1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan seluruh

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan seluruh gigi merupakan suatu keadaan tanggalnya semua gigi dari
soketnya yang disebabkan karena karies, penyakit periodontal, kecelakaan, dan
penyakit sistemik. Akibat dari kehilangan seluruh gigi dapat terjadi gangguan pada
fungsi pengunyahan, fungsi sendi temporomandibula, dan psikologis yaitu estetika
dan fungsi bicara. Setiap tahunnya jumlah individu yang membutuhkan perawatan
gigitiruan penuh terus meningkat, khususnya pada lansia. Hal ini sangat berhubungan
erat dengan faktor aging seperti atrofi papila dan berkurangnya jumlah aliran saliva
pada rongga mulut. Berdasarkan World Health Organization (WHO), prevalensi
kehilangan seluruh gigi pada pasien lebih dari 65 tahun menunjukkan 58% di
Kanada, 41% Finlandia, dan 46% di Inggris. Kehilangan seluruh gigi dirawat dengan
pemasangan
gigitiruan
penuh
(GTP).
Tujuan
pemasangan
GTP
adalah
mengembalikan fungsi pengunyahan, memperbaiki estetis, memulihkan fungsi bicara,
memelihara atau mempertahankan kesehatan jaringan pendukung dan relasi rahang,
serta psikologis penderita.1,2
Pemeliharaan kebersihan GTP secara teratur dan efisien bertujuan untuk
memelihara kesehatan rongga mulut pasien dan kebersihan GTP itu sendiri. Hal
tersebut menjadi tanggung jawab dokter gigi untuk memberikan instruksi yang tepat
setelah pemasangan GTP kepada pasien. Dokter gigi harus mengajarkan pasien
tentang bagaimana cara, frekuensi, dan waktu yang tepat untuk memelihara
kebersihan GTP sehingga pasien bisa melakukannya setiap hari di rumah. Instruksi
secara lisan yang diberikan kepada pasien, sebaiknya diperkuat dengan pemberian
instruksi tertulis.3 Dikbas dkk. (2006) mengemukakan banyak pemakai gigitiruan
yang sudah mendapat instruksi tentang cara membersihkan gigitiruan, tetapi tidak
peduli akan kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya.4,5
Universitas Sumatera Utara
2
Pemeliharaan kebersihan GTP tidak hanya tanggung jawab dokter gigi tetapi
juga merupakan tanggung jawab pasien itu sendiri secara berkelanjutan. Pasien
memiliki peran utama dalam memelihara kebersihan gigitiruannya seperti
membiasakan membersihkan gigitiruan setiap hari dengan mengetahui cara,
frekuensi, dan waktu pembersihan yang benar. Beberapa faktor yang berhubungan
dengan kebersihan gigitiruan yang buruk adalah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan lama pemakaian.5 Penelitian Amjad dkk. (2010) menyatakan bahwa
kebiasaan memelihara kebersihan GTP ditemukan kurang baik pada lansia. Hal ini
dikarenakan menurunnya kemampuan fisik seiring bertambahnya usia.6,7 Penelitian
Peracini dkk. (2010) menemukan GTP yang dipakai pasien perempuan lebih bersih
daripada pasien laki-laki. Hal ini disebabkan 82% pasien perempuan lebih rajin dan
peduli membersihkan GTP daripada laki-laki.3 Menurut Amjad dkk. (2010)
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebersihan gigitiruan
dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan, tetapi tidak ditemukan hubungan yang
signifikan antara kebersihan gigitiruan dengan usia. Dalam penelitian tersebut pada
173 sampel, yang terdiri dari 90 laki-laki dan 83 perempuan, 53,33% pasien laki-laki
memakai GTP yang kotor dan 72,28% pasien perempuan memakai GTP yang cukup
bersih. Dari 112 pasien yang tidak bersekolah, 69,64% memakai GTP yang kotor.7
Bagaray dkk. (2014) mengatakan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan yang
tinggi lebih memelihara kebersihan gigitiruannya daripada pasien dengan tingkat
pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan pasien dengan tingkat pendidikan yang
tinggi lebih mementingkan faktor estetik dan peduli terhadap kebersihan
gigitiruannya.8
Selain dokter gigi dan pasien, sifat bahan basis GTP juga merupakan faktor
