artikel gambaran faktor-faktor pencetus timbulnya serangan asma

advertisement
ARTIKEL
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENCETUS TIMBULNYA
SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL
DI RSUD UNGARAN
OLEH:
AINI CHUSNAWATI
010214B022
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL
Artikel skripsi dengan judul “Gambaran Faktor-Faktor Pencetus Timbulnya
Serangan Asma Pada Pasien Asma Bronkhial di RSUD Ungaran” yang disusun
oleh:
Nama
: Aini Chusnawati
NIM
: 010214B022
Program Studi : Keperawatan
Telah disetujui oleh pembimbing utama Skripsi Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.
Ungaran,
September 2016
Pembimbing Utama
Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB
NIDN. 0619047703
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENCETUS TIMBULNYA
SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL
DI RSUD UNGARAN
Aini Chusnawati *) Gipta Galih Widodo **) Yunita Galih Yudanari **)
STIKES NGUDI WALUYO
2016
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES NGUDI WALUYO
**) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES NGUDI WALUYO
ABSTRAK
Latar Belakang: Asma adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan
serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam tingkat
keparahan dan frekuensi dari setiap orang. Meningkatnya angka kejadian asma di
RSUD Ungaran merupakan masalah kesehatan yang sudah sering dilakukan
sosialisasi penanganan, namun masih banyak kejadian serangan asma
berulang.Tujuan:Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran faktor-faktor
pencetus timbulnya serangan asma pada pasien asma bronkhial di RSUD
Ungaran.
Metode:Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi adalahpenderita asma bronkhial
yang pernah dirawat di RSUD Ungaran selama tahun 2015 yaitu 51 orang.Sampel
34 orang yang diambil secara purposive sampling.Alat pengumpulan data
menggunakan data rekam medik pasien pada tahun 2015. Analisis univariat
menggambarkan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, lama menderita
asma bronkhial, dan frekuensi timbulnya serangan asma), faktor alergen dan ISPA
pada responden.
Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki riwayat
alergi yang bervariasi. Frekuensi serangan asma pada pasien rata-rata 2 kali
pertahun dengan nilai minimal 1 dan nilai maksimal 8. Responden yang memiliki
riwayat pneumonia berat sejumlah 17 responden (50%).
Saran:Saran bagi masyarakat terutama yang menderita penyakit asma agar dapat
menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma terutama faktor
alergen dan ISPA. Saran bagi RSUD Ungaran agar dapat menggalakan
pendidikan kesehatan pada pasien terutama psasien penderita asma.
Kata kunci
: Asma bronkhial, Faktor pencetus asma
Kepustakaan : 23 (1991-2013)
ABSTRACT
Background: Asthma is not an infectious disease which characterized by
recurrent attacks of breathlessness and wheezing which varied in severity and
frequency from every person. The increasing incidence of asthma in RSUD
Ungaran is health problem which is often given socialization management, but
there are still many cases of asthma attacks repeatedly.
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
1
Purpose: The purpose of research is to determine overview of trigger factors in
incidence of asthma attack in patients with bronchial asthma at RSUD Ungaran.
Method: The research used descriptive research method by using retrospective
approach. Population were patients with bronchial asthma who had been treated in
hospitals during 2015 Ungaran as 51 persons. 34 samples were taken by purposive
sampling. Data collection tool used medical records of patients in 2015. The
univariate analysis is to describe the characteristics of respondents (age, gender,
long suffered bronchial asthma, and the frequency of asthma attacks), allergic
factors and respiratory infections on the respondent.
Suggestion: Suggestions for the people especially who have asthma to avoid the
factors that can trigger asthma attacks. Suggestions for RSUD Ungaran to
promote health education to patients especially patients with asthma. Suggestions
for future research can examine more specifically the trigger factors of asthma
attacks.
Keywords
: Bronchial asthma, Trigger factors of asthma attacks.
Bibliographies : 23 (1991-2013)
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit tidak
menular utama yang ditandai dengan
serangan berulang dari sesak napas dan
mengi, yang bervariasi dalam tingkat
keparahan dan frekuensi dari orang ke
orang. Gejala dapat terjadi beberapa
kali dalam sehari atau seminggu pada
individu yang terkena, dan bagi
sebagian orang menjadi lebih buruk
selama aktivitas fisik atau di malam
hari. Selama serangan asma, lapisan
tabung
bronkial
membengkak,
menyebabkan
saluran
udara
menyempit dan mengurangi aliran
udara masuk dan keluar dari paru-paru.
