BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Tjiptono (2008:5) pemasaran kini harus dijadikan “jiwa” sehingga setiap orang dalam perusahaan adalah pemasar. Dengan demikian, pemasaran bukan hanya monopoli fungsi pemasaran, tetapi menjiwai setiap orang dalam mengambil keputusan. Menurut Kotler (2009:5) Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di masa individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. “Pemasaran merupakan proses kegiatan yang dimulai jauh sebelum barangbarang atau bahan-bahan masuk dalam proses produksi, seperti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasarnya, harga dan promosinya” Assauri (2007: 3). Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat suskes dalam persaingan adalah “berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan” Levitt (dalam Tjiptono, 2008: 19). Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen dengan cara menciptakan store atmosphere, store image dan kualitas pelayanan yang pantas (reasonable). Upaya memuaskan pelanggan sangat penting. Upaya ini memang tidak mudah. Penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit. Pemahaman terhadap kebutuhan, keinginan dan perilaku konsumen juga 21 Universitas Sumatera Utara sangat penting agar perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memuaskan pelanggannya, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya” Suryani (2008:5). 2.2 Pengertian Jasa Menurut Lovelock, et al (2010:36) jasa adalah kinerja yang menghasilkan hasil yang diinginkan atau pengalaman bagi pelanggan. Sedangkan menurut Kotler, et al dalam Tjiptono (2008:134) jasa sebagai tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Sedangkan menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2008:6) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat di tawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Dari defenisi diatas, tampak bahwa didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan merupakan barang, jasa adalah proses atau suatu aktivitas, dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud. Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2008:134) jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria, yaitu: 1. Berdasarkan Sifat Tindakan Jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat tindakan jasa (tangible actions 22 Universitas Sumatera Utara dan intangible actions), sedangkan sumbu horizontalnya adalah penerima jasa (manusia dan benda). 2. Berdasarkan Hubungan Dengan Pelanggan Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan tipe hubungan antara perusahaan jasa dan pelanggannya (hubungan keanggotaan dan tak ada hubungan formal), sedangkan sumbu horizontalnya adalah sifat penyampaian jasa (penyampaian secara berkesinambungan dan penyampaian diskret). 3. Berdasarkan Tingkat Customization dan Judgment Dalam Penyampaian Jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan tingkat customization karakteristik jasa (tinggi dan rendah), sedangkan sumbu horizontalnya adalah tingkat judgment yang diterapkan oleh contact personnel dalam memenuhi kebutuhan pelanggan industrial (tinggi dan rendah). 4. Berdasarkan Sifat Permintaan dan Penawaran Jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sejauh mana penawaran jasa menghadapi masalah sehubungan dengan terjadinya permintaan puncak (permintaan puncak dapat dipenuhi tanpa penundaan berarti dan permintaan puncak biasanya melampaui penawaran). Sedangkan sumbu horizontalnya adalah tingkat fluktuasi permintaan sepanjang waktu (tinggi dan rendah). 23 Universitas Sumatera Utara 5. Berdasarkan Metode Penyampaian Jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat interaksi antara pelanggan dan perusahaan jasa (pelanggan mendatangi perusahaan jasa, perusahaan jasa mendatangi pelanggan, serta pelanggan dan perusahaan jasa melakukan transaksi melalui surat atau media elektronik), sedangkan sumbu horizontalnya adalah ketersediaan outlet jasa (single site dan multiple sites). 2.3 Karakteristik Jasa Berdasarkan pengertian jasa yang telah diuraikan sebelumnya, produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang (produk fisik). Menurut Griffin dalam Lupiyoadi (2008:6) mengutarakan ada tiga karakteristik jasa, yaitu: 1. Tidak Berwujud (Intangibility). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai yang paling penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan atau rasa aman. 2. Unstorability. Jasa tidak mengenal persediaan penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini juga disebut tidak dapat (Inseparability) dipisahkan mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersama. 3. Customization. Jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan, sebagaimana pada jasa asuransi dan kesehatan. 24 Universitas Sumatera Utara 2.4 Kualitas Pelayanan 2.4.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan sebuah keharusan yang harus dijaga dan ditingkatkan bila sebuah perusahaan ingin tetap eksis dalam persaingan dunia bisnis. Bukan hanya karena konsumen adalah raja namun saat ini konsumen sudah semakin cerdas dalam menentukan pilihan produk/jasa mana yang akan dibeli. Kualitas dapat menjadi tolak ukur bagaiamana suatu perusahaan tetap menjadi unggul dalam menyediakan fasilitas pelayanan yang baik bagi para pelangganya secara konsisten. Menurut Zeithaml, et al (2008:64), kualitas pelayanan dapat didefeniskan sebagai „The extent of discrepancy between custumers expectation or desire and their perception”. Dari pernyataan tersebut dikemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan besarnya perbedaaan antara harapan atau keinginan konsumen yang diterima konsumen dengan tingkat persepsi mereka. Sedangkan Kotler & Keller (2009:169), mendefinsikan kualitas sebagai berikut “Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs”. Pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas adalah suat kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memenuhi atau melibih harapan. Jika jasa yang diterima melampui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal, begitu juga dengan sebaliknya 25 Universitas Sumatera Utara Pemberian pelayanan yang baik kepada para pelanggan bukan merupakan suatu hal yang mudah, mengingat banyak kendala yang akan dihadapi baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Upaya memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Menurut Kotler dalam Laksana (2008:85) pelayanan yaitu “ A service any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and doses not result in the ownership of anything, its production may or may bo be to aphysical product”. Maksudnya yaitu bahwa pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Kualitas pelayanan merupakan ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan espektasi pelanggan Lewis & Booms dalam Tjiptono, (2012: 157). Dapat dikatakan bahwa kualitas merupakan karakteristik pelayanan yang sesuai dengan standar dan faktor kunci sukses bagi suatu organisasi atau perusahaan seperti yang dikemukakan Welch (dalam Laksana (2008:88) yaitu “Quality is our best assurance of costumer allegiance, our strongest defense against foreign competition, and the only path to sustained growth and earnings” kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing dan satusatunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang baik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan adalah suatu tingkat keunggulan yang dirasakan seseorang terhadap suatu jasa yang diharapkan dari perbandingan antara keinginan dan kinerja yang dirasakan 26 Universitas Sumatera Utara konsumen setelah membeli jasa tersebut. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. 2.4.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Dalam menghadapi persaingan, ada beberapa dimensi kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi perilaku pelanggan menurut Parasuraman, et al dalam Suryani (2008:122) mengidentifikasi ada lima dimensi kualitas jasa yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa antara lain: 1. Bukti Fisik (Tangibles) ditunjukkan dari kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan kantor dan karyawan, kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan (termasuk fasilitas komunikasi), serta lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. 2. Kehandalan (Reliability) adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan dan sikap yang simpatik. 3. Daya Tanggap (Responsiveness) adalah suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan melalui penyampaian informasi yang jelas, serta didukung oleh adanya keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 27 Universitas Sumatera Utara 4. Jaminan (Assurance) adalah pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan, meliputi pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguraguan. 5. Empati (Empathy) adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. Sebagai contoh perusahaan harus mengetahui keinginan pelanggan secara spesifik dari bentuk fisik produk atau jasa sampai pendistribusian yang tepat. Dimensi-dimensi kualitas pelayanan yang telah disebutkan diatas, harus diramu dengan baik. Apabila tidak hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara perusahaan dan pelanggan karena perbedaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan. 2.4.3 Mengelola Kualitas Pelayanan Zeithaml dan Berry dalam Tjiptono (2007:262-270) mengungkapkan formulasi model kualitas jasa, yang diperlukan dalam layanan jasa. Dalam model ini dikemukakan ada lima gap yang dapat menimbulkan kegagalan dalam penjualan jasa antara lain : 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen; manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan. 28 Universitas Sumatera Utara 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa; manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak menetapkan satu kumpulan standart kinerja tertentu. 3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dan penyampaian jasa; para petugas mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau memenuhi standar atau mereka dihadapkan pada standar yang berlawanan, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan para pelanggan dan melayani mereka dengan cepat. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal; harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat para petugas perusahaan dan iklan perusahaan. 5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan; kesenjangan itu terjadi bila pelanggan memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sikap atau citra karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan berperan besar dalam menciptakan keunggulan layanan. Keunggulan seperti ini dibentuk melalui pengintegrasian empat pilar yang saling berkaitan erat kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan layanan. Untuk mencapai tingkat keunggulan layanan, setiap karyawan harus memiliki keterampilan khusus, diantaranya memahami produk/jasa secara mendalam, 29 Universitas Sumatera Utara berpenampilan rapi dan menarik, bersikap ramah dan bersahabat, menunjukkan komitmen dan responsivitas dalam melayani pelanggan, menguasai pekerjaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung, mampu berkomunikasi secara efektif, dapat memahami dengan baik bahasa isyarat pelanggan, dan mampu menangani keluhan pelanggan secara profesional. 2.5 Store Atmosphere (Suasana Toko) 2.5.1. Pengertian Store Atmosphere Kata atmosphere (atmosfer) berasal dari Bahasa Inggris yang berarti suasana. Secara umum pengertian Store Atmosphere adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang diciptakan oleh elemen fisik (exterior, general interior, store layout, interior display) dan elemen psikologi (kenyamanan, pelayanan, kebersihan, ketersediaan barang, atmosphere juga mendorong akan kreativitas, promosi, konsumen untuk teknologi). Store berbelanja yang mempengaruhi konsumen untuk datang kembali. Menurut Gilbert dalam Foster (2008:61) mendefinisikan Store atmosphere sebagai kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, Store atmosphere dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. Lingkungan pembelian yang terbentuk, melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan wangi-wangian, tersebut dirancang untuk menghasilkan pengaruh atau respon emosional dan persepsi khusus dalam diri konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian serta kemungkinan meningkatkan pembeliannya. 