yang memengaruhi kebersihan gigitiruan. Bahan basis GTP yang biasa digunakan
adalah resin akrilik polimerisasi panas karena mempunyai sifat estetik dan kekuatan
relatif baik serta mudah dimanipulasi. Resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan
basis gigitiruan tidak memiliki sifat tahan terhadap abrasi terutama pada saat
pemakaian dan pembersihan, sehingga plak, kalkulus, dan deposit makanan mudah
melekat.9,10 Menurut Silva dkk. (2009), gigitiruan dengan basis resin akrilik dapat
Universitas Sumatera Utara
3
menjadi tempat berkumpulnya stain dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus
dan menyerap air, sehingga mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman
sehingga sulit dilakukan pembersihan yang optimal dan akan berpengaruh buruk
terhadap kesehatan rongga mulut si pemakai.11 Permukaan gigitiruan yang tidak
dilakukan pemolesan juga mempermudah melekatnya plak dan merupakan tempat
yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
inflamasi.12,13
Pembersihan GTP harus dilakukan secara rutin dan teratur setiap hari untuk
mencegah penumpukan plak sisa makanan. Cara pembersihan GTP dapat dibersihkan
secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya. Cara pembersihan yang tepat harus
dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan
basis gigitiruan. Bahan dan alat pembersih mekanis terdiri dari sikat gigi dan
pembersih ultrasonik. Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan
pembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.14 Patel
dkk. (2012) menyatakan bahwa menggunakan air dan sikat gigi adalah cara
pembersihan mekanis yang dilakukan oleh sebagian besar pasien.15 Parizi dkk. (2013)
menyatakan bahwa 55,1% pasien tidak menggunakan larutan pembersih rendaman.
Hal ini disebabkan sebagian besar pasien tidak menerima instruksi dari dokter gigi
sehingga kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara menggunakan
larutan pembersih rendaman.16 Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus
dilakukan bersamaan untuk kontrol plak yang lebih baik. Pasien disarankan untuk
merendam gigitiruan dalam larutan pembersih selama 15 menit setiap satu kali sehari,
selain membersihkannya dengan penyikatan.17
Frekuensi pembersihan GTP sebaiknya dilakukan minimal 2 kali sehari.
Dikbas dkk. (2006) menyatakan bahwa 70% pasien membersihkan gigitiruannya
setiap hari, tetapi hanya 25% yang melakukannya 3 kali sehari.5 Barbosa dkk. (2008)
menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari dan 62,6%
pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih.18
Waktu pembersihan yang ideal adalah setelah selesai makan GTP harus
dilepaskan dari rongga mulut dan dibersihkan. Sebelum tidur malam GTP harus
Universitas Sumatera Utara
4
dilepas dan direndam dalam larutan pembersih untuk membersihkan deposit dari
permukaannya.19 Melepas GTP pada malam hari sangat dianjurkan untuk
mengistirahatkan
jaringan
pendukung
selama
pasien
tidur
dan
mencegah
meningkatnya pertumbuhan Candida albicans pada permukaan GTP yang dapat
mengakibatkan terjadinya denture stomatitis.20
Lama pemakaian merupakan faktor predisposisi buruknya kondisi kebersihan
GTP karena adanya pembentukan koloni mikroorganisme seperti meningkatnya
pertumbuhan Candida albicans seiring lamanya pemakaian akibat dari pembersihan
GTP yang tidak dilakukan secara rutin dan teratur setiap hari.21 Pemakaian GTP
dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun akan memungkinkan terjadinya denture
stomatitis. Hal tersebut terjadi karena sifat porositas bahan basis gigitiruan yang dapat
menjadi tempat penumpukan plak serta berkembangnya koloni mikroorganisme
seiring lamanya pemakaian akibat dari rendahnya pasien membiasakan memelihara
kebersihan GTP secara rutin dan teratur setiap hari.6 Penelitian Parizi dkk. (2013)
menemukan ada hubungan signifikan antara lama pemakaian dan kebersihan GTP.