Gejala
asma
berulang
sering
menyebabkan sulit tidur, kelelahan
siang hari, mengurangi tingkat
aktivitas, sekolah dan absensi kerja.
Asma memiliki tingkat kematian yang
relatif rendah dibandingkan dengan
penyakit kronis lainnya (World Health
Organization, 2013).
Asma tidak dapat disembuhkan
namun dapat dikontrol dengan
manajemen yang tepat. Walaupun
panduan penatalaksanaan asma sudah
tersebar luas hampir di seluruh dunia
serta berbagai obat baru terus
dikembangkan namun penanganan
asma di lapangan masih belum
adekuat, di negara berkembang
maupun di negara maju(National
Asthma Education and Prevention
Program Expert Panel Report 3,
2007).
Penyebab mendasar dari asma
tidak sepenuhnya dipahami. Faktor
risiko terkuat yang menyebabkan asma
adalah kombinasi dari predisposisi
genetik dengan paparan lingkungan
terhadap zat yang dihirup dan partikel
yang dapat menimbulkan reaksi alergi
atau mengiritasi saluran udara, seperti:
alergen dalam ruangan (untuk tungau
misalnya debu rumah di tempat tidur,
karpet dan boneka furnitur, polusi dan
bulu hewan peliharaan), alergen diluar
ruangan (seperti serbuk sari dan
cetakan), asap tembakau, iritasi kimia
di tempat kerja dan polusi udara.
Pemicu lainnya dapat mencakup udara
dingin, rangsangan emosional yang
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
2
ekstrim seperti marah atau takut, dan
latihan fisik. Bahkan obat-obatan
tertentu dapat memicu asma: aspirin
dan obat non-steroid anti-inflamasi,
dan beta-blocker (yang digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi,
penyakit jantung dan migrain) (World
Health Organization, 2013).
Data
prevalensi
penyakit
ditentukan
berdasarkan
hasil
wawancara berupa gabungan kasus
penyakit yang pernah didiagnosis
dokter/tenaga kesehatan atau kasus
yang mempunyai riwayat gejala
penyakit tidak menular (berdasarkan
diagnosis atau gejala). Prevalensi
asmaberdasarkan
wawancara
di
Indonesia sejumlah 4,5 persen per mil.
Prevalensi asma lebih tinggi pada
perempuan, prevalensi PPOK lebih
tinggi pada laki-laki(Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap pasien asma yang datang ke
Poliklinik Asma di RSUP DrMDjamil
Padang dan RSUD DrAchmad Mochtar
Bukittinggi selama bulan April hingga
September 2013, menunjukkan dari 65
subjek penelitian, 19 (29,2%) orang
dengan asma tidak terkontrol memiliki
pengetahuan yang rendah, 1 (1,5%)
orang dengan asma terkontrol sebagian
dengan tingkat pengetahuan yang
rendah dan 1 (1,5%) orang pasien asma
terkontrol total memiliki pengetahuan
asma yang rendah (Katerine, Medison,
& Rustam, 2014).
Kebiasaan responden dalam
mengonsumsi
makanan
yang
diawetkan dengan frekuensi konsumsi
kadang-kadang ada 41% diikuti yang
tidak pernah sebesar 39,6%. Begitu
juga kebiasaan dalam mengonsumsi
makanan
menggunakan
bumbu
penyedap (vetsin, kecap, terasi)
persentase terbesar diperoleh pada
responden yang sering mengkonsumsi
yaitu 84,0%. Jika dilihat dari status
ekonomi diketahui bahwa responden
yang memiliki status ekonomi tinggi
persentasenya sebesar 55,6% dan
ekonomi rendah 44,0%. Secara umum,
bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan
penyakit
asma
adalah
bertempat tinggal di pedesaan, berumur
lebih dari 60 tahun, tidak sekolah, tidak
bekerja, indeks masa tubuh (IMT)
kurus, mantan perokok, aktivitas
kurang, mengonsumsi makanan yang
diawetkan dan mempunyai status
ekonomi rendah(Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran merupakan salah satu rumah
sakit pemerintah daerah di kabupaten
Semarang. Semua pasien yang datang
kerumah sakit tersebut termasuk pasien
asma berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda,
baik
dari
segi
pendidikan,
ekonomi,
diagnosa,
maupun penanganannya. Berdasarkan
data yang diperoleh dari RSUD
Ungaran sejak tanggal 1 Februari
sampai dengan 20 Maret 2016 jumlah
pasien asma sebanyak 93 pasien. Dari
data RM yang diambil secara acak, 3
(60%) dari 5 pasien masuk dalam
faktor entrinsik sebagai pencetusnya
yaitu 2 (40%) alergi dan 1 (20%)
perubahan suhu, sedangkan 2 (40%)
pasien selanjutnyamasuk dalam faktor
intrinsik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di
atasmaka peneliti tertarik mengadakan
penelitian
tentang
“Bagaimana
gambaran
faktor-faktor
pencetus
timbulnya serangan asma pada pasien
asma bronkhial di RSUD Ungaran?”
