HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Sains Psikologi Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi Oleh: MUYASAROTUN SA’IDAH S. 300 120 010 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 i HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF NASKAH PUBLIKASI Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister Sains Psikologi Kekhususan Psikologi Pendidikan Oleh: MUYASAROTUN SA’IDAH S. 300 120 010 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii iii 1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PENGETAHUAN TENTANG ABK DENGAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH INKLUSIF Muyasarotun Sa’idah NIM S.300120010 Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT. This research is aimed to investigate the relationship between emotional intelligence and knowledge of special need children with the competence of teachers in inclusive schools. The hypothesis of this study is that there is a relationship between emotional intelligence and knowledge of special need children with the competence of teachers in inclusive school. This study is a quantitative correlation approach. The population was 46 teachers at the Islamic elementary school Nidaul Salatiga. The results showed that there is a significant positive relationship between emotional intelligence and competence of teachers in inclusive school indicated by the value of the correlation coefficient rx1y is 0.661 with a significance p = 0.000 <p = 0,01 and effective contribution emotional intelligence to the competencies of teachers in inclusive schools amounted to 43.831%. Theoretical knowledge of special need children proved to have no effect on the competence of teachers in inclusive schools, as indicated by the value of the correlation of rx2y is -0.166 with a significance p = 0.136> p = 0.01 and effective contribution knowledge of special need children to the competence of teachers in inclusive schools -0.231%. Teachers in SDIT Nidaul Hikmah Salatiga have a high level of competence with the empirical mean of 142,6304 higher than hypothetical mean of 120, also have a high level of emotional intelligence with the empirical mean of 94,0870 higher than the hypothetical mean of 75, while the level of knowledge about ABK was moderate with empirical mean of 11.8043 is only slightly higher than the hypothetical mean of 11,5. Competence of teachers in inclusive schools can be improved by improving the emotional intelligence and applicable knowledge of special need children that is the experience of teachers interact with children with special needs. Keywords: emotional intelligence, knowledge of special need children, the competence of teachers in inclusive schools 1 2 Permendiknas nomor 70 tahun 2009 PENDAHULUAN yaitu dengan memberikan kesemPendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras), anak-anak berkecerdasan istimewa, anak-anak yang termarjinalkan karena kurang beruntung dan tidak mampu dari segi ekonomi maupun anak- patan dan peluang kepada anak berkebutuhan homogen sehingga mereka mampu belajar pada kelas regular, sedangkan anak-anak perlu berkebutuhan sebuah desain khusus pendidikan khusus yang dapat mengakomodir kebutuhannya sehingga potensi mereka bisa dapat dikembangkan secara optimal. reguler (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas / kejuruan) terdekat. Inilah yang disebut dengan istilah Pendidikan dikan anak berkebutuhan khusus ini kebijakan penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang dijabarkan dalam UU Sisdiknas nomor 20 2003 (Mudjito, Untuk program melaksanakan inklusif ini biasanya seorang guru pendidikan khusus bekerja dengan guru pendidikan regular dari siswa yang ditunjuk, keduanya membantu memodifikasi tugas-tugas dan material tertulis dan untuk memberikan bantuan untuk kelas itu sendiri (Evertson & Emmer, 2009). mengakomodasi kebutuhan pendi- Tahun Inklusif Harizal & Elfidri, 2012). Pemerintah Indonesia dalam membuat untuk memperoleh pendidikan di sekolah anak normal. Anak-anak yang normal cenderung punya kemampuan khusus tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang mengatur tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Implementasinya dijabarkan melalui Pada realitanya pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia belum berjalan optimal disebabkan oleh beberapa kendala terutama kompetensi guru yang masih kurang. