II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Jagung Manis

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi dan Deskripsi Jagung Manis
Klasifikasi jagung manis menurut Linneus dalam Falah (2009) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Kelas
: Monocotyledonenae
Bangsa
: Graminae
Suku
: Graminaceae
Marga
: Zea
Jenis
: Zea mays saccharata
Jagung manis atau sweet corn (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan tanaman
monoecius yaitu memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman. Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman berupa karangan bunga (inflorescence),
sedangkan bunga betina tersusun dalam tongkol yang terbungkus oleh kelobot
dengan rambut jagung yang sebenarnya merupakan tangkai putik. Perbedaan
jagung manis dan jagung biasa terletak pada warna bunga jantan dan rambut
bunga betina. Bunga jantan pada jagung manis berwarna putih sedangkan pada
jagung biasa berwarna kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna
7
putih sampai kuning keemasan sedangkan pada jagung biasa berwarna
kemerahan. Selain itu, jagung manis memiliki dua atau tiga daun yang tumbuh di
ujung kelobot terluar dan umurnya lebih genjah dibandingkan dengan jagung
biasa (Fitriani, 2009).
Biji jagung kaya karbohidrat dalam bentuk pati yang umumnya berupa amilosa
dan amilopektin. Namun jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga
bijinya terasa manis ketika masih muda (Darniasih, 2008).
2.2
Penyakit Bulai
Menurut Semangun (2004), penyakit bulai yang disebabkan oleh P. maydis
merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang paling berbahaya di
Indonesia karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 90% atau puso terutama
pada varietas jagung yang rentan terhadap penyakit bulai. Faktor yang memicu
serangan penyakit ini adalah suhu yang tinggi sampai 30°C dan turunnya hujan
sesekali, sebab penyakit ini ditularkan melalui spora yang terbawa angin.
Penyakit bulai atau yang disebut downy mildew sangat ditakuti oleh petani sebab
tanaman jagung yang terserang cenderung mengalami kematian dan sebelum
tanaman mati pertumbuhannya sangat merana (AAK, 1995).
2.2.1
Gejala Penyakit
Gejala penyakit bulai secara umum dapat dilihat pada tanaman jagung yang
terserang bulai yaitu daun-daunnya berwarna kuning keputih-putihan dan
bergaris-garis klorosis sejajar dengan urat daun dan pada bagian bawah daun
terdapat konidia berwarna putih seperti tepung (Wakman dkk., 2007). Jika
8
tanaman yang diserang berumur beberapa minggu, daun yang baru muncul
menjadi kaku, runcing dan menguning. Tanaman bisa mati atau kerdil dan tidak
bisa berbuah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah berumur satu bulan,
tanaman masih bisa tetap tumbuh dan berbuah namun tongkolnya tidak bisa besar.
Selain itu kelobot tidak bisa membungkus secara penuh pada tongkol dan bijinya
tidak penuh (Pracaya, 2008).
2.2.2
Patogen
Penyakit bulai disebabkan oleh jamur P. maydis. Jamur dari penyakit ini
tergolong ke dalam kelas Phycomycetes yaitu hifanya tidak bersekat. Miselium
P. maydis berkembang di ruang antar sel. Pada waktu permukaan daun
berembun, miselium membentuk konidiofor yang tampak seperti batang,
kemudian konidiofor membentuk sterigma (tangkai konidium). Konidium yang
masih muda berbentuk bulat dan setelah masak berbentuk jorong dengan ukuran
19,2 x 17,0µm (Semangun, 2004).
2.2.3
Daur Penyakit
Miselium jamur P. maydis berkembang dalam jaringan di antara sel daun dan
merusak klorofil. Miselium bercabang keluar melewati mulut daun membentuk
konidiofor dan jika diperhatikan permukaan daun tampak membentuk lapisan tipis
berwarna putih. Jika kelembaban dan temperatur tinggi (27°C), konidiofor akan
menghasilkan konidium. Konidium terbentuk di waktu malam ketika daun
berembun dan konidium segera dipencarkan oleh angin, namun konidium tidak
dapat terangkut jauh oleh angin karena embun hanya terjadi bila udara tenang,
9
kemudian konidium akan melekat pada mulut daun dan berkecambah pada daun
muda dari tanaman muda (Semangun, 2004). Jika keadaan cocok, konidium akan
berkembang dan masa inkubasi kurang lebih 10 hari. Penyakit ini terdapat di
dataran rendah pada waktu udara lembab dan panas sedangkan pada waktu udara
dingin dan kering, serangan akan terhenti (Pracaya, 2008).
2.2.4
Pengendalian
Jika musim hujan, udara menjadi lembab dan serangan bulai banyak. Biasanya
pengendalian tanaman yang dilakukan oleh petani adalah pengendalian terpadu
yaitu penggunaan varietas tahan dan penggunaan bahan aktif metalaksil pada
benih. Penanaman jenis jagung yang tahan dan tidak menanam jagung pada
waktu awal musim hujan sangat dianjurkan dalam pencegahan penyakit bulai
(Semangun, 2004).
