BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Adapun jenis penelitian yang peneliti rancang dan desain didalam laporan penelitian ini adalah penelitian yang bersifat asosiatif, dimana didalam penelitian ini, peneliti membahas bagaimana kontribusi atau pengaruh dan hubungan antar variabel, yaitu antara variabel X1 (efisiensi penerapan e-travel), variabel X2 (efektifitas penerapan e- travel) dan variabel Y (kinerja perusahaan). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab keingintahuan dan keraguan peneliti atas bagaimana secara detailnya efisiensi dan efektifitas penerapan e-travel tersebut dapat berkontribusi atau mempengaruhi kinerja didalam perusahaan, serta bagaimana dan seberapa besar kontribusi atau pengaruh dan hubungan antar variabelnya. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menetapkan beberapa langkah didalam sebuah metode untuk melakukan penelitian ini dengan cara: 1. Melakukan studi kepustakaan untuk mempelajari dan memperdalam semua hal yang berkaitan dengan laporan penelitian ini. 2. Melakukan observasi terhadap sistem yang sedang berjalan didalam perusahaan. 3. Melakukan wawancara singkat untuk mengetahui kondisi dan situasi perusahaan saat ini yang nantinya akan dideskripsikan didalam five force porter analysis. 4. Menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden yang telah ditetapkan sebagai sampel didalam penelitian ini guna untuk memperoleh data penelitian. • Kuesioner yang dirancang yang akan disebarkan, diukur dengan Skala Likert (merupakan skala yang jaraknya sama, tetapi tidak mempunyai nilai yang absolut). Menurut Sugiyono (2006, p86), Skala Likert digunakan untuk mengukur 59 sikap, pendapat dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam skala likert, kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar setuju atau tidak setuju saja melainkan dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban. Jawaban dari item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif berupa katakata antara lain: 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Cukup Setuju 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak Setuju Jawaban atas pertanyaan atau pernyataan ini sebelum diolah diberikan pembobotan terlebih dahulu seperti pada tabel berikut: Tabel 3.1 Skor Skala Likert Skor Penilaian 5 Sangat Setuju 4 Setuju 3 Cukup Setuju 2 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju Sumber: Supranto (2003, P: 64) 60 • Hasil data yang diperoleh merupakan data ordinal yang harus ditransformasikan terlebih dahulu menjadi data interval guna untuk memenuhi persyaratan didalam melakukan analisis yang bersifat parametrik. • Hasil data yang diperoleh dan dihasilkan dari kuesioner melalui pengukuran dan pembobotan skala likert dan hasil transformasi data, merupakan data mentah yang belum diketahui valid dan reliabel serta berdistribusi secara normal atau tidaknya. Maka dari pada itu, hasil data tersebut perlu diuji melalui uji validitas dan reliabilitas serta uji normalitas data melalui software SPSS versi 14. • Jika data tidak valid dan reliabel serta berdsitribusi normal, maka saya selaku peneliti membuat ulang kuesioner dan menyebarkannya kembali. Jika data valid dan reliabel serta berdistribusi normal, maka data penelitian tersebut akan diproses didalam analisis statistik, yaitu melalui metode analisis jalur (path analysis) untuk mengetahui bagaimana hubungan dan kontribusi atau pengaruh antar variabelnya. • Merancang Hipotesis. • Melakukan analisis statistik – analisis jalur (path analysis) dengan program SPSS versi 14. • Melakukan interpretasi data dari output yang dihasilkan dari analisis jalur (path analysis). • Menguji atau menjawab hipotesis dan mengambil keputusan atas hipotesis yang telah dirancang oleh peneliti. 5. Menarik hasil dan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang bermanfaat untuk pihak perusahaan. 61 3.2 Operasional Variabel Penelitian Didalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang diteliti. Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Secara konseptual variabel dapat kita bagi menjadi empat bagian utama, yaitu: 1. Variabel Dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. 2. Variabel Independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif bagi variabel nantinya. 3. Moderating Variabel adalah variabel yang mempunyai dampak kontinjensi yang kuat pada hubungan variabel dependen dan independen. 