BAB 3 METODE PENELITIAN

advertisement
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Adapun jenis penelitian yang peneliti rancang dan desain didalam laporan penelitian
ini adalah penelitian yang bersifat asosiatif, dimana didalam penelitian ini, peneliti
membahas bagaimana kontribusi atau pengaruh dan hubungan antar variabel, yaitu
antara variabel X1 (efisiensi penerapan e-travel), variabel X2 (efektifitas penerapan e-
travel) dan variabel Y (kinerja perusahaan). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab
keingintahuan dan keraguan peneliti atas bagaimana secara detailnya efisiensi dan
efektifitas penerapan e-travel tersebut dapat berkontribusi atau mempengaruhi kinerja
didalam perusahaan, serta bagaimana dan seberapa besar kontribusi atau pengaruh dan
hubungan antar variabelnya.
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menetapkan beberapa langkah didalam
sebuah metode untuk melakukan penelitian ini dengan cara:
1. Melakukan studi kepustakaan untuk mempelajari dan memperdalam semua hal yang
berkaitan dengan laporan penelitian ini.
2. Melakukan observasi terhadap sistem yang sedang berjalan didalam perusahaan.
3. Melakukan wawancara singkat untuk mengetahui kondisi dan situasi perusahaan
saat ini yang nantinya akan dideskripsikan didalam five force porter analysis.
4. Menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden yang telah ditetapkan sebagai
sampel didalam penelitian ini guna untuk memperoleh data penelitian.
•
Kuesioner yang dirancang yang akan disebarkan, diukur dengan Skala Likert
(merupakan skala yang jaraknya sama, tetapi tidak mempunyai nilai yang
absolut). Menurut Sugiyono (2006, p86), Skala Likert digunakan untuk mengukur
59
sikap, pendapat dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Dalam skala likert, kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar
setuju atau tidak setuju saja melainkan dibuat dengan lebih banyak
kemungkinan jawaban. Jawaban dari item instrumen yang menggunakan skala
likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif berupa katakata antara lain:
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Cukup Setuju
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Jawaban atas pertanyaan atau pernyataan ini sebelum diolah diberikan
pembobotan terlebih dahulu seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Skor Skala Likert
Skor
Penilaian
5
Sangat Setuju
4
Setuju
3
Cukup Setuju
2
Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
Sumber: Supranto (2003, P: 64)
60
•
Hasil data yang diperoleh merupakan data ordinal yang harus ditransformasikan
terlebih dahulu menjadi data interval guna untuk memenuhi persyaratan didalam
melakukan analisis yang bersifat parametrik.
•
Hasil data yang diperoleh dan dihasilkan dari kuesioner melalui pengukuran dan
pembobotan skala likert dan hasil transformasi data, merupakan data mentah
yang belum diketahui valid dan reliabel serta berdistribusi secara normal atau
tidaknya. Maka dari pada itu, hasil data tersebut perlu diuji melalui uji validitas
dan reliabilitas serta uji normalitas data melalui software SPSS versi 14.
•
Jika data tidak valid dan reliabel serta berdsitribusi normal, maka saya selaku
peneliti membuat ulang kuesioner dan menyebarkannya kembali. Jika data valid
dan reliabel serta berdistribusi normal, maka data penelitian tersebut akan
diproses didalam analisis statistik, yaitu melalui metode analisis jalur (path
analysis) untuk mengetahui bagaimana hubungan dan kontribusi atau pengaruh
antar variabelnya.
•
Merancang Hipotesis.
•
Melakukan analisis statistik – analisis jalur (path analysis) dengan program SPSS
versi 14.
•
Melakukan interpretasi data dari output yang dihasilkan dari analisis jalur (path
analysis).
•
Menguji atau menjawab hipotesis dan mengambil keputusan atas hipotesis yang
telah dirancang oleh peneliti.
5. Menarik hasil dan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang bermanfaat untuk
pihak perusahaan.
61
3.2 Operasional Variabel Penelitian
Didalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang diteliti.
Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Secara
konseptual variabel dapat kita bagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
1. Variabel Dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah
pengamatan.
2. Variabel Independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam
variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif bagi
variabel nantinya.
3. Moderating Variabel adalah variabel yang mempunyai dampak kontinjensi yang kuat
pada hubungan variabel dependen dan independen.
4. Intervening Variabel adalah faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena
yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur atau dimanipulasi, namun dampaknya
dapat disimpulkan berdasarkan variabel independen dan moderating terhadap
fenomena yang diamati.
