BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigi adalah bagian tubuh yang memiliki peranan penting bagi organ tubuh. Penting bagi kita untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Susunan gigi yang menumpuk atau tidak rata, merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi banyak orang. Berdasarkan hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan yaitu RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2008 , masalah susunan gigi yang tidak rata di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 80% dari jumlah penduduk. Masalah tersebut rentan menimbulkan berbagai masalah pada kesehatan mulut. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia yaitu drg. Zaura Rini Anggraeni,MDS memberi penuturan bahwa, susunan gigi yang tidak rata dapat diperbaiki dengan melakukan pemasangan kawat gigi atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan behel. Awal mula dari penggunaan kawat gigi adalah untuk mengatasi masalah susunan gigi yang tidak rata, akan tetapi seiring perkembangan zaman, fungsi ini sedikit demi sedikit mulai berubah. Tidak hanya memiliki fungsi dari sisi kesehatan saja, akan tetapi kawat gigi juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai aksesoris yang kini menjadi trend di kalangan anak muda. Bentuk dari kawat gigi yang unik dan menarik, menjadikan kawat yang memagari gigi ini menjadi penghias gigi. Trend penggunaan kawat gigi, membuat sebagian orang begitu tertarik untuk memasang kawat gigi. Harga yang ditawarkan untuk pemasangan kawat gigi relatif mahal yaitu mencapai jutaan. Akan tetapi karena permintaan pasar yang semakin meningkat akibat beralih fungsi penggunaan kawat gigi karena untuk aksesoris, maka hadirlah produk kawat gigi yang memiliki harga yang sangat murah yang ditawarkan oleh jasa pemasangan kawat gigi selain dokter atau dengan kata lain yaitu tukang gigi. Selain harga yang ditawarkan terjangkau, model kawat gigi yang bervariasi semakin menambah daya tarik dari kawat gigi yang di pasang melalui jasa tukang gigi. Masyarakat yang berada di tingkat ekonomi menengah ke bawah lebih 1 2 memilih menggunakan kawat gigi yang mereka pasang melalui jasa tukang gigi dengan harga yang relatif murah dan memiliki banyak variasi model. Hal inilah yang dikhawatirkan, karena ingin memasang kawat gigi dengan harga murah sebagian orang rela mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya. Menurut penuturan dari drg. Zaura Rini Anggraeni, MDS selaku Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), terdapat berbagai macam dampak negatif bagi kesehatan akibat pemasangan kawat gigi yang dilakukan bukan pada ahlinya atau dokter spesialis orthodonti, yaitu seperti masalah pencernaan, membuat gigi semakin berantakan, menyebabkan iritasi pada gusi karena bahan yang digunakan tidak jelas, menyebabkan pembengkakan pada gusi kerena kawat gigi palsu bisa menggores gusi yang strukturnya mudah tergores, menyebabkan fungsi gigi terganggu dan beberapa penyakit yang lebih serius. Pada umumnya kawat gigi yang dipasang oleh tukang gigi tidak mencantumkan spesifikasi nama dan asal produknya. Misalnya saja kandungan logam di bracket gigi yang tidak boleh mengandung nikel. Apabila hal ini terjadi maka bisa saja akan memicu terjadinya kanker. Seperti yang dikutip dari laman berita Garutexpress.com, salah seorang gadis asal Garut, Jawa Barat menjadi korban pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional. Gadis tersebut mengalami pembengkakan di bagian gusi usai memasang kawat gigi di salah satu tempat pemasangan kawat gigi di Garut. Bahkan, pembenngakan tersebut didiagnosa adalah sebuah tumor jinak Menurut dokter Mieke Handayani dokter ahli Orthodonti dari U Smile Clinic “pemasangan kawat gigi seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya, yaitu dokter spesialis orthodonti (spesialis kawat gigi)”. Prosedur dalam pemasangan kawat gigi juga tidak semudah yang kita bayangkan yaitu harus sesuai dengan prosedur demi kenyamanan dan kesehatan pengguna. Untuk pemasangan kawat gigi, dokter ahli melakukanya dengan seksama dan sesuai prosedur. Hal ini bertujuan agar pemasangan kawat gigi bisa memberikan kesehatan yang lebih baik bagi penggunanya. Banyaknya pengguna dan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya mengenai pemasangan kawat gigi melalui tukang gigi, membuat 3 sebagian orang tetap memilih memasang di tempat yang tidak semestinya, padahal banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan sosialisasi yang lebih mendalam kepada masyarakat mengenai bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional atau tukang gigi yaitu berupa upaya pencegahan agar masyarakat tidak melakukan pemasangan kawat gigi melalui jasa non profesional melalui perancangan iklan layanan masyarakat. Dengan tujuan agar masyarakat lebih tahu apa saja dampak negatif yang ditimbulkan akibat pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional. 1.2 Rumusan Masalah Banyaknya pengguna dan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional membuat sebagian orang tetap memilih menggunakan jasa pihak non profesional untuk memasang kawat gigi. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum, agar masyarakat lebih tahu dampak negatif yang ditimbulkan akibat pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan melalui iklan layanan masyarakat. 