Manajemen Baru Didesak Lebih Efisien

advertisement
Manajemen Baru
Didesak Lebih Efisien
Agus Suprayitno:
JAKARTA. MAnajemen baru PT Garuda Indonesia Tbk. diharapkan segera melakukan sefisensi
penerbangan untuk memperkecil beban produksi dan memperbesar pendapatan usaha.
“Beberapa waktu terakhir, biaya produksi dan reneue Garuda Indonesia saya lihat tidak
seimbang. Itu karena tidak efisien,” kata pengamat BUMN yang juga bekas Sekretaris
Kementerian BUMN, Said Didu, kepada Tempo, kemarin.
Rapat umum pemegang saham luar biasa PT Garuda menunjuk Muhammad Arif Wibowo
sebagai Direktur Utama PT Citilink Indonesia itu menggantikan Emirsyah Satar yang
mengundurkan diri. Pemegang saham juga mengganti sebagian besar jajaran direksi dan
komisaris perusahaan.
Arif Wibowo mengaku memilki tiga rencana prioritas untuk mendongkrak kinerja
Garuda. Ketiga hal itu adalah menggenjot keuntungan, pengendalian biaya, dan memastikan
keamanan finansial.
“Stagnansi ekonomi pada tahun mendatang akan mempengaruhi industry penerbangan
sehingga kami harus yakin cost kami kompetitif,” ujarnya. Ia meminta waktu seminggu untuk
mendetailkan rencananya.
Menurut Said Didu, hal pertama yang perlu dilakukan Arif adalah meningkatkan utilitas
pesawat milik perusahaan. Saat ini, menurut juru bicara perusahaan, Pujobroto, terdapat 168
pesawat yang beroperasi dalam 600 penerbangan. Angka itu dinilai Said tidak efisien. Pasalnya,
tingkat load factor Garuda rendah sehingga biaya pengangkutan penumpang lebih besar daripada
penapatan dari tiket.
Langkah efisiensi yang kedua, kata Said, adalah penataan rute disesuaikan dengan jenis
pesawat. Ia menyarankan agar Garuda tidak terburu-buru mendatangkan pesawat senelum biaya
produksi dan pendapatannya seimbang. Pengadaan pesawat juga perlu ditunda karena sampai
sekarang pengaturan rite pesawat baru belum dilakukan. “Percuma kalau dating (pesawat baru)
tapi enggak dipakai,” ucapnya.
Pengamat penerbangan dari Universitas Gadjah Mada, Arista Atmadjati, mengatakan
manajemen baru Garuda Indonesia menghadapai tantangan cukup berat. Dalam persaingan
domestic, kata dia, market share Garuda Indonesia kalah dibanding maskapai swasta. Sementara
dalam persaingan dengan maskapai internasional, jinerja Garuda Indonesia masih jauh.
Meski brand Garuda sudah kuat, pangsa pasarnya kalah dibanding Lion Group. “Garuda
harus lebih agresif melakukan pendekatan ke pasar,” kata dia. MAnajemen baru harus memiliki
strategi berbeda dengan manajemen lama.
Emirsyah Satar memperkirakan Garuda akan merugi pada 2015 meski secara nominal
mengecil. Hingga kuartal ketiga tahun ini, Garuda merugi US$ 206,4 juta. Kerugian Garuda
selama ini, kata dia, disebabkan ketidakstabilan harga beli avtur dan efek pelemahan nilai tukar
rupiah.
Emir optimis jumlah kerugian Garuda tahun depan akan turun. Sebab, kata dia, harga
avtur sudah berada di kisaran US$ 63 per barel. “Itu masih akan turun lagi, sehingga akan
memberikan kinerja positif terhadap Garuda. “Dalam perencanaannya, sebelumnya, Emir
menargetkan Garuda memfokuskan ekspansi ke pasar dalam negeri.
Sumber : KORAN TEMPO, Sabtu 13 Desember 2014.
Download