KROMATOGRAFI PARTISI Definisi : Teknik kromatografi berdasarkan partisi komponen/solut antara fase diam cairan pada permukaan penyangga padat dengan fase gerak Fase diam tidak saling campur dengan fase gerak Komponen terpisah karena masing-masing memiliki koefisien partisi yang berbeda KROMATOGRAFI PARTISI Fasa diam: Cairan yang melapisi partikel penyangga Penyangga: kieselguhr, selulosa, silika gel , alumina C8, C18 Fasa gerak: Cairan yang tidak dapat campur dengan fasa diam tidak dapat teradsorpsi pada penyangga fasa diam Sampel: Berbeda kelarutannya dalam fasa diam Komponen yang lebih besar kelarutannya dalam fasa diam tertahan lebih lama Koefisien partisi (Kd) = [X]A/[X]B ● Nisbah konsentrasi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur, pada saat kesetimbangan ● Berubah bila suhu berubah konsentrasi zat terlarut dalam fasa diam koefisien partisi = --------------------------------------------------konsentrasi zat terlarut dalam fase gerak Bila suatu zat mempunyai Kd = 5 diperlukan fasa gerak sebesar 5x volume kolom untuk mengelusi seluruh senyawa keluar dari kolom Volume kolom dibuat sekecil mungkin sesuai dengan yang benar-benar dibutuhkan untuk pemisahan komponen Semakin sedikit fase gerak yang diperlukan, semakin sedikit pelarut yang harus diuapkan; proses pemekatan semakin cepat Ilustrasi mekanisme partisi (pemisahan ) dalam kolom, Koefisien Partisi dan Teori Pelat P A+ P P A B P B+P P Analat mengandung A (Kd=1) dan B (Kd=0,67), fasa mobil P P Jika masing-masing ada 1000 molekul, ada fase gerak masing-masing terpartisi Asumsi : Vd =Vg A : 500 pada fasa diam, 500 pada fasagerak B: 400 pada fasa diam, 600 pada fase gerak Elusi lebih lanjut(tambahan fasa gerak segar) Zat terpartisi lebih lanjut Seluruh zat A maupun B terelusi terpisah A250-250 (fd-fg) B: 160-240 dan 240-360 (fd-fg) Kromatografi partisi fasa normal Fasa diam: hidrofilik Fasa gerak : hidrofobik Pasangan fasa diam dan fasa gerak: daya saling melarutkan kecil Kromatografi partisi fasa terbalik Fasa diam: hidrofobik Fasa gerak : hidrofilik Pemisahan ion-ion logam II I 1 2 3 4 5 Solut A (nilai (Kd=1) terdistribusi dalam fase diam (kolom I) dan fase gerak (kolom II) A =1 A= 0,5 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.125 0.125 0.25 0.25 0.125 0.125 Soal : Berapa fraksi A pada saat fase gerak “mengisi “ pelat no 4 Berapa untuk solut B bila Kd B = 0.6 Perkembangan dalam kolom saat dua analit dipisahkan Konsentrasi analit pada berbagai jarak dari titik injeksi Kolom partisi • Fase diam dan fase gerak merupakan zat cair • Pada kolom partisi umumnya suatu pelarut tidak campur air diadsorpsi pada suatu padatan inert, sebagai cairan fasa diam • Larutan analit ditempatkan pada bagian atas kolom, kemudian dicuci dengan pelarut kedua hingga analit keluar dari kolom • Pelarut kedua= fase gerak = eluen =bisa berupa campuran pelarut mungkin juga yang mengandung bufer KROMATOGRAFI ADSORPSI MK KROMATOGRAFI I D3 ANALISIS KIMIA kuliah minggu ke 8 KROMATOGRAFI ADSORPSI ♦ Jenis dan sifat adsorbent ♦ Jenis dan sifat eluen ♦ Kelakuan kromatografi zat ♦ Reaksi samping pada kromatografi ♦ Kromatografi adsorpsi berbagai zat Adsorbent • Sifat : 1. Polaritas relatif : Kekuatan untuk mengadsorpsi spesies tertentu. 2. Kapasitas adsorpsi : jumlah gr solut yang dapat diadsorpsi per gr adsorbent 1.Polaritas adsorbent polar tertentu (untuk mengadsorpsi gugus polar) -COOH > -OH > -NH2 > -SH > -CHO > =C=O > -COOR > -OCH3 > -CH=CHUntuk Arang (charcoal)? 2. Kapasitas adsorpsi Diuji dengan pewarna → jenuh Arang aktif > silika gel > alumina asam > alumina basa > Cr2O3 > ZnS > Al2O3 > CaF2 > CaO Penggolongan adsorben ~ Kapasitas adsorpsi meningkat Lemah Sukrosa Pati Inulin Talc Na2CO3 Medium CaCO3 Ca3(PO4)2 Mg3(PO4)2 Kuat Mg Silikat aktif Alumina aktif Arang aktif Mg Oksida aktif Hesse: Charcoal > silika gel > floridin > alumina asam > alumina basa > Cr2O3 > ZnS > Al2O3 > CaF2 > CaO Adsorbent Anorganik • Alumina Al2O3 - Kehalusan partikel ±7µ - Biasa tercampur dgn Na karbonat & Nabikarbonat Δ Na aluminat Na+ dapat ditukar dengan kation Alumina basa - Dicuci dgn asam HCl Cl- dapat ditukar dengan anion Bauksit Al2(OH)4 Alumina asam Pemisahan hidrolisit chitin gula • Magnesia MgO Pengganti alumina Magnesium silikat Kalsium hidroksida Kalsium karbonat Xantophyl, pigmen lain Dikalsium fosfat karoten Trikalsium