4. Intervening Variabel adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur atau dimanipulasi, namun dampaknya dapat disimpulkan berdasarkan variabel independen dan moderating terhadap fenomena yang diamati. Adapun operasional variabel didalam penelitian yang telah peneliti rancang adalah seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian Variabel Indikator Jenis Data Macam Data Sumber Data Time Horison Efisiensi Menurut Arfan Kuantitatif Primer Responden Cross Section Penerapan (www.arfanhy.blog E-Travel (X1) spot.com/2008/01/ efisiensi.html): • Biaya • Waktu • Tenaga 62 • Pikiran • Ruang • Bahan Efektifitas Penerapan E-Travel (X2) • Sistem Kuantitatif Primer Responden Cross Section Kuantitatif Primer Responden Cross Section Pengoperasian (Aras, 2003, p6) • Sistem Pengaplikasian (Aras, 2003, p6) • Hasil (Output) (Budi, 2005, p20) • Tujuan (Chester Barnard – Prawirosentono, 2002, p28) Kinerja Perusahaan (Y) Menurut Aras (2003, p7): • SDM • Leadership • Produktifitas • Metode Kerja • Loyalitas • Semangat & Motivasi Kerja • Sistem Komunikasi Sumber: Peneliti Indikator dari variabel-variabel pada tabel 3.2 tersebut digunakan untuk membuat kuesioner. Adapun langkah-langkah untuk membuat kuesioner adalah sebagai berikut: 63 1. Mempertegas terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud dengan setiap variabelvariabel yang akan diteliti. 2. Menetapkan sebuah Konstrak, yaitu membuat batasan mengenai variabel yang akan diukur. 3. Menetapkan faktor-faktor, yaitu mencoba menemukan unsur-unsur yang ada pada suatu konstrak. 4. Menyusun butir-butir pertanyaan atau pernyataan, yaitu mencoba menjabarkan sebuah faktor lebih lanjut dalam berbagai pertanyaan yang langsung berinteraksi dengan pengisi kuesioner. Dalam setiap konstrak bisa terdiri dari beberapa faktor, dan setiap faktor bisa terdiri dari beberapa butir pertanyaan, dengan catatan bahwa bisa juga setiap faktor mempunyai jumlah butir yang tidak sama satu sama dengan yang lain. 3.3 Jenis & Sumber Data Penelitian Adapun jenis dan sumber data penelitian yang peneliti tetapkan adalah data Kuantitatif (data yang bersifat atau berbentuk numerik atau angka), dengan menggunakan data primer (sumber data yang langsung memberikan datanya kepada pengumpul data), dimana data tersebut masih berbentuk pernyataan atau pertanyaan dan perlu dilakukan pengolahan data dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas serta normalitas data (untuk mengetahui valid dan reliabel atau tidaknya sebuah data yang telah diperoleh) agar data dapat diproses kembali ke tahapan analisis berikutnya, yaitu analisis statistik melalui metode analisis jalur (path analysis) untuk memperoleh output berupa data dan informasi yang berguna dan penting bagi pihak perusahaan, masyarakat atau khalayak banyak dan untuk pihak peneliti sendiri. 64 3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data didalam penelitian ini, peneliti menetapkan dan menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari data-data dengan membaca, mempelajari dan mengumpulkan teori-teori yang relevan melalui buku-buku, artikel, jurnal, serta data-data yang diberikan oleh perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Lapangan • Observasi sebagai teknik pengumpulan data dimana pihak peneliti terjun langsung ke lapangan melakukan pengamatan terhadap sistem, strategi, kondisi, dan situasi perusahaan yang tengah berjalan. • Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan untuk mengetahui informasi dari responden yang lebih mendalam. • Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Didalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian peneliti adalah PT. Cakrawala Buana Indonesia. Populasi yang ditetapkan adalah orang-orang yang mengerti mengenai e-travel (bukan hanya sekedar tahu) dan memiliki interaksi serta keterkaitan dengan pihak perusahaan. Di dalam perbincangan singkat dengan Pak Hermanto – selaku pimpinan perusahaan, beliau memberikan saran dan rekomendasi bagi peneliti bahwa sebaiknya kuesioner disebar di PT. Cakrawala Buana Indonesia (dari komisaris, pimpinan 65 sampai dengan massangers perusahaan) dan disebar ke rekan-rekan bisnis perusahaan yang diantara lainnya adalah, pihak outsourching IT perusahaan, suppliers (yaitu suppliers dominan – suppliers dengan permintaan produk terbanyak dari