Cadangane Sains Medika#2#FINAL

advertisement
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Na, K, Cl
115
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Na, K, Cl antara
Penampungan Spesimen Menggunakan Tabung Kaca dan
Tabung Pemisah Serum
Comparative Study of The Results of Na, K, Cl Analysis between Blood
Collected in Glass Tube and Serum Separator Tube (SST)
Danis Pertiwi1
ABSTRACT
Background: Pre-analytical carelessness can influence the result of electrolyte analysis for Na, K, and Cl.
Serum separation, the choice, and the use of appropriate tube are included in pre-analytical stage. Serum
Separator Tube (SST) is a tube used to collect blood as well as to separate serum which has clot activator and
polymer gel. This study is conducted to know whether there is a different result of Na, K, and Cl values between
the blood collected using glass tube and SST.
Design and Method: 30 samples which meet inclusion criteria were gathered consecutively to be evaluated
the value of Na, K, and Cl. Blood specimens were taken and collected in two types of tubes, glass tube and SST.
The collected serum were analyzed their value of Na, K, and Cl using Automatic Clinical Chemistry Analyzer
at the same time.
Result: The mean of Na value of the blood collected using glass tube was 140.93 mmol/L, while using SST was
140.63 mmol/L (p=0.437). The mean of K value of the blood collected using glass tube was 3.94 mmol/L
while using SST was 3.98 mmol/L ( p= 0.706). The mean of blood Cl collected using glass tube was 102.5
mmol/L, while using SST was 102.47 mmol/L ( p 0.923).
Conclusion: There is no significant difference between Na, K, and Cl value of the blood collected using glass
tube and SST. The glass tube can be used universally to collect and to separate serum as good as SST, (Sains
Medika, 1(2) : 115 - 120).
Keywords: Cl, glass tube, K, Na, Serum Separator Tube (SST)
ABSTRAK
Pendahuluan: Kesalahan pada tahap pre analitik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan pemeriksaan
Na, K, dan Cl. Separasi serum, pemilihan dan penggunaan tabung yang benar termasuk dalam tahap pre
analitik. Tabung pemisah serum (SST) merupakan tabung penampung spesimen sekaligus separasi serum
yang mengandung aktivator bekuan dan gel polimer sebagai pemisah antara serum bekuan darah yang
mampu memisahkan serum lebih cepat dan efisien. Penelitian ini bertujuan melihat ada tidaknya
perbedaan hasil pemeriksaan kadar Na, K, Cl antara spesimen yang ditampung menggunakan tabung
kaca dengan SST.
Metode Penelitian: Sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi diambil secara konsekutif untuk
pemeriksaan kadar Na, K, dan Cl. Spesimen darah diambil dan ditampung dalam 2 macam tabung yaitu
tabung kaca dan SST dalam jumlah yang sama. Serum yang diperoleh, selanjutnya diperiksa kadar Na, K,
dan Cl menggunakan alat otomatis dan dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Hasil Penelitian: Rerata kadar Na pada spesimen yang ditampung menggunakan tabung kaca sebesar
140,93 mmol/L, sedangkan pada SST 140,63 mmol/L dengan p=0,437. Rerata kadar K pada spesimen
yang ditampung menggunakan tabung kaca sebesar 3,94 mmol/L, sedangkan pada SST 3,98 mmol/L,
p=0,706. Hasil pemeriksaan kadar Cl pada tabung kaca sebesar 102,5 mmol/L, sedangkan pada SST 102,47
mmol/L , p=0,923.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara hasil pemeriksaan Na, K, Cl pada
spesimen yang ditampung menggunakan tabung kaca dan SST. Tabung kaca bisa digunakan secara
universal sebagai penampung dan separasi serum untuk pemeriksaan kadar Na, K, Cl sebaik SST, (Sains
Medika, 1(2) : 115 - 120).
Kata kunci : Cl, K, Na, tabung kaca, tabung pemisah serum (SST)
1
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung/ Rumah Sakit Islam Sultan
Agung, Semarang, ([email protected]).