1.3 Tujuan Perancangan Tujuan dari sosialisasi bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan adalah menghasilkan sebuah konsep komunikasi visual dalam bentuk perancangan iklan layanan masyarakat yang komunikatif. 1.4 Manfaat Perancangan 1.4.1 Bagi Penulis Bagi penulis manfaat dari perancangan ini adalah bisa melakukan sosialisasi tentang bahaya pemasangan kawat gigi melalui pihak non profesional dengan cara merancang sebuah iklan layanan masyarakat yang komunikatif dan menarik bagi masyarakat. 4 1.4.2 Bagi Masyarakat Bagi masyarakat manfaat dari perancangan ini adalah agar masyarakat bisa lebih tahu dampak negatif apa saja yang bisa ditimbulkan dari pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional lebih mendalam dari segi kesehatan. 1.4.3 Bagi Klien Bagi klien manfaat dari perancangan ini adalah dapat mempermudah dalam sosialisasi atau memberikan informasi mengenai dampak pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan kepada masyarakat, karena dalam perancangan ini akan dibuat media perancangan yang komunikatif untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih efektif. 1.4.4 Bagi Universitas Sebagai referensi yang dapat digunakan untuk bahan pengembangan terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah desain untuk iklan layanan masyarakat. Selain itu untuk menambah pembedaharaan kepustakaan Universitas Dian Nuswantoro Semarang sebagai wacana kepustakaan baru mengenai komunikasi visual, dan sekaligus sebagai acuan terhadap laporan yang berhubungan dengan masalah terkait, juga sebagai media untuk menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa dan pembaca lainnya. 1.5 Batasan Masalah Isu utama yang dijadikan dasar untuk melakukan sosialisasi ini adalah mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan melalui perancangan iklan layanan masyarakat. Sedangkan untuk wilayah cakupan untuk sosialisasi ini adalah kota Semarang. Target sasaran sosialisasi ini meliputi usia 13-23 tahun, yaitu kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini didasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan, bahwa masyarakat kota Semarang banyak yang melakukan pemasangan kawat gigi melalui jasa non profesional. 5 1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, akan menggunakan metode kualitatif. Didapat beberapa variabel dari perancangan ini yaitu variabel kawat gigi, kesehatan gigi, penggunaan kawat gigi di kalangan masyarakat dan bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan. Sedangkan untuk analisa data akan menggunakan metode analisa 5W + 1H, yang akan membahas mengenai masalah bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan. Pada perancangan ini dilakukan dengan melakukan wawancara di sebuah klinik spesialis orthondonti (spesialis kawat gigi) untuk mendapatkan informasi seputar masalah bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan, dan melakukan observasi ke beberapa klinik tukang gigi atau jasa non profesional untuk mengamati seberapa besar minat masyarakat untuk memasang kawat gigi melalui jasa non profesional, serta faktor apa saja yang membuat masyarakat lebih memilih memasang kawat gigi melalui jasa non profesional 1.6.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan faktor penting dari keberhasilan penelitian dan terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder: 1. Data Primer Data Primer adalah data yang didapat langsung dari lapangan, dikumpulkan dan diolah oleh peneliti berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa narasumber a. Metode Wawancara Data akan diperoleh melalui metode wawancara dengan dengan dokter spesialis Orthodonti (spesialis kawat gigi) di sebuah klinik khusus gigi untuk mengumpulkan berbagai informasi seputar kawat gigi dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan kawat gigi yang dilakukan pemasangannya oleh pihak non profesional bagi kesehatan. Wawancara juga akan dilakukan dengan beberapa orang yang menggunakan kawat gigi, 6 untuk mengetahui pemahaman mereka mengenai dampak penggunaan kawat gigi yang dilakukan pemasangannya oleh pihak non profesional. b. Observasi Observasi akan dilakukan di beberapa klinik non profesional, yaitu melakukan pengamatan seberapa besar minat masyarakat untuk memasang kawat gigi melalui jasa non profesional. Kemudian untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat masyarakat melakukan pemasangan kawat gigi melalui jasa non profesional. Serta untuk mengetahui tentang kepuasan hasil yang didapat terhadap masyarakat yang melakukan pemasangan kawat gigi melalui jasa non profesional. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh secara tidak langsung oleh penulis. Data dapat diperoleh melalui beberapa metode di antaranya sebagai berikut: a. Pencarian Lewat Internet Data akan diperoleh dengan mencari dan mengumpulkan data lewat internet karena dirasa cukup membantu untuk menambah data dan informasi yang diperlukan dengan mencari data-data penunjang dari website kesehatan dan artikel pendukung yang berhubungan dengan kesehatan lainnya. Pencarian dan pengumpulan data bukan melalui blog-blog yang memiliki data yang belum tentu kebenarannya dan tidak ada validasinnya. Sehingga data yang diperoleh merupakan data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. b. Kepustakaan Data akan diperoleh dari kepustakaan melalui buku-buku maupun artikel yang berhubungan dengan kesehatan mulut dan