para pelanggan PT. Cakrawala Buana Indonesia) di outlet terdekat yang merupakan langganan perusahaan (seperti Lion Air, Air Asia dan Sriwijaya Air), dan para pelanggan yang didominasi dan sifatnya adalah organisasi atau perusahaan (bukan pelanggan individu) yang memiliki hubungan kerja sama dengan PT. Cakrawala Buana Indonesia (untuk pelanggan PT. Cakrawala Buana Indonesia yang sifatnya organisasi atau perusahaan dipilih satu orang responden saja yang mewakili pihak organisasi atau perusahaan yang bersangkutan). Pak Hermanto memberikan deskripsi populasi yang ada yaitu tidak lebih dari atau sama dengan 50 orang. Dengan membawa surat keterangan permohonan izin untuk menyebarkan kusioner dari PT. Cakrawala Buana Indonesia dan dibantu oleh para customer service dan massangers perusahaan, peneliti menyebarkan kuesioner ke populasi yang sudah ditetapkan dan direkomendasikan oleh Pak Hermanto – selaku pimpinan perusahaan. Untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan probability sampling. Menurut Sugiyono (2006, p74), probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 3.6 Teknik Pengolahan Sampel Untuk mengolah sampel dari populasi yang ada, peneliti menggunakan teknik simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, (Sugiyono, 2006, p74). Untuk menentukan jumlah sampelnya, peneliti menggunakan Teknik Slovin dengan menetapkan tingkat kesalahan 1% untuk populasi yang berjumlah 50 orang, yang metode penghitungannya adalah sebagai berikut: 66 n= N / 1 + (Ne2) n= 50 / 1 + (50 x (0,01)2) n= 50 / 1,005 n= 49,75 Æ 50 (pembulatan dari 49,75) orang yang dijadikan sebagai sampel atau responden Keterangan: n= Jumlah responden atau sampel (49,75 dibulatkan menjadi 50 orang) N= Jumlah populasi (50 orang) e= Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditorerir (1%). Setelah itu setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner yang disebar yang berisikan beberapa pernyataan atau pertanyaan tertulis yang tersedia. Kuesioner atas pernyataan atau pertanyaan yang telah terdapat skor dan pembobotannya, disebar ke para responden dengan himbauan dan bimbingan peneliti, kuesioner diisi oleh para responden dengan tujuan untuk mendapatkan data awal yang masih merupakan data mentah yang perlu dilakukan pengolahan dan proses lebih lanjut melalui analisis statistik dengan maksud untuk memperoleh data dan informasi penting yang berguna bagi perusahaan, masyarakat (khalayak banyak) dan untuk pihak peneliti sendiri. 3.7 Metode Analisis Di dalam penelitian ini, peneliti menetapkan dua macam metode analisis, yaitu dengan menggunakan five force porter analysis (yang bertujuan untuk mengetahui serta menggambarkan kondisi dan situasi perusahaan saat ini) dan analisis statistik berupa uji validitas dan reliabilitas data dan analisis jalur – path analysis (sebuah paket analisis statistik yang tersedia didalam SPSS versi 14 yang digunakan untuk mengukur hubungan 67 dan pengaruh atau kontribusi antara ketiga variabel tersebut). Adapun sedikit gambaran atas metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 3.7.1 Lima Strategi Bersaing Porter Suatu perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan bersaing bilamana memiliki sesuatu yang lebih atas pesaingnya dalam menarik konsumen dan mempertahankan diri atas kekuatan persaingan yang mencoba menekan perusahaan. Strategi bersaing perusahaan merupakan langkah-langkah strategis yang terencana maupun tidak terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga dapat menarik perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar dan bertahan terhadap tekanan persaingan. Keunggulan bersaing dalam pasar akan memudahkan perusahaan untuk meraih keuntungan lebiih besar daripada pesaing dan memberikan kesempatan hidup lebih lama dalam persaingan. Menurut Michael R. Porter yang dikutip dari buku Hariadi, Bambang (2003, P: 49), pola umum peta persaingan dalam pasar biasanya melibatkan lima kekuatan yang masing-masing saling menekan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Kekuatan tersebut barasal dari tekanan lima kekuatan persaingan dalam industri (five force model): 1. Ancaman Pendatang Baru (The Threats Of New Entrants) Setiap pasar mempunyai potensi masuknya pendatang baru yang ingin ikut meramaikan lalu lintas transaksi didalamnya. Pendatang baru jelas akan menambah kapasitas terpasang dalam pasar serta tambahan sumber daya yang potensial. Pendatang baru ini dapat menjadi ancaman bagi pemain lama, karena dapat mengurangi keuntungan yang didapat atau dapat saja menambah daya tarik industri yang bersangkutan. Seberapa jauh tingkat keseriusan ancaman ini 68 akan tergantung pada dua hal, yaitu rintangan penghalang masuk serta bagaimana reaksi pemain lama terhadap pendatang baru tersebut. 