AC - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Conditioner (AC)
2.1.1 Sejarah Air Conditioner
Pengetahuan tentang fungsi pendinginan udara sudah berkembang sejak zaman
Romawi. Makanan yang disimpan di tempat dingin akan tahan lebih lama
dibandingkan dengan di tempat panas. Pada udara dingin, pergerakan bakteri lebih
lambat, sehingga proses pembusukan berjalan lebih lama. Oleh karena itu, orangorang di zaman itu menyimpan makanan di ruangan bawah tanah atau di dalam
sumur. Pada musim dingin penduduk di daerah utara memotong es dari danaudanau yang membeku. Mereka menyimpannya dalam sebuk gergaji atau
bangunan pendingin lalu menjualnya kepada penduduk di daerah selatan pada
musim panas.
Pada akhir abad ke-18, musim dingin di daerah utara mengalami kenaikan
temperatur. Pada masa-masa inilah orang mulai mengembangkan mesin pendingin
untuk mencetak es. Kemudian muncullah alat yang dikenal dengan istilah “kotak
es”. Alat ini digunakan untuk mengawetkan makanan.
Alat pendingin yang dilengkapi freezer (sekarang kita menyebutnya
kulkas). Baru mulai dibuat orang pada awal abad ke-19. Sejak itu, sistem
pendingin berkembang dengan pesat. Orang tidak hanya menggunakan sistem
pendingin untuk mengawetkan makanan, melainkan juga untuk pengondisian
udara (Air Conditioning).
Lonjakan produksi dalam industri refrigerasi dan air conditioning terjadi
mulai tahun 1930-an. Refrigerasi di USA pada tahun 1940 mengambil bagian
lebih dari 13% (energi) dari total perdagangan peralatan mesin saat itu.
Perdagangan refrigerasi saat itu setidaknya bisa diklasifikasikan menjadi empat
bagian, yaitu: refrigerasi untuk rumah tangga menempati urutan pertama, yang
diikuti oleh refrigerasi untuk industri, air conditioning, dan refrigerasi komersial.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1960, diperkirakan ada 50 juta rumah yang tersambung aliran listrik di
USA, 49 juta (98%) diantaranya memiliki refrigerator. Setelah tahun
1960,
perdagangan freezer untuk industri tercatat melebihi refrigerator untuk rumah
tangga. Perdagangan unit pendingin lainnya seperti untuk gudang, tempat tinggal,
mobil dan kereta, total nilainya mencapai milyaran dollar per tahun di tahun 1960
an.
Sejalan dengan kebutuhan dan perkembangannya, variasi aplikasi
refrigerasi dan air conditioning terus bertambah. Angkutan untuk produk-produk
dan industri makanan dan minuman serta pertanian dan peternakan-perikanan juga
mendorong meningkatnya perkembangan perdagangan dalam industri refrigerasi
air conditioning. Di bidang industri, refrigerasi mampu membantu meningkatkan
efisiensi sistem, dan juga mampu menjadi solusi bagi proses-proses industri yang
membutuhkan temperatur rendah. Demikian pula air conditioning, menjadi solusi
bagi proses-proses industri yang membutuhkan pengaturan kondisi udara tertentu.
Dalam bidang medis, refrigerasi dan air conditioning bukan hanya mengambil
peran yang terkait dengan instrumen medis, namun juga penanganan obat-obatan
serta zat-zat lainnya yang memerlukan perlakuan pada temperatur tertentu, bahkan
juga proses-proses operasi medis.
2.1.2 Pengoptimalan Air Conditioner (AC)
Untuk mengoptimalkan kinerja AC sebagai alat pendingin ruangan ada beberapa
cara yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menentukan koefisien kinerja, atau yang lazim dikenal dengan COP
(Coefficient of Performance).
COP adalah rasio antara jumlah panas (dalam satuan kw) yang dipindahkan
dari evaporator untuk setiap satuan energy yang dikonsumsi (kw). Atau dengan
kata lain COP adalah rasio antara kapasitas dari compressor (kw) dan setiap ton
freon yang dipanaskan (TR) yang bisa diserap oleh evaporator
2. Menguji rasio effisiensi energy (EER).
Universitas Sumatera Utara
EER adalah rasio antara kapasitas panas yang digunakan untuk mendinginkan
(dalam BTU) per jam dan konsumsi energi (dalam watt). Semakin tinggi nilai
COP dan EER maka akan mengakibatkan semakin hemat AC yang digunakan.
3. Memilih ukuran AC yang tepat.
Beberapa langkah untuk menentukan ukuran AC
1) Hitung luas ruangan yang akan di pasang AC.
2) Berdasarkan luas ruangan tersebut, pilih kapasitas dasar AC yang
dinyatakan dalam BTU/jam dengan menggunakan tabel berikut :
Tabel 2.1. Kapasitas AC
Luas Lantai (ft2)
100
125
150
175
200
250
300
400
500
Catatan
BTU / jam
Tembok Tebal
Tembok Biasa
4550
5300
5150
6100
5700
6800
6200
7500
6500
8100
7550
9300
8300
10400
9700
12400
11000
14250
1 ft = 0,3048 meter
Kapasitas AC berdasarkan PK:
AC 0.5 PK
=
± 5.000 BTU/jam
AC 0.75 PK =
± 7.000 BTU/jam
AC 1.0 PK
=
± 9.000 BTU/jam
AC 1.5 PK
=
± 12.000 BTU/jam
AC 2.0 PK =
± 18.000 BTU/jam
Universitas Sumatera Utara
3.) Untuk menentukan kapasitas AC yang dibutuhkan maka kapasitas dasar
AC seperti pada tabel di atas harus dikoreksi dengan suatu faktor yang
besarnya tergantung pada:
a. Posisi tembok/dinding ruangan yang terpanjang, jika tembok
menghadap ke timur faktor koreksi adalah 0,95.
b. Tinggi langit-langit ruangan. Bila langit-langit tingginya melebihi 10 ft
(sekitar 3 meter) maka faktor koreksinya adalah 1,1.
c. Ruang tidak terkena cahaya langsung misalnya karena adanya peneduh
yang cukup lebar dan bila AC umumnya digunakan pada malam hari,
maka faktor koreksinya adalah 0,8.
