Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 OPTIMALISASI PRODUKSI FINISHED COAL DENGAN MENGURANGI DOWN TIME PADA CRUSHING PLANT DI PT. TRUBAINDO COAL MINING, MELAK, KAB. KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR Rendy Julianto William, Dwi Poetranto, Eddy Winarno Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia ABSTRAK PT. Trubaindo Coal Mining (PT. TCM) merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Indo Tambangraya Megah Group (ITMG) sebagai perusahaan tambang batubara yang terletak di Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur. PT. Trubaindo Coal Mining telah mengoperasikan crushing plant sebagai tempat proses peremukan batubara hasil penambangan untuk menghasilkan finished coal. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, down time pada bulan Januari sampai Maret 2013 (kuartal pertama) yaitu 647,84 jam dengan total produksi finished coal sebesar 1.773.918 ton. Berdasarkan data sampling dari laboratorium masih banyak terdapat batubara yang berukuran lebih dari 50 mm hasil peremuk kedua. Metode yang digunakan untuk mencari faktor – faktor penyebab down time ini dengan menggunakan pemantauan pada proses produksi finished coal dan untuk hasil peremukan kedua dilakukan analisa ukuran produk batubara dari dari data sampling untuk menentukan setting peremuk yang baru. Dari hasil pengamatan dilapangan maintenance time merupakan down time terbesar yaitu 289,89 jam (44,75%), idle time merupakan down time terbesar kedua yaitu 284,3 jam (43,88%) dan delay time sebesar 73,65 jam (11,37%). Untuk analisa distribusi ukuran batubara hasil peremukan kedua agar tidak terdapat batubara yang berukuran lebih besar dari 50 mm didapatkan setting 21 sampai 38 mm dari hasil analisa 9 data dari 3 kualitas batubara dan masih terdapat perlakuan terhadap finished coal di mine stockyard. Untuk mengoptimalkan produksi finished coal, dapat dilakukan dengan cara menggunakan setting terbaru untuk peremuk kedua. Setting terbaru antara 21 sampai 38 mm menghasilkan batubara yang lolos screen 50 mm. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menerapkan setting 28 mm untuk 3 kualitas batubara. Setting 28 mm ini merupakan nilai yang keluar pada 9 data analisa ukuran produk peremuk kedua dan setting ini tidak menghasilkan batubara dengan ukuran yang lebih besar dari 50 mm. Sedangkan untuk mengurangi down time dapat dilakukan dengan cara pengumpanan secara kontinu, mengurangi waktu perbaikan dikarenakan kerusakan unit, dan mengatasi masalah logam yang masuk ke unit peremuk. Kata kunci : Crushing Plant, Down time, Finished Coal, Setting sasaran produksi dan untuk melakukan peningkatan produksi parameter-parameter tersebut sanga menentukan dalam perencanaan dan pengoperasiannya. 1. PENDAHULUAN PT. Trubaindo Coal Mining merupakan perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Kecamatan Melak, Damai, Muara Lawa dan Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari Indo Tambangraya Megah Group yang mempunyai target produksi batubara sebesar 7.685.000 ton pada tahun 2013. Kegiatan penambangan dengan sistem penambangan permukaan (surface mining) dengan metode open pit. Proses pengolahan batubara terjadi pada unit peremuk (crushing plant) untuk menghasilkan finished coal. Penelitian yang dilaksanakan pada areal crushing plant PT. Trubaindo Coal Mining yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Indo Tambangraya Megah Grup (ITMG). Secara administrasi lokasi daerah penelitian berada pada daerah Daerah Dayak Besar Kecamatan Muara Lawa Kabupatan Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. PT. Trubaindo Coal Mining meliputi tiga kecamatan dan satu kabupaten yang terdapat di satu provinsi yaitu di Kecamatan Muara Lawa, Bentian Besar dan Damai Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Lokasi daerah telitian secara Geografis