BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global (global warming) dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan menjadi hal yang sangat penting pada abad ini. Masyarakat menyadari bahwa eksplorasi lahan yang berlebihan serta masalah pencemaran tanah akibat sampah kemasan non biodegrable dapat mengganggu ekosistem alam di masa mendatang. Efek kemasan terhadap kesehatan manusia dapat terjadi secara langsung akibat terpapar material pembuatnya. Sebagai contoh monomer dari polystyrene (bahan pembuat sterofoam) masuk melalui pernafasan, meresap melalui kulit dan dapat menyebabkan efek mutagen serta karsinogenik. Selain efek langsung, kemasan sintetis juga berpengarh terhadap lingkungan dan dampak interaksi kemasan dengan lingkungan berpengaruh pada manusia. Limbah kemasan sintetis biasanya ditangani dengan penimbunan yang akan menyebabkan pencemaran tanah sedangkan jika dilakukan pembakaran akan menghasilkan gas CO2 yang dapat meningkatkan pemanasan global. Hal ini merupakan peluang untuk membuat suatu kemasan yang tidak hanya sekedar aman, menarik tetapi juga bersifat biodegradable dan ramah lingkungan. Kemasan biodegradable merupakan kemasan yang dapat mengalami biodegradasi di tanah karena diuraikan oleh mikroba, (Tito,2009). Plastik telah dikenal luas dalam kehidupan manusia. Berbagai barang kebutuhan hidup mulai barang-barang sederhana hingga barang-barang berteknologi terus meningkat menumbuhkan kekhawatiran mengenai dampak buruknya terhadap lingkungan. Awalnya sifat-sifat plastik yang ringan, praktis, ekonomis, dan tahan terhadap pengaruh lingkungan menjadi unggulan, sehingga plastik dapat digunakan untuk menggantikan bahan-bahan lain yang tidak tahan lama. Akan tetapi plastik juga banyak digunakan untuk barang sekali pakai sehingga sampah plastik semakin bertambah, sementara proses degradasi secara alamiah berlangsung sangat lama. Sebagai akibatnya sampah plastik menjadi masalah bagi lingkungan. Data dari Kementrian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa setiap individu menghasilkan rata-rata 0,8 kilogram sampah per hari. Sebanyak 15 persennya adalah Universitas Sumatera Utara plastik. Dengan asumsi 220 juta penduduk Indonesia, sampah plastik yang terbuang mencapai 26.500 ton per hari. Secara umum, kebanyakan limbah plastik merupakan kemasan plastik non-biodegradable yang berasal dari sintesis minyak bumi. Plastik untuk kemasan merupakan plastik yang paling dominan digunakan dibandingkan penggunaan untuk sektor lainnya, sehingga sampah kemasan plastik menyumbang paling banyak limbah plastik. Penggunaan plastik sintetik sebagai bahan pengemas memang memiliki berbagai keunggulan seperti mempunyai sifat mekanik dan barrier yang baik, harganya yang murah, dan kemudahannya dalam proses pembuatan dan aplikasinya. Plastik sintetik mempunyai kestabilan sifat fisika dan sifar kimia yang terlalu kuat sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami dan telah menimbulkan masalah dalam penanganan limbahnya. Permasalahan tersebut tidak dapat terselesaikan dengan pelarangan atau pengurangan penggunaan plastik. Penanganan sampah plastik antara lain dilakukan dengan cara daur ulang, pembakaran (incineration), dan penguburan (landfill). Pembakaran sampah plastik menghasilkan zat-zat beracun yang berbahaya bagi makhluk hidup, sementara cara penguburan tidak efektif karena plastik sangat sulit terdegradasi. Cara daur ulang merupakan alternatif terbaik untuk menangani sampah plastik, tetapi cara ini memerlukan biaya yang tinggi dan hanya dapat mengatasi sebagian kecil sampah plastik sehingga masih menimbulkan pencemaran. Gambar 1.1 Klasifikasi polimer yang dapat terbiodegradasi Universitas Sumatera Utara Adanya permasalahan di atas memerlukan solusi yang komprehensif mengenai kemasan yang sehat bagi tubuh dan sehat bagi lingkungan. Solusi yang dapat ditawarkan adalah penggunaan plastik biodegradable berbasis biopolimer. Biopolimer yang dianggap