4.) Bilamana ruangan yang akan didinginkan AC termasuk dapur, maka
kapasitas AC harus ditambah besar 4000 BTU/jam, sebagai kompensasi
dari penambahan beban panas dari peralatan masak yang digunakan di
dapur.
4. Memilih kualitas freon yang lebih baik.
Freon memainkan peran yang penting dalam melakukan effisiensi sebuah
sistem pendingin AC. Pemilihan Jenis Freon misalnya hidrokarbon dapat
meningkatkan effisiensi sebuah sistem pendingin AC. Freon jenis ini lebih ringan
sehingga membutuhkan listrik yang lebih rendah ketika AC dioperasikan. Selain
itu Freon jenis ini juga ramah lingkungan dan dibuat dari bahan-bahan alami
bukan sintesis sehingga aman untuk dilepas ke udara tanpa perlu khawatir
merusak lapisan ozon.
5. Melakukan Perawatan AC secara periodik.
Perawatan AC mutlak harus dilakukan agar usia pakai relatif lebih tahan lama.
Secara keseluruhan perawatan AC bertujuan untuk memperpanjang usia pakai dan
mengontrol biaya pemakaian konsumsi listrik. Beberapa tips perawatan AC yang
perlu diperhatikan :
1. Tempatkan kondensor di tempat sejuk yang kering dengan sirkulasi udara
yang cukup. Letakkan kondensor jauh dari sumber panas, maupun kontak
langsung dengan sinar matahari.
Universitas Sumatera Utara
2. Bersihkan debu dan kotoran dari kipas kondensor secara periodik.
3. Periksa kipas evaporator dan kondensor ketika timbul suara saat AC
beroperasi. Suaru tersebut biasanya disebabkan oleh skrup yang tidak
kencang.
4. Gunakan kapasitas AC yang tepat, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
5. Gunakan
refrigran
dengan
kapasitas
yang
tepat
sesuai
dengan
spesifikasinya masing-masing.
6. Pilihlah AC dengan kemampuan mendinginkan yang paling tinggi namun
dengan energi paling sedikit.
2.2 Perpindahan Panas
2.2.1 Defenisi Perpindahan Panas
Holman (1997) mengemukakan bahwa perpindahan panas (heat transfer) adalah
ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan
suhu di antara benda atau material. Ilmu perpindahan panas tidak hanya mencoba
menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari satu benda ke benda lain,
tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu.
2.2.2 Jenis-jenis Perpindahan Panas
Holman (1997) mengemukakan bahwa perpindahan panas terdiri dari 3 yaitu:
1. Koduksi atau hantaran
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu ( temperature gradient), maka
menurut pengalaman akan terjadi perpindahan energy dari bagian bersuhu
tinggi ke bagian bersuhu rendah. Kita katakana bahwa energy berpindah
secara konduksi (conduction) atau hantaran dan bahwa laju perpindahan
panas itu berbanding dengan gradient suhu normal.
π‘žπ‘ž πœ•πœ•πœ•πœ•
~
𝐴𝐴 πœ•πœ•πœ•πœ•
(2.1)
Jika dimasukkan konstanta proporsionalitas (proportionality constant) atau
tetapan sebandingan, maka:
Universitas Sumatera Utara
π‘žπ‘ž = −π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜
di mana:
πœ•πœ•πœ•πœ•
πœ•πœ•πœ•πœ•
(2.2)
q
: laju perpindahan kalor
πœ•πœ•πœ•πœ•
: gradient suhu kea rah peprindahan kalor
k
: konduktivitas atau kehantaran termal (thermal
πœ•πœ•πœ•πœ•
conductivity) benda
A
: luas daerah yang normal (tegak-lurus) terhadap
arah aliran panas (m2 atau ft2)
tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika,
yaitu bahwa kalor mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam skala suhu.
2. Konveksi
Sudah umum dketahui bahwa plat logam panas akan menjadi dingin lebih
cepat bila ditaruh di depan kipas angin dibandingkan dengan bilamana
ditempatkan di udara tenang. Kita katakan bahwa kalor dikonveksi atau
diilir ke luar, dan proses ini dinamakan perpindahan kalor secara konveksi
atau ilian.
Perpindahan kalor konveksi bergantung pada viskositas fluida
disamping ketergantungannya kepada sifat-sifat termal fluida itu
(konduktivitas termal, kalor spesifik, densitas). Hal ini dapat dimengerti
karena viskositas mempengaruhi profil kecepatan, dank arena itu,
mempengaruhi laju perpindahan energy di daerah dinding.
Jika suatu plat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada
sumber gerakan dari luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akibat
terjadinya gradien densitas di dekat plat. Peristiwa ini dinamakan konveksi
alamiah (natural convection) atau konveksi bebas (free convection) untuk
membedakannya dari konveksi paksa (forced convection) yang terjadi
apabila udara itu dihembuskan diatas plat dengan kipas. Fenomena
pendidihan dan pengembunan juga termasuk dalam kelompok masalah
perpindahan kalor konveksi.
Transfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran
energi antara suatu permukaan dengan fluida yang didekatnya. Suatu
Universitas Sumatera Utara
pembedaan harus dibuat antara konveksi paksa (forced convection),
dimana suatu fluida dibuat mengalir melalui suatu permukaan padat oleh
suatu komponen eksternal (external agent) seperti kipas atau pompa, dan
konveksi bebas atau konveksi alami, dimana fluida yang lebih panas atau
lebih dingin didekat batas padatan akan menyebabkan sirkulasi karena
adanya perbedaan densitas yang dihasilkan dari variasi temperatur di
seluruh daerah dari fluida tersebut (Welty dkk, 2004).
