ICRA Indonesia Rating Feature Juli 2012 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Komponen Otomotif Tinjauan Sekilas Ulasan berikut mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang dipertimbangkan oleh ICRA Indonesia dalam penilaian risiko kredit untuk industri komponen otomotif. Hal ini bertujuan untuk membantu investor, perusahaan yang akan di peringkat dan pelaku pasar lainnya memahami bagaimana ICRA Indonesia menganalisis kelayakan kredit perusahaan di industri komponen otomotif. Analisis ICRA Indonesia berfokus pada delapan faktor kunci pemeringkatan yang secara umum digunakan dalam pemeringkatan. Faktor-faktor kunci tersebut adalah: 1. Analisis Risiko Usaha/Bisnis a. Skala usaha dan posisi pasar b. Diversifikasi – bisnis, geografis dan pelanggan c. Teknologi dan kompleksitas produk d. Induk/grup perusahaan. 2. Analisis Risiko Keuangan a. Pertumbuhan pendapatan b. Kemampuan menghasilkan laba (profitabilitas) c. Kebijakan keuangan dan struktur modal d. Arus kas dan kemampuan membayar hutang. 3. Kualitas pemilik/ Manajemen Analisis Risiko Usaha/Bisnis Skala usaha dan posisi pasar ICRA Indonesia percaya bahwa basis pendapatan perusahaan dan posisi pasar merupakan faktor kunci untuk menentukan kekuatan bisnis dan fleksibilitas operasi. Ketika menganalisis posisi pasar, selain pangsa pasar secara keseluruhan, ICRA Indonesia juga mempertimbangkan seberapa besar andil perusahaan komponen otomotif terhadap produsen kendaraan bermotor orisinil (original equipment manufacturer - OEM) atau agen (tunggal) pemegang mereknya. Posisi pasar yang kuat terhadap OEM menandakan pentingnya perusahaan tersebut terhadap OEM yang bersangkutan dan meningkatkan kemampuannya dalam menahan gejolak harga. Posisi pasar yang baik biasanya mendukung kestabilan pendapatan dan memberikan basis keuntungan dan arus kas yang berkelanjutan. Sebagai tambahan, skala yang besar dan posisi pasar yang kuat biasanya merefleksikan volume yang besar, memungkinkan tercapainya skala ekonomi, tertutupnya semua biaya dan kemampuan menawarkan harga yang kompetitif. ICRA Indonesia Diversifikasi – bisnis, geografis dan pelanggan Diversifikasi usaha baik dalam hal segmentasi produk, basis pelanggan yang beragam atau luasnya cakupan geografis dipandang sebagai faktor positif. Perusahaan komponen dengan portofolio produk yang melayani segmen otomotif yang beragam (kendaraan komersial, kendaraan penumpang, kendaraan roda dua, traktor, dll.) memiliki posisi yang lebih baik untuk mengurangi kerentanan yang timbul sebagi akibat penurunan volume otomotif di segmen tertentu. Misalnya, perusahaan komponen otomotif yang hanya melayani segmen kendaraan komersial, segmen yang relatif paling bersiklus dibandingkan dengan segmen otomotif lainnya, berpotensi memiliki volatilitas pendapatan dan arus kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemasok komponen yang terdiversifikasi. Diversifikasi bisnis dapat juga mengacu pada segmen non-otomotif. ICRA Indonesia memandang diversifikasi ke non-otomotif adalah faktor positif jika penjualan ke sektor tersebut bersifat material. Diversifikasi geografis baru akan berarti apabila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan beberapa OEM atau pemasok komponen global (Tier-1) di beberapa negara berbeda. Di Indonesia, mungkin masih sangat sedikit perusahaan yang sudah mencapai diversifikasi semacam itu. Juga, sekalipun diversifikasi menjadi kredit positif dalam jangka panjang, karena sinkronisasi krisis ekonomi yang dialami negara-negara maju akhir-akhir ini, diversifikasi ekspor belum tentu menguntungkan, tergantung negara tujuan ekspornya. Bauran yang seimbang antara pasar OEM dan pasar suku cadang (aftermarket) adalah positif – biasanya bisnis aftermarket memberikan stabilitas penjualan yang lebih tinggi dan keuntungan operasi yang lebih besar dibandingkan dengan OEM. Akan tetapi, posisi yang kuat di bisnis OEM sering menjadi basis keberadaannya yang kuat di pasar aftermarket karena produknya dikenal luas. Ketika pasar domestik menurun, perusahaan dengan keberadaan yang kuat di aftermarket dapat menahan tekanan penjualan dan profitabiltas lebih baik dibandingkan dengan yang sebagian besar menyuplai ke OEM. Dalam pasar OEM, perusahaan dengan keragaman klien yang lebih besar menikmati perlindungan yang lebih baik jika terjadi penurunan ekonomi, dan mengurangi kerentanan sampai level tertentu. Mengingat dominasi OEM tertentu di hampir semua segmen otomotif, keragaman klien yang berarti baru dapat