30 Universitas Sumatera Utara Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evan (2007:454) adalah “Atmosphere refers to the store’s physical characteristics that project an image and draw customer”. Dari defenisi tersebut dapat diartikan suasana lingkungan toko itu berdasarkan pada karakteristik fisik yang biasanya digunakan untuk membangun kesan dan menarik pelanggan. Hal tersebut juga dikemukkan oleh levy dan weitz (2012:409) : “atmosphererics refers to the design of an environment though visual communications, lighting, colors, music, and scent to stimulate costumers’ perceptual and emotional responses and ultimately affect their purchase before”. Levy dan Weitz mengemukakan bahwa rancangan dari suatu desain lingkungan mulai dari beberapa hal yaitu komunikasi visual pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi serta emosi dari pelanggan, dan akhirnya mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan pembelian Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2012:457) “atmosphere is another element in the storearsenal. Every store has a look, and a physical layout that makes it hard or easy to move around”. Store atmosphere merupakan unsur senjata lain yang dimiliki toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar-putar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan. Toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Menurut Darsono (2013:4) suasana toko adalah efek emosional secara keseluruhan yang dapat dibuat oleh fasilitas fiskal toko atau pengalaman semua 31 Universitas Sumatera Utara indera konsumen terhadap toko eceran. Toko eceran ingin mempengaruhi perasaan konsumen dengan membangun suasana toko yaitu memberikan rangsangan yang menarik terhadap kelima panca indera konsumen yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan pengecap. Sujana (2013:102) store atmosphere didefenisikan bahwa tampilan tampak luar dan dalam toko harus ditata sedemikian rupa sehingga menarik, memikat, membuat rasa ingin tahu, mengundang orang untuk datang dan berkunjung. Jika toko dilengkapi dengan pengaturan ruangan yang nyaman, penyejuk udara, dan artistik penggunaan warna cat dinding yang sejuk, semuanya menunjukkan adanya suasana toko yang berkelas. Dengan demikian Suasana Toko (Store Atmosphere) dan lokasi yang tepat dapat menjadi sarana komunikasi yang positif, menguntungkan dan memperbesar peluang untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan dapat diketahui bahwa store atmosphere (suasana toko) merupakan penataan toko yang dilakukan sedemikian rupa untuk menciptakan efek emosional secara menyeluruh yang dirasakan konsumen melalui panca indera sehingga dapat menarik konsumen untuk datang dan akhirnya melakukan keputusan pembelian. Menurut Sujana (2013:102) Aspek interior (ruangan dalam toko) yang mempengaruhi suasana penjualan terdiri dari beberapa faktor yaitu: a. Lighting (pencahayaan) Pencahayaan (lighting) berperan dalam meng-highlight merchandise, display barang menjadi menonjol dengan pencahayaan yang terang. Lighting menciptakan 32 Universitas Sumatera Utara mood, suasana romantik dengan down light yang temaram. Down light pada drop ceiling menciptakan kesan elegan. Secara keseluruhan, lighting sangat mempengaruhi suasana dalam toko. b. Color (pewarnaan) Kombinasi warna cat dinding, ceiling dan lain-lain dalam toko dapat menambah kesan tertentu secara termatik (enhance image). Warna juga bersifat creating the mood, merangsang hasrat, keinginan, membuat rasa nyaman. Hot dan warm color (merah, kuning, oranye, hijau muda) bersifat attractive (menarik perhatian) dan heart beating (menyemangati). Sementara itu, cool color (hitam, coklat, grey/abu-abu) bersifat elegan, tenang (peaceful). c. Musik Alunan musik yang lembut, seperti Kenny G. Atau Kitaro yang tenang, nyaman didalam toko akan terasa kontras dengan suasana panas terik di luar sehingga membuat orang betah dan nyaman berada dalam toko dan berbelanja. Intinya musik di dalam toko berperan sebagai creating positive feeling, menambah suasana yang positif. d. Scent (wangi/aroma) Selain karena penerangan, warna dinding/ceiling dan alunan musik, suasana nyaman juga terbangun dari room-scent, wewangi/keharuman di dalam toko. Kita hendaknya ekstra hati-hati dengan aroma/room-scent ini karena sangat bersifat menyentuh emosi, bersifat impulsif. Harus diusahakan memasang airfreshener dengan wangi yang netral, tidak menyengat, dan intensitas sedang. 33 Universitas Sumatera Utara 2.5.2 Tujuan dan Dampak Store atmosphere Menurut Lamb Hair dan McDaniel dalam Cahyani (2014:40) tujuan dari Store atmosphere (suasana toko) adalah sebagai berikut: 1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen. 2. Tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku berbelanja. Dampak dari Store atmosphere (suasana toko) terhadap emosi konsumen ditunjukkan dengan perilaku tertentu. Dampak suasana toko yang diungkapkan dengan perilaku tertentu, yaitu: 1. Senang (pleasure), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa senang, suka cita, atau puas di dalam toko. Penentu yang sangat kuat dari perilaku pendekatan penghindaran di dalam toko, termasuk didalamnya perilaku berbelanja. 2. Bergairah (arousal), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa meluapluap, waspada, aktif di dalam toko. Dapat meningkatkan lamanya waktu yang diluangkan di dalam toko serta keinginan untuk berinteraksi dengan pramuniaga. Rangsangan yang menyebabkan kegairahan pertama-tama adalah kenyamanan, pencahayaan yang terang dan musik yang mengalun. 3. Menguasai (dominance), mengacu pada sejauh mana konsumen merasa dikontrol atau bebas berbuat sesuatu di dalam toko. 34 Universitas Sumatera Utara 2.5.3 Elemen Store Atmosphere Menurut Berman dan Evan dalam Noviawaty dan Yuliandi (2014:57) Store atmosphere (suasana toko) terdiri dari empat elemen yaitu: 1. Exterior Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko. Elemen-elemen exterior ini terdiri dari: a. Store front (bagian depan toko) Bagian depan toko meliputi kombinasi dari marquee (papan nama), pintu masuk dan konstruksi gedung. Store front harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan, atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. b. Marquee (papan nama) Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf atau penggunaan lampu neon dan dapat terdiri daari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. c. Entrances (pintu masuk) Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan mengurangi lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan: 1) Jumlah pintu masuk; 2) Jenis pintu masuk yang akan digunakan; 3) Lebar pintu masuk; 35 Universitas Sumatera Utara d. Height and size of building (tinggi dan luasnya bangunan), dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut. e. Uniqueness (keunikan), Dapat dicapai melalui desain toko yang lain dari pada yang lain. f. Surrounding Store (lingkungan sekitar), citra toko dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat dimana toko itu berada. g. Parking (tempat parkir), tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. 