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran faktorfaktor pencetus timbulnya serangan
asma pada pasien asma bronkhial di
RSUD Ungaran.
METODE PENELITIAN
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
3
Desain
penelitian
dalam
penelitian ini desain yang digunakan
adalah deskriptif korelatif dengan
menggunakan pendekatan retrospektif
dimana pengukuran dan pengamatan
data yang dilakukan terhadap kejadian
yang
sudah
terjadi.
Penelitian
dilakukan di RSUD Ungaran pada
bulan Agustus 2016.Populasi pada
penelitian ini adalah semua pasien
yang memiliki riwayat penyakit asma
bronkhial yang pernah dirawat di
RSUD Ungaran kurang lebih sejumlah
51 pasien selama tahun 2015. Sampel
pada penelitian ini adalah 34 rekam
medis pasien dengan riwayat penyakit
asma pada tahun 2015 di RSUD
Ungaran. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling
yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan dengan memperhatikan
kriteri yang telah ditetapkan oleh
peneliti.
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan indikator
closed-ended. Lembar observasi I
tentang kejadian asma, berdasarkan
diagnosis
medis
pada
rekam
medis.Lembar observasi II tentang
faktor
alergen
terdiri
dari
7
indikatoryang
dikembangkan
berdasarkan konsep yang disampaikan
oleh Sundaru (2010). Lembar observasi
III tentang faktor infeksi saluran
pernafasan atau ISPA terdiri dari 6
indikator (Depkes, 2010).Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini,
pada data kategorik data-data disajikan
dengan tabel distribusi frekuensi,
sehingga tergambar fenomena variable
faktor pencetus serangan asma. Dan
pada data numerik disajikan dalam
bentuk tabel tendensi sentral.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
1. Gambaran
Karakteristik
Responden Berdasarkan Usia Dan
Lama Menderita Asma
Variabel Mean Min Max
Usia
26,47 22
34
Lama
5,15
3
9
menderita
Berdasarkan tabel di atas
dapat diketahuibahwa rata-rata
responden berusia 26,47 tahun
dengan usia termuda 22 tahun dan
usia tertua 34. Rata-rata responden
menderita asma selama 5,15 tahun
dengan lama menderita terendah
adalah 3 tahun dan terlama 9 tahun.
2.
Gambaran
Responden
Kelamin
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Karakteristik
Berdasarkan Jenis
n
Persentase
30
4
34
88,2
11,8
100,0
Berdasarkan tabel di atas
dapat
diketahui
bahwajumlah
responden terbanyak adalah lakilaki yaitu sejumlah 30 responden
(88,2%).
Analisis Univariat
1. Gambaran Timbulnya
Asma Bronkhial
Serangan
Variabel Mean Min Max
Timbulnya
2
1
8
serangan
asma
bronkial
Berdasarkan
tabel
di
atasdapat diketahui bahwafrekuensi
serangan asma pada pasien rata-rata
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
4
2 kali pertahun, dengan frekuensi
terendah adalah 1 kali dalam
setahun dan frekuensi terbanyak 8
kali dalam setahun
2. Gambaran Faktor Alergen Pada
Timbulnya
Serangan
Asma
Bronkhial
Faktor
Ya % Tidak %
alergen
Cuaca
20 58,8
14
41,2
Binatang 27 79,4
7
20,6
Makanan 10 29,4
24
70,6
Minuman 23 67,6
11
32,4
Obat
22 64,7
12
35,3
Jamur
22 64,7
12
35,3
Udara
17 50,0
17
50,0
Berdasarkan
tabel
di
atasdapat diketahui bahwa seluruh
responden memiliki riwayat alergi
yang bervariasi dengan sebaran
jenis alergi cuaca sejumlah 20
responden (58,8%), riwayat alergi
binatang sejumlah 27 responden
(79,4%), riwayat alergi makanan
sejumlah 10 responden (29,4%),
riwayat alergi minuman sejumlah
23 responden (67,6%), riwayat
alergi obat sejumlah 22 reponden
(64,7%), riwayat alergi jamur
sejumlah 22 reponden (64,7%) dan
riwayat alergi udara sejumlah 17
responden (50,0%).