2.3
Pestisida Nabati
Pengertian pestisida nabati mencakup bahan nabati yang berfungsi sebagai zat
antifungi, zat antivirus dan zat penghambat pertumbuhan organisme penganggu
tanaman (Koul dkk, 2008). Dari berbagai hasil penelitian dapat dinformasikan,
beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai pestisida nabati adalah
tapak liman, mimba, sirih, dan seraiwangi (Sibarani, 2008 ; Suprianto, 2008 ;
Sulastri, 2008).
10
2.3.1
Tapak Liman (Elephantopus scaber)
Klasifikasi tapak liman menurut Anonima (2008) adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Bangsa
: Asterales
Suku
: Asteraceae
Marga
: Elephantopus
Jenis
: Elephantopus scaber L
Tanaman tapak liman termasuk terna tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi
10 cm sampai 80 cm. Batang bercabang, kaku, berambut dan rapat. Daun
berkumpul di bawah membentuk roset, bentuk daun jorong, memiliki panjang338 cm dan lebarnya 1-6 cm, permukaan daun agak berambut. Bunga berupa
tonggol, bergabung banyak, berbentuk bulat telur dan sangat tajam. Panjang
mahkota bunga 7 mm sampai 9 mm, berbentuk tabung, warnanya bervariasi yaitu
putih, ungu, merah dan ungu pucat. Buah merupakan buah longkah dengan
panjang 4 mm (Sulastri, 2008).
Tapak Liman merupakan tanaman yang mengandung senyawa elephantopin,
terpenoid, epofriedelinol, lupeol dan stigmasterol yang merupakan senyawa
antimikroorganisme (Jasmine dkk, 2011).
11
2.3.2
Mimba (Azadirachta indica)
Klasifikasi mimba menurut Anonimb (2010) adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Meliaceae
Marga
: Azadirachta
Jenis
: Azadirachta indica A.Juss
Mimba merupakan pohon yang tinggi, batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit
batang tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong
dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu
dengan panjang 1 cm. Bunga memiliki susunan malai, terletak di ketiak daun
paling ujung dan mahkota berwarna kekuningan. Buah mimba dihasilkan dalam
satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya
berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat (Anonim, 2012).
Mimba adalah salah satu jenis tanaman yang menghasilkan berbagai zat aktif
seperti diterpenoid, triterpenoid, azadirachta, sulfur, nimbidin, nimbin, nimbolide
dan asam nimbidik yang merupakan senyawa terpenoid yang dapat merusak
mikroorganisme dan selain itu mimba mengandung belerang yang dapat
membunuh jamur (Biswas, 2002).
12
2.3.3
Sirih (Piper betle)
Klasifikasi sirih menurut Anonim (2008) adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Piperales
Suku
: Piperaceae
Marga
: Piper
Jenis
: Piper betle L
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat pada batang
pohon lain. Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih
berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat
keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing,
tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila
diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk
berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang.
Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang
pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat
kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan.
Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya
tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan (Anonim, 2012).
Sirih mengandung minyak atsiri seperti hidroksikavikol, kavikol, terrpena,
seskuiterpen, betlephenol, pati, diatase, dan gula (Waid, 2011). Senyawa yang
13
terkandung di dalam sirih memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan
fungisida, anti jamur (Anonim, 2012). Senyawa terbesar yang terkandung dalam
sirih adalah kavicol dan Betlephenol. Senyawa kavicol memiliki daya antiseptik
yang kuat (Waid, 2011).
2.3.4
Seraiwangi (Cymbopogon nardus)
Menurut Suprianto (2008) klasifikasi seraiwangi adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Bangsa
: Cyperales
Suku
: Poaceae
Marga
: Cymbopogon
Jenis
: Cymbopogon nardus
Seraiwangi merupakan tumbuhan menyerupai rumput-rumputan, perakarannya
sangat dalam dan kuat. Batangnya tegak membentuk rumpun dan silindris,
seringkali di bawah buku bukunya berlilin. Daunnya tunggal, lengkap, pelepah
daun silindris, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung
berlidah (ligula). Bunga berwarna putih seperti bulir majemuk. Waktu berbunga
Januari- Desember. Habitatnya pada daerah dengan ketinggian 50-2700 m dpl
(Anonim, 2004). Seraiwangi mengandung bahan aktif minyak atsiri yang terdiri
dari geraniol, trans-citral, cis-citral, geraniol asetat, sitronellal dan sitronellol.
Bahan aktif tersebut yang digunakan sebagai antifungi (Nakara dkk, 2003).
Download