Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Suku Banyak Pada Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman Melalui Penerapan Metode Index Card Match Oleh : Abdul Manan, S.Pd. Email : [email protected] SMP Negeri 1 Kasreman ABSTRAK Masalah utama dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas VIII-D adalah rendahnya aktivitas belajar yang berakibat pada rendahnya tingkat ketuntasan siswa dalam belajar. Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar matematika materi Suku Banyak pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman melalui penerapan metode Index Card Match Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kasreman. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai bulan November 2013 sampai Desember 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Indikator peningkatan tersebut jika siklus I rata-rata aktivitas belajar berkriteria cukup maka pada siklus II meningkat kriteria tinggi sekali. Dengan hasil ini maka metode Index Card Match sangat efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, penerapan metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang diindikasikan angka ketuntasan mengalami kenaikan dan angka ketidaktuntasan mengalami penurunan serta rata-raka kelas mengalami kenaikan yang signifikan Kata kunci: peningkatan prestasi, metode index card match PENDAHULUAN dan ilmu yang harus dipelajari disetiap metodologi yang digunakan guru. Matematika adalah salah satu jenjang pendidikan. Objek matematika membosankan. disebabkan karena Hal ini bisa ketidaktepatan Dalam kegiatan belajar mengajar, bersifat abstrak. Banyak para siswa peristiwa yang sering terjadi adalah mempelajari matematika, karena sifat pasi,kurang terlibat dan tidak punya yang tidak senang dan bergairah untuk nya abstrak, matematika adalah pelajaran yang dianggap sangat sulit siswa kurang aktif, kurang berpartisi inisiatif. Pertanyaan,gagasan maupun pendapat sering tidak muncal.Guru Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 1 bersifat otoriter, penyampaian ilmu peneliti tertarik untuk mengadakan sebagai Matematika secara searah, menganggap murid penerima, pencatat pengingat saja. dan Sebagai upaya meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, maka perlu dikembangkan metode dan media yang tepat yang dapat mengopti malkan kemampuan siswa. Memberi kan kesempatan pada siswa untuk bertukar pemikiran pendapat, siswa menanggapi yang lain, penelitian tentang dengan prestasi belajar menggunakan metode Index Card Match. Dengan model pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat belajar dengan senang, aktif, penuh semangat, berani mengungkapkan ide, gagasan, luapan pikiran/ aktivitas, tidak merasa bosan sehingga prestasi belajar Matematika menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan masih menggunakan media yang ada, akan banyak ditemukan keingintahuan anak suatu fakta, prosedur, definisi dan teori suatu kondisi yang dapat memberikan dapat mengingat lebih lama mengenai dalam matematika dan memberikan pengalaman belajar yang tidak sematamata hanya pengalaman belajar matematika. Untuk itu disini peneliti akan mencoba menggunakan media realia dengan metode kooperatif, mempunyai semangat dengan harapan siswa lebih aktif dalam belajar dan belajar yang tinggi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan keleluasaan kepada guru untuk memanajemen kelas termasuk dalam menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Untuk itu yang tinggi itu tidak didukung oleh kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya menggunakan metode konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama pengetahu an. Pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik yang Konsep-konsep telah tersebut diajarkan. diajarkan menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemaham an konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sehari- Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 2 hari. Akibatnya, motivasi belajar siswa yakni mereka Suku Banyak pada siswa kelas VIII-D sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung mekanistik. menghafal dan Secara realitas, prestasi belajar Matematika siswa SMP Negeri 1 Kasreman sampai saat masih rendah. Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tampak bahwa sebagian besar siswa kurang aktif dalam pembelajar an. Khusus kelas VIII-D selain secara umum siswa kurang aktif dalam bagaimanakah peningkatan prestasi belajar matematika materi SMP Negeri 1 Kasreman melalui penerapan Metode Index Card Match?. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini meningkat kan prestasi belajar matematika materi Suku Banyak pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman melalui penerapan metode Index Card Match Adapun manfaat yang dapat pembelajaran juga prestasinya sangat diambil dari penelitian ini di antaranya materi Suku Banyak pengalaman praktis bagi guru dalam rendah. Dari 28 siswa yang ada, pada siswa yang dinyatakan tuntas atau memperoleh nilai ≥ 70 hanya berjumlah 17 atau 61% sedangkan 11 atau 39% dinyatakan belum tuntas atau belum mencapai standar ketuntasan minimal (SKM). Untuk itulah, peneliti bermak sud mengatasi masalah tersebut dengan melaksanakan kelas dengan penelitian judul tindakan “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika materi Suku Banyak pada Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Kasreman melalui Penerapan Metode Index Card Match Mendasar pada judul penelitian ini maka masalah dapat dirumuskan sebagai tambahan pengetahuan dan melaksanakan pembelajaran serta merupakan pengalaman nyata dalam menyusun strategi pembelajaran di sekolah dan titik awal untuk mengembangkan model pembelajaran yang lain. Selain itu, bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran Matematika dan menumbuhkan aktivitas belajar siswa. Sedangkan bagi peneliti lain, hasil penelian ini dapat dijadikan satu perbandingan guna mengembangkan penelitian sejenis dengan subjek, objek, dan sasaran penelitian yang lebih luas. Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 3 KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika di SMP Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti ‘belajar dipelajari’, sedang atau hal dalam yang Bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, dengan yang kesemuanya penalaran. Unsur berkaitan utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari sebelumnya, sehingga kebenaran kaitan antarkonsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yaitu: materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi pembelajaran sebuah matematika (Depdiknas, 2005:1) Dalam konsep sering pengalaman atau muncul intuisi, sebagai atau pengalaman peristiwa nyata (yaitu pemahaman konsep sering diawali secara induktif). Penalaran induktif didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini tetap harus dibuktikan secara deduktif dengan argumen yang konsisten. Metode Index Card Match Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh menyampaikan guru pelajaran pelajar. Karena metode mengajar untuk kepada penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar Metode mengajar bersifat fleksibel dan sangat tergantung dengan berbagai faktor: 1. Faktor tujuan pembelajaran yang dicapai; 2. Faktor anak didik, yang perlu mendapat perhatian adalah pada bakat, minat, intelegensi, tingkat kematangan, usia dan jumlah murid per kelas; 3. Faktor situasi yang mencakup tempat belajar dan waktu belajar Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 4 serta lama belajar. mengadakan hubungan dengan siswa mengajar. Materi dilihat dari aspek Oleh karena itu, peranan metode 4. Faktor materi dan fasilitas belajarafektif, kognitif, psikomotorik, fasilitas dilihat dari segi jenis, kualitas dan kuantitas. 5. Faktor kepribadian guru berkaitan dengan kemampuan guru, kemampuan profesional senioritas dan pengalaman personal, pada saat pengajaran berlangsung. pengajaran menciptakan metode adalah yang PBM. alat Ada digunakan untuk banyak dalam pembelajaran, di antaranya dan salah satunya adalah metode index card match. Pengertian Index Card Match Sebagai teknik dalam mengajar maka adalah mencari jodoh kartu tanya kecakapan pendidik dalam menyampai an. Istilah metode berasal dari bahasa metode membutuhkan keahlian/ kan materi yang mudah. Metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi. Ini terbukti bahwa penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi disampaikan terlalu sesungguhnya menarik dan yang tidak sebaliknya penyampaian yang tidak komunikatif tidak disenangi oleh peserta didik, jawab yang dilakukan secara berpasang Yunani yaitu ”metha” dan ”hodos”. Metha adalah melalui, hodos adalah jalan atau cara, jadi metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan (Ismail SM, 2008:7) Adapun tujuan metode index card match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Adapun ciri-ciri metode index card match di antaranya adalah: meskipun materi yang disampaikan 1. Metode ini menggunakan kartu diharapkan terjadi interaksi antara satu pertanyaan dan satu untuk menarik. Maka dalam proses mengajar guru, peserta didik dan lingkungannya. Jadi, metode mengajar adalah salah satu cara yang digunakan guru untuk 2. Kartu di bagi menjadi dua berisi jawaban 3. Metode ini dilakukan dengan cara berpasangan Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 5 4. Setiap pasangan membacakan pertanyaan dan jawaban Fungsi penerapan metode index card match dalam kegiatan pembelajar an di antaranya sebagai berikut. 