PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DI KELAS V Pridic Subandy, Nurhadi, Asmayani Salimi PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: [email protected] Abstract: This research aims to improve civic education activities in grade five public elementary schools 19 Northern Pontianak. The research method used is descriptive. The research subjects were teachers and students,by using the cooperative model of Think- Pair- Share(TPS) technique in grade five public elementary. Of data have been obtained increase physical activity from baseline 27,42% to cycle three 91,13%, with a difference 63,71 % categorized as high. Increase mind activity from baseline 12,90% into 87,10% to cycle three with a difference 74,2% categorized as high. Increased emotional activity from baseline 13,98% into 90, 32% to cycle three with a difference 76,34% categorized as high. Keyword : Increased, activity learning, cooperative model of Think- PairShare(TPS) technique Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD Negeri 19 Pontianak Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik. Dengan menggunakan model kooperatif teknik Think-PairShare(TPS) di kelas V SD Negeri 19 Pontianak Utara terbukti mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Dari data yang telah diperoleh peningkatan aktivitas fisik dari baseline 27,42% ke siklus III 91,13% dengan selisih 63,71% dikatagorikan tinggi. Peningkatan aktivitas mental dari baseline 12,90% menjadi 87,10% di siklus III dengan selisih 74,2% dikatagorikan tinggi. Peningkatan aktivitas emosional dari baseline 13,98% menjadi 90,32% di siklus III dengan selisih 76,34%, dikatagorikan tinggi. Kata Kunci: Peningkatan, Aktivitas Pembelajaran, Kooperatif Teknik Think-Pair-Share. B elajar merupakan proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku yang dialami selama proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran peserta didik melalukan aktivitas fisik, mental, maupun emosional. Noor Latifah (2008: 12) menyatakan bahwa “Aktivitas peserta didik adalah keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat 1 dari kegiatan tersebut”. Dalam pembelajaran PKn aktivitas belajar sangat penting untuk ditingkatkan mengingat, tujuan belajar PKn menurut Mulyasa (dalam Ruminiati,2008:24) Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menjadikan peserta didik : “Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaranya”. Beberapa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Namun berdasarkan refleksi guru kelas disadari banyak terdapat kekurangan selama dalam pembelajaran PKn yaitu rendahnya aktivitas pembelajaran disebabkan materi ajar yang disampaikan oleh guru masih menggunakan metode seperti ceramah, mencatat dilanjutkan dengan evaluasi hingga kurangnya aktivitas peserta didik. Berdasarkan pengamatan awal yang kelas VB dengan jumlah peserta didik 31 orang di peroleh informasi sebagai berikut : peserta didik yang melakukan aktivitas fisik 27,42%, peserta didik yang melakukan aktivitas mental 12,90%, dan peserta didik yang melakukan aktivitas emosional 13,98%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan aktivitas pembelajaran yang rendah. Salah satu alternatif untuk mengatasi rendahnya aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share(TPS). Tujuan penelitian secara umum yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan penggunaan model kooperatif teknik Think-Pair-Share (TPS) terhadap aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran PKn kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara. Rumusan tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yang disajikan sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas fisik peserta didik dengan model kooperatif teknik Think-Pair-Share pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara. (2) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas mental peserta didik dengan model kooperatif teknik Think-Pair-Share pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara. (3) Mendeskripsikan peningkatan aktivitas emosional peserta didik dengan model kooperatif teknik Think -Pair-Share pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara. (4) Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dampak meningkatnya aktifitas dengan digunakannya model kooperatif teknik Think -Pair-Share pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara. Sardiman (2011:20) memberikan pengertian belajar adalah “Perubahan tingkahlaku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Dalam pelaksanaan nya pembelajaran harus menciptakan interkasi banyak arah yaitu antar peserta didik dan guru hal ini sejalan dengan Aunurrahman (2008:34) Pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya terjadi interaksi guru dan peserta didik antara sesama peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri peserta didik. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar 2 apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Aktivitas pembelajaran dapat di bedakan menjadi tiga yaitu aktivitas fisik, aktivitas mental,dan aktivitas emosional. Soli Abimanyu (2008:4-6) mengemukakan bahwa, Keterlibatan pembelajaran dalam proses pembelajaran itu dapat berbentuk keterlibatan peserta didik yang dijelaskan sebagai berikut. (1) Keterlibatan fisik. Seperti melakukan pengukuran, perhitungan,pengumpulan data, atau memperagakan suatu konsep dan lain-lain.(2) Keterlibatan mental yang meliputi : (a) Keterlibatan intelektual, yang dapat berbentuk mendengarkan informasi dengan cermat, berdiskusi dengan teman sekelas, melakukan pengamatan terhadap suatu fakta atau peristiwa, dan sebagainya sehingga memberi peluang terjadinya asimilasi dan atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru tersebut.(b) Keterlibatan intelektual dalam bentuk latihan keterampilan intelektual seperti penyusunan suatu rencana/program, menyatakan gagasan dan sebagainya.(c) Keterlibatan emosional dapat berbentuk penghayatan terhadap perasaan, nilai, sikap dan sebagainya. Menurut Abdul Aziz Wahab dan Sapriya (2011: 316) menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset / multidisipliner/multidimensional”, sedangkan menurut Menurut Godfrey Thomsom (dalam Hamid Darmadi 2010:39) menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap didalam kebiasan tingkah lakunya, pikirannya dan perasannya”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai yaitu pembelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai – nilai pancasila dan budaya bangsa. Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2007:5) model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang aktivitas belajar mengajar”. Menurut Isjoni (2007: 15) Cooperative learning adalah “Suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif, sehingga dapat merangsang peserta didik lebih aktif dalam belajar”. Menurut Anita Lie (2004: 60) teknik Think-Pair-Share (TPS) adalah “Teknik yang memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain”. Selanjutnya Triyanto (2009: 81) juga menyatakan bahwa “Pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS) adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi peserta didik”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah model pembelajaran dengan mengelompokkan peserta didik untuk saling bekerjasama, berkomunikasi dan mengkonstruksi pengetahuan dalam mempelajari materi pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share Menurut Triyanto (2009:81-82) pembelajaran dengan teknik Think-Pair-Share 3 (TPS) memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) Thinking (Berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, dan diminta peserta didik menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. (b) Pairing (Berpasangan) Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diindentifikasi. (c) Sharing (Berbagi) Pada tahap akhir guru meminta pasanganpasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Implementasi model pembelajaran Think-Pair-Share dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Standar Kompetensi : 3. Memahami kebebasan berorganisasi. Kompetensi Dasar : 3.1 Mendiskripsikan pengertian organisasi Langkah-langkah Pembelajaran 1) PersiapanDalam tahapan ini guru menyusun satuan pelajaran sesuai dengan materi pelajaran, menyusun sekenario kegiatan, menyiapkan media stimulus utuk ber-TPS, menyiapkan lembar kerja peserta didik yang berisi panduan rinci bagi peserta didik dalam ber-TPS, serta mempersiapkan kondisi kelas dalam keadaan siap belajar dan menata kursi peserta didik menjadi berkelompok-kelompok. 2) Pembentukan KelompokGuru memberikan peserta didik prates tentang materi prasyarat, guna pengelompokan peserta didik dalam kelompok yang heterogen dan hasil tersebut dirangking. Berdasarkan hasil prates tersebut, terhadap beberapa peserta didik dilakukan wawancara untuk menggali konsep awal tentang materi prasyarat , kemudian membentuk kelompok peserta didik berpasangan yang dilakukan setelah peserta didik dirangking (disesuaikan dengan kelompok heterogen) maka jumlah kelompok pada peserta didik kelas VB adalah 7 kelompok, 4 kelompok masing-masing beronggotakan 4 orang dan 3 kelompok lainya beronggotakan masing-masing 5 orang, dengan jumlah peserta didik seluruhnya 31 orang. 