penerapan pembelajaran kooperatif dengan

advertisement
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT
KELAS VII-B SMP NEGERI 2 KEPANJEN
Dyah Ayu Pramoda Wardhani
Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang
Pembimbing :
Dr. Sri Mulyati, M.Pd
Dosen Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Pebruari
2013 di kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen, menunjukkan bahwa siswa kurang
aktif selama kegiatan pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru lebih
sering menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah. Pada pembelajaran
tersebut guru lebih sering menjelaskan suatu materi kemudian memberi contoh
soal dan siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang ada di lembar kerja
siswa sehingga peran guru lebih dominan daripada peran siswa.Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif
dengan metode guided discovery yang dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa. Keaktifan belajar siswa pada penelitian ini meliputi kegiatan siswa dalam
melakukan percobaan, membuat konstruksi, membuat kesimpulan, dan
menanggapi. Keaktifan belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari lembar
observasi keaktifan belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan jenis pendekatan penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen yang berjumlah 24 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa pada
siklus 1 sebanyak 62,5% pada pertemuan pertama dan 67,5% pada pertemuan
kedua. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus 2, persentase keaktifan belajar
siswa meningkat menjadi 76,2% pada pertemuan pertama dan 85,7% pada
pertemuan kedua.
Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, metode guided discovery,
keaktifan belajar siswa, segitiga dan segiempat
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (Permendiknas RI No. 41, 2007:6). Peraturan menteri
tersebut menunjukkan peran aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatu
keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang didesain guru
harus berorientasi pada aktivitas siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu guru matematika SMP Negeri 2 Kepanjen yang dilakukan pada hari Minggu,
1
tanggal 20 Januari 2013 menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika yang
berlangsung di kelas VII-B lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2007:101) keaktifan belajar siswa dapat
dilihat dari aktivitas-aktivitas belajar siswa, antara lain: visual activities, oral
activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities,
mental activities, dan emotional activities. Untuk memperoleh pencapaian keaktifan
yang optimal diperlukan suasana dan lingkungan belajar yang menunjang dan proses
belajar yang menarik sehingga dimungkinkan perlu adanya penerapan model
pembelajaran yang baik dan tepat yang melibatkan siswa secara aktif. Salah satu
alternatif untuk mengembangkan potensi tersebut adalah melalui pembelajaran
kooperatif.
Tim Piloting Jurusan Matematika (2004:5) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif merupakan pendekatan belajar yang melibatkan siswa dalam kelompok
kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Siswa dalam kelompok tersebut tidak hanya
dituntut berusaha secara individual dalam mencapai kesuksesan atau berupaya
mengalahkan temannya, melainkan dituntut untuk bisa bekerjasama untuk mencapai
sukses bersama. Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
kooperatif dengan metode guided discovery.
Markaban (2008:11) mengungkapkan metode pembelajaran guided
discovery adalah metode pembelajaran yang melibatkan suatu dialog/interaksi antara
siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu
urutan pertanyaan yang dilakukan oleh guru. Menurut Hudojo (2005:95) guru yang
mengajar dengan menggunakan metode guided discovery akan dapat melibatkan
siswa-siswanya untuk berpartisipasi di dalam proses belajar mengajar secara
optimum. Diharapkan, jika siswa secara aktif terlibat di dalam menemukan suatu
prinsip dasar sendiri, maka siswa akan memahami konsep lebih baik, ingat lebih
lama dan akan mampu menggunakannya ke dalam konteks lain. Langkah-langkah
pembelajaran dengan metode guided discovery yang efektif menurut Markaban
(2008:17) adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan masalah yang akan diberikan
kepada siswa dengan data secukupnya; (2) Dari data yang diberikan guru, siswa
menyusun, memproses mengorganisir, dan menganalisis data tersebut; (3) Siswa
menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya; (4) Bila
dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh
guru; (5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya;
dan (6) Hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk
memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan PTK karena: (1)
Adanya masalah di kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen yaitu kurangnya keaktifan
2
belajar siswa; (2) Peneliti bertindak sebagai perancang, pelaksana, dan perefleksi
tindakan secara berkelanjutan; (3) Bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatan
kualitas pembelajaran yang ada di kelas tersebut.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen
semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 24 siswa. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Peneliti yang berperan secara langsung
dalam proses pembelajaran sebagai pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
proses pembelajaran sampai dengan penilaian; (2) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan tahap-tahap yang terdapat dalam
pembelajaran metode guided discovery; (3) Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) yang
berisi masalah yang akan dipelajari yang berkaitan dengan materi segitiga dan
segiempat; (4) Tes Awal yang digunakan untuk pembentukan kelompok belajar
secara heterogen; (5) Lembar Observasi keaktifan belajar siswa yang disusun
berdasarkan keaktifan siswa yang terdapat pada pembelajaran kooperatif dengan
metode guided discovery; (6) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang
disusun sesuai dengan tahapan yang ada di RPP; (7) Lembar wawancara yang
digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa selama pembelajaran; dan (8) Catatan
lapangan yang berisi mengenai deskripsi kegiatan guru dan siswa selama
pembelajaran yang belum tercatat pada instrumen lain.
