BAB 2

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Telekomunikasi
2.1.1
Pengertian Telekomunikasi
Arti dari telekomunikasi berdasarkan Pasal 1 UU No. 36 Tahun
99, yaitu: Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan
atau
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat,
tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau
sistem elektromagnetik lainnya.
Penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan ruang angkasa dimana didalamnya terdapat unsur
spektrum frekuensi radio dan orbit geostasioner yang merupakan
sumber daya alam terbatas. Oleh karena itu, penyelenggaraan
telekomunikasi sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam yang
terbatas tersebut merupakan cabang produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak sehingga perlu dikuasai oleh
Negara.
2.1.2
Pengertian sistem telekomunikasi
Tentang sistem telekomunikasi Gavish (2006) berpendapat
bahwa: Telecommunication Systems is a journal covering all aspects
8
9
of modeling, analysis, design and management of telecommunication
systems. The journal publishes high quality articles dealing with the
use of analytic and quantitative tools for the modeling, analysis,
design and management of telecommunication systems. The journal
publishes from time to time a special issue of the devoted to a single
subject area
2.1.3
Regulasi Telekomunikasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1999 tentang
telekomunikasi pada hakekatnya terdiri dari tiga, yaitu:
1. Penyelenggara Jasa Telekomunikasi
Penyelenggara Jasa Telekomunikasi adalah penyelenggaraan
telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Badan
penyelenggara untuk jasa telekomunikasi dalam negeri (domestik)
adalah PT. Telkom dan Badan Penyelenggara untuk jasa
telekomunikasi luar negeri (International) adalah PT. Indosat.
2. Penyelenggaraan Telekomunikasi unuk Keperluan Khusus
Penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan khusus
adalah penyelenggaraan telekomunikasi yang dilakukan oleh
instansi pemerintah tertentu, perorangan, Badan Hukum untuk
keperluan khusus atau untuk keperluan sendiri. Telekomunikasi
khusus dapat dilakukan oleh instansi pemerintah tertentu atau
badan hukum (perseroan terbatas atau koperasi) yang ditentukan
10
berdasarkan hukum Telekomunikasi khusus diselenggarakan ijin
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
3. Penyelenggaraan Telekomunikasi untuk Keperluan Pertahanan dan
Keamanan
Berdasarkan
tentang
Peraturan emerintah Nomor 4 tahun 1992
Penyelenggaraan
Telekomunikasi
untk
Keperluan
Pertahanan dan Keamanan Negara.
2.1.4
Telecommunication Services
Mengenai
pelayanan
telekomunikasi,
Department
of
Information and Decision Sciences (2007), mengatakan bahwa ada dua
tujuan yang paling utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan
telekomunikasi, (1) bagaimana suatu perusahaan telekomunikasi dapat
bersaing dalam memberikan biaya yang cukup menarik bagi para
pelanggannya dan bagaimana dapat memuaskan keinginan para
pelanggannya melalui sistem pelayanan yang diberikan, dan dapat
melihat perilaku konsumen yang sewaktu-waktu dapat berubah-ubah,
(2) bagaimana demografis konsumennya, perusahaan telekomunikasi
dapat menyesuaikan dari tingkatan umur dan jenis kelamin apakah
sesuai dengan pelayanan telekomunikasi yang diberikan. Disini juga
perusahaan telekomunikasi harus dapat memuaskan keinginan para
pelanggannya, dan harus dapat memegang peranan penting terhadap
perbedaan-perbedaan yang ada.
11
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Gibson (2007, p.44) menjelaskan bahwa laporan keuangan yaitu:
“The principal financial statements of a corporation are the balance
sheet, income statement, and statement of cash flows. Footnotes
(notes) accompany these financial statements. To evaluate the
financial condition, the profitability, and cash flows of an entity, the
user needs to understand the statements and related notes”.
Prinsip dari penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan
bertolak dari balance sheet, income statement dan statement of cash
flows.
Untuk
mengevaluasi
kondisi
keuangan
perusahaan,
keuntungannya dan cash flow nya, seorang bagian keuangan harus
mengerti tentang laporan keuangan itu sendiri dan data-data lainnya
yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan.
Bertolak dari pernyataan Gibson, Gitman (2006, p.46) dan
Reimers (2007, p.10) menyatakan bahwa ada 4 kunci utama dalam
laporan keuangan antara lain: (1) the income statement, (2) balance sheet,
(3) the statement of stockholders’ equity, (4) the statement of cash flows.
Demikian pula Weygandt (2007, p.22), mengatakan bahwa:
After transactions are identified, recorded and summarized, four
financial statements are prepared from the summarized accounting data:
12
1. An income statement presents the income and expenses and
resulting netnprofit or net loss for a specific period of time.
2. A statement of changes in equity summarises the changes in
owner’s equity for a specific period of time.
3. A balance sheet reports the assets, liabilities and owner’s equity
at the specific date.
4. A cash flow statement summarises information about cash inflows
(receipts) and outflows (payments) for a specific period of time.