gigi, bahaya pemasangan kawat gigi yang dilakukan selain oleh dokter spesialis orthodonti, dan hal yang berkaitan dengan judul perancangan yaitu sosialisai bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan. 7 1.6.3 Metode Analisa Data Metode 5W + 1H (Metode Kipling)(1902) telah digunakan secara luas dan dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk mengumpulkan dan menyajikan informasi. Metode 5W + 1H ini juga disebut dengan Metode Kipling (Method Kipling) Metode Kipling (5W + 1H) berisi 6 kata pertanyaan dasar untuk mendapatkan informasi: What (apa yang menjadi masalah utama), Where (dimana permasalahan itu terjadi),When (kapan permasalahan itu terjadi),Why (mengapa hal tersebut terjadi), Who (siapa saja target audien, target market, baik yang primer maupun sekunder), dan How (bagaimana proses terjadinya permasalahan tersebut) (Quan, 2013). Sugimoto dan Baek menyatakan bahwa strategi 5W+1H dapat diterapkan untuk ; (i) mengidentifikasi konteks elemen deskriptif dan menentukan penyebrangan antara standar, (ii) untuk menjelaskan suatu peristiwa, misalnya pada berita, dan (iii) mengkategorikan elemen metadata dari setiap standar skema metadata (Sugimono & Back, dalam Drs. Marjuki, 2014) Maka dari itu, penulis menggunakan metode 5W+1H (what,who, where, when, why, how). Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang dari klien, penulis, dan sudut pandang dari masyarakat. Dalam metode analisa 5W+1H akan dibahas mengenai seputar perancangan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan. Analisis 5W+1H tersebut akan terdiri dari: a. What ( Apa ) Didalam what akan menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi dalam perancangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Profesional Bagi Kesehatan. b. Why ( Mengapa ) Didalam why akan menanyakan mengapa perancangan perancangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Profesional Bagi Kesehatan dibuat 8 c. Who ( Siapa ) Didalam who akan menanyakan siapa yang menjadi sasaran objek penelitian atas perancangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Profesional Bagi Kesehatan. d. When ( Kapan ) Didalam when akan menanyakan kapan perancangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Profesional Bagi Kesehatan akan diselenggarakan. e. Where ( Dimana ) Didalam where akan menanyakan dimana perancangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Profesional Bagi Kesehatan akan dipublikasikan. f. How ( bagaimana ) Didalam how akan menanyakan bagaimana membuat perancangan Iklan Layanan Masyarakat mengenai Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Profesional Bagi Kesehatan yang komunikatif. 9 1.6.4 Bagan Alir Penelitian SOSIALISASI BAHAYA PEMASANGAN KAWAT GIGI OLEH PIHAK NON PROFESIONAL BAGI KESEHATAN MELALUI PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT LATAR BELAKANG MASALAH Banyak remaja yang melakukan pemasangan kawat gigi melalui pihak non profesional tanpa memperdulikan bahaya yang ditimbulkan. RUMUSAN MASALAH Bagaimana mensosialisasikan bahaya pemasangan kawat gigi kawat gigi melalui pihak non profesional bagi kesehatan melalui perancangan iklan layanan masyarakat yang komunikatif? TUJUAN PERANCANGAN Memberikan informasi tentang bahaya pemasangankawat gigi kawat gigi melalui pihak non profesional bagi kesehatan melalui sosialisasi yang dilakukan melalui perancangan Iklan Layanan Masyarakat. METODE PENELITIAN Metode Kualitatif DATA PERMASALAHAN Bahaya melakukan pemasangan kawat gigi melalui jasa non profesional DATA AUDIENCE Demografis, Geografis,Psikografis DATA KLIEN Dinas Kesehatan Kota Semarang SEGMENTASI AUDIENCE METODE ANALISA 5W+1H Remaja usia 13-23 tahun, kelas ekonomi menengah kebawah KONSEP STRATEGI DESAIN FINAL DESAIN Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian Sumber : Penulis 10 1.7 Tinjauan Teori 1.7.1 Teori Seputar Permasalahan a. Kawat Gigi Kawat gigi adalah peralatan gigi yang digunakan untuk menyelaraskan gigi menjadi sejajar, memperbaiki gigi yang berdesakan atau tumbuh bengkok serta memperbaiki kondisi gigi yang tidak rata pada orang dewasa serta anakanak. Proses dimana masalah gigi ini diperbaiki melalui penggunaan kawat gigi dikenal dengan nama perawatan orthodontik (Memperbaiki dan Memperindah Posisi Gigi Anak, Rina J Suryanegara, 2000:38) . b. Kesehatan Gigi dan Mulut Gigi dan mulut adalah salah satu organ tubuh penting sebagai media masuknya makanan ke dalam tubuh. Tanpa gigi yang sehat, kita tidak akan mampu mengunyah makanan yang menjadi asupan gizi untuk tubuh secara keseluruhan. Gangguan pada gigi dan mulut bisa menjadi pemicu penyakit berbahaya. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang (Pengenalan dan Perawatan Gigi Anak, Eriska Riyanti, 2005). Salah satu masalah kesehatan gigi yang dihadapi sebagian orang adalah masalah susunan gigi yang tidak rata, hal ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut. Sulitnya pembersihan sisa makanan ini diakibatkan karena berjejalnya kondisi gigi, hal ini akan meningkatkan peradangan gusi dan gigi berlubang. Sisa makanan yang tertinggal akan menjadikan bakteri berkembang biak, bakteri tersebut menghasilkan toksin yang akan mengiritasi jaringan gusi sehingga terjadilah peradangan pada gusi. Untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak rata maka dibutuhkan pemasangan kawat gigi agar terhindar dari berbagai macam masalah kesehatan gigi yang ditimbulkan dari susunan gigi yang tidak rata. Penggunaan kawat gigi harus disertai dengaan menjaga kebersihan gigi, kesulitan yang sering dihadapi yaitu melakukan pembersihan gigi. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan pemakaian pasta gigi yang tepat sehingga mampu menekan atau menurunkan terjadinya radang gusi pada pemakai kawat gigi. Pasta gigi non 11 (Sodium Lauryl Sulfat) dengan kandungan enzim Amiloglukosidase, Glukoseoksidase dan Laktoperosidase mempunyai kelebihan menekan peradangan pada gusi. Sifatnya mempertahankan flora mulut dan secara, mulut terasa licin dan kesat, keadaan ini menguntungkan bagi pemakai kawat gigi karena akan membuat gigi menjadi lebih nyaman selain itu kesehatan gigi dan mulut pasti akan terjaga. c. Bahaya Pemasangan Kawat Gigi Oleh Pihak Non Medis Menggunakan kawat gigi atau behel memang bisa membantu memperbaiki berbagai masalah susunan gigi yang tidak rata yang bisa menimbulkan berbagai macam masalah pada kesehatan gigi dan mulut, dan juga untuk mengembalikan fungsi gigi, dari segi estetika penggunaan kawat gigi juga dapat memperbaiki posisi rahang dan proposi wajah untuk merubah penampilan. Pengguna kawat gigi yang hanya memandang fungsi kawat gigi dari segi estetika bukan dari segi kesehatan, biasanya lebih memilih menggunakan kawat gigi yang dipasangnya melalui pihak non profesional atau tukang gigi yang harganya jauh dibawah harga kawat gigi yang dipasang oleh dokter spesialis orthodonti, selain itu pengguna kawat gigi tersebut juga mengesampingkan kualitas maupun bahan yang digunakan pada kawat gigi tersebut. "Kawat gigi kualitas rendah dapat menyebabkan seseorang mengalami keracunan. Beberapa bahannya tidak aman dan bahkan dapat melukai mulut. Selain itu, bahan yang tidak aman dapat menyebabkan infeksi di dalam mulut," ungkap Dr Sagar Shah, seorang dokter gigi, seperti yang dikutip dari Times of India, Senin (8/7/2013). Beberapa bagian dari kawat gigi yang ditawarkan oleh pihak non profesional seringkali cepat longgar, bahan yang longgar dapat terlepas dan bisa saja tidak sengaja tertelan . Penggunaan kawat gigi yang sembarangan, dengan harga murah bahkan kurang memperhatikan kualitas dari bahan yang digunakan bisa menyebabkan ulserasi. Ulserasi merupakan luka terbuka yang sulit untuk disembuhkan. Pada saat melakukan pemasangan kawat gigi, ulserasi bisa muncul apabila seringnya terjadi gesekan antara permukaan bibir dalam dengan kawat gigi. Ruam kulit, 12 infeksi, alergi bahkan pembengkakan pada gusi bisa terjadi akibat pemasangan kawat gigi yang tidak benar. Memakai kawat gigi palsu dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat menimbulkan resiko kesehatan yang cukup serius. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) drg Zaura Rini Anggraeni, MDS menyatakan bahwa “pemasangan kawat gigi yang tidak benar bukan hanya dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada mulut dan gigi baik untuk efek samping ringan hingga berat, melainkan juga dapat menyebabkan pasien tertular penyakit mulai dari hepatitis hingga HIV/AIDS”. Terdapat berbagai macam bahaya/resiko yang ditimbulkan akibat pemakaian kawat gigi yang tidak ditangani oleh ahlinya atau dokter spesialis ortodonti antara lain : 1. Menimbulkan Masalah Pencernaan Kawat gigi yang dimiliki oleh tukang gigi memiliki kualitas rendah dikhawatirkan terbuat dari material berbahaya, material tersebut bisa bereaksi terhadap air liur di dalam mulut, jika terjadi hal demikian maka reaksi dari material tersebut akan masuk ke dalam sistem pencernaan kita dan selanjutnya bisa menimbulkan gangguan pada pencernaan. 2. Membuat Gigi semakin Berantakan Kawat gigi yang digunakan oleh tukang gigi tidak memiliki fungsi kesehatan apapun dan akan mempengaruhi struktur gigi. Bahkan pemakaian dalam jangka waktu yang lama akan membuat gigi menjadi semakin berantakan. 3. Alergi Kawat gigi logam mengandung berbagai logam, termasuk nikel, tembaga dan kromium. Sekitar 30% pasien orthodonti dari semua pasien orthodonti lainnya memiliki alergi terhadap logam ini yang dapat menyebabkan rasa sakit dan telinga tersumbat. 13 4. Menyebabkan Iritasi Gusi Penggunaan kawat gigi yang tidak tepat pemasanganya dapat mengiritasi gusi. Material pembuat kawat gigi yang keras serta tidak memiliki kualitas yang baik akan menjadikan gusi iritasi. 5. Menyebabkan Kesulitan Makan Kawat gigi yang digunakan oleh tukang gigi terbuat dari bahan yang tidak nyaman di mulut akan membuat ketidaknyamanan dimulut. Selain itu pembuatan kawat gigi yang sembarangan akan membuat pemakai kawat gigi tersebut tidak nyaman dan kesulitan untuk mengunyah makanan. 6. Menyebabkan Gusi Membengkak Kualitas kawat gigi yang tidak bagus dapat menggores gusi. Gusi sendiri memiliki struktur yang sangat mudah tergores. Bahkan goresan kecil oleh kawat gigi dapat membuat gusi menjadi bengkak. 7. Menyebabkan Fungsi Gigi Terganggu Kawat gigi palsu yang dipakai terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi fungsi gigi. Fungsi gigi seperti mengunyah dapat menjadi terganggu karena kawat gigi yang terpasang pada gigi. 8. Menyebabkan Penyakit Mulut Penggunaan kawat gigi yang tidak sesuai prosedur secara terus menerus, secara tidak langsung akan memasukkan bakteri yang kemungkinan menempel pada kawat gigi. Jika kawat gigi ini dipasang maka bakteri bisa berada di mulut bahkan masuk kedalam sistem pencernnaan dan dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit yang lebih serius. 