Persamaan laju untuk transfer panas konvektif pertama kali
dinyatakan oleh Newton pada tahun1701, dan disebut sebagai persamaan
laju Newton atau hukum Newton tentang pendinginan. Persamaan ini
adalah
π‘žπ‘ž
= β„Žβˆ†π‘‡π‘‡
𝐴𝐴
dimana
(2.3)
π‘žπ‘ž adalah laju transfer panas konvektif (W atau Btu/jam)
A adalah luas daerah yang normal (tegak-lurus) terhadap arah
aliran panas (m2 atau ft2)
βˆ†π‘‡π‘‡ adalah beda temperatur antara permukaan dan fluida (K atau
°πΉπΉ)
h adalah koefisien transfer panas konvektif (W/m2.K atau
3. Radiasi
Btu/jam ft2 °πΉπΉ)
Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi, dimana perpindahan
energi terjadi melalui bahan antara, kalor juga dapat berpindah melalui
daerah-daerah hampa. Mekanismenya disini adalah sinaran atau radiasi
elektromagnetik.
Pembahasan
termodinamka
menunjukkan
bahwa
radiator
(penyinar) ideal, atau benda hitam (blackbody), memancarkan energi
dengan laju yang sebanding dengan pangkat empat suhu absolut benda itu
dan berbanding lurus dengan luas permukaan. Jadi,
Universitas Sumatera Utara
di mana: 𝜎𝜎
π‘žπ‘žπ‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ = πœŽπœŽπœŽπœŽπ‘‡π‘‡ 4
(2.4)
: konstanta proporsionalitas (konstanta Stefan-Boltzmann)
dengan nilai 5,669 x 10-8 W/m2.K4
2.3 Optimasi
Modul optimization dapat digunakan di seluruh produk Comsol yang
menyediakan solusi umum untuk menghitung solusi optimal untuk masalah
rekayasa. Setiap model masukan, baik itu dimensi geometris, bagian bentuk, sifat
material, atau distribusi bahan, dapat diperlukan sebagai variable control, dan
setiap output model yang bias menjadi fungsi tujuan.
Simulasi adalah alat yang ampuh dalam sains dan teknik untuk
memprediksi perilaku sistem fisik, khususnya yang diatur oleh persamaan
diferensial parsial. Dalam banyak kasus satu atau beberapa simulasi tidak cukup
untuk memberikan pemahaman yang cukup tentang sistem. masalah yang resolusi
bergantung pada proses eksplorasi lebih sistematis yang disediakan oleh Modul
Optimization dapat dibagi secara luas menjadi dua kelas yaitu:
1. Masalah Desain dengan satu tujuan. Di sini, masalahnya adalah untuk
menemukan
nilai-nilai
variabel
kontrol
atau
variabel
desain
yang
menghasilkan kinerja terbaik dari model, dihitung dengan cara fungsi tujuan.
Masalah semacam ini timbul, misalnya, dalam optimasi struktural, desain
antena, dan optimasi proses. Dalam banyak kasus, meningkatkan fungsi tujuan
adalah lebih penting daripada menemukan optimum mutlak.
2. Masalah Inverse, dan estimasi parameter tertentu dalam Persamaan
Differensial Parsial. Berikut masalahnya adalah untuk menentukan nilai dari
satu parameter yang menyediakan data simulasi yang paling cocok diukur
datanya. Masalah tersebut muncul dalam aplikasi seperti simulasi geofisika,
uji tak rusak, simulasi biomedis, dan asimilasi data cuaca. Kurva pas juga
termasuk kategori ini.
Masalah dari jenis di atas sering dapat dirumuskan secara lebih umum
sebagai masalah optimasi. Pengenalan Optimization, langkah studi Optimization,
Universitas Sumatera Utara
dan Estimasi Parameter langkah studi di COMSOL Multiphysics berguna untuk
memecahkan masalah desain serta masalah Inverse dan estimasi parameter.
Alur kerja dalam Modul Optimization cukup mudah dan dapat dijelaskan
oleh langkah-langkah berikut:
1. Untuk optimasi klasik, tidak melibatkan model Multiphysics, menambahkan
studi Stationary dan studi Optimasi langkah untuk model yang kosong.
Menentukan parameter dan variabel global defenisi, kemudian menentukan
sebuah fungsi tujuan, variabel kontrol, batas dan kendala pada langkah
penelitian Optimization. Kendala dan tujuan ditulis sebagai fungsi eksplisit
dari variabel kontrol.
2. Untuk optimasi Multiphysics, pertama kali membuat model yang berisi
geometri dan fisika. Mendefinisikan parameter di bawah global definisi, atau
dengan menambahkan variabel kontrol untuk menghubungkan dengan
Optimization. Pastikan kedepan model memecahkan dengan benar untuk
beberapa nilai yang layak dari variabel kontrol sebelum melanjutkan dengan
mendefinisikan fungsi tujuan dan kendala, dan akhirnya memecahkan masalah
optimasi.
Perhatikan bahwa jika masalah optimasinya hanya membutuhkan variabel kontrol
skalar global, fungsi tujuan dan ekspresi kendala, semuanya dapat diatur dengan
langsung pada langkah penelitian Optimization. Optimization hanya diperlukan
jika variabel kontrol adalah bidang spasial, jika kendala harus diterapkan pada
setiap mesh node secara individual, atau jika fungsi tujuan adalah dari kuadratmengetik lebih kompleks daripada kurva transien pas.