Tolak ukur keberhasilan penelitian ini ditandai dengan keterlaksanaan
pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery dan keaktifan belajar siswa
mengalami peningkatan. Ketepatan tindakan guru dalam menerapkan rencana
pembelajaran kooperatif metode guided discovery dikatakan berhasil jika memenuhi
kriteria keberhasilan yaitu minimal 85%. Sedangkan observasi keakifan siswa adalah
pencapaian kriteria keaktifan belajar siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan belajar
siswa dikatakan meningkat jika jumlah siswa yang mengalami peningkatan keaktifan
belajar minimal 75% dari jumlah seluruh siswa di kelas.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data secara
induktif yang berarti menganalisis bagian-bagian yang ada dalam konteks di
lapangan kemudian membuat kesimpulan secara umum. Proses analisis data
dilakukan secara bertahap, dan dilakukan terus-menerus sejak peneliti memasuki
lapangan, yakni dengan melaksanakan tindakan sampai penelitian berakhir. Data
hasil penelitian berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan aktivitas
guru. Data yang diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan didiskusikan
dengan guru setiap selesai pembelajaran untuk membandingkan hasil pengamatan
peneliti dengan guru sehingga diperoleh data yang akurat.
HASIL
Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua
pertemuan. Pertemuan pertama membahas mengenai persegi panjang dan persegi.
Pertemuan kedua membahas mengenai segitiga. Sedangkan pada siklus kedua
membahas mengenai jajar genjang dan trapesium pada pertemuan pertama. Pada
pertemuan kedua membahas mengenai layang-layang dan belah ketupat.
3
Siklus 1 Pertemuan pertama membahas mengenai penurunan rumus luas
persegi panjang dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas
dan keliling persegi panjang serta persegi. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk
mengerjakan LKK1 secara berkelompok dengan anggota 4 siswa. LKK1 terdiri dari
dua kegiatan. Kegiatan pertama siswa diminta untuk menurunkan rumus luas persegi
panjang. Kegiatan kedua siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan menghitung luas dan keliling persegi panjang serta persegi. Pada saat siswa
mengerjakan LKK peneliti memberikan penilaian terhadap keaktifan belajar siswa.
Pertemuan kedua membahas mengenai cara menurunkan rumus luas segitiga sikusiku dan segitiga sebarang serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas dan keliling segitiga. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk
mengerjakan LKK2 yang berisi tiga kegiatan. Kegiatan pertama mengenai cara
menurunkan rumus luas segitiga siku-siku, kegiatan kedua cara menurunkan rumus
luas segitiga sebarang, dan kegiatan ketiga penerapan konsep luas dan keliling
segitiga.
Hasil observasi terhadap keaktifan belajar siswa selama proses
pembelajaran dengan metode guided discovery yang berlangsung pada siklus 1 dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Hasil Observasi Terhadap keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 1
Kriteria
Kelompok
Banyak Siswa
Presentase (%)
Poin
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kurang Aktif
1-9
Cukup Aktif
10-19
9
8
37,5%
33,3%
Aktif
20-29
6
4
25%
16,7%
Sangat aktif
30-39
9
12
37,5%
50%
Jumlah
24
24
100%
100%
Banyak siswa aktif dilihat dari jumlah siswa aktif dan sangat aktif.
Berdasarkan tabel 1 pada pertemuan 1, siswa yang aktif sebanyak 62,5% dan pada
pertemuan 2 siswa yang aktif sebanyak 66,7%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan
keaktifan belajar siswa, tetapi belum memenuhi kriteria yang diterapkan oleh peneliti
(kurang dari 75%) sehingga perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode guided discovery dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru pada Siklus 1
Pertemuan keObserver
Observasi Aktivitas Guru
Skor
Presentase
Kategori
1
I
12
85,7%
Baik
II
12
85,7%
Baik
2
I
13
92,8%
Sangat Baik
II
13
92,8%
Sangat Baik
Rata-Rata
12,5
89,3%
Baik
4
Tabel 3 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus 1
Pertemuan keObserver
Observasi Aktivitas Siswa
Skor
Presentase
Kategori
1
I
12
85,7%
Baik
II
12
85,7%
Baik
2
I
13
92,8%
Sangat Baik
II
13
92,8%
Sangat Baik
Rata-Rata
12,5
89,3%
Baik
Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dengan metode guided discovery pada siklus 1 berlangsung “Baik”.