2. Daya Tawar Konsumen (The Bargaining Power Of Customer) Kekuatan tawar pembeli dapat bergerak dari posisi lemah sampai kuat. Pembeli mempunyai kekuatan tawar-menawar dalam berbagai situasi. Makin kuat seorang pembeli makin kuat posisi pembeli untuk mendapatkan konsesi harga dan syarat-syarat pembelian yang lunak. Pembeli berada dalam posisi yang semakin kuat jika biaya pindah ke penjual lain, merk lain atau barang substitusi tidak sulit dan murah. Pembeli sangat fleksibel untuk membeli dari supplier manapun dan kapanpun, sehingga mempunyai ruang untuk bernegosiasi dengan penjual. 3. Daya Tawar Pemasok (The Bargaining Power Of Suppliers) Menurut Michael, A. Hit (2003, P: 74), mengatakan bahwa peningkatan harga dan pengurangan kualitas produk yang dijual adalah cara-cara potensial yang dapat dilakukan supplier untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Jika suatu perusahaan tidak mampu memulihkan kenaikan biayanya melalui struktur harganya, profitabilitasnya dikurangi dengan tindakan-tindakan supplier-nya. Sekelompok supplier berpengaruh ketika: • Kelompok tersebut didominasi oleh sedikit perusahaan-perusahaan besar dan lebih terkonsentrasi daripada industri yang dilayaninya. • Produk pengganti yang memuaskan tidak tersedia bagi perusahaanperusahaan dalam industri tersebut. • Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut bukan merupakan pelanggan yang signifikan bagi kelompok supplier. • Barang-barang supplier itu kritikal bagi keberhasilan pasar pembeli. 69 • Efektifitas produk supplier telah menciptakan biaya switching cost yang tinggi bagi perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut. • Supplier-supplier menjadi ancaman yang dapat dipercaya untuk mengintegrasikan kedapan kedalam industri pembelinya. 4. Ancaman Produk Atau Jasa Substitusi (The Threats Of Substitutes Products Or Services) Produk dan jasa perusahaan sering menghadapi persaingan yang ketat dengan produk atau jasa dari industri lain yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen untuk memilih atau menjadi penganti jika produk atau jasa tersebut memiliki fungsi yang serupa. Tekanan persainga dari produk substitusi akan mendorong suatu perusahaan menjalankan suatu strategi untuk meyakinkan pelanggan bahwa produk atau jasa mereka berbeda dengan produk atau jasa substitusi melalui berbagai bentuk differentiate strategy seperti harga yang bersaing, kualitas yang berbeda, pelayanan yang lebih baik dan kinerja yang lebih sesuai dengan keinginan konsumen atau kombinasi. 5. Persaingan Diantara Kontestan Yang Ada (The Jockeying Amoung Current Contestants Or Rivalry Amoung Existing Firms) Persaingan diantara sesama penjual timbul karena mereka saling berlomba untuk mengalahkan satu sama lain untuk menarik hati konsumen. Beberapa penjual juga saling bertentangan melihat adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan konsumen lebih baik atau mereka berada dalam tekanan untuk memperbaiki kinerjanya. Berikut adalah kondisi umum yang dapat mempengaruhi tempo persaingan antar penjual dalam suatu industri tertentu, yaitu: 70 • Intensitas persaingan makin meningkat jika jumlah pelaku bisnis bertambah banyak dan kemampuan maupun ukuran mereka relatif seimbang. • Persaingan makin tajam jika pertumbuhan permintaan menunjukkan tandatanda melambat. • Persaiangan akan lebih tajam jika adanya kondisi industri tertentu yang mendorong perusahaan untuk melakukan pemotongan harga atau taktik lain untuk meningkatkan volume penjualan. • Persaingan makin tajam jika satu atau dua pesaing berusaha melakukan gerakan strategis yang agresif untuk memperbaiki posisinya dengan memanfaatkan kelemahan pesaingnya. • Persaingan makin kuat jika biaya keluar dari pasar lebih besar daripada biaya bertahan dan tetap bersaing di arena tersebut. • Persaingan akan semakin tajam jika situasi yang dihadapi agak sulit diramalkan. Seperti sangat beragamnya strategi perusahaan, lemahnya penegakkan hukum dan kurangnya kepatuhan pada etika bisnis. Kelima kekuatan persaingan (five force model) juga menggambarkan jenis persaingan vertikal dan horizontal. Persaiangan horizontal merupakan persaingan diantara perusahaan pada industri yang sama. Sedangkan persaingan vertikal merupakan persaingan diantara dan didalam saluran distribusi. 