Frei. W (2014) mengemukakan bahwa, bentuk Optimization adalah
min π‘₯π‘₯∈ℝ
𝑓𝑓�𝑒𝑒 (π‘₯π‘₯)οΏ½
Lihat juga : π‘₯π‘₯𝐿𝐿 ≤ π‘₯π‘₯ ≤ π‘₯π‘₯π‘ˆπ‘ˆ
𝑝𝑝(π‘₯π‘₯ ) ≤ 0
𝑔𝑔�𝑒𝑒(π‘₯π‘₯ )οΏ½ = 0
β„ŽοΏ½π‘’π‘’(π‘₯π‘₯ )οΏ½ = 0
Fungsi Objektif
Variabel desain terikat sederhana
Titik kendala pada variabel desain
(2.5)
Kendala umum persamaan
Kendala umum ketidaksamaan
Universitas Sumatera Utara
2.4 Aliran Laminar dan Turbulen
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu aliran laminar dan turbulen.
Dalam aliran laminar, partikel-partikel zat cair bergerak teratur mengikuti lintasan
yang saling sejajar. Aliran laminar terjadi apabila kecepatan kecil dan/atau
kekentalan besar. Pada aliran turbulen gerak partikel-partikel zat cair tidak teratur.
Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil
(Triatmodjo, 1993).
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran
yaitu kekentalan zat cair πœ‡πœ‡ (mu), rapat massa zat cair 𝜌𝜌 (rho), dan diameter pipa D.
Hubungan antara πœ‡πœ‡, 𝜌𝜌, dan D yang mempunyai dimensi sama dengan kecepatan
adalah πœ‡πœ‡/𝜌𝜌𝜌𝜌.
Gambar 2.1. Aliran turbulen, transisi, dan laminar (Sumber: Munson et al, (2004)
2.5 Metode Elemen Hingga
Metode Elemen Hingga (MEH) adalah metode numerik yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan teknik dan problem matematis suatu gejala phisis
(Susatio, 2004).
Ide dasar dalam metode elemen hingga adalah untuk menemukan solusi
dari masalah yang rumit dengan menggantinya menjadi yang sederhana. Karena
masalah yang sebenarnya diganti dengan yang sederhana dalam mencari solusi,
Universitas Sumatera Utara
akan hanya dapat menemukan solusi perkiraan bukan solusi yang tepat (Rao,
2011).
Metode elemen hingga melibatkan pemodelan struktur menggunakan
elemen yang saling berhubungan kecil yang disebut elemen-elemen hingga (finite
elements). Sebuah fungsi perpindahan terkait dengan setiap elemen hingga. Setiap
elemen yang berhubungan terkait, langsung maupun tidak langsung, untuk setiap
elemen lain melalui interfaces, termasuk node dan/atau garis batas dan/atau
permukaan (surface), (Logan, 2007).
Allaire (1985) menyebutkan langkah-langkah dalam metode elemen
hingga adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan governing equations (persamaan pengatur) dan kondisi
batas,
2. Membagi daerah analisis menjadi elemen-elemen (diskritisasi),
3. Memilih fungsi interpolasi,
4. Menentukan sifat elemen,
5. Merakit/menggabungkan persamaan global,
6. Solusi persamaan global,
7. Verifikasi solusi.
Persamaan dalam metode elemen hingga adalah
οΏ½βƒ— = 𝑃𝑃�⃗
[𝐾𝐾 ]οΏ½Φ
(2.6)
οΏ½οΏ½βƒ— adalah
di mana [𝐾𝐾 ] adalah kumpulan matriks kekakuan (stiffness matrix), Φ
vektor perpindahan nodal (nodal displacement), dan 𝑃𝑃�⃗ adalah vektor dari gaya
nodal (nodal force) untuk struktur lengkap (Rao, 2011).
2.5.1 Diskritisasi Domain
Langkah awal dari metode elemen hingga adalah membagi daerah/benda dalam
bagian-bagian kecil (disebut elemen). Langkah ini disebut sebagai diskritisasi.
Objek satu-dimensi dibagi ke segmen garis pendek (short). Badan dua-dimensi
dapat dibagi menjadi segitiga, persegi panjang, segiempat, atau sub-daerah lain
yang sesuai. Untuk elemen tetrahedral, elemen prismatik persegi panjang, elemen
bentuk pie, dan masih banyak lagi yang bekerja pada permasalahan tiga-dimensi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Elemen satu-dimensi (Sumber: Rao, 2011)
Gambar 2.3. Elemen dua-dimensi (Sumber: Rao, 2011)
Gambar 2.4. Elemen tiga-dimensi (Sumber: Rao, 2011)
2.5.2 Fungsi Interpolasi (Elemen Simpleks Tiga-Dimensi)
Elemen Simpleks adalah pendekatan yang dilakukan dengan polinomial yang
terdiri dari term (suku) konstan dan suku linier. Banyaknya koefisien dalam
polinomial sama dengan dimensi dari koordinat ruang yang ada ditambah satu
(Susatio, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Bentuk yang sangat populer dari fungsi interpolasi adalah bentuk
Polinomial. Derajat dari polinomial dipilih bergantung pada banyaknya item yang
diketahui dari fungsi kontinu pada setiap elemen. Terdapat tiga macam fungsi
interpolasi yang dipakai dalam metode elemen hingga, yaitu: Simpleks,
Kompleks, dan Multipleks (Susatio, 2004).
Biasanya polinomial digunakan sebagai fungsi interpolasi karena mudah
untuk didiferensialkan dan diintegralkan. Setiap fungsi interpolasi polinomial
akan selalu kontinu dalam suatu elemen, sehingga kondisi ini benar-benar berlaku
untuk batas interelement. Elemen simpleks memiliki polinomial linear (Allaire,
1985).
