BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telekomunikasi 2.1.1 Pengertian Telekomunikasi Arti dari telekomunikasi berdasarkan Pasal 1 UU No. 36 Tahun 99, yaitu: Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan ruang angkasa dimana didalamnya terdapat unsur spektrum frekuensi radio dan orbit geostasioner yang merupakan sumber daya alam terbatas. Oleh karena itu, penyelenggaraan telekomunikasi sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas tersebut merupakan cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak sehingga perlu dikuasai oleh Negara. 2.1.2 Pengertian sistem telekomunikasi Tentang sistem telekomunikasi Gavish (2006) berpendapat bahwa: Telecommunication Systems is a journal covering all aspects 8 9 of modeling, analysis, design and management of telecommunication systems. The journal publishes high quality articles dealing with the use of analytic and quantitative tools for the modeling, analysis, design and management of telecommunication systems. The journal publishes from time to time a special issue of the devoted to a single subject area 2.1.3 Regulasi Telekomunikasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1999 tentang telekomunikasi pada hakekatnya terdiri dari tiga, yaitu: 1. Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi adalah penyelenggaraan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Badan penyelenggara untuk jasa telekomunikasi dalam negeri (domestik) adalah PT. Telkom dan Badan Penyelenggara untuk jasa telekomunikasi luar negeri (International) adalah PT. Indosat. 2. Penyelenggaraan Telekomunikasi unuk Keperluan Khusus Penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan khusus adalah penyelenggaraan telekomunikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah tertentu, perorangan, Badan Hukum untuk keperluan khusus atau untuk keperluan sendiri. Telekomunikasi khusus dapat dilakukan oleh instansi pemerintah tertentu atau badan hukum (perseroan terbatas atau koperasi) yang ditentukan 10 berdasarkan hukum Telekomunikasi khusus diselenggarakan ijin yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. 3. Penyelenggaraan Telekomunikasi untuk Keperluan Pertahanan dan Keamanan Berdasarkan tentang Peraturan emerintah Nomor 4 tahun 1992 Penyelenggaraan Telekomunikasi untk Keperluan Pertahanan dan Keamanan Negara. 2.1.4 Telecommunication Services Mengenai pelayanan telekomunikasi, Department of Information and Decision Sciences (2007), mengatakan bahwa ada dua tujuan yang paling utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan telekomunikasi, (1) bagaimana suatu perusahaan telekomunikasi dapat bersaing dalam memberikan biaya yang cukup menarik bagi para pelanggannya dan bagaimana dapat memuaskan keinginan para pelanggannya melalui sistem pelayanan yang diberikan, dan dapat melihat perilaku konsumen yang sewaktu-waktu dapat berubah-ubah, (2) bagaimana demografis konsumennya, perusahaan telekomunikasi dapat menyesuaikan dari tingkatan umur dan jenis kelamin apakah sesuai dengan pelayanan telekomunikasi yang diberikan. Disini juga perusahaan telekomunikasi harus dapat memuaskan keinginan para pelanggannya, dan harus dapat memegang peranan penting terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. 11 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Gibson (2007, p.44) menjelaskan bahwa laporan keuangan yaitu: “The principal financial statements of a corporation are the balance sheet, income statement, and statement of cash flows. Footnotes (notes) accompany these financial statements. To evaluate the financial condition, the profitability, and cash flows of an entity, the user needs to understand the statements and related notes”. Prinsip dari penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan bertolak dari balance sheet, income statement dan statement of cash flows. Untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan, keuntungannya dan cash flow nya, seorang bagian keuangan harus mengerti tentang laporan keuangan itu sendiri dan data-data lainnya yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Bertolak dari pernyataan Gibson, Gitman (2006, p.46) dan Reimers (2007, p.10) menyatakan bahwa ada 4 kunci utama dalam laporan keuangan antara lain: (1) the income statement, (2) balance sheet, (3) the statement of stockholders’ equity, (4) the statement of cash flows. Demikian pula Weygandt (2007, p.22), mengatakan bahwa: After transactions are identified, recorded and summarized, four financial statements are prepared from the summarized accounting data: 12 1. An income statement presents the income and expenses and resulting netnprofit or net loss for a specific period of time. 2. A statement of changes in equity summarises the changes in owner’s equity for a specific period of time. 3. A balance sheet reports the assets, liabilities and owner’s equity at the specific date. 4. A cash flow statement summarises information about cash inflows (receipts) and outflows (payments) for a specific period of time. Jadi laporan keuangan merupakan data acuan yang dapat digunakan sebagai alat untuk memberi informasi mengenai kondisi atau posisi keuangan perusahaan guna menilai kinerja perusahaan selama periode tertentu. Setelah transaksi teridentifikasi, dicatat, disimpulkan, maka selanjutnya mempersiapkan empat jenis laporan keuangan untuk menyimpulkan keseluruhannya, ke empat laporan tersebut yaitu: Income statement, statement of changes in owner’s equity, balance sheet, cash flow statement. 