UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 6 - 20 JUNI 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEVY OCTARINA, S.Farm.
1006835160
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 6 - 20 JUNI 201I
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
DEVY OCTARINA, S.Farm.
1006835160
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya Penulis dapat
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan
menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan
dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia untuk mencapai gelar Apoteker.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM, selaku Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan yang telah mengizinkan dan memberikan fasilitas
kepada mahasiswa peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2.
Bapak Drs. Masrul, Apt. sebagai pembimbing dan Kasubdit Inspeksi Alat
Kesehatan dan PKRT yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
petunjuk dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam
penyusunan laporan ini.
3.
Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, Apt., M.S. sebagai pembimbing dari Program
Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan.
4.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS. sebagai Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
5.
Bapak Dr. Harmita, Apt. sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6.
Seluruh karyawan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
terutama Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bantuan selama Penulis melaksanakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker.
7.
Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga
pelaksanaan PKPA dan laporan berjalan lancar.
8.
Semua teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 73 yang saling
mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA.
iii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
9.
Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang penulis peroleh yang dituangkan dalam laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2011
iv
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
i
ii
iii
v
vii
1. PENDAHULUAN………………………………………………………
1.1 Latar Belakang……………………………………...………………
1.2 Tujuan PKPA……………………………………………………….
1
1
2
2. TINJAUAN UMUM……………………………………………………..
2.1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia………………………
2.1.1 Visi Dan Misi………………………………………………….
2.1.2 Dasar Hukum………………………………………………….
2.1.3 Struktur Organisasi……………………………………………
2.1.4 Tugas…………………………………………………………
2.1.5 Fungsi………………………………………………………...
2.1.6 Wewenang…………………………………………………....
2.2 Direktrorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan………...
2.2.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi………………………………...
2.2.2 Susunan Organisasi……………………………………………
2.2.2.1 Sekretariat Direktorat Jenderal………………………...
2.2.2.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
2.2.2.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian………………
2.2.2.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan……………………………………………...
2.2.2.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian...
3
3
3
3
4
5
5
5
6
6
7
10
3. TINJAUAN KHUSUS…………………………………………………..
3.1 Direktorat Bina Produksi dan Alat Kesehatan……………………...
3.2 Visi dan Misi………………………………………………………..
3.2.1 Visi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b)…...
3.2.2 Misi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b)…..
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi……………………………………………
3.4 Tujuan Direktorat Bina Produksi dan Alat Kesehatan………….....
3.5 Strategi Direktorat Bina Produksi dan Alat Kesehatan……………..
3.6 Sasaran Direktorat Bina Produksi dan Alat Kesehatan……………..
3.7 Struktur Organisasi………………………………………………….
3.7.1 Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan……………………….
3.7.1.1 Seksi Alat Kesehatan Elektromedik…………………..
3.7.1.2 Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik……………..
3.7.2 Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)……………….
3.7.2.1 Seksi Produk Diagnostik Invitro……………………..
3.7.2.2 Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga…………
26
26
27
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
vi
14
17
21
31
32
32
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
3.7.3 Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga……………………………………..
3.7.3.1 Seksi Inspeksi Produk………………………………...
3.7.3.2 Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi………..
3.7.4 Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi……………………
3.7.4.1 Seksi Standardisasi Produk……………………………
3.7.4.2 Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan
Distribusi………………………………………………
3.8 Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
3.8.1 Sertifikasi Produksi……………………………………………
3.8.1.1 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas A…………..
3.8.1.2 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas B…………...
3.8.1.3 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas C…………...
3.8.2 Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan……………………
3.8.2.1 Surat Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan……..
3.8.2.2 Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin Penyalur Alat
Kesehatan……………………………………………...
3.8.3 Pemberian Izin Edar Produk…………………………………..
3.8.3.1 Data Administrasi……………………………………...
3.8.3.2 Data Teknis…………………………………………….
3.8.4 Pelayanan Surat Keterangan…………………………………..
3.8.4.1 Certificate Of Free Sale (CFS)………………………..
3.8.4.2 Surat Keterangan Lainnya…………………………….
3.9 Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Keamanan Alat
Kesehatan dan PKRT……………………………………………….
3.9.1 Pembinaan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT……………
3.9.2 Pengendalian dan Pengawasan Keamanan Alat Kesehatan dan
PKRT…………………………………………………………..
3.10 Jadwal Kegiatan PKPA DI Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan………………………………………….
33
34
34
34
35
35
35
35
37
38
38
38
38
39
40
41
42
44
44
45
46
46
46
48
4. PEMBAHASAN…………………………………………………………
49
5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………………...
52
52
52
DAFTAR ACUAN…………………………………………………………
53
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur organisasi Kementerian Kesehatan RI……………….
Lampiran 2. Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan………………………………………………...
Lampiran 3. Formulir permohonan sertifikat produksi alat kesehatan
/PKRT……………………………………………....................
Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK)…
Lampiran 5. Formulir permohonan izin edar alat kesehatan…………….....
Lampiran 6. Formulir A (Data administrasi)………………………………..
Lampiran 7. Formulir B (Informasi produk)………………………………...
Lampiran 8. Formulir C (Informasi spesifikasi dan jaminan mutu)………...
Lampiran 9. Formulir D (Penandaan dan petunjuk penggunaan)…………...
Lampiran 10. Formulir E (Post market evaluation)…………………………
Lampiran 11. Formulir permohonan izin edar PKRT dalam negeri………...
Lampiran 12. Formulir permohonan PKRT impor………………………….
Lampiran 13. Formulir AA (Formula/komponen dan prosedur pembuatan).
Lampiran 14. Formulir BB (Spesifikasi bahan baku dan wadah)…………...
Lampiran 15. Formulir CC (Spesifikasi dan stabilitas produk jadi)………...
Lampiran 16. Formulir DD (Kegunaan dan contoh)………………………..
vii
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
54
55
56
57
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Untuk itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan secara
menyeluruh agar terwujud masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan.
Upaya kesehatan adalah kegiatan memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pada saat ini jenis dan jumlah alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) yang beredar dan digunakan masyarakat semakin
bertambah. Alat kesehatan dan PKRT merupakan suatu kebutuhan masyarakat
yang umumnya tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Perlu
adanya jaminan mutu, keamanan dan manfaat terhadap alat kesehatan dan PKRT
yang beredar sehingga sampai ke pengguna memenuhi persyaratan yang sama
dengan saat diproduksi.
Berdasarkan masalah diatas maka dibentuklah Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan yang merupakan salah satu direktorat di Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
Direktorat ini dipimpin oleh seorang Direktur, yang bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Kegiatannya adalah
pemberian sertifikasi produksi, izin penyalur alat kesehatan, izin edar serta
pembinaan, pengendalian dan pengawasan keamanan alat kesehatan dan PKRT
yang beredar di wilayah Republik Indonesia. Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan,
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan PKRT, Subdirektorat
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
2
Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT, Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi,
Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam rangka pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT, Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi alat kesehatan melaksanakan pembinaan pengendalian
dan pengawasan alat kesehatan dan PKRT agar alat kesehatan dan PKRT yang
beredar dan digunakan oleh masyarakat memenuhi persyaratan keamanan, mutu
dan manfaat sehingga tidak membahayakan serta terjangkau oleh masyarakat.
Oleh karena itu, pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat kesehatan harus
dilakukan sejak proses produksi hingga produk tersebut digunakan oleh
masyarakat.
Apoteker dimanapun bertugas harus memiliki perhatian utama pada
kesejahteraan masyarakat. Apoteker tidak hanya diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat tapi juga melindungi masyarakat terhadap
bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan alat kesehatan dan PKRT yang
tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat. Untuk memahami
peranan apoteker dibidang alat kesehatan dan PKRT maka dilakukan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan.
1.2
Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan bertujuan agar para calon
apoteker:
a.
Memahami struktur organisasi, tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan.
b.
Memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai kegiatan Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2.1.1 Visi Dan Misi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yaitu
“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi tersebut dapat tercapai
dengan dilaksanakannya misi (Kementrian kesehatan RI, 2010a).
Misi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu (Kementrian
kesehatan RI, 2010a):
a.
Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
melalui
pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
b.
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
c.
Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
d.
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
2.1.2 Dasar Hukum
Dasar hukum Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1144/MENKES/PER/2010 yaitu:
a.
Undang -Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 166, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916).
b.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 No. 144, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 5063).
c.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara).
d.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 84/P Tahun 2009.
e.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
4
f.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara.
g.
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.
h.
Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan.
i.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 375/Menkes/SK/V/2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025.
2.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kementerian Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010
yang
dikeluarkan tanggal 19 Agustus 2010. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut
menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan yang dipimpin oleh Menteri
Kesehatan terdiri atas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan,
Direktorat
Jenderal
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Inspektorat Jenderal,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Staf Ahli Bidang Teknologi
Kesehatan dan Globalisasi, Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan, Staf Ahli
Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi, Staf Ahli Bidang
Mediko Legal, Pusat Data dan Informasi, Pusat Kerja Sama Luar Negeri, Pusat
penanggulangan krisis kesehatan, Pusat pembiayaan dan jaminan kesehatan, pusat
komunikasi publik, Pusat promosi kesehtaan, Pusat inteligensia kesehatan dan
Pusat kesehatan haji (Kementerian kesehatan RI, 2010b). Struktur organisasi
Kementerian Kesehatan RI dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
5
2.1.4 Tugas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010, pasal 1, Kementerian Kesehatan mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
2.1.5 Fungsi
Menurut pasal 3, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010,
Kementerian
Kesehatan
menyelenggarakan
fungsi yaitu (Kementrian kesehatan RI,2010b):
a.
Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan.
b.
Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan RI.
c.
Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian KesehatanRI.
d.
Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah.
e.
Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
2.1.6 Wewenang
Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai
kewenangan (Kementerian kesehatan RI, 2010b):
a.
Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung
pembangunan secara makro.
b.
Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang Kesehatan.
c.
Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan.
d.
Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan.
e.
Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di
bidang kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
6
f.
Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang
disahkan atas nama negara di bidang kesehatan.
g.
Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan.
h.
Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang
kesehatan.
i.
Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan.
j.
Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan.
k.
Penyelesaian perselisihan antar propinsi di bidang kesehatan.
l.
Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu, bayi dan anak.
m. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
n.
Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga
kesehatan.
o.
Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan.
p.
Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan.
q.
Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan
gizi.
r.
Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan.
s.
Surveilans
epidemiologi
serta
pengaturan
pemberantasan
dan
penenggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa.
t.
Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangat essential (buffer stock nasional).
u.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
dan pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan.
2.2
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2.2.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur
Jenderal. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
7
tugas serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a.
Perumusan kebijakan dibidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
b.
Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
c.
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan.
d.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan kefarmasian
dan alat kesehatan.
e.
Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
2.2.2 Susunan Organisasi
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri dari:
a.
Sekretariat Direktorat Jenderal.
b.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
c.
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian.
d.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
e.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
2.2.2.1 Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Dalam
melaksanakan tugasnya, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a.
Koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran.
b.
Pengelolaan data dan informasi.
c.
Penyiapan urusan hukum, penataan organisasi, jabatan fungsional dan
hubungan masyarakat.
d.
Pengelolaan urusan keuangan.
e.
Pelaksanaan urusan kepegawaian, tata persuratan, kearsipan ,gaji, rumah
tangga dan perlengkapan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
8
f.
Evaluasi dan penyusunan laporan.
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas Bagian Program dan Informasi,
Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat, Bagian Keuangan, Bagian
Kepegawaian dan Umum dan Kelompok Jabatan Fungsional.
a.
Bagian Program dan Informasi
Bagian
Program dan
Informasi
mempunyai
tugas melaksanakan
penyusunan rencana, program, anggaran, pengelolaan data dan informasi serta
evaluasi dan penyusunan laporan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian
Program dan Informasi menyelenggarakan fungsi penyiapan bahan koordinasi dan
pelaksanaan penyusunan rencana, program dan anggaran; pengumpulan,
pengolahan , penyajian data dan informasi serta evaluasi dan penyusunan laporan.
Bagian Program dan Informasi terdiri atas Sub bagian Program, Subbagian Data
dan Informasi dan Sub bagian Evaluasi dan Pelaporan. Sub bagian Program
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan
rencana, program dan anggaran. Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas
melakukan pengumpulan, pengolahan serta penyajian data dan informasi.
Subbagian
Evaluasi
dan
Pelaporan
mempunyai
tugas
melakukan
pemantauan,evaluasi dan penyusunan laporan.
b.
Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat
Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan urusan hukum, penataan organisasi dan hubungan
masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Hukum, Organisasi dan
Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi penyiapan urusan hukum,
penyiapan
penataan
dan
evaluasi
organisasi,
jabatan
fungsional
dan
ketatalaksanaan serta pelaksanaan urusan hubungan masyarakat. Bagian Hukum,
Organisasi dan Hubungan Masyarakat terdiri atas Subbagian Hukum, Subbagian
Organisasi dan Subbagian Hubungan Masyarakat. Subbagian Hukum mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan urusan hukum. Subbagian Organisasi
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penataan dan evaluasi organisasi,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
9
jabatan fungsional dan ketatalaksanaan. Subbagian Hubungan Masyarakat
mempunyai tugas melakukan urusan hubungan masyarakat.
c.
Bagian Keuangan
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan
keuangan.
Dalam
melaksanakan
tugas
tersebut,
Bagian
Keuangan
menyelenggarakan fungsi pengelolaan anggaran, penyiapan bahan pembinaan
perbendaharaan dan pelaksanaan urusan verifikasi dan akuntansi. Bagian
Keuangan terdiri atas Subbagian Anggaran, Subbagian Perbendaharaan dan
Subbagian Verifikasi dan Akuntansi. Subbagian Anggaran mempunyai tugas
melakukan pengelolaan anggaran. Subbagian Perbendaharaan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pembinaan perbendaharaan, urusan tata usaha
keuangan, tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi. Subbagian Verifikasi dan
Akuntansi mempunyai tugas melakukan urusan verifikasi, pembukuan dan
akuntansi.
d.
Bagian Kepegawaian dan Umum
Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, tata persuratan, kearsipan, gaji, rumah tangga dan perlengkapan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Kepegawaian dan Umum
menyelenggarakan fungsi yaitu pelaksanaan urusan kepegawaian, pelaksanaan
urusan tata persuratan, kearsipan dan gaji serta pengelolaan urusan rumah tangga
dan perlengkapan. Bagian Kepegawaian dan Umum terdiri atas Subbagian
Kepegawaian, Subbagian Tata Usaha dan Gaji dan Subbagian Rumah Tangga.
Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan analisis kebutuhan dan
perencanaan pegawai, mutasi pegawai dan pengisian jabatan. Subbagian Tata
Usaha dan Gaji mempunyai tugas melakukan urusan tata persuratan, kearsipan
dan urusan gaji. Subbagian Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan
rumah tangga dan perlengkapan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
10
2.2.2.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan dan penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan; pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi
harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan,
serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan; penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan; evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat
publik dan perbekalan kesehatan serta pemantauan dan evaluasi program obat
publik dan perbekalan kesehatan; dan pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah
tangga direktorat.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri atas
Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat; Subdirektorat Penyediaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan; Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
11
a.
Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat
Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat mempunyai tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan, pelaksanaan
kebijakan
dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang analisis dan standardisasi harga obat. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga
Obat menyelenggarakan fungsi penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang analisis dan
standardisasi harga obat, penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang analisis dan
standardisasi harga obat serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi
harga obat.
Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat terdiri atas Seksi
Analisis Harga Obat dan Seksi Standardisasi Harga Obat. Seksi Analisis Harga
Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan
analisis, kajian dan pemantauan harga obat. Seksi Standardisasi Harga Obat
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria harga obat.
b.