Untuk elemen tiga-dimensi adalah elemen tetrahedral (Gambar 2.4)
dengan fungsi interpolasi linear berbentuk
πœ™πœ™(π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧) = 𝛼𝛼1 + 𝛼𝛼2 π‘₯π‘₯ + 𝛼𝛼3 𝑦𝑦 + π‘Žπ‘Ž4 𝑧𝑧
(2.7)
Misalkan node diberi label 𝑖𝑖, 𝑗𝑗, π‘˜π‘˜, dan 𝑙𝑙. Misalkan koordinat global untuk node 𝑖𝑖,
𝑗𝑗, π‘˜π‘˜, dan 𝑙𝑙 diberikan oleh (π‘₯π‘₯𝑖𝑖 , 𝑦𝑦𝑖𝑖 , 𝑧𝑧𝑖𝑖 ), οΏ½π‘₯π‘₯𝑗𝑗 , 𝑦𝑦𝑗𝑗 , 𝑧𝑧𝑗𝑗 οΏ½, (π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜ , π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜ , π‘§π‘§π‘˜π‘˜ ), dan (π‘₯π‘₯𝑙𝑙 , 𝑦𝑦𝑙𝑙 , 𝑧𝑧𝑙𝑙 ) serta
nilai nodal dari variabel medan πœ™πœ™(π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧) oleh Φ𝑖𝑖 , Φ𝑗𝑗 , Φπ‘˜π‘˜ , dan Φ𝑙𝑙 .
Kondisi nodal
πœ™πœ™ = Φ𝛽𝛽
𝑑𝑑𝑑𝑑 οΏ½π‘₯π‘₯𝛽𝛽 , 𝑦𝑦𝛽𝛽 , 𝑧𝑧𝛽𝛽 οΏ½
𝛽𝛽 = 𝑖𝑖, 𝑗𝑗, π‘˜π‘˜, 𝑙𝑙
Fungsi interpolasi untuk elemen simpleks tiga-dimensi adalah
πœ™πœ™(π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧) = 𝑁𝑁𝑖𝑖 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)Φ𝑖𝑖 + 𝑁𝑁𝑗𝑗 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)Φ𝑗𝑗 + π‘π‘π‘˜π‘˜ (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)Φπ‘˜π‘˜ + 𝑁𝑁𝑙𝑙 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)Φ𝑙𝑙
di mana
οΏ½οΏ½βƒ—(𝑒𝑒)
= [𝑁𝑁(π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)]Φ
[𝑁𝑁(π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)] = [𝑁𝑁𝑖𝑖 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)
dan
𝑁𝑁𝛽𝛽 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧) =
οΏ½οΏ½βƒ—(𝑒𝑒)
Φ
𝑁𝑁𝑗𝑗 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)
π‘π‘π‘˜π‘˜ (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)
1
οΏ½π‘Žπ‘Ž + 𝑏𝑏𝛽𝛽 π‘₯π‘₯ + 𝑐𝑐𝛽𝛽 𝑦𝑦 + 𝑑𝑑𝛽𝛽 𝑧𝑧�
6𝑉𝑉 𝛽𝛽
𝑁𝑁𝑙𝑙 (π‘₯π‘₯, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧)]
𝛽𝛽 = 𝑖𝑖, 𝑗𝑗, π‘˜π‘˜, 𝑙𝑙
Φ𝑖𝑖
Φ𝑗𝑗
= οΏ½ οΏ½ = vektor nodal yang tak diketahui dari elemen 𝑒𝑒
Φπ‘˜π‘˜
Φl
(2.8)
(2.9)
(2.10)
(2.11)
Universitas Sumatera Utara
V adalah volume elemen tetrahedral 𝑖𝑖 𝑗𝑗 π‘˜π‘˜ 𝑙𝑙 yang diberikan oleh
π‘₯π‘₯𝑗𝑗
π‘₯π‘₯
π‘Žπ‘Žπ‘–π‘– = οΏ½ π‘˜π‘˜
π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘Žπ‘Žπ‘˜π‘˜ = οΏ½π‘₯π‘₯𝑖𝑖
π‘₯π‘₯𝑗𝑗
1
𝑏𝑏𝑖𝑖 = − οΏ½1
1
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑗𝑗
𝑧𝑧𝑗𝑗
π‘§π‘§π‘˜π‘˜ οΏ½
𝑧𝑧𝑙𝑙
𝑧𝑧𝑙𝑙
𝑧𝑧𝑖𝑖 οΏ½
𝑧𝑧𝑗𝑗
1 π‘₯π‘₯𝑖𝑖
1 1 π‘₯π‘₯𝑗𝑗
𝑉𝑉 = οΏ½
6 1 π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
1 π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
π‘Žπ‘Žπ‘—π‘— = − οΏ½ π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘₯π‘₯𝑖𝑖
π‘₯π‘₯𝑖𝑖
π‘Žπ‘Žπ‘™π‘™ = − οΏ½ π‘₯π‘₯𝑗𝑗
π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑧𝑧𝑖𝑖
𝑧𝑧𝑗𝑗
οΏ½
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
𝑧𝑧𝑙𝑙
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
𝑧𝑧𝑙𝑙 οΏ½
𝑧𝑧𝑖𝑖
𝑧𝑧𝑖𝑖
𝑧𝑧𝑗𝑗 οΏ½
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑧𝑧𝑗𝑗
π‘§π‘§π‘˜π‘˜ οΏ½
𝑧𝑧𝑙𝑙
1
𝑏𝑏𝑗𝑗 = οΏ½1
1
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑖𝑖
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
𝑧𝑧𝑙𝑙 οΏ½
𝑧𝑧𝑖𝑖
1 𝑦𝑦𝑙𝑙
π‘π‘π‘˜π‘˜ = − οΏ½1 𝑦𝑦𝑖𝑖
1 𝑦𝑦𝑗𝑗
𝑧𝑧𝑙𝑙
𝑧𝑧𝑖𝑖 οΏ½
𝑧𝑧𝑗𝑗
1
𝑏𝑏𝑙𝑙 = οΏ½1
1
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑧𝑧𝑖𝑖
𝑧𝑧𝑗𝑗 οΏ½
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
π‘₯π‘₯𝑗𝑗
𝑐𝑐𝑖𝑖 = − οΏ½π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
π‘₯π‘₯𝑙𝑙
1
1
1
𝑧𝑧𝑗𝑗
π‘§π‘§π‘˜π‘˜ οΏ½
𝑧𝑧𝑙𝑙
π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
𝑐𝑐𝑗𝑗 = οΏ½ π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘₯π‘₯𝑖𝑖
1
1
1
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
𝑧𝑧𝑙𝑙 οΏ½
𝑧𝑧𝑖𝑖
π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘π‘π‘˜π‘˜ = − οΏ½π‘₯π‘₯𝑖𝑖
π‘₯π‘₯𝑗𝑗
1
1
1
𝑧𝑧𝑙𝑙
𝑧𝑧𝑖𝑖 οΏ½
𝑧𝑧𝑗𝑗
π‘₯π‘₯𝑖𝑖
𝑐𝑐𝑙𝑙 = οΏ½ π‘₯π‘₯𝑗𝑗
π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
1
1
1
𝑧𝑧𝑖𝑖
𝑧𝑧𝑗𝑗 οΏ½
π‘§π‘§π‘˜π‘˜
π‘₯π‘₯𝑗𝑗