fosfat enzim Kalsium oksalat Zinc karbonat Silika gel Gula, steroid karotenoid antraquinon karotenoid Sterol, asam lemak, gliserida, karbohidrat, asam amino Adsorbent Organik Digunakan untuk pemisahan zat hidrofilik (asam amino, asam nukleat, gula ●Selulosa & turunannya: Senyawa aromatik , pemanis, asam ketokarboksilat, antrakuinon ●Pati ● Sukrosa ● Manitol ● Dekstran Adsorbent Spesifik • Silika gel dengan lubang pori spesifik Silika gel + zat (misal : metil orange) • Kolom urea Asam lemak rantai lurus → adsorpsi Asam lemak bercabang → lewat • Kolom histon DNA teradsorpsi, RNA tidak • Kolom selulosa + azofenols enzim ELUEN Daya elusi ≈ adsorben Adsorben polar asam/basa > asam organik > piridin > air > metanol > etanol > propanol > aseton > dikloroetana > etil asetat > kloroform; dietil eter > diklorometana > benzena; toluena > karbon tetraklorida > sikloheksana > heksana > petroleum eter Kemurnian eluen Pengotor dalam eluen Elusi terganggu ●Pelarut organik : Kering; redestilasi ●Pelarut yang mengandung peroksida: Pada kolom alumina, peroksida tertahan Fungsi fasa diam terganggu ●Pelarut berhalogen : Bila ada Na2CO3 /K2CO3 terbentuk HCl bebas Kelakuan kromatografi zat Proses kromatografi: Interaksi fasa diam-zat-fasa gerak Sifat adsorben (fasa diam), sifat zat, dan sifat eluen berpengaruh Posisi pita zat (pada kromatografi kolom)/spot (pada KLT) bervariasi Sifat Adsorbent dan Struktur Kimia Zat yang diadsorpsi Strain(1948): karotenoid Posisi karotenoid pada kolom sukrosa, celite, magnesia sukrosa celite magnesia Zeaksantin Zeaksantin Rhodoksantin Lutein Lutein Lycopene Cryptoksantin Cryptoksantin Zeaksantin Rhodoksantin Rhodoksantin Lutein Lycopene Lycopen Cryptoksantin β-carotene β-carotene β-carotene α-carotene α-carotene α-carotene …. β-karotena α -karotena …….. Likopena OH Zeaksantin OH OH OH Rubiksantin OH OH Lutein Sukrosa: afinitas terhadap OH- > ikt ganda berkonjugasi Kriptoksantin (1 OH) teradsorpsi lebih kuat daripada lycopene (+ 2 ikatan ganda) dan rodhoksantin ( + 2 CO + 1 ikatan ganda) Magnesia: afinitas terhadap OH- < ikt ganda berkonjugasi α dan β-carotene (Δ posisi 1=) Zeaksantin dan lutein (Δ posisi 1=) terpisah Lycopene(13=) teradsorpsi lebih kuat daripada zeaksantin (11= , 2OH) celite sukrosa magnesia Susunan Kimia dan Kromatografi Kromatografi dengan media anorganik ~ adsorpsi Daya untuk diadsorpsi : ~ ikatan ganda gugus OH ∑ Ikatan ganda ↑ ∑ OH ↑ Adsorptivitas ↑ aldehid dan keton < alkohol hidrokarbon < ester < keton/aldehid Gugus fungsi adsorbabilitas ↑ asam dan basa > alkohol, tiol > aldehid, keton > zat berhalogen, ester > hidrokarbon tak jenuh > hidrokarbon jenuh R-COOH R-CONH2 R-OH R-NH2 R-NH-Ac R-O-Ac R-COOCH3 R-N(CH3)2R-O-B2 R-NO2 R-O-CH3 R-H Subtituen: Halogen < nitro < arilamino < alkilamino < amino <asilamina < OH rantai samping < OH inti Ikatan hidrogen menurunkan adsorbabilitas H H O 2 H H O CH3 6 O CH3 H CH3 O CH3 5 O 4 O O HO H3C O O H O CH3 O CH3 O 3 O 1 O O O O O hidroksimetilantraquinon Kekuatan adsorpsi 1<2; 3<4; 5<6 Zat manakah yang lebih kuat teradsorbsi pada silika: 2-nitroresorsinol dan m/p-nitrofenol 2-hidroksiantraquinon dan 1,4,5,8-tetrakudroksiantraquinon CH3 Posisi Relatif Zona pada Kolom • ~ adsorpsi ~ struktur kimia sifat adsorbent sifat eluen/solvent 1 2 3 4 • Efek solven → jenis celite sukrosa petroleum/benzena klorofil b, neoksantin p/b + 25% aseton neoksantin, klorofil b 1,2-dikloroetana fukoksantin, violaksantin petroleum + 0,5% metanol violaksantin, fukoksantin Posisi zona pada kolom • Efek impuritis Sedikit alkohol dalam solvent sukrosa petroleum klorofil a, fukoksantin petroleum + 0,5% amil alkohol fukoksantin, klorofil a • Efek pH → senyawa polar selulosa amonia fluorosein, bromofenol biru asam/netral bromofenol biru, fluoroseein • Efek konsentrasi konsentrasi ↑ kecepatan gerak ↑ • Efek suhu sukrosa 95O C klorofil a, lutein 20O C lutein, klorofil a Reaksi Sekunder karena Adsorbent • Alumina Yang berisi alkali bebas reaksi sekunder Saponifikasi Auto oksidasi Deasetilasi Destruksi Dekomposisi Hidrasi Transformasi Isomerasi gliserida asam lemak gula vitamin A,K insektisida rotenon porifin monosiklik keton bisiklik keton 10-nitroantron → 10-nitroantanol Reaksi Sekunder • Silika Isomerasi terpen hidrokarbon monogliserida sterol • Charcoal Aminolisis asam amino Oksidasi asam amino Dekomposisi ► PENGERTIAN ►SARINGAN MOLEKUL DAN JENISNYA ►ELUEN DAN SISTEM ELUSI ► APLIKASI KROMATOGRAFI EKSLUSI PENGERTIAN Kromatografi ekslusi/filtrasi/permeasi Pemisahan molekul pada Kromatografi cairan berdasarkan perbedaan ukuran , bentuk molekul Sampel Molekul kecilr Molekul besar Bila terlalu besar, tidak masuk ke pori eksklusi awal elusi Ekslusi Ditolaknya partikel karena ukurannya lebih besar dari pori sehingga tidak masuk pori Limit ekslusi Batas ukuran molekul terbesar yang dapat dipisahkan pori gel filtrasi, (ukuran yang lebih besar serentak ke luar kolom) Limit inkslusi Batas ukuran molekul terkecil yang dapat dipisahkan pori gel filtrasi, (ukuran yang lebih kecil dielusi serentak ke kuar kolom) ♦ Sephadex lipofilik ○ Sephadex LH-20 dan LE-60 ○ Bila diperlukan pelarut organik ○ Fasa gerak: digunakan untuk sistem buffer aq, pelarut organik polar, campuran pelarut aq. ○ Fraksinasi lipid, steroid, asam lemak, hormon, vitamin MEDIA GEL FILTRASI/SARINGAN MOLEKUL ● Sephadex ♦ Cross linking (CL) dextran-epiklorohidrin CL Nomor G Swelling ♦ Swelling (penggembungan) dipengaruhi oleh: Derajat CL, Kekuatan ion, Jumlah bahan organik modifier pH, ♦ Aplikasi: protein, peptida, asam nukleat, polisakarida ♦ Kestabilan pada pH tertentu G-10 sp G-25 stabil pada pH 2-13 G-50 sp G-200 satabil pada pH 2-10 ♦ Fasa gerak: larutan garam aq dekstran Ephichlorohydrin 1kloro,2,3 ephoxypropana ● Sephacryl ♦ Dextran alil dan N,N'-metilena-bis-akrilamida ♦ Tersedia dalam bentuk pre-swollen ♦ Fasa gerak: mengandung pelarut organik, surfaktan mis 1%SDS, urea 8M, guanidin hidroklorida 6M ♦ sepachryl S-400 dan S-500: pemisahan polisakarida dan makromolekul lain ♦ Sepachryl S-1000: pemisahan fragmen restriksi DNA, polisakarida sangat besar, proteoglikan ● Superdex ♦ agarosa dan dextran ♦ Fraksinasi protein dengan laju alir tinggi ● Biogel ♦ Biogel A: CL agarosa ♦ Biogel B: CL poliakrilamida Kisaran Bobot molekul Sephadex globular Kisaran Bobot molekul linier globular linier G-10 <700 <700 Sepharosa G-15 <1500 <1500 6B/CL-6B 104 – 4x106 104 – 1x106 1000-5000 100-5000 4B/Cl-4B 6x104 – 2x107 3x104 – 5x106 2B/CL-2B 7x104 - 4x107 10x104 2x107 S-200 Spfn 5000– 25x104 1000-8x104 Medium S-300 Spfn 10000-1.5x106 2000-4x105 Fine S-400 Spfn 20000-8x106 10000-2x106 Superfine S-500 Spfn 40000-2x107 S-1000 Spfn 5x105->108 G-25 Coarse Medium Fine Superfine G-50 Coarse G-75 Sephacryl 1500-30000 3000-80000 Superfine G-100 G-150 G-200 1000-150000 5000-150000 5000-600000 Superfine 1000-100000 4000-100000 5000-300000 Superfine 1000-50000 3000-70000 4000-150000 Superfine 500-10000 5000-250000 1000-200000 • Gel dengan kemampuan memisahkan pada kisaran BM lebih rendah akan memiliki nomor G lebih kecil untuk sephadex sementara untuk sephacryl akan memiliki nomor S lebih tinggi (benar atau salah) • Kisaran BM pemisahan molekul untuk suatu tipe gel tertentu lebih besar untuk molekul globular dibandingkan molekul linier (benar atau salah) Soal era create Sephadex ● Ukuran partikel 40-120 μm (G-10, G-15, G75-200 bukan superfine) 100-300 μm (coarse), 50-150 μm (medium), 20-80 μm (fine) dan 10-40 μm (superfine) Coarse Medium Fine Superfine Untuk filtrasi yang perlu laju alir cepat pada tekanan rendah Untuk tujuan preparatif Untuk kolom dengan resolusi tinggi dan KLT ● Stabilitas kimia sephadex ○ tidak larut dalam semua pelarut (kecuali telah terdegradasi) ○ Stabil dalam air, larutan garam, pelarut organik, larutan basa dan asam lemah. ○ Pada larutan asam kuat, ikatan glikosida pada matrix gel terhidrolisis ○ Tidak berubah sifat dalam HCl 0,1 M selama 1-2 jam, dan dalam HCl 0,02M selama 6 bulan. ○ pereaksi yang bersifat oksidator merusak struktur gel ● Stabilitas fisika sephadex ○ dapat disterilisasi, 30 menit, 120oC. Pemanasan dengan T>1200C sephadex rusak membentuk karamel ○ Derajat ikatan silang tinggi (G-10 dan G-15), kaku, hanya untuk laju alir rendah ○ Derajat ikatan silang rendah (G-200 & G-150) dapat dipadatkan ● Sifat kromatografis sephadex ○ selektivitas Tiap tipe G punya batas kisaran BM berbeda ▪ Molekul dengan BM>limit ekslusi tertinggi, tidak ditahan, keluar lebih dulu ▪ Molekul kecil masuk ke pori gel, ditahan dan keluar lebih dulu yang berukuran besar ▪ Molekul-molekul < limit eksklusi terkecil, masuk ke pori gel, ditahan sangat lama dan keluar paling akhir tanpa pemisahan jelas ○ Penyimpangan sifat • Molekul