3) Pembagian tugas Setiap kelompok dibagikan tugas berupa pertanyaan, kemudian masingmasing peserta didik memikirkan selama 4-5 menit 4) Guru mengamati kegiatan peserta didik Guru mengamati kegiatan peserta didik dalam berdiskusi serta mengatur jalannya diskusi. 5) Berpasangan (Pairing ) Pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan jawaban pada lembaran kerja peserta didik, masingmasing peserta didik menshare dengan pasangannya untuk mendapatkan kesepakatan (Jawaban) Setelah peserta didik menshare dengan pasangannya peserta didik tersebut kembali kekelompoknya masing-masing untuk merembukkan jawaban dari permasalahan tersebut. 4 6) Penyampaian Argumen Setelah dilakukannya share bersama teman sekelompok kemudian peserta didik akan ditunjuk guru untuk memaparkan hasil diskusi perkelompok untuk sampaikan bersama kelompok lain Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hadari Nawawi (2012:67) memberikan pengertian metode deskriftif “Diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek peneliti (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang terjadi atau sebagaimana adanya”. Hadari Nawawi (2012: 68) menyatakan bahwa “Pada umumnya bentuk penelitian ada tiga yaitu (1) Survei (Survey Studies), (2) Studi hubungan (Interrelationship Studies), (3) Studi perkembangan (Deplopmental Studies)”. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei (Survey Studies) dengan jenis survei kelembagaan (Institusional Survey). Jenis penelitian ini Herry Kamaroesid (2009: 38) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh seseorang guru di dalam kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya”. Sedangkan menurut Aunurrahman, dkk (2009: 3-5), mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah “Penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan melakukan refleksi diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas”. Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru di dalam kelas untuk memperbaiki kinerja mengajarnya yang selama ini kurang maksimal. Oleh karena itu guru melakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas pembelajarannya agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik terutama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data menurut Hadari Nawawi (2012:100-101) antara lain”Teknik observasi langsung, teknik observasi tidak langsung, teknik komunukasi langsung, teknik komunikasi tidak langsung,teknik pengukuran, teknik studi dokumenter/biografi. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah peneliti sebagai pendidik dan peserta didik kelas VI SD Negeri 19 Pontianak Utara tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Adapun prosedur penelitian ini meliputi tahapan siklus sehingga proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dapat dilakukan. Tahap-tahapan siklus yang dimaksud, digambarkan berdasarkan urutan pelaksanaan pembelajaran. Tahapan siklus tersebut digunakan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi yang telah dirancang. Lembar observasi, yakni pencatatan data yang dilakukan oleh peneliti terhadap jenis gejala yang akan diamati. Lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar observasi mengenai aktivitas peserta didik, lembar observasi bagi guru dan lembaran hasil belajar peserta didik. 5 Analisis ini dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan aktivitas belajar peserta didik di kelas IV SD Negeri 19 Pontianak Utara setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share. Menurut Anas Sudijono (2011:43), rumus persentase yang digunakan sebagai berikut. f P = x 100 % N Dengan keterangan sebagai berikut: P = Angka Persentase F = Frekensi yang sedang dicari persentasenya N = Jumlah frekuensi atau banyaknya individu Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada kelas VI SDN 19 Pontianak Utara pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bersama guru kolaborator ibu Daniah,S.Pd. Penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahanpermasalahan yang ada di kelas tersebut. Permasalahan umum dalam penelitian ini ialah belum meningkatnya aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara peneliti