2. General Interior, elemen penataan general interior penting karena posisi inilah biasanya pengambilan keputusan untuk membeli diambil sehingga akan mempengaruhi jumlah penjualan. Penataan yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan pembelian. Elemen-elemen general interior terdiri dari: a. Flooring (tata letak toko); b. Colors and lighting (pewarnaan dan pencahayaan) c. Fixtures (peralatan penunjang) d. Temperature (suhu udara) e. Width of aisies (jarak antara rak) f. Dead areas, Dead area merupakan ruangan di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. g. Personal Karyawan h. Merchandise 36 Universitas Sumatera Utara i. Prices (Label harga) j. Cash register (kasir) k. Technology / modernization l. Cleanliness (Kebersihan) 3. Store layout (penataan toko) Store layout adalah salah satu elemen penting yang ada dalam faktor suasana toko, karena dengan melakukan store layout yang benar, seorang pengusaha ritel mendapatkan perilaku konsumen yang diharapkan. Seorang pengusaha ritel harus dapat melakukan penataan toko dengan baik dan benar, supaya tujuan konsumen tercapai. Elemen-elemen Store layout adalah sebagai berikut: a. Allocation of Floor (alokasi lantai ruangan), dalam suatu toko ruangan yang ada harus dialokasikan untuk: 1) Selling Space (ruangan untuk penjualan). 2) Merchandise (ruangan untuk barang dagangan). 3) Personnel Space (ruangan untuk karyawan). 4) Customer Space (ruangan untuk pelanggan). b. Product Groupings (pengelompokan produk), barang yang dipajang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Functional product groupings (pengelompokan produk fungsional); 2) Purchase motivation product groupings (pengelompokan produk berdasarkan motivasi pembelian). 3) Market segment product groupings (pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar). 37 Universitas Sumatera Utara 4) Storability product groupings (pengelompokan produk berdasarkan penyimpanan). c. Traffic Flow (pola arus lalu lintas), dibagi menjadi dua dasar yaitu: 1) Straight/gridiron Traffic Flow (arus lalu lintas lurus). 2) Curving/free flow Traffic Flow (arus lalu lintas membelok) 3) Interior (Point of Purchase) Display Setiap jenis point of purchase display menyediakan pelanggan informasi, menambah suasana toko dan melayani promosi. Tujuan utamanya adalah meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut. Interior display terdiri dari: a) Assortment display, Menyajikan barang-barang dagangan secara campuran atau bermacam-macam barang untuk pelanggan. b) Theme-setting display, Display ini menyesuaikan dengan lingkungan/musiman. c) Ensemble display, Display ini cukup populer pada akhir-akhir ini, yaitu dengan melakukan pengelompokan dan memajang dalam kategori terpisah. d) Rack and cases display, Biasanya digunakan untuk penjual pakaian, perlengkapan rumah dan lainnya. e) Posters, signs, and cards display, Tanda-tanda yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang lokasi barang di dalam toko. Menurut Ma‟ruf (2005:202) tantangan terbesar dari toko adalah bagaimana mengelola suasana (atmosphere) dalam toko sedemikian rupa sehingga tujuan 38 Universitas Sumatera Utara meningkatkan kunjungan pelanggan tercapai, penjualan bertambah dan citra positif terbangun. 2.6 Store Image (Citra Toko) 2.6.1 Pengertian Store Image Kotler (2007:172) mendefinisikan store image sebagai “seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek”. Store image merupakan persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya, oleh karena itu bagi perusahaan memiliki citra yang baik adalah sangat penting. citra toko dianggap sebagai salah satu aset yang berharga bagi sebuah usaha, citra toko yang baik dapat dibangun dengan konsep, konsep yang baik sebuah perusahaan dapat melengkapkan identitas yang baik pula dan pada akhirnya dapat mengarahkan kepada kesadaran konsumen yang tinggi mengenai citra dari toko tersebut. Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008:138), mengemukakan bahwa citra toko adalah kepribadian sebuah toko, atau image toko menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Sementara bagi pelanggan, citra toko merupakan sikap individu dari toko tersebut. Citra atau image toko dipengaruhi oleh periklanan yang dilakukan, pelayanan, kesenangan, layout toko, dan personil toko, sebagaimana halnya dengan kualitas, harga, keragaman, dan kedalaman barang dagangan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Schiffman dan Kanuk (2008 :67) manyatakan bahwa toko-toko atau gerai mempunyai citra toko atau perusahaan itu sendiri yang membantu mempengaruhi kualitas yang dirasakan dan keputusan 39 Universitas Sumatera Utara konsumen mengenai pembelian produk. Konsumen cenderung berbelanja di tokotoko yang sesuai dengan image yang dibangunnya, dan peritel dianggap berhasil menyampaikan citra tokonya jika terdapat kesesuaian antara citra yang dibangun dengan kesan yang ada pada konsumen sasarannya. Pengertian lain menurut Utami (2010: 270). “Store image adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masingmasing bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen”. Dengan pengertian tersebut store image terbentuk dari fungsi multiatribut yang saling berhubungan satu sama lain dengan bobot masing-masing. Menurut Darsono (2013:3) citra toko adalah kepribadian toko tersebut. Bagaimana pandangan konsumen dan apa yang konsumen rasakan terhadap toko tersebut. Citra toko menampilkan kepada konsumen gambaran kesatuan toko eceran itu. Citra toko merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menarik minat dan menghasilkan kepuasan konsumen. Loudon dan Bitta dalam Subagio dan Soebagyo (2014:2) berpendapat, “Store image is a complex of tangible or functional factors and intangible or psychological factors that a consumer perceives to be present in a store”. Citra toko adalah gabungan antara faktor fisik dan faktor non fisik yang dapat diterima dan dirasakan bagi konsumen pada suatu toko. Melalui definisi-definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa store image merupakan segala aspek yang ada didalam toko yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian saat berbelanja. 40 Universitas Sumatera Utara 2.6.2. Komponen Store Image Menurut Berman dan Evans dalam Foster (2008:51) menyatakan bahwa komponen yang dapat dijadikan dasar konsumen dalam berbelanja di toko ritel yaitu dijelaskan sebagai berikut : 1. Lokasi toko Menurut Kotler dalam (Foster, 2008:51), “Retailing are accustomed to saying that the three keys to success are location, location, and location”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tiga kunci sukses bagi pedagang eceran adalah lokasi, lokasi dan lokasi. Hal ini mengisyaratkan arti bahwa betapa pentingnya keputusan konsumen mengenai lokasi bagi usaha eceran. Lokasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis konsumen yang akan tertarik untuk datang ke lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang ada, serta kapasitas parkir yang cukup memadai bagi konsumen. 