3. Gambaran
Faktor
Pneumonia
TimbulnyaSerangan
Asma
Bronkhial
ISPA
f
%
Pneumonia
17
50,0
berat
Pneumonia
10
29,4
Bukan
7
20,6
pneumonia
Jumlah
34
100,0
Berdasarkan tabel di atas
dapat diketahui bahwa responden
yang memiliki riwayat pneumonia
berat sejumlah 17 responden (50%)
dan merupakan frekuensi yang
paling banyak dibanding dengan
pnemonia
maupun
bukan
pnemonia.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata responden yang
menderita asma termasuk kelompok
usia dewasa. Menurut teori yang
dikemukakan Sundaru (2010) bahwa
serangan asma dapat terjadi pada
semua umur mulai dari anak-anak
sampai dewasa. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Ekarini
(2012) bahwa distribusi responden
yang menderita asma paling besar
mengalami asma setelah dewasa yaitu
sebanyak 54 orang (45,8%).
Menurut Riskesdas (2013) ada
kecenderungan prevalensi penyakit
asma meningkat dengan bertambahnya
umur disertai salah satu atau lebih
gejala: mengi dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang dengan
pengobatan dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang tanpa
pengobatan dan/atau sesak napas lebih
berat dirasakan pada malam hari atau
menjelang pagi dan jika pertama kali
merasakan sesak napas saat berumur
<40 tahun. Usia serangan asma
terbanyak berada pada rentang umur
25-34 tahun sejumlah 5,7 per mil.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah responden terbanyak
adalah laki-laki yaitu sejumlah 30
responden
(88,2%)
sedangkan
perempuan
hanya
sejumlah
4
responden (11,8%).Ada dua hal yang
menjelaskan pengaruh hormonal dalam
hubungan obesitas dan asma.Pertama,
obesitas mempengaruhi pengaturan
hormon
perempuan
sehingga
mempercepat pubertas. Pada keadaan
ini, sel adiposit memproduksi estron
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
5
(salah satu estrogen alami) dan leptin
sehingga kadarnya meningkat dalam
darah. Kedua hormon ini memiliki
peran untuk terjadinya asma. Hormon
estrogen
berperan
mempengaruhi
responssaluran napas terhadap β2
adrenergik,
sedangkan
leptin
mempengaruhi respons inflamasi.
Kedua, peningkatan hormon estrogen
pada perempuan obes cenderung
menyebabkan atopi.Hal ini karena
hormon perempuan menyebabkan sel
limfosit menyekresi lebih banyak IL-4
dan IL-13 sehingga meningkatkan
produksi IgE. Meningkatnya kepekaan
terhadap alergi pada anak perempuan
yang obes menjelaskan terjadinya asma
(Vasudevan, et al. 2006).
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abraham (2006)
bahwa laki-laki lebih sering menderita
asma dari pada perempuan dengan
perbandingan 1,15 : 1. Faktor risiko
asma dibagi menjadi dua, faktor risiko
yang berhubungan dengan terjadinya
asma dan faktor risiko yang
berhubungan
dengan
terjadinya
eksaserbasi atau serangan asma yang
disebut faktor pencetus. Faktor risiko
yang mencetuskan terjadinya Asma
Bronkial diantaranya asap rokok,
tungau debu rumah, polusi udara,
perubahan cuaca, dan jenis makanan
(Laksana & Berawi, 2015).