2.2.2 Tujuan dan Persyaratan Laporan Keuangan Dalam Standar Akuntasi Keuangan (2002) telah menetapkan tujuan penyajian laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi 13 Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan yang dituangkan juga dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) yaitu sebagai berikut: 1. Dapat dipahami 2. Relevan 3. Keandalan 4. Dapat dibandingkan 2.2.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Para pemakai laporan keuangan perlu mengetahui dan memahami sifatsifat serta keterbatasan laporan keuangan sebelum melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi kekeliruan pengambilan keputusan atau dengan kata lain hasil dari analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk menentukan keputusan ekonomi yang tepat. Sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta-fakta yang telah dicatat (Recorded Fact) Berarti laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang paling akhir karena segala sesuatunya bersifat historis. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan (Accounting Convention and Postulate) di dalam akuntansi 14 Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip akuntansi umum. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pencatatan atau keseragaman. 3. Pendapat pribadi (Personal Judgement) Berarti bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh dalildalil dasar yang sudah ditetapkan menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaannya tergantung pada akuntan atau pendapat pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan melihat sifat-sifat laporan keuangan di atas, maka Munawir (2002) menarik kesimpulan mengenai beberapa keterbatasan laporan keuangan yaitu sebagai berikut : 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang 15 tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. Sedangkan Syafri (2002, p.235), mengungkapkan pandangannya sendiri mengenai keterbatasan laporan keuangan, antara lain: 1. Laporan keuangan bersifat histories, yaitu melaporkan kejadian yang telah lewat. 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari berbagai taksiran dan pertimbangan. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. 5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa daripada bentuk hukumnya. 6. Laporan keuangan dapat disusun dengan berbagai metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.. 16 2.2.4 Analisis Laporan Keuangan 2.2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan (judgement process) dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan untuk hasil operasi perusahaan di waktu yang lalu maupun waktu sedang berjalan (sekarang). Mengenai analisis laporan keuangan Horne (2002) mengatakan bahwa: "Financial Statement Analysis is part of a larger information processing system on which informed decisions can be based” Sehubungan dengan Horne yang mengungkapkan pernyataannya tentang analisis laporan keuangan, maka demikian juga Harahap (2004) mendefinisikan analisis laporan keuangan sebagai berikut : Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara data kuantitatif maupun data komunikatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan pada hakekatnya adalah mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai 17 keadaan keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan memusatkan pada teknik-teknik yang digunakan oleh para analis baik pihak eksternal maupun internal perusahaan dalam memudahkan mereka menginterpretasikan dan menyimpulkan segala informasi berdasarkan laporan keuangan agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 2.2.5.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode. Tujuannya untuk menyederhanakan dan menyajikan data yang lebih mudah dimengerti. 2.2.5.2.1 Metode Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2002), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap analis laporan keuangan, yaitu: 1. Analisis Horisontal Merupakan analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode ini disebut juga sebagai analisis dinamis. 18 2. Analisis Vertikal Merupakan analisis laporan keuangan yang meliputi satu periode atau satu saat saja. 2.2.5.2.