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tarmansyah (2009) pada sebuah SD Negeri di Alai Padang menunjukkan bahwa guru di sekolah inklusif belum kompeten ditunjukkan dengan tidak memiliki 3 ketrampilan dalam menangani anak berkebutuhan khusus, Sebagai salah satu sekolah belum inklusif yang ada di Salatiga, SDIT mencerminkan suasana guru yang Nidaul Hikmahpun masih menemui ramah, menggunakan banyak problema. Berdasarkan hasil dan belum observasi dan wawancara dengan mengasesmen kepala sekolah dan beberapa guru masih kurikulum regular memahami cara kemampuan anak. yang mengajar kelas regular dengan Indriawati (2013) melakukan anak ABK, ditemukan beberapa penelitian pada Guru Pendamping problema yang dihadapi oleh para Khusus guru (GPK) pada pendidikan diantaranya: kurangnya inklusif di SD Negeri se-Kecamatan ketrampilan dan pengetahuan tentang Junretno Batu kaitannya anak berkebutuhan khusus, belum dengan implementasi kebijakan bisa melakukan assesmen, kurang pemerintah dalam untuk menempatkan sabar dalam mengajar anak GPK di sekolah-sekolah inklusif, dan berkebutuhan hasilnya adalah dalam melaksanakan menggunakan kurikulum regular. khusus dan masih tugas identifikasi, merancang dan Gejala-gejala di atas menun- memberikan program yang spesifik, jukkan adanya persoalan dalam pe- memodifikasi pengajaran pendidikan ngajaran yang seharusnya dikuasai inklusif program oleh guru yang dalam terminologi pengajaran individual masih mene- pendidikan disebut dengan kompe- mui banyak problema. Diantara pro- tensi guru. dan menyusun blema-problema itu adalah kurang- Tarmansyah (2009) menye- nya kompetensi pedagogik, bias butkan kompetensi guru di sekolah pemahaman tentang konsepsi pendi- inklusif adalah memahami visi, misi dikan inklusif khususnya dalam me- dan rancang dan melaksanakan program memahami dan terampil mengenali kekhususan, keterbatasan dana ope- karakteristik rasional dan belum tersedianya alat terampil peraga dan buku pelajaran khusus diagnosis bagi ABK. pendidikan dan pengajaran; mema- tujuan pendidikan anak; mampu melaksanakan dan inklusif; evaluasi dan asesmen, bidang hami, menguasai isi materi dan te- 4 rampil praktek mengajar; memahami mencintai dan terampil menyusun perencanaan punya dan terhadap kondisi siswa. pengelolaan pembelajaran; terampil dalam pengelolaan perilaku dan interaksi sosial siswa dan anak-anak, pemahaman Secara kesabaran, yang implisit baik peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor mampu mengadakan komunikasi dan yang kemitraan kolaborasi. Namun yang setidaknya meliputi dua hal yaitu pasti guru di sekolah inklusif harus pemahaman memiliki penguasaan akan fungsi pemahaman terhadap konteks siswa. mempengaruhi kompetensi terhadap tugas dan dan tugas lebih dibandingkan dengan Berdasarkan faktor-faktor di guru pendidikan biasa dan ditambah atas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan dan tentang hubungan pengetahuan ten- tinggi. tang anak berkebutuhan khusus dan Sayangnya hal ini belum bisa di- kecerdasan emosi dengan kompe- realisasikan dalam pelaksanaan pen- tensi mengajar guru di sekolah in- didikan klusif. dedikasi, keterpanggilan kesadaran hati inklusif yang di Indonesia (Mudjito, Harizal & Elfindri, 2012). Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi kompetensi guru di sekolah inklusif menurut Zulfija, Indira & Elmira (2013) adalah pemahaman guru terhadap konteks siswa, mengenali kebutuhan anakanak berkebutuhan khusus dan bertanggung jawab pada pembentukan kualitas hasil belajar anakanak. Zulfija, Indira & Elmira (2013) juga merangkum dari banyak hasil penelitian, bahwa seorang guru yang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus harus mempunyai empati, optimisme mengajar dan tulus, LANDASAN TEORI Tarmansyah (2009) menyebutkan kompetensi guru di sekolah inklusif adalah beragam kemampuan untuk memahami visi, misi dan tujuan pendidikan inklusif dan melaksanakan tugas sesuai dengan konteks siswa. Dalam Pedoman Umum Sekolah Inklusif (Dit. PPKLK, 2010), kompetensi guru inklusif selain harus punya empat kompetensi utama guru yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, juga harus berorientasi pada tiga keutamaan utama yang 5 lain, yaitu: (1) kemampuan umum didik pada umumnya (anak normal), (general ability), (2) kemampuan sedangkan kemampuan dasar (basic dasar (3) ability) adalah kemampuan tambahan kemampuan khusus (specific ability). untuk guru reguler mendidik peserta Kompetensi pedagogis merupa- didik berkebutuhan khusus. Kemam- kan kemampuan guru dalam me- puan spesifik (specific ability) ke- ngelola pembelajaran. Kompetensi mampuan yang diperlukan oleh guru kepribadian berakhlak pembimbing khusus (guru GPK) mulia, arif dan bijaksana, mantap, untuk mendidik peserta didik ber- stabil, dewasa, jujur, mampu menjadi kebutuhan teladan (spesialis). (basic ability), dan mencakup bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif meng- khusus Adapun jenis faktor-faktor tertentu yang evaluasi kinerja sendiri, dan me- mempengaruhi tingkat kompetensi ngembangkan diri secara mandiri dan guru di sekolah inklusif adalah (1) berkelanjutan. Sementara kompetensi fleksibilitas kognitif, dan (2) keter- sosial meliputi: berkomunikasi lisan, bukaan psikologis. (Syah, 2010).. tulisan, dan atau isyarat, menggu- Kartini (2011) menyebutkan nakan teknologi komunikasi dan bahwa kompetensi guru profesional informasi secara fungsional, bergaul dipengaruhi oleh 8 faktor yaitu: (1) secara seluruh Pelatihan yang diterima oleh guru, masyarakat sekolah, bergaul secara (2) Latar belakang pendidikan guru, santun dengan mengindahkan norma (3) Supervisi akademik, (4) Kepe- serta sistem yang berlaku, dan mimpinan kepala sekolah, (5) Moti- mererapkan prinsip-prinsip persauda- vasi guru, (6) Kompensasi yang raan dan semangat kebersamaan. diterima guru, (7) Etos kerja, dan (8) Kompetensi profesional merupakan Kemampuan memanfaatkan tekno- kemampuan guru dalam menguasai logi dan komunikasi. Kartini (2011) pengetahuan bidang ilmu teknologi menyebutkan dan seni. guru profesional dipengaruhi oleh 8 efektif dengan bahwa kompetensi Kemampuan umum (general faktor yaitu: (1) Pelatihan yang ability) adalah kemampuan yang diterima oleh guru, (2) Latar bela- diperlukan untuk mendidik peserta kang pendidikan guru, (3) Supervisi 6 akademik, (4) Kepemimpinan kepala sebagai kemampuan “mendengar- sekolah, (5) Motivasi guru, (6) Kom- kan” bisikan emosi dan menja- pensasi yang diterima guru, (7) Etos dikannya sebagai sumber informasi kerja, dan (8) Kemampuan meman- maha penting untuk memahami diri faatkan teknologi dan komunikasi. sendiri dan orang lain demi mencapai Faktor-faktor yang mempen- sebuah tujuan. garuhi kompetensi guru di sekolah Sementara Salovey (dalam inklusif selain delapan faktor di atas Goleman, 2000) memperluas ke- juga dipengaruhi oleh faktor-faktor mampuan dari kecerdasan emosi lain, diantaranya adalah (1) pemaha- yang dikemukakan oleh Gardner man guru terhadap konteks siswa, (2) (1993) menjadi lima wilayah utama pengenalan yaitu: (1) mengenali emosi diri kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus, (3) tanggung (kesadaran jawab pada pembentukan kualitas emosi, (3) memotivasi diri sendiri, hasil belajar anak-anak, (4) empati, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) optimisme mengajar, (6) tulus, (5) membina hubungan. (7) mencintai anak-anak, (8) kesakan terhadap kecerdasan siswa (Zulfija, Indira & Elmira, 2013) Kecerdasan (2) mengelola Goleman (2000) menyampai- baran, (9) pemahaman yang baik kondisi diri), bahwa yang mempengaruhi emosional seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor menurut eksternal. Faktor internal ini berupa Salovey dan Mayer dalam Stein & warisan genetik, yaitu struktur otak Book (2002) adalah kemampuan emosional