Namun hal ini bertentangan
dengan penelitian Yogie (2011) yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan
faktor jenis kelamin yang bermakna
pada pasien dengan asma bronkial
(46%) dan pasien tanpa asma bronkial
(54%) dengan p=0.488. Menurut GINA
(2006) menyatakan bahwa frekuensi
serangan asma pada wanita lebih sering
dibandingkan dengan laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa frekuensi serangan asma pada
pasien rata-rata 2 kali pertahun, dengan
frekuensi terendah adalah 1 kali dalam
setahun dan frekuensi terbanyak 8 kali
dalam setahun dengan standar deviasi
1,477. Menurut Sundaru (2010)
terdapat berbagai faktor yang dapat
menjadi faktor pencetus timbulnya
serangan asma, antara lain adalah
olahraga (exercise), alergen, infeksi,
perubahan suhu udara yang mendadak,
atau pajanan terhadap iritan respiratorik
seperti asap rokok, dan lain-lain.
Terdapat juga faktor lain yang dapat
memicu asma, seperti usia, jenis
kelamin, ras, sosio-ekonomi, dan faktor
lingkungan.
Gangguan yang berupa obstruksi
saluran nafas dapat dinilai secara
objektif dengan Volume Ekspirasi
Paksa (VEP) atau Arus Puncak
Ekspirasi (APE), sedangkan penurunan
Kapasitas Vital
Paksa (KVP)
menggambarkan derajat hiperinflasi
paru. Penyempitan saluran nafas dapat
terjadi baik pada di saluran nafas besar,
sedang maupun yang kecil. Gejala
mengi menandakan ada penyempitan di
saluran nafas besar. Manifestasi
penyumbatan jalan nafas pada asma
disebabkan
oleh
bronkokontriksi,
hipersekresi mukus, edema mukosa,
infiltrasi seluler, dan deskuamasi sel
epitel serta sel radang (McLachlan,
2006).
Hasil penelitian ini didukung
dengan penelitian Mustika (2013) yang
menemukan bahwa faktor pencetus
serangan asma tidak hanya dari aspek
lingkungan saja tetapi secara psikologis
pun dapat berperan bahkan faktorfaktor munculnya serangan asma dapat
dimaknai secara psikologis. Faktor
psikologis
yang
memungkinkan
munculnya serangan asma yaitu stres.
Ritz dkk (2007) menjelaskan 6 faktor
pencetus munculnya serangan asma
yang salah satunya ialah faktor
psikologis seperti marah, kesepian,
stress, tekanan, depresi, cemas, tidak
bahagia dan lain-lain. situasi stres yang
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
6
muncul dapat diakibatkan dari faktor
sosial, faktor fisik dan faktor
lingkungan yang tidak sesuai dengan
keadaan tubuhnya sehingga stres dapat
berkontribusi
pada
munculnya
serangan asma. Jadi faktor-faktor
munculnya serangan asma dapat
menjadi sumber stres (stressor) bagi
penderita asma.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa seluruh responden memiliki
riwayat alergi yang bervariasi dengan
sebaran jenis alergi cuaca sejumlah 20
responden (58,8%), riwayat alergi
binatang sejumlah 27 responden
(79,4%), riwayat alergi makanan
sejumlah 10 responden (29,4%),
riwayat alergi minuman sejumlah 23
responden (67,6%), riwayat alergi obat
sejumlah 22 reponden (64,7%), riwayat
alergi jamur sejumlah 22 reponden
(64,7%) dan riwayat alergi udara
sejumlah 17 responden (50,0%).
Berbagai rangsangan alergi dan
rangsangan nonspesifik, akan adanya
jalan
nafas
yang
hiperaktif,
mencetuskan respon bronkokontriksi
dan radang. Rangsangan ini meliputi
alergen yang dihirup (tungau debu,
tepungsari, sari kedelai, dan protein
minyak jarak), protein sayuran lainnya,
infeksi virus, asap rokok, polutan
udara,
bau
busuk,
obatobatan
(metabisulfit), udara dingin, dan olah
raga (Sundaru, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden yang memiliki
riwayat pneumonia berat sejumlah 17
responden (50%) dan merupakan
frekuensi
yang
paling
banyak
dibanding dengan pnemonia maupun
bukan pnemonia. Hal ini didukung oleh
penelitian Kusbiantoro (2005) yang
menunjukkan bahwa faktor pencetus
serangan asma yang terbanyak adalah
ISPA diikuti oleh paparan asap dan
udara dingin. Menurut teori yang
dikemukakan Lewis (2007) infeksi
menyebabkan inflamasi dalam sistem
trakeobronkial
dan
mengubah
mekanisme mukosilier. Oleh karena itu
mekanisme
ini
meningkatkan
hiperesponsif pada sistem bronkial.