Adapun operasional variabel didalam penelitian yang telah peneliti rancang adalah
seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Indikator
Jenis Data
Macam Data
Sumber Data
Time Horison
Efisiensi
Menurut Arfan
Kuantitatif
Primer
Responden
Cross Section
Penerapan
(www.arfanhy.blog
E-Travel (X1)
spot.com/2008/01/
efisiensi.html):
• Biaya
• Waktu
• Tenaga
62
• Pikiran
• Ruang
• Bahan
Efektifitas
Penerapan
E-Travel (X2)
• Sistem
Kuantitatif
Primer
Responden
Cross Section
Kuantitatif
Primer
Responden
Cross Section
Pengoperasian
(Aras, 2003, p6)
• Sistem
Pengaplikasian
(Aras, 2003, p6)
• Hasil (Output)
(Budi, 2005,
p20)
• Tujuan (Chester
Barnard –
Prawirosentono,
2002, p28)
Kinerja
Perusahaan (Y)
Menurut Aras
(2003, p7):
• SDM
• Leadership
• Produktifitas
• Metode Kerja
• Loyalitas
• Semangat &
Motivasi Kerja
• Sistem
Komunikasi
Sumber: Peneliti
Indikator dari variabel-variabel pada tabel 3.2 tersebut digunakan untuk membuat
kuesioner. Adapun langkah-langkah untuk membuat kuesioner adalah sebagai berikut:
63
1. Mempertegas terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud dengan setiap variabelvariabel yang akan diteliti.
2. Menetapkan sebuah Konstrak, yaitu membuat batasan mengenai variabel yang akan
diukur.
3. Menetapkan faktor-faktor, yaitu mencoba menemukan unsur-unsur yang ada pada
suatu konstrak.
4. Menyusun butir-butir pertanyaan atau pernyataan, yaitu mencoba menjabarkan
sebuah faktor lebih lanjut dalam berbagai pertanyaan yang langsung berinteraksi
dengan pengisi kuesioner. Dalam setiap konstrak bisa terdiri dari beberapa faktor,
dan setiap faktor bisa terdiri dari beberapa butir pertanyaan, dengan catatan bahwa
bisa juga setiap faktor mempunyai jumlah butir yang tidak sama satu sama dengan
yang lain.
3.3 Jenis & Sumber Data Penelitian
Adapun jenis dan sumber data penelitian yang peneliti tetapkan adalah data
Kuantitatif (data yang bersifat atau berbentuk numerik atau angka), dengan
menggunakan data primer (sumber data yang langsung memberikan datanya kepada
pengumpul data), dimana data tersebut masih berbentuk pernyataan atau pertanyaan
dan perlu dilakukan pengolahan data dengan melakukan pengujian validitas dan
reliabilitas serta normalitas data (untuk mengetahui valid dan reliabel atau tidaknya
sebuah data yang telah diperoleh) agar data dapat diproses kembali ke tahapan analisis
berikutnya, yaitu analisis statistik melalui metode analisis jalur (path analysis) untuk
memperoleh output berupa data dan informasi yang berguna dan penting bagi pihak
perusahaan, masyarakat atau khalayak banyak dan untuk pihak peneliti sendiri.
64
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data didalam penelitian ini, peneliti menetapkan dan
menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari data-data dengan membaca,
mempelajari dan mengumpulkan teori-teori yang relevan melalui buku-buku, artikel,
jurnal, serta data-data yang diberikan oleh perusahaan yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
2. Penelitian Lapangan
•
Observasi sebagai teknik pengumpulan data dimana pihak peneliti terjun
langsung ke lapangan melakukan pengamatan terhadap sistem, strategi, kondisi,
dan situasi perusahaan yang tengah berjalan.
•
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti dan untuk mengetahui informasi dari responden yang lebih mendalam.
