Orang Orang Beriman - Mutiara Zuhud

advertisement
Orang Orang Beriman
27 Oktober 2010 sumber: http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/10/27/orang-orang-beriman/
Firman Allah ta’ala yang artinya
Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaranajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)
Siapakah yang termasuk orang-orang yang beriman ?
Marilah kita pahami petunjuk dari Allah ta’ala dalam Al-Qur’an yang diperuntukan bagi seluruh manusia.
“(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa.” ( QS Ali Imran [3]: 138 )
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini” ( QS
Jaatsiyah [45]:20 )
( QS Al Mu’minun [23]:1-11 )
[23:1] Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
[23:2] (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya
[23:3] dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
[23:4] dan orang-orang yang menunaikan zakat
[23:5] dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
[23:6] kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela.
[23:7] Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
[23:8] Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
[23:9] dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya
[23:10] Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
[23:11] (ya’ni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya
“…dia (malaikat Jibril) langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua
kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata
“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “,Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan
Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji
apabila mampu.”
Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.…..” (HR Muslim)
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu
sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka jangan kamu langgar dia; dan Allah
telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa
hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat
Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).
1
Kesimpulannya bahwa orang-orang yang beriman adalah mereka yang memahami dan menjalankan
rukun Islam dan rukun Iman dengan minimal melaksanakan seluruh kewajiban (hukum/perkara
wajib) dan menjauhi seluruh larangan dan pengharaman (hukum/perkara haram).
Setelah melaksanakan perihal yang minimal tersebut, seorang mukmin dengan kesadaran sendiri dapat
melakukan amal kebaikan (amal sholeh) untuk mencapai muslim yang terbaik, muslim yang sholeh, muslim
yang ihsan (muhsinin). Amal kebaikan (amal sholeh) dilaksanakan untuk memperoleh keridhoan Allah
ta’ala atau kecintaan Allah ta’ala kepada hambaNya.
Tahapannya Muslim (Muslimin) –> Mukmin (Mukminin) –> Muhsin (Muhsinin)
( QS Lukman [31]:3-5 )
[31:3] menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (muhsinin)
[31:4] (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya
negeri akhirat.
[31:5] Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orangorang yang beruntung.
Hal ini berlaku terhadap seluruh manusia termasuk orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Seluruh umat manusia setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah ta’ala maka
wajib bagi seluruh manusia mengakui kenabiannya, karena sesungguhnya berita kedatangan Nabi
Muhammad shallallahu ’alaihi wassalam telah disampaikan pada kitab-kitab Allah sebelumnya.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad
seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” ( QS Al Baqarah [2]:146 )
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan
kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa
yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah
berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka
menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku
menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ( QS Ali Imran [3]:81 )
“Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS Ali Imran [3]:
82 )
Barangsiapa yang berpaling sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam diutus dengan kitab AlQur’an yang membenarkan kitab-kitab Allah sebelumnya maka mereka termasuk orang-orang yang
fasik, orang yang berpaling atau tidak mengindahkan perintah Allah ta’ala. Akhir bagi mereka adalah
neraka jahanamlah sebagaimana firmanNya yang artinya:
“Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak
keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa
neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” ( QS As Sajadah [32]:20 )
Buya Hamka menulis dalam Tafsir al-Azhar: ”Beriman kepada Allah niscaya menyebabkan iman pula
kepada segala wahyu yang diturunkan Allah kepada para RasulNya; tidak membeda-bedakan diantara satu
Rasul dengan Rasul yang lain, percaya kepada keempat kitab yang diturunkan.” (Ibid, hal. 213).
2
Justru disinilah persoalan bagi kaum Yahudi dan Kristen, karena mereka menolak kenabian Muhammad saw
dan kebenaran al-Quran. Karena itu, dalam tafsirnya ini, Hamka juga mengutip hadits Rasulullah saw yang
diriwayatkan Imam Muslim:
Berkata Rasulullah s.a.w.: “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah
mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani,
kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”
Lalu, selanjutnya, Hamka menjelaskan makna hadits Rasul saw tersebut: ”Dengan hadits ini jelaslah bahwa
kedatangan nabi Muhammad s.a.w. sebagai penutup sekalian Nabi (Khatimil Anbiyaa) membawa Al-Quran
sebagai penutup sekalian Wahyu, bahwa kesatuan ummat manusia dengan kesatuan ajaran Allah digenap
dan disempurnakan. Dan kedatangan Islam bukanlah sebagai musuh dari Yahudi dan tidak dari Nasrani,
melainkan melanjutkan ajaran yang belum selesai.