Jadi laporan keuangan merupakan data acuan yang dapat
digunakan sebagai alat untuk memberi informasi mengenai kondisi
atau posisi keuangan perusahaan guna menilai kinerja perusahaan
selama periode tertentu. Setelah transaksi teridentifikasi, dicatat,
disimpulkan, maka selanjutnya mempersiapkan empat jenis laporan
keuangan untuk menyimpulkan keseluruhannya, ke empat laporan
tersebut yaitu: Income statement, statement of changes in owner’s
equity, balance sheet, cash flow statement.
2.2.2 Tujuan dan Persyaratan Laporan Keuangan
Dalam Standar Akuntasi Keuangan (2002) telah menetapkan tujuan
penyajian
laporan
keuangan
yaitu
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi
13
Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan yang dituangkan
juga dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) yaitu sebagai berikut:
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan
2.2.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Para pemakai laporan keuangan perlu mengetahui dan memahami sifatsifat serta keterbatasan laporan keuangan sebelum melakukan analisis
terhadap laporan keuangan tersebut. Dengan demikian diharapkan tidak
terjadi kekeliruan pengambilan keputusan atau dengan kata lain hasil dari
analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk menentukan keputusan
ekonomi yang tepat. Sebagai suatu progress report, laporan keuangan
terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
1. Fakta-fakta yang telah dicatat (Recorded Fact)
Berarti laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan
akuntansi, maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi
keuangan suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang
paling akhir karena segala sesuatunya bersifat historis.
2. Prinsip-prinsip
dan
kebiasaan-kebiasaan
(Accounting Convention and Postulate)
di
dalam
akuntansi
14
Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun
anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip akuntansi
umum. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pencatatan atau
keseragaman.
3. Pendapat pribadi (Personal Judgement)
Berarti bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh dalildalil dasar yang sudah ditetapkan menjadi standar praktek
pembukuan, namun penggunaannya tergantung pada akuntan atau
pendapat pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Dengan melihat sifat-sifat laporan keuangan di atas, maka Munawir
(2002) menarik kesimpulan mengenai beberapa keterbatasan laporan
keuangan yaitu sebagai berikut :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu
tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan
yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda
atau berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan
transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau
tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang
15
tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan
perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan
dengan satuan uang.
Sedangkan Syafri (2002, p.235), mengungkapkan pandangannya sendiri
mengenai keterbatasan laporan keuangan, antara lain:
1. Laporan keuangan bersifat histories, yaitu melaporkan kejadian
yang telah lewat.
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari berbagai
taksiran dan pertimbangan.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian.
5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis
suatu peristiwa daripada bentuk hukumnya.
6. Laporan keuangan dapat disusun dengan berbagai metode
akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran
sumber-sumber ekonomis.
Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan..
16
2.2.4 Analisis Laporan Keuangan
2.2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh
pertimbangan
(judgement
process)
dalam
rangka
membantu
mengevaluasi posisi keuangan untuk hasil operasi perusahaan di waktu
yang lalu maupun waktu sedang berjalan (sekarang).
Mengenai analisis laporan keuangan Horne (2002) mengatakan bahwa:
"Financial Statement Analysis is part of a larger information
processing system on which informed decisions can be based”
Sehubungan dengan Horne yang mengungkapkan pernyataannya tentang
analisis laporan keuangan, maka demikian juga Harahap (2004)
mendefinisikan analisis laporan keuangan sebagai berikut :
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik
antara data kuantitatif maupun data komunikatif dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat
penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Analisis laporan keuangan pada hakekatnya adalah mencari
hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan
angka lain sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
17
keadaan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan memusatkan
pada teknik-teknik yang digunakan oleh para analis baik pihak eksternal
maupun
internal
perusahaan
dalam
memudahkan
mereka
menginterpretasikan dan menyimpulkan segala informasi berdasarkan
laporan keuangan agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
2.2.5.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan
mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan
sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut
bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode. Tujuannya
untuk menyederhanakan dan menyajikan data yang lebih mudah
dimengerti.
2.2.5.2.1 Metode Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2002), ada dua metode analisis yang
digunakan oleh setiap analis laporan keuangan, yaitu:
1. Analisis Horisontal
Merupakan analisis dengan mengadakan pembandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat,
sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode ini
disebut juga sebagai analisis dinamis.
18
2. Analisis Vertikal
Merupakan analisis laporan keuangan yang meliputi satu
periode atau satu saat saja.
2.2.5.2.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Adapun teknik yang biasanya digunakan dalam melakukan analisis
laporan keuangan menurut Munawir (2002), antara lain:
1. Analisis laporan keuangan komparatif (perbandingan laporan
keuangan)
Yaitu teknik penyajian laporan keuangan dengan membandingkan
data serupa dalam dua periode atau lebih dengan menunjukan :
a. data absolut / jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. kenaikan / penurunan dalam jumlah rupiah.
c. kenaikan / penurunan dalam prosentase.
d. perbandingan yang dinyatakan dengan ratio.
e. prosentase dari total.
Dengan teknik ini dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi
dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Analisis trend (trend percentage analysis)
Yaitu teknik menganalisis posisi keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase dengan menentukan tahun dasar
sebagai dasar perbandingan.