Subdirektorat Penyediaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan
Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan
teknis, pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan di
bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan; penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyediaan obat
publik dan perbekalan kesehatan; penyiapan bahan bimbingan teknis dan
pengendalian di bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
12
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri
atas Seksi Perencanaan Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan
Seksi Pemantauan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Seksi
Perencanaan Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang perencanaan penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Seksi
Pemantauan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan
dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang ketersediaan obat publik dan
perbekalan kesehatan.
c.
Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan
teknis, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat
Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi
yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan; penyiapan bahan penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan; penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di
bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan serta penyiapan bahan
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri
atas Seksi Standardisasi Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan
Seksi Bimbingan dan Pengendalian Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Seksi
Standardisasi Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan kebijakan dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
13
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengelolaan obat
publik dan perbekalan kesehatan. Seksi Bimbingan dan Pengendalian Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
d.
Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan
Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang program obat publik dan perbekalan kesehatan.
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
563,
Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan bahan pemantauan
pelaksanaan kebijakan di bidang program obat publik dan perbekalan kesehatan
serta penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang program obat
publik dan perbekalan kesehatan.
Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan terdiri atas Seksi Pemantauan Program Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan dan Seksi Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. Seksi Pemantauan Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan program
obat publik dan perbekalan kesehatan. Seksi Evaluasi Program Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi
pelaksanaan program obat publik dan perbekalan kesehatan.
e.
Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga direktorat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
14
2.2.2.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan; penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian menyelenggarakan fungsi penyiapan perumusan kebijakan di bidang
standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional;
pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik
dan penggunaan obat rasional; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan
penggunaan obat rasional; pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi,
farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; pemantauan,
evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi,
farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat rasional; serta
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri atas Subdirektorat
Standardisasi; Subdirektorat Farmasi Komunitas; Subdirektorat Farmasi Klinik;
Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok
Jabatan Fungsional.
a.
Subdirektorat Standardisasi
Subdirektorat Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria di bidang pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
rasional.
Dalam
melaksanakan
tugas,
Subdirektorat
Standardisasi
menyelenggarakan fungsinya yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional,
penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dan pedoman
di bidang pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional serta penyiapan
bahan evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat rasional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
15
Subdirektorat Standardisasi terdiri atas Seksi Standardisasi Pelayanan
Kefarmasian dan Seksi Standardisasi Penggunaan Obat Rasional. Seksi
Standardisasi Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria di bidang pelayanan kefarmasian. Seksi Standardisasi
Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria di bidang penggunaan obat rasional.
b.
Subdirektorat Farmasi Komunitas
Subdirektorat Farmasi Komunitas mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang farmasi komunitas. Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat
Farmasi Komunitas menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang farmasi komunitas; penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dan pedoman di bidang farmasi
komunitas; penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang farmasi komunitas; serta
penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang farmasi
komunitas.
Subdirektorat Farmasi Komunitas terdiri atas Seksi Pelayanan Farmasi
Komunitas dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi Farmasi Komunitas. Seksi
Pelayanan Farmasi Komunitas mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang farmasi komunitas. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Farmasi
Komunitas mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis,
pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang farmasi komunitas.
c.
Subdirektorat Farmasi Klinik
Subdirektorat Farmasi Klinik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, evaluasi dan penyusunan laporan di
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
16
bidang farmasi klinik. Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Farmasi Klinik
menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang farmasi klinik; penyiapan bahan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria dan pedoman di bidang farmasi klinik; penyiapan bahan
bimbingan teknis di bidang farmasi klinik serta penyiapan bahan pemantauan,
evaluasi dan penyusunan laporan di bidang farmasi klinik.
Subdirektorat Farmasi Klinik terdiri atas Seksi Pelayanan Farmasi Klinik
dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi Farmasi Klinik. Seksi Pelayanan Farmasi
Klinik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang farmasi
klinik. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Farmasi Klinik mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi serta
penyusunan laporan di bidang farmasi klinik.
d.
Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional
Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan
bahan perumusan, pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang
penggunaan obat rasional. Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Penggunaan
Obat Rasional menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penggunaan obat rasional; penyiapan bahan
bimbingan teknis promosi dan pemberdayaan masyarakat di bidang penggunaan
obat rasional; penyiapan bahan pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta
penyusunan laporan di bidang penggunaan obat rasional.
Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional terdiri atas Seksi Promosi
Penggunaan Obat Rasional dan Seksi Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat
Rasional. Seksi Promosi Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis
promosi dan pemberdayaan masyarakat di bidang penggunaan obat rasional. Seksi
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang penggunaan obat rasional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
17
e.
Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga direktorat.
2.2.2.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan perumusan kebijakan di
bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga; pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga; penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga; penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang
penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga; evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan
di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga; dan pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah
tangga direktorat.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan; Subdirektorat Penilaian Produk
Diagnostik Invitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; Subdirektorat
Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; Subdirektorat
Standardisasi dan Sertifikasi; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
18
a.
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan di bidang penilaian alat kesehatan. Subdirektorat Penilaian Alat
Kesehatan menyelenggarakan fungsi dalam penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan; penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penilaian alat
kesehatan; penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang penilaian alat kesehatan
serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan.
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan terdiri atas Seksi Alat Kesehatan
Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik. Seksi Alat Kesehatan
Elektromedik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria,
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
penilaian alat kesehatan elektromedik. Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penilaian alat kesehatan
non elektromedik.
b.
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan, pelaksanan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang penilaian produk diagnostik invitro dan perbekalan kesehatan rumah
tangga. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi dalam penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian produk diagnostik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
19
invitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian produk diagnostik
invitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan bimbingan
teknis di bidang penilaian produk diagnostik invitro dan perbekalan kesehatan
rumah tangga serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang penilaian produk diagnostik invitro dan perbekalan kesehatan
rumah tangga.
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga terdiri atas Seksi Produk Diagnostik Invitro dan Seksi
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Seksi Produk Diagnostik Invitro
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan
teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penilaian produk
diagnostik invitro. Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penilaian perbekalan
kesehatan rumah tangga.
c.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan,
pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
inspeksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga dalam melaksanakan tugas akan menyelenggarakan fungsi yaitu
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi
produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga; penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria
di bidang inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
20
perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang
inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi produk, sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
RumahTangga terdiri atas Seksi Inspeksi Produk serta Seksi Inspeksi Sarana
Produksi dan Distribusi. Seksi Inspeksi Produk mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang inspeksi produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga. Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan kebijakan
dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang inspeksi sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
d.
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
Subdirektorat
melaksanakan
Standardisasi
penyiapan
bahan
dan
Sertifikasi
mempunyai
perumusan, pelaksanaan
kebijakan
tugas
dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi produk dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi dalam melaksanakan tugas,
menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang standardisasi
produkdan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
21
perbekalan kesehatan rumah tangga serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang standardisasi produk dan sertifikasi produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi terdiri atas Seksi Standardisasi
Produk serta Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi. Seksi
Standardisasi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan,
pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
standardisasi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Seksi
Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang standardisasi dan sertifikasi produksi dan distribusi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
e.
Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga direktorat.
2.2.2.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Dalam
melaksanakan tugas, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan perumusan kebijakan di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian; pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan
distribusi kefarmasian; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; penyiapan pemberian
bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di bidang produksi dan
distribusi
kefarmasian;
pemantauan,
evaluasi
dan
penyusunan
laporan
pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; pelaksanaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
22
perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan pelaksanaan urusan
tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional; Subdirektorat
Produksi Kosmetika dan Makanan; Subdirektorat Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus; Subdirektorat
Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok
Jabatan Fungsional.
a.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, perizinan,
bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional dalam
melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsinya yaitu penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat dan
obat tradisional; penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional; pelaksanaan
pemberian izin sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional; penyiapan
bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi dan distribusi obat
dan obat tradisional serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional terdiri
atas Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi; dan Seksi Perizinan Sarana
Produksi dan Distribusi. Seksi Standardisasi Produksi dan Distribusi mempunyai
tugas
melakukan
penyiapan
bahan
perumusan,
pelaksanaan
kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi obat dan obat tradisional. Seksi Perizinan Sarana Produksi dan
Distribusi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
23
bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di
bidang sarana produksi dan distribusi obat dan obat tradisional.
b.
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, perizinan, bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang produksi
kosmetika dan makanan.
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan dalam melaksanakan
tugas, menyelenggarakan fungsinya yaitu penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang produksi kosmetika dan makanan; penyiapan
bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang produksi
kosmetika dan makanan; pelaksanaan pemberian izin sarana produksi kosmetika;
penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang produksi
kosmetika dan makanan serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang produksi kosmetika dan makanan.
Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan terdiri atas Seksi
Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan dan Seksi Perizinan Sarana
Produksi Kosmetika. Seksi Standardisasi Produksi Kosmetika dan Makanan
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang produksi
kosmetika dan makanan. Seksi Perizinan Sarana Produksi Kosmetika mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan perizinan, bimbingan teknis,
pengendalian, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang sarana
produksi kosmetika.
c.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor
dan Sediaan Farmasi
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor
dan Sediaan Farmasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
24
kriteria, perizinan, bimbingan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika,
prekursor dan sediaan farmasi khusus. Subdirektorat Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi menyelenggarakan
fungsi yaitu penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan
distribusi narkotika, psikotropika, prekursor dan sediaan farmasi khusus dan
makanan; penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria dan
pedoman, pelaksanaan perizinan, penyiapan bahan bimbingan dan pengendalian
serta penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
perizinan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika, prekursor dan
sediaan farmasi khusus dan makanan; produksi dan distribusi narkotika,
psikotropika, prekursor dan sediaan farmasi khusus dan makanan.
Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor
dan Sediaan Farmasi terdiri atas Seksi Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi serta Seksi Sediaan Farmasi Khusus. Seksi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor Farmasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria,
perizinan serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi.
Seksi Sediaan Farmasi Khusus mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria, perizinan serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang sediaan farmasi khusus dan makanan.
d.
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas
melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan
bahan baku obat. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
menyelenggarakan fungsinya yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
25
penyiapan bahan koordinasi serta pelaksanaan kerjasama lintas program dan lintas
sektor dan penyiapan bimbingan teknis serta penyiapan bahan pemantauan,
evaluasi dan penyusunan laporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku
obat.
Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat terdiri atas Seksi
Analisis Obat dan Bahan Baku Obat dan Seksi Kerjasama. Seksi Analisis Obat
dan Bahan Baku Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria
serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
kemandirian obat dan bahan baku obat. Seksi Kerjasama mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi, pelaksanaan kerjasama lintas program
dan lintas sektor, pengendalian serta evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan kerjasama di bidang kemandirian obat dan bahan baku obat.
e.
Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga direktorat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
3.1
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan merupakan salah
satu direktorat pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dibentuk dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, dipimpin oleh seorang Direktur yang
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan; Subdirektorat Penilaian Produk
Diagnostik Invitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; Subdirektorat
Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; Subdirektorat
Standardisasi dan Sertifikasi; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan
Fungsional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b).
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat kesehatan adalah satu
rangkaian upaya menyeluruh agar alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) yang beredar dan digunakan oleh masyarakat memenuhi
persyaratan sehingga tidak merugikan atau membahayakan serta terjangkau oleh
masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat
kesehatan harus dilakukan sejak proses produksi hingga produk tersebut
digunakan oleh masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat
kesehatan, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, instansi terkait serta
bermitra dengan asosiasi perusahaan alat kesehatan dan lembaga kemasyarakatan
lainnya sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
26
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
27
Kesehatan Rumah Tangga menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan kegiatankegiatan yang dilaksanakan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan. Pengamanan yang dimaksud dalam peraturan ini adalah upaya untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak
tepat dan atau yang tidak memenuhi persyaratan mutu, manfaat dan keamanan.
3.2
Visi dan Misi
3.2.1 Visi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b)
Tersedianya alat kesehatan aman, bermutu dan bermanfaat sesuai dengan
kebutuhan serta terjangkau oleh masyarakat.
3.2.2 Misi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b)
Guna tercapainya visi yang telah ditetapkan tersebut, Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai misi, antara lain:
a.
Menjamin kualitas, keamanan, kemanfatan alat kesehatan serta ketersediaan
alat kesehatan dengan harga terjangkau.
b.
Melindungi masyarakat terhadap penggunaan alat kesehatan yang tidak
memenuhi standar dan atau mutu persyaratan.
c.
Mencegah penyalahgunaan dan salah penggunaan alat kesehatan.
d.
Mengembangkan penyelenggaraan usaha-usaha alat kesehatan secara efektif
dan efisien.
e.
Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
f.
Menyusun peraturan, perundang-undangan dan kebijakan di bidang produksi
dan distrubusi alat kesehatan.
g.
Memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan mutu, manfaat
dan keamanan alat kesehatan.
h.
Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang alat
kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
28
3.3
Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/XIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai
tugas pokok menyiapkan perumusan dan melaksanakan kebijakan, menyusun
norma, standar, prosedur dan kriteria serta memberi bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b).
Dalam melaksanakan tugas pokok, Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan mempunyai fungsi yaitu (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010b):
a.
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi
dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
b.
Pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan
sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
c.
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga.
d.
Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,
standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
e.
Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga.
f.
3.4
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Tujuan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Tujuan dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yaitu
meningkatkan keamanan, mutu dan manfaat alat kesehatan dan PKRT,
meningkatkan ketersediaan alat kesehatan dan PKRT dalam jenis yang lengkap,
jumlah cukup, harga yang terjangkau, bermutu, digunakan secara tepat dan dapat
diperoleh saat diperlukan dan meningkatkan ketersediaan alat kesehatan dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
29
PKRT
melalui
optimalisasi
industri
nasional
dengan
memperlihatkan
keanekaragaman produk dan keunggulan daya asing.
3.5
Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Untuk mencapai tujuannya Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan mempunyai strategi yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2005):
a.
Penggalangan kemitraan.
b.
Peningkatan keterpaduan program.
c.
Pengembangan profesionalisme sumber daya manusia.
d.
Peningkatan dukungan peraturan dan perundangan.
e.
Meningkatkan sosialisasi dan advokasi.
f.
Mobilisasi sumber dana dan tenaga.
g.
Pemberdayaan daerah.
h.
Konsolidasi internal.
i.
Melakukan regulasi di bidang alat kesehatan.
j.
Mengoptimalkan industri alat kesehatan berbasis keanekaragaman sumber
daya alam dan keunggulan daya asing.
k.
Meningkatkan penerapan standar mutu, keamanan dan kemanfaatan alat
kesehatan.
l.
Memberdayakan dan meningkatkan pelaksanaan komunikasi, informasi, dan
edukasi.
3.6
Sasaran Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai
sasaran antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005):
a.
Terjaminnya ketersediaan alat kesehatan sesuai kebutuhan.
b.
Terjaminnya ketersediaan alat kesehatan di sektor publik.
c.
Terjaminnya mutu pengelolaan alat kesehatan di kabupaten/kota.
d.
Terjaminnya mutu alat kesehatan yang beredar.
e.
Diterapkannya petunjuk pengelolaan alat kesehatan melalui peningkatan
pelayanan perizinan yang profesional dan tepat waktu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
30
f.
Terjaminnya mutu sarana produksi dan distribusi alat kesehatan.
g.
Tercegahnya resiko atau akibat samping dari penggunaan alat kesehatan yang
tidak memenuhi syarat.
h.
Terhindarnya masyarakat dari alat kesehatan yang tidak bermutu serta
mengoptimalkan efektifitas alat kesehatan terhadap biaya dan manfaat
terhadap resiko.
i.