1.7.2 Teori Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat merupakan alat atau media komunikasi yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat. Iklan Layanan Masyarakat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menyebarluaskan iklan-iklan yang berisi tentang berita-berita maupun pesan sosial untuk menyadarkan masyarakat (Tinarbuko, 2007:2) Iklan layanan masyarakat merupakan iklan yang ditujukan kepada masyarakat untuk membangkitkan kepedulian terhadap masalah-masalah yang 14 terjadi dalam kehidupan sosial terhadap apa yang dikampanyakan oleh iklan layanan masyarakat itu sendiri serta jenis iklan yang besifat non profit yaitu tidak mencari keeuntungan semata. Menurut Brove dan Arens, iklan layanan masyarakat bertujuan untuk merangsang penelitian atas suatu informasi, merubah kebiasaan aktivitas, mengurangi pemborosan sumber daya alam, mengkomunikasikan kebijakan pemerintah, memperbaiki sikap masyarakat, dan menginformasikan jalan keluar. Dengan begitu penulis dapat merancang sebuah pesan-pesan tentang bahaya pemasangan kawat gigi oleh jasa non profesional bagi kesehatan kedalam sebuah iklan layanan masyarakat. a. Jenis – Jenis Iklan Layanan Masyarakat (Pujiyanto, 2014) 1. Comercial Advertising Iklan jenis ini bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan ini terbagi menjadi dua (Lwin & Aitchison. 2005), yaitu : a. Iklan Strategis Digunakan untuk membangun merk. Hal ini dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merk dan manfaat produk. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merk serta membangun pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merk serta meyakinkan bahwa merk ini ada bagi pengguna. b. Iklan Taktis Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merk tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama. 2. Corporate Advertising Iklan ini bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut (Madjadikara,2004). Iklan 15 Corporate akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan masyarakat. Iklan yang berorientasi Corporate merupakan pada kepentingan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada publik. Iklan corporate sering kali berbicara tentang nilai-niilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merk dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar. 3. Public Service Advertising Iklan Laayanan Masyarakat merupaka bagian dari kampanye social marketing yang bertujan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan umum atau merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi lebih baik (Madjadikara,2004), misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, anti narkoba dan sebagainya. b. Pendekatan dalam Penyajian Visual Iklan Layanan Masyarakat 1. Humor Humor cenderung untuk menangkap perhatian seseorang, terutama untuk anak-anak dan remaja, akan tetapi pada penyajian visual humor ini bisa saja masalah yang serius menjadi diremehkan oleh audiens. Akan tetapi dapat sangat efektif dalam menyampaikan pesan penting. 2. Petuah Petuah lebih melibatkan individu atau kelompok yang pada dasarnya memohon pembaca untuk lebih menyadari permasalahan yang serius. Terdapat sedikit perbedaan antar petuah dan pesan yang sifatnya menggurui. 3. Keterkejutan Keterkejutan lebih menyajikan realita dari masalah, hal ini dirasa akan membuat audiens terkejut. Pendekatan dalam penyajian visual dengan menggunakan keterkejutan lebih jarang digunakan karena dianggap mungkin terlalu kontroversial bagi beberapa orang. 16 1.7.3 Teori Desain Komunikasi Visual Menurut Adi Kusrianto (Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2009:2), desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemenelemen grafis yang berupa bentuk dan gambar tatanan huruf serta komposisi warna serta layout (tata letak perwajahan). Perkembangan desain grafis semakin pesat hingga merambah ke dunia multimedia diantaranya video dan audio, sehingga dalam istilah desain grafis berpindah nama menjadi Desain Komunikasi Visual (DKV) istilah ini memiliki makna yang lebih luas. Sementara itu pengetian Desain Grafis menurut beberapa ahli adalah proses pemikiran yang diwujudkan dalam gambar ( Hendi, 2008:3 ) Desain Grafis adalah suatu jenis seni yang paling banyak terlihat diantara jenis-jenis seni lainnya, karena Desain Grafis dapat ditemukan dimanapun dan kapanpun (Resnick, 2003:15). Ada beberapa elemen-elemen visual yang perlu diketahui dan ditata sehingga dapat mengasilkan komposisi desain yang harmonis, menarik,serta komunikatif. Elemen-elemen tersebut terdiri dari: 1. Garis Garis merupakan unsur dasar dalam merancang suatu bentuk maupun konstruksi desain yang terjadi terhubung antara suatu tiitik dengan titik yang lainnya, sehingga membentuk sebuah gambaran garis lurus dan lengkung (Nirmana, Dasar-Dasar Seni dan Desain”, Sadjiman, 2009:102) 2. Bentuk Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang dikenal banyak orang adalah kotak, lingkaran, dan segitiga. Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 17 a. Huruf Dalam buku yang ditulis oleh Danton Sihombing (2001:13), tipografi merupakan salah satu pengetahuan disiplin seni mengenai huruf. Huruf merupakan elemen dasar yang tersusun dari struktur bahasa tulis dalam menciptakan suatu kata ataupun kalimat. Rangkaian huruf mampu memberikan suatu kesan yang diwujudkan dalam bentuk visual. Adapun karakteristik huruf dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1) Oldsyle, pertemuan stem dan serif merupakan sudut lengkung dan tebal tipis strokenya kontras. 