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan Adapun teknik yang biasanya digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan menurut Munawir (2002), antara lain: 1. Analisis laporan keuangan komparatif (perbandingan laporan keuangan) Yaitu teknik penyajian laporan keuangan dengan membandingkan data serupa dalam dua periode atau lebih dengan menunjukan : a. data absolut / jumlah-jumlah dalam rupiah. b. kenaikan / penurunan dalam jumlah rupiah. c. kenaikan / penurunan dalam prosentase. d. perbandingan yang dinyatakan dengan ratio. e. prosentase dari total. Dengan teknik ini dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. 2. Analisis trend (trend percentage analysis) Yaitu teknik menganalisis posisi keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase dengan menentukan tahun dasar sebagai dasar perbandingan. 3. Analisis common size (common size statement) 19 Merupakan suatu bentuk teknik analisis vertikal yang membandingkan salah satu perusahaan dengan perusahaan lain dengan angka-angka industri yang dinyatakan dalam nilai relatifnya. Laporan keuangan common size berguna dalam menganalisis struktur intern laporan keuangan. 4. Analisis rasio (ratio analysis) Adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan keuangan sehingga menghasilkan suatu angka rasio atau lebih spesifik dalam neraca, laporan rugi laba serta kombinasi dari kedua laporan tersebut. Semua metode dan teknik analisis manapun yang digunakan merupakan awal dari proses analisis yang diperlukan untuk menginterpretasikan laporan keuangan. Setiap metode dan teknik tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat data lebih dipahami sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2.2 Rasio Keuangan 2.3.1 Rasio Keuangan Sebagai Salah Satu Alat Analisis Laporan Keuangan Dari beberapa teknik dalam analisis laporan keuangan, analisis rasio merupakan salah satu cara yang umum dilakukan para analis, yaitu dengan 20 menggabungkan angka-angka dalam atau di antara laporan rugi laba dan neraca untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. 2.3.2 Arti dan Manfaat Analisis Rasio Analisis rasio merupakan analisis hubungan dari berbagai pos suatu laporan keuangan yang merupakan dasar untuk menginterpretasikan kondisi keuangan dan unsur operasi suatu perusahaan. Proses analisis rasio berfokus pada perhitungan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio tersebut menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu pos tertentu dengan pos yang lain pada laporan keuangan. Mengenai arti analisis rasio Barlian (2003) mengemukakan pendapatnya, yaitu: Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan Sedangkan menurut Gitman (2006) yaitu: Ratio Analysis involves the methods of calculating and interpreting financial ratios to assess the firm's performance and status. The basic inputs to ratio analysis are the firm's income statement and the balance sheet for periods to be examine Dan Petty(2001) menerangkan arti dari rasio keuangan adalah sebagai beikut: 21 Secara matematis rasio keuangan tak lebih dari rasio pembilang dan penyebut yang diambil dari data keuangan. Tujuan dari penggunaan rasio saat menganalisis informasi keuangan secara sederhana dilakukan dengan membuat dasar tolak ukur atas informasi yang akan dianalisis agar rasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau mungkin juga sebuah perusahaan yang sama dengan waktu yang berbeda. Dan Clark (2000) mengatakan Rasio keuangan adalah hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan yang ingin berkembang. Begitu pula dengan Keown (2002, p.72) yang mengatakan: “Financial ratio is restrating the accounting data in relative terms to identify some of the financial strengths and weaknesses of a company” Rasio keuangan adalah hal yang terpenting untuk menggambarkan apakah suatu perusahaan sedang baik atau buruk kondisi keuangannya. Rasio-rasio keuangan yang ada dapat membantu dalam melakukan analisis kondisi perusahaan, karena rasio keuangan tersebut mewakilkan komponen yang ada pada laporan keuangan yaitu neraca, laporan rugi laba, dan arus kas. Inti dari analisis laporan keuangan adalah penghitungan dan interpretasi dari rasio keuangan Suatu rasio menyatakan hubungan antara jumlah yang satu dengan jumlah yang lain dan tidaklah memiliki arti jika hanya berdiri sendiri. Dengan kata lain agar penggunaanya efektif 22 untuk menilai kinerja perusahaan, maka rasio-rasio tersebut harus dibandingkan. Berdasarkan hal tersebut, Rianto (1998, p.263) menjelaskan dua macam perbandingan rasio-rasio keuangan yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasiorasio dari waktu ke waktu yang lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahanperubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis (industry ratio/standard ratio) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan terhadap rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan tersebut, dalam aspek finansial tertentu berada di atas ratarata, berada pada rata-rata atau berada di bawah rata-rata industri. Ada 3 Tipe perbandingan rasio keuangan menurut Gitman (2000, p.126-128), yaitu : 1. Cross Sectional Analysis Analisis ini dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan terhadap rasio-rasio keuangan 23 perusahaan lain dalam suatu industri sejenis atau terhadap rasio-rasio keuangan rata-rata industri. 