Tersedianya sistem informasi alat kesehatan yang akurat, objektif dan terkini
serta mudah diakses oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.
3.7
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi dan Alat
Kesehatan dapat dilihat di Lampiran 2. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010, Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi dan Alat Kesehatan terdiri dari:
3.7.1 Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan pelaksanaan di bidang penilaian alat kesehatan. Berkas formulir
permohonan izin edar alat kesehatan terdapat dalam Lampiran 5. Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Subdirektorat
Penilaian
Alat
Kesehatan
menyelenggarakan fungsi yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan; penyiapan bahan penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria dibidang penilaian alat kesehatan; penyiapan bahan
bimbingan teknis di bidang penilaian alat kesehatan; penyiapan bahan
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang
penilaian alat kesehatan. Subdirektorat penilaian alat kesehatan terdiri dari Seksi
Alat Kesehatan Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
31
3.7.1.1 Seksi Alat Kesehatan Elektromedik
Seksi Alat Kesehatan Elektromedik mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian alat kesehatan elektromedik. Alat
kesehatan elektromedik merupakan alat kesehatan yang dalam penggunaannya
menggunakan tenaga listrik dan rangkaian elektronika (sirkuit elektronik) sebagai
pengontrol kerja dari alat, baik untuk diagnostik, monitoring maupun terapi.
Penggunaan alat ini dilakukan oleh orang yang ahli (expert), sehingga alat
kesehatan tersebut tidak perlu dicantumkan cara penggunaannya, tetapi harus
terdapat manual book baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Contoh alat kesehatan elektromedik adalah EKG, USG, alat pacu jantung,
inkubator dan lain-lain.
3.7.1.2 Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik
Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik memiliki tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian alat kesehatan non elektromedik. Alat
kesehatan
non
elektromedik
merupakan
alat
kesehatan
yang
dalam
penggunaannya tidak menggunakan tenaga listrik. Penggunaan alat kesehatan ini
dapat dilakukan oleh orang biasa (bukan ahli) sehingga cara penggunaannya harus
dicantumkan pada alat kesehatan tersebut atau pada kemasannya. Contoh alat
kesehatan non elektromedik adalah kassa, tensimeter, termometer, kursi roda,
softlens dan lain-lain.
3.7.2 Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
32
bahan perumusan dan pelaksanan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik invitro dan perbekalan
kesehatan rumah tangga. Berkas formulir permohonan untuk izin edar PKRT
terdapat dalam Lampiran 6. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat
Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan PKRT menyelenggarakan fungsinya
yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian
produk diagnostik invitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan
bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penilaian
produk diagnostik invitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan
bahan bimbingan teknis di bidang penilaian produk diagnostik invitro dan
perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik invitro dan perbekalan
kesehatan rumah tangga. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan
PKRT terdiri dari Seksi Produk Diagnostik Invitro dan Seksi Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
3.7.2.1 Seksi Produk Diagnostik Invitro
Seksi Produk Diagnostik Invitro mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik invitro. Produk
diagnostik invitro adalah reagensia, instrumen dan sistem yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit atau kondisi lain, termasuk penentuan kondisi kesehatan,
untuk penyembuhan, pengurangan atau pencegahan penyakit atau akibatnya
termasuk produk yang penggunaannya ditunjukkan bagi pengumpulan, penyiapan
dan pengujian spesimen yang diambil dari tubuh manusia. Contoh dari produk
diagnostik invitro adalah dengue test, strip gula darah, tes kehamilan dan lain-lain
3.7.2.2 Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
33
standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian perbekalan kesehatan rumah tangga.
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) adalah alat atau bahan yang
digunakan untuk memelihara dan merawat kesehatan yang digunakan oleh
manusia, hewan peliharaan, tempat-tempat umum dan rumah tangga berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Contoh PKRT adalah repelan,
tissue, kapas, deterjen dan lain-lain
3.7.3 Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
inspeksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Dalam
melaksanakan tugas, Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsinya antara lain penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi produk, sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang inspeksi
produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga; penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Subdirektorat Inspeksi
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga terdiri dari Seksi
Inspeksi Produk dan Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
34
3.7.3.1 Seksi Inspeksi Produk
Seksi Inspeksi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
di bidang inspeksi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
3.7.3.2 Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi
Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang inspeksi sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
3.7.4 Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi produk dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga. Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
menyelenggarakan fungsi antara lain penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan
distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan
bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang standardisasi
produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga; penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan
distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Subdirektorat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
35
Standardisasi dan Sertifikasi terdiri dari Seksi Standardisasi Produk dan Seksi
Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi.
3.7.4.1 Seksi Standardisasi Produk
Seksi Standardisasi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
di bidang standardisasi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
3.7.4.2 Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi
Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
3.8
Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Kegiatan-kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Alat Kesehatan meliputi sertifikasi produksi, pemberian izin edar
dan pemberian izin penyalur alat kesehatan. Selain itu, ada juga pelayanan surat
keterangan.
3.8.1 Sertifikasi Produksi
Sertifikasi produksi diberikan kepada sarana produksi alat kesehatan dan
PKRT yang telah melaksanakan cara produksi yang baik untuk menghasilkan
produk yang memenuhi standar mutu. Sertifikasi produksi didasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1189/MENKES/PER/
VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga, sebelumnya yang berlaku adalah izin produksi. Produksi alat kesehatan
hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sertifikat produksi dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
36
perusahaan yang telah memperoleh sertifikat produksi harus dapat menunjukkan
bahwa produksi dilaksanakan sesuai dengan pedoman Cara Pembuatan Alat
Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan atau Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan
dan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam CPAKB dan CPPKRTB adalah:
a.
Bangunan (denah untuk berproduksi).
b.
Diperhatikan apakah sudah memenuhi persyaratan ruangan produksinya baik
untuk pencampuran, pengisisan, pewadahan, penandaan dan lain-lain.
c.
Peralatan dan Bahan.
d.
Organisasi dan sumber daya manusia (terutama penanggung jawab
teknisnya).
e.
Perlengkapan kerja, seperti sarung tangan, masker, penutup kepala, pakaian
kerja dan lain-lain.
f.
Hygiene dan sanitasi.
g.
Pengawasan mutu.
h.
SOP (Standard Operating Procedure).
i.
Inspeksi diri.
j.
Penanganan terhadap keluhan.
k.
Dokumentasi dan lain-lain.
Tata cara atau prosedur mendapatkan sertifikat produksi alat kesehatan
dan/atau PKRT sebagai berikut:
a.
Perusahaan pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri
Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat dengan menggunakan contoh Formulir 1 (Lampiran 3).
b.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari
kerja sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membentuk tim pemeriksaan bersama
untuk melakukan pemeriksaan setempat.
c.
Tim pemeriksaan bersama, jika diperlukan dapat melibatkan tenaga
ahli/konsultan/lembaga tersertifikasi di bidang produksi yang telah disetujui
oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
37
d.
Tim pemeriksaan bersama selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
melakukan pemeriksaan dan membuat berita acara pemeriksaan.
e.
Apabila telah memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan
dari tim pemeriksaan bersama membuat surat rekomendasi kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
f.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf (b), (c) dan (d)
tidak dilaksanakan pada waktunya, perusahaan pemohon yang bersangkutan
dapat membuat surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Provinsi
dan
Kepala
Dinas
Kesehtan
Kabupaten/Kota setempat.
g.
Setelah surat rekomendasi diterima dan lampirannya sebagaimana dimaksud
pada huruf (f), Direktur Jenderal mengeluarkan sertifikat produksi alat
kesehatan dan /atau PKRT dalam jangka waktu 30 hari kerja setelah berkas
lengkap.
h.
Dalam jangka waktu 30 hari kerja sebagaimana dimaksud pada huruf (g),
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat melakukan
penundaan atau penolakan permohonan sertifikat produksi.
i.
Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud huruf (h), diberi kesempatan
untuk melengkapi persyaratannya yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 6
bulan sejak diterbitkannya surat penundaan.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, maka sertifikat produksi alat kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu:
3.8.1.1 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas A
Sertifikat produksi alat kesehatan kelas A adalah sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah menerapkan CPAKB secara keseluruhan sehingga
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
38
diizinkan untuk memproduksi alat kesehatan kelas I, kelas IIa, kelas IIb dan kelas
III.
3.8.1.2 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas B
Sertifikat produksi alat kesehatan kelas B adalah sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah layak memproduksi alat kesehatan kelas I, kelas IIa dan
kelas IIb sesuai ketentuan CPAKB.
3.8.1.3 Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas C
Sertifikat produksi alat kesehatan kelas C adalah sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah layak memproduksi alat kesehatan kelas I dan kelas IIa
tertentu sesuai ketentuan CPAKB.
3.8.2 Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Badan usaha yang telah memiliki izin edar sebagai penyalur dapat
melaksanakan penyaluran alat kesehatan. Persyaratan yang dibutuhkan dalam
proses permohonan izin penyalur alat kesehatan (Lampiran 4) adalah sebagai
berikut:
3.8.2.1 Surat Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Surat permohonan ditujukan kepada dinas kesehatan propinsi setempat
dilengkapi dengan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009):
a.
Akte notaris.
b.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan).
c.
Peta lokasi dan denah bangunan.
d.
Alamat gedung, bengkel.
e.
Penanggung jawab teknis.
f.
Tenaga teknisi.
g.
Surat penunjukan dari produsen luar negeri sebagai penyalur tunggal yang
dilegalisir oleh KBRI setempat atau dari produsen dalam negeri sebagai
penyalur tunggal yang dilegalisir oleh notaris setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
39
h.
Jenis atau macam alat kesehatan yang diedarkan.
i.
Brosur/katalog dari alat kesehatan yang diedarkan.
3.8.2.2 Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Tata cara pengajuan permohonan dan pemberian IPAK (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010c) sebagai berikut:
a.
Pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi setempat.
b.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi selambat-lambatnya 12 hari kerja sejak
menerima tembusan permohonan berkoordinasi dengan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk membentuk tim pemeriksaan bersama
untuk melakukan pemeriksaan setempat dan tim pemeriksaan bersama
selambat lambatnya 12 hari kerja melakukan pemeriksaan dan membuat
berita acara pemeriksaan.
c.
Apabila telah memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
selambat-lambatnya dalam waktu 6 hari kerja setelah menerima hasil
pemeriksaan dari tim pemeriksa bersama wajib melaporkan hasil pemeriksaan
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud pada (b) hingga (d)
tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon bersangkutan dapat membuat
surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak menerima surat
pernyataan, dengan mempertimbangkan persyaratan, Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat melakukan penundaan atau penolakan
izin PAK.
f.
Dalam jangka 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterima hasil pemeriksaan,
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengeluarkan izin
PAK.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
40
g.
Terhadap penundaan, pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
diterbitkan surat penundaan.
Sedangkan, untuk produk PKRT baik dalam negeri maupun impor tidak
memerlukan izin penyalur alat kesehatan.
3.8.3 Pemberian Izin Edar Produk
Dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1189/MENKES/ PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga tercantum ketentuan pelaksanaan pendaftaran, cara
pendaftaran, formulir pendaftaran, formulir permohonan, penilaian data,
keputusan,
perubahan
data,
penambahan
ukuran
kemasan,
pembatalan
persetujuan, pendaftaran kembali, kategori dan subkategori serta petunjuk
pengisian formulir pendaftaran alat kesehatan maupun perbekalan kesehatan
rumah tangga produksi dalam negeri dan impor. Untuk alat kesehatan lokal,
pengajuan pendaftaran dilakukan oleh produsen yang telah memiliki sertifikat
produksi. Sedangkan untuk alat kesehatan impor pengajuan pendaftaran dilakukan
oleh penyalur alat kesehatan.
Persyaratan alat kesehatan untuk mendapat izin registrasi, alat tersebut
haruslah memiliki kriteria sebagai berikut:
a.
Khasiat atau manfaat dan keamanan yang dibuktikan dengan melakukan uji
klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Selain itu, untuk perbekalan kesehatan
rumah tangga dibuktikan juga dengan uji keamanan yaitu tidak menggunakan
bahan yang dilarang dan tidak melebihi batas kadar yang telah ditentukan.
b.
Mutu yang memenuhi syarat dinilai dari cara produksi yang baik dan hanya
menggunakan bahan dengan spesifikasi yang sesuai untuk alat kesehatan
maupun perbekalan kesehatan rumah tangga.
c.
Penandaan berisi informasi yang dapat mencegah terjadinya salah pengertian
atau salah penggunaan. Perbekalan kesehatan rumah tangga harus berisi
informasi
yang
cukup
termasuk
tanda
peringatan
dan
cara
penanggulangannya apabila terjadi kecelakaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
41
Pengajuan izin registrasi alat kesehatan dan PKRT harus dilengkapi datadata yang terdiri dari data administrasi dan data teknis. Formulir persyaratan izin
edar untuk alat kesehatan dan PKRT masing-masing dapat dilihat pada Lampiran
5 dan 6.
3.8.3.1 Data Administrasi
a.
Data yang harus ada untuk registrasi alat kesehatan dalam negeri yaitu
sertifikat produksi sesuai dengan jenis alat kesehatan yang didaftarkan, lisensi
(bila merek produk dan formulanya berasal dari pihak lain), patent merek
(bila menggunakan merek sendiri).
b.
Data yang harus ada untuk registrasi alat kesehatan luar negeri/impor yaitu
izin usaha penyalur alat kesehatan, surat penunjukkan/surat kuasa untuk
mendaftarkan yang di legalisir oleh KBRI setempat, surat keterangan dari
pejabat pemerintah/badan yang diberi kewenangan di negara asal (Certificate
of Free Sale atau lainnya) bahwa produk tersebut diizinkan untuk dijual.
c.
Data yang harus ada untuk registrasi produk PKRT dalam negeri, yaitu
sertifikat produksi, surat perjanjian kerjasama/MOU (Memorandum of
Understanding) bila produsen memproduksi berdasarkan pesanan pihak lain
(toll manufacturing), surat lisensi bila merek dan formula berasal dari pihak
lain, surat pernyataan merek, paten merek yang dikeluarkan Ditjen HAKI
(jika ada), izin Komisi Pestisida (untuk PKRT yang mengandung pestisida),
formulir lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan), formulir lampiran
BB (spesifikasi bahan baku dan wadah), formulir lampiran CC (spesifikasi
dan stabilitas produk jadi), formulir lampiran DD (kegunaan, cara
penggunaan, penandaan dan contoh produk), hasil pengujian, rancangan
penandaan.
Catatan: Khusus PKRT yang mengandung pestisida harus menyertakan surat
persetujuan dari Komisi Pestisida.
d.
Data yang harus ada untuk registrasi produk PKRT impor yaitu surat
penunjukan sebagai distributor dari pabrik asal dan telah dilegalisir oleh
KBRI setempat, surat kuasa untuk mendaftar dari pabrik asal, certificate of
free sale untuk produk PKRT yang akan didaftarkan, ijin Komisi Pestisida,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
42
formulir lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan), formulir lampiran
BB (spesifikasi bahan baku dan wadah), formulir lampiran CC (spesifikasi
dan stabilitas produk jadi), formulir lampiran DD (kegunaan, cara
penggunaan, penandaan dan contoh produk), hasil pengujian, rancangan
penandaan.
3.8.3.2 Data Teknis
Data teknis yang diperlukan sebagai berikut:
a.
Untuk produk yang terbentuk dari bahan kimia, pendaftar harus memberikan
komponen formula dalam satuan internasional atau persentase dan
menuliskan fungsi masing-masing bahan.
b.
Prosedur pembuatan secara singkat berupa alur kerja/flow chart dalam proses
produksi disertai dengan keterangan tentang proses kritis yang mempengaruhi
kualitas dan langkah yang dilakukan untuk mengontrol proses kritis tersebut.
c.