2) Transitional, pertemuan stem dan serif merupakan sudut lengkung dan tebal tipis strokenya sedikit kontras. 3) Modern, pertemuan stem dan serif merupakan sudut siku dan tebal tipis strokenya sangat kontras. 4) Egyptian/Slabserif, pertemuan stem dan serif merupakan sudut lengkung dan umunya sisi sama kedua sisi sama lebar, tebal tipis strokenya sedikit kontras. 5) Contempory/Sans Serif, tidak memiliki serif dan tebal tipis strokenya umumnya sama. b. Simbol ( Symbol ) Simbol merupakan bentuk visual yang dapat mewakili bentuk-bentuk benda secara sederhana dan mudah dipahami. Simbol dapat dikatakan juga sebagai lambang untuk mewakili suatu bentuk. c. Bentuk Nyata ( Form ) Bentuk dapat menggambarkan secara detail kondisi suatu obyek. Seperti bentuk tubuh hewan, manusia, dan benda-benda lainnya. “Nirmana, Dasar-Dasar Seni dan Desain”, Sadjiman (2009:120). 3. Warna Teori lingkaran warna dari Mushell terdiri dari tiga warna dasar yang disebut dengan warna primer, yaitu merah (magenta), kuning (yellow) dan biru (cyan). Darmaprawira(2002,56). Menurut Maitlan Graves ( Darmaprawira, 2002,33) warna dibagi menjadi dua yaitu: 18 a. Warna Hangat atau panas, warna ini memiliki sifat agresif, aktif, dan positif. Warna yang termasuk dalam warna panas yaitu merah, kuning, jingga. b. Warna Dingin atau sejuk, warna ini memiliki sifat negatif, putus asa, tenang dan aman. Warna yang termasuk dalam warna dingin yaitu warna hijau, biru, ungu. Menurut The Prang System (Eko Nugroho, 2008,13) dimensi warna dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Hue Hue tergolong dalam kedalam beberapa warna primer, sekunder, dan tersier yang berkaitan dengan panas dinginnya sebuah warna. b. Value Value memiliki kualitas sinar yang direfleksikan sebuah warna untuk menunjukkan gelap terang. Hal ini dilakukan dengan cara menambahkan warna putih atau hitam pada warna lain. c. Intensity Intensity merupakan intensitas yang dapat dicapai dengan cara menambahkan warna-warna asli dengan warna-warna netral seperti, putih, hitam, abu-abu dan warna komplementer. 4. Ruang Ruang dapat terjadi akibat terdapat jarak antara bentuk satu dengan bentuk lainnya. Ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar belakang (background) 5. Tekstur Tekstur merupakan tampilan atau corak sebuah benda yang dapat dilihat dan diraba. Seperti kulit kayu, kain dan karpet. 1.7.4 Teori Ilustrasi Ilustrasi berasal dari bahasa latin yaitu illustrate yang berarti menerangkan atau memperlihatkan sesuatu, ilustrasi dapat berupa gambar, simbol, relief, musik, yang tujuanya untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu (Santoso,2002:57). Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang 19 dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual ( Kusrianto,2007:110) Fungi dari ilustrasi adalah untuk menarik perhatian publik guna mendorong dan mengembangkan gagasan dalam realistis, dapat menumbuhkan suasana emosional karena ilustrasi lebih mudah di persepsi atau diserap dari tulisan (Kusmiati,1999:44). Ilustrasi dapat berupa foto, gambar kolase, karikatur, produk dan lain sebagainya. Ilustrasi dari segi teknik pembuatanya di golongkan menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Ilustrasi Gambar Tangan Yaitu menggambar ilustrasi dengan menggunakan keterampilan tangan dan bantuan dari alat bantu seperti pensil, pena, cat, dan tinta. Gambar tangan terdiri dari beberapa teknik, diantaranya yaitu teknik arsir, teknik blok, teknik titik-titik, halftone, teknik goresan kering, teknik pengikisan papan, dan lain-lain. 2. Ilustrasi Fotografi Yaitu teknik pembuatan ilustrasi dengan menggunakan photo/sinar yang ditangkap melalui kamera, baik analog maupun digital. Teknik fotografi menggambarkan keadaan secara nyata (realis). Ilustrasi fotografi memiliki beberapa kegunaan seperti menggambarkan perbandingan menunjukan berita, mengabadikan sesuatu, meceritakan suasana hati,menggambarkan sesuatu yang membangkitkan rasa kemanusiaan (Suryanto, 2004:89) Adapun alat pendukung teknik fotografi yang umumnya biasa dipakai yaitu berupa: a. Kamera b. Lensa (lensa wide angel, lensa standar, lensa tele, lensa makro, dll) c. Penerangan (alami : cahaya matahari dan buatan : lampu, flash/blits) 3. Teknik Gabungan Yaitu ilustrasi dengan struktur visual atau rupa yang terwujud dari perpaduan antara fotografi/ilustrasi manual dengan teknik drawing di komputer (Pujiriyanto,2005:41). Teknik ini sangat efektif apabila untuk 20 membuat objek menjadi menarik dan banyak digunakan dengan dukungan software komputer baik yang berbasis vector atau bitmap. Relevansinya dengan masalah yang diangkat adalah ilustrasi akan membantu “perancangan iklan layanan masyarakat tentang bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional” agar ilustrasi yang tercipta akan lebih bagus dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan penulis. 1.7.5 Teori Animasi Kata “animasi” merupakan penyesuaian dari kata “animation” (dalam bahasa inggris), berasal dari kata dasar “ to animate, yang berarti “ menghidupkan” (Wojowasito, 1997). Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan atau menggerakan benda mati. Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi, untuk menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup. Hal tersebut bisa dicapai dengan menampilkan gambar berturut-turut di atas kertas, ataupun menggunakan media lain seperti, CGI (Computer Generated Images) puppet dan clay figures, (G. Djalle, Zaharuddin. 2007. The Making of 3D Animation Movie. Bandung : Informatika Bandung) 1.7.6 Teori Animasi 2D Animasi 2D adalah teknik pembuatan animasi dengan menggunakan gambar bersumbu (axis) dua yaitu X dan Y (Santoso, 2013). Animasi ini lebih dikenal dengan animasi manual yang prosesnya dimulai dengan menggambar diatas selembar kertas, kemudian di scan dan baru dipindahkan ke dalam komputer untuk diubah menjadi file digiital. Namun zaman sekarang animasi 2D bisa dilakukan semuanya dalam komputer sehingga hasil jadinya dalam bentuk digital. 1.7.7 Teori Animasi Motion Graphic Menurut Khrisna (2010) dalam sebuah majalah Motion by Design edisi pertama, dikatakan bahwa motion grafis pada umumnya merupakan gabungan dari potongan-potongan desain/animasi yang berbasis media visual yang menggabungkan bahas film dengan desain grafis. Ini dapat dicapai dengan 21 memasukkan sejumlah elemen yang berbeda seperti 2D/3D, video, film, tipografi, ilustrasi, fotografi, dan musik. Sebuah video atau film animasi baru bisa dikatakan sebagai sebuah motion grafis jika sudah dikombinasikan dengan elemen desain, seperti jenis, bentuk, atau baris. Ada beberapa karakteristik kunci untuk lebih mendefinisikan sifat . grafis : Motion grafis 2 dimensi atau 3 dimensi, namun dapat menciptakan ilusi elemen gerakan 3 dimensi. Motion grafis tidak harus benar berpindah posisi, asalkan ada sesuatu yang berubah dalam jangka waktu tertentu pada objek tersebut. Misalkan objek berubah warna meskipun tetap pada posisi diam. 1.7.8 Teori Sound Musik dan lagu dirasakan melalui indera pendengaran. Dalam iklan yang dibuat animasi, musik dan lagu sangat endukung penampilan desain yang ada, memberikan kesan dan pesan yang lebih mendalam. Musik dan lagu mengikuti alur cerita. Musik yang keras mencerminkan suasana gembira, atau sebaliknya suasana marah. Suara musik yang mendayu-dayu mencerminkan kehormatan atau kelembutan yang diarahkan ke suasana sedih. Musik dan lagu memiliki rasa emosional yang mendalam sehingga muncul karakteristik atau segi orisinilitas yang membuat karakter pribadi. Musik juga menjadi komponen yang penting untuk membuat iklan menjadi hidup, menarik perhatian, membangkitkan rasa emosional, mempengaruhi suasana hati pendengarnya, menyalurkan pesan iklan, mengkomunikasikan produk, menguatkan image merk atau membangunkan kepribadian merek (brand personality) Untuk membuat musik sebagai pembangun brand personality suatu produk, maka lagu yang dipilih untuk mendampingi iklan harus disesuaikan dengan lirik, gaya musik, tempo, penyanyi, grup band, maupun keutuhan lagunya, Dengan semua itu maka mood terbangun sehingga lagu dapat membantu membantu penyampaian iklan dengan baik kepada audien. Dengan musik dan lagu informasi serta pesan yang akan disampaikan diharap lebih cepat dan mudah masuk dan diterima oleh audien. (Pujianto, 2013: 117-19). 22 1.7.9 Teori Cone Of Learning Teori Cone Of Learning merupakan teori yang dikemukakan oleh Edgar Dale, teori ini menampilkan sebuah kerucut pembelajaran yang menjelaskan bahwa Kerucut Edgar Dale merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang ketertarikan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan gagasan – gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu. Dale dalam Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan: “hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Dale berkeyakinan bahwa simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk pengalaman konkrit. Kerucut pengalaman merupakan awal untuk memberikan alasan tentang kaitan teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Pengalaman Langsung (Direct Purposeful Experiences) Dasar dari pengalaman kerucut Dale ini adalah merupakan penggambaran realitas secara langsung sebagai pengalaman yang kita temui pertama kalinya. Ibarat ini seperti fondasi dari kerucut pengalaman ini, dimana dalam hal ini masih sangat konkrit. Dari uraian-uraian yang dikemukakan pada bagian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa berbagai jenis media tersebut pada dasarnya dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu media cetak, media elektronik dan objek nyata atau realita. 1. Media Cetak Bagi kebanyakan orang, istilah “media cetak”, biasanya diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan professional, seperti buku, majalah, 23 dan modul. Sebenarnya, disamping itu masih ada bahan lain yang juga dapat digolongkan ke dalam istilah “cetak”, seperti tulisan/bagan/gambar yang difoto kopi ataupun hasil reproduksi sendiri. Meskipun akhir-akhir ini masyarakat banyak tertarik oleh dunia elektronik yang lebih modern tampaknya bahan-bahan cetak tidak akan ditinggalkan sebagai media pengajaran. Artinya, bahan-bahan cetak ini akan selalu memegang peranan penting dalam prndidikan dan pelatihan. Kecenderungan yang ada menunjukkan, di masa yang akan datang media cetak dan media komunikasi lainnnya akan berbagai tugas dalam melayani kepentingan belajar para siswa di sekolah. Tentu saja dengan diperkenalkan proses percetakan yang baru, cepat, dan ekonomis, maka mereka yang berkecimbung dalam program pendidikan lebih mampu mendistribusikan buku teks yang murah, unit pengajaran terprogram buku kerja dan booklet bergambar, lebih mudah dari sebelumnya. Bahan cetak dalam berbagai bentuk dapat dikirim ke tempat terpencil, dan dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri. Kelebihan media cetak tampaknya semakin menonjol dengan dengan semakin berkembangnya teknologi reproduksi dewasa ini. Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan media cetak ini. Keuntungan dari media cetak ini, disamping relatif murah pengadaannya, juga lebih mudah dalam penggunaannya, dalam arti tidak memerlukan peralatan khusus, serta lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau dipindahkan. Kelemahan dari media ini, terutama jika kurang dirancang dengan baik, cenderung untuk membosankan. Di samping itu, media ini kurang dapat memberikan suasana yang “hidup” bagi seseorang. 2. Media Elektronik Di samping penggunaan media cetak, dalam upaya pengajaran dewasa ini pula adanya perkembangan yang semakin pesat dalam penggunaan media elektronik. Ada berbagai macam media elektronik yang lazim dipilih dan digunakan dalam pengajaran, yaitu berupa perangkat slide atau film bingkai. Media ini menuntut keterampilan dan perlengkapan tertentu dalam pengadaannya. Sekalipun media ini lebih banyak bersifat visual, banyak ahli 24 menyarankan penggunaannya dalam pengajaran. Objek-objek yang ingin diperlihatkan melalui slide ini dapat ditampilkan dalam warna yang lebih realistik dan orisinil. Di samping itu, perangkat slide ini mudah disusun kembali bila perlu,dapat dikombinasikan dengan alat lain (misalnya audiotape) agar lebih efektif, dan dapat disesuaikan dengan kepentingan setiap individu atau kelompok. Film Strips, media ini agak sulit pengadaan dan penggunaannya karena membutuhkan keterampilan khusus. Di samping itu karena susunan filmnya bersifat permanen, sulit diadakan perubahan bila sewaktu-waktu guru menghendaki urutan yang berbeda dari penyajian yang telah ada. Namun demikian, media ini memiliki keuntungan-keuntungan tertentu dalam penggunaannya. Karena urutannya telah tersusun secara sistematis, hal ini sangat membantu siswa dalam memahami gejala atau peristiwa yang diperlihatkan di dalamnya. Di sampingkan itu, film strips ini dapat dikombinasikan dengan alat lain, misalnya dengan rekaman atau petunjuk tertentu, dapat digunakan untuk studi individual atau kelompok, serta dapat dioperasikan dengan bantuan peralatan yang relative sederhana. Rekaman, media mekaman khususnya audio-tape, dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai hal yang mudah diadaptasikan penggunaannya sesuai dengan keperluan. Secara teknis, media ini mudah dioperasikan dan cukup ekonomis. Penggunaannya dalam proses pengajaran dapat dikatakan tidak mengalami kesulitan, baik untuk pengajaran perorangan/individual maupun kelompok. Media ini tersedia di mana-mana karena kebanyakan anggota masyarakat kita memilkinya. Berbagai topik, konsep, prinsip, dan prosedur dapat disampaikan melalui rekaman yang telah dipersiapkan dengan teliti sebelumnya. Overhead Transparancies di samping media-media elekttronik yang telah dikemukakan di atas, overhead transparancies (OHT), yang disajikan dengan bantuan overhead projector (OHP), juga sangat dianjurkan penggunaannya dalam berbagai kegiatan pengajaran. Keuntungan yang diperoleh melalui penggunaan media ini ialah bahwa penyajian informasi dapat 25 dilakukan secara sistematis berdasarkan urutan yang ditetapkan, perencanaannya cukup sederhana. Video Tape/Video Cassette, penggunaan media ini dalam penyajian berbagai materi pembelajaran memberikan banyak keuntungan. Dengan media ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan baik, berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media lainnya dapat disajikan melalui film video. Alat ini dapat diputar kembali yang memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan peningkatan upaya pengajaran. Keuntungan dari media elektronik ini pada umumnya ialah dapat memberikan suasana yang lebih “hidup” penampilannya lebih menarik, dan di samping itu dapat pula digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata. Kelemahan media ini, terutama terletak dalam segi teknis dan juga biaya. Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana tertentu seperti listrik serta peralatan/bahan-bahan khusus yang tidak selamanya mudah diperoleh di tempat-tempat tertentu. Di samping itu, pengadaan maupun pemeliharaannya cenderung menuntut biaya yang mahal. Kesimpulannya adalah, 50% orang akan mudah menangkap sesuatu yang disampaikan dengan cara melihat dan mendengar. Maka dari itu media audio visual merupakan media yang paling mudah untuk ditangkap maksud dan tujuannya dari apa yang ingin disampakan. 26 Gambar 1.2 Cone Of Learning Sumber : www.google.co.id 1.7.10 Teori Media Media yang digunakan sebagai perantara yang dipakai untuk menyebarkan ide atau gagasan kepada penerima. Dan media yang digunakan dalam kasus ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai bahaya pemasangan kawat gigi oleh pihak non profesional bagi kesehatan kepada audien. Pemilihan media dilakukan secara selektif untuk memudahkan segmentasi (geografis, psikologi, demografis) dalam pemberian gagasan atau ide ke audien, media akan disesuaikan dengan area jangkauan sehingga akan lebih tepat sasaran dan efektif.