2. Time Series Analysis Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kinerja rasio-rasio suatu perusahaan pada periode berjalan dengan periode-periode sebelumnya yang memungkinkan untuk melihat kemajuan perusahaan tersebut. 3. Combined Analysis Analisis ini menggabungkan kedua pendekatan di atas, yang memungkinkan untuk menentukan kecenderungan pola pergerakan (trend) rasio yang ada kaitannya dengan trend industri. Menurut Munawir (2002, p.101), angka-angka rasio keuangan yang diperoleh dapat dianalisis dengan cara membandingkan angka rasio tersebut dengan : Standar rasio atau rasio rata-rata dari seluruh industri sejenis, di mana perusahaan yang data keuangannya sedang dianalisis, menjadi salah satu anggotanya. Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan. Rasio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan. 24 Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik atau berhasil dalam usahanya. Penentuan rasio standar sebagai pembanding tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang pasti karena rasio standar untuk industri merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keungan dan hasil usaha yang berbeda-beda, jika kondisi keuangannya baik maka hasil usahanya menguntungkan, begitu pula sebaliknya. Jadi agar lebih efektif, dilakukan perbandingan internal (Analisis Historis / Time Series Analysis) yaitu dengan cara membandingkan rasio saat ini dengan rasio-rasio di masa lalu untuk perusahaan yang sama. Apabila rasio-rasio keuangan dijajarkan selama beberapa tahun, sang analis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menemukan apakah terjadi kemajuan atau kemunduran kinerja dan kondisi keuangan perusahaan selama tahun-tahun tersebut. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa analisis rasio keuangan tidak hanya dikerjakan secara matematis, tetapi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas. Rasio-rasio keuangan yang diperoleh dari proses matematis harus diperbandingkan guna menekankan tujuan pokok dari analisis rasio keuangan sebagai salah satu alat bantu yang mengevaluasi 25 bagaimana kinerja perusahaan apakah mengalami peningkatan atau justru penurunan selama kurun waktu tertentu. Menurut Cirtin (1996, p.29), “ratio analysis should answer these four fundamentals questions: 1. Is the institution financially healthy as of the balance sheet date? 2. Is the institution financially better off at the end of the year than it was at the beginning of the year? 3. Did the institution live within its means during the year? 4. What policies and practices should the administration change to achieve the needed improvements in financial results?” Suatu analisis rasio keuangan seharusnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan berikut ini: Apakah konsidi keuangan instusi/perusahaan itu baik atau buruk? Apakah kondisi keuangan pada saat akhir tahun lebih baik daripada pada saat awal tahun yang bersangkutan? Apakah suatu institusi/perusahaan menghasilkan profit setiap tahunnya? Adakah aturan dan pemikiran administrasi untuk mencapai kebutuhan pengembangan hasil financial yang lebih baik lagi? 26 2.3.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan Ada berbagai versi penggolongan rasio keuangan yang berbeda-beda, yang disesuaikan dengan kebutuhan (kepentingan) dari masing-masing analis dalam melaksanakan analisis keuangan terhadap sebuah perusahaan.. Apabila dilihat dari sumber datanya, maka rasio keuangan menurut Rianto (1998) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : a. Rasio-Rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca misalnya current ratio, quick ratio (acid test ratio), debt ratio, dan lain sebagainya. b. Rasio-Rasio Laporan Rugi Laba (Income Statement Ratios) Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya. c. Rasio-Rasio Antar Laporan (Inter-Statement Ratios) Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari laporan rugi laba, misalnya total asset turnover, inventory turnover, receivable turnover dan lain sebagainya. 27 Menurut Brigham and Houston (2003, p.77) ada beberapa rasio keuangan yang biasa digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antar aset lancar dengan hutang lancarnya. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Aktivitas Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. 3. Rasio Hutang Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan. Besarnya tingkat pinjaman perusahaan berhubungan dengan kesanggupan perusahaan membayar pinjaman dan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. 4. Rasio Profitabilitas Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Rasio ini terdiri dari Return on asset, return on equity, net profit margin, gross profit margin, operating return on asset. 