1. agar anak-anak lebih cermat dalam pembelajaran. 2. anak akan lebih mudah dalam memahami suatu materi. 3. tidak merasakan kejenuhan dalam pembelajaran. Langkah-langkah penerapan index card match sebagai berikut: 1. Membuat potong-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan kertas tersebut dibagi menjadi 2 kelompok. 2. Menulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada potongan-potongan yang telah disiapkan 3. Kertas tulisan kertas pertanyaan dan jawaban dan jawaban tersebut dikocok sehingga dicampur pertanyaan. antara 4. Setiap peserta dibagi satu kertas, aktifitas ini dilakukan berpasangan, sebagian peserta diberi kertas jawaban dan yang lainnya kertas pertanyaan. 5. Setelah itu peserta mencari pasang annya dan duduk berdekatan. 6. Setelah peserta menemukan pasang annya dan duduk berdekatan, setiap pasangan bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras. 7. Kemudian kesimpulan. klarifikasi dan METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan PTK digunakan karena beberapa alasan. Pertama, masalah yang akan dicarikan solusinya adalah meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan metode Index Card Match. Meteri yang akan diajarkan adalah Suku Banyak. Penerapan pendekatan kooperatif dan intervensi yang dilakukan adalah untuk memperbaiki pembelajaran, meningkat kan hasil belajar, dan menemukan alternatif penggunaan pembelajajaran. Kedua, metode adanya kolaborasi antara peneliti dan guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan terhadap pembelajaran Matematika pada materi Suku Banyak Ketiga, refleksi terhadap Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 6 proses pembelajaran dengan metode Penetapan Target Penelitian secara berkelanjutan. ini Index Card Match yang dilakukan Penelitian tindakan kelas ini di SMP Negeri 1 Kasreman. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian dilaksa nakan selama 2 bulan yang dimulai bulan November Desember 2013. 2013 sampai penelitian tindakan kelas meliputi kegiatan pengidenti fikasi masalah yang terdapat di kelas, masalah, tingkat pemilihan keseriusan masalah yang dipecahkan, dan penetapan kriteria keberhasilan pemecahan masalah yang dipilih. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas senantiasaa diawali dengan penelitian awal (preleminary studies). Pada penelitian ini tindakan awal dilakukan secara kolaboratif dengan praktisi diawal perencanaan tindakan. prestasi maupun secara klasikal. Secara individu dikatakan tuntas jika anak memperoleh nilai sesuai SKM pada materi Suku Banyak sebesar 70. dan secara klasikal ketuntasan siswa mencapai target minimal 80% oleh karena itu jika penelitian belum tersebut maka akan diulang sampai anak mencapai ketuntasan. Pelaksanaan tindakan berlang Persiapan Penelitian penganalisaan meningkatnya Pelaksanaan Penelitian Prosedur Penelitian Persiapan adalah belajar siswa baik secara individu Seting dan Subjek Penelitian dilaksanakan Target penelitian tindakan kelas sung dalam 2 siklus dan dalam setiap siklus dibagi atas 4 jam. Satu pertemuan menggunakan waktu dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Fokus tindakan setiap siklus berupa implementasi pendekatan kooperatif dalam pembelajaran Matematika pada siswa di dalam kelas VIII-D pada Materi Suku Banyak. Pelaksanaan penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap yang berlangsung dalam bentuk siklus, yang dikembangkan berdasarkan desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini pada hakekatnya Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 7 berupa perangkat atau untaian-untaian dengan pelaksanaan tindakan yang empat komponen, yaitu perencanaan, yang dengan satu perangkat terdiri dari tindakan, pengamatan, dan refleksi (Depdikbud, 1992:21). Empat komponen tersebut merupakan kegiat an yang dilaksanakan dalam satu siklus. Observasi Observasi telah dilakukan, (3) kendala-kendala ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran dan mencari solusinya, dan (4) melakukan interprestasi, pelaksanaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Teknik Analis Data dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pada pelak sanaan tindakan, peneliti berkedudukan sebagai pengamat untuk memantau secara kritis dan objektif pelaksanaan pembelajaran serta untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang komprehensif, peneliti mengguna kan instrumen pengumpul data yang telah dibuat sebelumnya. Refleksi Refleski dilaksnakan pada setiap akhir penerapan tindakan dengan cara mendiskusikan pelaksanaan pembelajar an yang dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas dan didiskusikan, yaitu (1) tindakan yang telah dilakukan, (2) perbedaan antara perencanaan tindakan Secara umum teknik analisa data