BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PT Triangle Motorindo merupakan salah satu industri otomotif yang memproduksi motor dengan merek “VIAR”. Saat ini terdapat kurang lebih 5 tipe produk yang diantaranya bebek (New Star-Z), matic (Vio R), trail (cross X), sport (New Vix-R) dan motor tiga roda/commercial (Karya). Aktivitas produksi pada PT Triangle Motorindo terbagi dalam area gudang, produksi, painting, karoseri, dan shipping. Untuk memenuhi produksi semua jenis sepeda motor tersebut, digunakan 4 line produksi, yaitu line A, B, C, D, dengan spesifikasi varian produk tertentu untuk setiap line. Hampir semua suku cadang dan material produksi diimpor langsung dari Thiongkok. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelancaran aktivitas produksi adalah dengan menjaga performa mesin produksi maupun pendukung produksi yaitu dengan aktivitas maintenance (perawatan). Berdasarkan data dari departemen maintenance periode Januari – April 2016, frekuensi downtime terbesar terjadi pada line A yang memproduksi sepeda motor roda tiga KARYA. Sedangkan downtime untuk line B yang merupakan line produksi untuk motor roda dua dan ATV cenderung rendah. Line C tidak muncul grafik karena Line C sudah tidak diefektifkan sejak Oktober 2015. Pada line A terdapat satu paket mesin yang terdiri dari 11 peralatan yang merupakan mesinmesin produksi maupun pendukung produksi, yaitu : kompresor, marking machine, mesin pengecek kelistrikan, mesin pemasang shock absorber, press conrace, welding, impact, pasang ban, crane, trolly electric dan konveyor. Tingginya downtime pada line A tersebut berpengaruh terhadap semakin banyaknya aktivitas perawatan korektif sehingga biaya yang harus dikeluarkan meningkat. Hal ini disebabkan volume KARYA yang jauh lebih besar dan berat sehingga resiko masalah yang terjadi pun semakin besar. Apabila terjadi masalah pada salah satu peralatan pada lini produksi tersebut, maka akan dibutuhkan waktu untuk menganalisis dan memperbaiki kerusakan tersebut yang akan berdampak pada pemenuhan target produksi. 1 2 Selama ini departemen maintenance belum pernah melakukan pengukuran keefektifan mesin. Perusahaan belum mengetahui apakah tindakan maintenance yang selama ini diambil telah tepat dalam mengatasi kerusakan–kerusakan yang terjadi. Departemen maintenance hanya fokus pada pencapaian sasaran mutu tanpa mengetahui apakah mesin-mesin telah beroperasi secara efektif. Untuk mengurangi frekuensi downtime yang terjadi diperlukan suatu manajemen perawatan yang tepat sehingga kerugian yang timbul akibat downtime dapat ditekan seminimal mungkin. Lamanya proses produksi terhenti karena adanya downtime akan berdampak pada pemenuhan target produksi. Disamping itu, setiap bulannya masih terdapat unit-unit tidak tercapai yang disebabkan oleh masalah diluar maintenance, seperti misal kekurangan sparepart dan keterlambatan material. Salah satu tipe manajemen yang tepat untuk mengatasi kerugian produksi akibat ketidakefektifan peralatan adalah Total Productive Maintenace (TPM) yang merupakan suatu pendekatan terstruktur yang menggabungkan praktek perawatan dengan preventive maintenance dan keterlibatan operator melalui Autonomous Maintenance/ (perawatan mandiri). Sesuai dengan ciri TPM yaitu adanya partisipasi total dari peralatan dengan menggunakan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Meningkatnya efektifitas peralatan ini diharapkan dapat mengeliminasi kerugian-kerugian besar bagi perusahaan, sehingga semakin mendekati tujuan utama TPM yaitu zero breakdown. Program penerapan TPM yang baik tidak hanya akan meningkatkan keefektifan peralatan namun juga membawa perubahan yang signifikan pada area lain dalam suatu perusahaan. Dengan adanya metode ini diharapkan Line A mampu beroperasi secara lebih produktif sehingga sasaran mutu breakdown dapat tercapai bahkan mendekati zero breakdown. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan yang diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah belum adanya manajemen perawatan yang tepat. Hal ini mengakibatkan rendahnya nilai keefektifan mesin dan berdampak pada tidak tercapainya target produksi perusahaan. Identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi keefektifan mesin dan analisis terhadap keterlibatan 3 operator dalam perawatan pada caturwulan pertama dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan dalam melakukan improvement atau tindakan perbaikan di perusahaan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan diadakan penelitian ini sebagai berikut: 1. Melakukan analisis terhadap kondisi maintenance Line A caturwulan pertama tahun 2016. 2. Mengidentifikasi kerugian/ losses yang mempengaruhi keefektifan mesinmesin Line A caturwulan pertama tahun 2016. 3. Mengukur tingkat keefektifan total mesin-mesin Line A sebelum diterapkannya Total Productive Maintenance (TPM). 4. Memberi solusi dan cara mengatasi tingginya persentase downtime pada line A dengan penerapan manajemen TPM. 5. Membandingkan persentase downtime dan persentase target pencapaian produksi sebelum dan sesudah penerapan TPM. 1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi lingkup penelitian ini pada: 1. Penelitian dilakukan pada area produksi Line A yang memproduksi motor roda tiga “KARYA” (150 cc L/R, 200cc L/R, dan 300cc). 2. Penelitian dilakukan terhadap 1 paket mesin-mesin utama pada area produksi Line A (kompresor, marking machine, mesin pengecek kelistrikan, mesin pemasang shock absorber, press conrace, welding, impact, pasang ban, crane, trolly electric dan konveyor) 3. Data-data yang digunakan pada penelitian adalah data periode Januari sampai dengan April 2016 dan Mei sampai dengan Juli 2016. 4. Penelitian tidak mencakup biaya yang digunakan untuk penerapan manajemen TPM. 5. Penelitian tidak memperhatikan Inventory Control. 4 6. Produk “KARYA” yang dihasilkan pada line A (Karya 150cc, Karya 200cc, dan 300c) diasumsikan sama. 1.5. Sistematika Penulisan penelitian ini berdasarkan pada sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penelitian. BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan berbagai landasan teori yang telah disarikan dari buku-buku literatur yang mencakup tentang maintenance, TPM, OEE, TEEP, NEE, dan pencegahan breakdown. BAB III METODELOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang diagram alir penelitian, metodologi penelitian serta tahapan penelitian yang meliputi studi pendahuluan, studi pustaka, perumusan masalah, pembahasan dan penutup. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat data-data yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan, hasil pengolahaan data-data, analisa dari hasil pengelolahan data-data tersebut, improvement yang dilakukan serta hasil uji coba penerapan TPM. BAB V PENUTUP Bab ini menjelaskan kesimpulan yang berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian, serta saran yang merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.