BOKS 1 KREDIT TANPA AGUNAN PROGRAM REVITALISASI JAGUNG DI PROPINSI SULAWESI UTARA TEMBUS 10,23 M Kata revitalisasi mencuat ketika Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan kabinetnya mencanangkan Grand Strategy Triple Track pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu masa bakti Tahun 2004-2009. Ketiga jalur pembangunan itu intinya adalah: 1). Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen melalui percepatan investasi dan peningkatan ekspor (Pro Growth); 2). Pembenahan sektor riil agar mampu menyerap tambahan angkatan kerja sekaligus menciptakan lapangan kerja baru (Pro Job); 3. Revitalisasi sektor pertanian dan pedesaan agar berkontribusi langsung pada pengentasan rakyat banyak dari kemiskinan (Pro Poor). Namun dalam tahap implementasi, terdapat beberapa masalah dan tantangan khususnya di sektor pertanian. Kajian Bank Indonesia dalam hal ini Direktorat Statistik Moneter (DSM) terhadap 14 komoditas pertanian yaitu : padi, jagung, jeruk, pisang, unggas (ayam), sapi, kambing-domba, kelapa sawit, karet, kakao, tebu, ikan tuna, udang, dan rumput laut, mengungkapkan bahwa permasalahan umum yang terjadi di sektor pertanian diantaranya adalah kurang ketersediaan pembiayaan jangka panjang (investasi) khususnya dalam penyediaan dan perbaikan infrastruktur, perluasan lahan, penguatan kegiatan penelitian dan pengembangan sektor pertanian. Permasalahan-permasalahan tersebut ternyata sejalan dengan permasalahan perekonomian secara umum di Indonesia. Rendahnya minat lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya untuk membiayai pertanian selain komoditi kelapa sawit, tebu, coklat atau komoditas lain yang dianggap menguntungkan, berakibat pada sulitnya petani termasuk petani jagung untuk mendapatkan bantuan permodalan dalam bentuk kredit. Oleh karena itu, sudah sepantasnya dikeluarkan kebijakan khusus untuk pengembangan sistem pembiayaan pertanian di pedesaan. Seiring dengan 8 arahan strategis pidato Gubernur Bank Indonesia tanggal 12 Januari 2007 pada pertemuan tahunan perbankan Tahun 2007 ”Memanfaatkan Stabilitas Menuju Kebangkitan Ekonomi Negeri”, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara melalui SK. Gubernur Provinsi Sulawesi Utara No.75 Tahun 2007 membentuk Tim Pembina Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Provinsi Sulawesi Utara yang selanjutnya disusul kemudian dengan Surat Gubernur Propinsi Sulawesi Utara No. 500/1191/Sekr tanggal 4 Mei 2007, perihal penunjukkan Pemimpin Bank Indonesia Manado Jeffrey Kairupan sebagai Ketua Pelaksana Harian Program Revitalisasi Pertanian dan pembentukan Task Force Pemberdayaan Percepatan Ekonomi Daerah (TFPPED) di Sulawesi Utara. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III Tahun 2007 43 Pembentukkan TFPPED ini bertujuan mengurangi kemiskinan, mengurangi pengganguran atau perluasan lapangan kerja khususnya di sektor pertanian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut Kantor Bank Indonesia Manado telah melakukan inisiatif dan fasilitasi dengan menggelar beberapa kali rapat koordinasi antara pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dinas terkait, perbankan dan stakeholders lainnya. Salah satu rekomendasi yang disepakati dari pertemuan tersebut adalah pengucuran skim kredit tanpa agunan untuk mendukung program revitalisasi pertanian khususnya komoditi jagung sekaligus penunjukkan PT. Bank Sulut sebagai bank pelaksana pada tahap awal. Langkah bijak ini tentunya tidak lepas dari peran Kantor Bank Indonesia Manado untuk gerakkan sektor riil di daerah yang dirasa masih banyak menemui kendala, sekaligus ingin mematahkan persepsi bahwa kegiatan usaha tani jagung penuh dengan resiko karena sangat tergantung dengan kondisi iklim/cuaca, terdapat banyak hama penyakit serta margin keuntungan kecil. Pada tahap awal, target penyaluran kredit tanpa agunan ini ditetapkan sebesar Rp2 milliar. Namun dalam perkembangan selanjutnya, realisasi skim kredit jagung tanpa agunan ini cukup fantastis bahkan telah mencapai jumlah Rp.10,231 miliar s.d. posisi Agustus 2007. Menurut Ir. H. Rotinsulu (Kadis Pertanian dan Perternakan Prop.Sulut) yang disampaikan dalam suatu acara Panen Padi Hibrida tanggal 9 September 2007 yang lalu disampaikan bahwa penyaluran kredit jagung di Propinsi Sulawesi Utara merupakan kredit tanpa agunan terbesar di Indonesia. Koordinasi dan fasilitasi antar instansi terasa mahal dan sulit dilaksanakan, namun dengan kepiawaian dan kewibawaan Bank Indonesia mampu memfasilitasi pemda, dinas terkait, perbankan dan stakeholders lainnya untuk mensukseskan program revitalisasi Jagung. Hasil kajian membuktikan bahwa komoditi jagung dan petani jagung sangat potensial sebagai calon nasabah bank. Kondisi ini dimanfaatkan juga oleh Bank Syariah Mandiri yang mampu merealisasikan kredit Jagung di Kab. Minahasa Tenggara sebesar Rp. 222 juta. Teladan baik dari Bank Indonesia Manado untuk mengerakkan UMKM, sebagai bentuk kepedulian kepada petani dan kelompok tani jagung diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani di pedesaan. Kepedulian ini sangat beralasan sebab kurang lebih 70 persen masyarakat Sulawesi Utara tinggal di pedesaan dengan kegiatan usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lokal lainnya; lebih dari 90 persen kehidupan masyarakat Sulut bergantung pada sektor pertanian dan berkembangnya kegiatan pertanian dan ekonomi pedesaan meningkatkan dan melibatkan 60-70 persen tenaga kerja. Suksesnya Kantor Bank Indonesia Manado menfasilitasi dan mengeluarkan skim kredit tanpa agunan dalam program revitalisasi pertanian jagung saat ini mengisyaratkan suatu tantangan baru sebagai upaya mengerakkan sektor riil yang masih terkendala. Semoga, tujuan mulia untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani di pedesaan akan sukses selalu dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III Tahun 2007 44