TINJAUAN PUSTAKA ENDOMETRIOSIS 1. Definisi Endometriosis yaitu suatu keadaan jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam endometrium atau pun di luar uterus. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal (serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe). Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm. (Rayburn, F. William.2001) 2. Gejala- Gejala Gambaran klinis seringkali tidak spesifik. 25% kasus pasien endometriosis tidak menunjukkan gejala ; sisanya menunjukkan gejala yang sangat bervariasi tergantung pada lokasi dan bukan pada luasnya penyakit. Gejala yang mungkin terjadi: Nyeri Gangguan haid Dispareunia Disuria Infertilitas 1 Rasa Nyeri Kejang abdomen bagian bawah yang dimulai sebelum haid dan mencapai puncaknya beberapa hari terakhir haid dan secara perlahan-lahan mereda. Nyeri ini disebut sebagai DYSMENORRHOEA. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan atau pun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002) Gangguan Haid Pada 60% pasien endometriosis terjadi gangguan siklus haid. Keluhan mungkin berupa bercak pra-haid (spotting), menorrhagia atau periode haid yang pendek. Dyspareunia Bila endometrium berada di cavum douglassi, khususnya bila disertai dengan retroversio uteri dan perlekatan maka akan terdapat keluhan dispareunia pada saat penetrasi penis berlangsung secara maksimal saat sexual intercourse. Infertilitas Endometriosis sering disertai dengan infertilitas, mungkin hal ini berhubungan dengan distorsi anatomis saluran reproduksi internal. 30%-40% wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. 3. ETIOLOGI 1. Menstruasi retrograde 2. Penyebaran limfatik dan hematogenik 3. Metaplasia Coelomic 4. Defek Imuno-genetik 5. Lingkungan (pestisida, kantung plastik) 2 6. 4. Penyebaran Anatomis LOKASI ENDOMETRIOSIS 1. Ovarium 2. Cavum Douglassi 3. Ligamentum sacrouterina 4. Ligamentum latum 5. Tuba falopii 6. Plica vesicouterina 7. Ligamentum Rotundum 8. Apendik vermoformis 9. Vagina 10. Septum rectovagina 11. Colon rectosigmoid 12. Caecum 13. Ileum 14. Kanalis inguinalis 15. Jaringan parut abdomen 16. Ureter 17. Vesica urinaria 18. umbilikus 19. vulva 20. Tempat yang jauh 5. Penyebab Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa teori,antara lain: a. Teori Implantasi dan Regurgitasi 3 Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri melalui tuba Falopi, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di luar pelvis. b. Teori Metaplasia Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah menjadi endometrium. Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama. c. Teori Hormonal Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh. d. Teori Imunologik Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosisn adalah suatu penyakit autoimun karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar, menimb2ulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal. ( Baziad,Ali dkk.1993) 6. Faktor-faktor resiko Faktor-faktor resiko untuk endometriosis : a. Nuliparitas b. Infertilitas c. Usia 25-40 tahun (Rayburn, F. William.2001) 7. Diagnosis Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan 4 melakukan pemeriksan laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bisa membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya endometriosis. Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis. (Rayburn, F. William.2001) Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu : a. Laparoskopi Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. b. Pemeriksaan Ultrasonografi Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis. 8. Jenis- jenis endometriosis Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi : a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri) Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu: - Nyeri saat haid. - Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang. b. Endometriosis Tuba Endometriosis tuba yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba, akibatnya adalah: - Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas. - Resiko terjadinya kehamilan ektopik. 5 - Hematosalping c. Endometriosis Ovarium Endometriosis ovarium mengakibatkan terbentuknya kista coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi. d. Endometriosis Retroservikalis. Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah: - Nyeri pada saat haid. - Nyeri pada saat senggama. Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah: - Karsinoma ovarium. - Metastasis di kavum Douglas. - Mioma multiple. - Karsinoma rectum. e. Endometriosis Ekstragenital. Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis. ( Baziad,Ali dkk.1993) 9. Penanganan Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi. a. Pencegahan Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinan bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahim bikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat. ( Moore, Hacker.2001) Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala 6 endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) b. Observasi Pengobatan akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) c. Terapi Analgesik 1. NSAID’s 2. Prostaglandine synthetase – inhibiting drugs d. Pengobatan Hormonal Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum. Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) 7 c. Pembedahan Keberadaan jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007) d. Radiasi pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) 8 DAFTAR PUSTAKA Jones. Derek Llewellyn. 2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi. Jakarta. Hipokrates Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika Wiknjosastro, hanifa.2014. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan bina pustaka . 9