BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi

advertisement
9
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri demikian pula halnya
dalam organisasi. Komunikasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari oleh
setiap anggota organisasi. Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena
komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja
sama dalam melakukan aktivitas manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai struktur yang di dalamnya
terdiri dari berbagai tingkat jabatan. Ketika masing-masing orang dari berbagai
jabatan itu mulai berkomunikasi maka akan berkembang dengan sendirinya “ siapa
berbicara dengan siapa ”. Dalam organisasi terdapat atasan, bawahan, atau rekan
sejawat. Saat atasan bicara dengan bawahan akan berbeda saat bawahan berbicara
dengan rekan sejawatnya. Atasan sesuai dengan jabatannya akan memberikan
perintah, tugas kepada bawahannya. Selain pemberian tugas, atasan juga harus
dapat mendengarkan bagaimana keluhan, tanggapan, atau masalah-masalah yang
dihadapi seorang karyawan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah seringkali
karyawan memiliki keterbatasan untuk memperoleh informasi dalam melakukan
tugasnya ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan organisasi,
Universitas Sumatera Utara
10
dikarenakan karyawan memiliki rasa segan untuk bertanya lebih lanjut ataupun
pimpinan yang kurang perhatian dan tidak bisa diajak kompromi. Dalam hal ini
diperlukan iklim komunikasi yang berlangsung dengan baik. Menurut Denis
(1975) dalam Muhammad (2009) iklim komunikasi adalah merupakan kualitas
pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang
mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan
kejadian yang terjadi dalam organisasi.
Iklim komunikasi dalam sebuah organisasi perlu mendapat perhatian dari
setiap anggota organisasi karena baik pimpinan dan bawahan, semua anggota
dalam organisasi merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan pekerjaan, tugas
dan tanggung jawabnya. Peran pimpinan sangat dibutuhkan demi terciptanya
iklim komunikasi yang positif dan kondusif. Seorang pemimpin perlu
menunjukkan perilaku yang banyak memberikan pengarahan dan dukungan.
Pemimpin seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang ia
ambil dan mau menerima pendapat dari bawahan atau karyawannya. Dengan gaya
kepemimpinan seperti ini maka bawahan akan sangat menghargai pimpinannya
karena bawahan juga merasa dihargai oelh pimpinannya, sehingga hubungan baik
dapat tercipta yang mengakibatkan iklim komunikasi dalam organisasi tersebut
berlangsung baik. (Thoha 2008:318)
Dalam sebuah organisasi iklim komunikasi akan menggambarkan suasana
kerja organisasi atau sejumlah perasaan dan sikap-sikap orang yang bekerja dalam
organisasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud iklim organisasi merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
11
citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut
komunikasi organisasi.
Yang menjadi persoalan utama dalam iklim komunikasi adalah mengenai
persepsi, beberapa hal diantaranya bagaimana persepsi mengenai sumber
komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, bagaimana persepsi karyawan
mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi, dan bagaimana persepsi
karyawan mengenai organisasi itu sendiri. Persepsi-persepsi inilah yang akan
mempengaruhi kemudian menentukan bagaimana iklim komunikasi yang
berlangsung dalam suatu organisasi. (Muhammad 2009:86-87)
Penelitian yang dilakukan Reeding menunjukkan bahwa iklim komunikasi
lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan dan komunikasi
dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Reeding juga
mengatakan bahwa iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting daripada
ketrampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu
organisasi yang efektif (dalam Kriyantono 2009 : 316).
Pimpinan dan karyawan sama-sama memiliki peran yang penting dalam
organisasi. Pimpinan berperan sebagai kepala, orang yang mengatur, mengawasi
dan bertanggung jawab pada organisasi. Seorang pimpinan tentu tidak dapat
bekerja sendiri dalam memajukan organisasinya, ia membutuhkan karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama. Maka peran karyawan pada
suatu perusahaan juga penting disebabkan apabila kinerja para karyawan tidak
maksimal, maka hasil yang akan dicapai oleh organisasi atau perusahaan tersebut
Universitas Sumatera Utara
12
juga tidak akan maksimal. Secara khusus iklim komunikasi perlu mendapat
perhatian lebih dari pemimpin organisasi, dikarenakan suatu iklim komunikasi
mempunyai pengaruh yang besar pada bagaimana perilaku karyawan dalam
bekerja.