paling prospektif adalah poli asam laktat. Poli asam laktat memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya dapat dibuat menjadi kemasan sehat. Pengembangan poli asam laktat sebagai kemasan sehat dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku dari potensi lokal yang melimpah dan memenuhi syarat. Poli asam laktat adalah polimer dari sumber yang terbaharui dan berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan menggunakan substrat pati atau gula sederhana. Kemasan sehat bagi tubuh memiliki empat syarat minimal yang harus dipenuhi, sedangkan kemasan sehat bagi lingkungan memiliki beberapa generasi pengembangan. Poli asam laktat dapat digunakan sebagai kemasan sehat bagi tubuh manusia karena poli asam laktat memiliki sifat penghambat (barrier) yang baik terutama untuk kelembaban dan uap air serta udara. Poli asam laktat juga memiliki sifat-sifat mekanis yang hampir sama dengan poly ethylene terephtalate dan poly propylene. Poli asam laktat termasuk golongan biopolimer sehingga monomermonomer yang terlepas dari kemasan Poli asam laktat aman. Monomer Poli asam laktat berupa asam laktat yang digolongkan dalam GRAS (Generally Recognize As Safe). Keunggulan lainnya yaitu waktu penguraiannya yang singkat hanya kurang lebih 2-6 minggu serta tidak dihasilkan residu CO2. Sekarang poli asam laktat sudah tersedia di pasaran dengan harga yang relatif murah sehingga poli asam laktat saat ini dianggap sebagai bioplastik paling potensial untuk diaplikasikan, walaupun jumlahnya belum banyak. Sejak tahun 2002, poli asam laktat berbahan baku pati jagung dengan merk dagang “Nature Works” telah diproduksi secara komersial oleh Cargill Dow LLC USA dengan kapasitas 180.000 ton per tahun. Harga poli asam laktat (3€/kg) saat ini menjadi harga poliester termurah dipasaran, sehingga merupakan peluang besar apabila dapat dikembangkan. Universitas Sumatera Utara 1.2 Perumusan Masalah Mengingat kebutuhan manusia akan plastik cukup besar untuk keperluan sehari – hari. Sehingga penggunaan plastik non-biodegradable dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Sehingga diperlukan adanya plastik biodegradable seperti Poli asam laktat untuk mengurangi penggunaan plastik konvensional. Poli asam laktat sudah diproduksi secara komersial di sebagian negara Asia dan Eropa Barat. Hal ini ditanggapi dengan baik oleh industri – industri polimer di dunia. Dan mengingat Indonesia memiliki raw material pembuatan Poli asam laktat, hal ini mendorong untuk dibuatnya suatu pra rancangan pabrik pembuatan Poli Asam laktat (PLA) dengan tujuan mengurangi penggunaan plastik dari minyak bumi dan memenuhi kebutuhan plastik biodegradable dalam negeri . 1.3 Tujuan Perancangan Secara umum, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan Poliasam Laktat (PLA) ini adalah menerapkan disiplin ilmu Teknik Kimia khususnya di bidang perancangan, proses, dan operasi teknik kimia sehingga dapat memberikan gambaran kelayakan Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Poli asam laktat (PLA). Secara khusus, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan Poli asam laktat (PLA).ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan plastik biodegradable sehingga dapat mengurangi pencemaran yang ditimbulkan oleh plastik non-biodegradable dan menjaga kelestarian lingkungan serta mengurangi pemanasan global ( Global warming). 1.4 Manfaat Perancangan Manfaat pra perancangan pabrik pembuatan Poli asam laktat (PLA). adalah memberikan gambaran kelayakan dari segi rancangan dan ekonomi pabrik sehingga akan mendukung pertumbuhan industri plastik di Indonesia. Hal ini, diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan Poli asam laktat di Indonesia. Manfaat lain yang ingin dicapai adalah dapat meningkatkan devisa negara dan dapat membantu pemerintah untuk menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia yaitu dengan menciptakan lapangan kerja baru. Universitas Sumatera Utara