LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-36/PB/2009 TENTANG PEDOMAN REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KUASA BENDAHARA UMUM NEGARA PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI PEDOMAN REKONSILIASI A. LATAR BELAKANG REKONSILIASI Rekonsiliasi merupakan salah satu kunci utama dalam upaya penyusunan laporan keuangan yang kredibel. Hal ini disebabkan oleh perannya yang cukup penting dalam rangka meminimalisasi terjadinya perbedaan pencatatan yang berdampak pada validitas dan akurasi data yang disajikan dalam laporan keuangan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Salah satu karakteristik tersebut yaitu dapat diandalkan. Agar data akuntansi yang dihasilkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dapat diandalkan perlu dilakukan prosedur rekonsiliasi untuk ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 33 menyatakan bahwa sistem pengendalian intern yang andal harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara Umum Negara / Daerah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.06/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari : 1. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan secara berjenjang oleh Kementerian Negara/Lembaga dengan membentuk unit akuntansi keuangan yang dimulai dari tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1 (UAPPA-E1), Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) dan unit akuntansi barang (UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W dan UAKPB), pemrosesan data yang dilakukan menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN), yang menghasilkan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara terdiri dari : a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN). 1 Sistem Akuntansi Umum (SAU). b. Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SA-UP&H). c. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP). d. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP). e. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD). f. Sistem Akuntansi Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (SA-BAPP). g. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus. h. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL). Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit Ditjen PBN dimulai dari tingkat KPPN, Kanwil Ditjen PBN dan Kantor Pusat Ditjen PBN yang terdiri dari SAKUN yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN dan SAU yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU Pelaksanaan SiAP dan SAI yang terpisah akan menghasilkan data yang akurat dan andal apabila kedua sub sistem tersebut menghasilkan suatu internal check yang kemudian secara berkala harus dilakukan rekonsiliasi yaitu: a. Rekonsiliasi Data antara SAU dan SAI. b. Rekonsiliasi Data antara SAU dan SAKUN. c. Rekonsiliasi Data antara SAU dengan SAUP-H, SA-PP, SAIP, SATD, SA-BSBL, SABL,SA-TK. Agar rekonsiliasi data transaksi tersebut terlaksana dengan baik, maka perlu diatur dalam suatu pedoman yang lebih rinci. B. KEBIJAKAN REKONSILIASI 1. KPPN selaku UAKBUN-D melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya setiap bulan. Hasil rekonsiliasi berupa ADK dan Laporan Keuangan dikirimkan oleh satuan kerja ke UAPPA-W. Selanjutnya UAPPA-W melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN. 2. Dit. PKN selaku UAKBUN-P melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan seluruh satuan kerja penerima alokasi dana dan Rekening 502.000.000. 3. Satuan Kerja di daerah yang kewenangannya Kantor Pusat (KP), sepanjang Satuan Kerja tersebut merupakan Satuan Kerja instansi wilayah, tetap harus menggunakan kode wilayah sesuai DIPA dan tidak diperkenankan menggunakan kode wilayah 0199. Satuan Kerja instansi pusat yang berkedudukan di wilayah tersebut melakukan rekonsiliasi dengan KPPN mitra kerjanya dan selanjutnya mengirim Laporan 2 Keuangan ke Eselon I. 4. UAPPA-E1 yang menerima data setiap bulan dari satuan kerja yang merupakan instansi pusat harus melakukan rekonsiliasi dengan Dit. APK setiap triwulan. Sedangkan Satuan Kerja yang menggunakan kode kewenangan KP tetapi merupakan Satuan Kerja wilayah harus melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN melalui UAPPA-W setempat. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerima dana DK/TP dari Kmeneterian Negara/Lembaga yang tidak mempunyai kantor vertikal di Provinsi/Kab/Kota, dan hanya ada satu satuan kerja per Eselon I, maka tidak perlu melakukan rekonsiliasi di tingkat wilayah. SKPD tersebut langsung mengirimkan datanya ke Eselon I K/L yang memberi dana DK/TP tersebut. KPPN mengirimkan data SAI dan data SAU hasil rekonsiliasi ke Kanwil DJPBN. 6. Satuan kerja yang tidak satu wilayah dengan UAPPA-W-nya wajib melakukan rekonsiliasi dengan KPPN dimana lokasi satker itu berada, dan tidak diwajibkan melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN dimana satker tersebut berada. Satker tersebut wajib mengirimkan data ke UAPPA-W-nya, UAPPA-W yang menerima kiriman data dari satker tersebut, wajib melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil DJPBN dimana UAPPA-W satker tersebut berada. KPPN yang satu wilayah dengan satker tersebut wajib mengirimkan data ke Kanwil DJPBN. 7. Bagian Anggaran yang mempunyai kantor vertikal di daerah, tetapi tidak mempunyai kantor wilayah harus menunjuk salah satu satker sebagai UAPPA-W. 8. Satuan Kerja yang melakukan pencairan dana di beberapa KPPN wajib melakukan rekonsiliasi pada KPPN di wilayah kerjanya, sedangkan KPPN di luar wilayah kerja Satuan Kerja yang bersangkutan yang menerima dan/atau mengeluarkan pencairan dana dari Satuan Kerja tersebut wajib melaporkan pencairan dana dari satker tersebut ke KPPN wilayah Satuan Kerja tersebut berada. 9. Data yang berhubungan dengan penerimaan dan/atau pengeluaran pada satker yang pencairan dananya pada beberapa KPPN, rekonsiliasi dilakukan pada KPPN setempat, sebesar dana yang disetor/dicairkan pada KPPN tersebut, tidak harus memisahkan data dalam laporan yang berasal dari KPPN lain. 10. Bagian Anggaran (BA)/Eselon 1 (E1) yang mempunyai beberapa UAPPA-W dalam satu wilayah harus melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN berdasarkan Satuan Kerja di wilayahnya (contoh : Propinsi DKI Jakarta mempunyai lebih dari satu Kanwil Ditjen Pajak, masing-masing Kanwil merupakan UAPPA-W tersendiri yang membawahi beberapa Satuan Kerja/Kantor Pelayanan Pajak yang menjadi lingkup wilayah kerjanya. Rekonsiliasi masing-masing UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen PBN dilakukan per Satuan Kerja untuk lingkup kerjanya). 3 11. Pada saat KPPN/Dit.PKN melakukan rekonsiliasi dangan Satuan Kerja, KPPN/Dit. PKN memastikan bahwa Satuan Kerja menyertakan laporan BMN. 12. a. Setelah dilakukan rekonsiliasi antara SAU dan SAI di seluruh tingkatan, Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) dapat diterbitkan dengan ketentuan sbb: - Data SAU dan SAI sudah sesuai. - Data SAU dan data SAI belum sesuai, namun sudah dapat ditelusuri oleh kedua belah pihak penyebab perbedaan data tersebut dalam hal terdapatnya Satuan Kerja yang memiliki Penerimaan PNBP atau melakukan penyetoran Pengembalian Belanja di luar lingkungan kerja KPPN dan dijelaskan di BAR. - Data SAU dan data SAI belum sesuai, namun sudah dapat ditelusuri dan disepakati oleh kedua belah pihak data yang harus diperbaiki dan dijelaskan di BAR. b. Data yang belum sesuai tetap harus diperbaiki baik oleh satuan kerja, KPPN, UAPPAW, maupun Kanwil DJPBN sesuai peraturan yang berlaku. c. Apabila data telah sesuai, diterbitkan kembali BAR dengan penjelasan bahwa sudah tidak terdapat perbedaan antara data SAU dengan data SAI. d. Apabila perbedaan data tidak diselesaikan oleh satuan kerja maupun UAAPA-W maka diberlakukan Perdirjen No.19/PB/2008 tentang Pengenaan Sanksi atas keterlambatan Penyampaian laporan Keuangan.Ketentuan tersebut diatas harus memperhatikan batas waktu penyelesaiaan dan penyampaian laporan keuangan. e. Khusus bagi Satuan Kerja yang letak geografisnya sulit sarana transportasi, perbaikan data dapat dilakukan pada saat rekonsiliasi bulan berikutnya. Apabila perbedaan data tidak diselesaikan oleh Satuan Kerja pada bulan berikutnya maka diberlakukan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. f. Terkait dengan poin 5, KPPN diberi wewenang untuk menentukan Satuan Kerja yang berhak mendapat keringanan melanjutkan proses rekonsiliasi pada bulan berikutnya sehingga dapat memperbaiki data dengan benar. 