Iklim komunikasi yang berlangsung dalam organisasi juga akan berpengaruh
pada kepuasan kerja karyawan-karyawan yang berada dalam organisasi tersebut.
Kepuasan kerja merupakan respon yang berbeda dari setiap karyawan, kepuasan
menjadi respon atau tanggapan seseorang terhadap beragam lingkungan kerja
yang dihadapinya.
Iklim komunikasi erat kaitannya dengan iklim organisasi. Iklim komunikasi
yang positif akan menciptakan organisasi yang baik. Iklim organisasi merupakan
kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh
anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan
dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan.
Iklim organisasi didefenisikan oleh Payne dan Pugh (1976) sebagai suatu
konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap,
tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu system social. Selanjutnya
Litwin dan Stringers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Rasa tanggung jawab
Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan
Ganjaran atau reward
Rasa persaudaraan
Semangat tim
Universitas Sumatera Utara
13
(dalam Muhammad, 2009 : 82-83)
Setiap organisasi memiliki iklim yang berbeda dalam organisasinya,
bagaimanapun iklim yang berlangsung dalam sebuah organisasi akan
mempengaruhi perilaku karyawan. Iklim organisasi juga berkaitan erat dengan
budaya atau kultur sebuah organisasi. Menurut Campbell berbagai penelitian
mengenai iklim organisasi cenderung mendukung kesimpulan bahwa iklim
organisasi yang positif akan membuat organisasi tersebut lebih produktif,
keadaan ini tidak hanya menguntungkan organisasi saja namun juga berguna bagi
kehidupan manusia dalam organisasi.
Kepuasan terhadap iklim komunikasi muncul dari kombinasi berbagai faktor,
diantaranya kepuasan dengan pekerjaan yang mencakup hal-hal yang berkenaan
dengan pembayaran, gaji, keuntungan, naik pangkat dan pekerjaan itu sendiri.
Hal ini diyakini banyak perusahaan sebagai faktor utama kepuasan kerja
karyawan.
Namun selain gaji terdapat berbagai faktor yang juga berpengaruh cukup kuat
dalam kepuasan kerja karyawan seperti adanya kepuasan dengan ketepatan
informasi, kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan
penyempurnaan,
kepuasan
dengan
efisiensi
bermacam-macam
saluran
komunikasi, kepuasan dengan kualitas media, kepuasan dengan cara komunikasi
teman sekerja, kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi
sebagai suatu kesatuan. (Muhammad : 2009).
Universitas Sumatera Utara
14
Kepuasan kerja karyawan sebagai suatu akibat dari komunikasi adalah satu
fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan. Kepuasan
ini tidaklah terikat kepada konsepsi efektivitas pesan. Jika pengalaman
komunikasi memenuhi satu persyaratan, maka mungkin dihargai sebagai sesuatu
yang memuaskan, meskipun komunikasi tersebut tidak efektif menurut standar
tertentu.