Sebanyak 41,4% pasien yang memakai GTP lebih dari 5 tahun dengan kondisi
kebersihan GTP yang buruk.16 Hal tersebut sejalan dengan Dikbas dkk. (2006) bahwa
71,42% pasien yang memakai GTP lebih dari 5 tahun ditemukan dengan kondisi
sangat kotor dan dijumpai denture stomatitis pada mukosa mulutnya.5 Compagnoni
dkk. (2007) menemukan tingginya pertumbuhan Candida albicans pada pasien lansia
yang memakai GTP dengan kondisi yang kotor. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikan antara kebersihan GTP dan meningkatnya pertumbuhan Candida
albicans.22 Meningkatnya pertumbuhan Candida albicans pada permukaan GTP
dapat memengaruhi kebersihan GTP seiring lamanya pemakaian. Kondisi kebersihan
GTP yang buruk akibat dari meningkatnya pertumbuhan Candida albicans
merupakan proses awal terjadinya denture stomatitis.19
Pasien pemakai GTP yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU dipilih sebagai populasi penelitian untuk melihat
hubungan lama pemakaian dan karakteristik pasien terhadap kebersihan gigitiruan
penuh. Alasan pemilihan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU adalah karena
Universitas Sumatera Utara
5
populasi sudah menggunakan GTP yang memenuhi standarisasi dari Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan.
1.2 Permasalahan
Setiap tahunnya jumlah individu yang membutuhkan perawatan GTP terus
meningkat, khususnya pada lansia. Pemeliharaan GTP pasca pemasangan secara
teratur dan efisien bertujuan untuk memelihara kesehatan rongga mulut pasien dan
kebersihan GTP itu sendiri. Pasien juga memiliki peran utama dalam memelihara
kebersihan gigitiruannya seperti membiasakan membersihkan gigitiruan setiap hari
dengan mengetahui cara, frekuensi, dan waktu pembersihan yang benar. Selain itu,
lama pemakaian merupakan faktor predisposisi buruknya kondisi kebersihan GTP.
Hal ini terjadi karena sifat porositas bahan basis maupun permukaan gigitiruan yang
tidak dipoles merupakan tempat yang baik untuk berkumpulnya plak serta
berkembangnya koloni mikroorganisme seperti meningkatnya pertumbuhan Candida
albicans seiring lamanya pemakaian akibat dari pembersihan GTP yang tidak
dilakukan secara rutin dan teratur setiap hari. Oleh karena itu, pemakai GTP sangat
dianjurkan untuk rajin membersihkan gigitiruannya setiap hari karena kondisi
kebersihan GTP yang buruk merupakan proses awal terjadinya denture stomatitis.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk melihat
hubungan lama pemakaian dan karakteristik pasien terhadap kebersihan gigitiruan
penuh. Populasi penelitian ini adalah pasien pemakai GTP yang dibuat oleh
mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU. Alasan pemilihan
Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU adalah karena populasi sudah menggunakan
GTP yang memenuhi standarisasi dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana distribusi lama pemakaian dan karakteristik pasien pemakai
gigitiruan penuh yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia
RSGMP FKG USU ?
Universitas Sumatera Utara
6
2. Apakah ada hubungan lama pemakaian terhadap kebersihan gigitiruan
penuh yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG
USU ?
3. Apakah ada hubungan karakteristik pasien terhadap kebersihan gigitiruan
penuh yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG
USU ?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui distribusi lama pemakaian dan karakteristik pasien
pemakai gigitiruan penuh yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU.
2. Untuk mengetahui hubungan lama pemakaian terhadap kebersihan
gigitiruan penuh yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia
RSGMP FKG USU.
3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien terhadap kebersihan
gigitiruan penuh yang dibuat oleh mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia
RSGMP FKG USU.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka
menambah wawasan keilmuan melalui penelitian.
2. Bagi masyarakat pemakai GTP diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi dan pengetahuan mengenai pemeliharaan kebersihan GTP serta dampak
dari lama pemakaian gigitiruannya.
3. Bagi mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia diharapkan dapat
memberikan instruksi kebersihan gigitiruan secara tepat baik berupa lisan (nasehat)
maupun tulisan (leaflet) pada pasien.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pemeliharaan kebersihan GTP.
Universitas Sumatera Utara
7
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan masyarakat pemakai GTP
dapat memperhatikan kebersihan gigitiruannya dan melakukan kontrol berkala.
2. Bagi dokter gigi diharapkan dapat memberikan edukasi dan instruksi yang
tepat tentang memelihara kebersihan gigitiruan penuh pada pasien setelah
pemasangan gigitiruan.
Universitas Sumatera Utara
Download