3. Analisis common size (common size statement)
19
Merupakan
suatu
bentuk
teknik
analisis
vertikal
yang
membandingkan salah satu perusahaan dengan perusahaan lain
dengan angka-angka industri yang dinyatakan dalam nilai
relatifnya. Laporan keuangan common size berguna dalam
menganalisis struktur intern laporan keuangan.
4. Analisis rasio (ratio analysis)
Adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam laporan keuangan sehingga menghasilkan suatu
angka rasio atau lebih spesifik dalam neraca, laporan rugi laba
serta kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Semua metode dan teknik analisis manapun yang digunakan merupakan
awal dari proses analisis yang diperlukan untuk menginterpretasikan
laporan keuangan. Setiap metode dan teknik tersebut mempunyai tujuan
yang sama yaitu membuat data lebih dipahami sehingga informasi yang
diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2 Rasio Keuangan
2.3.1 Rasio Keuangan Sebagai Salah Satu Alat Analisis
Laporan Keuangan
Dari beberapa teknik dalam analisis laporan keuangan, analisis rasio
merupakan salah satu cara yang umum dilakukan para analis, yaitu dengan
20
menggabungkan angka-angka dalam atau di antara laporan rugi laba dan
neraca untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2.3.2 Arti dan Manfaat Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis hubungan dari berbagai pos suatu
laporan keuangan yang merupakan dasar untuk menginterpretasikan
kondisi keuangan dan unsur operasi suatu perusahaan. Proses analisis
rasio berfokus pada perhitungan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio tersebut
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical
relationship) antara suatu pos tertentu dengan pos yang lain pada laporan
keuangan.
Mengenai arti analisis rasio Barlian (2003) mengemukakan pendapatnya,
yaitu:
Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan
Sedangkan menurut Gitman (2006) yaitu:
Ratio Analysis involves the methods of calculating and interpreting
financial ratios to assess the firm's performance and status. The basic
inputs to ratio analysis are the firm's income statement and the
balance sheet for periods to be examine
Dan Petty(2001) menerangkan arti dari rasio keuangan adalah sebagai
beikut:
21
Secara matematis rasio keuangan tak lebih dari rasio pembilang dan
penyebut yang diambil dari data keuangan. Tujuan dari penggunaan
rasio saat menganalisis informasi keuangan secara sederhana
dilakukan dengan membuat dasar tolak ukur atas informasi yang akan
dianalisis agar rasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat
dibandingkan atau mungkin juga sebuah perusahaan yang sama
dengan waktu yang berbeda. Dan Clark (2000) mengatakan Rasio
keuangan adalah hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh
suatu perusahaan yang ingin berkembang.
Begitu pula dengan Keown (2002, p.72) yang mengatakan:
“Financial ratio is restrating the accounting data in relative terms to
identify some of the financial strengths and weaknesses of a company”
Rasio keuangan adalah hal yang terpenting untuk menggambarkan
apakah suatu perusahaan sedang baik atau buruk kondisi keuangannya.
Rasio-rasio keuangan yang ada dapat membantu dalam melakukan
analisis kondisi perusahaan, karena rasio keuangan tersebut mewakilkan
komponen yang ada pada laporan keuangan yaitu neraca, laporan rugi
laba, dan arus kas. Inti dari analisis laporan keuangan adalah penghitungan
dan interpretasi dari rasio keuangan Suatu rasio menyatakan hubungan
antara jumlah yang satu dengan jumlah yang lain dan tidaklah memiliki
arti jika hanya berdiri sendiri. Dengan kata lain agar penggunaanya efektif
22
untuk menilai kinerja perusahaan, maka rasio-rasio tersebut harus
dibandingkan.
Berdasarkan hal tersebut, Rianto (1998, p.263) menjelaskan dua
macam perbandingan rasio-rasio keuangan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasiorasio dari waktu ke waktu yang lalu (histories ratio) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu
yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara
perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahanperubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company
ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis (industry ratio/standard ratio) untuk waktu yang
sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan terhadap
rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan
tersebut, dalam aspek finansial tertentu berada di atas ratarata, berada pada rata-rata atau berada di bawah rata-rata
industri.
Ada 3 Tipe perbandingan rasio keuangan menurut Gitman (2000,
p.126-128), yaitu :
1. Cross Sectional Analysis
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio
keuangan suatu perusahaan terhadap rasio-rasio keuangan
23
perusahaan lain dalam suatu industri sejenis atau terhadap
rasio-rasio keuangan rata-rata industri.
2. Time Series Analysis
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kinerja
rasio-rasio suatu perusahaan pada periode berjalan dengan
periode-periode sebelumnya yang memungkinkan untuk
melihat kemajuan perusahaan tersebut.
3. Combined Analysis
Analisis ini menggabungkan kedua pendekatan di atas,
yang memungkinkan untuk menentukan kecenderungan
pola pergerakan (trend) rasio yang ada kaitannya dengan
trend industri.