dicapai dengan melayani beberapa segmen tersebut. Di bisnis ekspor, pasar penggantian suku cadang aftermarket menawarkan keragaman klien. Namun, pada segmen OEM, bisnis ekspor sering terkonsentrasi pada beberapa klien karena persyaratan volume yang besar. Risiko kebangkrutan OEM dan pemasok komponen global telah meningkat tajam yang membuat konsentrasi klien merupakan faktor risiko kritis bagi eksportir di pasar tersebut. Teknologi dan kompleksitas produk Tingkat kompleksitas produk menentukan pentingnya perusahaan komponen otomotif dalam keseluruhan rantai pasokan (supply chain), dan sebagai akibatnya, mempengaruhi kekuatannya dalam menentukan harga. Kemampuan teknologi biasanya dinilai secara kualitatif, namun pengeluran untuk penelitian dan pengembangan (litbang) bisa menjadi indikator komitmen perusahaan terhadap pengembangan produk dan inovasi. Kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan pengembangan OEM tetap merupakan kriteria utama dalam industri. Dengan meningkatnya tekanan untuk penurunan biaya, litbang ke arah rekayasa produk untuk mengurangi biaya juga memainkan peranan penting dalam memperkuat hubungan dengan OEM. Induk/grup perusahaan Menjadi bagian dari group OEM dilihat sebagai faktor positif karena dapat memberikan akses ke bisnis induk, kemampuan teknologi dan pengalaman. Selain itu, menjadi bagian pemasok global (Tier-1) juga menyediakan akses ke input-input teknologi. Kepemilikan global juga bisa membuka akses ke klien multinasional dan berkesempatan mengembangkan perusahaan menjadi basis produksi berbiaya rendah. Tetapi perusahaan induk global juga bisa membatasi akses ke bisnis tertentu, terutama pasar ekspor, sehingga membatasi jangkauan bisnis. ICRA Indonesia Page 2 of 4 Analisis Risiko Keuangan Pertumbuhan pendapatan Tingkat pertumbuhan berkelanjutan di atas rata-rata industri dinilai sangat positif. Biasanya tingkat pertumbuhan menggambarkan peningkatan pangsa pasar, penambahan klien atau peluncuran produk baru. Sebaliknya, trend penurunan pendapatan ketika industrinya berkembang bisa menjadi indikasi kegagalan model bisnis atau lini produk. ICRA Indonesia berupaya menganalisis pertumbuhan volume dan penjualan secara terpisah. Peningkatan penjualan yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku tidak menggambarkan pertumbuhan riil dan biasanya dapat terlihat pada margin operasi yang tetap atau menurun. Tetapi, kenaikan harga yang difasilitasi melalui penawaran produk yang lebih baik dipandang menguntungkan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menetapkan harga yang premium. Sebagai tambahan, tekanan kompetisi yang kuat dapat memaksa perusahaan untuk menyerap sebagian kenaikan biaya. Jadi ICRA Indonesia memandang kemampuan meneruskan kenaikan biaya secara sepenuhnya sebagai refleksi dari pentingnya perusahaan bagi OEM, dan kemampuan teknologinya. Profitabilitas Selain pertumbuhan pendapatan, profitabilitas yang berkelanjutan melewati siklus bisnis adalah salah satu faktor kunci yang ICRA Indonesia gabungkan dalam analisisnya untuk membedakan dengan perusahaan lainnya. Dua ukuran utama profitabilitas adalah (i) laba operasi sebelum bunga dan pajak (OPBIT=operating profit before interest and taxes) dan (ii) tingkat pengembalian total modal yang dipergunakan (ROCE=return on capital employed). Hanya dengan cara mempertahankan margin yang memadai perusahaan dapat membuat investasi yang berkelanjutan yang diperlukan untuk mempertahankan keunggulan teknologi. Dalam ketiadaan keuntungan yang memadai dalam menghasilkan arus kas kemungkinan akan sedikit menyulitkan untuk mendukung kebutuhan modal kerja dan belanja modal yang berkaitan dengan peluncuran produk baru. Biaya bahan baku merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya perusahaan komponen otomotif. Oleh karena itu, kemampuan untuk meneruskan kenaikan harga bahan baku secara tepat waktu dapat memiliki dampak signifikan pada profitabilitas. Karena OEM menyaratkan penurunan harga seiring dengan berjalannya waktu kontrak, perusahaan perlu selalu berfokus kepada penghematan biaya. Dengan demikian, perusahaan yang dapat memenuhi atau bahkan berada di depan dalam konteks penghematan biaya akan memiliki keunggulan profitabilitas. Kebijakan keuangan dan struktur modal Perusahaan yang mengejar kebijakan keuangan agresif termasuk yang bergantung kepada pembiayaan hutang cenderung lebih rentan terhadap siklus penurunan dibandingkan perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih rendah dalam