•
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Didalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian peneliti adalah PT. Cakrawala
Buana Indonesia. Populasi yang ditetapkan adalah orang-orang yang mengerti mengenai
e-travel (bukan hanya sekedar tahu) dan memiliki interaksi serta keterkaitan dengan
pihak perusahaan. Di dalam perbincangan singkat dengan Pak Hermanto – selaku
pimpinan perusahaan, beliau memberikan saran dan rekomendasi bagi peneliti bahwa
sebaiknya kuesioner disebar di PT. Cakrawala Buana Indonesia (dari komisaris, pimpinan
65
sampai dengan massangers perusahaan) dan disebar ke rekan-rekan bisnis perusahaan
yang diantara lainnya adalah, pihak outsourching IT perusahaan, suppliers (yaitu
suppliers dominan – suppliers dengan permintaan produk terbanyak dari para pelanggan
PT. Cakrawala Buana Indonesia) di outlet terdekat yang merupakan langganan
perusahaan (seperti Lion Air, Air Asia dan Sriwijaya Air), dan para pelanggan yang
didominasi dan sifatnya adalah organisasi atau perusahaan (bukan pelanggan individu)
yang memiliki hubungan kerja sama dengan PT. Cakrawala Buana Indonesia (untuk
pelanggan PT. Cakrawala Buana Indonesia yang sifatnya organisasi atau perusahaan
dipilih satu orang responden saja yang mewakili pihak organisasi atau perusahaan yang
bersangkutan). Pak Hermanto memberikan deskripsi populasi yang ada yaitu tidak lebih
dari atau sama dengan 50 orang. Dengan membawa surat keterangan permohonan izin
untuk menyebarkan kusioner dari PT. Cakrawala Buana Indonesia dan dibantu oleh para
customer service dan massangers perusahaan, peneliti menyebarkan kuesioner ke
populasi yang sudah ditetapkan dan direkomendasikan oleh Pak Hermanto – selaku
pimpinan perusahaan. Untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan probability
sampling. Menurut Sugiyono (2006, p74), probability sampling adalah teknik sampling
(teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
3.6 Teknik Pengolahan Sampel
Untuk mengolah sampel dari populasi yang ada, peneliti menggunakan teknik simple
random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, (Sugiyono, 2006,
p74). Untuk menentukan jumlah sampelnya, peneliti menggunakan Teknik Slovin dengan
menetapkan tingkat kesalahan 1% untuk populasi yang berjumlah 50 orang, yang
metode penghitungannya adalah sebagai berikut:
66
n=
N / 1 + (Ne2)
n=
50 / 1 + (50 x (0,01)2)
n=
50 / 1,005
n=
49,75 Æ 50 (pembulatan dari 49,75) orang yang dijadikan sebagai sampel atau
responden
Keterangan:
n=
Jumlah responden atau sampel (49,75 dibulatkan menjadi 50 orang)
N=
Jumlah populasi (50 orang)
e=
Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditorerir (1%).
Setelah itu setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner yang disebar yang
berisikan beberapa pernyataan atau pertanyaan tertulis yang tersedia. Kuesioner atas
pernyataan atau pertanyaan yang telah terdapat skor dan pembobotannya, disebar ke
para responden dengan himbauan dan bimbingan peneliti, kuesioner diisi oleh para
responden dengan tujuan untuk mendapatkan data awal yang masih merupakan data
mentah yang perlu dilakukan pengolahan dan proses lebih lanjut melalui analisis statistik
dengan maksud untuk memperoleh data dan informasi penting yang berguna bagi
perusahaan, masyarakat (khalayak banyak) dan untuk pihak peneliti sendiri.
3.7 Metode Analisis
Di dalam penelitian ini, peneliti menetapkan dua macam metode analisis, yaitu
dengan menggunakan five force porter analysis (yang bertujuan untuk mengetahui serta
menggambarkan kondisi dan situasi perusahaan saat ini) dan analisis statistik berupa uji
validitas dan reliabilitas data dan analisis jalur – path analysis (sebuah paket analisis
statistik yang tersedia didalam SPSS versi 14 yang digunakan untuk mengukur hubungan
67
dan pengaruh atau kontribusi antara ketiga variabel tersebut). Adapun sedikit gambaran
atas metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.7.1 Lima Strategi Bersaing Porter
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan bersaing bilamana memiliki
sesuatu yang lebih atas pesaingnya dalam menarik konsumen dan mempertahankan
diri atas kekuatan persaingan yang mencoba menekan perusahaan. Strategi bersaing
perusahaan merupakan langkah-langkah strategis yang terencana maupun tidak
terencana untuk dapat memiliki keunggulan bersaing sehingga dapat menarik
perhatian konsumen, memperkuat posisi dalam pasar dan bertahan terhadap
tekanan persaingan. Keunggulan bersaing dalam pasar akan memudahkan
perusahaan
untuk
meraih
keuntungan
lebiih
besar
daripada
pesaing
dan
memberikan kesempatan hidup lebih lama dalam persaingan.