Osmo Wijo mengungkapkan bahwa pertambahan arus pesan atau keterbukaan
dari komuniksi mungkin mempunyai beberapa pengaruh yang negatif kepada
beberapa organisasi karena kelebihan beban atau bertambahnya harapan. Pada
studi permulaan dan akhir dia menemukan bahwa ketidakpuasan akan pekerjaan
dan organisasi, sesungguhnya bertambah sebagai suatu fungsi dari lebih
terbukanya iklim komunikasi. Dia mengemukakan alasan bahwa pertambahan
keterbukaaan komunikasi menambah harapan karyawan berpartisipasi dalam
proses pembuatan keputusan. Bila harapan ini menjadi kenyataan maka makin
lebih besar rasa ketidakpuasan. (Muhammad, 2009)
Permasalahan mengenai iklim komunikasi dan kepuasan kerja dijumpai di
setiap organisasi. Bank Sumut sebagai salah satu bank daerah di Indonesia juga
merupakan sebuah organisasi. Terdiri dari pimpinan, karyawan, dan juga rekan
sejawat. Bank Sumut merupakan bank daerah di Sumatera Utara dengan cabang
yang tersebar cukup luas. Terdiri dari 106 unit kantor yang tersebar di seluruh
Sumatera Utara, kemudian terbagi menjadi 27 unit kantor cabang (KC) dan 79
unit kantor cabang pembantu (KCP). Kantor cabang biasanya memiliki karyawan
Universitas Sumatera Utara
15
berkisar 20-30 orang dan kantor cabang pembantu dibagi lagi menjadi kantor
cabang pembantu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 dimana masing-masing jumlah
karyawan berkisar 4-10 orang. Di kota Medan khususnya memiliki 15 unit kantor
dengan kantor pusat yang terletak di jalan Imam Bonjol. Salah satu kantor
cabangnya terletak di daerah Sukaramai yang beralamat lengkap di Jalan Denai
no.43 Medan. Kantor ini terdiri dari sekitar 30 orang yang terdiri dari beberapa
seksi dan dipimpin oleh pimpinan cabang.
Beberapa tahun belakangan ini Bank Sumut cukup banyak menerima
penghargaan sebagai salah satu bank terbaik di Indonesia. Sebuah penghargaan
diperoleh karena kerjasama yang baik dari anggota organisasi, yaitu pimpinan
dan karyawan sebagai satu kesatuan. Anggota organisasi dapat bekerja dengan
maksimal didukung oleh suasana kerja yang positif pula. Suasana kerja yang
positif adalah suasana kerja yang nyaman, dimana hal ini tercipta karena adanya
gabungan dari setiap pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan dalam
organisasi yang bersinergi dengan baik. (Pace dan Faules, 2005)
Karena alasan inilah maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakah ada
hubungan suasana kerja atau iklim komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai
Bank Sumut dan akhirnya memperoleh berbagai penghargaan atas hasil kerja
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
hubungan iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja di kalangan
karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Jalan Denai no. 43 Medan.
Universitas Sumatera Utara
16
I.2. Perumusan Masalah
Untuk menjawab masalah diatas, maka dikemukakan perumusan masalah
sebagai berikut: “ Bagaimana Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi terhadap
Kepuasan Kerja di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Sukaramai, jalan
Denai no.43 Medan “.
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis membatasi masalah yang
akan diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar lingkup penelitian dapat lebih
jelas, terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan
masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
a. Penelitian difokuskan pada hubungan iklim komunikasi organisasi
terhadap kepuasan kerja di kalangan karyawan Bank Sumut cabang
Medan Sukaramai.
b. Objek penelitian ini adalah karyawan Bank Sumut cabang Medan
Sukaramai
c. Waktu Penelitian Februari-Maret 2011
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1). Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan
menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
17
kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian
tersebut.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui hubungan iklim komunikasi organisasi di Bank
Sumut cabang Sukaramai Medan terhadap kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan Bank Sumut cabang Sukaramai Medan
b. Untuk melihat sejauh mana tingkat signifikansi antara variabel X yaitu
Iklim Komunikasi Organisasi mempengaruhi variabel Y yaitu
Kepuasan Kerja di kalangan karyawan Bank Sumut cabang Medan
Sukaramai.
1.4.2). Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
b. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
komunikasi yang menyangkut komunikasi organisasi khususnya
mengenai iklim komunikasi organisasi dan tingkat kepuasan kerja
karyawan
c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan
bagi
pihak-pihak
yang
berkaitan,
dan
memberikan
sumbangan pada organisasi dalam menjaga iklim komunikasi
organisasi serta dapat mengukur tingkat kepuasan kerja karyawannya.