yang terbentuk (neokor- untuk mengenali perasaan, meraih teks). Sedangkan faktor eksternal dan membangkitkan perasaan untuk adalah pendidikan, baik di lingku- membantu ngan rumah ataupun lingkungan se- perasaan emosi pikiran, dan memahami dan kolah. Menurut Naghavi & Redzuan secara (2011) gender juga merupakan faktor membantu dari kecerdasan emosional. Semen- perkembangan emosi dan intelektual. tara Kafetsios (dalam Naghavi & Agustian (2003) memberikan definisi Redzuan, 2011) menyampaikan hasil pada kecerdasan emosional (EQ) penelitiannya mengendalikan mendalam maknanya, perasaan sehingga bahwa attachment 7 (pelekatan, hubungan) antara orang ABK sehingga guru bisa membe- tua dan anak juga berpengaruh rikan perlakuan dan pendidikan yang kepada kecerdasan emosional. Lebih tepat bagi ABK. lanjut hasil penelitian ini adalah bahwa usia kelamin dari pengetahuan adalah pengertian berpengaruh pada kecerdasan emosi. dan pemahaman. Pengertian merujuk Partisipan yang lebih tua punya pada pengetahuan individu terhadap kecerdasan emosi yang lebih tinggi suatu hal namun hal tersebut belum dan wanita punya skor yang lebih tentu mewakili atau mencerminkan tinggi pada konsepsi emosi dan keadaan yang sebenarnya. Sedang- penyimpangan dari pada laki-laki. kan pemahaman merujuk pada pe- Kata dan jenis Menurut Salam (1995), aspek pengetahuan (dalam ngetahuan individu terhadap suatu bahasa Yunani = episteme) berasal hal dan hak tersebut sudah pasti men- dari kata kerja epistamai yang berarti cerminkan kondisi yang sebenarnya mendudukkan, menempatkan atau dari objek yang bersangkutan. Se- meletakkan. Maka arti kata harfiah dangkan episteme adalah upaya intelektual (2003) aspek dari pengetahuan ini untuk menempatkan sesuatu pada meliputi 6 tingkatan yaitu: (1) tahu kedudukan yang paling tepat dan (know). Tahu di sini berhubungan sesuai (Sudarminta, 2002). Sedang- dengan kan maateri yang telah dipelajari sebe- menurut (2013), ilmu pendapat Skinner pengetahuan menurut Notoadmojo kemampuan mengingat pada lumnya. (2) memahami (compre- awalnya merupakan serangkaian pe- hension). Memahami berhubungan rilaku, ilmu pengetahuan merupakan dengan kemampuan untuk meng- suatu keinginan untuk menerima interpretasi materi secara benar dan fakta sekalipun berseberangan den- mampu menjelaskan secara benar gan keinginan. Berdasarkan pendapat tentang objek yang diketahuinya. (3) di atas, dapat disimpulkan bahwa pe- aplikasi ngetahuan guru tentang ABK berarti kemampuan pemahaman guru tentang karak- materi teristik berbagai macam ABK dan dipunyai bagaimana harus berinteraksi dengan permasalahan yang ada. (4) Analisis (application), untuk atau teori untuk merupakan menggunakan yang sudah menyelesaikan 8 (analysis), yaitu kemampuan untuk Sampel dalam penelitian ini menguraikan materi-materi yang ada berjumlah 46 guru yang terdiri dari ke dalam bagian-bagian yang lebih 25 orang guru kelas, 5 orang guru kecil, namun masih dalam suatu pendamping khusus (GPK), 2 orang kesatuan organisasi guru Bahasa Arab, 2 orang guru tersebut dan masih ada korelasinya olahraga, 4 orang guru Pendidikan satu sama lain. (5) sintesis (synth- Agama Islam (PAI), 8 orang guru esis), baca tulis Al-Qur’an (BTAQ). di struktur yaitu kemampuan untuk menyusun kembali teori yang ada Teknik pengambilan sampel kedalam bentuk yang baru. Dan (6) dalam penelitian ini menggunakan evaluasi (evaluation), yaitu kemam- metode boring sampling, dimana puan menilai suatu objek. sampel Menurut Sudarminta (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: (1) Pengalaman, (2) Ingatan, (3) Kesaksian, (4) Minat dan rasa ingin tahu, (5) Pikiran dan penalaran, (6) Bahasa, dan (7) Kebutuhan hidup manusia penelitian ini emosi dan ABK. Adapun bebas diambil mewakili jumlah populasi. Boring sampling biasanya digunakan untuk populasi yang dianggap kecil atau kurang dari seratus (Noor,2012). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan sedangkan instrumen kuesioner, penelitian dalam penelitian ini dengan meng- METODE PENELITIAN Variabel yang gunakan skala dan tes pengetahuan. dalam Skala yang digunakan dalam adalah kecerdasan penelitian ini adalah skala kecer- pengetahuan tentang dasan emosi, tes pengetahuan tentang tergan- ABK, dan skala kompetensi guru di tungnya adalah kompetensi guru di sekolah inklusif. Skala kompetensi sekolah inklusif. guru di sekolah inklusi meliputi 6 Populasi variabel adalah seluruh aspek yaitu: (1) Kompetensi pedago- subyek penelitian (Arikunto, 2010). gis (2) Kompetensi profesional (3) Populasi pada penelitian ini adalah Kompetensi sosial (4) Kompetensi seluruh guru yang mengajar di SDIT kepribadian, (5) Kemampuan umum, Nidaul Hikmah Salatiga. dan (6) Kemampuan dasar. skala 9 kecerdasan emosi menggunakan ska- ngetahuan tentang ABK yang disu- la yang disusun oleh Astuti (2013) sun berdasarkan aspek pengetahuan dengan yaitu pengertian dan pemahaman penyesuaian isi sesuai dengan kondisi guru di SDIT Nidaul Hikmah. Alat ukur kecerdasan emosi ini disusun berdasarkan aspek-aspek: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Pengetahuan tentang tentang ABK. Analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) Versi 17.0. ABK diukur dengan menggunakan tes peHASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat dirangkum pada Tabel 1. Tabel 1.Rangkuman Hasil Analisis Data. Analisis Variabel Nilai Interpretasi Hasil Kompetensi guru Koefisien R=0,661 Ada korelasi Anareg di sekolah inklusi (p=0.000;p<0,01) sangat signifikan dengan kecerdasan R2 =0,436 (43,6%) emosi dan pengetahuan tentang ABK Kecerdasan emosi Ada korelasi dengan Koofisien rx1y= 0,661 positif sangat Kompetensi guru (p=0,000; p<0,01) signifikan di sekolah inklusif Pengetahuan tentang ABK Tidak ada dengan Koofisien rx2y= -0,166 Kompetensi guru (p=0,136; p<0,01) di sekolah inklusi korelasi 10 Analisis Variabel Nilai Interpretasi Sumbang X1 dan Y SE X1 = 43,831% Sumbangan an efektif X2 dan Y SE X2 = -0,231% efektif total 43,6% Kategoris X1 Rerata Empirik = 94,0870 asi Rerata Hipotetik = 75 X2 Rerata Empirik = 11,8043 Kategori tinggi Kategori sedang Rerata Hipotetik = 11,5 Y Rerata Empirik = 142,6304 Kategori tinggi Rerata Hipotetik = 120 Hasil analisis data menya- ngan kompetensi guru di sekolah takan bahwa: 1) ada hubungan antara inklusi. kecerdasan emosi dan pengetahuan tersebut menunjukkan bahwa hipo- tentang ABK dengan kompetensi tesis yang berbunyi “ada hubungan guru di sekolah inklusif; 2) Ada hu- antara kecerdasan emosi dan penge- bungan positif yang sangat signifikan tahuan tentang ABK dengan kompe- antara kecerdasan emosi dengan tensi guru di sekolah inklusif” di- kompetensi guru di sekolah inklusi; terima. 3) Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang ABK dengan kompetensi guru di sekolah inklusi; Berdasarkan hasil analisis Berdasarkan hasil analisis korelasi antara kecerdasan emosi dan kompetensi guru di sekolah inklusi didapatkan hasil besarnya koefisien korelasi rx1y sebesar 0,661 dengan PEMBAHASAN ber- signifikansi p=0,000 (syarat p<0,01) ganda dengan menggunakan program yang ini berarti menunjukkan bahwa SPSS 17 for Windows, diperoleh ada hubungan positif yang sangat nilai koefisien korelasi R = 0,661; F signifikan antara kecerdasan emosi regresi = 16,664; p = 0,000 (p < dan kompetensi guru di sekolah 0,01). Berarti ada hubungan yang inklusi. Hasil analisis regresi signifikan antara kecerdasan emosi dan pengetahuan tentang ABK de- Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh 11 Wibowo, Ediati & Masykur (2013) (1) kesadaran diri seorang guru, yaitu yang guru kemampuan mengetahui emosi diri, dengan kecerdasan emosional yang (2) pengaturan diri, yaitu kemam- baik akan berusaha meningkatkan puan mengatur dan mengarahkan diri kemampuan melaksanakan sendiri untuk mengambil tindakan tugasnya sehingga mendorong guru yang tepat, (3) motivasi yaitu ke- untuk mungkin mampuan menuntun diri menuju sesuai sasaran, (4) empati, yaitu kemam- dengan standar kompetensi yang puan mengenali dan mengerti emosi ditetapkan. Penelitian yang dilakukan orang lain dan (5) ketrampilan sosial di yaitu mengatakan bahwa dalam semaksimal melaksanakan SMA perannya