Untuk produk HIV, harus melampirkan hasil evaluasi dari RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Untuk produk elektromedik, pastikan keamanan dengan
melampirkan data hasil uji sesuai dengan persyaratan IEC 60601 mengenai
keselamatan listrik.
d.
Untuk kelas I, sertifikat CE dapat menggantikan CoA dan proses produksi.
e.
Untuk alat kesehatan, formulir yang perlu dilampirkan adalah Formulir A
(data administrasi), Formulir B (informasi produk), Formulir C (spesifikasi
dan jaminan mutu), Formulir D (penandaan dan petunjuk penggunaan) dan
Formulir E (post market evaluation).
Evaluasi dan penilaian data dilaksanakan oleh tim penilai alat kesehatan.
Untuk alat kesehatan dengan teknologi baru atau canggih dilakukan evaluasi oleh
tim ahli yang terdiri dari pakar di bidangnya. Bila hasil penilaian dan keputusan
pendaftaran dinyatakan lengkap maka akan dikeluarkan nomor registrasi/izin
edar. Sedangkan, bila dinyatakan kurang atau tidak lengkap maka dapat diberikan
kesempatan untuk melengkapi data yang kurang dalam jangka waktu selambatlambatnya 3 bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan. Jika sampai pada batas
waktu yang ditentukan pemohon tidak melengkapi data maka dilakukan
penolakan pendaftaran.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
43
Nomor registrasi akan dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia setelah permohonan izin edar telah disetujui. Nomor registrasi terdiri
dari 11 digit dengan keterangan sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Digit 1
: kelas
Digit 2, 3
: kategori
Digit 4, 5
: sub kategori
Digit 6, 7
: tahun pemberian izin (dibalik)
Digit 8 sampai 11
: nomor urut pendaftaran
Alat Kesehatan Dalam Negeri
: AKD
Alat Kesehatan Impor
: AKL
PKRT Impor
: PKL
PKRT Dalam Negeri
: PKD
Contoh nomor izin edar alat kesehatan: AKD 21303701019
AKD
: Alat Kesehatan Dalam Negeri
Digit 1 (Angka 2)
: kelas 2 (resiko sedang)
Digit 2, 3 (Angka 13)
: Peralatan ortopedi
Digit 4, 5 (Angka 03)
: Peralatan ortopedi bedah
Digit 6, 7 (Angka 70)
: tahun pemberian izin (dibalik) 2007
Digit 8-11 (Angka 1019) : nomor urut pendaftaran 1019
Alat ini adalah alat kesehatan dalam negeri (AKD), termasuk kelas 2 dan
didaftarkan pada tahun 2007. Untuk penentuan/penilaian kelas, kategori dan sub
kategori alat kesehatan mengacu pada Code of Federal Regulation (CFR).
Contoh nomor izin edar PKRT: PKL 10102600879
PKL
: PKRT luar negeri
Digit 1 (Angka 1)
: kelas 1
Digit 2, 3 (Angka 01)
: kategori 1 (tissue dan kapas)
Digit 4, 5 (Angka 02)
: sub kategori 2 ( facial tisue)
Digit 6, 7 (Angka 60)
: tahun pemberian izin (dibalik) 2006
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
44
Digit 8-11 (Angka 0879) : nomor urut pendaftaran 0879
Alat ini adalah perbekalan kesehatan rumah tangga luar negeri (PKL), termasuk
kelas 1, kategori tissue dan kapas, subkategori facial tissue, dan didaftarkan pada
tahun 2006.
Pencabutan nomor pendaftaran/izin edar dan memerintahkan penarikan
dari peredaran alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar merupakan
wewenang dari pemerintah jika terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan. Pendaftaran/izin edar produk berlaku selama empat
tahun.
Jika dalam masa peredarannya terdapat penambahan atau perubahan pada
produk yang telah diizin edar tersebut, seperti nama, penandaan, kemasan,
penambahan ukuran kemasan dan lain-lain maka produk tersebut harus
didaftarkan kembali, produk tidak perlu mengganti nomor izin edar (masih dapat
memakai nomor izin edar yang lama). Namun jika terjadi perubahan formula
maka produk harus didaftarkan lagi ke Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan) dan nomor
izin edar lama tidak berlaku lagi (diganti dengan nomor izin edar baru).
3.8.4 Pelayanan Surat Keterangan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan selain memberikan
pelayanan pengajuan sertifikat produksi, izin penyalur dan izin edar, juga
memberikan pelayanan surat keterangan, diantaranya yaitu:
3.8.4.1 Certificate Of Free Sale (CFS)
CFS adalah surat keterangan bahwa produk alat kesehatan atau perbekalan
kesehatan rumah tangga yang akan diekspor telah terdaftar pada Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan telah beredar di Indonesia. Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pemohon untuk mendapatkan CFS yaitu:
a.
Surat permohonan mendapatkan CFS dengan mencantumkan negara tujuan.
b.
Lembar izin edar yang mencantumkan nama produk.
c.
Surat izin produksi atau sertifikat produksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
45
3.8.4.2 Surat Keterangan Lainnya
Surat keterangan lainnya hanya diberikan untuk keperluan berikut:
a.
Produk alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga impor
yang berupa bantuan atau donasi untuk kepentingan masyarakat atau kondisi
bencana.
b.
Produk alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga untuk
penelitian.
c.
Bahan atau komponen bahan baku impor untuk digunakan dalam
memproduksi alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga
yang sudah terdaftar.
d.
Bahan atau produk tertentu yang berdasarkan kajian bukan termasuk alat
kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga yang harus
didaftarkan pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan)
e.
Produk alat kesehatan yang diperlukan untuk pengujian dalam rangka
persyaratan pemberian izin edar.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk mendapatkan surat
keterangan tersebut diantaranya yaitu:
a.
Surat permohonan mendapatkan surat keterangan yang sesuai.
b.
Surat perjanjian Goverment to Goverment dari pihak yang berwenang.
c.
Surat keterangan impor barang yang sudah disetujui oleh pihak bea cukai
(invoice).
d.
Surat perjanjian kerjasama antara donatur dan penerima serta persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik bila digunakan di rumah sakit atau
persetujuan Direktorat Jederal Bina Kesehatan Masyarakat bila digunakan di
puskesmas.
e.
Surat protokol pengujian.
f.
Izin edar dan sertifikat produksi terkait produk yang dimaksud.
g.
Katalog/brosur/data pendukung lainnya mengenai produk tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
46
3.9
Pembinaan,
Pengendalian
dan
Pengawasan
Keamanan
Alat
Kesehatan dan PKRT
3.9.1 Pembinaan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT
Pembinaan yang dilakukan dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan
PKRT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat kesehatan dan
PKRT yang memenuhi persyaratan, melindungi masyarakat dari bahaya
penggunaan alat kesehatan dan PKRT yang tidak tepat atau tidak memenuhi
persyaratan dan menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan dan PKRT. Pembinaan keamanan alat
kesehatan dan PKRT dilakukan dalam berbagai bidang antara lain (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2004):
a.
Pemberdayaan masyarakat antara lain penyebarluasan informasi kepada
masyarakat dan melindungi masyarakat dari iklan yang tidak objektif, tidak
lengkap dan menyesatkan.
b.
Peredaran, dilakukan dengan menjaga keamanan, mutu dan kemanfaatan alat
kesehatan dan PKRT yang beredar.
c.
Sumber daya manusia, dilakukan dengan meningkatkan keterampilan teknis
tenaga kesehatan, membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan
atau lembaga pelatihan, menyediakan tenaga penyuluhan yang ahli dalam
bidang alat kesehatan dan PKRT, pelayanan kesehatan, dilakukan dengan
menjamin tersedianya alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan kemanfaatan dalam rangka pelayanan masyarakat.
d.
Produksi antara lain meningkatkan kemampuan teknik dan para penerapan
produksi alat kesehatan dan PKRT yang baik (CPAKB/Cara Pembuatan Alat
Kesehatan yang Baik dan CPPKRTB (Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang Baik).
3.9.2 Pengendalian dan Pengawasan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT
Penggunaan alat kesehatan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
dan membahayakan kesehatan sehingga dapat merugikan pasien atau operator alat
tersebut. Oleh karena itu, pengawasan/monitoring perlu dilakukan untuk dapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
47
menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan dari produk selama peredaran.
Pengawasan ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, produsen/penyalur maupun
masyarakat.
Pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah (pengawasan
eksternal) yaitu melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan dengan
memanfaatkan seluruh potensi yang ada terutama di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten, memberikan sanksi yang berskala nasional, provinsi dan
kabupaten terhadap pabrik yang melakukan kesalahan serta meningkatkan peran
serta masyarakat pada tingkat kabupaten, propinsi dan pusat.
Pengawasan harus dilakukan oleh produsen ataupun penyalur untuk
memberikan jaminan keamanan, mutu dan manfaat produknya terhadap
masyarakat.
Pengawasan
yang
dapat
dilakukan
oleh
produsen/penyalur
(pengawasan internal) yaitu produsen berkewajiban mengadakan pembenaran di
lapangan tentang mutu dan klaim produknya, melaksanakan pemantauan efek
samping dari produknya, melaksanakan perbaikan dan atau menarik produknya
yang tidak memenuhi standar.
Masyarakat sebagai konsumen juga dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan terhadap peredaran alat kesehatan dan PKRT yang tidak memenuhi
persyaratan. Pengawasan yang dapat dilakukan oleh masyarakat (pengawasan
eksternal) yaitu memberdayakan masyarakat untuk mengetahui hak dan
kewajibannya terhadap alat kesehatan yang beredar, meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi
standar yang ditetapkan serta dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan
produsen demi peningkatan mutu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
48
3.10
Jadwal Kegiatan PKPA di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
No. Hari dan Tanggal
Jenis/Materi Kegiatan
1. Senin,
1. Penjelasan umum tentang struktur organisasi
6 Juni 2011
Kementian Kesehatan dan penjelasan struktur
organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan oleh Ibu Rida Wijarti, Apt.
2. Penjelasan tentang Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan oleh Kasubag Tata
Usaha Ibu Lucia Dina Kombong, SH., M.Si.
2. Selasa,
1. Penjelasan mengenai tata cara registrasi Alat
7 Juni 2011
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) oleh Kasie Alat Kesehatan Non
Elektromedik Ibu Nurlaili Isnaini, Apt., MM.
2. Penjelasan mengenai tata cara registrasi diagnostik
invitro oleh Kasie Produk Diagnostik Invitro Ibu
Dra. Ema Viaza, Apt.
3. Penjelasan mengenai inspeksi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga oleh Kasie
Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi Ibu Dra.
Mesra Retty, Apt.
3. Rabu,
Penjelasan mengenai pelayanan perizinan sarana
8 Juni 2011
produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT oleh
Kasie Standarisasi dan Sertifikasi Produksi dan
Distribusi Ibu Dra. Lili Sa’diah Jusuf, Apt.
4. Kamis,
Penilaian berkas registrasi alat kesehatan non
9 Juni 2011
elektromedik dan diagnostik invitro.
5. Jumat,
Penyusun laporan umum dan khusus.
10 Juni 2011
6. Senin,
Penyusun laporan umum dan khusus.
13 Juni 2011
7. Selasa,
Penyusun laporan umum dan khusus.
14 Juni 2011
8.
9.
10.
11.
Rabu,
15 Juni 2011
Kamis,
16 Juni 2011
Jumat,
17 Juni 2011
Senin,
20 Juni 2011
Penyusun laporan umum dan khusus.
Penyusun laporan umum dan khusus.
Penyusun laporan umum dan khusus.
Penyusun laporan umum dan khusus.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 4
PEMBAHASAN
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan salah
satu Direktorat Jenderal yang berada di bawah Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dipimpin oleh
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang membawahi empat
Direktorat yaitu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat
Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian serta membawahi
satu Sekretariat Direktorat Jenderal. Struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/ PER/VIII/2010.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah salah satu
direktorat yang ada di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kegiatan di direktorat ini adalah
melaksanakan perumusan kebijakan, standarisasi, sertifikasi di bidang produksi dan
distribusi alat kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan masyarakat dari kesalahgunaan, penyalahgunaan dan penggunaan alat
kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang tidak tepat atau
yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri dari empat
subdirektorat (subdit) yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi berdasarkan
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan terdiri dari empat subdirektorat yaitu Subdirektorat Penilaian Alat
Kesehatan, Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan PKRT,
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT, Subdirektorat Standardisasi dan
Sertifikasi, Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Masingmasing subdirektorat dipimpin oleh satu orang kepala subdirektorat dengan dua
orang kepala seksi dan keseluruhan jumlah pegawai yang ada di bagian Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah tiga puluh sembilan orang. Struktur
organisasi yang baru secara resmi dilaksanakan pada bulan Januari 2011.
49
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
50
Pada struktur organisasi sebelumnya berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1575/MENKES/PER/XI/2005
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan terbagi menjadi empat subdirektorat yang berbeda dengan
struktur organisasi saat ini yaitu Subdirektorat Alat Kesehatan Elektromedik;
Subdirektorat Alat Kesehatan Non Elektromedik; Subdirektorat Produk Diagnostik
dan Reagensia; serta Subdirektorat Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Tiap subdirektorat melakukan tugas utamanya yaitu pemberian sertifikasi produksi,
pemberian izin edar produk alat kesehatan dan PKRT, pemberian izin penyalur alat
kesehatan (IPAK) dan melakukan pengawasan terhadap alat kesehatan dan PKRT.
Pelaksanaan tugas pada struktur organisasi yang lama dinilai kurang efektif karena
masing-masing subdirektorat melakukan semua tugas mulai dari standardisasi dan
sertifikasi hingga pengawasan alat kesehatan dan PKRT. Oleh karena itu, perubahan
struktur organisasi baru yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi dari tiap
subdirektorat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja dari
masing-masing subdirektorat di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan.
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan bertugas melakukan penilaian dan
pemberian izin edar untuk produk alat kesehatan. Subdirektorat Penilaian Alat
Kesehatan terdiri dari Seksi Alat Kesehatan Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan
Non Elektromedik. Pada struktur organisasi sebelumnya, dua seksi ini terpisah
dalam subdirektorat yang berbeda.
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) bertugas melakukan penilaian dan pemberian
izin edar produk diagnostik invitro (pada struktur sebelumnya produk diagnostik
reagensia) dan PKRT. Alat kesehatan diagnostik invitro kelas III (misalnya untuk
penyakit HIV atau flu burung) harus menyertakan uji klinis dari RSCM, sedangkan
untuk alat kesehatan elektromedik dan non elektromedik alurnya hampir sama dan
tidak berbeda jauh. Hanya saja untuk alat kesehatan elektromedik harus mempunyai
bengkel untuk reparasi/workshop, mempunyai izin dari BAPETEN (Badan
Pengawas Tenaga Nuklir) jika alat yang hendak diedarkan menggunakan radiasi/Xray, selanjutnya orang yang menjadi penanggung jawab teknis harus mempunyai
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
51
pendidikan yang berhubungan dengan teknik elektromedik.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT memiliki dua seksi yaitu
Inspeksi Produk dan Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi. Subdirektorat ini
bertugas melakukan pengawasan terhadap produk serta sarana produksi dan
distribusi di seluruh wilayah Indonesia dengan teknik sampling. Pengawasan ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan alokasi biaya, waktu dan pengaturan tugas
pelaksanaan. Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan memberdayakan daerah
baik propinsi maupun kabupaten/kota dengan bimbingan pusat. Dalam mencapai
hasil yang optimal, kegiatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT dilaksanakan
secara terpadu dengan melibatkan pemerintah, produsen, distributor dan
masyarakat.