Universitas Sumatera Utara
18
I.5. Kerangka Teori
Teori terdiri dari konsep-konsep, defenisi, acuan, dan proporsi yang
menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan
antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksikan) fenomena
tersebut (Rakhmat, 2007:7).
Dengan adanya kerangka teori peneliti akan memiliki landasan dalam
menentukan tujuan arah penelitiannya. Teori-teori yang relevan dengan penelitian
ini adalah komunikasi organisasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, jaringan
komunikasi, iklim komunikasi organisasi, peranan pimpinan terhadap iklim
komunikasi organisasi, kepuasan kerja dan pengaruh iklim terhadap kepuasan
kerja.
I.5.1). Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan suatu medan yang sangat penting dalam
manajemen organisasi, organisasi jelas memerlukan informasi, dengan
berkembangnya organisasi kebutuhan informasi juga bertambah.
Berbagai ahli memberikan persepsi mengenai apa itu komunikasi
organisasi, dari semuanya ada beberapa hal yang umum dapat disimpulkan
mengenai komunikasi organisasi, yaitu:
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik
internal maupun eksternal
Universitas Sumatera Utara
19
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah
dan media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan ketrampilan/skillnya.
Menurut Mulyana (2007:83) komunikasi organisasi (organizational
communication) terjadi dalam suatu organisasi bersifat formal dan juga
informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai
kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi sering melibatkan
juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga
komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi
horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk selentingan dan
gosip.
I.5.2). Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi adalah arus informasi dan emosi-emosi yang terdpat
dalam masyarakat yang berlangsung secara vertical (atas bawah, vice-versa)
maupun secara horizontal. Dapat berarti pula perhubungan atau persambungan
wahana/sarana-sarana. (dalam Kartono 2010: 134).
Dalam kehidupan berorganisasi peranan komunikasi cukup besar
dalam mendorong motivasi kuat dalam diri para anggota organisasi untuk
Universitas Sumatera Utara
20
berkarya lebih tekun. Oleh karena itu juga penting diperhatikan bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain baik
melalui jalur formal maupun jalur informal.
Komunikasi yang terjadi dalam organisasi mempunyai dua peran
penting yaitu:
a. Sebagai wahana untuk menyampaikan keluhan untuk mana pimpinan
diharapkan menjadi pendengar yang baik.
b. Sebagai saluran saluran menyatakan kepuasan atas keberhasilannya
menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya.
(Siagian: 2003)
Fungsi
komunikasi
dalam
organisasi
yaitu
sebagai
wahana
penyampaian informasi yang diperlkukan berbagai pihak untuk memperlancar
jalannya proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan sukar
dilakukan dengan lancar dan efektif apabila kekurangan jenis informasi,
terutama dalam usaha mencari dan menemukan serta menganalisis berbagai
alternatif yang mungkin ditempuh dan dalam memilih salah satu diantaranya
untuk ditempuh.
1.5.3). Jaringan Komunikasi
Komunikasi sesuai dengan fungsinya adalah menyampaikan pesan,
oleh karena itu dibutuhkan jaringan komunikasi dalam penyampaian pesan
tersebut. Individu dalam organisasi berperan dalam sistem komunikasi yang
ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu
Universitas Sumatera Utara
21
lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan
interaksiindividu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi dapat dibedakan atas 2 bagian secara umum
yaitu:
a.
Jaringan komunikasi formal, yaitu jaringan yang ditentukan oleh
mekanisme, salurannya ditentukan oleh struktur yang direncanakan,
seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi, yang terdiri dari
tiga bentuk utama arus pesan:
1. “Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan
2. “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan
3. “Horizontal Communication” atau komunikasi horizontal
(dalam Muhammad 2009:108)
b.
Jaringan komunikasi informal, yaitu jaringan yang muncul tanpa
adanya perencanaan dan tidak terdapat dalam struktur organisasi.
Jaringan komunikasi ini sering disebut atau lebih dikenal dengan
sebutan grapevine yang berarti kabar angina tau desas-desus.