Menurut Michael R. Porter yang dikutip dari buku Hariadi, Bambang (2003, P:
49), pola umum peta persaingan dalam pasar biasanya melibatkan lima kekuatan
yang masing-masing saling menekan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
Kekuatan tersebut barasal dari tekanan lima kekuatan persaingan dalam industri
(five force model):
1. Ancaman Pendatang Baru (The Threats Of New Entrants)
Setiap pasar mempunyai potensi masuknya pendatang baru yang ingin ikut
meramaikan lalu lintas transaksi didalamnya. Pendatang baru jelas akan
menambah kapasitas terpasang dalam pasar serta tambahan sumber daya yang
potensial. Pendatang baru ini dapat menjadi ancaman bagi pemain lama, karena
dapat mengurangi keuntungan yang didapat atau dapat saja menambah daya
tarik industri yang bersangkutan. Seberapa jauh tingkat keseriusan ancaman ini
68
akan tergantung pada dua hal, yaitu rintangan penghalang masuk serta
bagaimana reaksi pemain lama terhadap pendatang baru tersebut.
2. Daya Tawar Konsumen (The Bargaining Power Of Customer)
Kekuatan tawar pembeli dapat bergerak dari posisi lemah sampai kuat. Pembeli
mempunyai kekuatan tawar-menawar dalam berbagai situasi. Makin kuat
seorang pembeli makin kuat posisi pembeli untuk mendapatkan konsesi harga
dan syarat-syarat pembelian yang lunak. Pembeli berada dalam posisi yang
semakin kuat jika biaya pindah ke penjual lain, merk lain atau barang substitusi
tidak sulit dan murah. Pembeli sangat fleksibel untuk membeli dari supplier
manapun dan kapanpun, sehingga mempunyai ruang untuk bernegosiasi dengan
penjual.
3. Daya Tawar Pemasok (The Bargaining Power Of Suppliers)
Menurut Michael, A. Hit (2003, P: 74), mengatakan bahwa peningkatan harga
dan pengurangan kualitas produk yang dijual adalah cara-cara potensial yang
dapat
dilakukan
supplier
untuk
menunjukkan
pengaruhnya
terhadap
perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Jika suatu
perusahaan tidak mampu memulihkan kenaikan biayanya melalui struktur
harganya, profitabilitasnya dikurangi dengan tindakan-tindakan supplier-nya.
Sekelompok supplier berpengaruh ketika:
•
Kelompok tersebut didominasi oleh sedikit perusahaan-perusahaan besar
dan lebih terkonsentrasi daripada industri yang dilayaninya.
•
Produk pengganti yang memuaskan tidak tersedia bagi perusahaanperusahaan dalam industri tersebut.
•
Perusahaan-perusahaan
dalam
industri
tersebut
bukan
merupakan
pelanggan yang signifikan bagi kelompok supplier.
•
Barang-barang supplier itu kritikal bagi keberhasilan pasar pembeli.
69
•
Efektifitas produk supplier telah menciptakan biaya switching cost yang
tinggi bagi perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut.
•
Supplier-supplier
menjadi
ancaman
yang
dapat
dipercaya
untuk
mengintegrasikan kedapan kedalam industri pembelinya.
4. Ancaman Produk Atau Jasa Substitusi (The Threats Of Substitutes
Products Or Services)
Produk dan jasa perusahaan sering menghadapi persaingan yang ketat dengan
produk atau jasa dari industri lain yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen
untuk memilih atau menjadi penganti jika produk atau jasa tersebut memiliki
fungsi yang serupa. Tekanan persainga dari produk substitusi akan mendorong
suatu perusahaan menjalankan suatu strategi untuk meyakinkan pelanggan
bahwa produk atau jasa mereka berbeda dengan produk atau jasa substitusi
melalui berbagai bentuk differentiate strategy seperti harga yang bersaing,
kualitas yang berbeda, pelayanan yang lebih baik dan kinerja yang lebih sesuai
dengan keinginan konsumen atau kombinasi.
5. Persaingan Diantara Kontestan Yang Ada (The Jockeying Amoung
Current Contestants Or Rivalry Amoung Existing Firms)
Persaingan diantara sesama penjual timbul karena mereka saling berlomba
untuk mengalahkan satu sama lain untuk menarik hati konsumen. Beberapa
penjual juga saling bertentangan melihat adanya peluang untuk memenuhi
kebutuhan konsumen lebih baik atau mereka berada dalam tekanan untuk
memperbaiki
kinerjanya.
Berikut
adalah
kondisi
umum
yang
dapat
mempengaruhi tempo persaingan antar penjual dalam suatu industri tertentu,
yaitu:
70
•
Intensitas persaingan makin meningkat jika jumlah pelaku bisnis bertambah
banyak dan kemampuan maupun ukuran mereka relatif seimbang.
•
Persaingan makin tajam jika pertumbuhan permintaan menunjukkan tandatanda melambat.