28 Sedangkan pendapat dari Keown (2002, p.73-84) pembagian rasio keuangan adalah sebagai berikut: 1. Liquidity ratio a. Current ratio Current ratio indicates a firm’s liquidiy, as measured by its liquid assets (current assets) relative to its liquid debt (short term or current liabilities). Current ratio = b. Acid-test (quik) ratio Acid-test (quik) ratio indicates a firm’s liquidity, as measured by its liquid assets, excluding inventories, relative to its current liabilities. Acid-test ratio = c. Average collection period Average collection period indicates how rapidly the firm is collecting its credit, as measured by the number of times its accounts receivable are collected or “rolled over” during the year. Average collection period = 29 d. Inventory turnover ratio Inventory turnover indicates the relative liquidity of inventories, as measured by the number of times a firm’s inventories are replaced during the year. Inventory turnover = 2. Profitability Ratio a. Return on Investment (ROI) Return on Investment indicates the effectiveness of management at generating operating profits on the firm’s assets, as measured by operating profits relative to the total assets. Return On Investment = b. Return On Equity (ROE) Return On Equity indicates the accounting rate of return on the stockholder’s investment, as measured by net income relative to common equity. Return on Equity = c. Profit Margin Profit margin indicates management’s effectiveness in managing the firm’s income statement, as measured by operating profits relative to sales 30 Profit Margin = = 3 Solvabilitas Ratio a. Debt ratio Debt ratio indicates how much debt is used to finance a firm’s assets. Debt ratio = b. Times interest earned Times interest earned indicates a firm’s ability to cover its interest expense, as measured by its earnings before interest and taxes relative to the interest expense. Times interest earned = 4. Activity Ratio a. Total Asset Turnover Total Asset Turnover indicates management’s effectiveness at managing a firm’s balance sheet Total asset turnover = b. Accounts receivable turnover ratio Accounts receivable turnover ratio indicates how rapidly the firm is collecting its credit, as measured by the number of times 31 its account receivable are collected or “rolled over” during the year. Account receivable turnover = 2.3.4 Rasio Pembanding Setelah memperoleh hasil perhitungan rasio-rasio, selanjutnya terlebih dahulu dilakukan perbandingan dengan standar umum sebagai acuan didalam mengukur rasio-rasio keuangan tersebut. Apakah dikategorikan setara, diatas atau dibawah standar umum tersebut. Adapun standar umum (rasio-rasio pembanding) tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Likuidity ratio Current Ratio Standar umum current ratio menurut Munawir (2002) adalah : - Baik, bila hasil yang diperoleh berada pada tingkat 200% atau lebih. - Kurang baik, bila hasil yang diperoleh kurang dari 200%. 2. Solvabilitas Ratio Debt Ratio Standar umum debt ratio menurut Gallagher & Andrew (2000) adalah : - Baik, bila hasil yang diperoleh berada pada tingkat 50% atau kurang. - Kurang baik, bila hasil yang diperoleh lebih dari 50%. 32 3. Aktivity Ratio Total Assets Turnover Standar umum total assets turnover menurut Darsono dan Ashari (2005) adalah : - Baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat perputaran lebih dari 1 kali. - Kurang baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat perputaran 1 kali atau kurang. 4. Profitabilitas Ratio Standar umum rasio keuntungan menurut Awat (1999) adalah : Net Profit Margin - Baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio yang semakin tinggi. - Kurang baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio yang semakin rendah. Return On Equity (ROE) - Baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio yang semakin tinggi. - Kurang baik, bila hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat rasio yang semakin rendah. 33 2.3.5 Trend Analysis Mengenai trend analysis, Brigham (2006, p.61) menjelaskan bahwa analisis trend memberikan petunjuk apakah kondisi keuangan suatu perusahaan bertambah baik, berjalan konstan, atau semakin memburuk. 2.3.6 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Analisis rasio adalah salah satu teknik analisis keuangan yang sering digunakan oleh para analis untuk melihat dan mempelajari kondisi keuangan suatu perusahaan. Tentu saja ada keunggulan maupun keterbatasan yang dimiliki oleh teknik analisis ini jika dibandingkan dengan teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2004),antara lain: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi keuangan perusahaan di tengah industri yang lain. 4. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau 5. Melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau "Time Series". 6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 34 Di samping keunggulan, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya, antara lain : 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 3. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. 