Menurut Munawir (2002, p.101), angka-angka rasio keuangan yang
diperoleh dapat dianalisis dengan cara membandingkan angka rasio
tersebut dengan :
ƒ
Standar rasio atau rasio rata-rata dari seluruh industri sejenis,
di mana perusahaan yang data keuangannya sedang dianalisis,
menjadi salah satu anggotanya.
ƒ
Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang
bersangkutan.
ƒ
Rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis)
dari perusahaan yang bersangkutan.
24
ƒ
Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang
merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik atau
berhasil dalam usahanya.
Penentuan rasio standar sebagai pembanding tidak dapat
digunakan sebagai ukuran yang pasti karena rasio standar untuk
industri merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang
sejenis yang mempunyai kondisi keungan dan hasil usaha yang
berbeda-beda, jika kondisi keuangannya baik maka hasil usahanya
menguntungkan, begitu pula sebaliknya.
Jadi agar lebih efektif, dilakukan perbandingan internal (Analisis
Historis / Time Series Analysis) yaitu dengan cara membandingkan
rasio saat ini dengan rasio-rasio di masa lalu untuk perusahaan yang
sama. Apabila rasio-rasio keuangan dijajarkan selama beberapa
tahun, sang analis dapat mempelajari komposisi perubahan dan
menemukan apakah terjadi kemajuan atau kemunduran kinerja dan
kondisi keuangan perusahaan selama tahun-tahun tersebut.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa analisis
rasio keuangan tidak hanya dikerjakan secara matematis, tetapi harus
dipertimbangkan sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas.
Rasio-rasio keuangan yang diperoleh dari proses matematis harus
diperbandingkan guna menekankan tujuan pokok dari analisis rasio
keuangan sebagai salah satu alat bantu yang mengevaluasi
25
bagaimana kinerja perusahaan apakah mengalami peningkatan atau
justru penurunan selama kurun waktu tertentu.
Menurut Cirtin (1996, p.29), “ratio analysis should answer
these four fundamentals questions:
1. Is the institution financially healthy as of the balance sheet
date?
2. Is the institution financially better off at the end of the
year than it was at the beginning of the year?
3. Did the institution live within its means during the year?
4. What policies and practices should the administration
change to achieve the needed improvements in financial
results?”
Suatu analisis rasio keuangan seharusnya dapat memberikan jawaban
atas pertanyaan berikut ini:
ƒ
Apakah konsidi keuangan instusi/perusahaan itu baik atau
buruk?
ƒ
Apakah kondisi keuangan pada saat akhir tahun lebih baik
daripada pada saat awal tahun yang bersangkutan?
ƒ
Apakah suatu institusi/perusahaan menghasilkan profit setiap
tahunnya?
ƒ
Adakah aturan dan pemikiran administrasi untuk mencapai
kebutuhan pengembangan hasil financial yang lebih baik
lagi?
26
2.3.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Ada berbagai versi penggolongan rasio keuangan yang berbeda-beda,
yang disesuaikan dengan kebutuhan (kepentingan) dari masing-masing
analis
dalam
melaksanakan
analisis
keuangan
terhadap
sebuah
perusahaan..
Apabila dilihat dari sumber datanya, maka rasio keuangan menurut
Rianto (1998) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Rasio-Rasio Neraca (Balance Sheet Ratios)
Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca
misalnya current ratio, quick ratio (acid test ratio), debt ratio, dan
lain sebagainya.
b. Rasio-Rasio Laporan Rugi Laba (Income Statement Ratios)
Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income
statement, misalnya gross profit margin, net operating margin,
operating ratio dan lain sebagainya.
c. Rasio-Rasio Antar Laporan (Inter-Statement Ratios)
Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca
dan data lainnya berasal dari laporan rugi laba, misalnya total asset
turnover, inventory turnover, receivable turnover dan lain
sebagainya.
27
Menurut Brigham and Houston (2003, p.77) ada beberapa rasio
keuangan yang biasa digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antar aset lancar
dengan hutang lancarnya. Rasio ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
2. Rasio Aktivitas
Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar efektivitas
perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.
3. Rasio Hutang
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melunasi hutang perusahaan. Besarnya tingkat pinjaman perusahaan
berhubungan dengan kesanggupan perusahaan membayar pinjaman
dan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan. Rasio ini terdiri dari Return on asset,
return on equity, net profit margin, gross profit margin, operating
return on asset.
28
Sedangkan pendapat dari Keown (2002, p.73-84) pembagian rasio
keuangan adalah sebagai berikut:
1. Liquidity ratio
a. Current ratio
Current ratio indicates a firm’s liquidiy, as measured by its
liquid assets (current assets) relative to its liquid debt (short
term or current liabilities).
Current ratio =
b. Acid-test (quik) ratio
Acid-test (quik) ratio indicates a firm’s liquidity, as measured
by its liquid assets, excluding inventories, relative to its current
liabilities.
Acid-test ratio =
c. Average collection period
Average collection period indicates how rapidly the firm is
collecting its credit, as measured by the number of times its
accounts receivable are collected or “rolled over” during the
year.