kecil pada G dengan ikatan silang tinggi (G-10 & G-15) mengalami penyimpangan elusi, tidak selalu seperti aturan elusi •Ada interaksi ionik dan interaksi aromatik Senyawa aromatik berinteraksi dengan sephadex & terelusi paling akhir (Interaksi bertambah bila pelarutnya metanol dan etanol) Gugus karboksil pada sephadex ; interaksi dengan contoh bermuatan Zat bermuatan positif ditahan, negatif keluar (tidak ditahan) Diatur dengan mengubah kekuatan ionik dan pH, dapat dihilangkan dg pelarut fenol-asam asetatair & urea 8M Dihilangkan dengan pelarut berkekuatan ionik tinggi (>0,02M) APLIKASI KROMATOGRAFI EKSKLUSI ● Analisis campuran molekul dengan BM berbeda ○ Pemisahan rafinosa, maltosa, glukosa, menggunakan sphadex, pH 7 laju alir 5 ml/menit, eluen H2O ○ Pemisahan berbagai protein/enzim ○ Pemisahan asam nukleat dari nukleotida ● Desalting ○ Pembebasan garam dan senyawa berBM rendah dari molekul makro ● Penentuan Bobot molekul ○ Bobot molekul protein, dextran, etilenaglikol sukrosa 250 3,0 230 2,5 190 170 2,0 150 130 1,5 110 90 Blue dextran 70 104 105 Bobot molekul 106 Gambar: volume eluesi sebagai fungsi dari bobot molekul protein pada sephedex G-200, pH 7,5 1,0 Ve/V0 Volume elusi (mL) 210 Kurva kalibrasi untuk penetapan bobot molekul pada kromatografi ekslusi Preparasi Kolom Filtrasi Gel ● Sephacryl, superdex, superosa, sepharosa Preswollen tapi mengandung etanol20% sebagai pengawet Perlu dilarutkan dalam eluen sebelum dimasukkan ke kolom ● Sephadex, Bio-Gel-P Harus digembungkan/dikembangkan dulu dengan eluen dalam waktu tertentu Jenis gel Volume pack (ml/g ±10% Waktu hidrasi (jam) 20oC 100oC Sephadex G10 2-3 3 1 Sephadex G15 2,5-3,5 3 1 Sephadex G25 4-6 6 2 Sephadex G50 9-11 6 2 Sephadex G75 12-15 24 3 Sephadex G100 15-20 28 5 Sephadex G150 18-20*; 20-30 72 5 Sephadex 200 20-25*; 30-40 75 5 Bio-GelP-2 3 4 Bio-Gel P-4 4 4 Bio-Gel P-6 6,5 4 Bio-Gel P-10 7,5 4 Bio-Gel P-30 9 4 Bio-Gel P-60 11 4 Bio-Gel P-100 12 4 Saringan Molekul Anorganik: Zeolit Struktur Zeolit: ○Molekul tetrahedral yang bergabung, ada rongga rongga besar yang dihubungkan oleh saluran kecil. ○Penampang lintang saluran kecil menentukan ukuran molekul yang dapat masuk ke rongga ○ Ukuran & posisi ion logam (mis Na, Ca) dalam kristal zeolit & jaringan rangka tetrahedral alumina silikat zeolit, menentukan diameter efektif saluran kecil ○Tipe zeolit ◊ tipe saringan molekular 4A: [Na12(AlO2)12(SiO2)12 molekul <4A spt H2O, CO2, H2S, SO2 dan hk 2C masuk ke rongga ◊ tipe saringan molekular 5A: 4A yang punya K & Ca sbg pengganti Na) Etana, alkohol 4C, nasuk rongga Siklopropana , senyawa aromatik tidak masuk rongga ◊ tipe 10X dan 13X: Na8(AlO2)80(SiO2)106 Soal kromatografi Ekslusi • Waktu hidrasi dipengaruhi oleh suhu saat hidrasi dilakukan, makin tinggi suhu makin lama waktu yang diperlukan (benar atau salah) • Bila ingin membuat kolom Sephadex G25 dengan ketinggian 15 cm pada kolom gelas dengan diameter 1,5 (a) berapa gram sephadex yang dibutuhkan • Jawab : volume = luas diameter x tinggi kolom = R2 = 3.14 x 0.75 cm x 0.75 cm x 15 cm = 26.5 ml ; volume paking 4-6 ml/g untuk menghasilkan 26,5 ml gel jadi diperlukan = 26,5 ml x 1 gram resin kering/4-6 ml = 4.4-6,6 gram • (b) berapa jumlah tersebut bila diameter kolom 3 cm Soal era create Soal Polifinil standar dengan berbagai bobot molekul dianalisis melalui kromatografi ekslusi mengasilkan data sebagaimana pada tabel Suatu sampel yang mengadung polyfinil dianalisis dan menghasilkan volume retensi sebesar 8.45 Perkirakan bobot molekul sampel Soal penetapan bobot molekul dengan kromatografi ekslusi • Suatu kolom sephadex G-70 dengan dimensi 25 x 35 cm2 memberikan hasil sebagai Tabel berikut : • Tentukan bobot molekul suatu zat yang terelusi dengan volume eluen 76.5 ml protein Mr Ribonuklease 13.700 Volume eluen (ml) 109.5 Aldolase 158.000 55.0 Blue dextran 2 x 107 Ovalbumin 4.7 x103 71.8 53.1 Pemisahan protein dengan kromatografi ekslusi protein Mr Volume eluen (ml) Ribonuklease 13.700 109.5 Aldolase 158.000 55.0 Blue dextran 2 x 107 53.1 Ovalbumin 4.7 x 103 71.8 KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION PERTEMUAN MINGGU 12,13 14 D3 KIMIA 2009 KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION • • • • • PRINSIP BAHAN PENUKAR ION PEMILIHAN PENUKAR ION REGENERASI PENUKAR ION PEMBUATAN KOLOM PENUKAR ION DAN APLIKASI SAMPEL • PEMISAHAN