2.4 Pasar Keuangan Menurut Sunariyah (2003, p.10) Pasar Keuangan merupakan tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran aktiva keuangan.Berdasarkan klasifikasi periode waktu jatuh tempo, pasar keuangan dibagi menjadi dua yaitu pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Pasar uang merupakan tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran dana jangka pendek (kurang dari 1 tahun), sedangkan pasar modal merupakan tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran dana jangka panjang, dan umumnya dirancang untuk investasi jangka panjang. 35 2.5 Saham Saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu saham preferen dan saham biasa. Saham preferen memberikan pendapatan tetap kepada pemegang sahamnya. Namun pemilik saham preferen tidak memiliki hak suara untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan. Pemilik saham biasa memiliki hak suara untuk memilih direksi perusahaan dan ikut berperan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Pendapatan pemilik saham biasa belum tentu akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar atau lebih kecil daripada pemilik saham preferen. Menurut Dwiyanti (1999, p.11) “saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada saham”. Setiap pemegang saham mendapatkan sertifikat sebagai tanda kepemilikan perusahaan. Nilai sertifikat tersebut dapat dibagi menjadi : 1. Nilai nominal atau par value, merupakan harga saham pertama yang tercantum. 2. Nilai buku atau book store, merupakan jumlah laba ditahan, par value saham dan modal selain par value. 3. Nilai dasar atau base price, merupakan harga perdana saham tersebut. 36 4. Nilai pasar atau market price, merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga pasar saham saat pasar bursa efek ditutup disebut harga penutupan (closing price). Karakteristik saham menurut Fakhruddin (2001, p.8): 1.Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2.Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share one vote). 3.Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan (bank) jika perusahaan (bank) yang bersangkutan dilikuidasi setelah semua kewajiban perusahaan (bank) dilunasi. 4.Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya atau hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya. 2.6 Menilai Harga Saham Ada dua metode pendekatan untuk menilai suatu harga saham menurut Husnan (2001, p.317-318): • Faktor Fundamental Mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham tersebut, seperti penjualan, pertumbuhan, biaya, kebijakan pemerintah. Biasanya analisis fundamental harga suatu saham dimulai dengan melakukan analisis kondisi ekonomi makro, dilanjutkan dengan 37 analisis industri saham bersangkutan termasuk kaitannya dengan kondisi dan perubahan makro dan pada akhirnya analisis terhadap perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Pendekatan ini didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan tetapi ditentukan juga oleh faktor eksternal perusahaan seperti kondisi ekonomi atau pasar. “Dalam melakukan analisis fundamental, penilaian terhadap kondisi ekonomi dan keadaan berbagai variabel utama seperti laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tingkat bunga yang fluktuatif. Variabel-variabel tersebut sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang akan diambil oleh para pemodal. Apabila resesi diperkirakan terjadi, atau perekonomian sedang menuju ke situasi resesi, harga saham-saham akan sangat terpengaruh oleh situasi tersebut”. Beberapa faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham: 1. Earning per Share (EPS) Earning per share = net income total common stock outstandin g Semakin tinggi nilai rasio ini mencerminkan keberhasilan suatu perusahaan. Pada dasarnya rasio ini banyak diminati oleh manajemen perusahaan dan calon investor karena menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. 38 2. Price Earning Rasio (PER) Price Earning Ratio = stock price Earning per Share Sawir (2003, p.21), menyatakan bahwa investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. Rasio ini merupakan rasio umum yang dipergunakan untuk mengevaluasi perusahaan, dimana jika rasio PER suatu perusahaan rendah, hal itu menunjukkan persepsi pasar bahwa perusahaan hanya akan mengalami pertumbuhan yang rendah begitu juga sebaliknya jika PER suatu perusahaan tinggi berarti persepsi pasar yang baik terhadap pendapatan yang tinggi dimasa yang akan datang atau dengan kata lain perusahaan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Harga saham yang dapat berubah sewaktuwaktu akan mengakibatkan nilai PER juga akan berubah sewaktuwaktu pula. Rasio PER dapat juga digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam industri yang sejenis. 3. Book Value per Share (BVS) Book value per share = total ekuitas jumlah saham Dalam bukunya, Syamsuddin (2001, p.67) mengatakan bahwa rasio BVS menunjukkan approximate value atau perkiraan nilai (tidak pasti) dari setiap lembar saham biasa yang didasarkan atas asumsi bahwa 39 semua aktiva perusahaan dapat dilikuidir menurut nilai bukunya. Nilai buku yang dimaksudkan adalah nilai akunting, yaitu nilai dari suatu aktiva (nilai historis) yang tampak dalam neraca perusahaan. Semakin tinggi rasio book value per share semakin baik hasil yang diperoleh perusahaan. Biasanya cara perusahaan meningkatkan book value per share dengan melakukan penahanan laba, membeli kembali saham perusahaan sendiri pada saat harga rendah dari book value per share. 