Average collection period =
29
d. Inventory turnover ratio
Inventory turnover indicates the relative liquidity of
inventories, as
measured by the number of times a firm’s
inventories are replaced during the year.
Inventory turnover =
2. Profitability Ratio
a. Return on Investment (ROI)
Return on Investment indicates the effectiveness of
management at generating operating profits on the firm’s
assets, as measured by operating profits relative to the total
assets.
Return On Investment =
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity indicates the accounting rate of return on the
stockholder’s investment, as measured by net income relative
to common equity.
Return on Equity =
c. Profit Margin
Profit margin indicates management’s effectiveness in
managing the firm’s income statement, as measured by
operating profits relative to sales
30
Profit Margin =
=
3
Solvabilitas Ratio
a. Debt ratio
Debt ratio indicates how much debt is used to finance a firm’s
assets.
Debt ratio =
b. Times interest earned
Times interest earned indicates a firm’s ability to cover its interest
expense, as measured by its earnings before interest and taxes
relative to the interest expense.
Times interest earned =
4. Activity Ratio
a. Total Asset Turnover
Total Asset Turnover indicates management’s effectiveness at
managing a firm’s balance sheet
Total asset turnover =
b. Accounts receivable turnover ratio
Accounts receivable turnover ratio indicates how rapidly the
firm is collecting its credit, as measured by the number of times
31
its account receivable are collected or “rolled over” during the
year.
Account receivable turnover =
2.3.4 Rasio Pembanding
Setelah memperoleh hasil perhitungan rasio-rasio, selanjutnya
terlebih dahulu dilakukan perbandingan dengan standar umum sebagai
acuan didalam mengukur rasio-rasio keuangan tersebut. Apakah
dikategorikan setara, diatas atau dibawah standar umum tersebut. Adapun
standar umum (rasio-rasio pembanding) tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Likuidity ratio
ƒ
Current Ratio
Standar umum current ratio menurut Munawir (2002) adalah :
- Baik, bila hasil yang diperoleh berada pada tingkat 200%
atau lebih.
- Kurang baik, bila hasil yang diperoleh kurang dari 200%.
2. Solvabilitas Ratio
ƒ
Debt Ratio
Standar umum debt ratio menurut Gallagher &
Andrew
(2000) adalah :
- Baik, bila hasil yang diperoleh berada pada tingkat 50% atau
kurang.
- Kurang baik, bila hasil yang diperoleh lebih dari 50%.
32
3. Aktivity Ratio
ƒ
Total Assets Turnover
Standar umum total assets turnover menurut Darsono dan
Ashari (2005) adalah :
- Baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat
perputaran lebih dari 1 kali.
- Kurang baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan
tingkat perputaran 1 kali atau kurang.
4. Profitabilitas Ratio
Standar umum rasio keuntungan menurut Awat (1999) adalah :
ƒ
Net Profit Margin
- Baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio yang
semakin tinggi.
- Kurang baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat
rasio yang semakin rendah.
ƒ
Return On Equity (ROE)
- Baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio yang
semakin tinggi.
- Kurang baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio
yang semakin rendah.
33
2.3.5 Trend Analysis
Mengenai trend analysis, Brigham (2006, p.61) menjelaskan bahwa
analisis trend memberikan petunjuk apakah kondisi keuangan suatu
perusahaan bertambah baik, berjalan konstan, atau semakin memburuk.
2.3.6 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio
Analisis rasio adalah salah satu teknik analisis keuangan yang sering
digunakan oleh para analis untuk melihat dan mempelajari kondisi keuangan
suatu perusahaan. Tentu saja ada keunggulan maupun keterbatasan yang
dimiliki oleh teknik analisis ini jika dibandingkan dengan teknik analisis
lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2004),antara lain:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi keuangan perusahaan di tengah industri yang
lain.
4. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain atau
5. Melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau "Time
Series".
6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
di masa yang akan datang.
34
Di samping keunggulan, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang
harus disadari sewaktu penggunaannya, antara lain :
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakainya.
2.
Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
3.
Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.4
Pasar Keuangan
Menurut Sunariyah (2003, p.10) Pasar Keuangan merupakan tempat
pertemuan antara permintaan dan penawaran aktiva keuangan.Berdasarkan
klasifikasi periode waktu jatuh tempo, pasar keuangan dibagi menjadi dua
yaitu pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market).
Pasar uang merupakan tempat pertemuan antara permintaan dan
penawaran dana jangka pendek (kurang dari 1 tahun), sedangkan pasar modal
merupakan tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran dana jangka
panjang, dan umumnya dirancang untuk investasi jangka panjang.
35
2.5
Saham
Saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu saham preferen dan
saham biasa. Saham preferen memberikan pendapatan tetap kepada pemegang
sahamnya. Namun pemilik saham preferen tidak memiliki hak suara untuk
memilih direksi ataupun manajemen perusahaan.
Pemilik saham biasa memiliki hak suara untuk memilih direksi
perusahaan dan ikut berperan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Pendapatan pemilik saham biasa belum tentu akan mendapatkan pendapatan
yang lebih besar atau lebih kecil daripada pemilik saham preferen.