dengan guru kolaborator dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Think-PairShare. Siklus I dilakukan pada tanggal 16 Januari 2013, siklus ke -II dilakukan pada tanggal 23 Januari 2013 dan siklus terakhir atau siklus ke-III dilakukan pada tanggal 06 Februari 2013. Setiap siklus dilakukan satu kali pertemuan dengan materi disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanData yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu data tentang aktivitas pembelajaran peserta didik yang terdiri dari aspek peserta didik yang aktif secara fisik (mengaktifkan panca indera yang dimiliki), peserta didik yang aktif secara mental (adanya keterlibatan intelektual), dan peserta didik yang aktif secara emosional (adanya keterlibatan kejiwaan dan perasaan untuk aktif dalam proses pembelajaran). Semua aspek tersebut terdapat dalam indikator kinerja aktivitas belajar yang diperoleh dari observasi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perhitungan persentase. Pembahasan Setelah melaksanakan III siklus penelitian pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VB dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share diperoleh rekapitulasi aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VB yang dapat dilihat sebagai berikut: (1) Aktivitas Fisik Pada indikator aktivitas fisik, terbagi lagi menjadi 4 indikator kinerja, yaitu peserta didik yang aktif mencatat, peserta didik yang memperhatikan penjelasan guru, peserta didik yang membaca materi pelajaran dan menyiapkan peralatan belajar. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan yang besar dari baseline terhadap siklus-siklus yang telah dilaksanakan, yaitu 27,42% pada baseline meningkat menjadi 48,39% 6 pada siklus I dengan selisih sebesar 20,97%, kemudian dari siklus I dengan jumlah persentase 48,39% meningkat menjadi 66,94% pada siklus II dengan selisih sebesar 18,55%. Selanjutnya dari siklus II dengan jumlah persentase 66,94% meningkat menjadi 91,13% pada siklus III dengan selisih sebesar 24,19%. Adapun selisih dari baseline ke siklus III ialah 63,71%. Berdasarkan selisih persentase dari baseline ke siklus III sebesar 56,71% kenaikan aktivitas fisik dapat dikatagorikan “tinggi” (2) Aktivitas Mental Pada indikator aktivitas mental, terbagi menjadi 5 indikator kinerja, yaitu peserta didik yang menyimak penjelasan guru, peserta didik yang mengajukan pertanyaan, peserta didik yang berkomunikasi dengan guru, peserta didik yang berdiskusi dengan teman kelompoknya dan peserta didik yang dapat menyimpulkan materi pelajaran. Berdarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat peningkatan besar dari baseline terhadap siklus-siklus yang telah dilaksanakan, yaitu 12,90% pada baseline menjadi 47,10% pada siklus I dengan selisih sebesar 34,98%, kemudian dari siklus I dengan jumlah persentase 47,10% menjadi 63,87% pada siklus II dengan selisih sebesar 16,77%. Selanjutnya dari siklus II dengan jumlah persentase 63,87% menjadi 87,10% pada siklus III dengan selisih sebesar 23,23%. Adapun selisih dari baseline ke siklus III ialah 60,00%. Berdasarkan selisih persentase dari baseline ke siklus III sebesar 74,2% kenaikan aktivitas mental dapat dikatagorikan “tinggi” (3) Aktivitas Emosional pada indikator aktivitas emosional, terbagi menjadi 3 indikator kinerja yaitu peserta didik yang berani mencari pasangan , peserta didik yang merasa senang mengikuti pelajaran, peserta didik yang bersemangat mengikuti pembelajaran. Berdarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat peningkatan dari baseline terhadap siklus-siklus yang telah dilaksanakan, yaitu 13,98% pada baseline menjadi 46,24% pada siklus I dengan selisih sebesar 32,26%, kemudian dari siklus I dengan jumlah persentase 46,24% menjadi 62,37% pada siklus II dengan selisih sebesar 16,13%. Selanjutnya dari siklus II dengan jumlah persentase 62,37% menjadi 90,32% pada siklus III dengan selisih sebesar 27,95%. Adapun selisih dari baseline ke siklus III ialah 76,34%. Berdasarkan selisih persentase dari baseline ke siklus III sebesar 76,34% kenaikan aktivitas emosional dapat dikatagorikan “ tinggi”.(4) Nilai ratarata baseline adalah 65,80 setelah menggunakan model kooperatif teknik ThinkPair-Share nilai rata-rata peserta didik pada siklus I adalah 70,16 termasuk dalam katagori “baik”, pada siklus II meningkat menjadi 73,70 termasuk dalam katagori “baik”, dan pada siklus III nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 80”sangat baik”. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka kesimpulan umum dalam penelitian ini bahwa, dengan menggunakan model Kooperatif Teknik Think-Pair-Share ( TPS) dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan aktivitass pembelajaran peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Aktivitas fisik peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara dengan menggunakan model pembelajaran 7 Kooperatif Teknik Think-Pair-Share ( TPS) mengalami peningkatan, pada siklus I dari baseline 27,42% meningkat sebesar 20,97% menjadi 48,39% dikatagorikan“ Sedang”, pada siklus II dari baseline 27,42% meningkat sebesar 39,52% menjadi 66,94% dikatagorikan“ Tinggi”,dan pada siklus III dari baseline 27,42% meningkat sebesar 63,71%, menjadi 91,13% dikatagorikan “Tinggi”.(2) Aktivitas mental peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share ( TPS) mengalami peningkatan, pada siklus I dari baseline 12,90% meningkat sebesar 34,98% menjadi 47,10% dikatagorikan “ Sedang”, pada siklus II dari baseline 12,90% meningkat sebesar 50,97% menjadi 63,87% dikatagorikan“ Tinggi”,dan pada siklus III dari baseline 12,90% meningkat sebesar 74,2% menjadi 87,10% dikatagorikan“ Tinggi”. (3) Aktivitas emosional peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Pontianak Utara dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Teknik Think-PairShare ( TPS) mengalami peningkatan, pada siklus I dari baseline 13,98% meningkat sebesar 32,26% menjadi 46,24% dikatagorikan “ Sedang”, pada siklus II dari baseline 13,98% meningkat sebesar 48,38% menjadi 62,36% dikatagorikan“ Tinggi”,dan pada siklus III dari baseline 13,98% meningkat sebesar 76,34% menjadi 90,32% dikatagorikan“ Tinggi”.(4) Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari nilai rata-rata baseline 65,80, pada siklus I meningkat sebesar 4,36 menjadi 70,16 masuk kedalam kategori ” Baik”, pada siklus II dari nilai rata-rata baseline 65,80 meningkat sebesar 7,91 menjadi 73,71 masuk ke dalam kategori ” Baik”, dan pada siklus III dari nilai rata-rata baseline 65,80 meningkat sebesar 14,2 menjadi 80 masuk ke dalam ketegori ” Sangat Baik”. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.(1) Proses pembelajaran yang dirancang guru harus dapat melibatkan peserta didik secara aktif, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara mental dan emosional.(2) Rendahnya aktivitas peserta didik dapat berdampak terhadap hasil belajar peserta didik. Sehingga guru tidak seharusnya selalu menyalahkan peserta didik yang tidak aktif atau bermalas-malasan ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi guru harus menilai kinerjanya sendiri terlebih dahulu.(3) Aktivitas belajar peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran PKn. Oleh karena itu, hendaknya guru dapat mengaktifkan peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran PKn terutama model pembelajaran kooperatif teknik Think-PairShare (TPS) agar pembelajaran lebih bermakna dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik sehingga peserta didik dapat berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Abdul Aziz Wahab Sapriya. (2011). Teori Kewarganegaraan. Bandung : Alfabeta & Landasan Pendidikan 8 Anas Sudijono. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Anita Lie. (2004). Cooperative Learning. Jakarta : PT Garasindo Aunurrahman.(2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Jakarta Depdiknas Aunurrahman.(2009). Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.Jakarta. Depdiknas Hadari Nawawi.(2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hamid Darmadi.(2010). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta. Herry Kamaroesid.(2009). Menulis Karya Ilmiah Untuk Jabatan Guru. Jakarta : Gaung Persada Isjoni. (2007). Cooperative Learning Efetivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta Noor Latifah. 2008. Hakekat Aktifitas Siswa. (Online). (Noor Latifah. Http// latifah-04. Wordpress.com. diakses tanggal 15 November 2012) Ruminiati .(2008). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan : Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depertemen Pendidikan Nasional. Sardiman.(2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Soli Abimanyu. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Trianto (2007). Metode Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta : Prestasi Pustaka Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Jakarta:Kencana Prenada Media Group Inovatif-Progresif. 9