terletak pada 115o30ʹ′00ʹ′ʹ′ BT – 115o51ʹ′30ʹ′ʹ′ BT dan 0o27ʹ′44ʹ′ʹ′ LS – 0o51ʹ′41ʹ′ʹ′ LS. Masalah yang sering timbul pada unit peremuk batubara adalah tidak tercapainya kapasitas alat pada saat berproduksi dan hasil peremukan kedua masih banyak terdapat ukuran batubara lebih besar dari 50 mm. Hal ini dapat terjadi, bisa dikarenakan faktor kinerja alat maupun masalah pengumpanan ke crushing plant dan menyebabkan down time tinggi. Keadaan tersebut mengakibatkan kapasitas unit peremuk sesungguhnya tidak sesuai dengan kapasitas unit peremuk sesuai desain pabrik. Untuk mencapai 2. ANALISIS Down time pada kuartal pertama yaitu Januari sampai Maret 19 Optimasi Produksi Finished Coal dengan Mengurangi Down Time … Rendy Julianto William Tabel 1. Downtime Crushing Plant Januari - Maret DURATION % CASE DOWNTIME NO (Hour) 43,88 284,3 1 IDLE TIME 11,37 73,65 2 DELAY TIME 44,75 289,89 3 MAINTENANCE 100 647,84 TOTAL 6 Januari 2013 Produk HCV LS Sample : 156,50 Kg PC-2 Ukuran % (size distribution) 11,89 20,81 28,63 33,75 4,50 99,58 + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total % (size distribution) 5,94 19,25 30,56 33,09 7,52 96,36 Berat (Kg) 30,49 53,37 73,42 86,55 11,54 255,37 Ukuran + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total Berat (Kg) + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total % (size distribution) 11,09 9,68 36,71 38,38 3,10 98,96 Berat (Kg) 24,73 21,58 81,85 85,57 6,91 220,64 14,24 46,14 73,25 79,32 18,03 230,97 Ukuran + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total % (size distribution) 11,49 9,21 33,08 42,14 3,44 99,36 Berat (Kg) 25,62 20,53 73,76 93,96 7,66 221,53 10 Januari 2013 Produk LCV LS Sample : 208,64 Kg PC-2 % (size distribution) 5,73 33,23 35,11 22,73 3,03 99,82 2,36 35,90 67,87 47,33 2,80 156,27 5 Maret 2013 Produk HCV LS Sample : 222,96 Kg PC-2 12 Maret 2013 Produk HCV HS Sample : 205,04 Kg PC-2 Ukuran Berat (Kg) 18 Februari 2013 Produk HCV LS Sample : 222,96 Kg PC-2 9 Februari 2013 Produk HCV HS Sample : 239,70 Kg PC-2 Ukuran % (size distribution) 1,51 22,94 43,37 30,24 1,79 99,85 + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total Distribusi ukuran produk batubara pada secondary crusher. 4 Januari 2013 Produk HCV HS Sample : 256,44 Kg PC-2 Ukuran Berat (Kg) Ukuran 11,75 68,13 71,99 46,61 6,21 204,67 + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total 20 % (size distribution) 8,32 39,94 31,56 17,90 2,06 99,78 Berat (Kg) 17,35 83,33 65,85 37,35 4,30 208,18 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 14 Februari 2013 Produk LCV LS Sample : 184,46 Kg PC-2 Ukuran + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total Dari grafik ini didapatkan bahwa persentasi ukuran lolos ayakan 50 mm sebesar 88,11 % . Artinya ada % (size distribution) 11,54 16,90 Berat (Kg) 25,38 43,30 2,42 99,54 46,81 79,87 4,47 183,61 21,29 31,17 11,89% material yang lebih besar dari ukuran 50 mm yang tidak lolos ayakan ukuran 50 mm, hal ini tidak sesuai dengan pengertian finished coal yaitu merupakan batubara hasil peremukan yang berukuran top size 50 mm atau batubara yang lolos ayakan 50 mm. Dari nilai ini, dibuat grafik untuk menentukan setting pada crusher kedua yang diperlukan agar ukuran batubara yang lebih besar dari 50 mm tidak ditemukan lagi. Cara pembuatan grafik distribusi ukuran terbaru dengan cara menggunakan distribusi ukuran batubara hasil dari conto dengan nilai 50 mm yang berada pada 88,11%, kemudian dibuat menjadi 100% yang artinya batubara dengan ukuran lebih besar dari 50 mm tidak ada lagi. Setelah menjadi 100%, langkah selanjutnya yaitu menentukan setting crusher dengan menggunakan nilai 85% sebagai acuan, dimana nilai ini merupakan rata – rata ukuran lolos dari setting baru yang diterapkan. 