116
Vol. 1, No. 2, Juli–Desember 2009
PENDAHULUAN
Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, karena hampir semua proses
metabolisme dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh elektrolit (Tiezt et al., 1996; Sacher
and Pherson, 2004). Elektrolit diperlukan untuk memelihara potensial elektrokimiawi
membran sel yang akhirnya dapat mempengaruhi fungsi saraf, otot, serta aktivitas sel
seperti sekresi, kontraksi, dan berbagai proses metabolik lain (Sacher and Pherson,
2004).
Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh para klinisi untuk menilai
keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh adalah pemeriksaan Na, K, dan Cl. Kalium
merupakan analit kimia yang penting karena kelainannya dapat segera mengancam
nyawa, sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila
terapi didasarkan pada hasil yang tidak akurat (Sacher and Pherson, 2004; Wingo,
1997).
Pemeriksaan laboratorium secara umum terdiri dari tahap pre analitik, analitik,
dan paska analitik (Wimbardi, 2002a; Wimbardi, 2002b; Purwanto, 2005). Kesalahan
pada tahap pre analitik lebih sering terjadi dibandingkan kesalahan pada tahap analitik
(Okorodudu and Elgethany, 2002). Tahap pre analitik meliputi persiapan spesimen,
separasi serum, termasuk pemilihan dan penggunaan tabung yang benar (Wimbardi,
2002a; Wimbardi, 2002b). Hasil pemeriksaan Na, K, dan Cl dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya kondisi spesimen yang hemolisis (Sacher and Pherson, 2004; Wingo,
1997; Okorodudu and Elgethany, 2002; Young and Bermes, 1996). Pada kenyataannya
spesimen yang diterima laboratorium sering mengalami hemolisis, sehingga tidak bisa
dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan klinisi. Hemolisis pada spesimen biasanya
disebabkan oleh kesalahan yang terjadi pada tahap pre analitik. Hal ini lebih banyak
mempengaruhi K daripada Na dan Cl (Okorodudu and Elgethany, 2002; Thomas, - ; Young
and Bermes, 1996).
Separasi serum harus dilakukan kurang dari 2 jam setelah penampungan untuk
mencegah pergeseran keseimbangan ionik sebagai akibat metabolisme sel dan perubahan
pH. Hemolisis akan meningkatkan kadar K sampai 0,6% atau 0,5 mmol/L, namun tidak
akan menyebabkan peningkatan Na yang berarti (Sacher and Pherson, 2004; Young and
Bermes, 1996; Kleinman and Lorenz, 1989).
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Na, K, Cl
117
Tabung pemisah serum (Serum Separator Tube/ SST) merupakan tabung penampung
spesimen darah yang dibuat dari bahan dasar plastik dengan pelapis dinding bagian
dalam dan penutup tabung bagian dalam berupa silika yang berfungsi sebagai aktivator
bekuan. Tabung berisi gel polimer sebagai pemisah antara serum dan bekuan darah
yang mengandung elemen seluler, sehingga tabung ini lebih sempurna dalam separasi
serum dibandingkan tabung kaca. Tiap tabung mengandung silika sebagai pelapis sebelah
dalam sebanyak 0,20-2,56 mg serta berisi gel polimer sebanyak 0,90-3,50 g.
Bowen et al. (2005) menyatakan bahwa pemisahan serum dari elemen seluler
menggunakan SST lebih cepat dan efisien sehingga memberikan beberapa keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh antara lain pengurangan waktu untuk melakukan pemusingan,
dapat digunakan sebagai penampung sekaligus separasi serum, peningkatan stabilitas
spesimen, meminimalkan risiko gangguan pecahnya tabung yang membahayakan, serta
lebih ringan sehingga lebih cocok untuk pembuangan limbah menggunakan incinerator.
Dalam penelitian yang sama dilaporkan bahwa penggunaan SST meningkatkan nilai
kadar Total Triiodothyronine (TT3) dibanding tabung kaca sebagai penampung spesimen
(Bowen et al., 2005). Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
hasil pemeriksaan kadar elektrolit (Na, K dan Cl) antara spesimen yang ditampung
menggunakan tabung kaca dengan spesimen yang ditampung menggunakan SST.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang menggunakan
pendekatan Cross Sectional Sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi diambil
secara konsekutif untuk pemeriksaan kadar Na, K, dan Cl.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain: spesimen darah vena,
pengambilan darah vena kurang dari 3 menit setelah pembendungan, dan pemisahan
serum kurang dari 2 jam. Sedangkan kriteria eksklusi adalah serum tidak berwarna
merah (hemolisis).