13. Setiap penerbitan BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR). 14. KPPN, Kanwil Ditjen PBN dan Dit. PKN sebagai Kuasa BUN bertanggungjawab menerbitkan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) sesuai dengan kewenangannya. C. JENIS-JENIS REKONSILIASI 1. Rekonsiliasi Internal Rekonsiliasi internal terdiri dari rekonsiliasi bank dan rekonsiliasi SAU-SAKUN. 2. Rekonsiliasi Eksternal Rekonsiliasi Eksternal terdiri dari rekonsiliasi DIPA, rekonsiliasi LRA dan rekonsiliasi Neraca. 4 PROSEDUR REKONSILIASI I. TINGKAT KPPN A. PROSEDUR REKONSILIASI INTERNAL 1. REKONSILIASI BANK Dalam rangka penyajian Kas yang valid dan akurat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, maka perlu dilakukan pencocokan antara saldo Rekening Koran Bank dengan Saldo menurut KPPN (Buku Bank). Sistem pengendalian intern mengharuskan agar seluruh penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan. Transaksi penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan pada buku bank KPPN dan setiap berkala akan menerima laporan dari bank berupa rekening koran bank. Pada prinsipnya saldo buku bank menurut KPPN harus sama dengan saldo Rekening koran bank, akan tetapi ada kemungkinan perbedaan antara kedua saldo tersebut. Perbedaan atau selisih antara saldo kas menurut buku KPPN yang dicatat oleh seksi Bendum dengan saldo kas menurut Rekening Koran pada setiap akhir periode dapat terjadi karena : Time Lag : perbedaan waktu pencatatan transaksi dalam suatu periode. Error : kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank ataupun oleh KPPN. Rekonsiliasi Bank dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut: a. Pada setiap akhir periode, KPPN akan menerima Rekening Koran Bank dari setiap rekening yang dimiliki. b. Bandingkan antara saldo buku KPPN dengan saldo Rekening Koran Bank. c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank dengan saldo buku KPPN. d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan penyesuaian terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut saldo buku KPPN.Lihat contoh rekonsiliasi bank pada Daftar I Lampiran Pedoman rekonsiliasi. e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka jumlah saldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah saldo kas menurut saldo buku KPPN. f. Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut buku bank KPPN harus dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama dengan saldo kas menurut data. g. Penyesuaian pada buku bank KPPN dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan). h. Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Kas KPPN. 5 Pedoman Penyesuaian: Saldo Kas menurut Rekening Koran Penyesuaian : Saldo Kas menurut Buku Bank KPPN Penyesuaian : 1. Deposit in Transit (+) 1. Nota kredit (+) 2. Kesalahan pencatatan bendum (+ atau -) 3. Nota debet lainnya (-) 2. Outstanding cek (-) 3. Jasa giro (-) 4. Kesalahan bank ( + atau - ) Saldo akhir kas setelah penyesuaian Saldo akhir kas setelah penyesuaian 1. Deposit in Transit Hal ini terjadi jika penerimaan sudah dicatat oleh seksi Bendum sebagai penerimaan, sedangkan oleh Bank Persepsi yang menampung semua penerimaan belum dicatat sebagai penerimaan pada Rekening Koran yang diterima dari Bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening Koran Bank dengan menambah saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh dari Transaksi ini adalah : Nota Kredit yang belum dibukukan oleh pihak Bank/ Kantor Pos. 2. Outstanding Check Hal ini terjadi jika SP2D telah dikeluarkan dan dicatat sebagai pengurang kas oleh seksi Bendum tetapi belum disajikan sebagai pengurang kas di bank pada rekening koran bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening koran bank dengan mengurangi saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh transaksi ini adalah:SP2D yang sudah disahkan dan dicatat oleh KPPN tetapi belum dicairkan oleh pihak bank. 3. Jasa Giro Sesuai dengan SE-11 9/A/56/1091, SE-47/A/2003 bahwa pada BO I dikenakan jasa giro sebesar 2 % setahun dihitung dari saldo terendah setiap bulannya, dan atas jasa giro tersebut harus disetorkan ke Bank Persepsi. Sedangkan pada BO II, BO III dan Bank Persepsi tidak dikenakan jasa giro. Apabila pada akhir tahun bank mengkredit KPPN atas jasa giro atau bunga maka pada rekoniliasi Bank, jasa giro atau bunga tersebut harus dikurangkan dengan saldo menurut rekening koran Bank. 4. Kesalahan Bank Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain. kesalahan jumlah dan kesalahan pemindahbukuan. Penyesuaian atas kesalahan dimaksud dilakukan dengan menambah atau mengurang saldo kas Rekening Koran sesuai dengan kesalahan yang terjadi. 6 Contoh : - Bank salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota Debet yang ada. - Bank telah mendebet KPPN dalam rekening koran, sementara KPPN belum membukukan pengeluaran. Karena sesuatu dan lain hal pengeluaran tersebut belum sampai ke bank tujuan (misalnya Bank Indonesia), Sehingga Bank Indonesia belum bisa menerbitkan Nota Kredit. Karena belum menerima nota kredit atas pelimpahan tersebut, KPPN belum membukukan transaksi dimaksud. Seharusnya pengeluaran tersebut dibukukan sebagai pemindahbukuan. KPPN mencatat pengeluran pada saat Bank persepsi melimpahkan ke BI, bukan menunggu Nota Kredit dari BI. 5. Nota Kredit Nota Kredit terjadi manakala terdapat penambahan kas pada rekening koran bank atas penerimaan yang berasal dari berbagai jenis penerimaan negara antara lain PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang belum dicatat sebagai penerimaan oleh KPPN. Penyesuaian dilakukan terhadap saldo kas buku bank Bendum. Contoh: Sesuai dengan langkah-langkah akhir tahun uang yang diterima pada BO III PBB maupun BPHTB harus dilimpahkan atau dibagi hasilkan. Namun pada akhir tahun kadangkala ditemui bahwa penerimaan PBB dan BPHTB pada BO III belum dilimpahkan ke bank persepsi, dan jasa giro pada BO I belum disetorkan ke Bank Persepsi. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah menambah jumlah saldo kas menurut buku bank Bendum sejumlah penerimaan PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang memang belum dicatat sebagai penerimaan oleh KPPN. Penerimaan lain sehubungan dengan mengendapnya uang pada BO III adalah pendapatan berupa denda atas keterlambatan pelimpahan. 6. Nota Debet Peristiwa ini terjadi manakala terdapat pengurangan kas pada rekening koran bank atas biaya-biaya antara lain biaya administrasi bank, pajak atas bunga dan lain sebagainya yang belum dibukukan sebagai pengurang kas pada buku bank Bendum di KPPN. Penyesuaian terhadap saldo kas buku bank Bendum dilakukan dengan mengurang i saldo menurut buku Bendum dengan menerbitkan nota debet. 