7 Maret 2013 Produk LCV LS Sample : 197,28 Kg PC-2 Ukuran + 50 mm -50 + 25 mm -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total % (size distribution) 5,49 28,58 33,66 26,14 5,69 99,57 Berat (Kg) 10,83 56,40 66,40 51,58 11,22 196,43 3. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil peremukan kedua masih banyak terdapat batubara berukuran lebih besar dari 50 mm. Sesuai dengan standar dimana finished coal merupakan batubara hasil peremukan yang berukuran lebih kecil dari 50 mm, maka perlu dilakukan analisa dari distribusi data yang ada untuk menentukan setting crusher yang dapat menghasilkan finished coal yang optimal (lebih kecil dari 50 mm/lolos screen 50 mm). Penentuan setting crusher dapat dilihat di gambar berikut sebagai contoh cara menentukan setting crusher. Tabel 2. Distribusi Ukuran 4 Januari 2013 Produk HCV HS Sample : 256,44 Kg Ukuran % % Tertahan Lolos + 50 mm 11,89 88,11 -50 + 25 mm 20,81 67,30 -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total 28,63 33,75 4,50 99,58 38,67 4,92 0,42 Berat (Kg) 30,49 53,37 73,42 86,55 11,54 255,37 Dari tabel distribusi ukuran salah satu conto, kemudian dibuat grafik persentasi lolos material seperti dibawah ini. Gambar 1. Grafik Distribusi Produk Peremuk Kedua 21 Gambar 2. Grafik Distribusi Produk Dengan Setting Baru Grafik di atas dengan garis berwarna merah merupakan grafik kumulatif lolos material yang baru dan dibuat dari grafik hasil pengambilan conto yang dilakukan oleh laboratorium PT.Trubaindo Coal Mining. Dari grafik yang baru, tidak terdapat lagi material yang berukuran lebih besar dari 50 mm. Setting crusher untuk menghasilkan batubara yang berukuran lolos ayakan 50 mm ( finished coal) adalah 28 mm, untuk batubara dengan kualitas HCVHS. Hasil distribusi ukuran untuk setting yang baru dapat dilihat pada tabel 3. Optimasi Produksi Finished Coal dengan Mengurangi Down Time … Rendy Julianto William Tabel 3. Distribusi Ukuran Dengan Setting Crusher Yang Baru Ukuran + 50 mm -50 + 25 mm % (size distribution) 0 20 % Lolos 100 80 Berat (Kg) 0 51,29 -25 + 8 mm -8 + 1 mm -1 mm Total 29 33 17,58 99,58 51 18 0,42 74,37 84,63 45,08 255,37 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan terhadap kegiatan produksi finished coal di crushing plant PT. Trubaindo Coal Mining, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Masih banyak terdapat batubara yang lebih besar dari 50 mm hasil peremuk kedua. Penentuan setting terbaru dari hasil analisa 9 data dari 3 kualitas batubara untuk menghasilkan batubara yang lolos ukuran screen 50 mm yaitu 21 sampai 38 mm. 2. Down time dapat berkurang apabila produksi terus menerus/kontinu. 5. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013, Data – Data Penunjang Crushing Plant dan Data Geologi, PT. Trubaindo Coal Mining, Melak, Kutai Barat. Indonesianto Yanto, 2011, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta. Langgu Yalsriman, 2011, Optimalisasi Kerja Alat Peremuk Untuk Memenuhi Target Produksi Batubara di PT. Tanjung Alam Jaya Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. Mokh Winanto Ajie PH, dkk, 2001, Pengolahan Bahan Galian, Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. Tim Penjamin Mutu, 2013, Buku Bimbingan Kolokium Dan Skripsi, Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. Dari 9 data distribusi ukuran dengan 3 jenis kualitas batubara didapatkan setting yang bervariasi. Setting ini dapat diterapkan oleh pihak perusahaan dengan menimbang jenis kualitas terbesar yang akan ditambang pada periode berikutnya. Hasil setting baru dari 9 data yang ada dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Nilai Setting Baru Berdasarkan Kualitas Batubara Kualitas Batubara Setting Crusher (mm) HCV – HS (4 Januari 28 2013) HCV – HS (9 Februari 28 2013) HCV – HS (12 Maret 37 2013) HCV – LS (6 Januari 28 2013) HCV – LS (18 Februari 22 2013 HCV – LS (5 Maret 21 2013) LCV – LS (10 Januari 38 2013) LCV – LS (14 Februari 28 2013) LCV – LS (7 Maret 31 2013) 22