dalam PTK berbeda dengan penelitian jenis kuantitatif. Teknik analisa data dalam PTK biasa dilakukan berdasarkan tahapan analisa model mengalir yang dikemukakan Miles dan Huberman (1992:18). Kegiatan analisis tersebut ada tiga tahapan yakni (1) tahap reduksi data, (2) tahap penyajian data, dan (3) tahap pena-rikan kesimpulan. Analisis data dapat dilakukan selama dan sesudah penelitian dengan bertumpu proses dan hasil belajar. pada HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pratindakan Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tampak bahwa sebagian besar siswa merasa kurang beraktivitas Belajar Khusus kelas VIII-D, Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 Matematika. selain secara 8 umum siswa kurang beraktivitas juga prestasinya sangat rendah. Dari 28 siswa yang ada, pada materi Suku Banyak siswa yang dinyatakan tuntas atau memperoleh nilai ≥ 70 hanya berjumlah 17 atau 61% sedangkan 11 atau 39% dinayatakan belum tuntas atau belum mencapai ketuntasan minimal (SKM). Prestasi belajar standar siswa pratindakan selengkapnya sebagaimana dalam grafik di bawah ini. dilakukan tindakan sebagaimana siklus 1 yang dalam pelaksanaanya memerlukan 4 jam pelajaran akhirnya diperoleh hasil yang berupa tingkat aktivitas dan prestasi belajar. selama Aktivitas siswa pelaksanaan diperoleh pembelajaran dikumpulkan kolaborator sedangkan nilai atau prestasi diperoleh setelah Aktivitas belajar siswa yang dipeoleh selama pembelajaran berlang 12 sung sebagaimana hasil pengamatan 10 8 kolaborator bahwa dari 28 siswa 6 4 2 50-59 60-69 70-79 Nilai 80-89 90-100 Berdasar grafik di atas dapat dijelaskan Setelah tersebut dibarakan sebagai berikut. 14 0 Hasil Penelitian Siklus I siswa mengikuti tes siklus I. Hasil Grafik 1: Prestasi Belajar Pratindakan Frekwensi penelitian siklus I dilaksanakan. bahwa dari studi pendahuluan diketahui bahwa siswa kelas VIII-D penguasaan materi masih sangat rendah. Dari 28 siswa (a) siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 17 atau 61% siswa, (b) siswa yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 11 atau 39%, dan (c) nilai rata-rata siklus I sebesar 63. Dengan hasil ini maka tampak 54% siswa memperhati kan dan mencatat penjelasan guru secara serius, 61% berusaha menerapkan metode Index Card Match untuk memahami mati, 61% mendiskusikan hasil bekerja berpasang an dengan teman, 61% berani bertanya baik pada guru maupun teman dan 46% bersikap kritis atas jawaban yang diberikan oleh guru maupun teman. Dari data tersebut jika dirata-rata aktivitas siswa secara klasikal sebesar 56% atau kurang aktif Dan setelah mengikuti tes siklus I Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 9 pada pertemuan kedua diperoleh hasil sebagaimana siklus II yang dalam bawah ini. pelajaran akhirnya diperoleh hasil yang belajar sebagaimana dalam grafik di Grafik 2: Prestasi Belajar Siklus I 12 10 Jumlah 6 memerlukan 4 jam berupa tingkat aktivitas dan prestasi belajar. Aktivitas selama 8 siswa pelaksanaan diperoleh pembelajaran dikumpulkan kolaborator sedangkan 4 2 0 pelaksanaanya 50-59 60-69 70-79 80-89 Nilai 90100 Beradasar grafik di atas dapat nilai atau prestasi diperoleh setelah siswa mengikuti tes siklus II. Hasil tersebut dibarakan sebagai berikut. Aktivitas belajar siswa yang dijelaskan bahwa setelah penerapan dipeoleh sudah sangat bagus dibanding dengan pengamatan kolaborator bahwa dari 28 siklus I tingkat penguasaan materi refleksi awal. Dari 28 siswa (a) siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 21 atau 75% siswa, (b) siswa yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 7 atau 25%, dan (c) nilai rata-rata siklus I sebesar 72. Dengan hasil ini meskipun hasilnya mengalami peningkatan akan tetapi belum sesuai dengan target penelitian. Dengan hasil ini maka perlu dilanjutkan pada siklus II dengan catatan masih menggunakan metode Index Card Match namun dengan beberapa perubahan sehingga hasilnya bisa maksimal. Hasil Penelitian Siklus II Setelah dilakukan tindakan berlangsung selama pembelajaran sebagaimana hasil siswa tampak 86% siswa memperhati kan dan mencatat penjelasan guru secara serius, 82% berusaha menerap kan metode Index Card Match untuk memahami mati, 86% mendiskusikan hasil bekerja berpasangan dengan teman, 96% berani bertanya baik pada guru maupun teman dan 86% bersikap kritis atas jawaban yang diberikan oleh guru maupun teman. Dari data tersebut jika dirata-rata aktivitas siswa secara klasikal sebesar 87% atau aktif Dan setelah mengikuti tes siklus II pada pertemuan kedua diperoleh hasil belajar sebagaimana dalam grafik di bawah ini. Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 10 setiap Grafik 3: Prestasi Belajar Siklus II 18 16 14 12 10 Jumlah 8 6 4 2 0 siklusnya tampak adanya peningkatan yang cukup. Pembelajaran yang biasa berpusat pada guru berubah pada siswa. Aktivitas siswa dalam pembelajaran 50-59 60-69 70-79 80-89 Nilai nuansa 90100 baru cukup dalam memberikan pembelajaran. Kekurangan setiap siklusnya selalu Berdasar grafik di atas dapat dijelaskan bahwa setelah penerapan diperbaiki sehingga meskipun kecil selalu ada peningkatan. Aktivitas belajar dapat mening siklus II tingkat penguasaan materi kat seiring dengan penerapan metode siklus I. Dari 28 siswa (a) siswa yang tersebut tersurat jika siklus I rata-rata sudah sangat bagus dibanding dengan dinyatakan tuntas sebanyak 27 atau 96% siswa, (b) siswa yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 1 atau 4%, dan (c) nilai rata-rata siklus II sebesar 75. Dengan hasil ini tampak bahwa target penelitian telah tercapai. Dengan hasil Index Card Match. Peningakatan aktivitas belajar siswa sebesar 56% maka pada siklus II meningkat menjadi 87%. Dengan hasil ini maka metode Index Card Match sangat efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dilihat dari hasil tes setiap perlu siklusnya juga dapat diidentifikasi karena telah target aktivitas belajar Match juga mampu meningkatkan ini maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya tinggi dan ketuntasan secara klasikal sebesar 80% telah tercapai. Pembalajaran dengan mengguna metode Index Card Match tampaknya membawa dampak yang signifikan bekerjasama. pada Dari siswa hasil prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Pembahasan Hasil Penelitian kan bahwa penerapan metode Index Card dalam observasi Grafik 4: Peningkatan Prestasi Belajar 18 16 14 12 10 Jumlah 8 6 4 2 0 Ref. Awal Sikus I Siklus II 50-59 60-69 70-79 Nilai Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 80-89 90-100 11 dapat Berdasarkan grafik 4 di atas dijelaskan bahwa dengan penerapan metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang diindikasikan (1) angka ketuntasan mengalami kenaikan yakni jika refleksi awal sebesar 61% meningkat menjadi 75% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 96%, (2) mengalami angka ketidaktuntasan penurunan yakni jika refleksi awal sebesar 39% menurun menjadi 25% pada siklus I dan menurun menjadi 4% pada siklus II, (3) rata-raka kelas mengalami kenaikan dari 63 pada refleksi awal meningkat menjadi 72 pada siklus I dan meningkat menjadi 75 pada siklus II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data pada dua siklus yang metode Index Card Match telah mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang diindikasikan angka ketidaktuntasan angka ketuntasan mengalami kenaikan dan penurunan serta mengalami rata-raka kelas mengalami kenaikan yang signifikan. SARAN Hasil ini membuktikan tingkat efektivitas sebuah pendekatan kooperatif, oleh karenanya guru baik matematka hendaknya atau mau guru yang mencoba lain dan menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran. Selain itu, kepada siswa diharapkan bisa menggunakan metode tersebut dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. DAFTAR PUSTAKA tersaji pada bab IV maka disimpulkan Azhar Atsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.. aktivitas siswa yakni jika siklus I rata- Arends R. 1997, Classrom Intruction and Management maka pada siklus II meningkat kriteria Arikunto, Suharsini 1988, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bina Aksara 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bina Aksara bahwa telah terjadi peningkatan rata aktivitas belajar berkriteria cukup tinggi sekali. Dengan hasil ini maka metode Index Card Match sangat efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, penerapan Depdiknas 2005, Pendidikan Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 Kurikulum Matematika, 12 Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Djamaludin Darwis, 2000. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Pustaka Pelajar. Hamalik 2003, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Standart Kompetensi Guru, Bandung Remaja Rosdakarya IKIP PGRI Madiun. Pedoman Penulisan Skripsi. Madiun Pusat Penerbit Kampus Ibrahim, dkk, Proses Belajar dan Mengajar. Universitas Negeri Surabaya Ismail SM, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), Semarang: Rasail Media Group. Nurhadi Dr 2004, Pertanyaan dan Jawaban. Gramedia Widya Sarana Indonesia Nasution S 2001, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta Bina Aksara Slameto 2003, Belajar dan faktor faktor yang mempengaruhinya. Jakarta Rineka Cipta Sujana Nana 2005, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung Sinar baru Sukirin 1984, Proses Belajar dan Mengajar Penerbit. Penerbit Bumi Aksara Winkel 1989, Psikologi Pengajaran. Gramedia Jakarta Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 13