Grapevine seringkali dikatakan sebagai metode penyampaian pesan
yang bersifat pribadi ataupun rahasia mengenai seseorang ataupun hal
yang tidak terjadi secara resmi, dimana hal ini tidak dapat dilakukan
melalui jaringan komunikasi formal. Faktor yang mempengaruhi
luasnya jaringan komunikasi adalah hubungan dalam organisasi, arah
dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan dan isi dari pesan.
(Muhammad 2009 : 124, 128)
Universitas Sumatera Utara
22
I.5.4). Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi dalam sebuah organisasi sangat penting karena akan
mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku karyawan dalam bekerja yang
kemudian dapat bergerak ke arah kepuasan kerja dalam organisasi tersebut.
Defenisi iklim organisasi menurut Hillrieger dan Slocum (Jablin,
1987) diungkapkan dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi.
Mereka mengatakan iklim organisasi adalah suatu set atribut organisasi, yang
mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap
anggota dan lingkungannya. (Muhammad, 2009)
Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota
organisasi bertingkah laku dan berorganisasi. Iklim komunikasi yang penuh
persaudaraan mendorong para anggota organisasi untuk berkomunikasi secara
terbuka, rileks, ramahtamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang
negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan
penuh rasa persaudaraan.
Wayne Pace dan Faules (2005) mengemukakan lima dimensi penting
dari iklim komunikasi, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
Kepercayaan
Pembuatan keputusan bersama
Pemberian dukungan
Keterbukaan
Perhatian atas tujuan berkinerja tinggi
(Kriyantono 2007 : 311)
Universitas Sumatera Utara
23
Dalam buku Muhammad (2009: 86-87) menjelaskan yang menjadi
persoalan utama dari iklim komunikasi adalah hal-hal berikut:
a. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam
organisasi
a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman
beekrja dan bawahan sebagai sumber informasi
b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu
c. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya
d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi
b. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi
a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat
dengan topic-topik yang penting dari sumber informasi
b. Apakah informasi itu berguna
c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang
tepat.
c. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri
a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan
keputusan yang mempengaruhi mereka
b. Apakah tujuan dan objektif dipahami
c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai
d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya.
I.5.5). Peranan Pimpinan Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap
usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa
kepemimpinan maka hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan
organisasi dapat menjadi renggang atau lemah, karena tidak ada yang
membimbing, tidak ada yang memandu dan memberi contoh dengan baik
bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Davis mengatakan tanpa kepemimpinan, suatu organisasi adalah
kumpulan orang-orang dan mesin-mesin yang tidak teratur (kacau balau).
Universitas Sumatera Utara
24
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orangorang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias (dalam Reksohadiprodjo
dan Hani 1992: 286)
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya bergantung pada
kepemimpinannya,
yaitu
apakah
kepemimpinan
tersebut
mampu
menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana,
dan waktu secara efektif, efisien serta terpadu dalam prosesnya, karena itu
kepemimpinan adalah inti dari organisasi (Kartono, 2010).
Demikian halnya dalam sebuah iklim komunikasi seorang pimpinan
memegang peran yang sangat penting, pimpinan mencerminkan bagaimana
organisasi yang dipimpinnya. Mutu dan kualitas perusahaan menjadi
cerminan dari mutu dan kualitas dari pimpinannya. Seorang pimpinan perlu
memperhatikan
bagaimana
iklim
yang
sedang
berlangsung
dalam
organisasinya, hal ini dapat dilakukan dengan meluangkan waktu lebih
banyak dan memberi perhatian pada setiap jaringan komunikasi, baik jaringan
komunikasi formal seperti komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah dan
komunikasi horizontal dan juga jaringan komunikasi informal yaitu dengan
munculnya desas-desus atau selentingan.
