1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting
dicapai
karena
setiap
negara
menginginkan
adanya
proses
perubahan
perekonomian yang lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara. Salah satu faktor pendukung percepatan
tersebut adalah dengan adanya kontribusi pajak. Pajak merupakan sumber
penerimaan negara yang mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran bagi masyarakat. Menurut Soemitro (1993:5)
menyatakan “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi),
yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaranpengeluaran umum”. Hal ini terlihat secara nyata, bahwa kontribusi pajak di
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara terlihat naik dari tahun ke tahun.
Berikut data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN 2012-2015).
3000000
2000000
1000000
2039483
1842495 1 379 992
1683011
1435407 1192994
1
280
389
1032570
124020
153338
175354
245895
Penerimaan Pajak
Pengeluaran
Pembiayaan Bersih
0
2012
2013
2014
2015
Sumber: www.bps.go.id
1
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data dari badan statistik dari tahun 2012-2015 jumlah
pengeluaran mengalami kenaikan tiap tahunnya. Dan bagi wajib pajak
perusahaan/badan, pajak dapat dikategorikan sebagai beban yang akan
mengurangi laba bersih. Dan hal ini yang menjadi pemicu, jika pajak dirasa
terlampau berat maka selalu ada usaha untuk menyelundupi pajak-pajak dengan
berbagai cara.
Salah satu penerimaan dari sektor pajak yang paling besar diperoleh negara
adalah
pajak penghasilan. Pajak penghasilan menurut Zain, (dalam Tiearya
danYuyetta, 2012 : 1) menyatakan “Pajak penghasilan adalah
pajak yang
dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya”.
Terkait masalah pajak penghasilan, seringkali menimbulkan konflik kepentingan
antara manajemen dengan pemerintah. Dari sisi pemerintah tentunya dari
penerimaan sektor pajak dari tahun ke tahun diharapkan akan selalu meningkat
seiring dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan di segala bidang.
Asumsi leon Yudkin (Pohan, 2011 : 3)
1. Wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terhutang sekecil
mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh undang-undang;
2. Wajib pajak cendrung untuk menyelundupkan pajak (tax evasion), yakni
usaha penghindaran pajak yang terutang ilegal, sepanjang wajib pajak
tersebut mempunyai alasan yang menyakinkan bahwa kemungkinan besar
mereka tidak akan ditangkap dan yakin bahwa orang lainpun berbuat hal
yang sama.
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa pengeluaran-pengeluaran
rutin serta pembiayaan pembangunan nasional negara kita dipengaruhi oleh
besarnya pajak sebagai penerimaan negara. Namun hal ini sangat bertolak
belakang bagi suatu perusahaan. Hubungan yang terbentuk dalam masalah
2
Universitas Sumatera Utara
perpajakan ini dapat digambarkan dalam teori keagenan/agency theory. Menurut
Govindarajan (2005 : 269) “teori agensi adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agent”. Yang menyatakan adanya hubungan antara pihak
yang berkepentingan (principal) dan pihak yang menjalankan kepentingan
(agent). Bahwa dalam teori ini memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri dan berusaha untuk mencapai
tingkat kemakmuran yang diinginkannya sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Menurut Anggraeni dan Hadiprajitno,
(dalam Midiastuty, dkk, 2015 : 2) menyatakan bahwa “Apabila beban pajak yang
diberlakukan oleh pemerintah dirasakan terlalu berat bagi perusahaan, maka hal
ini akan mendorong manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan memanipulasi laba perusahaan atau yang sering disebut
dengan manajemen laba.
Menurut Scott, 2003 (dalam Yuliani 2013 : 18)
menyatakan “Manajemen laba merupakan pilihan yang dilakukan oleh manajer
dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu”.
Hal tersebutlah yang mendasari perusahaan berkeinginan membayar pajak sekecil
mungkin sedangkan pemerintah
mengharapkan semaksimal mungkin. Dan
dengan cara memanipulasi laporan keuangan perusahaan sehingga laba
perusahaan tampak sebagaimana yang diharapkan. Pengertian Laporan keuangan
menurut PSAK No. 1 (2015 : 2) adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya :
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
3
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan disusun sebagai wujud tanggung jawab manajemen dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Penyusunan laporan
keuangan bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaan, posisi keuangan perusahaan, serta perubahan posisi keuangan
perusahaan kepada para pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan
terdiri dari karyawan, investor, pemasok dan kreditur, pemberi pinjaman,
pemerintah, pelanggan, dan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mengggunakan
informasi dalam laporan keuangan untuk menetapkan kebijakan pajak.