Siklus 2 Pertemuan pertama membahas mengenai penurunan rumus luas jajar
genjang dan trapesium serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas dan keliling jajar genjang serta trapesium. Pada pertemuan ini siswa
mengerjakan LKK3 yang berisi 2 kegiatan. Kegiatan 1 mengenai penurunan rumus
luas jajar genjang dan penerapan konsep. Kegiatan 2 mengenai penurunan rumus
luas trapesium dan penerapan konsep. Sedangkan pada pertemuan 2 siswa diminta
untuk mengerjakan LKK4 yang berisi 2 kegiatan. Kegiatan 1 mengenai penurunan
rumus luas layang-layang dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas dan keliling layang-layang. Kegiatan 2 mengenai penurunan rumus
luas belah ketupat dan penerapan konsep. Hasil observasi terhadap keaktifan belajar
siswa selama proses pembelajaran dengan metode guided discovery yang
berlangsung pada siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4 Hasil Observasi Terhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 2
Kriteria
Kelompok
Banyak Siswa
Presentase (%)
Poin
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kurang Aktif
1-9
Cukup Aktif
10-19
5
3
23,8%
14,3%
Aktif
20-29
2
4
9,5%
19%
Sangat aktif
30-39
14
14
66,7%
66,7%
Jumlah
21
21
100%
100%
Banyak siswa aktif dilihat dari jumlah siswa aktif dan sangat aktif.
Berdasarkan tabel 4 pada pertemuan 1, siswa yang aktif sebanyak 76,2% dan pada
pertemuan 2 siswa yang aktif sebanyak 85,7%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan
keaktifan belajar siswa dan telah memenuhi kriteria yang diterapkan oleh peneliti
(75%).
Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode guided discovery dapat dilihat pada tabel 5. Sedangkan hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 6.
5
Tabel 5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru pada Siklus 2
Pertemuan keObserver
Observasi Aktivitas Guru
Skor
Presentase
Kategori
1
I
13
92,8%
Sangat baik
II
13
92,8%
Sangat baik
2
I
14
100%
Sangat baik
II
14
100%
Sangat baik
Rata-Rata
13,5
96,4%
Sangat baik
Tabel 6 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus 2
Pertemuan keObserver
Observasi Aktivitas Siswa
Skor
Presentase
Kategori
1
I
13
92,8%
Sangat baik
II
13
92,8%
Sangat baik
2
I
14
100%
Sangat baik
II
14
100%
Sangat baik
Rata-Rata
13,5
96,4%
Sangat baik
Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dengan metode guided discovery pada siklus 2 berlangsung “Sangat Baik”.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh baik dari hasil observasi,
dokumentasi, catatan lapanngan dan keaktifan siswa pada siklus 1 masih terdapat
kelemahan-kelemahan selama proses pembelajaran sehingga kriteria dalam
penelitian belum tercapai. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain: (1) Siswa
kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan LKK;
(2) Masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran; (3)
Sebagian besar siswa merasa kurang percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya;
dan (4) Siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan penyusunan data untuk
membuat kesimpulan.
Untuk mengatasi kelemahan pada poin 1, tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara memberi pemahaman kepada siswa pada awal pembelajaran
bahwa setiap anggota kelompok harus merasa menjadi bagian dari kelompok dan
harus bisa bekerjasama agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini sesuai
dengan pendapat Posamentier (dalam Widdiharto, 2004:13 ) ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan kelompok, antara lain: (1) setiap anggota
kelompok harus merasa bagian dari tim; (2) Setiap anggota kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang mereka pecahkan adalah masalah kelompok; dan (3)
Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus diskusi satu sama lain.
Untuk mengatasi kelemahan pada poin 2 dan 3, tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang
diberikan dapat berupa hadiah untuk kelompok yang paling aktif. Hadiah yang
diberikan berupa poin keaktifan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan
Mudjiono (1994:41) bahwa pemberian motivasi dapat menimbulkan dan
mengarahkan aktivitas siswa. Siswa yang kurang antusias dalam kegiatan
6
pembelajaran jika diberi motivasi maka siswa tersebut akan terdorong untuk lebih
giat belajar. Untuk mengatasi kelemahan pada poin 4, tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono
(1994:42) bahwa siswa yang belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri
siswa. Siswa yang pada awalnya belum mengetahui tentang suatu materi maka
dengan belajar siswa tersebut akan mengerti materi tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode guided
discovery, maka dapat disimpulkan:
1. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas.
2. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 termasuk dalam kategori baik.
Sedangkan pada siklus 2 termasuk dalam kategori sangat baik.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode guided
discovery yang telah dilaksanakan dan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa
adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah mengenai penurunan rumus luas bangun datar segitiga dan
segi empat. Masalah yang diberikan berupa soal yang disusun dalam bentuk
Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).
2. Peneliti membentuk kelompok belajar siswa secara heterogen dengan anggota 4
siswa untuk menyelesaikan masalah yang ada di LKK. Peneliti bertindak sebagai
fasilitator, yaitu membantu mengarahkan siswa untuk menemukan konsep luas
dan keliling segitiga dan segi empat.
3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
4. Beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan konjektur
yang telah ditemukan oleh anggota kelompoknya. Jika ada konjektur dari
kelompok yang tampil berbeda dengan kelompok lain maka kelompok lain
berhak memberikan tanggapan/pedapat.
5. Peneliti menyediakan latihan soal atau soal tambahan untuk memeriksa apakah
hasil penemuan itu benar.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru dapat menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode guided
discovery untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
b. Hendaknya dalam mendesain pembelajaran kooperatif dengan metode guided
discovery guru memperhatikan komposisi pembentukan kelompok agar tujuan
pembelajaran tercapai secara optimal.
7
8
Download
Study collections