2. Produk yang dijual peritel dalam gerainya atau disebut dengan merchandise. Citra toko dapat dibangun berdasarkan karakteristik barang dagangan yang dipajang atau ditawarkan untuk dibeli oleh pelanggan. Merchandising merupakan perencanaan dan pengendalian dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pengecer. Menurut Kotler (dalam Foster, 2008:55) Pedagang eceran harus memutuskan ragam produk dan perolehan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ragam produk pedagang eceran harus sesuai dengan harapan belanja pasar sasarannya, komponen ini merupakan komponen kunci dalam persaingan di antara pedagang eceran 41 Universitas Sumatera Utara sejenis. Pedagang eceran harus memutusakn keluasan dan keragaman ragam produk 3. Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang Buchari (2007:169). Tingkat harga pada suatu toko dapat mempengaruhi cara berpikir konsumen terhadap unsur-unsur lain dari bauran ritel. Dalam penetapan dibutuhkan perhatian dan perhitungan yang jeli karena penetapan harga yang tinggi akan menyebabkan konsumen beralih ke toko yang lain yang menjual barang yang sejenis dengan harga yang lebih murah. 4. Pelayanan. Menurut Utami (2010:88) pelayanan merupakan suatu keinginan konsumen untuk dilayani dan pelayanan produk yang akan dibeli konsumen. Pelayanan didefinisikan sebagai aktivitas, manfaat, kepuasan dari sesuatu yang ditawarkan dalam penjualan. Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melayani keinginan konsumen yang berhubungan dengan penjualan produk yang akan dibeli konsumen. 5. Fasilitas fisik. Fasilitas toko merupakan faktor penentu dalam mendominasi pangsa pasar yang diinginkan oleh perusahaan, karena penguasaan pasar yang dapat dicapai apabila perusahaan mendapat kedudukan yang baik sehingga dapat menciptakan citra perusahaan bagi para konsumennya (Utami, 2012:89). Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli ditoko tersebut. Menurut Subagio dan Soebagyo (2014:2) Alat Ukur Store Image terbagi lima, yaitu: 42 Universitas Sumatera Utara 1. Physical Facilities Struktur fisik yang merupakan komponen utama dalam membentuk store image dan dalam membantu toko yang menjual produk atau jasa yang ditawarkan. Atribut layanan yang termasuk dalam komponen ini adalah: tempat parkir, penampilan karyawan yang menarik, dan pewarnaan ruang yang menarik. Atribut ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk memberikan daya tarik sehingga bisa mendorong kenginan membeli konsumen 2. Merchandise Merupakan barang-barang yang dijual. Konsumen akan memiliki image yang baik terhdap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, pihak pengelola perlu untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen. Termasuk dari atribut ini adalah kualitas barang yang dijual banyak sehingga menjadi daya tarik bagi konsumen. 3. Price Adalah harga yang dibayarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang diinginkan konsumen. Harga juga mencerminkan kualitas produk yang dijual. Adapun termasuk atribut dalam harga adalah kekompetitifan harga, keterjangkauan harga (harga murah), dan adanya diskon harga. Melalui penetapan harga yang menarik memungkinkan mampu memberikan daya tarik bagi konsumen. 4. Promotion Adalah alat komunikasi untuk menghubungkan keinginan pihak perusahaan dengan konsumen dengan cara memberitahukan, mempengaruhi, dan juga 43 Universitas Sumatera Utara mengingatkan konsumennya agar mau membeli produk yang dijual. Termasuk dalam atribut promosi ini adalah daya tarik informasi melalui selebaran dan poster. 5. Service Merupakan atribut yang berkaitan dengan layanan yang ditawarkan kepada konsumen bersama-sama dengan produk yang dijual. Dalam melakukan layanan kepada pembeli maka proses interktif antara penjual dan pembeli berperan sehingga penjual dapat terus meningkatkan layananya. Termasuk dalam atribut ini adalah jam buka toko yang lebih lama, layanan pengiriman, penanganan keluhan pelanggan, pembayaran melalui kartu kredit dan debit, penyediaan fasilitas kamar kecil yang bersih Sedangkan menurut Ma‟ruf (2005:182) citra toko terbagi atas beberapa unsur, antara lain: 1. Merchendise: a. Harga b. Kualitas c. Keragaman Kategori d. Ketersediaan item (warna, ukuran, jenis) 2. Lokasi yang mudah dijangkau, aman dan berada dalam suatu pusat perbelanjaan atau dekat dengan gaerai-gerai ritel lainnya. 3. Mengutamakan pelayanan pada segmen tertentu yang sesuai dengan karakteristik demografi calon pembeli: a. kebanyakan pembeli adalah remaja dan dewasa muda 44 Universitas Sumatera Utara b. kebanyakan pembeli adalah keluarga c. kebanyakan pembeli adalah ibu rumah tangga kalangan tertentu. 4. Pelayanan: a. Pilihan cara bayar b. Tersedianya food corner c. Jasa antar ke rumah untuk produk tertentu (seperti kulkas) d. Katalog yang dikirimkan ke rumah 5. Pramuniaga/Staf/Kasir a. Perilaku dalam melayani (ramah, sopan, sigap, efisien) b. Pengetahuan produk c. Jumlah tenaga yang memadai 6. Citra kepribadian perusahaan atau toko: a. Tulus b. Menarik c. Berkompeten d. Canggih e. Lengkap/Serba ada 7. Fasilitas: a. Gift wrapping b. Food court c. Toilet d. Parkir e. Pelayanan antar kerumah 45 Universitas Sumatera Utara 8. Store Ambience: a. Dekorasi eksterior yang modern, anggun, menarik b. Dekorasi interior yang memikat c. Atmosfer yang membuat betah berlama-lama (tata warna, musik, pencahayaan) d. Sirkulasi dalam toko yang memudahkan bergerak e. Penataan Merchandise yang memudahkan pencarian f. Display yang menarik 9. Promosi: a. Secara teratur melakukan promosi hadiah barang b. Mengadakan penjualan dengan diskon (sale) c. Even khusus d. Program kupon e. Program undian berhadiah Menurut Darsono (2013:3) citra toko menampilkan kepada konsumen gambaran kesatuan toko eceran itu. Citra toko merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menarik minat dan menghasilkan kepuasan konsumen. Toko eceran dapat menggunakan hal-hal yang kasat mata sebagai faktor kunci untuk membangun citra toko, yaitu: a. Pengaruh eksternal. Secara eksternal, lokasi toko, desain arsitekturnya, toko tampak muka, penempatan tanda-tanda, pintu masuk, dan pajangan di jendela berkontribusi 46 Universitas Sumatera Utara untuk membentuk citra toko. Kesan pertama konsumen sangatlah penting dalam dunia persaingan toko eceran yang semakin ketat dan berat. b. Pengaruh internal Secara internal, sebagian citra toko dapat dibentuk dengan penggunaan ukuran, bentuk dan warna yang bervariasi, tata ruang dan lorong, pengaturan pajangan toko, pencahayaan toko, penggunaan tanda-tanda dalam toko. 2.7 Perilaku Konsumen Menurut Hawkins dkk dan Suryani (2008:6) perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat. Menurut Keller (2009: 166) perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta dalam Suryani (2008:7) bahwa perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa. Menurut Keller (2009: 166) Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Faktor budaya memberikan pengaruh yang paling luas dan dalam. 