Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Desi Susanty Sekolah Dasar Negeri 112320 Aek Kotabatu Corresponding author: [email protected] Abstrak Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, banya beranggapan bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia itu mudah/ gampang dalam pembelajaraannya. Pada kenyataannya kegagalan pada beberapa siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN). Hakikat dan kedudukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi baik dan benar, komunikasi secara lisan maupun tertulis, pembelajaran Bahas Indonesia merupakan kuantifikasi kemampuan pengetahuanketerampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Pada kedudukan dalam pembelajaran Bahsa Indonesia, siswa tidak boleh mendapatkan nilai kurang dari 6, artinya semua peserta didik sekurangnya harus mempunyai kemampuan dalam penggunaan bahasa Indonesiayang baik karena peran yang sangat penting dalam kehidupan baik pada lingkunganya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah di tunjukkan untuk mendapatkan pemahaman komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa Indonesia dan ekfetivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, Bahasa Indonesia dengan menggunakan model Role Playing, seorang guru akan mendisain dan melaksanakan proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta situasi dan kodisi pembelajaran berlangsung. Artinya, guru dapat saja mengubah model pembelajaran apabila situasi dan kondisi pembelajaran tidak memungkinkan. Kata kunci : role playing, bahasa Indonesia PENDAHULUAN Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Siswa diharuskan mampu mengaktulisasi keterampilan yang dimilikinya, di samping bakat dan minat yang dimilikinya sejak awal. Siswa tidak hanya dituntut mengembangkan kemampuan sains sebagai proses kreatif dari otak kiri, tetapi siswa juga harus mengembangkan kreativitas seni, budaya , imanjinasinya, dan kecerdasan berbahasa sebagai bentuk dari kreativitas otak kanan. Pada akhirnya melahirkan jiwa-jiwa yang berkarakter. Menciptakan lulusan sekolah yang berkarakter inilah usaha yang perlu dilakukan sejak dini, sehingga pada akhirnya siswa mengikuti proses pembelajaran di sekolah tidak hanya berorientasi sekedar untuk lulus ujian akhir.Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa.Bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang keilmuan. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu siswa mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak jauh berbeda dengan pembelajaran lainnya, yaitu rendahnya motivasi belajar siswa sebagai akibat minimnya inovasi penerapan model-model pembelajaran oleh guru.Namun demikian kekhasan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bidang humaniora yang mempelajari tentang fenomena dan perilaku kehidupan sosial membutuhkan suatu keterampilan tersendiri bagi guru dalam membelajarkan siswanya. Munculnya anggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia itu mudah, tanpa membutuhkan usaha belajar pun bisa dikuasi, menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan. Faktor lain adalah, minimnya penggunaan media, implementasi model pembelajaran yang tidak inovatif, metode mengajar yang tidak variatif, sehingga situasi kelas menjadi monoton dan membosankan, dan pola pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru. Guru tidak berusaha menggali potensi kreativitas berbahasa dari siswanya. Dampak dari ini semua membuat siswa tidak tertarik dan bosan dalam belajar. Makalah ini akan membahas model pembelajaran inovatif bahasa dan sastra, khususnya model role playing atau sosiodrama. Makalah ini menyajikan secara lengkap mengenai model pembelajaran Role Playing sebagai model pembelajaran inovatif yang akan dibutuhkan pada bahan-bahan ajar tertentu nantinya pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. PEMBAHASAN Model Role Playing/ Bermain Peran Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode (Role Playing) bermain peran diduga dapat melibatkan siswa untuk aktif, kreatif, kritis dalam melihat situasi serta kondisi yang ada di sekitar lingkungannya. Pada kegiatan ini menjadikan siswa dapat mengalami sendiri dan dapat mengkaitkan materi yang ada dengan kehidupan nyata. Bagian inti dari pembelajaran ini adalah siswa dapat menemukan memahami pesan moral yang terkandung dalam sebuah drama yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 259 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar. Karteristik Model Role Playing Karteristik model Role Playing untuk untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Terdapat lima karakteristik bermain peran, yaitu: 1) Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak. 2) Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu atas kemauannya sendiri. 3) Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya. 4) Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental. 5) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampian berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya. Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi situasi dalam kondisi sedang terjadi konflik. Secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anakanak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan bermain berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permaian. Penggunaan Model Role Playing Dalam teknik pengajaran berbahasa menurut (Djago Tarigan 1986:122) teknik bermain peran sangat baik untuk mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-anak. Cara berbicara penjual berbeda pula dengan cara berbicara pembeli. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu pula. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peranan orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dan sebagainya. Setiap tokoh yang di perankan menuntut karakteristik tertentu pula. Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar Hamalik (2001:198) disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya sebagai berikut: a) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertrentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif; b) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka; c) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) prilaku para pemain atau pemegang peeran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan; dan d) Belajar melalui pemgkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya. Adapun penggunaan model Role Playing/ Bermain Peran dapat mengembangkan perilaku yang baik dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat penggunaan model role playing tersebut sebagai antara lain: a) Bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi “disini pada saat ini; b) Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional; c) Teknik bermain peran ini berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, siswa belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal lagi; dan d) Teknik bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, siswa dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya. Dalam pelaksanaannya dan kaitannya dengan kebutuhan bimbingan dan konseling termasuk ke dalam kategori di mana individu memerankan situasi yang imaginatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 260 Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, menganalisis perilaku atau menunjukkan pada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus bertingkah laku. Role playing dalam penelitian ini pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku untuk mengembangkan konsep diri siswa menjadi positif dan meningkatkan stabilitas emosional siswa. Dengan dramatisasi, siswa berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu. Melalui role playing, siswa diharapkan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh pikiran dan minatnya dan juga perilakunya yang negatif menjadi positif, emosinya yang meledak-ledak menjadi halus dan tidak emosian, siswa yang tidak dapat berempati menjadi dapat bersikap empati, yang kurang bertanggung jawab menjadi bisa lebih bertanggung jawab, siswa yang kendali dirinya lemah dapat menjadi terkendali, siswa yang interpersonal skill nya rendah bisa menjadi bagus. Langkah- Langkah Model Role Pyaling Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : a) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; b) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar; c) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang; d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; f) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan; g) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok; h) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; i) Guru memberikan kesimpulan secara umum; j) Evaluasi; dan k) Penutup. Keuntungan Menggunakan Model Role Playing Kuntungan Model Role Playing ada beberapa keuntungan dengan menggunakan metode role playing, di antaranya adalah: a) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan; b) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; c) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas dalam proses belajar. SIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan teknik bermain peran (role playing): 1) Model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar. 2) Dalam role playing, peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri. 3) Di antara manfaat model pembelajaran role playing yaitu membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran serta pembelajaran menjadi dinamis dan menyenangkan. 4) Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran; menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. 5) Disamping memiliki kelebihan, model pembelajaran role playing juga memiliki kekurangan. Model pembelajaran role playing sama seperti model pembelajaran pembelajaran lainnya yang tak bisa diterapkan di semua bahan ajar. 6) Telah banyak penelitian yang menggunakan model pembelajaran role playing dan terbukti bahwa model pembelajaran pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar para siswa. REFERENSI Jill Hadfield. 1986. Classroom Dynamic. Oxford University Press. A’la, Miftahun. 2011. Quantum Teaching. Yogjakarta: Diva Press. Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet Sudiana, Nana. 1987.Dasar-dasar Prses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Djumingin, Sulastriningsih. 2011. Strategi dan Aplikasi Model PembelajaranInovatif Bahasa dan Sastra. Makassar: Badan Penerbit UNM. Joyce, B. R., & Weil, M. 2000. Role Playing; Studying Social Behavior and Values. In Models of Teaching. Allyn and Bacon Fogg, P. 2001. A history professor engages students by giving them a role in the action. Chronicle of Higher Education. Poorman, P. B. 2002. Biography and role-playing:fostering empathy in abnormal psychology. Teaching of Psychology Hardini, Israni dan Dewi Puspiasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia. Tarigan, Djago. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara http://semnasfis.unimed.ac.id e-ISSN: 2549-5976 p-ISSN: 2549-435X 261