SENYAWA BM RENDAH • PEMISAHAN SENYAWA BM TINGGI • KROMATOGRAFI PERTUKARAN LIGAN PRINSIP KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION • Pemisahan molekul bermuatan berdasarkan kesetimbangan antar ion immobil dan ion mobil dengan muatan berlawanan • Ion immobil berikatan kovalen dengan matrik polimer fasa diam; • counter ion – menetralkan ion immobil – dapat dipertukarkan dengan ion bermuatan sejenis • Penukar kation : ion immobil – /counter ion + • Penukar anion : ion immobil +/ counter ion - PRINSIP KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION + A- A- + + B+ B- APA + + 3B- + PA B++ PA = Penukar Anion M+ M+ - - N+ 3A- - N+ M+ PK - + 3N+ PK = Penukar Kation PK - N+ ++ 3M+ PRINSIP KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION PA suatu penukar anion; terdiri dari matrik yang memiliki ion immobil (muatan + atau suatu kation). Kation ini dinetralkan dengan cara mengikat anion A- (suatu ion counter). Pada reaksi pertukaran anion A- digantikan oleh anion B-, anion A- suatu ion mobil, B- pun disebut ion mobil karena kemudian dapat ditukar lagi dengan anion yang lain anion lain yang kekuatan pengikatannya terhadap ion immobil lebih besar juga selanjutnya dapat mengusir B- dari posisi terikat (B lepas dari), demikian seterusnya dengan anion-anion lainnya. BAHAN KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION Resin Bahan fase diam dalam kromatografi pertukaran ion berupa manik terbuat dari kopolimer polistirena yang mengandung ikatan silang (cross linkage) divinil benzen Suatu gugus bermuatan (gugus fungsional) terikat pada matrik/resin menentukan sifat bahan : sebagai PA atau PK; kuat atau lemah. Jumlah ikatan silang menentukan sifat bahan resin, untuk pemisahan molekul Mr besar atau kecil BAHAN KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION Resin sintetik pertama • Diaplikasikan pada proses demineralisasi, pengolahan air, recovery ion dalam limbah • Matriks hidrofobik • Crosslinking tinggi porositas kecil tidak bisa untuk protein/makromolekul Untuk biologi: • selulosa, hirofilik, tidak merusak protein • Kapasitas rendah Contoh aplikasi PA dan PK pada pengolahan/pemurnian air Misal : Air dengan ion Cldan Na+ Air dengan OH- Na+ 1 3 2 PA Air dengan OH- Na+ PK 4 Air dengan OH- H+ (air murni) Pemurnian air dengan resin penukar ion 1. Reaksi pada kolom penukar anion (PA) 2. Reaksi pada kolom penukar kation Rz+OH- +Cl- Rz+Cl+ OH- Rz-H+ + Na+ Rz-Na+ + H+ Rz+ OH- : resin penukar anion dengan counter ion OHRz+Cl : resin penukar anion dengan counter ion ClTerjadi pertukaran ion Cl oleh OH-, air yang keluar kolom tidak mengadung Cl- PK ? Bahan penukar ion X X X Gugus fungsional bermuatan + atau Matrix : silika, resin (polistirena, polieter) polisakarida (selulosa, dekstran, agarosa) berikut Tabel : Penukar ion yang umum, jenis penukar, matrik, gugus fungsi dan contoh produk Penukar ion yang umum tipe matrix Gugus fungsi Asam lemah (PK) As poliakrilat Polistiren Selulosa Dextran Agarosa -COO-CH2COO-CH2COO-CH2COO-CH2COO- Asam kuat (PK) Polistiren Dextran Polistiren Polistiren -SO3-CH2-CH2-CH2-SO3-CH2-CH2-SO3-CH2-CH2-CH2-SO3- Produk komersial Amberlite, SP-Sephad Poros S Poros SP Penukar ion yang umum tipe matrix Gugus fungsi Produk komersial Basa lemah (PA) Polistiren Dekstrosa Dekstran Agarose -CH2NH+R2 -CH2CH2NH+(CH2CH3)2 -CH2CH2NH+(CH2CH3)2 CH2CH2NH+(CH2CH3)2 Amberlite IR45 DEAE Sephacryl DEAE Sepha DEAE Sepha Basa kuat (PA) Polistiren Selulosa Dextran -CH2N+(CH2)2 -CH2-CH2N+(CH2CH3)3 -CH2-CH2N+(CH2CH3)2 CH2-CH(OH)CH3 Kuarterner ionpolietilamin Biorad AG-1 Cellex T ClAE sephadex Polistiren Poros SP Bahan penukar ion • • • • Gugus fungsional bermuatan Gugus asam kuat : RSO2O-, H+ Gugus basa kuat : R-N+(R’)3,OHTerionisasi sempurna Gugus asam lemah : RCOO-,H+ Gugus basa lemah : amina (RN+H3,OH-) sufonat gugus fungsional pembentuk asam kuat ; amonium kuarterner gugus fungsional pembentuk basa kuat terionisasi sempurna Karbonil gugus fungsional pembentuk asam lemah; amina gugus fungsional pembentuk basa lemah terionisasi sebagian, tergatung pH lingkungan Gugus Fungsional Bermuatan Bahan penukar ion • Sifat penting penukar ion • Jenis gugus : menentukan Tipe, kekuatan dan Kapasitas • Gugus fungsi Penukar Anion (PA) – amino etil (AE) – dietilaminoetil (DEAE) – quarternary aminoetil (QAE) • Gugus fungsi Penukar Kation (PK) – karboksimetil (CM) – phospho – sulphoproyl (SP) penukar ion kuat terionisasi sempurna pada kisaran pH yang luas, kapasitas tidak bergantung pH, Bahan penukar ion Gugus fungsi bermuatan • AE --OCH2CH2NH3+ • DEAE --OCH2CH2NH+(CH2CH3)2 • QAE --OCH2CH2N+(C2H5)2CH2CH(OH)CH3 • CM • Phospho • SP --OCH2COO--PO4H2--CH2CH2CH2SO3- • • Soal Bahan Penukar ion : Diketahui informasi suatu bahan penukar sebagai berikut: kopolimer stiren divinil benzen, gugus fungsional sulfonat contoh nama dagang Dowex 50 W X8 (kopolimer stiren dengan DVB 8%). Benar atau salah atau Mana yang benar dari pilihan berikut : 1. Jenis PK atau PA 2. Gugs fungsi kuat/ lemah 3. Lebih tinggi porositasnya dibandingkan kopolimer yang sejenis dengan 20%DVB 4. Dapat menukar Mg2+, tidak menukar Cl5. Afinitas terhadap Cd2+> K+ 6. Kapasitas total ~ jumlah HSO3-/ gram bahan 7. Suatu bahan hidrifob/hidrofil 8. Matrik penukar bahan alami/ bahan sintetik 9. Kapasitas total pada pH 5 = kapasitas pada pH 10 Kapasitas Pertukaran • Kemampuan untuk mengambil counter ion yang dapat ditukar • Jumlah gugus bermuatan/gram penukar ion (kapasitas total) • Kapasitas tersedia = kapasitas yang benar-benar ada saat perlakuan dipengaruhi oleh – Gugus fungsional (ascessibility) – Konsentrasi eluen – Sifat counter ion – Selektifitas gugus fungsi – pH eluen (terutama untuk penukar ion lemah) Kapasitas Pertukaran • Kapasitas break through = kapasitas satu kolom, dipengaruhi oleh laju eluen, kapasitas meningkat dengan menurunnya laju. • Ukuran butir juga mempengaruhi kapasitas Kapasitas Pertukaran • PA atau PK kuat – Kapasitas tak bergantung pH – Kapasitas pertukaran tetap – Sulfonat dan amonium quarterner • PA atau PK lemah – Kapasitas bergantung pH – COO- (CM) : penukar kation bila pH cukup tinggi untuk disosiasi –COOH kisaran kerja pH 5 -14 – Amina tersier : penukar anion bila pH rendah (asam) gugus bermuatan + pada N kisaran kerja pH 1 - 9 Kapasitas pertukaran Ilustrasi Kapasitas tersedia dan kapaitas total: • Suatu PK akan ditentukan kapasitas penukarannya terhadap ion Cd2+ yang terdapat dalam dua contoh yang berbeda, (1) air laut dan (2) larutan kadmium nitrat 50 ppm • Kapasitas PK terhadap Cd2+ pada (1) > (2) sebab contoh 2 selain mengadung Cd2+ juga mengandung kation lain yang sama-sama dapat terikat pada gugus fungsional, (PK tidak selektif pada kation Cd) • Bila digunakan PK lemah, kapasitas pada keduanya lebih besar pada pH 10 dibandingkan pada pH 3 (pada pH rendah ionisasi gugus fungsional pada matrik tidak sempurna • Asam sangat lemah tidak ditahan oleh resin penukar anion dengan basa lemah Kapasitas pertukaran • Jumlah total ekivalen H+ yang dipertukarkan per unit volume atau unit massa resin • Nilainya bergantung tahanan zat terlarut sehingga hanya ion dengan kapasitas tinggi saja yang digunakan untuk pemisahan campuran yang kompleks/ karena kenaikan tahanan zat terlarut Kesetimbangan pertukaran ion • resin-H+ + K+ larutan resin-K+ + H+ larutan • Koefisien selektivitas kK/H + + K K/H = (K )r (H ) (H+)r (K+) • Afinitas (pengikatan K oleh resin) – muatan ion ( ) – ukuran ion tersovatasi ( – polarisabilitas ion ( ) ) Kesetimbangan pertukaran ion Faktor pemisahan (retensi relatif) = Misalnya K+ dan Na+ dengan resin-H+ K/Na = K/Na = kK/H kNa/H kd1 kd2 = kK/Na , 1, 2 = ion-ion dalam campuran Kasetimbangan pertukaran ion Resin-H NaCl Resin-Na HCl Resin-H + NaCl Resin-Na + HCl Donnan : Kesetimbangan antara bagian dalam resin dengan larutan di luar penggantian ion swelling Kesetimbangan pertukaran ion Kation anorganik • Afinitas gol IA dan IIA meningkat dengan meningkatnya BA • Hidrasi ion mengurangi afinitas Anion Anorganik dan Organik • Pada amberlite (poliamina) daya pertukaran hidroksida>sulfat>kromat>sitrat>tartrat>nitrat>arse nat>fosfat>molibdat>asetat=iodida=bromida>klori da>fluorida • Reaksi resin-Cl + Na-borat semua Cl terdesorpsi tanpa diganti borat Aturan umum afinitas pertukaran ion • Pada C rendah dan T biasa, berlangsungnya pertukaran meningkat dengan meningkatnya valensi ion Na+<Ca2+<Al3+<Th4+ (Th4+ tertinggi peluang diikatnya oleh suatu PK) • Pada C rendah dan T biasa, dan valensi ion sama, pertukaran meningkat dengan meningkatnya nomor atom ion Li+<Na+<K+= NH4+<Rb+<Cs+<Ag+<Be2+<Mn2+<Mg2+= Zn2+<Cu2+=Ni2+< Cs2+<Ca2+<Sr2+<Ba2+ • Pada C tinggi, perbedaan potensial pertukaran ion yang berbeda valensi, berkurang