pun setelah itu tidak
banyak yang secara langsung mendapat manfaat dari penerapan dan kepatuhan
terhadap manajemen risiko ini. Pada industri tertentu seperti perbankan dan institusi
keuangan lainnya dituntut oleh regulator serta komunitas usaha untuk menerapkan
prinsip manajemen risiko mengikuti kaidah-kaidah formal bahkan hingga pada
tahap sertifikasi seluruh personilnya sehingga tidak memiliki pilihan untuk
menentukan sikap terhadap penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko.
Pendekatan manajemen risiko tradisional dimulai dari upaya untuk
mengidentifikasi sumber risiko, mengukur tingkat risiko (dibandingkan dengan
dampak kerugian yang akan terjadi), mengupayakan tindakan pencegahan agar
risiko tidak terjadi dan mengupayakan tindakan contingency jika risiko terjadi
dalam rangka mengurangi kerugian yang ditimbulkanya.
Kerangka manajemen risiko itu sendiri sangat beragam, walaupun semua
menuju kepada tujuan yang sama yaitu mengurangi risiko perusahaan namun dalam
pelaksanaannya
menggunakan
pendekatan yang berbeda. Kerangka kerja
manajemen risiko yang popular dipergunakan oleh perusahaan saat ini antara lain
Enterprise Risk Management Committee of Sponsoring Organizations’ (ERM
COSO), Sarbanes Oxley Act, “The International Convergence of Capital
Measurement and Capital Standard: A Revised Framework” (BASEL II),
Management Guide for Information Technology Systems (NIST’s Special
Publication 800-30), ASX 10 dan sebagainya pun berangkat dari sudut pandang dan
kepentingan yang berbeda.
4
1.3. Perumusan masalah
Beberapa permasalahan utama mengenai manajemen risiko ini melandasi tesis
ini adalah:
•
Tidak adanya kerangka kerja manajemen risiko yang generik (common
framework) yang dapat digunakan sebagai landasan awal implementasi prinsip
manajemen risiko pada suatu organisasi baik itu swasta maupun pemerintahan.
•
Kerangka manajemen risiko yang ada cenderung digunakan oleh organisasi
dengan skala besar dan belum terdapat panduan untuk melakukan scaling down
bagi perusahaan kecil atau Small Medium Enterprise.
•
Adanya indikasi keengganan organisasi untuk menerapkan prinsip manajemen
risiko sejak dini karena hasil yang diperoleh dianggap tidak berpengaruh pada
kinerja keuangan.
•
Prinsip manajemen risiko mengutamakan akuntabilitas dan kepatuhan yang
membuat iklim usaha menjadi tidak agresif (dalam konteks positif),
menyebabkan para pemimpin organisasi sangat berhati-hati dalam mengambil
keputusan dan bahkan akhirnya memandulkan inovasi untuk mengembangkan
usaha secara sehat.
1.4. Tujuan penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan wacana baru
bagi pemimpin perusahaan dan organisasi mengenai penerapan prinsip manajemen
risiko yang di-integrasikan dengan kerangka kerja inovasi agar prinsip manajemen
risiko ini emendatie bagian penting dari perencaan strategis perusaahaan dan
organisasi yang pada gilirannya memberikan manfaat dan keuntungan antara lain
keunggulan yang kompetitif, memperbaiki kinerja keuangan serta memastikan
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam hal yang lebih spesifik, tujuan penelitian ini adalah:
•
Menyusun kerangka kerja manajemen risiko yang generik (common framework)
berdasarkan berbagai kerangka kerja manajemen risiko yang telah ada saat ini,
5
misalnya COSO, BASEL II dan sebagainya yang dapat diterapkan lintas
industri dan skala usaha yang beragam
•
Menyusun metode kuantifikasi manfaat penerapan kerangka kerja manajemen
risiko yang bersifat umum.
•
Menyusun alur kerja (workflow) penggunaan manajemen risiko dalam
perencanaan strategis perusahaan untuk mendorong inovasi
1.5. Manfaat penelitian
Penelitian manajemen risiko ini ini akan bermanfaat untuk pihak-pihak
sebagai berikut :
•
Pemilik perusahaan, yang akan melihat risiko sebagai suatu proses dapat
dilakukan dengan baik akan menghindari risiko atau kerugian perusahaan,
bahkan memberikan keuntungan pada perusahaan bila dilakukan dengan benar,
terutama untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
•
Dewan Komisaris perusahaan, yang akan mengawasi pelaksanaan operasional,
terutama manajemen risiko yang dilakukan oleh Dewan Direksi perusahaan.
•
Dewan Direksi perusahaan, yang membuat strategi perusahaan dengan
memperhitungkan risiko perusahaan dalam mencapai sasaran yang sudah
ditentukan oleh Dewan Komisaris. Dan memastikan pelaksanaan manajemen
risiko berjalan dengan baik.
•
Karyawan perusahaan, yang mengetahui risiko perusahaan dalam operasional
harian pada masing-masing fungsi.
•
Pemerintah, dimana perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia akan
dapat menerapkan manajemen risiko dengan baik, termasuk ketaatan pada
ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Download