7. Kesalahan pencatatan oleh KPPN Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh KPPN dalam hal ini Seksi Bendum dapat disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain kesalahan jumlah, kesalahan pemindah bukuan dan lain sebagainya, maka penyesuaian dilakukan dengan menambah atau 7 mengurangi saldo kas buku bank Bendum sesuai dengan kesalahan yang terjadi. Contoh : KPPN salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota Debet yang ada. KPPN belum membukukan pendapatan. Sementara bank sudah mengkredit KPPN pada rekening Koran. Sebagai ilustrasi Pada akhir Tahun 2007 diambil kebijakan bahwa bank harus buka sampai dengan jam 22.00 pada tanggal 28 Desember 2007 untuk menampung penerimaan Negara. Kenyataannya penerimaan Negara masih terjadi sampai dengan tanggal 31 Desember 2007 misalnya Rp.100.000,-. Dalam Rekening Koran Bank Persepsi akan disajikan angka Rp.100.000,- tersebut dan Buku Bank KPPN belum mencatatnya, sehingga kas menurut Buku Bank KPPN akan lebih kecil dibandingkan dengan Kas menurut Rekening Koran Bank. Pada kertas kerja rekonsiliasi bank, akan ditambahkan pendapatan pada Buku Bank KPPN, dan sebesar pendapatan tersebut harus dibukukan oleh KPPN sebagai pendapatan pada tahun 2007. 2. REKONSILIASI DENGAN REKENING KORAN SATKER BLU Rekonsiliasi Rekening Satker BLU dengan KPPN dilakukan sebagai berikut: a. Pada setiap akhir periode, KPPN meminta semua rekening koran yang dimiliki oleh satker BLU (rekening penerimaan, rekening pengeluaran, dan rekening deposito). b. Bandingkan antara saldo Buku Bank KPPN dengan saldo Rekening Koran Bank. c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank dengan saldo Buku Bank KPPN. d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan penyesuaian terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut saldo buku KPPN. Lihat contoh rekonsiliasi bank pada Daftar II Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka jumlah sa ldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah saldo kas menurut saldo Buku Bank KPPN. f. Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut Buku Bank KPPN harus dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama dengan saldo kas menurut data. g. Penyesuaian pada Buku Bank KPPN dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan). h. Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Akhir Kas BLU. 8 3. REKONSILIASI SAU - SAKUN Rekonsiliasi SAU - SAKUN dilakukan sebelum dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan UAKPA. Tahapan rekonsiliasi SAU – SAKUN dapat dilakukan sebagai berikut : o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengem balian Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. o Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pembiayaan (6 digit) antara LRA dengan LAK: o Bandingkan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca SAU dengan Neraca KUN. Jika terjadi perbedaan, telusuri penyebab terjadinya perbedaan. B. PROSEDUR REKONSILIASI EKSTERNAL REKONSILIASI KPPN DENGAN UAKPA REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan: Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data BUN-P dan KPPN dengan data UAKPA. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja: Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan: Bandingkan data BA, Es1, Kode Satker, Mata Anggaran, Jumlah Rupiah antara data KPPN dengan data UAKPA untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. c.1 Pendapatan Pajak Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Pajak belum dapat dilakukan, namun demikian untuk meyakini kebenaran Laporan Realisasi Penerimaan Pajak pada satker Kantor Pelayanan Pajak (KPP), pada saat rekonsiliasi diwajibkan untuk melampirkan 9 Laporan Rekapitulasi Penerimaan Pajak yang dihasilkan dari bagian Pengolahan Data dan Informasi (PDI) sebagai bahan pencocokan dengan Laporan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah yang dihasilkan oleh SAI. Hal ini dilakukan karena Satker merekam penerimaan pajak pada aplikasi SAI dengan menggunakan dokumen sumber yang dihasilkan dari PDI. c.2 Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: c.2.1 Pada saat rekonsiliasi antara satker dan KPPN, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. c.2.2 Apabila penyetor melakukan penyetoran pada bank yang bukan merupakan bank persepsi mitra kerja KPPN bersangkutan, satker harus dapat membuktikannya dengan melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB). Atas transaksi di atas harus dijelaskan di dalam Berita Acara Rekonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data KPPN dengan data UAKPA. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja. Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data KPPN dengan data UAKPA. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan. Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data KPPN dengan data UAKPA. 10 REKONSILIASI NERACA Bandingkan Kas di Bendahara Pengeluaran dengan Kartu Pengawasan di Seks i Perbendaharaan KPPN. Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data KPPN dengan data UAKPA. SPM/SP2D belanja modal yang dikeluarkan pada tahun berjalan harus sama dengan kenaikan aset pada satker, jika tidak sama maka perlu diyakini telah dicatat didalam buku ekstrakontabel. Pada saat melakukan rekonsiliasi UAKPA diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAKPA. HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat KPPN pada Daftar III Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. KPPN Khusus Jakarta VI Sehubungan Satker yang mencairkan dananya di KPPN Khusus Jakarta VI tersebar di seluruh Indonesia, maka pelaksanaan rekonsiliasi dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Satker yang lokasinya berdekatan dengan lokasi KPPN Jakarta Khusus dapat melakukan rekonsiliasi secara langsung di KPPN Khusus Jakarta VI. Satker yang datang langsung, bahan yang harus dibawa yaitu data softcopy (ADK) dan Laporan Realisasi Anggaran dalam bentuk hardcopy beserta dokumen pendukung lainnya seperti Dokumen Anggaran, SPM/SP2D dan lain sebagainya. Prosedur rekonsiliasi data sama dengan KPPN biasa. HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat KPPN pada Daftar III Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. Satker yang lokasinya jauh dengan Lokasi KPPN Khusus Jakarta VI dapat melakukan rekonsiliasi data satker yang dikirim melalui fasilitas internet/email. Satker yang melakukan rekonsiliasi melalui internet, bahan yang harus dikirim yaitu data softcopy (ADK) dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Pengiriman 11 LRA dapat dilakukan dalam bentuk file PDF atau dikirim lewat sarana faksimili atau sarana lain yang memungkinkan. HASIL REKONSILIASI BAR diterbitkan apabila Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama. Jika belum sama KPPN Khusus Jakarta VI hanya mengirimkan Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR) ke satker melalui email. Berita acara rekonsiliasi ditandatangani oleh Kepala KPPN Khusus Jakarta VI selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Proses penandatanganan BAR dapat dilakukan dengan membuat BAR sebanyak 3 rangkap yang ditandatangani oleh Kepala KPPN Khusus Jakarta VI selaku Kuasa Bendahara Umum Negara kemudian mengirimkan 2 rangkap ke satker untuk ditandatangani Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Satu lembar BAR dikirimkan kembali ke KPPN Khusus Jakarta VI. II.TINGKAT KANWIL A. REKONSILIASI INTERNAL REKONSILIASI SAU-SAKUN Rekonsiliasi SAU - SAKUN dilakukan sebelum dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan UAPPA-W. Tahapan rekonsiliasi SAU – SAKUN dapat dilakukan sebagai berikut : a. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. b. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. c. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. d. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. e. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pembiayaan (6 digit) antara LRA dengan LAK: f. Bandingkan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca SAU dengan Neraca KUN. Jika terjadi perbedaan, telusuri penyebab terjadinya perbedaan. B. REKONSILIASI EKSTERNAL REKONSILIASI KANWIL DJPBN DENGAN UAPPA-W REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan: Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, 12 Akun, jumlah rupiah antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja: Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan: Bandingkan data BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-W. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Kanwil dengan data UAPPA-W. UAKPA diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAKPA pada saat melakukan rekonsiliasi. 13 HASIL REKONSILIASI 1. Rekonsiliasi antara Kanwil Ditjen PBN dengan UAPPA-W kemungkinan ada perbedaan karena perbedaan wilayah kerja antara Kanwil Ditjen PBN dengan UAPPA-W. Perbedaan dimaksud akan bisa diselesaikan dengan cara : KPPN yang mencairkan transaksi atas satker yang UAPPA-W berbeda harus mengirimkan Bukti Jurnal dan Data Transaksi (BJDT) dari satker dimaksud ke Kanwil dimana UAPPA-W tersebut melakukan rekonsiliasi. Kanwil Ditjen PBN sebagai mitra kerja UAPPA-W satker tersebut melakukan rekonsiliasi, apabila perbedaannya adalah transaksi yang dicairkan/diterima dari KPPN yang berbeda wilayah, maka atas rekonsiliasi dapat diterbitkan BAR dengan menyebutkan perbedaan transaksi tersebut. 2. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama mak a dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Kepala Kanwil cq Kepala Bidang Aklap selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Penanggungjawab Rekonsiliasi di UAPPA-W selaku Pembantu Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Kanwil pada Daftar IV lampiran Pedoman Rekonsiliasi. III. TINGKAT BUN PUSAT A. PROSEDUR REKONSILIASI INTERNAL 1. REKONSILIASI BANK Dalam rangka penyajian kas yang valid dan akurat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, maka perlu dilakukan pencocokan antara saldo Rekening Koran Bank dengan Buku Bank. Sistem pengendalian intern mengharuskan agar seluruh penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan. Transaksi penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan pada buku bank dan setiap berkala akan menerima laporan dari bank berupa rekening koran bank. Pada prinsipnya saldo buku bank harus sama dengan saldo Rekening koran bank, akan tetapi ada kemungkinan perbedaan antara kedua saldo tersebut. Perbedaan atau selisih antara saldo kas yang dicatat oleh seksi Bendum dengan saldo kas menurut Rekening Koran pada setiap akhir periode dapat terjadi karena : Time Lag : perbedaan waktu pencatatan transaksi dalam suatu periode. Error : kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank ataupun oleh KPPN. Rekonsiliasi Bank dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut: a. Pada setiap akhir periode, Pusat akan menerima Rekening Koran Bank dari setiap rekening yang dimiliki. 14 b. Bandingkan antara saldo buku R. KUN dengan saldo Rekening Koran Bank. c. Telusuri penyebab terjadinya perbedaan antara saldo Rekening Koran Bank dengan saldo buku BUN-P. d. Sajikan laporan rekonsiliasi bank yang memperlihatkan penyesuaian terhadap saldo kas, baik menurut Rekening Koran Bank maupun menurut saldo buku BUN-P. Lihat contoh rekonsiliasi bank pada Daftar I Lampiran Pedoman rekonsiliasi. e. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap penyebab terjadinya selisih maka jumlah saldo kas menurut Rekening Koran Bank harus sama dengan jumlah saldo kas menurut saldo buku BUN-P. f. Penyesuaian yang mempengaruhi saldo kas menurut buku bank BUN-P harus dilakukan koreksi data sehingga saldo kas menurut rekonsiliasi bank sama dengan saldo kas menurut data. g. Penyesuaian pada buku bank BUN-P dilakukan mengikuti petunjuk koreksi yang ditetapkan (diatur dalam suatu ketetapan). Saldo Kas Penyesuaian ini akan menjadi Saldo Kas R. KUN. Pedoman Penyesuaian: Saldo Kas menurut Rekening Koran Penyesuaian : Saldo Kas menurut Buku Bank BUN-P Penyesuaian : 1. Deposit in Transit (+) 1. Nota kredit (+) 2. Kesalahan pencatatan bendum (+ atau -) 3. Nota debet lainnya (-) 2. Outstanding cek (-) 5. Jasa giro (-) 6. Kesalahan bank ( + atau - ) Saldo akhir kas setelah penyesuaian Saldo akhir kas setelah penyesuaian 1. Deposit in Transit Hal ini terjadi jika penerimaan sudah dicatat oleh seksi Bendum sebagai penerimaan, sedangkan oleh Bank Persepsi yang menampung semua penerimaan belum dicatat sebagai penerimaan pada Rekening Koran yang diterima dari Bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening Koran Bank dengan menambah saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh dari Transaksi ini adalah : Nota Kredit yang belum dibukukan oleh pihak Bank/Kantor Pos 2. Outstanding Check Hal ini terjadi jika SP2D telah dikeluarkan dan dicatat sebagai pengurang kas oleh seksi Bendum tetapi belum disajikan sebagai pengurang kas di bank pada rekening koran 15 bank. Penyesuaian perlu dilakukan pada Rekening koran bank dengan mengurangi saldo kas menurut Rekening Koran pada akhir periode tersebut. Contoh transaksi ini adalah : SP2D yang sudah disahkan dan dicatat tetapi belum dicairkan oleh pihak bank. 3. Jasa Giro Sesuai dengan SE-11 9/A/56/1091, SE-47/A/2003 bahwa pada BO I dikenakan jasa giro sebesar 2 % setahun dihitung dari saldo terendah setiap bulannya, dan atas jasa giro tersebut harus disetorkan ke Bank Persepsi. Sedangkan pada BO II, BO III dan Bank Persepsi tidak dikenakan jasa giro. Apabila pada akhir tahun bank mengkredit KPPN atas jasa giro atau bunga maka pada rekonsiliasi Bank, jasa giro atau bunga tersebut harus dikurangkan dengan saldo menurut rekening koran Bank. 4. Kesalahan Bank Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh bank dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain. kesalahan jumlah dan kesalahan pemindahbukuan. Penyesuaian atas kesalahan dimaksud dilakukan dengan menambah atau mengurang saldo kas Rekening Koran sesuai dengan kesalahan yang terjadi. 5. Nota Kredit Nota Kredit terjadi manakala terdapat penambahan kas pada rekening koran bank atas penerimaan yang berasal dari berbagai jenis penerimaan negara antara lain PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang belum dicatat sebagai penerimaan oleh KPPN. Penyesuaian dilakukan terhadap saldo kas buku bank Bendum. Contoh: Sesuai dengan langkah-langkah akhir tahun uang yang diterima pada BO III PBB maupun BPHTB harus dilimpahkan atau dibagi hasilkan. Namun pada akhir tahun kadangkala ditemui bahwa penerimaan PBB dan BPHTB pada BO III belum dilimpahkan ke bank persepsi, dan jasa giro pada BO I belum disetorkan ke Bank Persepsi. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah menambah jumlah saldo kas menurut buku bank Bendum sejumlah penerimaan PBB, BPHTB, jasa giro dan penerimaan lainnya yang memang belum dicatat sebagai penerimaan. Penerimaan lain sehubungan dengan mengendapnya uang pada BO III adalah pendapatan berupa denda atas keterlambatan pelimpahan. 