4. Price to Book Value (PBV) Price to Book Value = market value book value per share Rasio ini mencerminkan penilaian masyarakat yang terlibat dalam pasar modal terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai suatu kegiatan usaha yang dapat diandalkan untuk tetap dapat bertahan atau bersaing dalam persaingan. Maka nilai price to book value yang harus dimiliki suatu perusahaan paling sedikit adalah satu, yang berarti sama dengan nilai pasarnya. • Faktor Hukum Permintaan dan Penawaran Seperti situasi perdagangan pada umumnya, faktor permintaan dan penawaran juga sangat menentukan. Menurut Teweles dan Bradly (1998, p.435), aspek yang paling sulit dari pasar saham adalah memahami faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham. Tidak ada jalan yang mudah untuk dimengerti bagaimana dan mengapa harga saham berubah dan tidak 40 ada aturan serta pedoman yang pasti untuk bisa mendapatkan keuntungan dari pasar. Faktor dan kondisi yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1) Kondisi fundamental Kondisi yang berasal dan dikembangkan diluar pasar, yang merupakan dasar perubahan harga untuk jangka panjang. 2) Faktor teknikal Berasal dari dalam pasar dan mempengaruhi harga saham umumnya secara jangka pendek dengan mengabaikan kondisi fundamental jangka panjang. Biasanya kedua faktor ini kadang-kadang saling mendukung dan juga kadang-kadang saling berlawanan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Gray (2004, p.82-84), ada tiga keyakinan yang berbeda antara harga saham yang ada dipasar dengan nilai intrinsik yang mendasari nilai saham, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Bagaimana Menilai Saham Apa yang menggerakkan harga saham? Bagaimana menilai suatu sham? Analisis Teknikal Psikologi teknikal kosmis Trend Analisis Fundamental Profit dan deviden Teori Portfolio Resiko dan imbal hasil Prediksi profit dan deviden Resiko dan imbal hasil 41 Hubungan antara nilai dan hara saham? Harga ≠ nilai Harga pada akhirnya sama dengan nilai Harga = nilai Sumber: data oleh Gray Analisis fundamental menggunakan prosedur valuasi yaitu analisis discounted cash flow, dimana melalui pendekatan ini kinerja operasional dan keuangan perusahaan sekarang dan masa depan menentukan nilai intrinsik dari harga saham suatu perusahaan saat ini. Untuk menilai prospek perusahaan, analisis fundamental mengevaluasi kondisi ekonomi makro, industri dan data perusahaan untuk memperkirakan nilai intrinsik saham. Pada sisi lain, analisis teknikal percaya bahwa pergerakan harga saham jangka pendek utamanya dipengaruhi oleh perubahan psikologis pasar. 2.7 Indeks Harga Saham 2.7.1. Pengertian Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui tren pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun. Misalnya, jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau bebe-rapa saham.Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan 42 detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. Pada dasarnya, perhitungan indeks harga saham meliputi dua unsur, yaitu harga saham saat ini dan harga saham pada tahun dasar. Secara umum, indeks pada saat tahun dasar adalah sebesar 100% (atau biasa ditulis 100). 2.7.2 Jenis-Jenis Indeks Harga Saham Secara garis besar, indeks harga saham yang ada di suatu bursa efek dapat dibagi menjadi dua kategori. Pembagian ini berdasarkan seberapa besar ruang lingkup atau seberapa banyak jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks. 2.7.2.1 Indeks Harga Saham Individual Indeks harga saham individual merupakan suatu nilai yang berfungsi untuk meng-ukur kinerja suatu saham tertentu. Jadi, hanya ada satu saham yang mempengaruhi pergerakan indeks harga ini. Indeks ini untuk pertama kalinya ditentukan sebesar 100, dengan harga saham perdana sebagai harga tahun dasar. Rumus untuk menghitung indeks harga saham individual menurut Robert (1997, p.14) yaitu: SI = Ps PBase 43 Di mana: SI = Stock Individual Index (Indeks Harga Saham Individual) Ps = Harga (nilai) pasar saham PBase = Harga (nilai) dasar saham Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa indeks harga saham individual sangat dipengaruhi oleh harga pasar saham yang bersangkutan. Harga dasar suatu saham ditentukan sebesar harga perdananya, yang berarti harga pasar saham pada waktu perdana juga sama dengan harga perdana. Oleh karena itu, SI pada awalnya pasti sebesar 100%. Harga dasar suatu saham akan berubah jika ada perubahan harga pasar akibat harga teoritis baru suatu saham sebagai hasil perhitungan dari pengaruh aksi emiten seperti right issue, stock split, saham bonus, dividen saham, warrant re-demption, dan sebagainya. Pengaruh