𝑑𝑑𝑖𝑖 = − οΏ½π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
π‘₯π‘₯𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
𝑑𝑑𝑗𝑗 = οΏ½ π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘₯π‘₯𝑖𝑖
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑖𝑖
1
1οΏ½
1
(2.12)
(2.13)
1
1οΏ½
1
Universitas Sumatera Utara
π‘₯π‘₯𝑙𝑙
π‘‘π‘‘π‘˜π‘˜ = − οΏ½π‘₯π‘₯𝑖𝑖
π‘₯π‘₯𝑗𝑗
𝑦𝑦𝑙𝑙
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑗𝑗
1
1οΏ½
1
π‘₯π‘₯𝑖𝑖
𝑑𝑑𝑙𝑙 = οΏ½ π‘₯π‘₯𝑗𝑗
π‘₯π‘₯π‘˜π‘˜
𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑗𝑗
π‘¦π‘¦π‘˜π‘˜
1
1οΏ½
1
Gambar 2.5. Elemen simpleks tiga-dimensi (Sumber: Rao, 2011)
2.5.3 Menurunkan Elemen Matriks dan Vektor
Matriks karakteristik dan vektor karakteristik (juga disebut vektor gaya nodal)
dari elemen hingga dapat diturunkan dengan menggunakan salah satu pendekatan
berikut:
2.5.3.1 Direct Approach (Pendekatan Langsung)
Pendekatan langsung didasarkan pada menggunakan penalaran fisik langsung
untuk membangun sifat elemen (yaitu, matriks karakteristik dan vektor) dalam
bentuk variabel yang bersangkutan. Metode ini hanya berlaku untuk masalah yang
sederhana, dan kesulitan tak teratasi muncul ketika mencoba menerapkan metode
untuk masalah kompleks yang melibatkan elemen hingga dua dan tiga-dimensi.
Dengan demikian, metode langsung tidak digunakan dalam analisis elemen
hingga masalah praktis kebanyakan.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3.2 Variational Approach (Pendekatan Variasi)
Dalam metode ini, analisis elemen hingga ditafsirkan sebagai sarana perkiraan
untuk memecahkan masalah variasional. Pendekatan variasional telah paling
banyak digunakan dalam literatur dalam merumuskan persamaan elemen hingga.
Keterbatasan utama dari metode ini adalah bahwa ia memerlukan masalah fisik
atau teknik untuk dinyatakan dalam bentuk variasional, yang tidak mungkin dalam
semua kasus.
2.5.3.3 Weight Residual Approach (Pendekatan Residu Tertimbang)
Metode residu tertimbang adalah teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan
pendekatan solusi untuk persamaan diferensial linear dan nonlinear. Pendekatan
residu tertimbang, prosedur penurunan, seperti metode Galerkin dan metode
kuadrat terkecil (Least Squares), dapat digunakan untuk menurunkan persamaan
elemen.
2.5.3.4 Strong Form dan Weak Form
Persamaan diferensial parsial yang mengatur keseimbangan benda padat
dikatakan dari Strong form. Strong form dari persamaan, sebagai lawan dari weak
form, membutuhkan kontinuitas kuat dari variabel yang terkait bidang, yaitu
komponen perpindahan 𝑒𝑒, 𝑣𝑣, 𝑑𝑑an 𝑀𝑀 dalam kasus masalah mekanik yang solid.
Biasanya, sangat sulit untuk menemukan solusi yang tepat dari Strong form dari
persamaan diferensial parsial.
Persamaan diturunkan menggunakan prinsip energi, seperti prinsip energi
minimum potensial, atau metode residual tertimbang, seperti metode Galerkin,
biasanya dari weak form. Persamaan weak form biasanya dalam bentuk integral
dan memerlukan kontinuitas lemah pada variabel bidang. Karena kebutuhan yang
lebih lemah pada variabel bidang dan bentuk integral dari persamaan yang
mengatur, formulasi didasarkan pada weak form yang diharapkan mengarah pada
suatu himpunan persamaan untuk sistem diskrit yang menghasilkan hasil yang
lebih akurat, terutama untuk sistem yang melibatkan geometri yang kompleks.
Oleh karena itu, jenis weak form dari formulasi adalah lebih disukai untuk
mendapatkan suatu solusi pendekatan. Dengan demikian, metode elemen hingga,
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan weak form dari formulasi seperti prinsip energi atau pendekatan
residual tertimbang, telah menjadi sangat populer. Contoh berikut menunjukkan
keuntungan dari formulasi weak form.