I.5.6). Kepuasan Kerja
Pengertian kepuasan kerja diantaranya apa yang dikemukakan Robbins
(2001) bahwa kepuasan kerja adalah sikap suatu umum terhadap suatu
pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang
Universitas Sumatera Utara
25
pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Kepuasaan kerja merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh para individu
sehubungan dengan jabatan atau pekerjaan mereka. Siagian (1999)
mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seorang
yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya. Pendapat lain
bahwa kepuasan kerja yaitu keadaan emosional yang meyenangkan dan yang
tidak menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya Handoko (2000). Selain itu pendapat Indrawidjaja (2000) bahwa
kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai
pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, maka pengertian kepuasan kerja
menyangkut berbagai hal seperti kognisi, emosi dan kecenderungan perilaku
seseorang. (dalam Winardi, 2007 : 217)
Perilaku seserang atau karyawan dalam organisasi diterjemahkan
menjadi bagaimana karyawan tersebut melaksanakan tugas yang diberikan
atasan dan sejauhmana tanggung jawabnya terhadap tugas tersebut. Beberapa
hal yang menentukan kepuasan kerja sebagaimana yang diungkapkan oleh
Robbins (2001): (https://inayputrabangsa.files.wordpress.com)
1. Kerja yang secara mental menantang pegawai yang cenderung
menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan menggunakan
ketrampilan dan kemampuan dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
26
2. Gagasan yang pantas pegawai menginginkan sistem upah/gaji dan
kebijakan promosi yang adil, tidak meragukan dan sesuai dengan
pengharapan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung pegawai peduli lingkungan kerja
baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas yang baik.
4. Rekan sekerja yang mendukung adanya interaksi sosial antara
sesama pegawai yang saling mendukung menghatar meningkatkan
kepuasan kerja.
5.
Jangan lupakan kesesuaian antara kepribadian pekerjaan. Holand
dalam Robbins (2001) mengemukakan bahwa kecocokan yang
tinggi antara kepribadian seorang pegawai dan pengharapan akan
menghasilkan individual yang lebih terpuaskan.
6.
Ada dalam gen bahwa 30 % dari kepuasan individual dapat
dijelaskan oleh keturunan. Hasil riset lainnya megemukakan
bahwa sebagian besar kepuasan beberapa orang diketemukan
secara genetis.
I.5.7). Pengaruh Iklim Terhadap Kepuasan Kerja
Iklim komunikasi menjadi pendukung dalam komunikasi organisasi,
iklim yang positif memiliki pengaruh terhadap kepuasan komunikasi.
Kepuasan komunikasi muncul disebabkan adanya ketepatan antara yang
Universitas Sumatera Utara
27
diharapkan dengan kenyataan. Maka saat kepuasan komunikasi tercapai, akan
berpengaruh terhadap tercapainya juga kepuasan kerja.
Iklim memang sering dinyatakan sebagai fungsi dari bagaimana
kepuasan anggota terhadap komunikasi (Litwin dan Stringer, 1968) (dalam
Pace dan Faules, 2005). Iklim terdiri dari suatu citra gabungan entitas atau
fenomena global, sepertri komunikasi atau organisasi, dan kepuasan
menggambarkan reaksi afektif individu atas hasil-hasil yang diinginkan yang
berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi, yang hendak
disampaikan di sini adalah seringkali iklim dianggap sebagai faktor mutlak
yang menyebabkan kepuasan dalam organisasi. Padahal banyak analisis
mengenai kepuasan komunikasi yang menunjukkan banyak dimensi lain yang
lebih stabil sebagai faktor kepuasan komunikasi, misalnya, sejauh mana
komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk
memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi atau sejauh
mana penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan mau
menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
pekerjaan. (Pace dan Faules, 2005).