aksi emiten terhadap perhitungan SI: 1. Right Issue SI pada saat sebelum dan sesudah dilakukan right issue harus sama besar. Harga pasar teoritis setelah dilakukan right issue akan berubah dan dapat dihitung, sehingga harga dasar yang baru juga dapat dihitung. Berikut rumus untuk menghitung nilai dasar baru yang berubah akibat right issue Sundjaja dan Barlian (2003, p.454), yaitu: 44 NDB = NPS + (hc x T ) x NDS NPS Di mana: NDB = nilai dasar baru NPS = nilai pasar sebelumnya hc = harga akhir saham pada hari sebelumnya (harga cum) T = jumlah saham yang dicatatkan (penambahan pencatatan) NDS = nilai dasar sebelumnya 2. Saham Bonus SI pada saat sebelum dan sesudah pembagian saham bonus harus sama besar. Harga pasar teoritis setelah pembagian saham bonus akan berubah dan dapat dihitung, sehingga harga dasar yang baru juga dapat dihitung. Berikut rumus untuk menghitung nilai dasar baru yang berubah akibat pembagian saham bonus menurut Sundjaja dan Barlian (2003, p.453), yaitu: NDB = NPS + (ΔHT x JSB) x NDS NPS Di mana: NDB = nilai dasar baru NPS = nilai pasar sebelumnya ΔHT harga = Selisih antara harga teoritis dengan pembulatan teoritis JSB = jumlah saham setelah penerbitan saham bonus 45 NDS = nilai dasar sebelumnya Sedangkan rumus untuk menghitung harga teoritis yang baru menurut Robert (1997, p.6) yaitu: HT = RBS x h C + PN ( RBS + 1) Di mana: HT = harga teoritis yang baru RBS = rasio saham bonus hc = harga akhir saham pada hari sebelumnya PN = nilai nominal saham bonus yang diterima 3. Dividen Saham SI pada saat sebelum dan sesudah pembagian dividen saham harus sama besar. Karena pembagian dividen saham tidak menimbulkan perubahan harga teoritis, maka harga dasar tidak berubah. 4. Warrant Redemption SI pada saat sebelum dan sesudah penebusan waran harus sama besar. Harga pasar teoritis setelah penebusan waran akan berubah dan dapat dihitung, sehingga harga dasar yang baru juga dapat dihitung. Rumus penghitungan harga dasar baru akibat penerbitan waran sama dengan rumus penghitungan harga dasar baru akibat right issue. 46 5. Stock Split SI pada saat periode suspensi sebelum pemecahan saham dan SI pada saat perdagangan dengan nominal baru hasil pemecahan saham adalah sama besar. Harga pasar teoritis setelah stock split akan berubah dan dapat dihi-tung, sehingga harga dasar yang baru juga dapat dihitung. Rumus penghi-tungan harga dasar baru akibat stock split sama dengan rumus penghitungan harga dasar baru akibat pembagian saham bonus. 2.7.2.2. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks harga saham gabungan (composite stock price index) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja sahamsaham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks harga saham gabungan ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan sebagainya. Makna gabungan (composite) di sini berarti kinerja saham yang dimasukkan dalam hitungan jumlah sahamnya lebih dari satu, ada yang 20 saham, 30 saham, 45 saham, bahkan semua saham yang tercatat di suatu bursa efek. Pada umumnya, penghitungan indeks harga saham gabungan menggunakan metode rata-rata tertimbang (weighted average method). Metode rata-rata tertimbang merupakan suatu metode yang 47 menambahkan bobot dalam perhitungan indeks di samping harga pasar saham dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya berdasarkan jumlah saham yang dike-luarkan. Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan menurut Robert (1997, p.14) adalah sebagai berikut: ∑ (P x S ) IHSG = ∑ (P x S ) s Base Di mana: Ps Ss s s = harga pasar saham = jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding shares) PBase = harga dasar saham Dari rumus di atas, (Ps x Ss) adalah rumus dari kapitalisasi pasar (market capitalization) yang merupakan jumlah dari kapitalisasi pasar seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan (PBase x Ss) adalah rumus dari nilai dasar (base value) yang merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus ini memperbandingkan kapitalisasi seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang terdaftar dalam suatu indeks. Jumlah saham yang dikeluarkan oleh emiten yang bersangkutan pada saat perhitungan indeks akan memberikan hitungan yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Semakin besar bobot suatu 48 saham, yang ditandai dengan besarnya jumlah saham yang beredar, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap pergerakan indeks. Selain itu, jumlah saham yang dikeluarkan sangat berpengaruh terhadap likuiditas suatu saham. Jadi, suatu saham yang likuid akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pasar bursa efek secara keseluruhan. Sedangkan BEI menjabarkan perhitungan IHSG nya adalah sebagai berikut: ∑Po × Qn IHSG = -------------- X 100 ∑ Po × Qn Dimana: Pn : Harga transaksi saham yang terjadi pada saat penutupan jual-beli untuk perusahaan ke-n. Qn : Banyaknya transaksi saham yang terjual pada saat itu untuk perusahaan ke-n. Po : Harga pada saat penawaran umum pada pasar perdana.