Negeri menunjukkan 2 Ngawi bahwa ini kecerdasan kemampuan dalam berhu- bungan dengan orang lain. emosi menyumbang 28,1% pada ki- Banyak faktor yang mempen- nerja guru. Penelitian senada dilaku- garuhi kecerdasan emosi seseorang, kan oleh Ahmad (2012) di SMAN I diantaranya adalah (1) Gender (2) Sungguminasa Gowa. hubungan keluarga, (3) usia dan (4) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan atau pelatihan. Menurut kecerdasan menyumbang Goleman (2000) faktor yang mem- 24,5% pada faktor pembentuk kom- pengaruhi kecerdasan emosi sese- petensi guru. Stein dan Book (2002) orang terdiri dari faktor internal yaitu menyatakan bahwa kecerdasan emosi warisan genetik berupa struktur otak mempunyai peran sekitar 15-25% emosional yang terbentuk dan faktor dalam kesuksesan kerja seseorang. eksternal yaitu pendidikan baik yang Kabupaten emosi Tugas guru yang sedemikian didapatkan di lingkungan rumah berat, terutama di sekolah inklusi maupun lingkungan sekolah. Semen- dimana berkebutuhan tara Naghavi & Redzuan (2011) khusus belajar dalam kelas yang menyatakan bahwa gender sangat sama dengan anak dengan kebutuhan berpengaruh pada kecerdasan emosi normal membutuhkan seseorang. Perempuan memiliki ke- yang tinggi. cerdasan emosi yang lebih tinggi Menurut Salovey (dalam Goleman, dibandingkan dengan laki-laki, tapi 2000) kecerdasan emosi ini meliputi bagi anak-anak kecerdasan tentulah emosi laki-laki kecerdasan emosi 12 merupakan prediktor yang lebih kuat di sekolah inklusi. Pengetahuan ten- untuk kesuksesan. Kafetsios (dalam tang ABK ini tidak berpengaruh pada Naghavi dan Redzuan, 2011) me- kompetensi guru karena pengetahuan nyatakan bahwa attachment (peleka- yang diungkap dalam skala pene- tan) antara orang tua dan anak juga litian ini adalah pengetahuan secara berpengaruh pada kecerdasan emosi. teoritis. Hasil penelitian juga meng- Secure attachment mempunyai hu- ungkap bahwa kompetensi guru di bungan pada semua sub skala (ke- SDIT tergolong tinggi meskipun cuali konsepsi emosi) dan skor pengetahuan tentang ABK tergolong keseluruhan kecerdasan emosi. Dan sedang. rejecting mempunyai bahwa kelemahan penelitian terletak hubungan positif dengan kemampuan pada skala pengetahuan yang lebih konsepsi emosi. Kafetsios (dalam menekankan pada aspek pengetahuan Naghavi & Redzuan, 2011) juga secara teoritis, namun disisi yang lain menyampaikan bahwa usia berpe- justru kelemahan tersebut menjadi- ngaruh pada kecerdasan emosi. Par- kan penulis tahu bahwa pengetahuan tisipan dengan usia yang lebih tua tentang ABK yang lebih berpengaruh mempunyai kecerdasan emosi yang terhadap kompetensi adalah penge- lebih tinggi daripada partisipan yang tahuan yang bersifat aplikatif yaitu lebih muda. pengetahuan guru yang berkaitan attachment Hasil analisis korelasi antara dengan Pada satu sisi ditemukan pengalamannya langsung variabel pengetahuan tentang ABK dalam berinteraksi dan menangani dengan kompetensi guru di sekolah anak berkebutuhan khusus. Hal ini inklusi menunjukkan koefisien rx2y sesuai dengan pendapat Sudarminta sebesar - 0,166 dengan signifikansi (2002) bahwa pengetahuan tentang p=0,136 Hal ini peserta didik dipengaruhi oleh faktor berarti bahwa tidak ada hubungan pengalaman seorang guru dalam antara pengetahuan tentang ABK berinteraksi dengan peserta didik dengan kompetensi guru di sekolah tersebut dan minat serta rasa ingin inklusif. Artinya pengetahuan ten- tahu guru tersebut terhadap peserta tang ABK ini tidak begitu ber- didik. (syarat p<0,01). pengaruh terhadap kompetensi guru 13 Dari hasil penghitungan 43,6% yang ditunjukkan dengan didapatkan koefisien determinan (R2) sebesar hasil bahwa rerata empirik variabel 0,436 yang artinya bahwa ada 56,4% kecerdasan emosi (94,0870) lebih prediktor lain yang mempengaruhi tinggi dari rerata hipotetik (75) yang kompetensi guru di sekolah inklusi, berarti bahwa guru yang menjadi bisa berupa pelatihan yang diterima responden penelitian ini memiliki guru, latar belakang pendidikan, kecerdasan emosi dengan kategori supervisi akademik, kepemimpinan tinggi. Variabel pengetahuan