Contoh:
Persamaan yang mengatur defleksi balok, 𝑀𝑀(π‘₯π‘₯ ), diberikan oleh
𝐸𝐸𝐸𝐸
𝑑𝑑 4 𝑀𝑀
= 𝑝𝑝(π‘₯π‘₯ )
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 4
(C.1)
di mana 𝑝𝑝(π‘₯π‘₯ ) adalah gaya didistribusikan sepanjang balok. Untuk balok kantilever
dikenakan beban akhir dan momen akhir seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.8, mencari defleksi balok menggunakan metode Galerkin dengan solusi
diasumsikan
𝑀𝑀
οΏ½ (π‘₯π‘₯ ) = 𝐢𝐢𝐢𝐢 (π‘₯π‘₯ ) = 𝐢𝐢 (3π‘₯π‘₯ 2 𝑙𝑙 − π‘₯π‘₯ 3 )
(C.2)
di mana 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯ ) adalah fungsi trial dan 𝐢𝐢 adalah konstanta. Juga, menunjukkan
keuntungan dari formulasi weak.
Gambar 2.8. Kantilever beam dikenakan beban dan momen
(Sumber: Rao, 2011)
Solusi:
Karena beban didistribusikan 𝑝𝑝(π‘₯π‘₯ ) = 0 untuk balok yang ditunjukkan pada
Gambar 2.10, persamaan yang mengatur (governing equation) menjadi
𝑑𝑑 4 𝑀𝑀
𝐸𝐸𝐸𝐸 4 = 0
𝑑𝑑π‘₯π‘₯
(C.3)
Dalam metode Galerkin, konstanta 𝐢𝐢 dalam solusi diasumsikan ditemukan dengan
menggunakan hubungan
𝑙𝑙
οΏ½ 𝑅𝑅 (π‘₯π‘₯ )𝑓𝑓(π‘₯π‘₯ ) = 0
(C.4)
0
Universitas Sumatera Utara
di
𝑅𝑅(π‘₯π‘₯ )
mana
residu
adalah
dan
𝑓𝑓 (π‘₯π‘₯ ) = 3π‘₯π‘₯ 2 𝑙𝑙 − π‘₯π‘₯ 3
adalah
fungsi
bobot/tertimbang yang diberikan oleh persamaan (C.2). Persamaan (C.4) dapat
ditulis kembali sebagai
𝑙𝑙
� 𝐸𝐸𝐸𝐸
0
𝑑𝑑 4 𝑀𝑀
οΏ½
𝑓𝑓 (π‘₯π‘₯ ) = 0
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 4
(C.5)
Karena turunan keempat 𝑀𝑀
οΏ½ (π‘₯π‘₯ ) adalah nol, akan dikurangi orde turunan tertinggi
𝑀𝑀
οΏ½ (π‘₯π‘₯ ) dengan mengintegrasikan per bagian (integral by parts) persamaan (C.5):
𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑑𝑑 3 𝑀𝑀
οΏ½
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 3 𝑀𝑀
οΏ½
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸(π‘₯π‘₯ ) 3 οΏ½ − οΏ½ 𝐸𝐸𝐸𝐸
𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 0
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 3
(C.6)
0
Integrasi suku kedua di sisi kiri dari persamaan (C.6) per bagian menghasilkan
persamaan
𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑑𝑑 2 𝑓𝑓 𝑑𝑑 2 𝑀𝑀
οΏ½
𝑑𝑑 3 𝑀𝑀
οΏ½
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 2 𝑀𝑀
οΏ½
� 𝐸𝐸𝐸𝐸 2
οΏ½−𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸(π‘₯π‘₯)
οΏ½
οΏ½ οΏ½
𝑑𝑑𝑑𝑑
=
+
𝐸𝐸𝐸𝐸
2
3
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 0
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 2 0
(C.7)
0
Kondisi batas menghasilkan
𝑓𝑓(π‘₯π‘₯ = 0) = 0,
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑 2 𝑀𝑀
οΏ½
(π‘₯π‘₯ = 0) = 0, 𝐸𝐸𝐸𝐸 2 (π‘₯π‘₯ = 1) = 𝑀𝑀0 ,
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑π‘₯π‘₯
(C.8)
𝑑𝑑 3 𝑀𝑀
οΏ½
𝐸𝐸𝐸𝐸 3 (π‘₯π‘₯ = 𝑙𝑙 ) = 𝑃𝑃0
𝑑𝑑π‘₯π‘₯
Dengan menggunakan dua kondisi pertama persamaan (C.8), persamaan (C.7)
dapat dinyatakan sebagai
𝑙𝑙
� 𝐸𝐸𝐸𝐸
0
𝑑𝑑 2 𝑓𝑓 𝑑𝑑 2 𝑀𝑀
οΏ½
𝑑𝑑 3 𝑀𝑀
οΏ½
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 2 𝑀𝑀
οΏ½
(
)
οΏ½
οΏ½
𝑑𝑑𝑑𝑑
=
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
π‘₯π‘₯
−
𝐸𝐸𝐸𝐸
2
2
3
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 𝑙𝑙
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 2 𝑙𝑙
(C.9)
Dari persamaan (C.2) dan Gambar 2.10 diperoleh
𝑓𝑓(𝑙𝑙 ) = 2𝑙𝑙 3 ,
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑 2 𝑀𝑀
οΏ½
𝑑𝑑 3 𝑀𝑀
οΏ½
(𝑙𝑙 ) = 3𝑙𝑙 2 , 𝐸𝐸𝐼𝐼
(
)
(𝑙𝑙 ) = 𝑃𝑃0
𝑙𝑙
=
𝑀𝑀
,
𝐸𝐸𝐸𝐸
0
2
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑π‘₯π‘₯
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 3
(C.10)
Integral pada persamaan (C.9) dapat dihitung dengan hubungan pada persamaan
(C.2) sebagai
𝑙𝑙
𝑙𝑙
𝑑𝑑2 𝑓𝑓 𝑑𝑑2 𝑀𝑀
οΏ½
οΏ½ 𝐸𝐸𝐸𝐸 2 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = οΏ½ 𝐸𝐸𝐸𝐸(6𝑙𝑙 − 6π‘₯π‘₯ )𝐢𝐢 (6𝑙𝑙 − 6π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (12𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑙𝑙 3 )𝐢𝐢
𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯
0
(C.11)
0
Gunakan persamaan (C.10) dan (C.11) pada persamaan (C.9), konstanta C dapat
ditemukan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
𝐢𝐢 =
𝑃𝑃0
𝑀𝑀0
+
6𝐸𝐸𝐸𝐸 4𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
(C.12)
Maka, solusi pendekatan untuk defleksi balok menjadi
𝑀𝑀
οΏ½ (π‘₯π‘₯) = οΏ½
𝑃𝑃0
𝑀𝑀0
+
οΏ½ (3π‘₯π‘₯ 2 𝑙𝑙 − π‘₯π‘₯ 3 )
6𝐸𝐸𝐸𝐸 4𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
(C.13)
yang menghasilkan defleksi pada ujung bebas (π‘₯π‘₯ = 𝑙𝑙) sebagai
2.6
Metode Galerkin
𝑀𝑀
οΏ½ (π‘₯π‘₯ ) =
𝑃𝑃0 𝑙𝑙 3 𝑀𝑀0 𝑙𝑙 2
+
3𝐸𝐸𝐸𝐸
2𝐸𝐸𝐸𝐸
(C.14)
Dalam hal ini bobot 𝑀𝑀𝑖𝑖 dipilih menjadi fungsi yang diketahui 𝑓𝑓𝑖𝑖 (π‘₯π‘₯ ) dari fungsi
trial dan 𝑛𝑛 integral berikut residu tertimbang ditetapkan sama dengan nol:
οΏ½ 𝑓𝑓𝑖𝑖 𝑅𝑅 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0
(2.14)
𝑉𝑉
Persamaan (2.23) menyatakan 𝑛𝑛 persamaan simultan di 𝑛𝑛 tidak diketahui,
𝐢𝐢1 , 𝐢𝐢2 , 𝐢𝐢3 , … , 𝐢𝐢𝑛𝑛 . Metode ini umumnya memberikan solusi pendekatan terbaik.
Berikut ini penurunan persamaan elemen hingga menggunakan pendekatan residu
tertimbang dengan metode Galerkin:
Misalkan persamaan diferensial pengatur dari masalah ekuilibrium diberikan oleh
dan kondisi batas
𝐴𝐴(πœ™πœ™) = 𝑏𝑏
𝐡𝐡𝑗𝑗 (πœ™πœ™) = g 𝑗𝑗 ,
dalam 𝑉𝑉
𝑖𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑝𝑝
Metode Galerkin mengharuskan
οΏ½ �𝐴𝐴 οΏ½πœ™πœ™οΏ½ − 𝑏𝑏� 𝑓𝑓𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0 ,
𝑉𝑉
πœ™πœ™ = οΏ½ 𝐢𝐢𝑖𝑖 𝑓𝑓𝑖𝑖
pada 𝑆𝑆
𝑖𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛𝑛
di mana fungsi trial 𝑓𝑓𝑖𝑖 dalam solusi pendekatan
𝑛𝑛
(2.15)
(2.16)
(2.17)
(2.18)
𝑖𝑖=1
diasumsikan memenuhi kondisi batas persamaan (2.25). Perhatikan bahwa 𝑓𝑓𝑖𝑖
didefinisikan atas seluruh domain dari persoalan. Persamaan (2.26) dapat berlaku
untuk elemen 𝑒𝑒 sebagai
Universitas Sumatera Utara
οΏ½οΏ½π΄π΄οΏ½πœ™πœ™ (𝑒𝑒) οΏ½ − 𝑏𝑏(𝑒𝑒) �𝑁𝑁𝑖𝑖(𝑒𝑒) βˆ™ 𝑑𝑑𝑉𝑉 (𝑒𝑒) = 0,
𝑖𝑖 = 1, 2, 3 … , 𝑛𝑛
𝑉𝑉 (𝑒𝑒)
(2.19)
di mana model interpolasi diambil dalam bentuk standar seperti
(𝑒𝑒)
(𝑒𝑒)
οΏ½οΏ½βƒ—(𝑒𝑒) = οΏ½ 𝑁𝑁𝑖𝑖 Φ𝑖𝑖
πœ™πœ™ (𝑒𝑒) = �𝑁𝑁 (𝑒𝑒) οΏ½Φ
𝑖𝑖
(2.20)
Persamaan (2.28) memberikan persamaan elemen hingga yang diperlukan untuk
elemen khusus. Persamaan elemen ini harus dirakit untuk mendapatkan sistem
atau persamaan secara keseluruhan (persamaan Global).
2.7
Comsol Multyphysics 5.2a
COMSOL adalah software simulasi elemen hingga, yang pada dasarnya dapat
mensimulasikan berbagai aplikasi fisika dan teknik, seperti mensimulasikan
perpindahan panas melalui struktur yang kompleks, kristal fotonik pada skala
nano, lentur mekanik balok, aliran cairan, proses elektrokimia, fisika plasma dan
lainnya.
COMSOL Multiphysics 4.2a merupakan ekspansi yang signifikan dari
aplikasi software, fitur dan fungsi. COMSOL Multiphysics memiliki beberapa
manfaat pemecahan masalah, menggunakan COMSOL dapat membantu
memahami masalah dan dapat menguji berbagai karakteristik geometris dan fisik
model. Model yang disajikan dalam konteks dunia fisik (fisika terapan) dan
dieksplorasi dalam terang teknik analisis prinsip-prinsip utama. Seperti halnya
metode lain dari solusi masalah, informasi yang terkandung dalam solusi dari
simulasi komputer ini adalah baik sebagai koefisien bahan dan asumsi dasar yang
digunakan dalam membangun model.
Keuntungan utama dalam menggabungkan simulasi komputer dan analisis
prinsip-prinsip utama adalah bahwa penggguna dapat mencoba banyak
pendekatan yang berbeda untuk solusi dari masalah yang sama yang diperlukan
untuk mendapatkan solusi yang benar (atau setidaknya mendekati benar).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. COMSOL Multiphysics (Sumber: https://www.comsol.com)
Universitas Sumatera Utara
Download