Tarif pajak penghasilan badan di Indonesia sudah mengalami 4 kali
perubahan di tahun 1983, 1994, 2000 dan terakhir tahun 2008. Dan sejak
diterbitkannya UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai
berlaku efektif pada tahun 2009, terjadi perubahan tarif pajak penghasilan badan
dari tarif progresif menjadi tarif tunggal. Yang dimaksud tarif progresif, yaitu tarif
pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar
pengenaannya semakin besar perubahan tarif pajak penghasilan. Pemberlakuan
perubahan tarif progresif menjadi tarif tunggal yaitu: (1) 28% (berlaku pada tahun
2009) dan 25% (berlaku pada tahun 2010) untuk perusahaan; dan (2) tarif pajak
masih dapat dikurangi 5% lebih rendah untuk perusahaan yang telah go public dan
minimal 40% saham disetornya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki
paling sedikit oleh 300 pihak. Keberadaan insentif pajak semakin menambah
motivasi manajemen untuk dapat melakukan manajemen laba. Dalam penelitian
Isman dan Mustikasary (2013) bahwa praktik manajemen laba terkait penurunan
4
Universitas Sumatera Utara
tarif pajak dipengaruhi oleh keagresifan perencanaan pajak perusahaan dan
tahapan penurunan tarif pajak. Perencanaan secara efektif mampu memanfaatkan
celah dalam peraturan perpajakan sehingga beban pajak yang harus dibayar dapat
diminimalisasi. Tidak hanya itu, manajemen juga dapat memanfaatkan perbedaan
waktu pengakuan menurut akuntansi dan pajak melalui aktiva pajak tangguhan
dan beban pajak tangguhan untuk melakukan manjemen laba dalam menanggapi
penurunan tarif pajak penghasilan. Selain itu, praktik manajemen laba juga
dimotivasi oleh insentif non pajak. Guenter (dalam Hamijaya, 2016 : 12)
menyatakan bahwa “kebijakan perusahaan untuk melakukan manajemen laba
dalam merespon perubahan tarif pajak tergantung pada risiko gagal bayar pajak
hutang, risiko politik, dan sistem kompensansi manajemen”. Oleh karena itu,
pengaruh insentif non pajak terhadap keputusan manajemen melakukan
manajemen laba juga diteliti dalam penelitian ini.
Dengan diberlakukannya tarif pajak yang baru ini, perusahaan-perusahaan
akan sangat diuntungkan karena tarif pajak perusahaan akan menjadi lebih kecil.
Berubahnya tarif PPh Badan dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 dapat mempengaruhi perilaku perusahaan dalam mengelola laporan
keuangannya serta dapat memberikan insentif kepada perusahaan untuk
melakukan manajemen laba untuk memperkecil laba kena pajaknya/taxable
income.
Di Indonesia, berbagai penelitian mengenai praktik manajemen laba dalam
menanggapi perubahan tarif pajak penghasilan badan telah dilakukan. Di sisi lain,
penelitian yang dilakukan oleh Subagyo dan Oktavia (2010) telah berhasil
5
Universitas Sumatera Utara
memverifikasi bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan laba
dipengaruhi oleh insentif pajak dan non-pajak insentif dalam menanggapi
perubahan tarif pajak, sedangkan manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang merugi mendapat pengaruh dari insentif non-pajak. Penelitian ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya, baik yang dilakukan oleh Tierya (2012)
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel insentif pajak, tingkat utang,
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan
manajerial, serta persentase jumlah saham yang disetor tidak berpengaruh
terhadap manjemen laba. Serta penelitian yang dilakukan oleh Harnovinsah dan
Lisya (2014) dengan judul The Influence Of Corporate Tax Rate Changes Toward
Earnings Management hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan
melakukan manajemen laba dalam menanggapi UU No. 36 tahun 2008 tentang
perubahan tarif pajak penghasilan badan.