•
Persaiangan akan lebih tajam jika adanya kondisi industri tertentu yang
mendorong perusahaan untuk melakukan pemotongan harga atau taktik lain
untuk meningkatkan volume penjualan.
•
Persaingan makin tajam jika satu atau dua pesaing berusaha melakukan
gerakan strategis yang agresif untuk memperbaiki posisinya dengan
memanfaatkan kelemahan pesaingnya.
•
Persaingan makin kuat jika biaya keluar dari pasar lebih besar daripada biaya
bertahan dan tetap bersaing di arena tersebut.
•
Persaingan akan semakin tajam jika situasi yang dihadapi agak sulit
diramalkan. Seperti sangat beragamnya strategi perusahaan, lemahnya
penegakkan hukum dan kurangnya kepatuhan pada etika bisnis.
Kelima kekuatan persaingan (five force model) juga menggambarkan jenis
persaingan vertikal dan horizontal. Persaiangan horizontal merupakan persaingan
diantara perusahaan pada industri yang sama. Sedangkan persaingan vertikal
merupakan persaingan diantara dan didalam saluran distribusi.
71
Ancaman Pendatang Baru Potensial
(Threat Of New Entrants)
Kekuatan Tawar –
Menawar Pemasok
Para Pesaing Industri
(Competitors)
Kekuatan Tawar –
Menawar Pembeli
Pemasok
Pembeli
(Suppliers)
(Buyers)
Persaingan Diantara
Perusahaan Yang
Ada
Ancaman Jasa Substitusi
(Threat Of Subtitutes Products Or Services)
Gambar 3.1 Five Force Model Of Porter
Sumber: David, Freed (2006, P: 131)
3.7.2 Analisis Statistik
Statistik dalam prakteknya berhubungan dengan banyak angka, sehingga bisa
diartikan “numerical description”. Selain itu analisis statistik digunakan untuk
berbagai analisis terhadap data, seperti melakukan peramalan (forecasting),
melakukan berbagai uji hipotesis dan kegunaan lainnya. Didalam penelitian ini,
peneliti menggunakan analisis statistik berupa:
72
3.7.2.1 Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval
Menurut
Riduwan
dan
Engkos
Achmad
Kuncoro
(2007,
p30),
mentransformasi data ordinal menjadi data interval berguna untuk memenuhi
sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya
berskala
interval.
menggunakan
MSI
Teknik
transformasi
(Method
of
yang
Successive
paling
sederhana
Interval).
dengan
Langkah-langkah
transformasi data ordinal ke data interval adalah sebagai berikut:
a. pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang
disebarkan.
b. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4
dan 5 yang disebut sebagai frekuensi
c.
Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi.
d. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi
secara berurutan perkolom skor.
e. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi
kumulatif yang diperoleh.
f.
Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan
menggunakan tabel tinggi densitas).
g. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:
NS = (Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit)
(Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)
h. Tentukan nilai transformasi dengan rumus: Y = NS + [1 + l NSmin l]
73
3.7.2.2 Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas Data
Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir
pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam sebuah angket atau kuesioner,
apakah isi dari butir pertanyaan atau pernyataan tersebut sudah valid dan
reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru diikuti
oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis ia dibuang.
Butir-butir
yang
sudah
valid
baru
kemudian
secara
bersama
diukur
reliabilitasnya. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu
keharusan sebuah kuesioner untuk valid dan reliabel.
Uji Validitas Data
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p183), esensi dari validitas adalah
akurasi. suatu instrument pengukuran dikatakan valid, jika instrument tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Pendekatan yang digunakan dalam
menguji validitas adalah dengan menggunakan pearson product moment dengan
mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan (sebagai variabel X) dengan skor
total (variabel Y). Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini menurut
Singgih Santoso (2005, p135) adalah:
•
Jika r hasil > r tabel maka butir atau pertanyaan tersebut adalah valid.
•
Jika r hasil < r tabel maka butir atau pertanyaan tersebut adalah tidak valid.
Sebuah skala pengukuran dapat didefinisikan sebagai sejauh mana
perbedaan antara skor dari hasil observasi (observed scale score) menunjukkan
perbedaan yang sebenarnya antar objek atau responden pada karakteristik yang
diukur dan bukan karena adanya sistematik atau random error.