bahkan adakalanya terbalik • Pada T tinggi, dalam media non aq, atau C tinggi potensial pertukaran ion yang bermuatan sama akan sama Aturan umum afinitas pertukaran ion • Potensial pertukaran oleh ion H+ dan OHbervariasi sesuai dg sifat gugus fungsi dan kekuatan asam/basa yang terbentuk antara gugus fungsi dan ion tsb. Semakin kuat asam/ basa, semakin rendah potensial pertukaran. • Pada penukar basa lemah, urutan pertukaran OH-> SO42-, CrO42->sitrat, tartrat > NO3-> AsO43>PO43->MoO4->asetat > I-, Br- = Cl-> F-. Elusi • Ion yang terikat pada resin dielusi dengan cara – Displacement, oleh ion yang teradsorpsi lebih kuat – Larutan pekat ion lain – Pengkompleks • Konstanta kesetimbangan distribusi ion antara larutan dan resin Kd Koefisien distribusi Kd = Ms/massa resin = Ml/vol. larutan Ms Ml V-larutan X massa-resin Ms dan Ml fraksi M dalam resin dan larutan Faktor pemisahan = Kd1 Kd2 Regenerasi Resin • Proses mengembalikan resin yang telah digunakan ke kondisi semula/sebelum digunakan • Jumlah bahan organik yang tetap berasosiasi dengan penukar ion setelah elusi: kolom dicuci dengan buffer atau garam kuat mis (NaCl) setimbangkan lagi • Kontaminan yang terikat kuat/ permanen pada resin bagian tersebut dibuang • Sisa resin dikeluarkan cuci Pengepakan kolom Perhatikan bahan penukar ion : 1. Resin bekas jangan dibuangregenerasi simpan dalam wadah tertutup dan jaga tetap lembab 2. Pre Swell resin sebelum dipakai. 3. Resin kering akan mengembang dalam air (terutama 2x dan 4 x). Semakin tinggi derajat CL makin rendah pengembangannya 4. Resin direndam dalam air sampai volumenya tampak tidak bertambah lagi udara terjebak, lepas 5. Untuk pemisahan yang baik, gunakan resin yang kecil, semakin kecil pertukaran makin cepat. Pengepakan kolom 6. Resin yg baru (dari botol) harus dibersihkan agar didapat hasil yang reproducible. Resin Pa. tidak perlu dibersihkan Cara Resin diekstraksi dalam soxhlet, Mula-mula dengan HCl 2-3M, sampai ekstrak jernih dilanjutkan dengan NaOH 2-3 N, sampai ekstrak jernih, dengan etanol 95% sampai ekstrak jernih bilas resin dengan air sampai air bilasan netral dan bebas garam jaga kelembaban. resin 3 Cara 1 Kolom diletakkan vertikal 1. Glasswool pd bagian bawah 2. Diisi air ½ kolom 2 air 3. Resin dimasukkan sedikit2 1 5 4 air 4. Air dialirkan balik udara terusir 5. Aliran air dihentikan 6. Air yang berlebih dikeluarkan sisakan setinggi 2 mm Bubur resin Cara 2 1. Glasswool pada dasar kolom 2. Bubur kental resin 15-30 ml pelarut/ g resin kering, 6 ml pelarut/ g resin basah 1 3. Pelarut bubur dikeluarkan 3 Cara penyiapan Sampel • Sampel padat bebas garam larutkan dalam starting buffer atur pH • Sampel padat bergaram larutkan dalam starting buffer dialisis atau lewatkan pada media permeasi gel molekul besar bebas, garam terikat • aplikasi Aplikasi sampel • Cara mengaplikasikan sampel ke kolom dapat memengaruhi pemisahan • Sampel tidak dalam kesetimbangan dengan buffer awal bisa terjadi gradien garam pola elusi non reproducible • Penambahan sampel tidak tepat puncak tidak simetris & recovery berkurang • V dan C tidak sesuai dg kapasitas kolom resolusi buruk • Cara : Aplikasi Pemisahan senyawa ber-Mr tinggi • Contoh pada pemisahan protein – Mr besar, – kestabilan ? – Buffer anion (fosfat/asetat) bila pakai penukar kation; buffer kation (tris) untuk penukar anion • Elusi – Gradien pH, bila pH > pI protein lepas / utk PK – Gradien garam selanjutnya perlu desalting Aplikasi Pemisahan senyawa ber-Mr rendah Senyawa Mr rendah dengan muatan sama • Kolom polistiren • Kolom dengan partikel kecil • Elusi pompa – Isokratik – Gradien • Eluen – ion – gradien pH Aplikasi Pemisahan dan analisis asam amino dengan Amino Acid Analyzer • • • • Digunakan kolom penukar kation asam kuat Cuplikan pada pH awal 2 asam amino + Elusi gradien, pH naik, Pada pH < pI asam amino sebagai kation, terikat pada resin PK • Pada pH ≥ PI a.amino netral atau negatif (anion) maka tidak terikat lagi pada PK, terelusi – Asam amino asam & netral keluar berurutan pKa1. – Asam amino basa keluar terakhir • Deteksi : reaksi ninhidrin Aplikasi Pemisahan aldehida, keton, alkohol • ~CO + ion H-sulfit senyawa lainterikat kuat pada anion ex, • alkohol + H-sulfit keton dan aldehid terpisah dari alkohol • + air panas keton terpisah • + NaCl, (aldehida keluar kolom terahir) Aplikasi Pemisahan asam • kekuatan terhadap anion ex kuat elusi dengan asam kuat atau elusi gradien buffer & pH menurun asam paling lemah keluar paling cepat • Asam2 amino kation ex as amino pH < pI kation • Asam dengan kekuatan berbeda • Anion ex lemah asam dengan Ka kecil sedikit terikat: bila Ka < K ex asam bebas, HCN, borat, fosfat, sulfat, HCl Aplikasi Pemisahan sakarida/gula • Gula + ion borat kompleks (kestabilan =) monosakarida > disakarida terpisah, mono-sk (heksosa, pentosa, tetrosa) dipisah buffer borat gradien pH 7-10 • Aplikasi Kromatografi pertukaran ligan • Bentuk lain aplikasi kromatografi pertukaran ion contoh pemisahan macam2 kafein sbb : • Resin-Cu2+ pertama mengikat ligan NH3 ResinCu(NH3)42+ • Analat suatu ligan yg membentuk kompleks lebih kuat lalu dialirkan ligan NH3 terganti • R-Cu(HN3)42+ + 4kaf R-Cu(kaf)42+ + 4NH3 • Elusi dengan NH3 berlebih pengusiran kafein lagi : kafein yang kekuatan kompleksnya paling lemah akan terelusi paling dulu • R-Cu(kaf)42+ + NH3 (berlebih) R-Cu(NH3)42+ + Kaf … Polimer/matrik penukar ion dengan gugus sulfonat CH=CH2 CH-CH n n SO3- SO3- Polistiren dg gugus sufonat Bahan Penukar Ion Bahan Penukar Ion Contoh Polimer /matrik CH=CH2 CH-CH n n stiren polistiren Bahan Penukar Ion CL = Cross linkage (= ikatan silang) • Diperoleh dari kopolimerisasi • Misal : divinil benzen (DVB) dan polistiren (PS) CH CH=CH2 CH C2H CH CH2 CH CH=CH2 + stiren CH2 CH2 CH=CH2 divinilbenzen Dowex…X4 = polistiren dengan 4% DVB H2C-CH HC-----CH2 C2H Aplikasi pertukaran ion • 3 kelompok aplikasi ; pengolahan air, pemekatan dan pemisahan: • Contoh terapan pemisahan: • Dowex 2 untuk memisahkan campuran anion halogen dengan urutan F-,C-l,Br-, I- dengan NaNO3 pH 10,4 sebagai eluen • Dowex 50 dan amberlite120 sulfonated untuk pemisahan golongan alkali dan alkali tanah; Li+,Na+,K+ dengan eluen HC l0,7 M • Ca2+, Sr2+, Ba2+ eluen dengan eluen 1,2 M asam laktat Aplikasi pertukaran ion • Pengaruh pH terhadap pemisahan asam amino • Tiga bentuk asam amino saling berkesetimbangan yang dipengaruhi pH, pada kondisi lebih basa dari PI asam amino bermuatan negatif, sebaliknya pada pH < PI • Asam amino bermuatan negatif dipertukarkan dengan PA H R-C-C=O ONH2 H H R-C-C=O -H+ pH > pI Bentuk anion pada pH . > PI NH3+ O- +H+ R-C-C=O NH3+ OH pH < pI pI Bentuk kation pada suasana lebih asam Muatan bersih protein + PA 2 4 6 8 10 pH PK TITIK ISOELEKTRIK PA penukar Anion PK penukar Kation Larutan contoh yang mengandung ion-ion: Mn2+, Ni2+, Co2+, Cu2+, Fe3+, Zn2+.dilalukan pada kolom penukar anion Dowex 1. Ion ion Co2+, Cu2+, Fe3+, Zn2+ membentuk kompleks bermuatan negatif dengan ligan Cl-, Mg2+ dan Ni2+ tidak. Diketahui koefisien distribusi berbagai ion kompleks tersebut sebagai fungsi konsentrasi larutan HCl seperti gambar berikut (Gambar 16.7, Cristian,ed 4): Bagaimana urutan pemisahan kation-kation bila campuran tersebut dimasukan ke dalam kolom berisi Dowex 1 yang direndam dalam HCl 10 M dan dielusi menggunakan eluen larutan HCl dengan konsentrasi yang semakin kecil (elusi bergradien) Fe 4 8 [HCl] Co 4 Cu 8 4 Zn Ni 8 [M]s D = koefisien distribusi, Mn D= [M]m [M]s, konsentrasi ion logam terikat di fase diam [M]m konsentrasi ion logam di fase gerak. Jawab • Ni2+ bukan anion, akan terelusi paling dulu dalam HCl 12 M, kemudian Mn2+ terelusi dalam HCl 6M, Co2+ pada HCl 4M, Cu2+ pada HCl 2,5M, Fe3+ terelusi pada HCl 0,5M dan Zn2+ pada konsentrasi 0,05 M. Kesetimbangan pertukaran ion [K+] pada resin Koefisien distribusi, D atau Kd = [K+] pada larutan [RSO3-B+]s[H+] Kex = konstanta pertukaran = -------------------- [RSO3-H+]s[Na+] Kex >>> afinitas resin terhadap B+ besar B+ diikat H+, dilepas Informasi label pada bahan penukar ion • Contoh : Strongly acidic, sufphonic acid, Na +, 20-50 mesh, medium porosity/8X, 4, meq/g dry. • Penukar kation, asam sulfonat, kation untuk ditukar Na+, ukuran melewati 20 mesh, tidak pada 50 mesh • 8X derajat ikatan silang, 8% DVB porositas medium • Kapasitas pertukaran: 4,4 meq/g resin Detektor kromatografi penukar ion • Luaran suatu kolom penukar ion adalah ion- ion analat dapat dideteksi dengan konduktometer Asam, amino basa asam amino basa • • • • • • • Asam amino asam Asam aspartat : R = CH2COOAsam glutamat : R = CH2-CH2COOAsam amino basa Lisinina : R = (CH2)4NH2 Arginina : R = (CH2)3NHC(NH2)(=NH) Histidina : R = CH2-C=CH \ asama amino asam dan basa // CH