47 Universitas Sumatera Utara a. Faktor Budaya Kelas budaya, subbudaya, dan sosial sangat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Budaya (culture) adalah cerminan dasar keinginan dan perilaku seseorang melalui keluarga dan institusi lainnya. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya (subculture) yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Kelas sosial memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1. Orang-orang yang berada dalam masing-masing kelas cenderung mempunyai kemiripan dalam cara berpakaian, pola bicara, dan preferensi reaksional dibandingkan orang dari kelas sosial yang berbeda. 2. Orang dianggap menduduki posisi lebih rendah atau lebih tinggi menurut kelas sosial. 3. Kelompok variabel, misalnya pekerjaan, penghasilan, kekayaan, pendidikan, dan orientasi nilai mengindikasikan kelas sosial, alih-alih variabel tunggal. 4. Kelas sosial seseorang dalam tangga kelas sosial dapat bergerak naik atau turun sepanjang hidup mereka. Seberapa mudah dan seberapa jauh gerakannya tergantung pada seberapa kaku stratifikasi sosial itu. b. Faktor Sosial Faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok referensi seseorang adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. 48 Universitas Sumatera Utara Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga mempresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. Peran dan status adalah posisi seseorang dalam tiap kelompok dimana ia menjadi anggota berdasarkan peran dan status. Orang memilih produk yang mencerminkan dan mengkomunikasikan peran mereka serta status aktual atau status yang diinginkan dalam masyarakat. Pemasar harus menyadari potensi simbol status dari produk dan merek. c. Faktor Pribadi Faktor pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Usia dan tahap siklus hidup, selera kita dalam makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia kita. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah, usia, serta jenis kelamin orang dalam rumah tangga pada satu waktu tertentu. Selain itu tahap siklus hidup psikologis bisa menjadi masalah. Orang dewasa mengalami “perjalanan” atau “transformasi” tertentu sepanjang hidupnya. Tetapi perilaku yang diperlihatkan seseorang ketika mereka melalui perjalanan ini, misalnya menjadi orangtua, tidak selalu tetap dan berubah sepanjang waktu. Pekerjaan dan ekonomi mempengaruhi pola konsumsi. Pekerja kerah biru akan membeli baju kerja, sepatu kerja, dan kotak makanan. Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, stabilitas, dan pola waktu), tabungan dan asset (termasuk persentase asset likuid), utang, kekuatan pinjaman, dan sikap terhadap pengeluaran dan tabungan. 49 Universitas Sumatera Utara Kepribadian dan konsep diri, kepribadian adalah sekumpulan sifat psikologis manusia yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan lingkungan (termasuk perilaku pembelian). Konsumen sering memilih dan menggunakan merek yang mempunyai kepribadian merek yang konsisten dengan konsep diri mereka sendiri (cara kita memandang diri sendiri) atau bahkan berdasarkan konsep diri orang lain (cara pandang orang lain terhadap kita). Gaya hidup dan nilai, orang-orang dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. 2.8 Keputusan Pembelian 2.8.1 Pengertian Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Kotler (2009:184) mendefinisikan keputusan pembelian konsumen yaitu keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Keputusan pembelian sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting untuk dipahami pasar. Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Suryani, 2008: 15) Keputusan pembelian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Pengertian lain tentang Keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485), keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkatan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan. Setiap 50 Universitas Sumatera Utara konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, pengguanan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Dengan demikian pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya. Dalam mempelajari keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar harus melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan membuat suatu ketetapan bagaimana konsumen membuat keputusan pembeliannya. 2.8.2. Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2012:188) mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahapan. Proses pembelian konsumen tersebut antara lain: 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang. 2. Pencarian Informasi Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih representative terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya, seseorang dapat memasuki „pencarian informasi aktif‟, seperti mencari bahan bacaan, menelepon teman, melakukan kegiatan online dan mengunjungi toko untuk 51 Universitas Sumatera Utara mempelajari produk tersebut. Sumber informasi utama dimana konsumen dibagi menjadi empat kelompok: a. Pribadi, yaitu keluarga, teman, tetangga, rekan. b. Komersial, yaitu iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan. c. Publik, yaitu media massa, organisasi pemeringkat konsumen. d. Eksperimental, yaitu penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk. 3. Evaluasi Alternatif Beberapa konsep dasar yang akan membantu konsumen dalam memahami proses evaluasi : pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari produk tersebut. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan ini. 4. Keputusan Membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk rujukan antar merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima sub keputusan; merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. 5. Perilaku Pasca Pembelian Secara umum, apabila individu merasakan ketertarikan dan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan setelah melakukan pembelian. Kebutuhan, biasanya mereka akan terus mengingat hal tersebut. Perilaku pasca pembelian meliputi 52 Universitas Sumatera Utara kepuasan pasca pembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian dan pembuangan produk pasca pembelian. a. Kepuasan Pasca Pembelian Kepuasan membeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan membeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa, jika kinerja ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan membeli produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut kepada orang lain. Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan informasi-informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. b. Tindakan Pasca Pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas akan berperilaku sebaliknya. c. Pemakaian dan Pembuangan Produk Pasca Pembelian Jika konsumen menyimpan produk ke dalam lemari, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan, dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar. Jika 53 Universitas Sumatera Utara konsumen menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan baru akan menurun. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, lingkungan social dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas. Kreativitas dalam konsep bisnis dapat menguatkan persepsi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Apabila konsep tersebut dikemas dengan kreativitas dan inovasi yang menarik serta dukungan interior dan exterior display yang tepat, desain bangunan yang menarik, pemilihan warna dan pencahayaan yang tepat, maka akan menciptakan suasana yang tidak hanya akan memberikan nilai tambah dari produk yang dijual, tetapi juga dapat menarik perhatian konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. 2.8.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Menurut Suryani (2008:11) Ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya akan menentukan respon konsumen, yaitu: 1. Konsumen itu sendiri, ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi, sikap, dan karakteristik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup dan kepribadian konsumen. 54 Universitas Sumatera Utara 2. Pengaruh lingkungan yang terdiri atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group dan situasi lain yang menentukan. Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya Tjiptono (2008: 20). Menurut Kotler, et al dalam Tjiptono (2008:20) ada lima peranan yang dapat dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yaitu: a. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu. b. Pemberi pengaruh (influencer) yaitu orang yang pandangan, nasihat, pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian. c. Pengambilan keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian, misalnya apakah jadi pembeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya. d. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian aktual (nyata). e. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang atau jasa yang dibeli. Dengan demikian dalam proses pengambilan keputusan ada dua tahapan proses yang dilakukan, yakni: 1. Pengakuan adanya kebutuhan (konsumen merasakan adanya kebutuhan) 2. Usaha pencarian informasi sebelum membeli dan penilaian terhadap alternatif. Proses tersebut dipengaruhi oleh usaha-usaha dari pemasaran perusahaan dan lingkungan sosio-kultural serta kondisi psikologis konsumen Suryani (2008: 16). 55 Universitas Sumatera Utara Faktor eksternal yang dapat menjadi input dan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh pemasar melalui strategi dan bauran pemasaran dan faktor eksternal yang berupa lingkungan sosial budaya seperti keluarga, kelas sosial, sumber-sumber informal dan komersial, budaya sub budaya. 2.9 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Jurnal Penelitian Variabel 1 Santosa, Gilang, Immanuel Adimas (2014) “Analisis Pengaruh Store Atmosphere dan Kualitas Layanan Toko Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Toko Buku Toga Mas Bangkong Semarang”. Store Atmosphere (X1), Kualitas Layanan Toko (X2), Minat Beli Konsumen (Y) 2 Aliyan, Muhamma Ivan, Farida Naili, Sari Listyorini (2013) “Pengaruh Citra Toko dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Melalui Kepuasan Pelanggan (Studi Pada Konsumen Toko Buku Gunung Agung Cirebon Mall )” 3 Darsono (2013) “Analisis Pengaruh Citra Toko, Kualitas Toko dan Barang Sarana Pendukung Terhadap Keputusan Pembelian Pada Toko Buku Gramedia Semarang”. Citra Toko (X1), Kualitas Pelayanan (X2), Kepuasan Pelanggan (Y1), Keputusan Pembelian Ulang (Y2) Citra Toko (X1), Kualitas Toko dan Barang (X2), Sarana Pendukung (X3), Keputusan Pembelian (Y). Metode Penelitian Analisis Regresi Linier Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regeresi Berganda Hasil Penelitian Hasil regresi menunjukkan secara simultan store atmosphere dan kualitas layanan toko memengaruhi minat beli. Besarnya koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,493. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Citra Toko (X1) dan Kualitas Pelayanan (X2) berpengaruh secara simultan dan parsial mempengaruhi kepuasan pelanggan (Y1), Keputusan Pembelian Ulang (Y2) Secara parsial (Uji T) variabel citra toko (0,021), kualitas toko dan barang (0,000), sarana pendukung (0,034) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 56 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Lanjutan No Peneliti Jurnal Penelitian Variabel 4 Wibowo Sarwo Eddy, Ruswanti, Januarko (2013) “Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Terhadap Niat Pembelian Ulang Pada Toko Buku Gramedia Yogyakarta”. 5 Hayati, Nur (2011) “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Intensi Pembelian Ulang Di Toko Buku Gramedia Merdeka Bandung”. Persepsi Kualitas Pelayanan (X1), Kepuasan Pelanggan (X2), Niat Pembelian Ulang(Y) Tangible (X1), Reliability (X2), Responsivenes s (X3), Assurance (X4), Empathy (X5), Intensi Pembelian Ulang (Y) Metode Penelitian Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian Hasil uji F menunjukkan bahwa dimensi kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan secara bersamasama (serentak) berpengaruh terhadap niat pembelian ulang. Analisis Regresi Linear Berganda Hasil uji T menunjukkan bahwa dimensi kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap intensi pembelian pada Toko Buku Gramedia Merdeka Bandung kecuali pada dimensi pelayanan Responsivess berpengaruh negatif dengan tingkat probabilitas sig 0,015<0,05. 6 Maretha, “Pengaruh Store Store Analisis Secara parsial (uji T) Store Vitta, Atmosphere dan Store Atmosphere Linear Atmosphere dan Store Kuncoro Image Terhadap (X1), Store Berganda Image memiliki pengaruh Engkos Keputusan Pembelian Image (X2), yang signifikan terhadap Achmad Konsumen Pada Toko Keputusan keputusan pembelian (2011) Buku Gramedia Pembelian konsumen pada Toko Buku Pondok Indah”. (Y) Gramedia Pondok Indah. Secara Simultan (uji F) secara bersama-sama Store Atmosphere dan Store Image berpengaruh positif sebesar 78.6%. 