Ada beberapa penelitian sebelumnya mengenai perubahan tarif pajak
terkait dengan manajemen laba yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Guenther
(dalam Tierya, 2015 : 2) di Amerika Serikat, meneliti praktek manajemen laba
dalam menanggapi tarif pajak perubahan, telah berhasil menunjukkan bukti
empiris yang negatif akrual diskresioner terjadi sebelum penurunan tarif terapan.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (dalam Tierya, 2015 : 2)
di Amerika Serikat telah menguji pengaruh insentif pajak dan insentif non-pajak
terhadap manajemen laba sebagai respon dari penurunan tarif pajak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba dilakukan oleh perusahaan yang
memperoleh laba dipengaruhi oleh insentif pajak dan insentif non-pajak,
6
Universitas Sumatera Utara
sementara manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang merugi hanya
dipengaruhi oleh insentif non-pajak.
Adapun yang membedakan penelitan saya dengan penelitian sebelumnya
adalah :
1. Periode pengamatan tahun 2012-2015.
2. Manajemen laba yang dilakukan Hamijaya (2016), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa variabel insentif pajak yang diukur melalui proksi
perencanaan, aset pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan. Dalam
penelitian Septiana (2016), hasil penelitian membuktikan beban pajak
tangguhan tidak berpengaruh terhadap manjemen laba. Sedangkan dalam
penelitian Timuriana dan Muhamad (2015), hasil penelitian membuktikan
bahwa aset pajak tangguhan memiliki pengaruh terhadap manjemen laba.
Penelitian Sumomba (2010) dan Wijaya dan Martani (2011) meneliti
mengenai perencanaan pajak terhadap praktik manajemen laba, sampel
yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kedua penelitian di atas berhasil menunjukkan bahwa perencanaan pajak
berpengaruh terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
3. Manajemen laba pada variabel insentif non pajak. Larassanti (2015)
menyatakan bahwa pada tingkat utang sangat berpengaruh, karena
perusahaan yang mempunyai rasio leverage (rasio yang mengukur
seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau
modal) tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset
yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena
7
Universitas Sumatera Utara
perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya. Namun hal tersebut menjadi berbeda
ketika perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi, maka
perusahaan tidak akan melakukan penurunan laba dalam merespon
penurunan
tarif
pajak.
Akan
tetapi
perusahaan
akan
berusaha
meningkatkan labanya Larassanti (2015). Persentase jumlah saham yang
disetor, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap manjemen laba Subagyo dan Oktavia (2010). Ukuran
perusahaan menurut Guenther (1994) (dalam Suranta, 2015 : 1) Ia juga
membahas
ukuran
perusahaan,
kepemilikan
manajerial.
Hasilnya
menunjukkan ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan.
4. Variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan conditional
revenue model.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
membahas masalah tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan mengangkat
judul “Pengaruh insentif pajak, insentif non pajak, persentase jumlah saham
yang disetor terhadap manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif
pajak badan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”
1.2 Rumusan Masalah
8
Universitas Sumatera Utara
Adapun rumusan masalah penelitian ini berdasarkan uraian pada latar
belakang sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
adalah : “Apakah insentif pajak, insentif non pajak, dan persentase jumlah saham
yang disetor berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen
laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak badan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan utama
dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh insentif pajak, insentif
non pajak dan persentase jumlah saham yang disetor secara parsial maupun
simultan terhadap manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak
badan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti dapat mengetahui pengaruh insentif Pajak, non insentif
pajak, dan persentase jumlah saham yang disetor terhadap manajemen laba
sebagai respon atas perubahan tarif pajak badan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Bagi akademisi dapat memberi tambahan pengetahuan dan dapat dijadikan
bahan referensi serta kajian lebih lanjut khususnya yang mengkaji topitopik yang berkaitan dengan manajemen laba.
9
Universitas Sumatera Utara
3. Para praktisi bisnis yang ingin atau sedang mempelajari ilmu perpajakan
hingga perencanaan pajak, serta dapat memperluas cakrawala di bidang
perpajakan dengan tetap mematuhi peraturan perundang-undangan
perpajakan untuk menerapkannya pada saat mengambil keputusan.
4. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
10
Universitas Sumatera Utara
Download