Kepuasan komunikasi menjadi sebab dari kepuasan kerja. Kepuasan
ini tidak hanya semata-mata disebabkan oleh iklim, memang iklim memiliki
andil yang besar, namun masih terdapat hal lain yang menyebabkan kepuasan
kerja tersebut. Dampak ini hanya terbatas pada kepuasan saja, meskipun
banyak pendapat yang mengatakan kepuasan akhirnya menyababkan kinerja
Universitas Sumatera Utara
28
karyawan yang tinggi, namun pendapat ini tidak didukung oleh fakta-fakta
yang akurat. (Winardi, 2007). Berarti kepuasan tidak memacu para individu
untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
I.6. Kerangka Konsep
Dari beberapa teori yang telah diuraikan pada kerangka teori maka langkah
selanjutnya adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil dari suatu
pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil
penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1995:40).
Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah
dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial
(Singarimbun, 1995:33).
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang dijui kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasioanalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau
faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau
unsur yang lain (Nawawi, 1995:40). Variabel bebas dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
29
adalah iklim komunikasi organisasi di Bank Sumut Cabang Medan
Sukaramai.
2.
Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur atau faktor yang ada
atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan
bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995:40). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan Bank Sumut Cabang Medan
Sukaramai.
I.7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep,
dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut :
Gambar 1
Model Teoritis
Variabel bebas (X)
Iklim
Komunikasi
organisasi
Variabel Terikat (Y)
Kepuasan kerja karyawan
Karakteristik Responden
Universitas Sumatera Utara
30
I.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,
maka dibuat operasional variabel untuk membentuk suatu kesatuan dan dan
memudahkan pemecahan masalah, yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 1
Operasional Variabel
Variabel teoritis
1. Variabel Bebas (X)
Iklim Komunikasi Organisasi
Variabel operasional
a. Kepercayaan
b. Pembuatan keputusan bersama
c. Pemberian dukungan
d. Keterbukaan
e. Tujuan kinerja yang tinggi
2. Variabel Terikat (Y)
Kepuasan Kerja Karyawan
a. Gaji/upah
b. Pekerjaan
c. Peluang promosi
d. Supervisor
e. Para rekan sekerja
3. Karakteristik Responden
a.
Umur
b.
Jenis kelamin
c.
Lama Bekerja
d.
Jenis Pekerjaan/ Seksi (Sie)
Universitas Sumatera Utara
32
I.9. Defenisi Operasional
Defenisi operasioanal merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang
telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasioanal adalah suatu
petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel.
Defenisi operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu
peneliti lain yang akan menggunakan variabel sama (Singarimbun, 1995:46).
Maka variabel variabel yang perlu didefenisikan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas
a. Kepercayaan : persepsi anggota organisasi terhadap seberapa jauh atasan,
bawahan, sesama rekan kerja yang dapat dipercaya.
b. Pembuatan keputusan bersama : persepsi anggota organisasi terhadap
keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan bersama
c. Pemberian dukungan : persepsi anggota organisasi terhadap perhatian atau
dukungan organisasi pada karyawannya dan dukungan karyawan pada
organisasinya
d. Keterbukaan : persepsi anggota organisasi terhadap keterbukaan organisasi
terhadap informasi yang dianggap penting bagi anggota dan kemudahan
anggota dalam memperoleh informasi
e. Tujuan Kinerja yang Tinggi : persepsi anggota organisasi tentang
keinginan anggota organisasi untuk selalu memiliki tingkatan kinerja
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
33
2. Variabel Terikat
a. Gaji/upah : jumlah gaji atau upah yang diterima dan kelayakan imbalan
tersebut.
b. Pekerjaan : tingkat dimana tugas-tugas pekerjaan dianggap menarik dan
memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab
c. Peluang-peluang promosi : tersedianya peluang untuk mencapai kemajuan
dalam jabatan
d. Supervisor : kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan perhatian
terhadap para karyawan
e. Para rekan sekerja : tingkat dimana para rekan sekerja bersikap bersahabat,
kompeten dan saling bantu membantu.
I.10. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaaan atau terkaan mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan
penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2007:14).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho:
Tidak terdapat hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan
kepuasan kerja karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai
Ha:
Terdapat hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kepuasan
kerja karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai
Universitas Sumatera Utara
Download