tentang kepala ABK mempunyai rerata empirik kompensasi yang diterima guru, etos 11,8043, sedikit lebih tinggi dari kerja rerata hipotetik 11,5 yang artinya faatkan teknologi dan komunikasi. kategorisasi bahwa variabel, responden penelitian tahuan yang bersifat teoritik memang tidak begitu dipahami responden karena tidak semua responden pernah mendapatkan pelatihan atau pendidikan tentang anak berkebutuhan khusus. Variabel kompetensi guru di inklusi memiliki empirik 142,6304 jauh rerata di atas variabel hipotetik 120, yang ini artinya bahwa responden atau motivasi kemampuan guru, meman- ini memiliki kategori sedang. Penge- sekolah sekolah, dalam penelitian ini memiliki kompetensi kategori tinggi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel kecerdasan emosi dan pengetahuan tentang ABK terhadap kompetensi guru di sekolah inklusi sebesar KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan kompetensi guru di sekolah inklusif. Hal ini berarti bahwa kecerdasan emosi dapat dijadikan prediktor kompetensi guru di sekolah inklusif. Makin tinggi kecerdasan emosi guru, maka makin tinggi kompetensi guru di sekolah inklusif. Dengan demikian, upaya kecerdasan peningkatan emosi dapat meningkatkan kompetensi guru di sekolah inklusif. 14 2. Tidak ada hubungan antara bagi kompetensi guru di sekolah pengetahuan tentang ABK dengan inklusif. Kompetensi guru di seko- kompetensi sekolah lah inklusif dapat ditingkatkan inklusif. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatkan kecerdasan pengetahuan tentang ABK tidak emosi dan pengetahuan tentang begitu ABK yang bersifat aplikatif. guru di berpengaruh kompetensi guru terhadap sekolah 4. Subyek penelitian ini yaitu guru- inklusif, namun yang menjadi guru di Sekolah Dasar Islam Ter- catatan dalam penelitian ini bahwa padu (SDIT) Nidaul Hikmah Sa- pengetahuan tentang ABK dalam latiga memiliki tingkat kompe- penelitian ini bersifat teoritis, tensi guru di sekolah inklusif kate- sehingga bisa disimpulkan bahwa gori tinggi, kecerdasan emosi ka- pengetahuan teoritis tentang ABK tegori tinggi dan pengetahuan ten- tidak begitu berpengaruh terhadap tang ABK kategori sedang. kompetensi guru di di sekolah Hasil penelitian inklusif karena banyak guru yang diharapkan mempunyai pengetahuan teoritis sumbangan pengetahuan bagi: tentang anak berkebutuhan khusus 1. Sekolah Inklusif, rendah - namun mempunyai mampu ini memberikan Terutama bagi yayasan, kepala kompetensi yang tinggi. Adapun sekolah pengetahuan yang lebih penting berwenang adalah guru. Dalam proses perekrutan yang menyangkut atau pihak dalam yang perekrutan pengalaman dalam berinteraksi guru dengan ABK. kecerdasan emosi untuk melihat 3. Ada hubungan signifikan yang antara sangat bisa diadakan tes tingkat kecerdasan emosi guru, kecerdasan karena terbukti bahwa emosi dan pengetahuan tentang kecerdasan emosi berhubungan ABK dengan kompetensi guru di positif sekolah inklusif. Hal ini berarti dengan kompetensi guru. kecerdasan emosi dan - dan sangat signifikan Untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang ABK secara guru, bersama-sama menjadi prediktor mengadakan program pelatihan, sekolah inklusif bisa 15 workshop, atau sharing yang bagaimana berinteraksi dan dapat meningkatkan kecerdasan memberikan pendidikan yang emosi guru dan pengetahuan sesuai tentang pengetahuan guru tentang ABK ABK yang bersifat aplikatif. 2. Peneliti ABK karena di sekolah ini masih tergolong yang tentang akan hubungan meneliti sedang. variabel pengetahuan Diharapkan aplikatif pengetahuan tentang ABK dan meningkat kompetensi guru juga akan meningkat. guru inklusif di sekolah diharapkan lebih memfokuskan penelitian menyempurnakan - dan Guru maka dengan yang kompetensi disarankan mempertahankan untuk kecerdasan instrumen emosinya yang sudah masuk penelitian pada aspek dalam kategori tinggi dengan pengetahuan yang bersifat selalu mengenali emosi diri dan aplikatif, bukan yang bersifat orang lain, mengelola emosi, teoritis, aspek memotivasi diri sendiri serta pengetahuan yang bersifat teoritis membina hubungan yang baik terbukti dengan orang lain. dengan karena tidak berhubungan kompetensi guru di sekolah inklusif Kepala Sekolah - Guru disarankan dengan disarankan kecerdasan mengadakan program yang dapat meningkatkan meningkatkan pengetahuan guru tentang ABK. tentang ABK untuk mempertahankan kompetensinya 3. SDIT Nidaul Hikmah - untuk mempertahankan emosinya dan pengetahuannya terutama Profesional. Power Books. DAFTAR PUSTAKA Ambarjaya, B.S. (2012). Psikologi Pendidikan & Pengajaran Teori & Praktik. Yogyakarta: CAPS Asmani, J.M. (2009). 