Spesimen darah diambil dan ditampung dalam 2 macam tabung yaitu tabung
kaca dan SST dalam jumlah yang sama (3,5 cc). Spesimen yang ditampung pada SST
segera dibolak balik sebanyak 5 kali dan didiamkan selama 30 menit, selanjutnya
118
Vol. 1, No. 2, Juli–Desember 2009
dilakukan Sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Spesimen yang
ditampung di tabung kaca didiamkan selama 30 menit selanjutnya disentrifuse selama
10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum yang diperoleh diperiksa kadar Na, K, dan
Cl menggunakan alat analiser kimia klinik otomatik pada waktu yang bersamaan. Data
deskriptif yang diperoleh dianalisis menggunakan software SPSS versi 11.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 30 sampel yang semua memenuhi kriteria inklusi,
tidak ada yang hemolisis dan pemisahan serum dari elemen seluler terjadi dengan
sempurna, baik pada spesimen yang ditampung menggunakan tabung kaca maupun SST.
Pengamatan makroskopis menunjukkan tidak ada perbedaan antara spesimen yang
ditampung pada tabung kaca dengan yang ditampung menggunakan SST. Hasil
pemeriksaan kadar Na, K, Cl pada spesimen yang memenuhi kriteria menggunakan analiser
kimia klinik otomatis disajikan pada Tabel 1.
Rerata hasil pemeriksaan kadar Na pada spesimen yang ditampung menggunakan
tabung kaca adalah 140,93 ± 2,56 (Interval Kepercayaan/ IK= 95% ;139,98-141,89),
sedangkan pada spesimen yang ditampung menggunakan tabung pemisah serum (SST)
adalah 140,63 ± 2,31 (IK=95% ;139,7-141,49). Hasil uji statistik didapatkan p=0,437.
Rerata hasil pemeriksaan kadar K pada spesimen yang ditampung menggunakan
tabung kaca adalah 3,94 ± 0,33 (IK= 95% ;3,82-4,06), sedangkan pada spesimen yang
ditampung menggunakan tabung pemisah serum (SST) adalah 3,98 ± 0,36 (IK=95% 3,844,11). Hasil uji statistik didapatkan p=0,706. Kadar K serum dipengaruhi oleh kondisi
spesimen hemolisis. Hemolisis akan meningkatkan hasil pemeriksaan K. Pada penelitian
ini tidak ada spesimen yang mengalami hemolisis.
Rerata hasil pemeriksaan kadar Cl pada spesimen yang ditampung menggunakan
tabung kaca adalah 102,5 ± 2,51 (IK= 95% ;101,56-103,44), sedangkan pada spesimen
yang ditampung menggunakan tabung pemisah serum (SST) adalah 102,47 ± 2,58 (IK=95%;
101,5-103,4). Hasil uji statistik didapatkan p=0,923.
Perbandingan Hasil Pemeriksaan Na, K, Cl
Tabel 1.
119
Rerata kadar Na, K, dan Cl antara spesimen yang ditampung menggunakan
tabungpemisah serum (SST) dengan tabung kaca
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan silika sebagai aktivator
bekuan pada SST yang terbuat dari bahan dasar plastik bisa menggantikan fungsi kaca
sebagai aktivator bekuan pada tabung kaca. Gel polimer pada SST berfungsi sebagai
pembatas antara bekuan dengan serum tanpa mempengaruhi kadar elektrolit pada serum
baik secara kimiawi maupun secara fisik. Penggunaan SST ditujukan sebagai tabung
penampung spesimen sekaligus separasi serum sebagai alternatif yang lebih aman
pengganti tabung kaca. SST tidak mudah pecah sehingga melindungi laboran dari risiko
terluka akibat pecahnya tabung dan terpapar patogen yang terkandung dalam spesimen
(Okorodudu and Elgethany, 2002; Young and Bermes, 1996; Anonim, 2005, Bowen et al.,
2005)
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BD
Vacutainer yaitu tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan
yang diperoleh dari spesimen yang ditampung menggunakan tabung kaca maupun SST.