Menurut Dwiyanti (1999, p.11) “saham didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan
yang menerbitkan kertas (saham) tersebut sesuai porsi kepemilikannya yang
tertera pada saham”.
Setiap pemegang saham mendapatkan sertifikat sebagai tanda kepemilikan
perusahaan. Nilai sertifikat tersebut dapat dibagi menjadi :
1. Nilai nominal atau par value, merupakan harga saham pertama yang
tercantum.
2. Nilai buku atau book store, merupakan jumlah laba ditahan, par value
saham dan modal selain par value.
3. Nilai dasar atau base price, merupakan harga perdana saham tersebut.
36
4. Nilai pasar atau market price, merupakan harga suatu saham pada
pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga pasar saham saat
pasar bursa efek ditutup disebut harga penutupan (closing price).
Karakteristik saham menurut Fakhruddin (2001, p.8):
1.Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2.Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share one
vote).
3.Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan
(bank) jika perusahaan (bank) yang bersangkutan dilikuidasi setelah
semua kewajiban perusahaan (bank) dilunasi.
4.Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar
proporsi sahamnya atau hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
2.6
Menilai Harga Saham
Ada dua metode pendekatan untuk menilai suatu harga saham menurut
Husnan (2001, p.317-318):
•
Faktor Fundamental
Mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang
dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham tersebut, seperti penjualan, pertumbuhan, biaya, kebijakan
pemerintah. Biasanya analisis fundamental harga suatu saham dimulai
dengan melakukan analisis kondisi ekonomi makro, dilanjutkan dengan
37
analisis industri saham bersangkutan termasuk kaitannya dengan kondisi
dan perubahan makro dan pada akhirnya analisis terhadap perusahaan
yang menerbitkan saham tersebut.
Pendekatan ini didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan tetapi ditentukan juga
oleh faktor eksternal perusahaan seperti kondisi ekonomi atau pasar.
“Dalam melakukan analisis fundamental, penilaian terhadap kondisi
ekonomi dan keadaan berbagai variabel utama seperti laba yang diperoleh
oleh perusahaan dan tingkat bunga yang fluktuatif. Variabel-variabel
tersebut sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang akan
diambil oleh para pemodal. Apabila resesi diperkirakan terjadi, atau
perekonomian sedang menuju ke situasi resesi, harga saham-saham akan
sangat terpengaruh oleh situasi tersebut”.
Beberapa faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham:
1. Earning per Share (EPS)
Earning per share =
net income
total common stock outstandin g
Semakin tinggi nilai rasio ini mencerminkan keberhasilan suatu
perusahaan. Pada dasarnya rasio ini banyak diminati oleh manajemen
perusahaan dan calon investor karena menggambarkan jumlah rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
38
2. Price Earning Rasio (PER)
Price Earning Ratio =
stock price
Earning per Share
Sawir (2003, p.21), menyatakan bahwa investor dalam pasar modal
yang sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu
saham underpriced atau overpriced. Rasio ini merupakan rasio umum
yang dipergunakan untuk mengevaluasi perusahaan, dimana jika rasio
PER suatu perusahaan rendah, hal itu menunjukkan persepsi pasar
bahwa perusahaan hanya akan mengalami pertumbuhan yang rendah
begitu juga sebaliknya jika PER suatu perusahaan tinggi berarti
persepsi pasar yang baik terhadap pendapatan yang tinggi dimasa yang
akan datang atau dengan kata lain perusahaan memiliki potensi
pertumbuhan yang tinggi. Harga saham yang dapat berubah sewaktuwaktu akan mengakibatkan nilai PER juga akan berubah sewaktuwaktu pula. Rasio PER dapat juga digunakan untuk membandingkan
suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam industri yang
sejenis.
3. Book Value per Share (BVS)
Book value per share =
total ekuitas
jumlah saham
Dalam bukunya, Syamsuddin (2001, p.67) mengatakan bahwa rasio
BVS menunjukkan approximate value atau perkiraan nilai (tidak pasti)
dari setiap lembar saham biasa yang didasarkan atas asumsi bahwa
39
semua aktiva perusahaan dapat dilikuidir menurut nilai bukunya. Nilai
buku yang dimaksudkan adalah nilai akunting, yaitu nilai dari suatu
aktiva (nilai historis) yang tampak dalam neraca perusahaan. Semakin
tinggi rasio book value per share semakin baik hasil yang diperoleh
perusahaan. Biasanya cara perusahaan meningkatkan book value per
share dengan melakukan penahanan laba, membeli kembali saham
perusahaan sendiri pada saat harga rendah dari book value per share.
4. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value =
market value
book value per share
Rasio ini mencerminkan penilaian masyarakat yang terlibat dalam
pasar modal terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai
suatu kegiatan usaha yang dapat diandalkan untuk tetap dapat bertahan
atau bersaing dalam persaingan. Maka nilai price to book value yang
harus dimiliki suatu perusahaan paling sedikit adalah satu, yang berarti
sama dengan nilai pasarnya.