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Astuti, Yogyakarta: S.Y. (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kompetensi Guru di Kecamatan Laweyan. Skripsi (Tidak diterbitkan). 16 Lebih Penting Daripada IQ . Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Azwar, S. (2012). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. (2010). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kemendiknas. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. (2013). Strategi Umum Pembudayaan Pendidikan Inklusif di Indonesia. Jakarta: Kemendiknas. Elisa, S.& Wrastari, A.T. (2013). “Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi ditinjau Dari Faktor Pembentuk Sikap”. Jurnal PSikologi Perkembangan dan Pendidikan. Vol. 2, No.1, Hal: 01-10 Emawati. (2008). Mengenal Lebih Jauh Sekolah Inklusi. Jurnal Pendidikan Pedagogik. Vol: 5, No.1, hal: 25-35. Evertson, C.M., Emmer, E.T. (2011). Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Goleman, D. (2000). Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Handayani, I. M.. (2013). Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus. E-Journal SosiatriSosiologi. Vol.1, No. 1 Hal 1-9 Hude, M. D. (2006). Emosi: Penjelajahan ReligioPsikologis tentang Emosi Manusia di Dalam AlQur’an. Jakarta: Penerbit Erlangga. Indriawati, P. (2013). Implementasi Kebijakan Tugas Guru Pembimbing Khusus pada Pendidikan Inklusif di SD Negeri se-Kecamatan Junrejo Batu. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol 1, No.1, Hal: 49-55. Kartini, T. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru di SMK Negeri I Losarang Kabupaten Indramayu. Tesis. FISIPUI.Tidak diterbitkan Mudjito, Harizal, Elfindri. (2013). Pendidikan Inklusif. Jakarta: Badouse Media Mulyasa, U. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya 17 Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group. Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Parkay, F. W., Stanford, B. H. (2008). Menjadi Seorang Guru. Jakarta: PT Indeks Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Salam, B. (1995). Filsafat Ilmu. Jakarta: Bina Aksara. Skinner, B.F. (2013). Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudarminta. (2002). Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Suhendro, H. (2009). Hubungan Iklim Organisasi Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru, dan Pengetahuan Teknologi Informasi Dengan Profesionalisme Guru SMK Produktif. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol.32 (No.1), 37-50 Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Suyanto. & Mudjito. (2012). Masa Depan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kemendiknas. Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Tarmansyah. (2009). Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SD Negeri 03 Alai Padang Utara Kota Padang (Studi Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah Ujicoba Sistem Pendidikan Inklusif). Pedagogi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Vol. IX, No.1 Usman, M.U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Wibowo, D.A., Ediati, A., Masykur, A.A. (2012). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kinerja Guru SMA Negeri 2 Ngawi. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Wojowasito, S. (2006). Kamus Umum Lengkap. Bandung: Penerbit Pengarang. Zulfija, M., Indira, O., Elmira, U. (2013). “The Professional Competence of Teachers in Inclusive Education”. Procedia: Social and Behavioral Sciences. 89,549 – 554, doi: 10.1016/j.sbspro.2013.08.89 2.