Validitas artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat atau
instrumen dapat menjawab tujuan penelitian. jadi dapat dikatakan semakin
74
tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur itu mengenai sasarannya, atau
semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
Menurut Sugiyono (2004, p114), pengujian validitas instrumen dengan
menggunakan pengujian validitas konstruksi (construct validity). Untuk menguji
validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts).
dalam hal ini setelah instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan
dengan para ahli.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris
dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen
tersebut dicobakan pada sampel darimana populasi diambil. Jumlah sempel yang
digunakan dalam pengujian ini berjumlah 47 orang. Setelah data ditabulasikan,
maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu
dengan mengkolerasikan score faktor dengan score total. Bila korelasi tiap faktor
tersebut positif dan nilai r hitungnya lebih besar (>) keatas dari r tabel, maka
faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor
itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi
yang baik.
Uji Reliabilitas Data
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p180), konsep reliabilitas dapat
dipahami melalui ide dasar konsep tersebut, yaitu konsistensi. Pengukuran
reliabilitas menggunakan indeks numerik yang disebut dengan koefisien. Uji
reliabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat keandalan kuesioner. untuk itu
dilakukan uji reliabilitas pada instrument penelitian dengan menggunakan teknik
reliabilitas metode cronbach’s alpha. Dasar pengambilan keputusan menurut
Modul Laboratorium Statistika Universitas Bina Nusantara (2006, p53), yaitu:
75
•
Bila alpha > 0,6 maka kuesioner yang diuji reliabel.
•
Bila alpha < 0,6 maka kuesioner yang diuji tidak reliabel.
Menurut Sarwono (2006, p219), reliabilitas menunjukkan pada konsisten dan
stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada
masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Kriteria menyebutkan jika korelasi
sama dengan atau lebih besar dari 0,6 maka butir-butir pertanyaan atau
pernyataan reliabel. Dimana terlihat hasil analisis kedua bahwa semua butir pada
kolom cronbach’s alpha. Terdapat beberapa cara atau model untuk menghitung
reliabilitas, yaitu sebagai berikut:
•
Tes ulang: Tes ini dilakukan dengan cara menguji kuesioner pada kelompok
tertentu, misalnya A, kemudian dilihat skornya. Beberapa waktu kemudian
kuesioner yang sama diujikan pada kelompok yang sama. Kedua skor
dikorelasikan. Jika hasil korelasi lebih besar sama dengan (>) 0,6 maka
instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
•
Tes paralel: Tes ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada
kelompok tertentu, kemudian kelompok tersebut dites dengan menggunakan
instrumen yang diisi pertanyaan ekuivalen. Kemudian nilai kedua tes
tersebut dikorelasikan. Jika hasil korelasi lebih besar sama dengan (>) 0,6
maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
•
Tes belah dua: Tes ini dilakukan dengan cara membagi skor tersebut secara
random dalam bentuk genap dan ganjil dari semua jawaban responden
kemudian kelompok ganjil dan genap dihitung. Hasilnya dikorelasikan
dengan menggunakan korelasi spearman brown. Jika hasil korelasi lebih
besar sama dengan (>) 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
76
Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengukur apakah data memiliki distribusi
normal sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk menggunakan statistik
parametrik. Uji normalitas dilakukan dengan alat uji Kolmogorov Smilnov.
Kriteria pengujian :
a. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig > 0,05 maka data
berdistribusi normal.
b. Angka signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov Sig < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
3.7.2.3 Koefisien Korelasi
Korelasi adalah asosiasi (hubungan) antara variabel-variabel yang diminati,
apakah data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan
antara variabel-variabel dalam populasi asal sampel, jika ada hubungan,
seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut. Keeratan hubungan itu
dinyatakan dengan nama koefisien korelasi atau bisa disebut korelasi saja. Perlu
dicatat bahwa dalam korelasi, kita belum menentukan dengan pasti variabel
independen dan dependennya. Koefisien korelasi merupakan alat statistk yang
digunakan untuk mengetahui suatu variabel berkaitan dengan variabel lainnya
secara linier. Apabila ternyata hasil analisis menunjukkan hubungan yang cukup
erat, maka analisis dilanjutkan ke analisis regresi sebagai alat meramalkan atau
forecasting yang sangat berguna untuk perencanaan. Interpretasi koefisien
korelasi tergantung pada asumsi yang kita buat terhadap vaiabel X dan Y.