71 Ancaman Pendatang Baru Potensial (Threat Of New Entrants) Kekuatan Tawar – Menawar Pemasok Para Pesaing Industri (Competitors) Kekuatan Tawar – Menawar Pembeli Pemasok Pembeli (Suppliers) (Buyers) Persaingan Diantara Perusahaan Yang Ada Ancaman Jasa Substitusi (Threat Of Subtitutes Products Or Services) Gambar 3.1 Five Force Model Of Porter Sumber: David, Freed (2006, P: 131) 3.7.2 Analisis Statistik Statistik dalam prakteknya berhubungan dengan banyak angka, sehingga bisa diartikan “numerical description”. Selain itu analisis statistik digunakan untuk berbagai analisis terhadap data, seperti melakukan peramalan (forecasting), melakukan berbagai uji hipotesis dan kegunaan lainnya. Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis statistik berupa: 72 3.7.2.1 Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval Menurut Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p30), mentransformasi data ordinal menjadi data interval berguna untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. menggunakan MSI Teknik transformasi (Method of yang Successive paling sederhana Interval). dengan Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval adalah sebagai berikut: a. pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan. b. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi. d. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor. e. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. f. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel tinggi densitas). g. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus: NS = (Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit) h. Tentukan nilai transformasi dengan rumus: Y = NS + [1 + l NSmin l] 73 3.7.2.2 Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas Data Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam sebuah angket atau kuesioner, apakah isi dari butir pertanyaan atau pernyataan tersebut sudah valid dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis ia dibuang. Butir-butir yang sudah valid baru kemudian secara bersama diukur reliabilitasnya. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliabel. Uji Validitas Data Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p183), esensi dari validitas adalah akurasi. suatu instrument pengukuran dikatakan valid, jika instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Pendekatan yang digunakan dalam menguji validitas adalah dengan menggunakan pearson product moment dengan mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan (sebagai variabel X) dengan skor total (variabel Y). Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini menurut Singgih Santoso (2005, p135) adalah: • Jika r hasil > r tabel maka butir atau pertanyaan tersebut adalah valid. • Jika r hasil < r tabel maka butir atau pertanyaan tersebut adalah tidak valid. Sebuah skala pengukuran dapat didefinisikan sebagai sejauh mana perbedaan antara skor dari hasil observasi (observed scale score) menunjukkan perbedaan yang sebenarnya antar objek atau responden pada karakteristik yang diukur dan bukan karena adanya sistematik atau random error. Validitas artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat atau instrumen dapat menjawab tujuan penelitian. jadi dapat dikatakan semakin 74 tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur itu mengenai sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Menurut Sugiyono (2004, p114), pengujian validitas instrumen dengan menggunakan pengujian validitas konstruksi (construct validity). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). dalam hal ini setelah instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel darimana populasi diambil. Jumlah sempel yang digunakan dalam pengujian ini berjumlah 47 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkolerasikan score faktor dengan score total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan nilai r hitungnya lebih besar (>) keatas dari r tabel, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik. Uji Reliabilitas Data Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p180), konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut, yaitu konsistensi. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang disebut dengan koefisien. Uji reliabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat keandalan kuesioner. untuk itu dilakukan uji reliabilitas pada instrument penelitian dengan menggunakan teknik reliabilitas metode cronbach’s alpha. Dasar pengambilan keputusan menurut Modul Laboratorium Statistika Universitas Bina Nusantara (2006, p53), yaitu: 75 • Bila alpha > 0,6 maka kuesioner yang diuji reliabel. • Bila alpha < 0,6 maka kuesioner yang diuji tidak reliabel. Menurut Sarwono (2006, p219), reliabilitas menunjukkan pada konsisten dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Kriteria menyebutkan jika korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,6 maka butir-butir pertanyaan atau pernyataan reliabel. Dimana terlihat hasil analisis kedua bahwa semua butir pada kolom cronbach’s alpha. Terdapat beberapa cara atau model untuk menghitung reliabilitas, yaitu sebagai berikut: • Tes ulang: Tes ini dilakukan dengan cara menguji kuesioner pada kelompok tertentu, misalnya A, kemudian dilihat skornya. Beberapa waktu kemudian kuesioner yang sama diujikan pada kelompok yang sama. Kedua skor dikorelasikan. Jika hasil korelasi lebih besar sama dengan (>) 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. • Tes paralel: Tes ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada kelompok tertentu, kemudian kelompok tersebut dites dengan menggunakan instrumen yang diisi pertanyaan ekuivalen. Kemudian nilai kedua tes tersebut dikorelasikan. Jika hasil korelasi lebih besar sama dengan (>) 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. • Tes belah dua: Tes ini dilakukan dengan cara membagi skor tersebut secara random dalam bentuk genap dan ganjil dari semua jawaban responden kemudian kelompok ganjil dan genap dihitung. Hasilnya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi spearman brown. Jika hasil korelasi lebih besar sama dengan (>) 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. 76 Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas dilakukan dengan alat uji Kolmogorov Smilnov. Kriteria pengujian : a. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. b. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. 3.7.2.3 Koefisien Korelasi Korelasi adalah asosiasi (hubungan) antara variabel-variabel yang diminati, apakah data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara variabel-variabel dalam populasi asal sampel, jika ada hubungan, seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut. Keeratan hubungan itu dinyatakan dengan nama koefisien korelasi atau bisa disebut korelasi saja. Perlu dicatat bahwa dalam korelasi, kita belum menentukan dengan pasti variabel independen dan dependennya. Koefisien korelasi merupakan alat statistk yang digunakan untuk mengetahui suatu variabel berkaitan dengan variabel lainnya secara linier. Apabila ternyata hasil analisis menunjukkan hubungan yang cukup erat, maka analisis dilanjutkan ke analisis regresi sebagai alat meramalkan atau forecasting yang sangat berguna untuk perencanaan. Interpretasi koefisien korelasi tergantung pada asumsi yang kita buat terhadap vaiabel X dan Y. Apabila X dan Y bervariasi (X dan Y kedua-duanya konstan) atau disebut variabel acak, maka koefisien korelasi akan mengukur covariability atau variasi bersamaan antara x dan y. Didalam analisis regresi analisis koefisien korelasi 77 digunakan untuk mengukur cocok atau tepatnya garis regresi sebagai pendekatan data hasil observasi (Supranto, 2003, p202). Persamaan korelasi adalah sebagai berikut: r= n∑ x1Y1 − (∑ x1 ∑ Y 1 ) [n∑ X i2 − ( X i ) 2 ] [n∑ Yi 2 − ( X i ) 2 ] Pengujian Hipotesis dapat dituliskan seperti dibawah ini: H0 = 0: tak ada hubungan antara X dan Y Ha ≠ 0: ada hubungan Ha > 0: ada hubungan positif Ha < 0: ada hubungan negatif Kuat atau lemahnya hubungan antar variabel berdasarkan: • I r I > 0,5 Æ hubungan antar variabel kuat. • I r I < 0,5 Æ hubungan antar variabel lemah. Korelasi dibagi menjadi dua yaitu: • Korelasi Bivariat adalah hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai dua varian. • Korelasi Partial adalah pembahasan mengenai hubungan linier antar dua variabel dengan melakukan kontrol terhadap satu atau lebih variabel tambahan (disebut variabel kontrol). 