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi memiliki tugas dalam pemberian
sertifikat produksi dan izin penyalur alat kesehatan. Subdirektorat Standardisasi dan
Sertifikasi merupakan subdirektorat yang baru dibentuk di direktorat ini.
Pembentukan ini didasari akan pentingnya pemerataan kualitas dari produk serta
sarana produksi dan distribusi untuk menjamin keamanan dan mutu produk. Dalam
melakukan standardisasi, subdit ini bekerja sama dengan Badan Standarisasi
Nasional (BSN).
Selama PKPA di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan,
dapat disimpulkan bahwa perlunya sosialisasi lebih lanjut mengenai registrasi alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga kepada masyarakat agar
masyarakat mengetahui produk alat kesehatan yang memang benar dilegalkan oleh
Kementerian Kesehatan. Pengawasan lebih lanjut terhadap produk yang sudah
diedarkan perlu dilakukan karena banyak perusahaan yang tidak memperpanjang
izin edar alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga yang lama.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a.
Struktur organisasi, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan didasarkan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010.
b.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan merupakan salah
satu direktorat pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan yang berperan dalam pembinaan, pengendalian dan pengawasan
alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga dalam upaya menjamin
persyaratan mutu, manfaat, dan keamanan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga yang beredar di wilayah Republik Indonesia.
5.2
Saran
Perubahan struktur organisasi di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan memberikan kinerja yang baik dan efisien dibandingkan struktur
sebelumnya. Akan tetapi, untuk mencapai pelayanan yang optimal maka perlu
dilakukan:
a.
Sosialisasi lebih luas mengenai tata cara dan persyaratan registrasi alat
kesehatan dan PKRT.
b.
Penambahan jumlah tenaga kerja dan memperluas ruangan kerja untuk
meningkatkan kinerja dan kecepatan pelayanan terhadap pemohon.
c.
Penggunaan sistem online untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan
sertifikat produksi, izin penyalur alat kesehatan dan izin edar alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
52
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
53
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1184/MENKES/PER/X/ 2004 tentang Pengamanan
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Rencana Strategis Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Depkes RI tahun 2005-2009.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Pelaksanaan
Pelayanan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Penilaian Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010c). Peraturan
Kesehatan Republik Indonesia No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010
Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri
Tentang
Tangga.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010d). Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1191MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36
tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
54
Lampiran 1. Struktur organisasi Kementerian Kesehatan RI
MENTERI KESEHATAN
STAFF AHLI
SEKRETARIAT JENDERAL
INSPEKTORAT JENDERAL
SEKERETARIAT
ITJEN
INSPEKTORAT
BIRO
PERENCANAAN
DAN
ANGGARAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL
BINA UPAYA KESEHATAN
SEKERETARIAT
DITJEN
BIRO
KEPEGAWAIAN
BIRO
KEUANGAN DAN
BARANG MILIK
NEGARA
DIREKTORAT JENDERAL
BINA GIZI DAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK
SEKERETARIAT
DITJEN
SEKERETARIAT
DITJEN
SEKERETARIAT
DITJEN
DIREKTORAT
DIREKTORAT
BADAN
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT
PUSAT
DATA DAN
INFORMASI
BIRO
UMUM
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT
DIREKTORAT
BIRO
HUKUM
DAN
ORGANISASI
PUSAT
KERJASAMA
LUAR NEGERI
DIREKTORAT JENDERAL
BINA GIZI DAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK
SEKERETARIAT
BADAN
PUSAT
PENANGGULANGAN
KRISIS KESEHATAN
SEKERETARIAT
BADAN
PUSAT
PUSAT
PEMBIAYAAN DAN
JAMINAN KESEHATAN
PUSAT
KOMUNIKASI
PUBLIK
PUSAT
PROMOSI
KESEHATAN
PUSAT
INTELIGENSIA
KESEHATAN
PUSAT
KESEHATAN
HAJI
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
55
Lampiran 2. Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
DIREKTORAT
BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT
KESEHATAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIT
PENILAIAN ALAT
KESEHATAN
SEKSI
ALAT
KESEHATAN
ELEKTROMEDIK
SEKSI
ALAT
KESEHATAN
NON
ELEKTROMEDI
SUBDIT
PENILAIAN PRODUK
DIAGNOSTIK INVITRO
DAN PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH
TANGGA
SEKSI
PRODUK
DIAGNOSTIK
INVITRO
SUBDIT
INSPEKSI ALAT
KESEHATAN DAN
PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH
TANGGA
SEKSI
PERBEKALAN
KESEHATAN
RUMAH
TANGGA
SEKSI
INSPEKSI
PRODUK
SEKSI
INSPEKSI
SARANA
PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI
SUBDIT
STANDARISASI DAN
SERTIFIKASI
SEKSI
STANDARISASI
PRODUK
SEKSI
STANDARISASI DAN
SERTIFIKASI
PRODUKSI &
DISTRIBUSI
KJF
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
56
Lampiran 3. Formulir permohonan sertifikat produksi alat kesehatan/PKRT
PERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN / PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH TANGGA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan sertifikat produksi
Alat Kesehatan / Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
1. Nama Pemohon
:
Lampiran 4
Alamat pemohon
:
Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat
2. Nama Pabrik
:
Alamat Pabrik
:
3. Badan Usaha
:
4. NPWP
:
SIUP
:
TDI
:
5. Status Permodalan
:
Lampiran 4
Formulir
Permohonan
Izin
Penyalur Alat
6. Alamat surat
menurat
dan nomor
telepon
: (lanjutan)
Alamat gudang
:
7. Jenis yang akan diproduksi
:
8. Nama Penanggung Jawab Teknis Produksi
:
9. Pendidikan Penanggung Jawab Produksi
:
Pas foto Pemohon
Berwarna
Ukuran
4x6
Pemohon,
Tanda Tangan
Stempel Perusahaan
Materai Rp. 6.000
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
57
Lampiran 4. Formulir permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK)
Nomor
Lampiran
Perihal
:
: …….Lembar
: Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Kepada Yth,
Direktorat Jenderal ………………………
Kementerian Kesehatan RI
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
di –
JAKARTA.
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin
penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sebagai berikut :
1. Pemohon
a. Nama Pemohon
b. Alamat dan Nomor Telepon
2. Perusahaan
a. Alamat Kantor dan nomor telepon
b. Alamat gudang dan nomor telepon
c. Alamat
bengkel/workshop
dan
nomor telp.
d. Akte notaries pendirian perusahaan
yang
telah
disahkan
oleh
Kementerian Hukum dan HAM
(terlampir(
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
f. Nomor
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan (SIUP)
g. Pimpinan Perusahaan (daftar nama
Direksi dan Dewan Komisaris –
Terlampir)
3. Penanggung Jawab Teknis
a. Nama
b. Ijazah
c. Surat Perjanjian Kerja sebagai
Penanggung
JAwab
Teknis
(terlampir)
d. Sertifikat penunjang
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
58
(Lanjutan)
4. Tenaga Teknis
a. Nama
b. Ijazah
c. Sertifikat Penunjang PJT
5. Lampiran berupa
a. Peta lokasi dan denah bangunan
b. Jenis/macam alat kesehatan yang
akan diedarkan
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
Demikianlah permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak
kami ucapkan terima kasih.
………………………….
Pemohon
Materai
(……………………..…)
Tembusan Kepada Yth,
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota di ………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
59
Lampiran 5. Formulir permohonan izin edar alat kesehatan
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTOPRAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR ……………………
TANGGAL …………………
ALAT KESEHATAN
DALAM NEGERI
IMPORT
1. Nama Perusahaan yang mendaftarkan
Alamat lengkap dan nomor telepon
Alamat surat-menyurat dan nomor telp
2. NPWP
3. Nama dagang Alat Kesehatan
4. Kategori dan Sub kategori Alat Kesehatan
5. HS Code
6. Keterangan lain mengenai Alat Kesehatan
(tipe, netto, isi, kemasan, ukuran)
7. Nama Pemberi Lisensi
Alamat lengkap
8. Nama Pabrik Induk
Alamat lengkap
9. Nama Penerima Lisensi
Alamat lengkap
10. Permohonan ini dilengkapi dengan
Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: … lampiran (jumlahanya)
Jakarta, ………………
Tanda Tangan
Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
(…………………..)
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
60
Lampiran 6. Formuliur A (Data administrasi)
FORMULIR A
DATA ADMINISTRASI
NAMA PRODUK
NAMA
PERUSAHAAN
:
YANG :
MENDAFTARKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ALAMAT PERUSAHAAN
:
NAMA PABRIK
:
ALAMAT PABRIK
:
TIPE / UKURAN
:
Berikan foto copy sertifikat Produksi alat kesehatan yang dikeluarkan
oleh Menteri Kesehatan Cq Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan (untuk Alat Kesehatan Lokal)
Berikan foto copy ijin penyalur alat kesehatan beserta addendumnya
yang dikeluarkan oleh Menetri Kewsehatan Cq Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (untuk alat kesehatan impor)
Berikan foto copy surat kuasa sebagai agent atau sole distributor yang
diberi kuasa mendaftar alat kesehatan ke Kementerian Kesehatan dari
principal/pabrik asal yang telah dilegalisir oleh KBRI
Berikan Certificate of Free Sale dari lembaga yang berwenang
Berkan ringkasan eksklusif alat kesehatan berisi :
a. Tinjauan ringkasan mengenai deskripsi alat kesehatan beserta
mekanisme kerjanya bila ada
b. Sejarah pemasaran
c. Tujuan penggunaan dan indikasi pada label
d. Jika belum memiliki ijin edar dari Negara lain yang diakui harus
memberikan informasi tentang status tunggu tersebut
e. Informasi penting tentang keamanan atau kinerja alat
Salinan/fotokopi sertifikasi dokumen yang menyebutkan kesesuaian
terhadap standar produk, persyaratan keamanan, efektivitas, dan sistem
mutu dalam desain dan proses pembuatan
Berikan standar yang digunakan dan bukti kesesuaian terhadap standar
tersebut
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
61
Lampiran 7. Formulir B (Informasi produk)
FORMULIR B
INFORMASI PRODUK
NAMA PRODUK
NAMA
PERUSAHAAN
:
YANG :
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
:
NAMA PABRIK
:
ALAMAT PABRIK
:
TIPE / UKURAN
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Uraian alat :
ï‚· Cara penggunaan
ï‚· Indikasi penggunaan alat
ï‚· Brosur
ï‚· Material produk
ï‚· Kadaluwarsa (untuk produk steril/yang memiliki kadaluwarsa)
Deskripsi dan fitur alat kesehatan
Tujuan penggunaan
Indikasi
Peunjuk penggunaan
Kontraindikasi
Peringatan (bila ada)
Perhatian (bila ada)
Potensi efek yang tidak diinginkan
Alternatif terapi
Material
Informasi pabrik
Proses produksi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
62
Lampiran 8. Formulir C (Informasi spesifikasi dan jaminan mutu)
FORMULIR C
INFORMASI SPESIFIKASI DAN JAMINAN MUTU
NAMA PRODUK
NAMA
PERUSAHAAN
:
YANG :
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
:
NAMA PABRIK
:
ALAMAT PABRIK
:
TIPE / UKURAN
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jelaskan karakteristik fungsional dan spesifikasikinerja teknis alat
Berikan informasi tambahan karakteristik alat yang belum dicantumkan
pada bagian sebelumnya
Berikan ringkasan dari verifikasi rancangan dan dokumen validasi
Berikan studi pre-klinis
Berikan hasil pengujian validasi piranti lunak (jika dapat diterapkan)
Berikan informasi hasil penelitian untuk alat yang mengandung material
biologi
Berikan bukti klinis
Jelaskan analisis resiko dan alat
Berikan hasil analisis esiko dan alat
Berikasn spesifikasi dan/atau persyaratan bahan baku
Berikan spesifikasi kemasan (produk diagnostik)
Berikan data hasil uji analisis dan/atau uji klinis (spesifitas, sensitivitas,
dan stabilitas. Untuk pereaksi/produk diagnostik in vitro
Berikan hasil uji analisis atau hasil uji klinis dan keamananan alat
kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
63
Lampiran 9. Formulir D (Penandaan dan petunjuk penggunaan)
FORMULIR D
PENANDAAN DAN PETUNJUK PENGGUNAAN
NAMA PRODUK
NAMA
PERUSAHAAN
:
YANG :
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
:
NAMA PABRIK
:
ALAMAT PABRIK
:
TIPE / UKURAN
:
1.
2.
3.
4.
Jelaskan penandaan yang ada pada alat
Berikan contoh penandaan
Berikan dan jelaskan petunjuk penggunaan, materi pelatihan, dan
petunjuk pemasangan serta pemeliharaan
Berikan kode produksi dan artinya
*** Khusus alat kesehatan yang berupa instrument cukup melampirkan brosur
dan manual yang berisi keterangan secara lengkap
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
64
Lampiran 10. Formulir E (Post market evaluation)
FORMULIR E
POST MARKET EVALUATION
NAMA PRODUK
NAMA
PERUSAHAAN
:
YANG :
MENDAFTARKAN
ALAMAT PERUSAHAAN
:
NAMA PABRIK
:
ALAMAT PABRIK
:
TIPE / UKURAN
:
1.
Berikan prosedur yang digunakan dan sistem pencatatan, penanganan
complain, Laporan Kejadian Efek yang tidak diinginkan dan Prosedur
Recall
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
65
Lampiran 11. Formulir permohonan izin edar PKRT dalam negeri
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTOPRAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR ……………………
TANGGAL …………………
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DALAM NEGERI
1. Nama Perusahaan yang mendaftarkan
Alamat lengkap dan nomor telepon
Alamat surat-menyurat dan nomor telp
Perusahaan yang bertanggung jawab atas
pemesanan
Alamat dan nomor telp produsen yang
ditunjuk
Alamat dan nomor telepon produsen
NPWP
2. Nama dagang PKRT sesuai etiket
3. Kategori dan Sub kategori Alat Kesehatan
4. HS Code
5. Keterangan lain mengenai Alat Kesehatan
(tipe, netto, isi, kemasan, ukuran)
6. Nama Pemberi Lisensi
Alamat lengkap
7. Nama Pabrik Induk
Alamat lengkap
8. Nama Penerima Lisensi
Alamat lengkap
9. Permohonan ini dilengkapi dengan
Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: … lampiran (jumlahnya)
Jakarta, ………………
Tanda Tangan
Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
(…………………..)
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
66
Lampiran 12. Formulir permohonan PKRT impor
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTOPRAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR ……………………
TANGGAL …………………
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA IMPOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Perusahaan yang mendaftarkan
(perusahaan yang diberi kuasa untuk
mendaftar)
Alamat lengkap dan nomor telepon
NPWP
Nama dagang PKRT sesuai etiket
Kategori dan Sub kategori PKRT
HS Code
Keterangan lain mengenai Alat Kesehatan
(tipe, netto, isi, kemasan, ukuran)
Nama Pabrik Pemberi kuasa untuk
mendaftar
Alamat lengkap
Nama Perusahaan luar negeri yang
memberi kuasa untuk mendaftar
Alamat lengkap
Terangkan apakah PKRT ini sudah
diperdagangkan di luar negeri
Sebutkan
nama
tempat
PKRT
diperdagangkan
Permohonan ini dilengkapi dengan
Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: … lampiran (jumlahnya)
Jakarta, ………………
Tanda Tangan
Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
(…………………..)