7 Muslim, “Analisis Pengaruh Merchandise Analisis Secara simultan variabel Muhamm Merchandise, Promosi, (X1), Promosi Regresi independen yaitu ad Atmosfir Dalam Gerai, (X2), Atmosfir Linear merchandise (X1), promosi Ikhwanud Pelayanan Ritel dan dalam Gerai ( Berganda (X2), atmosfir dalam gerai din Harga Terhadap X3), Pelayanan (X3), (2011) Keputusan Pembelian Ritel (X4), pelayanan ritel (X4), dan pada Toko Buku Harga (X5), harga (X5) berpengaruh Gramedia Pandanaran Keputusan positif terhadap variabel Kota Semarang”. Pembelian (Y) dependen keputusan pembelian (Y). Sumber: Mardhikasari (2014), Noviawaty (2014), Santosa (2014), Soebagyo dan Subagio (2014), Darsono (2013), Muslim (2011). 57 Universitas Sumatera Utara 2.10 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesa yang tentang hubungan antar variable yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Sintesa tentang hubungan variable tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Store atmosphere, store image dan kualitas pelayanan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Dalam penelitian ini, keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut adalah penjelasan hubungan keterkaitan antara variabel independent dengan variabel dependent. 1. Hubungan Store Atmosphere dengan Keputusan Pembelian Menarik konsumen untuk melakukan pembelian juga dapat dilakukan dengan cara memberikan atmosphere yang menyenangkan bagi konsumen pada saat di dalam toko, karena konsumen yang merasa senang diharapkan akan melakukan pembelian. Store atmosphere (suasana toko) yang nyaman dan menyenangkan bagi konsumen untuk berbelanja yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Karakteristik fisik dan pengaruh yang mengelilingi suatu bisnis ritel yang dapat menimbulkan citra dalam usaha untuk menarik konsumen, seperti menciptakan pencahayaan dan penataan yang menarik untuk menciptakan suasana yang pas untuk pengunjung toko. 2. Hubungan Store Image dengan Keputusan Pembelian Citra toko mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Ketika konsumen tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang produk dan merek, maka konsumen akan menggunakan citra 58 Universitas Sumatera Utara sebagai dasar untuk memilih produk. Citra toko (store image) yang baik dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan untuk bertahan terhadap persaingan dalam membentuk pelanggan yang tidak hanya sampai tahap melakukan pembelian bahkan bisa membuat pelanggan loyal terhadap produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. 3. Hubungan Bukti Fisik dengan Keputusan Pembelian Karena suatu bentuk jasa tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium dan tidak bisa diraba maka aspek wujud fisik menjadi penting sebagai ukuran dari pelayanan. Pelanggan akan menggunakan indera penglihatan untuk menilai suatu kulitas pelayanan. Bukti fisik yang baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek ini juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan. Karena dengan bukti fisik yang baik maka harapan konsumen menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek wujud fisik yang paling tepat yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. 4. Hubungan Kehandalan (Reliability) dengan Keputusan Pembelian Semakin baik persepsi pelanggan terhadap kehandalan (Reliability) suatu produk ataupun jasa maka keputusan pembelian terhadap suatu produk atau jasa tersebut akan semakin tinggi. Jika persepsi pelanggan akan kehandalan (Reliability) suatu produk atau jasa buruk maka keputusan untuk membeli juga akan semakin rendah. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan 59 Universitas Sumatera Utara tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. Pemenuhan janji dalam pelayanan akan mencerminkan kredibilitas perusahaan. 5. Hubungan Daya Tanggap (Responsiveness) dengan Keputusan Pembelian Respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi serta penanganan keluhan pelanggan. Berdasarkan banyak studi yang dilakukan, ada satu hal yang membuat pelanggan kecewa, yaitu pelanggan sering diping-pong saat membutuhkan informasi. Dari staf yang satu ke staf yang lain kemudian staf yang lain tidak menjawab atau mengetahui hal yang diinginkan oleh pelanggan. Sungguh pelayanan yang tidak tanggap dan pasti akan membuat pelanggan merasa tidak puas dan pelanggan tidak akan melakukan pembelian produk pada perusahaan tersebut. Daya tanggap/ketanggapan yang diberikan oleh perusahaan dengan baik akan mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan dan meningkatkan kepuasan konsumen. 6. Hubungan Jaminan (Assurance) dengan Keputusan Pembelian Jaminan (assurance) yang mencakup pengetahuan terhadap produk secara tepat, kesopansantunan karyawan dalam memberi pelayanan, ketrampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan terhadap perusahaan. 60 Universitas Sumatera Utara Hubungan jaminan dengan keputusan pembelian adalah jaminan mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Semakin baik persepsi konsumen terhadap jaminan yang diberikan oleh perusahaan maka keputusan pembelian konsumen juga akan semakin tinggi. Dan jika persepsi konsumen terhadap jaminan yang diberikan oleh perusahaan buruk maka keputusan pembelian konsumen juga akan semakin rendah. 7. Hubungan Empati (Empathy) dengan Keputusan Pembelian. Empati merupakan perhatian dengan memberikan sikap yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka dapat disusun kerangka konseptual penelitian sebagaimana dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Store Atmosphere (X1) Store Image (X2) Bukti Fisik (X3) Keputusan Pembelian (Y) Kehandalan (X4) Daya Tanggap (X5) Jaminan (X6) Empati (X7) Sumber: Kotler dan Keller (2009), Kotler (2007), Sujana (2013), Suryani (2008). Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 61 Universitas Sumatera Utara 2.11 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual maka peneliti menetapkan hipotesis di dalam penelitian ini yaitu: 1. Diduga Store Atmosphere berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 2. Diduga Store Image berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 3. Diduga Bukti Fisik berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 4. Diduga Kehandalan berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 5. Diduga Daya Tanggap berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 6. Diduga Jaminan berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 62 Universitas Sumatera Utara 7. Diduga Empati berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 8. Diduga Store Atmosphere, Store Image, Bukti Fisik, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan dan Empati secara bersama-sama berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Buku Gramedia Cabang Gajah Mada Medan Pada Mahasiswa Kedokteran Methodist Medan. 63 Universitas Sumatera Utara