6. Nota Debet Peristiwa ini terjadi manakala terdapat pengurangan kas pada rekening koran bank atas biaya-biaya antara lain biaya administrasi bank, pajak atas bunga dan lain sebagainya yang 16 belum dibukukan sebagai pengurang kas pada buku bank. Penyesuaian terhadap saldo kas buku bank Bendum dilakukan dengan mengurangi saldo menurut buku Bendum dengan menerbitkan nota debet. 7. Kesalahan pencatatan Kesalahan pencatatan yang dilakukan disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain kesalahan jumlah, kesalahan pemindah bukuan dan lain sebagainya, maka penyesuaian dilakukan dengan menambah atau mengurangi saldo kas buku bank Bendum sesuai dengan kesalahan yang terjadi. Contoh: - Salah membukukan jumlah rupiah dari SP2D, Nota Kredit atau Nota Debet yang ada. - Pendapatan belum dibukukan, tetapi bank sudah mengkredit pada rekening Koran. Sebagai ilustrasi Pada akhir Tahun 2007 diambil kebijakan bahwa bank harus buka sampai dengan jam 22.00 pada tanggal 28 Desember 2007 untuk menampung penerimaan Negara. Kenyataannya penerimaan Negara masih terjadi sampai dengan tanggal 31 Desember 2007 misalnya Rp.100.000,-. Dalam Rekening Koran Bank Persepsi akan disajikan angka Rp.100.000,- tersebut dan Buku Bank belum mencatatnya, sehingga kas menurut Buku Bank akan lebih kecil dibandingkan dengan Kas menurut Rekening Koran Bank. Pada kertas kerja rekonsiliasi bank, akan ditambahkan pendapatan pada Buku Bank, dan sebesar pendapatan tersebut harus dibukukan sebagai pendapatan pada tahun 2007. 2. REKONSILIASI SAU - SAKUN Rekonsiliasi SAU - SAKUN dilakukan sebelum dilakukan rekonsiliasi eksternal dengan UAPPA-E1/UAPA. Tahapan rekonsiliasi SAU – SAKUN dapat dilakukan sebagai berikut : a. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. b. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembal ian Pendapatan dan Hibah (6 digit) antara LRA dengan LAK. c. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. d. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pengembalian Belanja (6 digit) antara LRA dengan LAK. e. Bandingkan jumlah rupiah dan Akun Pembiayaan (6 digit) antara LRA dengan LAK. 17 f. Bandingkan jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran antara Neraca SAU dengan Neraca KUN. Jika terjadi perbedaan, telusuri penyebab terjadinya perbedaan dan penyelesaiannya disampaikan ke KPPN terkait. Perbaikan data setelah tahun anggaran ditutup mengacu ke Peraturan Jenderal Perbendaharaan No. 69 tahun 2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan Laporan Keuangan. B. PROSEDUR REKONSILIASI EKSTERNAL REKONSILIASI UAPPA-E1 DENGAN DIREKTORAT APK UAPPA-E1 melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Ditjen PBN c.q. Dit. APK setiap semester. Hal-hal yang direkonsiliasi adalah: REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan: Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-E1 yang merupakan gabungan data seluruh UAPPA-W di lingkungan wilayah kerjanya dan data Satker Pusat yang mengirimkan laporan keuangannya langsung ke UAPPA-E1. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPPA-E1 yang merupakan gabungan data seluruh UAPPA-W di lingkungan wilayah kerjanya dan data Satker Pusat yang mengirimkan laporan keuangannya langsung ke UAPPA-E1. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan: Bandingkan data BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah menurut data Dit. APK dengan data UAPPA-E1 untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPPAE1. 18 e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan: Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA-E1. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data UAPPA -E1 dengan data Dit. APK. Pada saat melakukan rekonsiliasi, UAPPA-E1 diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAPPA-E1. HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Penanggung jawab rekonsilisasi di Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggung jawab rekonsilisasi di UAPPA-E1 selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap dia rsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar V Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. REKONSILIASI UAPA DENGAN DIREKTORAT APK UAPA melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Ditjen PBN c.q. Dit. APK setiap semester. Hal-hal yang direkonsiliasi adalah: REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah menurut data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPA yang merupakan gabungan data seluruh UAPPA-E1 di lingkungan wilayah kerjanya. 19 b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK yang merupakan penggabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPA yang merupakan gabungan data seluruh UAPPAE1 di lingkungan wilayah kerjanya. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Bandingkan data BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK dengan data UAPA untuk pendapatan yang berasal dari potongan SPM/SP2D. Realisasi pendapatan yang berasal dari SISPEN direkonsiliasi. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPA. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA. (dari potongan SPM/SP2D) Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPA. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK yang merupakan gabungan data seluruh Kanwil Ditjen PBN dengan data UAPA yang merupakan gabungan data seluruh UAPPAE1 di lingkungan wilayah kerjanya. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data data UAPA dengan data Dit. APK. Pada saat melakukan rekonsiliasi UAPA diwajibkan untuk membawa laporan BMN UAPA. 20 HASIL REKONSILIASI Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU dan SAI telah sama maka diterbitkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggung jawab rekonsiliasi di Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggung jawab rekonsiliasi di K/L selaku Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar VI Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. IV BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA (BA-BUN) 1. REKONSILIASI UAKPA – BUN DENGAN DIT. PKN SELAKU VERABUN REKONSILIASI LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data UAKPA-BUN dengan data Dit. PKN. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pada saat rekonsiliasi antara satker dan Dit. PKN, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, 21 Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Dit. PKN dengan data UAKPA-BUN. HASIL REKONSILIASI 1. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU (Dit. PKN) dan SAI (UAKPA-BUN) telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. PKN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat KPPN pada Daftar III lampiran Pedoman Rekonsiliasi . 2. BAR ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit.PKN selaku Bendaharawan Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari Satker yang bersangkutan selaku Kuasa Pengguna Anggaran. BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi. 2. REKONSILIASI UAPPA E1 - BUN dengan Dit. APK REKONSILIASI LRA a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 - BUN. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data UAPPA E1 - BUN dengan data Dit. APK. 22 c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pada saat rekonsiliasi antara satker dan Dit. APK, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 BUN. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 – BUN. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 BUN. (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 – BUN. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 - BUN. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Dit. APK dengan data UAPPA E1 – BUN. HASIL REKONSILIASI 1. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU (Dit. APK) dan SAI (UAPPA E1 - BUN) telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPPA E1-BUN selaku Kuasa Pengguna 23 Anggaran (KPA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar V Lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. BAR ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Bendaharawan Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPPA E1-BUN yang bersangkutan selaku Kuasa Pengguna Anggaran. BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi. 3. REKONSILIASI UAPA - BUN dengan Dit. APK REKONSILIASI LRA a. Rekonsiliasi Estimasi Pendapatan Bandingkan Estimasi Pendapatan yang terdiri dari unsur BA, Es 1 dan kode satker, Akun, jumlah rupiah antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. b. Rekonsiliasi Pagu Belanja Bandingkan Kode BA, Es 1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarik an antara data UAPA–BUN dengan data Dit. APK. c. Rekonsiliasi Realisasi Pendapatan Rekonsiliasi terhadap Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Pada saat rekonsiliasi antara satker dan Dit. APK, maka satker wajib melampirkan Bukti Penerimaan Negara (SSBP/SSPB yang disertai NTPN/NTB) sebagai bahan untuk melakukan pencocokan. d. Rekonsiliasi Realisasi Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. Bandingkan jumlah rupiah ringkasan belanja antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. e. Rekonsiliasi Realisasi Pengembalian Belanja Bandingkan Kode Bagian Anggaran, BA Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun, Jumlah Rupiah, Jenis Kewenangan, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. 24 (dari potongan SPM/SP2D). Bandingkan jumlah rupiah ringkasan pengembalian antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. f. Rekonsiliasi Realisasi Pembiayaan Bandingkan Kode Bagian Anggaran, Es1, Kode Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Akun, Jumlah Rupiah, Sumber Dana dan Cara Penarikan antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. REKONSILIASI NERACA Bandingkan jumlah aset lancar, aset tetap, kewajiban dan ekuitas dana antara data Dit. APK dengan data UAPA–BUN. HASIL REKONSILIASI 1. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi antara data SAU (Dit. APK) dan SAI (UAPA–BUN) telah sama maka dibuatkan berita acara rekonsiliasi yang ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Kuasa Bendahara Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPA–BUN selaku Pengguna Anggaran (PA), Berita Acara Rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan Kesatker dan 1 (satu) rangkap diarsipkan. Lihat format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) untuk rekonsiliasi tingkat Pusat pada Daftar VI lampiran Pedoman Rekonsiliasi. 2. BAR ditandatangani oleh penanggungjawab rekonsiliasi dari Dit. APK selaku Bendaharawan Umum Negara dan penanggungjawab rekonsiliasi dari UAPA–BUN yang bersangkutan selaku Pengguna Anggaran. BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi. Format Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Berita Acara Rekonsiliasi merupakan dokumen yang menyatakan bahwa proses rekonsiliasi telah dilaksanakan dan telah menunjukan hasil yang sama antara data SAU dan SAI. Berita Acara Rekonsiliasi ditandatangani oleh atas nama Kuasa BUN sesuai dengan kewenangannya dan Kuasa Pengguna Anggaran. 25 DAFTAR I LAMPIRAN PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI CONTOH REKONSILIASI ANTARA SALDO KAS MENURUT REKENING KORAN DAN SALDO KAS MENURUT KPPN Saldo Rekening per 31 Desember 2005 KPPN: BANDA ACEH URAIAN I BANK TUNGGAL 1 . BI Cabang Banda Aceh (100) REKENING KORAN BUKU BANK 0 0 BANK OPERASIONAL I 1 . BRI Banda Aceh Non Gaji (110) 2 . BRI Banda Aceh Gaji (111) 89,821,181,032 17,140,330,000 19,646,033,541 17,140,330,000 III BANK OPERASIONAL II 1 . BRI Banda Aceh (120) 2 . Bank Mandiri Banda Aceh (122) 3 . BNI 1946 Banda Aceh (124) 4 . BPD Banda Aceh (DAU) 5 . BPD Banda Aceh (129) 12,421,995,266 4,952,251,000 9,742,857,172 120,143,000,000 1,881,014,919 11,813,777,318 4,278,974,981 9,730,408,032 120,143,000,000 1,447,937,119 0 46,015 0 0 0 33,013,198 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,031,015,009 3,020,869,009 259,166,703,611 187,221,330,000 II IV BANK OPERASIONAL III 1 . BRI Sigli PBB (130) 2 . Bank Mandiri Banda Aceh PBB (131) 3 . BPD Sabang PBB (132) 4 . BRI Banda Aceh PBB (Aceh Besar) (133) 5 . BRI Sigli BPHTB (136) 6 . Bank Mandiri Banda Aceh BPHTB (137) 7 . BPD Sabang BPHTB (138) 8 . BRI Banda Aceh BPHTB (Aceh Besar) (139) GIRO POS SALDO KAS PER 31 DESEMBER 2005 REKONSILIASI Saldo per 31 Desember 2005 menurut BRI Banda Aceh BO I Non Gaji (110) SP2D yang belum dibukukan oleh bank Biro Gilyet tgl 29 Des 2005 blm dibukukan bank SP2D tgl 23-12-2005 no 799353B sebesar Rp 8.897.000,- dibukukan oleh bank Rp 8.912.000,SP2D tgl 23-12-2005 no 799641 B sebesar Rp 40.338.000,- dibukukan oleh bank Rp 40.388.000,Transaksi salah dibukukan SP2D gaji yang dibukukan pada BO I non gaj SP2D BLN Rek Khusus yang belum dikredit Rekening tgl 23-12-2005 Rp 87.902.091,- seharusnya Rp BRI87.897.091,Banda Aceh BO II Gaji (120) Transaksi yg salah dibukukan dlm R/K SP2D yg belum dibukukan oleh bank Transaksi untuk BPD Sabang yg salah dibukukan Bank Mandiri Banda aceh BO II Gaji (122) SP2D yg belum dibukukan oleh bank Bunga setelah pajak dari bln Nov 2004 - Nov 2005 Bunga setelah pajak dari bln Des 2005 Transfer bunga ke rekening Persepsi Jan - Nov 2005 Transfer bunga ke rekening Persepsi Des 2005 Biro Gilyet tgl 27 Des 2005 blm dibukukan bank BNI 1946 Banda Aceh BO II Gaji (124) SP2D yg belum dibukukan oleh bank Biro Gilyet tgl 27-12-2005 bl dibukukan oleh bank BPD Banda Aceh BO II Gaji (129) SP2D yg belum dibukukan oleh bank Sentral giro Pos (301) REKENING KORAN BUKU BANK 259,166,703,611 187,221,330,000 (74,667,864,306) (1,624,497,000) 15,000 50,000 54,349,640 124,294,175 5,938,500,000 5,000 (825,568) (609,577,380) 2,185,000 (680,576,137) (33,958,410) (1,963,605) 30,425,817 2,796,316 10,000,000 (37,449,140) 25,000,000 (433,077,800) 26 SP2D yng belum dibukukan oleh PT Pos Bank Mandiri BO III (131) Bunga yang seharusnya tidak ada Bank Mandiri BO III (137) Bunga yang seharusnya tidakada Pelimpahan BPHTB belum dibukukan bendum Saldo setelah rekonsiliasi (10,146,000) (46,015) (1,733) 33,011,465 187,254,341,465 187,254,341,465 27 DAFTAR II LAMPIRAN PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI REKONSILIASI SALDO KAS ANTARA BANK DENGAN KPPN KPPN: JAKARTA V BULAN DESEMBER 2008 NO KODE BANK TUNGGAL BO I A I BANK REKENING KORAN KPPN 1 100 BANK INDONESIA - - 2 109 NIHIL - - 3 118 BO II 121 122 BANK BRI Cab. PS MINGGU - - BANK MANDIRI CAB CILANDAK BRI CAB PS MINGGU 75,808,663,400 67,666,498,300 75,808,663,400 67,666,498,300 6 124 BO III BNI CAB KRAMAT 15,446,444,900 15,446,444,900 7 131 8 136 BANK PERSEPSI 1 II 4 5 III BANK MANDIRI CAB BEJ (PBB) - - BANK MANDIRI CAB BEJ (BPHTB) - - 203 BANK DANAMON - - 2 204 BANK BUKOPIN - - 3 207 BANK ARTA GRAHA - - 4 210 BANK MANDIRI - - 5 212 BRI - - 6 213 BNI - - 7 214 BANK LIPPO - - 8 215 BCA - - 9 216 BANK MANDIRI SYARIAH - - 10 221 BANK SUMITOMO - - 11 222 BANK MITSUBISHI/DBS - - 12 225 BANK FINCONESIA - - 13 228 BANK CENTURY - - 14 229 BANK PANIN - - 15 231 BII - - 16 233 BANK RESONA PERDANIA - - 17 237 BANK OF TOKYO - - 18 238 BANK OF AMERICA - - 19 244 BANK