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
67
Lampiran 13. Formulir AA (Formula/komponen dan prosedur pembuatan)
FORMULIR AA
FORMULIR KEAMANAN & PROSEDUR PEMBUATAN
NAMA
PERUSAHAAN
YANG :
MENDAFTARKAN
NAMA PKRT
:
BENTUK
:
WARNA
:
KEMASAN
:
NETTO/ISI
:
KETERANGAN LAIN
:
1. Berikan formula (kualitatif dan kuantitatif) serta fungsi setiap bahan yang
digunakan
2. Berikan prosedur pembuatan secara singkat dan jelas
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
68
Lampiran 14. Formulir BB (Spesifikasi bahan baku dan wadah)
FORMULIR BB
SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN WADAH
NAMA
PERUSAHAAN
YANG :
MENDAFTARKAN
NAMA PKRT
:
BENTUK
:
WARNA
:
KEMASAN
:
NETTO/ISI
:
KETERANGAN LAIN
:
1. Berikan spesifikasi dan/atau persyaratan bahan baku
2. Berikan sertifikat uji laboratorium dan bahan yang digunakan
3. Berikan spesifikasi wadah dan tutup
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
69
Lampiran 15. Formulir CC (Spesifikasi dan stabilitas produk jadi)
FORMULIR CC
SPESIFIKASI DAN STABILITAS PRODUK JADI
NAMA
PERUSAHAAN
YANG :
MENDAFTARKAN
NAMA PKRT
:
BENTUK
:
WARNA
:
KEMASAN
:
NETTO/ISI
:
KETERANGAN LAIN
:
1. Berikan spesifikasi dan prosedur pemeriksaan produk jadi
2. Berikan pstabilitas produk jadi dan batas kadaluwarsa jika ada
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
70
Lampiran 16. Formulir DD (Kegunaan dan contoh)
FORMULIR DD
KEGUNAAN DAN CONTOH
NAMA
PERUSAHAAN
YANG :
MENDAFTARKAN
NAMA PKRT
:
BENTUK
:
WARNA
:
KEMASAN
:
NETTO/ISI
:
KETERANGAN LAIN
:
1. Berikan keterangan mengenai kegunaan cara penggunaan serta hal-hal yang
perlu diterangkan termasuk peringatan dan sebagainya
2.
Berikan contoh kode produksi dan jelaskan artinya
3.
Lampirkan rancangan penandaan (etiket, wadah dan pembungkus, brosur,
serta tulisan lain yang menyertai PKRT tersebut
4.
Berikan contoh produk 2 (dua0
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PENELAAHAN IKLAN
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
PRODUK ANTISEPTIK “X” PADA MEDIA BROSUR
DEVY OCTARINA, S.Farm.
1006835160
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
i
ii
iv
1. PENDAHULUAN………………………………………………...............
1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1.2 Tujuan……………………………………………………………….
1
1
2
2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
2.1 Pengawasan Iklan Alat Kesehatan Dan PKRT………………………
2.1.1 Prioritas Produk Yang Diawasi…………………………………
2.1.2 Tempat Pengambilan Pengawasan Iklan………………………..
2.1.3 Tim Pengawasan Iklan…………………………………………
2.1.3.1 Tingkat Pusat……………………………………………
2.1.3.2 Tingkat Propinsi………………………………………
2.1.3.3 Tingkat Kabupaten/Kota………………………………..
2.1.4 Persyaratan Tim Pengawasan Iklan……………………………
2.1.4.1 Ketua Tim………………………………………………
2.1.4.2 Anggota Tim……………………………………………
2.1.5 Tugas Tim Pengawasan Iklan…………………………………...
2.1.5.1 Tugas Tim………………………………………………
2.1.5.2 Ketua Tim………………………………………………
2.1.5.3 Anggota Tim……………………………………………
2.1.6 Tahapan Prosedur Pengawasan…………………………………
2.1.6.1 Persiapan Pengambilan Sampel Iklan…………………..
2.1.6.2 Pengambilan Sampel Iklan……………………………...
2.1.6.3 Formulir Penilaian Iklan………………………………
2.1.6.4 Cara Pengisian Formulir Penilaian Iklan……………….
2.1.7 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Materi Iklan Alkes …
2.1.7.1 Hal-Hal Umum Yang Harus Diperhatikan Dalam Iklan
Alkes…………………………………………………….
2.1.7.2 Secara Khusus Iklan Alkes Yang Harus Lebih
Diperhatikan ……………………………………………
2.1.8 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Materi Iklan PKRT..
2.1.8.1 Hal-Hal Umum Yang Harus Diperhatikan Dalam Iklan
PKRT……………………………………………………
2.1.8.2 Secara Khusus Iklan PKRT Yang Harus Lebih
Diperhatikan…………………………………………….
2.2 Pelaporan dan Tindak Lanjut…………………………………………
2.3 Kewenangan Pengawasan Alat Kesehatan…………………………….
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
7
8
16
3. TELAAH KASUS………………………………………………………
22
4. PEMBAHASAN…………………………………………………………
23
ii
16
17
18
18
18
19
20
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………
5.2Saran……………………………………………………………………
25
25
25
DAFTAR ACUAN…………………………………………………………... 26
iii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan pengawasan iklan DinKes Propinsi/Kabupaten/Kota..
Lampiran 2. Laporan pengawasan iklan DitJen Bina Kefarrmasian dan Alat
Kesehatan……………………………………………………….
Lampiran 3. Alur kerja untuk petugas Propinsi/Kabupaten/Kota……………
Lampiran 4. Alur kerja untuk petugas pusat………………………………
iv
27
28
29
30
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) memiliki
peran penting dalam kualitas pelayanan kesehatan. Saat ini alat kesehatan dan
PKRT yang beredar dan digunakan masyarakat semakin bertambah dan menjadi
kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia memiliki tanggung jawab terhadap keamanan, mutu
dan manfaat alat kesehatan dan PKRT yang beredar di masyarakat baik yang
dihasilkan oleh industri kecil, industri besar dan produk impor dengan melakukan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Alat kesehatan dan PKRT dapat
diiklankan apabila sudah mendapat nomor pendaftaran dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Informasi iklan Alat kesehatan dan PKRT harus sesuai dengan
klaim dan label yang disetujui pada izin edar. Produk/barang yang tidak disetujui
pendaftarannya sebagai alat kesehatan dan PKRT tidak boleh diiklankan sebagai
produk Alat kesehatan dan PKRT.
Agar iklan yang ditayangkan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan khususnya SubDirektorat
Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT melakukan pengawasan terhadap iklan alat
kesehatan dan PKRT sehingga iklan tersebut memberikan informasi yang
bermanfaat dan tidak menyesatkan masyarakat. Pengawasan yang dilakukan adalah
post market evaluation yaitu pengawasan terhadap iklan media elektronik, media
cetak, brosur/leaflet dan sebagainya yang beredar di masyarakat. Dengan adanya
otonomi daerah serta keterbatasan sumber daya manusia di tingkat pusat maka
pembinaan, pengawasan dan pengendalian alat kesehatan dan PKRT dilaksanakan
bersama oleh pusat, Dinas Kesehatan Propinsi maupun Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan pengawasan alat
kesehatan dan PKRT ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan
pemerintah, produsen, distributor dan masyarakat.
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
2
1.2
Tujuan
a.
Memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai pengawasan iklan alat
kesehatan dan PKRT yang dilakukan oleh Subdit Inspeksi Alat Kesehatan
dan PKRT.
b.
Mentelaah iklan PKRT produk antiseptik “x” pada media brosur.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengawasan Iklan Alat Kesehatan (Alkes) Dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan, 2009)
Pengawasan iklan untuk Alkes dan PKRT adalah kegiatan yang saling
berhubungan satu sama lain antara produsen, pemerintah dan masyarakat sebagai
konsumen. Produsen harus menjamin keamanan, mutu dan manfaat produknya
dan mengiklankan produk tersebut dengan prinsip memberikan informasi yang
objektif, lengkap dan tidak menyesatkan. Sedangkan tugas pemerintah adalah
melakukan post market evaluation yaitu melakukan pengawasan iklan yang telah
beredar dimasyarakat dimana harus sesuai dengan label dan penandaan yang telah
disetujui didalam izin edar yang dimiliki.
Produsen wajib melakukan reevaluasi terhadap iklan yang ditayangkan
agar tidak terjadi informasi yang menyesatkan atau berlebihan akibat
ditayangkannya iklan tersebut. Peran masyarakat sebagai konsumen adalah
dengan selalu membaca label dan informasi, memperhatikan setiap iklan yang
beredar itu benar atau tidak dan jika terdapat iklan yang menyesatkan harus segera
dilaporkan kepada pemerintah sehingga pemerintah dapat mengantisipasi apakah
penayangan iklan tersebut harus diberhentikan atau tidak.
Prinsip iklan Alkes dan PKRT adalah:
a.
Obyektif yaitu menyatakan hal yang benar sesuai dengan kenyataan.
b.
Tidak menyesatkan, tidak berlebihan perihal asal, sifat, kualitas, kuantitas,
komposisi, kegunaan, keamanan dan batasan sebagai Alkes dan PKRT.
c.
Lengkap yaitu tidak hanya mencantumkan informasi tentang kegunaan tetapi
juga memberikan informasi tentang peringatan dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan oleh pemakai, misalnya cara penanggulangan bila terjadi
kecelakaan.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
4
2.1.1 Prioritas Produk Yang Diawasi
Sasaran diprioritaskan pada Alkes dan PKRT dengan kriteria sebagai
berikut:
a.
Produk yang menarik perhatian karena dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan.
b.
Produk yang apabila terjadi salah penggunaan dapat merugikan masyarakat
luas.
c.
Produk yang banyak dipakai oleh masyarakat.
2.1.2 Tempat Pengambilan Pengawasan Iklan
Tempat pengambilan pengawasan iklan adalah:
a.
Media cetak antara lain koran, majalah, tabloid, leaflet, booklet, brosur dll.
b.
Media elektronik antara lain radio, televisi dll.
c.
Media luar ruang antara lain billboard, spanduk dll.
d.
Pengaduan masyarakat.
2.1.3 Tim Pengawasan Iklan
Tim pelaksana pengawasan iklan adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Tingkat Pusat
Terdiri dari satu orang yang ditunjuk sebagai ketua tim dan dibantu oleh
beberapa orang anggota dari Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
2.1.3.2 Tingkat Propinsi
Terdiri dari satu orang yang ditunjuk sebagai ketua tim dan dibantu oleh
beberapa orang anggota dari Dinas Kesehatan Propinsi.
2.1.3.3 Tingkat Kabupaten/Kota
Terdiri dari satu orang yang ditunjuk sebagai ketua tim dan dibantu oleh
beberapa orang anggota dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
5
2.1.4 Persyaratan Tim Pengawasan Iklan
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengawas iklan yaitu:
2.1.4.1Ketua Tim
Ketua tim harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
Memiliki kompetensi dibidang Alkes dan PKRT.
b.
Setiap Ketua Tim harus dilengkapi dengan surat tugas dari Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan atau dari Dinas Kesehatan Propinsi
atau Kabupaten/Kota.
2.1.4.2 Anggota Tim
Anggota harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
Memiliki kompetensi dibidang Alkes dan PKRT.
b.
Mampu bekerja sama dengan tim.
c.
Harus dilengkapi dengan surat tugas dari Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan atau dari Dinas Kesehatan Propinsi atau
Kabupaten/Kota.
2.1.5 Tugas Tim Pengawasan Iklan
Tugas yang harus dilaksanakan sebagai tim pengawas iklan yaitu:
2.1.5.1 Tugas Tim
a.
Melakukan pelaksanaan pengawasan iklan sesuai dengan prioritas dan dana
yang telah ditetapkan.
b.
Membuat pertanggungjawaban pelaksanaan pengawasan iklan.
c.
Membuat laporan dan usulan tindak lanjut kepada pimpinan.
2.1.5.2 Ketua Tim
a.
Menentukan produk dan media yang akan dipantau.
b.
Memantau iklan yang beredar di media baik media media cetak maupun
media elektronik.
c.
Menerima hasil telaahan dan penilaian materi iklan dari anggota tim.
d.
Membuat laporan dan melaporkan hasil penilaian iklan kepada Direktur Bina
Produksi dan Distribusi Alkes untuk menentukan tindak lanjut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
6
2.1.5.3 Anggota Tim
a.
Mempersiapkan perlengkapan untuk kegiatan penilaian iklan.
b.
Memantau iklan yang beredar di media baik cetak maupun media elektronik.
c.
Melakukan telaahan dan penilaian isi iklan.
d.
Menyerahkan hasil penilaian pada ketua tim.
2.1.6 Tahapan Prosedur Pengawasan
Tahapan dalam prosedur pengawasan iklan yaitu:
2.1.6.1 Persiapan Pengambilan Sampel Iklan
Tahap persiapan ini dibagi dalam dua tahap yang meliputi:
a.
Penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu tahun
anggaran lengkap dengan alokasi waktu, biaya dan pengaturan petugas
pelaksana. Adapun tahapan yang direncanakan meliputi menyusun rencana
kerja dan menentukan media dan produk yang akan diawasi iklannya.
b.
Persiapan administrasi, yaitu mempersiapkan berita acara pelaksanaan
pengambilan sampel iklan di media yang telah direncanakan dan
mempersiapkan perlengkapan pengambilan sampel iklan sesuai dengan
kebutuhan.
2.1.6.2 Pengambilan Sampel Iklan
Pada tahapan ini dilaksanakan kegiatan pengambilan iklan di berbagai
media cetak, elektronik, pamflet, brosur dan sebagainya dengan melakukan
pembelian atau mengopi file atau membuat rekaman iklan Alkes/PKRT yang telah
ditentukan sesuai alokasi biaya serta rencana wilayah dan waktu pelaksanaan yang
telah ditentukan.
Cara pengambilan sampel iklan dilaksanakan sebagai berikut:
a.
Untuk media cetak dilakukan pembelian seperti Koran, majalah, tabloid.
b.
Untuk media elektronik dilakukan dengan cara perekaman dengan video
untuk iklan di televisi atau tape recorder untuk iklan di radio dan
penyampaian file untuk di internet.
c.
Untuk brosur dan leaflet biasanya diambil di toko yang menjual produk
tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
7
Dibuat berita acara/catatan pengambilan iklan. Berita acara memuat:
a.
Nama produk
b.
Bentuk iklan
c.
Tanggal pengambilan dan nama media
d.
Nama produsen dan alamat
e.
No. registrasi
2.1.6.3Formulir Penilaian Iklan
Nama Produk :
Bentuk Iklan :
Tanggal Pengambilan dan Nama Media :
Nama Perusahaan :
No. Registrasi :
No
Materi
1
Bahasa
2
Tanda Asteris (*)
3
Penggunaan “satu-satunya”
4
Pemakaian kata Gratis
5
Pencantuman Harga
6
Garansi
7
Waktu tenggang
8
Kesaksian konsumen
9
Perbandingan produk
10
Perbandingan harga
11
Merendahkan
12
Peniruan
13
Istilah ilmiah dan statistic
14
Ketersediaan hadiah
15
Pornografi dan pornoaksi
16
Khalayak anak-anak
MS
TMS
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
8
17
Pemeran iklan
18
Media cetak
19
Media elektronik
20
Teknis
21
Keamanan
Tim Pengawasan:
1.
2.
3.
4.
Catatan : Jika point diatas tidak ada maka cukup diberi slash (/)
Tindak lanjut pengawasan iklan berdasarkan point yang sesuai
yang tidak memenuhi syarat.
2.1.6.4Cara Pengisian Formulir Penilaian Iklan (Dewan Periklanan Indonesia,
2007)
No
1
Materi
Bahasa
Keterangan
a. Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa
dipahami.
b. Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif
seperti “paling”, “nomor satu”, “top”, atau katakata berawalan “ter”, dan atau yang bermakna
sama tanpa secara khas menjelaskan keunggulan
tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan
pernyataan tertulis dan otoritas terkait atau sumber
yang otentik.
c.
Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi
ketentuan berikut:
1) Penggunaan kata “100%”, “murni”, “asli” untuk
menyatakan suatu kandungan, kadar, bobot,
tingkat mutu dan sebagainya harus dapat
dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari
otoritas terkait atau sumber yang otentik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
9
2) Penggunaan kata “halal” dalam iklan hanya
dapat dilakukan oleh produk-produk yang sudah
memperoleh sertifikat resmi dari MUI atau
lembaga yang berwenang.
3) Kata-kata
“presiden”,
“raja”,
“ratu”
dan
sejenisnya tidak boleh digunakan dalam kaitan
atau konotasi yang negatif.
2
Penggunaan kata Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satu“satu-satu” nya
satunya” atau yang bermakna sama tanpa secara khas
menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi
satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan
dan dipertanggungjawabkan.
3
Tanda asteris
(tanda*)
a. Tanda asteris pada iklan di media cetak tidak boleh
digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan,
membingungkan
atau
membohongi
khalayak
tentang kualitas, kinerja atau harga sebenarnya dari
produk yang diiklankan ataupun tentang tidak
tersedianya suatu produk.
b. Tanda asteris pada iklan di media cetak hanya
boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih
rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang
bertanda tersebut.
4
Pemakaian
“gratis”
kata Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak
boleh
dicantumkan
konsumen
harus
dalam
membayar
iklan
biaya
bila
lain.
ternyata
Biaya
pengiriman yang dikenakan kepada konsumen juga
harus dicantumkan dengan jelas.
5
Pencantuman
Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan
harga
maka ia harus ditampakkan dengan jelas sehingga
konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya
dengan harga tersebut.
6
Garansi
Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
10
atas mutu suatu produk maka dasar-dasar jaminannya
harus dapat dipertanggungjawabkan.
7
Waktu tenggang
Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari
penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu
harus jelas mengungkapkan memadainya rentang
waktu tersebut.
8
Kesaksian
Harus memenuhi kriteria:
konsumen
a. Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas
nama perorangan, bukan mewakili lembaga,
kelompok, golongan atau masyarakat luas.
b. Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian
c. yang benar-benar dialami, tanpa maksud untuk
melebih-lebihkannya.
d. Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan
dengan pernyataan tertulis yang ditanda tangani
oleh konsumen tersebut.
e. Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika
diminta
f. harus dapat diberikan secara lengkap.
9
Perbandingan
Harus memenuhi kriteria:
produk
a. Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun
hanya terhadap aspek-aspek teknis produk dan
dengan kriteria yang tepat sama.
b. Jika perbandingan langsung menampilkan data
riset
maka
metodologi,
sumber
dan
waktu
penelitiannya harus diungkapkan secara jelas.
c. Penggunaan data riset tersebut harus sudah
memperoleh
persetujuan
atau
verifikasi
dari
organisasi penyelenggara riset tersebut.
d. Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada
kriteria yang tidak menyesatkan khalayak.
10
Perbandingan
Jika mencantumkan perbandingan harga maka hanya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
11
harga
dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan
penggunaan produk dan harus disertai penjelasan atau
penalaran yang memadai.
11
Merendahkan
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara
langsung maupun tidak langsung.
12
Peniruan
Harus memenuhi kriteria:
a. Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan
produk pesaing sedemikian rupa sehingga dapat
merendahkan produk pesaing ataupun menyesatkan
atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut
meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita,
setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam
pengertian eksekusi termasuk model, kemasan,
bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan,
komposisi huruf dan gambar, komposisi musik
baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas
lain dan property.
b. Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas
yang telah lebih dulu digunakan oleh sesuatu iklan
produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun
dua tahun terakhir.
13
Istilah ilmiah dan Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah
statik
ilmiah dan statistik untuk menyesatkan khalayak atau
menciptakan kesan yang berlebihan.
14
15
Ketersediaan
Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan
hadiah
masih ada” atau kata-kata lain yang bermakna sama.
Pornografi dan
Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau
pornoaksi
seksualitas dengan cara apapun dan untuk tujuan atau
alasan apapun.
16
Khalayak
anak
anak- Harus memenuhi kriteria:
a. Iklan yang ditujukan kepada khalayak anak-anak
tidak boleh menampilkan hal-hal yang dapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
12
mengganggu atau merusak jasmani dan rohani
mereka,
memanfaatkan
kemudahpercayaan,
kekurangan pengalaman atau kepolosan mereka.
b. Film iklan yang ditujukan kepada atau tampil pada
segmen waktu siaran khalayak anak-anak dan
menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual,
bahasa yang tidak pantas, dana atau dialog yang
sulit wajib mencantumkan kata-kata “Bimbingan
Orang tua” atau simbol yang bermakna sama.
17
Pemeran
a. Anak-anak
Anak-anak
tidak
boleh
digunakan
untuk
mengiklankan produk yang tidak layak dikonsumsi
oleh anak-anak tanpa didampingi orang dewasa.
Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam
adegan-adegan yang berbahaya, menyesatkan atau
tidak pantas dilakukan oleh anak-anak. Iklan tidak
boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur
bagi penggunaan suatu produk yang bukan untuk
anak-anak. Iklan tidak boleh menampilkan adegan
yang mengeksploitasi daya rengek (pester power)
anak-anak dengan maksud memaksa para orang tua
untuk mengabulkan permintaan anak-anak mereka
akan produk terkait.
b. Perempuan
Iklan
boleh
melecehkan,
mengeksploitasi,
mengobjekkan atau mengornamenkan perempuan
sehingga memberi kesan yang merendahkan
kodrat, harkat dan martabat mereka.
c. Gender
Iklan
tidak
boleh
mempertentangkan
atau
membiaskan kesetaraan hak gender dalam segala
aspek kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
13
1) Kewenangan; bahwa pria dan wanita memiliki
kewenangan yang setara.
2) Pengambilan keputusan; bahwa pria dan wanita
memiliki
kemampuan
yang
setara
dalam
mengambil keputusan.
3) Seksualitas; bahwa baik pria maupun wanita
tidak boleh dieksploitasi secara seksual.
4) Kekerasan dan pengendalian; bahwa tidak boleh
terdapat
penggambaran
kekerasan
atau
pengendalian oleh pria terhadap wanita ataupun
sebaliknya, oleh wanita terhadap pria.
5) Perbedaan; bahwa pria dan wanita di segala
tingkat usia memiliki kesempatan yang sama dalam
berperan atau berprestasi.
6) Bahasa bias gender; bahwa tidak boleh terdapat
kesan penggunaan istilah atau ungkapan yang
dapat disalahartikan atau yang dapat menyinggung
perasaan
sesuatu
gender
maupun
yang
kesan
yang
mengecualikan pria atau wanita.
d. Penyandang cacat
Iklan
tidak
boleh
memberi
merendahkan atau mengejek penyandang cacat.
e. Tenaga profesional
Iklan produk Alkes tidak boleh menggunakan
tenaga profesional, identitas atau atribut profesi,
baik secara jelas maupun tersamar. Iklan yang
mengandung atau berkaitan dengan profesi tertentu
harus mematuhi kode etik profesi tersebut.
f. Hewan
Iklan tidak boleh menampilkan perlakuan yang
tidak pantas terhadap hewan, utamanya dari spesies
yang dilindungi dan hewan peliharaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
14
g. Tokoh animasi
Penggunaan tokoh animasi sebagai peniruan
seorang tokoh atau sesuatu karakter yang popular,
harus atas ijin dari yang bersangkutan atau pemilik
hak atas karakter tersebut. Suatu tokoh animasi
tidak boleh ditampilkan secara menakutkan atau
menjijikan secara berlebihan. Penokohan sosok
animasi harus tetap sesuai dengan nilai-nilai sosial
dan budaya bangsa.
18
Media cetak
Spot peringatan iklan harus dengan tulisan terbaca,
dibuat proporsional sehingga spot tersebut terlihat
mencolok.
19
Media elektronik
Harus memenuhi kriteria:
a. Iklan
yang
menampilkan
dramatisasi
wajib
kata-kata
“Adegan
ini
mencantumkan
Didramatisasi” dan yang menampilkan adegan
berbahaya
wajib
mencantumkan
peringatan
“Adegan Berbahaya. Jangan Ditiru”.
b. Adegan yang tidak sepenuhnya layak dikonsumsi
oleh balita dan anak-anak harus mencantumkan
kata kata “Bimbingan Orang tua” atau lambang
yang bermakna sama.
c. Visualisasi tulisan harus memenuhi syarat-syarat
kontras dan kejelasan. Spot peringatan harus
dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca
pada satu screen/gambar terakhir.
d. Spot peringatan harus dicantumkan dengan tulisan
yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir
dengan ukuran minimal 30% dari screen dan
ditayangkan minimal selama 3 detik.
e. Iklan radio yang menggunakan suara atau efek
bunyi
yang
menimbulkan
imajinasi
amat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
15
mengerikan atau amat menjijikan hanya boleh
disiarkan kepada khalayak dan pada waktu yang
sesuai yaitu diatas jam 22.00.
f. Spot peringatan iklan harus dibacakan pada akhir
iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas.
20
Teknis
a. Iklan dilarang semata-mata menampilkan anakanak berusia dibawah lima tahun dalam bentuk
apapun,
kecuali
apabila
Alkes
tersebut
diperuntukan bagi anak-anak yang berusia dibawah
lima tahun.
b. Iklan alat kesehatan tidak berisi berbagai klaim,
pernyataan atau implikasi yang tidak sesuai, tidak
masuk akal, aman atau tidak dapat menyebabkan
bahaya atau efek samping sama sekali
c. Iklan Alkes tidak dapat diklaim secara langsung
mengurangi penyakit, kecuali Alkes dibawah ini:
tampon, kondom, lubrikan, plester, baju bedah, alat
kesehatan
untuk
penggunaan
kondisi
kronis
dibawah pengawasan ahli medis.
d. Untuk produk kondom, plester, pembalut wanita,
tes kehamilan, peralatan steril, produk diagnostik
invitro, produk untuk tujuan intim, pemutih cucian,
pembersih lantai, antiseptik dan desinfektan serta
pestisida
rumah
tangga
harus
disesuaikan
ketentuan di hal-hal yang harus diperhatikan
khusus untuk produk tersebut.
e. Tidak sesuai dengan klaim yang disetujui.
f. Tidak mencantumkan peringatan khusus yang
dipersyaratkan.
21
Keamanan
Dapat
menimbulkan
salah
persepsi
yang
membahayakan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
16
2.1.7 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Materi Iklan Alkes
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk materi iklan alkes yaitu:
2.1.7.1 Hal-Hal Umum Yang Harus Diperhatikan Dalam Iklan Alkes:
a.
Iklan Alkes tidak menimbulkan kekhawatiran atau kejadian yang tidak
diharapkan dari kegunaan suatu produk.
b.
Iklan Alkes tidak menyalahgunakan atau memanfaatkan kepercayaan dari
pengetahuan konsumen atau bahasa yang dapat menyebabkan ketakutan atau
stres yang berlebihan dimana berisi berbagai macam pernyataan seperti untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk percaya bahwa mereka
menderita penyakit ringan atau konsekuensi berbahaya yang dapat
menyebabkan hasil dari Alkes yang digunakan secara tidak benar.
c.
Iklan Alkes tidak menganjurkan pernyataan yang tidak tepat atau secara
berlebihan.
d.
Iklan Alkes tidak berisi berbagai klaim, pernyataan atau implikasi yang tidak
sesuai, tidak masuk akal, aman atau tidak dapat menyebabkan bahaya atau
efek samping sama sekali.
e.
Iklan Alkes tidak dapat diklaim secara langsung mengurangi penyakit,
kecuali alkes berikut ini tampon, kondom, lubrikan, plester, baju bedah, alat
kesehatan untuk penggunaan kondisi kronis dibawah pengawasan ahli medis.
f.
Iklan Alkes tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor
yang berperan sebagai profesi kesehatan atau menggunakan setting yang
beratribut profesi kesehatan dan laboratorium. Iklan tidak boleh memberikan
anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi kesehatan mengenai
khasiat, keamanan dan mutu alat kesehatan (misalnya “Dokter saya
merekomendasi...”) dan alat kesehatan tidak boleh diiklankan dengan
menggunakan rekomendasi dari suatu laboratorium, instansi pemerintah,
organisasi profesi kesehatan atau kecantikan dan atau tenaga kesehatan.
g.
Iklan Alkes tidak boleh ditujukan untuk anak-anak atau menampilkan anakanak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anakanak yang menganjurkan penggunaan alat kesehatan. Iklan ini juga tidak
boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan Alkes diambil oleh
anak-anak.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
17
h.
Iklan Alkes dilarang semata-mata menampilkan anak-anak dibawah lima
tahun dalam bentuk apapun kecuali apabila Alkes tersebut diperuntukkan bagi
anak-anak yang berusia dibawah lima tahun.
i.
Untuk Alkes tertentu (kelas 2 dan kelas 3) yang penggunaannya memerlukan
bantuan tenaga profesional yaitu hanya dapat diiklankan di media ilmiah
ataupun seminar dengan leaflet terbatas dan terdapat peringatan “Gunakan
sesuai petunjuk penggunaan”
2.1.7.2Secara Khusus Iklan Alkes Yang Harus Lebih Diperhatikan:
a.
Pembalut Wanita/Sanitary Napkin
Iklan pembalut wanita (sanitary napkin) supaya disesuaikan dengan estetika
dan tata krama ketimuran.
b.
Kondom
Iklan kondom tidak boleh mendorong penggunaan untuk tujuan asusila,
disesuaikan dengan estetika dan tata karma ketimuran dan harus disertai spot
“IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN”.
c.
Plester
Pemakaian plester jangan seolah bisa digunakan oleh anak-anak tanpa
pengawasan orang dewasa.
d.
Tes Kehamilan
Iklan tes kehamilan tidak boleh menyatakan 100% benar pengujian yang
dilakukan.
e.
Peralatan Steril
Iklan untuk peralatan steril yang dapat disterilkan kembali harus sesuai yaitu
mencantumkan logo steril, pernyataan dapat disterilkan kembali serta label
yang dapat menjelaskan metode pembersihan khusus, perubahan karakteristik
dari alat yang merupakan hasil reproses yang dapat merubah keamanan,
keefektifan dan kinerja serta batas waktu sterilisasi kembali dan penggunaan
kembali yang dapat dilakukan tanpa merubah keamanan atau kefektifan alat.
Sedangkan iklan untuk produk steril sekali pakai juga harus sesuai dengan
label, mencantumkan logo steril sekali pakai dan harus ada pernyataan
dilarang disterilkan kembali dan penggunaan kembali.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
18
f.
Produk Diagnostik Invitro
Produk ini tidak boleh diiklankan seakan-akan sebagai obat dan harus
mencantumkan informasi tentang konsentrasi zat aktif, instruksi penyimpanan
dan instruksi pencampurannya bila diperlukan. Hasil pengujian harus
dikonsultasikan dengan dokter. Iklan disesuaikan dengan estetika dan
tatakrama ketimuran.
g.
Produk untuk tujuan intim
Tujuan penggunaan harus jelas, jam tayang diatas jam 22.00, harus ada
peringatan “IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN”.
2.1.8 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Materi Iklan PKRT
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Materi Iklan PKRT yaitu:
2.1.8.1 Hal-Hal Umum Yang Harus Diperhatikan Dalam Iklan PKRT:
a.
Iklan tidak boleh memberikan pernyataan superlatif, komperatif tentang
indikasi, kegunaan/manfaat produk PKRT. Setiap iklan tentang PKRT yang
diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai PKRT secara benar dan
tidak menyesatkan, baik dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan dan
atau bentuk apapun lainnya.
b.
Iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan atau
disebarluaskan dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan produk PKRT
lainnya.
c.
Iklan dilarang semata-mata menampilkan anak-anak berusia dibawah lima
tahun dalam bentuk apapun, kecuali apabila PKRT tersebut diperuntukkan
bagi anak-anak yang berusia dibawah lima tahun.
2.1.8.2Secara Khusus Iklan PKRT Yang Harus Lebih Diperhatikan:
a.
Pemutih cucian
Pemutih cucian tidak boleh diiklankan seolah-olah hasil penggunaannya
menjadi bebas kuman sama sekali.
b.
Pembersih lantai
Pembersih lantai tidak boleh diiklankan seolah-olah menghasilkan lantai
bebas kuman dan aman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
19
c.
Antiseptik dan desinfektan
Tidak boleh diiklankan seolah-olah setelah penggunaan dimaksud hasilnya
dijamin telah bebas kuman, tidak boleh menganjurkan penggunaan yang
berlebihan misalnya menghilangkan bakteri, menggunakan klaim yang
seolah-olah fungsinya sebagai terapi pengobatan, tidak boleh diiklankan
sebagai lysol dan atau kreolin bila tidak memenuhi persyaratan yang berlaku.
d.
Pestisida Rumah Tangga
Tidak boleh bertentangan ketentuan periklanan pestisida dari Departemen
Pertanian RI, tidak boleh diiklankan dengan menyebutkan kata-kata “aman”,
“tidak berbahaya” atau kata-kata lain yang semakna yang dapat ditafsirkan
salah terhadap keamanannya, tidak boleh diiklankan dengan menyebutkan
kata “ampuh” atau kata lain yang semakna yang dapat ditafsirkan berlebihan
terhadap kegunaannya, tidak boleh diiklankan dengan menyebutkan dan atau
mengambarkan penggunaannya selain yang disetujui Departemen Pertanian
RI, contohnya pembasmi serangga, tidak boleh diiklankan seperti produk
kosmetika dan PKRT lain sehingga dapat ditafsirkan salah terhadap
keamanannya, contohnya pestisida rumah tangga bentuk aerosol diiklankan
sebagai Air Freshner, anti nyamuk (insect repellent) diiklankan dapat
menghaluskan kulit.
e.
Iklan PKRT tertentu seperti sediaan antiseptika/desinfektan, pestisida rumah
tangga, pemutih cucian dan pembersih tertentu harus disertai spot “IKUTI
PETUNJUK
PEMAKAIAN,
PERINGATAN
DAN
CARA
PENANGGULANGAN BILA TERJADI KECELAKAAN”.
2.2
Pelaporan Dan Tindak Lanjut
Hasil pembahasan iklan oleh tim pengawasan iklan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dilaporkan kepada tim Dinas Kesehatan Propinsi yang
dilanjutkan kepada Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Hasil pengawasan iklan tim pusat dilaporkan
kepada Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jika hasil pengawasan iklan setelah dievaluasi tidak memenuhi syarat,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
20
akan ditindaklanjuti Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Tindak lanjut dari hasil pemantauan yang dilakukan tim pengawasan iklan:
a.
Peringatan I berupa peringatan untuk memperbaiki iklan dengan batas waktu
satu bulan.
b.
Henti tayang.
Untuk yang sifatnya teknis dan keamanan maka langsung henti tayang,
sedangkan untuk yang bersifat etika maka akan diberikan hak jawab. Tim pusat
berkewenangan memutuskan bentuk dan bobot sanksi yang perlu dijatuhkan
kepada produsen distributor Alkes yang melakukan pelanggaran terhadap iklan
yang ditayangkan.
Apabila hasil evaluasi tindak lanjut diatas mempunyai respon yang baik
maka tahap selanjutnya diberikan pembinaan. Sedangkan jika hasil evaluasi
tindak lanjut diatas mempunyai respon yang tidak baik maka akan dilakukan
sanksi:
a.
Pencabutan izin edar.
b.
Surat edaran dan dipublikasikan di media Kementerian Kesehatan.
Penyampaian sanksi dilakukan secara tertulis dengan mencantumkan jenis
pelanggaran dan rujukan yang digunakan.
2.3
Kewenangan Pengawasan Alat Kesehatan
Kewenangan pengawasan alat kesehatan yaitu:
a.
Penanggung jawab/Koordinator pelaksana urusan pemerintah bidang
kesehatan di pusat adalah kementerian Kesehatan.
b.
Penanggung jawab/Koordinator pelaksana urusan pemerintah bidang
kesehatan di propinsi adalah Dinas Kesehatan Propinsi.
c.
Penanggung jawab/Koordinator pelaksana urusan pemerintah bidang
kesehatan di kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.3.1 Kementerian Kesehatan RI
Bimbingan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
21
2.3.2 Pemerintah Daerah Propinsi
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pemeriksaan sarana produksi dan
distribusi alat kesehatan.
2.3.3 Pemerintah Daerah Kab/Kota
Pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi alat kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 3
TELAAH KASUS
Tugas yang diberikan saat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah melakukan penelaahan iklan.
Penelaahan didasarkan pada hasil pemantauan petugas di lapangan, yang
menyatakan bahwa iklan produk antiseptik “x” pada media brosur diduga
melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku. Evaluasi yang dilakukan oleh
petugas yaitu iklan produk antiseptik “x” tersebut mencantumkan klaim “cepat,
tuntas dan aman” terkait khasiat dan mencantumkan informasi yang terkesan
berlebihan tentang keputihan sehingga dapat menyebabkan ketakutan atau
kekhawatiran masyarakat.
Setelah mengetahui adanya pelanggaran tersebut, langkah-langkah yang
dilakukan oleh tim pengawas dari Subdit Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT yaitu:
a. Melakukan penelaahan akan adanya dugaan pelanggaran iklan produk
antiseptik
“x”
tersebut
yang
didasarkan
pada
PERMENKES
1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang izin edar alat kesehatan dan PKRT,
pasal 28 yang menyatakan bahwa iklan mengenai alat kesehatan dan/atau
PKRT pada media apapun harus mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan dan dilaksanakan dengan memperhatikan etika periklanan.
b.
Penelaahan juga dilakukan dengan mengacu pada buku Revisi Pedoman
Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dimana
iklan alat kesehatan tidak menimbulkan kekhawatiran atau kejadian yang tidak
diharapkan
dari
kegunaan
suatu
produk, iklan
alat
kesehatan
tidak
menyalahgunakan atau memanfaatkan kepercayaan dari pengetahuan konsumen
atau bahasa yang dapat menyebabkan ketakutan atau stres yang berlebihan
dimana berisi pernyataan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa
mereka menderita penyakit ringan atau konsekuensi berbahaya dari penggunaan
alkes yang tidak benar.
c.
Membuat surat telaah iklan PKRT tersebut yang diajukan kepada Direktur Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
22
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 4
PEMBAHASAN
Pengawasan iklan alat kesehatan dan Produk kesehatan rumah tangga
(PKRT) adalah kegiatan yang dilakukan oleh produsen, pemerintah dan
masyarakat sebagai konsumen. Produsen harus menjamin keamanan, mutu dan
manfaat produknya dan mengiklankan produk tersebut dengan prinsip
memberikan informasi yang objektif, lengkap dan tidak menyesatkan. Produsen
wajib melakukan reevaluasi terhadap iklan yang ditayangkan agar tidak terjadi
informasi yang menyesatkan atau berlebihan akibat ditayangkannya iklan tersebut.
Tugas pemerintah adalah melakukan post market evaluation yaitu melakukan
pengawasan iklan yang telah beredar dimasyarakat dimana harus sesuai dengan
label dan penandaan yang telah disetujui didalam izin edar yang dimiliki.
Sedangkan peran masyarakat sebagai konsumen adalah dengan selalu membaca
label dan informasi serta memperhatikan setiap iklan yang beredar itu benar atau
tidak. Jika terdapat iklan yang menyesatkan harus segera dilaporkan kepada
pemerintah sehingga pemerintah dapat mengantisipasi apakah penayangan iklan
tersebut harus diberhentikan atau tidak.
Salah satu tugas Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesai adalah pengawasan
periklanan alat kesehatan dan PKRT. Prinsip dalam periklanan Alat kesehatan dan
PKRT adalah obyektif, yaitu menyatakan hal yang benar sesuai dengan
kenyataan, tidak menyesatkan, tidak berlebihan perihal asal, sifat, kualitas,
kuantitas, komposisi, kegunaan, keamanan dan batasan sebagai Alkes dan PKRT;
lengkap, yaitu tidak hanya mencantumkan informasi tentang kegunaan tetapi juga
memberikan informasi tentang peringatan dan hal-hal lain yang harus diperhatikan
oleh pemakai misalnya cara penanggulangan bila terjadi kecelakaan.
Tempat pengambilan iklan produk antiseptik “x” adalah media cetak yaitu
brosur. Pengawasan terhadap produk ini dikarenakan produk ini sering digunakan
oleh masyarakat. Tim pengawas menyatakan bahwa iklan produk antiseptik “x”
pada media brosur diduga melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku.
Evaluasi yang dilakukan oleh tim pengawas yaitu iklan produk antiseptik “x”
23
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
24
tersebut mencantumkan klaim “cepat, tuntas dan aman” terkait khasiat dan
mencantumkan informasi yang terkesan berlebihan tentang keputihan sehingga
dapat menyebabkan ketakutan atau kekhawatiran masyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan dalam periklanan alat kesehatan dan PKRT
adalah iklan alat kesehatan tidak menimbulkan kekhawatiran atau kejadian yang
tidak diharapkan dari kegunaan suatu produk serta iklan alat kesehatan tidak
menyalahgunakan atau memanfaatkan kepercayaan dari pengetahuan konsumen
atau bahasa yang dapat menyebabkan ketakutan atau stres yang berlebihan dimana
berisi pernyataan seperti untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa
mereka menderita penyakit ringan atau konsekuensi berbahaya dari penggunaan
alkes yang tidak benar.
Berdasarkan hasil telaah tersebut maka tim pengawas iklan Subdirektorat
Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT melakukan tindak lanjut sesuai keputusan
yang diambil oleh Direktur.
Bila dugaan pelanggaran iklan terbukti maka dilakukan tindak lanjut dari
hasil pemantauan yaitu peringatan I berupa peringatan untuk memperbaiki iklan
dengan batas waktu satu bulan. Selain itu dilakukan pemanggilan untuk meminta
penjelasan dari produsen mengenai pelanggaran yang telah dilakukan. Apabila
tindak lanjut diatas mempunyai respon yang baik maka tahap selanjutnya
diberikan pembinaan. Sedangkan jika tindak lanjut diatas mempunyai respon yang
tidak baik maka akan diberikan sanksi yaitu pecabutan izin edar dan dikeluarkan
surat edaran yang publikasikan di media Kementerian Kesehatan RI.
Penyampaian sanksi dilakukan secara tertulis dengan mencantumkan jenis
pelanggaran dan rujukan yang digunakan. Tapi sejauh ini jika ada pelanggaran
mengenai iklan alat kesehatan dan PKRT, setelah ada peringatan dari Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan umumnya produsen langsung
memberikan respon baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a.
Pengawasan iklan alat kesehatan dan PKRT yang dilakukan oleh Subdit
Inspeksi
Alkes
dan
PKRT
berdasarkan
pada
PERMENKES
1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga serta Revisi Pedoman Periklanan Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
b.
Hasil penelaahan yang dilakukan terhadap iklan PKRT produk antiseptik “x”
tersebut mencantumkan klaim “cepat, tuntas dan aman” terkait khasiat dan
mencantumkan informasi yang terkesan berlebihan tentang keputihan
sehingga dapat menyebabkan ketakutan atau kekhawatiran masyarakat
sehingga dapat disimpulkan bahwa iklan tersebut telah melanggar peraturan
yang berlaku.
5.2
Saran
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan khususnya Subdit
Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT melakukan pengawasan lebih intensif terhadap
iklan alat kesehatan dan PKRT sehingga masyarakat terlindungi dari informasi yang
tidak bermanfaat dan menyesatkan dengan cara melakukan pengawasan sebelum
iklan alat kesehatan dan PKRT tersebut ditayangkan/diedarkan (pre market
evaluation).
25
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ACUAN
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. (2009). Revisi Pedoman
Periklanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Depkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Dewan Periklanan Indonesia. (2007). Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan
Tata Cara Periklanan Indonesia). Jakarta: Dewan Periklanan Indonesia.
26
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
27
Lampiran 1. Laporan pengawasan iklan DinKes Propinsi/Kabupaten/Kota
DINAS KESEHATAN PROPINSI/KABUPATEN/KOTA
ALAMAT :
LAPORAN PENGAWASAN IKLAN
Kepada Yth.
Dit.Jen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Di Jakarta
Berdasarkan hasil pengawasan iklan Alkes dan PKRT yang telah kami lakukan, bersama ini
kami sampaikan laporan dengan perincian sesuai dengan check list (terlampir) sebagai berikut:
No
Nama
Nama
Media
No.
Hasil Pengawasan
Alkes/
Pabrik/Distributor
Iklan
Reg
Iklan
PKRT
TM
Ket.
TMS
…………………………, Tgl/Bln/Thn
DinKes Prop/Kab/Kota
Tembusan :
1.
Kepala Dinas
………
2. ……….
3. ……….
(………………)
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
28
Lampiran 2. Laporan pengawasan iklan DitJen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
ALAMAT :
LAPORAN PENGAWASAN IKLAN
Kepada Yth.
DIREKTUR
Di Jakarta
Berdasarkan hasil pengawasan iklan Alkes dan PKRT yang telah kami lakukan, bersama ini
kami sampaikan laporan dengan perincian sesuai dengan check list (terlampir) sebagai berikut:
No
Nama
Nama
Media
No.
Hasil Pengawasan
Alkes/
Pabrik/Distributor
Iklan
Reg
Iklan
PKRT
TM
Ket.
TMS
…………………………, Tgl/Bln/Thn
DinKes Prop/Kab/Kota
Tembusan :
1.
Ketua Tim
………
2. ……….
3. ……….
(………………)
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
29
Lampiran 3. Alur kerja untuk petugas Propinsi/Kabupaten/Kota
Evaluasi iklan dan
penandaan oleh Dinas
Propinsi/Kabupaten/Kota
Iklan MS
Produk Terdaftar
Iklan TMS
- Produk Terdaftar
- SOP Produk tidak terdaftar
Tindak Lanjut (TL) : Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota
1. Surat Peringatan 1 : Memperbaiki iklan (satu bulan)
2. Henti Tayang
Catatan:
Untuk yang sifatnya teknis dan safety maka langsung henti
tayang, sedang yang bersifat etika maka diberikan hak jawab.
Hasil evaluasi TL Baik:
Pembinaan
Hasil evaluasi TL Tidak Baik:
-
Pencabutan izin edar
Surat edar dan
dipublikasikan di media
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
30
Lampiran 4. Alur kerja untuk petugas pusat
Evaluasi iklan dan
penandaan oleh Dit. Bina
Prodis Alkes
Iklan MS
Iklan TMS
- Produk Terdaftar
- SOP Produk tidak terdaftar
Produk Terdaftar
Tindak Lanjut (TL) : Dit. Bina Prodis Alkes
3. Surat Peringatan 1 : Memperbaiki iklan (satu bulan)
4. Henti Tayang
Catatan:
Untuk yang sifatnya teknis dan safety maka langsung henti
tayang, sedang yang bersifat etika maka diberikan hak jawab.
Hasil evaluasi TL Baik:
Pembinaan
Hasil evaluasi TL Tidak Baik:
-
Pencabutan izin edar
Surat edar dan
dipublikasikan di media
Laporan praktek..., Devy Octarina, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
Download