Apabila X dan Y bervariasi (X dan Y kedua-duanya konstan) atau disebut variabel
acak, maka koefisien korelasi akan mengukur covariability atau variasi
bersamaan antara x dan y. Didalam analisis regresi analisis koefisien korelasi
77
digunakan untuk mengukur cocok atau tepatnya garis regresi sebagai
pendekatan data hasil observasi (Supranto, 2003, p202). Persamaan korelasi
adalah sebagai berikut:
r=
n∑ x1Y1 − (∑ x1 ∑ Y 1 )
[n∑ X i2 − ( X i ) 2 ] [n∑ Yi 2 − ( X i ) 2 ]
Pengujian Hipotesis dapat dituliskan seperti dibawah ini:
H0 = 0: tak ada hubungan antara X dan Y
Ha ≠ 0: ada hubungan
Ha > 0: ada hubungan positif
Ha < 0: ada hubungan negatif
Kuat atau lemahnya hubungan antar variabel berdasarkan:
•
I r I > 0,5 Æ hubungan antar variabel kuat.
•
I r I < 0,5 Æ hubungan antar variabel lemah.
Korelasi dibagi menjadi dua yaitu:
•
Korelasi Bivariat adalah hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari
populasi yang mempunyai dua varian.
•
Korelasi Partial adalah pembahasan mengenai hubungan linier antar dua
variabel dengan melakukan kontrol terhadap satu atau lebih variabel
tambahan (disebut variabel kontrol).
3.7.2.4 Analisis Jalur (Path Analysis)
Model path analisis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
78
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
(endogen).
Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p115),
teknik analisis jalur akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan
(kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari
hubungan kausal dari variabel X1 dan X2 terhadap Y.
Asumsi-Asumsi Path Analysis
Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p2),
asumsi yang mendasari path analisis adalah:
1. Hubungan antar variabel bersifat linier, adaptif dan bersifat normal.
2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas
yang berbalik.
3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval atau ratio.
4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel
untuk memberikan peluang pada setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
5. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan
reliabel).
6. Model
yang
dianalisis
dispesifikasikan
(diidentifikasi)
dengan
benar
berdasarkan teori-teori dan konsep yang relevan, artinya model teori yang
dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang
mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.
Langkah-Langkah Pengujian Path Analysis
Berdasarkan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p116),
terdapat beberapa langkah pengujian path analysis, yaitu sebagai berikut:
79
1. Merumuskan hipotesis dalam persamaan struktural.
struktur: Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyε1
2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.
a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan
rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai dengan hipotesis yang
diajukan. Hipotesis: naik turunnya variabel endogen (Y) dipengaruhi
secara signifikan oleh variabel eksogen (X1 dan X2).
b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.
Persamaan regresi ganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + ε1
Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang
distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah
diset dalam angka baku atau Z-score (data yang diset dengan nilai rata-rata
= 0 dan standar deviasi = 1. Koefisien jalur yang distandarkan (standardized
path coefficient) digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh (bukan
memprediksi) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang
diberlakukan sebagai variabel terikat (endogen).
Koefisien path ditunjukkan oleh output yang dinamakan coefficient yang
dinyatakan sebagai standardized coefficient atau dikenal dengan nilai beta.
Jika ada diagram jalur sederhana mengandung satu unsur hubungan atau
variabel eksogen dengan variabel endogen, maka koefisien pathnya adalah
sama dengan koefisien korelasi r sederhana.
3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).
a. kaidah pengujian signifikasi secara manual: menggunakan tabel F
2
F = (n – k – 1)R
2
K(1 – R
YXk
YXK)
80
Keterangan: n = jumlah sampel
K = jumlah variabel eksogen
R
2
YXK
= Rsquare
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak Ha diterima yang artinya
signifikan.
Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima Ha ditolak yang artinya tidek
signifikan.
Dengan taraf signifikan (α) = 0,05
Mencari nilai F tabel menggunakan tabel F dengan rumus:
F tabel = F[(1 – α)(dk = k), (dk = n – k – 1)] atau F[(1 – α)(v1 = k), (v2 = n – k – 1)]
Cara mencari F tabel: nilai (dk = k) atau v1 disebut nilai pembilang
nilai (dk = n – k – 1) atau v2 disebut nilai
penyebut
b. Kaidah pengujian signifikasi: program SPSS
•
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas signifikan atau (0,05 < sig), maka Ho diterima Ha
ditolak, artinya tidak signifikan.
•
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas signifikan atau (0,05 > sig), maka Ho ditolak Ha
diterima, artinya signifikan.
4. Menghitung koefisien jalur secara individu.
Secara individual uji statistik yang digunakan uji t yang dihitung dengan
rumus (Kusnendi, 2005, P: 12):
tk = ρk ;(dk = n – k – 1)
sepk
81
Keterangan:
Statistik seρX1 diperoleh dari hasil komputerisasi SPSS untuk analisis regresi
setelah data ordinal ditransformasikan ke interval.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikan analisis jalur bandingan antara
nilai
probabilitas
0,05
dengan
nilai
probabilitas
sig
dengan
dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut:
•
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
signifikan atau (0,05 < sig), maka Ho diterima Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
•
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas signifikan atau (0,05 > sig), maka Ho diterima Ha ditolak,
artinya signifikan.
5. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh.
ε1
X1
ρyx1
Y
r12
ρyx2
X2
Gambar 3.2 Jalur Hubungan Kausal Empiris
Sumber: Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, P: 119)
82
3.8 Rancangan Uji Hipotesis
Adapun Hipotesis yang peneliti gunakan adalah hipotesis asosiatif yang menjelaskan
pengaruh dan hubungan antar variabel. Hipotesis yang telah saya rancang adalah
sebagai berikut:
1. Hipotesis Korelasi
•
Hipotesis 1
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel
(X1) dengan kinerja perusahaan (Y).
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1)
dengan kinerja perusahaan (Y).
Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
¾
Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1)
dengan kinerja perusahaan (Y).
¾
Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: Terdapat
hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan
kinerja perusahaan (Y).
Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) =
95%.
•
Hipotesis 2
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-
travel (X2) dengan kinerja perusahaan (Y).
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-travel
(X2) dengan kinerja perusahaan (Y).
Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
83
¾
Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-travel (X2)
dengan kinerja perusahaan (Y).
¾
Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: Terdapat
hubungan yang signifikan antara efektifitas penerapan e-travel (X2) dengan
kinerja perusahaan (Y).
Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) =
95%.
•
Hipotesis 3
Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel
(X1) dengan efektifitas penerapan e-travel (X2).
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1)
dengan efektifitas penerapan e-travel (X2).
Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
¾
Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1)
dengan efektifitas penerapan e-travel (X2).
¾
Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: Terdapat
hubungan yang signifikan antara efisiensi penerapan e-travel (X1) dengan
efektifitas penerapan e-travel (X2).
Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) =
95%.
84
2. Hipotesis Analisis Jalur
•
Hipotesis 1
Ho: Efisiensi penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2)
tidak
berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan (Y).
Ha: Efisiensi penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2)
berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
(Y).
Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
¾
Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: efisiensi
penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2) tidak
berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
(Y).
¾
Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: efisiensi
penerapan e-travel (X1) dan efektifitas penerapan e-travel (X2) berkontribusi
secara simultan dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y).
Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) =
95%.
•
Hipotesis 2
Ho: Efisiensi penerapan e-travel (X1) tidak berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y).
Ha: Efisiensi penerapan e-travel (X1) berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Y).
Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
85
¾
Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: efisiensi
penerapan e-travel (X1) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Y).
¾
Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: efisiensi
penerapan e-travel (X1) berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Y).
Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) =
95%.
•
Hipotesis 3
Ho: Efektifitas penerapan e-travel (X2) tidak berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y).
Ha: Efektifitas penerapan e-travel (X2) berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan (Y).
Yang dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
¾
Jika signifikan > α, maka Ho diterima, Ha Ditolak. Yang berarti: efektifitas
penerapan e-travel (X2) tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Y).
¾
Jika signifikan < α, maka Ha diterima, Ho ditolak. Yang berarti: efektifitas
penerapan e-travel (X2) berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Y).
Dengan ketentuan, α = 0,05 dan dengan tingkat kepercayaan (1 – α) =
95%.
86
3.9 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji rancangan hipotesis-hipotesis yang telah
dirancang atau dibuat oleh peneliti pada sub bab sebelumnya. Koefisien dari hasil
pengujian tersebut yang nantinya akan memberikan kemungkinan menolak atau
menerima rancangan hipotesis tersebut. Untuk mengetahui apakah efisensi dan
efektifitas penerapan e-travel telah memberikan dan memiliki hubungan dan pengaruh
atau kontribusi dengan dan terhadap kinerja PT. Cakrawala Buana Indonesia, maka perlu
dilakukan terlebih dahulu analisis penelitian dengan melalui analisis statistik – analisis
jalur (path analysis). Apabila hal-hal tersebut telah dilakukan dan diketahui hasil
perolehannya, maka perusahaan dapat mengetahui bahwa bagaimana dan seberapa
besar hubungan dan pengaruh atau kontribusi antara efisiensi dan efektitas penerapan
e-travel terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut dilakukan atau dicapai oleh peneliti
agar
perusahaan
dapat
memperoleh
informasi
penting
guna
memperbaiki,
mempertahankan dan meningkatkan kinerja didalam perusahaannya untuk mencapai
target, harapan dan tujuan bersama.
87
Download