NIAGA - - 20 245 - - 21 255 BANK DKI BANK NUSANTARA PARAHYANGAN - - KAS BLU - SENTRAL GIRO GABUNGAN Saldo Kas - B C 225,447,362,228 GIRO POS 1 310 158,921,606,600 384,368,968,828 SALDO KAS 31-12-2008 158,921,606,600 384,368,968,828 KAS BLU 225,447,362,228 SALDO KAS 384,368,968,828 REKONSILIASI Penyesuaian 384,368,968,828 28 REKONSILIASI SALDO KAS ANTARA BANK DENGAN KPPN (BLU) KPPN : JAKARTA V BULAN DESEMBER 2008 NO I A KODE BLU BLU BANK 1 401 RUMAH SAKIT FATMAWATI 2 402 RSPI SULIANTI SAROSO 3 403 4 REKENING KORAN KPPN SELISIH 12,306,749,337 12,306,749,337 - 2,912,741,778 2,912,741,778 - RUMAH SAKIT PERSAHABATAN 12,468,350,585 12,468,350,585 - 404 RS CIPTO MANGUNKUSUMO 34,322,046,119 34,322,049,119 - 5 405 RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN 617,674,635 617,674,635 - 6 406 RSAB HARAPAN KITA 35,185,133,339 35,185,133,339 - 7 407 RUMAH SAKIT JANTUNG HARAPAN KITA 112,232,887,130 112,232,887,130 - 8 408 RS KANKER DHARMAIS 15,048,342,234 15,048,342,234 - 9 409 553,755,123 353,434,071 200,321,052 225,647,680,280 225,447,362,228 REKENING KORAN 225,647,680,280 KPPN 225,447,362,228 Total BLU REKONSILIASI SALDO KAS REKENING KORAN DENGAN KPPN Saldo BLU per 31 Desember 2008 menurut Adjusment/penyesuaian : 1 RS KETERGANTUNGAN OBAT Mempertanggungjawabkan di SPM pengesahan Triwulan I 2009 Saldo BLU Setelah Penyesuaian (200,321,052) 225,447,362,228 225,447,359,228 BLU RSJ SOEHARTO HEERDJAN Untuk 31 Desember 2008 NO KODE 1 129279339 2 BANK REKENING KORAN KPPN SELISIH 45,506,871 - - 00000379-01-000002-30-0 442,680,557 - - 3 CASH ON HAND 128,465,400 - - 4 CASH ON HAND 974,635 - - 617,627,463 617,674,635 (47,172) 617,674,635 (480,864) Saldo Akhir Kas Setoran PPh Saldo Akhir Kas Setelah Penyesuaian (433,692) 617,193,771 Catatan: KAS BLU menurut SAI sudah sesuai dengan saldo KPPN sebesar Rp617.674.635 29 BLU Rumah Sakit FATMAWATI Untuk 31 Desember 2008 NO KODE BANK REKENING KORAN 1 50101000008309 BANK BRI 5,800,581,337 2 0501-01-00124440-3 Deposito BRI 1,500,000,000 3 0501-01-001240-40-9 Deposito BRI 1,500,000,000 4 0501-01-001177-40-2 Deposito BRI 1,500,000,000 5 0501-01-001232-40-6 Deposito BRI 2,000,000,000 6 CASH ON HAND KPPN SELISIH 6,168,000 Saldo Akhir Kas 12,306,749,337 12,306,749,337 - BLU Rumah Sakit Persahabatan Untuk 31 Desember 2008 NO KODE BANK REKENING KORAN 1 96501000009301 BANK BRI 1,896,974,547 2 00000965-01-000003-30-5 BANK BRI 2,145,160,926 3 00000155-01-0088-06 BANK BRI 4,976,796,842 4 00000955-01-00 BANK BRI 1,522,179,509 BANK BRI 1,702,695,590 5 6 CASH ON HAND KPPN SELISIH 224,543,171 Saldo Akhir Kas 12,468,350,585 12,468,350,585 - BLU RSPI SULIANTI SAROSO Untuk 31 Desember 2008 NO KODE 1 00001205-01-000001-30-6 2 120-00-0454732-4 Saldo Akhir Kas Pendapatan Jasa Giro yang Belum disyahkan oleh KPPN CEK BEREDAR Saldo Akhir Kas Setelah Penyesuaian BANK BANK BRI BANK MANDIRI REKENING KORAN KPPN SELISIH 2,833,380,751 99,140,217 2,932,520,968 2,912,741,778 19,779,190 (8,615,690) (11,163,500) 2,912,741,778 2,912,741,778 30 BLU RS CIPTO MANGUNKUSUMO Untuk 31 Desember 2008 NO KODE 1 122-00-8300026-8 2 122-00-0454260-4 3 122-00-9400006-7 4 122-00-8800039-6 5 122-000434906-7 6 122-00-0422441-9 7 122-00-0426773-1 8 122-00-0422441-9 9 10 11 122-00-0409089-3 UANG MUKA KERJA CASH ON HAND BANK BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI BANK MANDIRI Saldo Akhir Kas REKENING KORAN KPPN SELISIH 11,226,672,577.76 12,135,251,945.80 1,037,729,658.64 213,166,198.65 1,530,186,932.37 2,024,809,484.18 64,246,100.13 24,425,032.76 2,378,873,901.53 3,686,684,287.18 3,000.00 34,322,049,119.00 34,322,049,119 - BLU RSAB HARAPAN KITA Untuk 31 Desember 2008 NO KODE BANK REKENING KORAN 1 096201000016306 BANK BRI 4,733,305,275 2 57730700019 LIPPO 1,447,403,622 3 842096969 BCA 1,859,950,249 4 1160004910528 MANDIRI 2,855,875,937 5 1160005051348 MANDIRI 67,400,253 6 00003638000 DB 7 096201001108407 7,500,000,000 8 2430200171 9 xxxxxxx DEPO BRI DEPO BUKOPIN DEPO BUKOPIN 10 04220004011 DEPO LIPPO 2,171,174,921 11 096201000017302 BRI 1,150,643,848 12 57730700094 LIPPO 1,814,076,832 13 57730700078 LIPPO 25,615,374 14 0000638001 DB 15 096201000843402 DEPO BRI 500,000,000 16 096201000867406 DEPO BRI 1,100,000,000 17 096201000858407 DEPO BRI 1,100,000,000 18 096201000877401 DEPO BRI 1,100,000,000 19 096201000036306 BRI 513,348,113 20 096201000035300 BRI CASH ON HAND 201,869,460 21 Saldo Akhir Kas CASH DI BENDAHARA PENERIMAAN KPPN SELISIH 464,000 1,000,000,000 5,000,000,000 1,107,490,158 63,502,800 35,312,120,842 35,185,133,339 126,987,503 114,699,823 31 35,426,820,665 UANG MUKA PASIEN (Utang) UANG MUKA OPERASIONAL (Kas yang Belum Dipertanggungjawabkan) 35,185,133,339 241,687,326 35,185,133,339 19 466,687,307 225,000,000 35,185,133,358 Saldo Akhir Kas Setelah Penyesuaian BLU RSJPD HARAPAN KITA Untuk 31 Desember 2008 NO KODE BANK REKENING KORAN 1 116-00-8500043-9 MANDIRI 18,501,068,589 2 116-00-0214753-7 MANDIRI 5,396,923,357 3 116-00-0203259-8 MANDIRI 7,287,670,813 4 116-00-0203261-4 MANDIRI 601,882,667 5 785-30-07133-3 LIPPO 6 3423077871 BCA 4,652,526,392 7 962-01-000054-30-4 BRI 11,310,541,294 8 116-00-9904108-0 MANDIRI 5,183,808,687 9 116-00-8900368-6 MANDIRI 128,290 10 0962-01-000064-30-9 BRI 11 0962-01-000988-40-6 DEPO BRI 2,140,093,583 12 0962-01-000986-40-4 DEPO BRI 7,525,952,769 13 0962-01-000987-40-0 DEPO BRI 1,085,630,434 14 0962-01-000978-40-1 DEPO BRI 3,765,523,197 15 0962-01-001025-40-5 DEPO BRI 6,455,147,668 16 785-20-06014-2 DEPO LIPPO 5,283,163,288 17 785-20-06015-1 DEPO LIPPO 1,206,547,331 18 785-20-06105-0 2,057,060,207 19 116-0201014462 20 072-116-00036 21 072-016-59658 22 072-016-59127 23 116-0201015535 24 072-016-59798 25 072-016-37450 26 072-010-58473 27 072-016-60508 28 072-016-59062 DEPO LIPPO DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI DEPO MANDIRI 29 116-00-0529413-8 MANDIRI 1,575,356,037 Saldo Akhir Kas PENERIMAAN PNBP Saldo Akhir Kas Setelah Penyesuaian KPPN SELISIH 12,774,177,774 10,749,813,039 2,000,000,000 206,900,000 1,000,000,000 75,000,000 1,000,000,000 90,600,000 92,000,000 89,200,000 86,300,000 40,000,000 112,233,015,416 112,232,887,130 128,286 112,232,887,130 (4) (128,290) 112,232,887,126 32 BLU RS KANKER DHARMAIS Untuk 31 Desember 2008 NO KODE 1 116-0000060328 2 BANK REKENING KORAN 4,821,128,136 113-0004888 MANDIRI SYARIAH MANDIRI 3 116-0004568664 MANDIRI 747,872,506 4 96201000065305 BRI 2,207,070,582 5 084-035330-3 BCA 1,651,532,570 7 1,160,000,060,286 MANDIRI 3,436,970,096 8 CASH ON HAND Saldo Akhir Kas SELISIH 2,729,855,793 146,504,047 15,740,933,730 PENDAPATAN Yg BLM DISETOR 15,048,342,234 692,591,496 15,048,342,234 34,484,655 (603,967,612) OUTSTANDING CEK PENDAPATAN Yg BLM DIPERTANGGUNGJAWABKAN Saldo Akhir Kas Setelah Penyesuaian KPPN (54,139,229) 15,082,826,889 Catatan: Saldo KAS BLU di SAI sudah sesuai dengan saldo KPPN sebesar Rp15.048.342.234,- 33 DAFTAR III LAMPIRAN PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI Format Berita Acara Rekonsiliasi Tingkat KPPN antara KPPN dan Satker (UAKPA) Berita Acara Rekonsiliasi Pada hari ini ....... tanggal .... bulan ....... tahun ................... telah diselenggarakan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran antara satuan kerja / satuan kerja ........ perangkat daerah ……………kode (…. ), yangselanjutnya disebut Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), ............................................ dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) .....................kode (...), yang selanjutnya disebut Kuasa Bendahara Umum Negara. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran sebagai bahan rekonsiliasi, berupa: 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja periode…..tahun anggaran............. 2. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja periode..........tahun anggaran........... 3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan periode .....tahun anggaran......... 4. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan periode........tahun anggaran........ Pada tanggal............... bulan..........tahun......... Selanjutnya Kuasa Bendahara Umum Negara menyediakan data transaksi dan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SPM/STS yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang diproses berdasarkan Sistem Akuntansi Umum. Rekonsiliasi dilaksanakan oleh secara bersama-sama, yang hasilnya dituangkan kedalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) ini dengan hasil sebagai berikut : 1. DIPA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 2. LRA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 3. NERACA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) Yang secara rinci tertuang dalam Laporan Hasil Rekonsiliasi. Laporan Hasil Rekonsiliasi dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Rekonsiliasi (BAR). Demikian berita acara ini dibuat untuk dilaksanakan. a.n. Kuasa Bendahara Umum Negara, ( ) NIP………………………… a.n. Kuasa Pengguna Anggaran ( ) NIP…………………………. 34 DAFTAR IV LAMPIRAN PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI Format Berita Acara Rekonsiliasi Tingkat Kanwil antara Kanwil Ditjen PBN dengan UAPPA-W Berita Acara Rekonsiliasi Pada hari ini….. tanggal ........ bulan....... tahun . telah diselenggarakan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran antara kantor wilayah/koordinator wilayah kementerian negara/lembaga.................................... kode ( .... ), yang selanjutnya disebut Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W), dengan Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN) ................................................ kode ( ............. ), yang selanjutnya disebut Kuasa Bendahara Umum Negara. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran sebagai bahan rekonsiliasi, berupa: 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja periode………tahun anggaran…….….. 2. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja periode........ tahun anggaran ....... 3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan periode……tahun anggaran….. 4. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan periode ....... tahun anggaran ....... Pada tanggal ...... bulan ... tahun ...... Selanjutnya Kuasa Bendahara Umum Negara menyediakan data transaksi dan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SPM/STS yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang diproses berdasarkan Sistem Akuntansi Umum. Rekonsiliasi dilaksanakan secara bersama-sama, yang hasilnya dituangkan kedalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) ini dengan hasil sebagai berikut : 1. DIPA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 2. LRA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 3. NERACA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda) yang secara rinci tertuang dalam Laporan Hasil Rekonsiliasi. Laporan Hasil Rekonsiliasi dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Rekonsiliasi (BAR). Demikian berita acara ini dibuat untuk dilaksanakan. a.n. Kuasa Bendahara Umum Negara, ( ) NIP…………………….. a.n. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah ( ) NIP…………………….. 35 DAFTAR V LAMPIRAN PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI Format Berita Acara Rekonsiliasi tingkat Pusat antara Dit. APK dengan UAPPA-Es 1 dan UAPA Berita Acara Rekonsiliasi Pada hari ini ....... tanggal .... bulan ...... tahun…..telah diselenggarakan rekonsilaisi Laporan Realisasi Anggaran antara kementerian negara/lembaga/bagian anggaran ................................kode (...), yang selanjutnya disebut Pengguna Anggaran (PA), dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang selanjutnya disebut Bendahara Umum Negara. Pengguna Anggaran menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran sebagai bahan rekonsiliasi, berupa: 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja periode……. tahun anggaran …….. 2. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja periode ....... tahun anggaran ...... 3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan periode……tahun anggaran….. 4. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan periode ...... tahun anggaran ...... Pada tanggal ...... bulan... tahun ....... Selanjutnya Kuasa Bendahara Umum Negara menyediakan data transaksi dan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SPM/STS yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang diproses berdasarkan Sistem Akuntansi Umum. Rekonsiliasi dilaksanakan secara bersama-sama, yang hasilnya dituangkan kedalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) ini dengan hasil sebagai berikut : 1. DIPA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 2. LRA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 3. NERACA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda) yang secara rinci tertuang dalam Laporan Hasil Rekonsiliasi. Laporan Hasil Rekonsiliasi dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Demikian berita acara ini dibuat untuk dilaksanakan. a.n. Kuasa Bendahara Umum Negara, ( ) NIP…………………….. a.n. Pengguna Anggaran, ( ) NIP…………………….. 36 DAFTAR VI LAMPIRAN PEDOMAN DAN PROSEDUR REKONSILIASI Format Berita Acara Rekonsiliasi antara Dit. PKN dengan UAKPA Berita Acara Rekonsiliasi Pada hari ini ..... tanggal .... bulan ....... tahun . telah diselenggarakan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran antara satuan kerja / satuan kerja perangkat daerah .................kode ( ), yang selanjutnya disebut Kuasa Pengguna Anggaran ........... (KPA), dengan Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit.PKN) kode ( ) , yang selanjutnya disebut Kuasa Bendahara Umum Negara. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran sebagai bahan rekonsiliasi, berupa: 1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja periode……..tahun anggaran……….. 2. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja periode………tahun anggaran………… 3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan periode……..tahun anggaran……….. 4. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan periode………. tahun anggaran……… Pada tanggal ...... bulan ..... tahun…... Selanjutnya Kuasa Bendahara Umum Negara menyediakan data transaksi dan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SPM/STS yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang diproses berdasarkan Sistem Akuntansi Umum. Rekonsiliasi dilaksanakan oleh secara bersama-sama, yang hasilnya dituangkan kedalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) ini dengan hasil sebagai berikut : 1. DIPA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 2. LRA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) 3. NERACA Terdapat perbedaan …………………….. antara data SAU dengan data SAI dengan nilai sebesar Rp……………………………( sebutkan seluruh unsur-unsur yang berbeda ) Yang secara rinci tertuang dalam Laporan Hasil Rekonsiliasi. Laporan Hasil Rekonsiliasi dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Rekonsiliasi (BAR). Demikian berita acara ini dibuat untuk dilaksanakan. a.n. Kuasa Bendahara Umum Negara, ( ) NIP ……………………… a.n. Kuasa Pengguna Anggaran ( ) NIP………………………. 37