Perusahaan BD vacutainer telah melakukan penelitian yang mengevaluasi SST dalam
pemeriksaan immunohematologi dan membuktikan bahwa penggunaan SST menunjukkan
hasil yang ekuivalen dengan tabung kaca sebagai penampung serum (Boeynaems et al.,
2005). Boeynaems et al. (2004) telah melakukan evaluasi terhadap tabung plastik untuk
pemeriksaan kimia klinik dibandingkan dengan tabung kaca yang hasilnya ternyata
tidak ada perbedaan yang bermakna antara keduanya.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna
(p>0,05) antara hasil pemeriksaan Na, K, dan Cl pada spesimen yang ditampung
menggunakan tabung kaca dengan spesimen yang ditampung menggunakan tabung
pemisah serum (SST).
120
Vol. 1, No. 2, Juli–Desember 2009
SARAN
Tabung kaca sampai saat ini masih bisa digunakan secara universal baik di
laboratorium-laboratorium besar maupun kecil, di kota-kota besar maupun daerah
pelosok sebagai penampung maupun separasi serum yang baik untuk pemeriksaan kadar
Na, K, dan Cl serum sebaik SST dengan memperhatikan dan melaksanakan kaidah-kaidah
pemeriksaan pada tahap pre analitik, analitik, maupun pasca analitik.
DAFTAR PUSTAKA
Boeynaems et al., 2004, Evaluation of a New Generation of Plastic Evacuated Blood
Collection Tubes in Clinical Chemistry, Therapeutic Drug Monitoring, Hormone,
and Trace Metal Analysis, Clin Chem Lab Med 42(1): 67-71.
Bowen et al., 2005, Effect of Blood Collection Tubes on Triidotironine and Other Laboratory
Assays, Clinical Cemistry 51 (2): 424-33.
Kleinman LI and Lorenz JM, 1989, Physiolohy and Pathophysiology of Body Water Electrolytes,
In: Kaplan LA, Pesce AJ, Clinical Chemistry Theory, Analysis and Correlation, 2th ed,
Mosby Co, Philadelphia: 313-31.
Okorodudu AO and Elgethany MT, 2002, Specimen Transport, Logistic, and Processing, In:
Laboratory Management and Clinical Correlation, Ed. Lewandrowski K, Lippincott
William and Wilkins, Philadelphia: 195-204.
Purwanto AP, 2005, Pemantapan Mutu Laboratorium Kesehatan, Dalam: Prosiding Semiloka
Laboratorium Klinik, Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Pemeriksaan Koagulasi,
Sitologi, Kultur dan Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi, Semarang: 80-95.
Sacher RA and Mc Pherson RA, 2004. Pengaturan Asam-basa dan Elektrolit. Dalam: Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Alih bahasa: Pendit, BU dan Wulandari
B, Edisi 11, EGC, Jakarta: 320-40.
Tiezt NW, Pruden EL, and Anderson OS., 1996, Electrolyte. In: Tietz Fundamental of Clinical
Chemistry, Ed. Carl AB., Edward RA., 4th ed, WB Sounder Co, Philadelphia: 497505.
Wimbardi, 2002a, Pemantapan Mutu Laboratorium Kesehatan. Dalam: Prosiding Semiloka
Laboratorium Klinik, Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Pemeriksaan Koagulasi,
Sitologi, Kultur dan Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi, Semarang: 15-26; 8-16.
Wimbardi, 2002b, Peran Mitra Usaha dalam Peningkatan Kinerja Laboratorium Kesehatan,
ILKI Jawa Tengah, Semarang: 8-16.
Wingo CS, 1997, Gangguan Kalium, Dalam: C. Craig T. Christoper SW, Buku Saku Nefrologi,
Alih Bahasa: Widayanti DW, Edisi 3, EGC, Jakarta: 134-48.
Young DS and Bermes EW, 1996, Specimen Collection and Processing: Source of Biological
Variation, In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry, Ed. Carl AB., Edward RA., 4th
ed, WB Sounder Co, Philadelphia: 33-52.
Download