•
Faktor Hukum Permintaan dan Penawaran
Seperti situasi perdagangan pada umumnya, faktor permintaan dan
penawaran juga sangat menentukan. Menurut Teweles dan Bradly (1998,
p.435), aspek yang paling sulit dari pasar saham adalah memahami faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham. Tidak ada jalan yang mudah
untuk dimengerti bagaimana dan mengapa harga saham berubah dan tidak
40
ada aturan serta pedoman yang pasti untuk bisa mendapatkan keuntungan
dari pasar.
Faktor dan kondisi yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu:
1) Kondisi fundamental
Kondisi yang berasal dan dikembangkan diluar pasar, yang
merupakan dasar perubahan harga untuk jangka panjang.
2) Faktor teknikal
Berasal dari dalam pasar dan mempengaruhi harga saham
umumnya secara jangka pendek dengan mengabaikan kondisi
fundamental jangka panjang.
Biasanya kedua faktor ini kadang-kadang saling mendukung dan juga
kadang-kadang saling berlawanan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Gray (2004, p.82-84), ada tiga
keyakinan yang berbeda antara harga saham yang ada dipasar dengan nilai
intrinsik yang mendasari nilai saham, hal tersebut dapat dilihat pada tabel
2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Bagaimana Menilai Saham
Apa yang
menggerakkan
harga saham?
Bagaimana
menilai suatu
sham?
Analisis
Teknikal
Psikologi
teknikal
kosmis
Trend
Analisis
Fundamental
Profit dan
deviden
Teori Portfolio
Resiko dan
imbal hasil
Prediksi profit
dan deviden
Resiko dan
imbal hasil
41
Hubungan
antara nilai dan
hara saham?
Harga ≠ nilai
Harga pada
akhirnya sama
dengan nilai
Harga = nilai
Sumber: data oleh Gray
Analisis fundamental menggunakan prosedur valuasi yaitu analisis
discounted cash flow, dimana melalui pendekatan ini kinerja operasional dan
keuangan perusahaan sekarang dan masa depan menentukan nilai intrinsik
dari harga saham suatu perusahaan saat ini. Untuk menilai prospek
perusahaan,
analisis fundamental mengevaluasi kondisi ekonomi makro,
industri dan data perusahaan untuk memperkirakan nilai intrinsik saham. Pada
sisi lain, analisis teknikal percaya bahwa pergerakan harga saham jangka
pendek utamanya dipengaruhi oleh perubahan psikologis pasar.
2.7 Indeks Harga Saham
2.7.1. Pengertian Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif
atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui tren pergerakan harga
saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun. Misalnya, jika di awal
bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat
mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan
sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor
untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu
atau bebe-rapa saham.Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan
42
detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan
waktu yang cepat pula. Pada dasarnya, perhitungan indeks harga saham meliputi
dua unsur, yaitu harga saham saat ini dan harga saham pada tahun dasar. Secara
umum, indeks pada saat tahun dasar adalah sebesar 100% (atau biasa ditulis
100).
2.7.2 Jenis-Jenis Indeks Harga Saham
Secara garis besar, indeks harga saham yang ada di suatu bursa efek dapat
dibagi menjadi dua kategori. Pembagian ini berdasarkan seberapa besar ruang
lingkup atau seberapa banyak jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan
indeks.
2.7.2.1 Indeks Harga Saham Individual
Indeks harga saham individual merupakan suatu nilai yang berfungsi
untuk meng-ukur kinerja suatu saham tertentu. Jadi, hanya ada satu saham
yang mempengaruhi pergerakan indeks harga ini. Indeks ini untuk pertama
kalinya ditentukan sebesar 100, dengan harga saham perdana sebagai harga
tahun dasar.
Rumus untuk menghitung indeks harga saham individual menurut Robert
(1997, p.14) yaitu:
SI =
Ps
PBase
43
Di mana: SI = Stock Individual Index (Indeks Harga Saham
Individual)
Ps
= Harga (nilai) pasar saham
PBase = Harga (nilai) dasar saham
Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa indeks harga saham individual
sangat dipengaruhi oleh harga pasar saham yang bersangkutan. Harga dasar
suatu saham ditentukan sebesar harga perdananya, yang berarti harga pasar
saham pada waktu perdana juga sama dengan harga perdana. Oleh karena itu,
SI pada awalnya pasti sebesar 100%.