Pengaruh infeksi virus respirasi pada
perkembangan
asma
tergantung
interaksi dengan atopi. Kondisi atopi
dapat mempengaruhi respon saluran
napas bawah terhadap infeksi virus dan
infeksi virus kemudian mempengaruhi
perkembangan sensitisasi alergik.
Namun hal ini bertentangan
dengan penelitian Ekarini (2012) yang
menunjukkan bahwa infeksi pernafasan
tidak menjadi faktor dominan sebagai
pencetus serangan asma. Serangan
asma ditandai adanya kalor (panas
karena vasodilatasi), rubor (kemerahan
karena vasodilatasi), tumor (eksudasi
plasma dan edema), dolor (rasa sakit
karena rangsang sensoris), dan functio
laesa (fungsi terganggu).
Keterbatasan Penelitian
Peneliti
menyadari
adanya
keterbatasan dari penelitian ini yang
disebabkan oleh proses pelaksanaan,
yaitu penelitian ini tidak dirancang
dengan
dukungan
informasi
secarakualitatif, sehingga peneliti tidak
dapat melakukan cross check hasil
penelitian dengan wawancara dengan
responden dan menganalisis lebih
lanjut mengenai faktor pencetus
kejadian asma di RSUD Ungaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Seluruh responden memiliki
riwayat alergi yang bervariasi dengan
sebaran jenis alergi cuaca sejumlah 20
responden (58,8%), riwayat alergi
binatang sejumlah 27 responden
(79,4%), riwayat alergi makanan
sejumlah 10 responden (29,4%),
riwayat alergi minuman sejumlah 23
responden (67,6%), riwayat alergi obat
sejumlah 22 reponden (64,7%), riwayat
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
7
alergi jamur sejumlah 22 reponden
(64,7%) dan riwayat alergi udara
sejumlah 17 responden (50,0%).
Responden yang memiliki riwayat
pneumonia
berat
sejumlah
17
responden (50%) dan merupakan
frekuensi
yang
paling
banyak
dibanding dengan pnemonia maupun
bukan pnemonia.
Saran
Saran bagi masyarakat agar dapat
menghindari faktor-faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma sehingga
dapat terhindar dari serangan asma
berulang.Bagi rumah sakit agar dapat
menggalakan pendidikan kesehatan
pada pasien terutama psasien penderita
asma, tentang cara-cara pencegahan
serangan asma dan menghindari faktorfaktor yang dapat mencetuskan
timbulnya
serangan
asma
bronkial.Saran bagi penelitian yang
akan datang agar dapat meneliti lebih
spesifik lagi mengenai faktor-faktor
pencetus serangan asma (alergen, obatobatan, polusi udara, olahraga, stres
dan ISPA).
inlflammation. J Allergy Clin
Immunol. Volume 119 (3):634-9.
National Asthma Education and
Prevention Program Expert Panel
Report 3. (2007). Guidelines for
the Diagnosis and Management
of Asthma. In S. R. 2007 (Ed.),
(Vol. Number 08-5846). NIH
Publication: NIH.
Sundaru, H.2000.Asma Apa dan
Bagaimana
Pengobatannya.Jakarta:Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
Sundaru, H.2003.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi
Ketiga.Jakarta:Balai
Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Vasudevan AR, Wu H, Xydakis AM et
al. Eotaxin and obesity. J Clin
Endocrinol Metab. 2006; 91(1):
256-61.
World Health Organization (Producer).
(2013, diakses tanggal 29 Maret
2016). Asthma. Retrieved from
http://www.who.int/mediacentr
e/factsheets/fs307/en/
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
(2013).
Riset
Kesehatan Dasar Riskesdas
2013.
Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Ekarini, Ni Luh Putu. (2012). Analisis
Faktor - Faktor Pemicu
Dominan Terjadinya Serangan
Asma Pada Pasien Asma.
(Tesis), Universitas Indonesia,
Jakarta.
Katerine, Medison, Irvan, & Rustam,
Erlina.
(2014).
Hubungan
Tingkat Pengetahuan Mengenai
Asma dengan Tingkat Kontrol
Asma.
Jurnal
Kesehatan
Andalas, Volume 3 No 1, 58-63.
McLachlan Car G, (2006). Adiposity,
asthma,
and
airway
GambaranFaktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma
Bronkhial di RSUD Ungaran
8
Download