bisnis mereka. Selain peningkatan kapasitas, akuisisi telah menjadi strategi umum untuk pertumbuhan oleh perusahaan komponen otomotif besar. Akuisisi biasanya membantu dalam memperluas lini produk dan dalam usaha mendapatkan akses ke pasar/OEM baru. ICRA Indonesia dalam analisisnya menguji dampak dari akuisisi pada indikator profitabilitas dan struktur modal perusahaan secara konsolidasi. Level modal kerja juga menjadi indikator utama dalam kesehatan keuangan. Tingginya level piutang dan persediaan bisa menggambarkan rendahnya kualitas pendapatan, yang memerlukan penghapusan di masa datang. ICRA Indonesia membandingkan intensitas modal kerja dengan group pesaing untuk mengukur kemampuan menegosiasikan kredit dengan pelanggan dan pemasok sebagai parameter kekuatan bisnis mereka. Pada saat yang sama, besarnya persediaan bisa terjadi dalam rangka mendukung rencana peluncuran produk baru yang akan segera dilakukan oleh OEM. Penumpukan persediaan seperti ini dianggap investasi yang memang perlu. Tingkat risiko nilai tukar yang dihadapi perusahaan akan ditentukan oleh posisi neto ekspor/impor perusahaan. ICRA Indonesia melihat bauran ekspor/impor perusahaan untuk melihat risiko nilai tukarnya, strategi lindung nilai (hedging) yang digunakan, dan implikasi dari berbagai strategi ICRA Indonesia Page 3 of 4 tersebut, ketika mengevaluasi kinerja perusahaan. Kewajiban dengan mata uang asing yang tidak dilindung nilai dapat menimbulkan risiko yang signifikan dalam neraca, kecuali kewajiban tersebut ditunjang oleh pendapatan dari ekspor atau disokong oleh aset lancar dalam mata uang asing. Arus kas dan kemampuan membayar hutang Industri pengguna komponen otomotif beroperasi dalam lingkungan yang fluktuatif, yang dapat menghadirkan periode-periode tekanan yang berat terhadap keuangan perusahaan komponen otomotif. Kebanyakan perusahaan komponen otomotif juga tidak menikmati posisi tawar yang memadai dengan klien. Memang banyak OEM yang mendukung likuiditas pemasok komponen utama termasuk melalui skema seperti diskon tagihan pemasok (bill discounting). Namun dalam periode sulit, dukungan ini biasanya menurun dan pembayaran menjadi lebih lama, menyebabkan dampak ganda pada penuruan bisnis dan tekanan likuiditas perusahaan komponen otomotif. Siklus modal kerja yang melambat dapat menyebabkan arus kas dari operasi melemah atau bahkan negatif dan indikator kemampuan membayar hutang yang juga melemah. Perusahaan komponen otomotif juga perlu berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas dan pengembangan produk sejalan dengan rencana pelanggan OEM-nya. Bahkan, intensitas modal ini telah meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya penggunaan alih daya (outsource) OEM kepada pemasok komponen. Investasi tersebut biasanya melewati tahap pembangunan yang memiliki risiko terkait dengan ekspansi, terutama jika melibatkan sesuatu yang baru. Arus kas operasi yang kuat memungkinkan perusahaan komponen otomotif melaksanakan investasi penting ini tanpa menekan neraca secara signifikan. Namun belanja modal yang besar dapat menyebabkan arus kas bebas yang negatif, bahkan untuk perusahaan dengan model bisnis yang relatif kuat. Kualitas pemilik/manajemen Semua peringkat hutang harus menggabungkan penilaian tentang kualitas dari manajemen perusahaan yang bersangkutan dan kekuatan/kelemahan yang timbul karena perusahaan tersebut merupakan bagian dari “grup”‐nya. Biasanya dialog yang rinci dilakukan dengan direksi perusahaan untuk memahami tujuan‐tujuan, rencana dan strategi bisnisnya serta pandangan‐pandangannya tentang hasil yang telah dicapai, dan perkiraan tentang industri yang bersangkutan dalam masa mendatang. Hal‐hal lain yang dinilai antara lain: pengalaman pemilik/manajemen dalam bidang yang bersangkutan; komitmen pemilik/manajemen terhadap bidang yang digeluti; sikap para pemilik/manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian risiko; kebijakan‐kebijakan perusahaan tentang rasio hutang, risiko bunga dan risiko mata uang; rencana‐rencana perusahaan tentang proyek baru, akuisisi, ekspansi dsb; kekuatan bisnis‐bisnis lain dalam grup bisnis yang sama dengan perusahaan; kemampuan dan kesediaan grup untuk mendukung perusahaan melalui langkah‐langkah seperti penambahan modal, jika diperlukan; © Copyright, 2012, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. *)Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari rating methodology for auto component supplier dari ICRA Limited. ICRA Indonesia Page 4 of 4