Maka, orang yang mengaku beriman kepada Allah, pasti tidak menolak kedatangan Nabi dan Rasul penutup
itu dan tidak pula menolak Wahyu yang dia bawa. Yahudi dan Nasrani sudah sepatutnya terlebih dahulu
percaya kepada kerasulan Muhammad apabila keterangan tentang diri beliau telah mereka terima. Dan
dengan demikian mereka namanya telah benar-benar menyerah (Muslim) kepada Tuhan. Tetapi kalau
keterangan telah sampai, namun mereka menolak juga, niscaya nerakalah tempat mereka kelak. Sebab iman
mereka kepada Allah tidak sempurna, mereka menolak kebenaran seorang daripada Nabi Allah.”
Tafsir Ibnu Katsir tentang orang-orang yang dimurkai dan mereka yang sesat.
“Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”, yakni bukan jalan orangorang yang dimurkai. Mereka adalah orang yang rusak kehendaknya; mereka mengetahui kebenaran, namun
berpindah darinya. Dan “bukan jalannya orang-orang yang sesat”, yaitu mereka yang tidak memiliki
pengetahuan dan menggandrungi kesesatan. Mereka tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran. Hal ini
dikuatkan dengan laa guna menunjukkan bahwa di sana ada dua jalan yang rusak: jalan kaum Yahudi dan
jalan kaum Nasrani.
Sesungguhnya jalan orang-orang yang beriman itu mencakup pengetahuan akan kebenaran dan
pengalamannya, dan kaum Yahudi tidak memiliki amal, sedang kaum Nasrani tidak memiliki pengetahuan.
Oleh karena itu, kemurkaan bagi kaum Yahudi dan kesesatan bagi kaum Nasrani.
Karena orang yang mengetahui, tetapi tidak beramal, maka ia berhak mendapat kemurkaan, dan ini berbeda
dengan orang yang tidak tahu. Kaum Nasrani menuju pada suatu perkara, yaitu mengikuti kebenaran, namun
mereka tidak benar dalam melakukakannya sebab tidak sesuai dengan ketentuannya sehingga mereka pun
sesat.
Demikian pula hadits yang diriwayatkan Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu
Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang
orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Baik Yahudi maupun Nasrani adalah sesat dan dimurkai.
Sifat Yahudi yang paling spesifik ialah kemurkaan, sebagaimana Allah berfirman ihwal mereka, “yaitu
orang yang dikutuki dan dimurkai Allah.” (al-Ma’idah: 60)
Sifat Nasrani yang sangat spesifik ialah kesesatan, sebagaimana Allah berfirman, “Dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan
3
mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Ma’idah:
77)
Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada
RasulullahShallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau
bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’.
“Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Jadi dapat kita pahami kekeliruan muslim yang membenarkan atau mengikuti paham pluralisme agama
karena secara tidak disadari mereka membenarkan orang-orang yang menolak seorang Nabi Allah, mereka
membenarkan orang-orang yang dimurkai Allah ta’ala dan mereka membenarkan orang-orang yang telah
sesat. Kita wajib tidak membenarkan apa yang mereka pahami namun kita tidak boleh membenci mereka
dan pergauli dengan cara yang baik (toleransi). Selengkapnya baca tulisan pada:
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2009/04/23/2009/10/03/etik-dengan-non-muslim/
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali
dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab)
yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan
kami hanya kepada-Nya berserah diri“. (QS Al Ankabut [29]:46 )
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu
dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : “Aku beriman kepada semua Kitab yang
diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara
kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita) “. (QS Asy Syuura
[42]:15 )
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.” ( QS. Al-Mumtahanah [60]:8 )
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maaidah [5]:8 )
Oleh karenanya jadilah termasuk orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada agama Islam,
maka Allah ta’ala akan memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan memasukkan kedalam surga.
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah
akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan
menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” ( QS An Nisaa’ [4]:175 )
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
4
Download