Harga dasar suatu saham akan berubah jika ada perubahan harga
pasar akibat harga teoritis baru suatu saham sebagai hasil perhitungan dari
pengaruh aksi emiten seperti right issue, stock split, saham bonus, dividen
saham, warrant re-demption, dan sebagainya. Pengaruh aksi emiten terhadap
perhitungan SI:
1. Right Issue
SI pada saat sebelum dan sesudah dilakukan right issue harus sama
besar. Harga pasar teoritis setelah dilakukan right issue akan
berubah dan dapat dihitung, sehingga harga dasar yang baru juga
dapat dihitung. Berikut rumus untuk menghitung nilai dasar baru
yang berubah akibat right issue Sundjaja dan Barlian (2003,
p.454), yaitu:
44
NDB =
NPS + (hc x T )
x NDS
NPS
Di mana: NDB = nilai dasar baru
NPS = nilai pasar sebelumnya
hc
= harga akhir saham pada hari sebelumnya (harga
cum)
T
= jumlah saham yang dicatatkan (penambahan
pencatatan)
NDS = nilai dasar sebelumnya
2. Saham Bonus
SI pada saat sebelum dan sesudah pembagian saham bonus harus
sama besar. Harga pasar teoritis setelah pembagian saham bonus
akan berubah dan dapat dihitung, sehingga harga dasar yang baru
juga dapat dihitung. Berikut rumus untuk menghitung nilai dasar
baru yang berubah akibat pembagian saham bonus menurut
Sundjaja dan Barlian (2003, p.453), yaitu:
NDB =
NPS + (ΔHT x JSB)
x NDS
NPS
Di mana: NDB = nilai dasar baru
NPS = nilai pasar sebelumnya
ΔHT
harga
= Selisih antara harga teoritis dengan pembulatan
teoritis
JSB = jumlah saham setelah penerbitan saham bonus
45
NDS = nilai dasar sebelumnya
Sedangkan rumus untuk menghitung harga teoritis yang baru
menurut Robert (1997, p.6) yaitu:
HT =
RBS x h C + PN
( RBS + 1)
Di mana: HT = harga teoritis yang baru
RBS = rasio saham bonus
hc = harga akhir saham pada hari sebelumnya
PN = nilai nominal saham bonus yang diterima
3. Dividen Saham
SI pada saat sebelum dan sesudah pembagian dividen saham harus
sama besar. Karena pembagian dividen saham tidak menimbulkan
perubahan harga teoritis, maka harga dasar tidak berubah.
4. Warrant Redemption
SI pada saat sebelum dan sesudah penebusan waran harus sama
besar. Harga pasar teoritis setelah penebusan waran akan berubah
dan dapat dihitung, sehingga harga dasar yang baru juga dapat
dihitung. Rumus penghitungan harga dasar baru akibat penerbitan
waran sama dengan rumus penghitungan harga dasar baru akibat
right issue.
46
5. Stock Split
SI pada saat periode suspensi sebelum pemecahan saham dan SI
pada saat perdagangan dengan nominal baru hasil pemecahan saham
adalah sama besar. Harga pasar teoritis setelah stock split akan
berubah dan dapat dihi-tung, sehingga harga dasar yang baru juga
dapat dihitung. Rumus penghi-tungan harga dasar baru akibat stock
split sama dengan rumus penghitungan harga dasar baru akibat
pembagian saham bonus.
2.7.2.2. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan (composite stock price index)
merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja sahamsaham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks harga saham gabungan
ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara
resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti
media massa keuangan, institusi keuangan, dan sebagainya. Makna
gabungan (composite) di sini berarti kinerja saham yang dimasukkan
dalam hitungan jumlah sahamnya lebih dari satu, ada yang 20 saham,
30 saham, 45 saham, bahkan semua saham yang tercatat di suatu bursa
efek.
Pada umumnya, penghitungan indeks harga saham gabungan
menggunakan metode rata-rata tertimbang (weighted average method).
Metode
rata-rata
tertimbang
merupakan
suatu
metode
yang
47
menambahkan bobot dalam perhitungan indeks di samping harga pasar
saham dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam
perhitungan indeks pada umumnya berdasarkan jumlah saham yang
dike-luarkan. Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan
menurut Robert (1997, p.14) adalah sebagai berikut:
∑ (P x S )
IHSG =
∑ (P x S )
s
Base
Di mana: Ps
Ss
s
s
= harga pasar saham
= jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding shares)
PBase = harga dasar saham
Dari rumus di atas, (Ps x Ss) adalah rumus dari kapitalisasi pasar
(market capitalization) yang merupakan jumlah dari kapitalisasi pasar
seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan.
Sedangkan (PBase x Ss) adalah rumus dari nilai dasar (base value) yang
merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham yang
tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus ini
memperbandingkan kapitalisasi seluruh saham dengan nilai dasar
seluruh saham yang terdaftar dalam suatu indeks.
Jumlah saham yang dikeluarkan oleh emiten yang bersangkutan
pada saat perhitungan indeks akan memberikan hitungan yang
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Semakin besar bobot suatu
48
saham, yang ditandai dengan besarnya jumlah saham yang beredar,
maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap pergerakan indeks.
Selain itu, jumlah saham yang dikeluarkan sangat berpengaruh
terhadap likuiditas suatu saham. Jadi, suatu saham yang likuid akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap pasar bursa efek secara
keseluruhan.
Sedangkan BEI menjabarkan perhitungan IHSG nya adalah
sebagai berikut:
∑Po × Qn
IHSG = -------------- X 100
∑ Po × Qn
Dimana:
Pn : Harga transaksi saham yang terjadi pada saat
penutupan jual-beli untuk perusahaan ke-n.
Qn : Banyaknya transaksi saham yang terjual pada saat
itu untuk perusahaan ke-n.
Po : Harga pada saat penawaran umum pada pasar
perdana.
Download