3.7.2.4 Analisis Jalur (Path Analysis) Model path analisis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak 78 langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p115), teknik analisis jalur akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal dari variabel X1 dan X2 terhadap Y. Asumsi-Asumsi Path Analysis Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p2), asumsi yang mendasari path analisis adalah: 1. Hubungan antar variabel bersifat linier, adaptif dan bersifat normal. 2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik. 3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval atau ratio. 4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 5. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel). 6. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep yang relevan, artinya model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti. Langkah-Langkah Pengujian Path Analysis Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p116), terdapat beberapa langkah pengujian path analysis, yaitu sebagai berikut: 79 1. Merumuskan hipotesis dalam persamaan struktural. struktur: Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyε1 2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi. a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis: naik turunnya variabel endogen (Y) dipengaruhi secara signifikan oleh variabel eksogen (X1 dan X2). b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. Persamaan regresi ganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + ε1 Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku atau Z-score (data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan standar deviasi = 1. Koefisien jalur yang distandarkan (standardized path coefficient) digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh (bukan memprediksi) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat (endogen). Koefisien path ditunjukkan oleh output yang dinamakan coefficient yang dinyatakan sebagai standardized coefficient atau dikenal dengan nilai beta. Jika ada diagram jalur sederhana mengandung satu unsur hubungan atau variabel eksogen dengan variabel endogen, maka koefisien pathnya adalah sama dengan koefisien korelasi r sederhana. 3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan). a. kaidah pengujian signifikasi secara manual: menggunakan tabel F 2 F = (n – k – 1)R 2 K(1 – R YXk YXK) 80 Keterangan: n = jumlah sampel K = jumlah variabel eksogen R 2 YXK = Rsquare Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak Ha diterima yang artinya signifikan. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima Ha ditolak yang artinya tidek signifikan. Dengan taraf signifikan (α) = 0,05 Mencari nilai F tabel menggunakan tabel F dengan rumus: F tabel = F[(1 – α)(dk = k), (dk = n – k – 1)] atau F[(1 – α)(v1 = k), (v2 = n – k – 1)] Cara mencari F tabel: nilai (dk = k) atau v1 disebut nilai pembilang nilai (dk = n – k – 1) atau v2 disebut nilai penyebut b. Kaidah pengujian signifikasi: program SPSS • Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas signifikan atau (0,05 < sig), maka Ho diterima Ha ditolak, artinya tidak signifikan. • Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas signifikan atau (0,05 > sig), maka Ho ditolak Ha diterima, artinya signifikan. 4. Menghitung koefisien jalur secara individu. Secara individual uji statistik yang digunakan uji t yang dihitung dengan rumus (Kusnendi, 2005, P: 12): tk = ρk ;(dk = n – k – 1) sepk 81 Keterangan: Statistik seρX1 diperoleh dari hasil komputerisasi SPSS untuk analisis regresi setelah data ordinal ditransformasikan ke interval. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan analisis jalur bandingan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: • Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas signifikan atau (0,05 < sig), maka Ho diterima Ha ditolak, artinya tidak signifikan. • Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas signifikan atau (0,05 > sig), maka Ho diterima Ha ditolak, artinya signifikan. 5. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh. ε1 X1 ρyx1 Y r12 ρyx2 X2 Gambar 3.2 Jalur Hubungan Kausal Empiris Sumber: Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, P: 119) 82 3.8 Rancangan Uji Hipotesis Adapun Hipotesis yang peneliti gunakan adalah hipotesis asosiatif yang menjelaskan pengaruh dan hubungan antar variabel. Hipotesis yang telah saya rancang adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Korelasi • Hipotesis 1 Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan kinerja perusahaan (Y). Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan kinerja perusahaan (Y). Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: ¾ Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan kinerja perusahaan (Y). ¾ Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: Terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan kinerja perusahaan (Y). Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) = 95%. • Hipotesis 2 Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e- travel (X2) dengan kinerja perusahaan (Y). Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-travel (X2) dengan kinerja perusahaan (Y). Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 83 ¾ Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-travel (X2) dengan kinerja perusahaan (Y). ¾ Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: Terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-travel (X2) dengan kinerja perusahaan (Y). Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) = 95%. • Hipotesis 3 Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan efektifitas penerapan e-travel (X2). Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan efektifitas penerapan e-travel (X2). Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: ¾ Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan efektifitas penerapan e-travel (X2). ¾ Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: Terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan efektifitas penerapan e-travel (X2). Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) = 95%. 84 2. Hipotesis Analisis Jalur • Hipotesis 1 Ho: Efisiensi penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Ha: Efisiensi penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: ¾ Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: efisiensi penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). ¾ Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: efisiensi penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) = 95%. • Hipotesis 2 Ho: Efisiensi penerapan e-travel (X1) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Ha: Efisiensi penerapan e-travel (X1) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 85 ¾ Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: efisiensi penerapan e-travel (X1) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). ¾ Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: efisiensi penerapan e-travel (X1) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) = 95%. • Hipotesis 3 Ho: Efektifitas penerapan e-travel (X2) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Ha: Efektifitas penerapan e-travel (X2) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: ¾ Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: efektifitas penerapan e-travel (X2) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). ¾ Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: efektifitas penerapan e-travel (X2) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y). Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) = 95%. 86 3.9 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji rancangan hipotesis-hipotesis yang telah dirancang atau dibuat oleh peneliti pada sub bab sebelumnya. Koefisien dari hasil pengujian tersebut yang nantinya akan memberikan kemungkinan menolak atau menerima rancangan hipotesis tersebut. Untuk mengetahui apakah efisensi dan efektifitas penerapan e-travel telah memberikan dan memiliki hubungan dan pengaruh atau kontribusi dengan dan terhadap kinerja PT. Cakrawala Buana Indonesia, maka perlu dilakukan terlebih dahulu analisis penelitian dengan melalui analisis statistik – analisis jalur (path analysis). Apabila hal-hal tersebut telah dilakukan dan diketahui hasil perolehannya, maka perusahaan dapat mengetahui bahwa bagaimana dan seberapa besar hubungan dan pengaruh atau kontribusi antara efisiensi dan efektitas penerapan e-travel terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut dilakukan atau dicapai oleh peneliti agar perusahaan dapat memperoleh informasi penting guna memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kinerja didalam perusahaannya untuk mencapai target, harapan dan tujuan bersama. 87