PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DENGAN HIPERURISEMIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Esthi Wahyuningsih* Faridah Aini, S.Kp., Ns., M.Kes., Sp.KMB* Mona Saparwati, S.Kp., Ns., M.Kep Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal, yaitu lebih dari 7,0 mg/dL pada pria dan lebih dari 6,0 mg/dL pada perempuan. Angka kejadian hiperurisemia pada lansia makin meningkat sehingga diperlukan tindakan untuk menurunkan angka kejadian hiperurisemia. Salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan kadar asam urat dengan terapi senam ergonomis. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh senam pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia dengan hiperurisemia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment design dengan rancangan pre test-post test control group design, dengan populasi sebanyak 84 orang lansia. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 32 orang yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Instrumen pengambilan data dengan pemeriksaan kadar asam urat menggunakan GCU 3 in 1. Setelah terkumpul data dianalisa dengan Uji t test independent dan dependent. Hasil penelitian ini menunjukkan kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan adalah 8,2 mg/dl dan sesudah diberikan perlakuan adalah 6,5 mg/dl. Angka penurunan kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan sebanyak 1,7 mg/dl. Kadar asam urat pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan adalah 8,4 mg/dl dan sesudah diberikan perlakuan adalah 8,3 mg/dl. Angka penurunan kadar asam urat pada kelompok kontrol sebrlum dan sesudah perlakuan sebanyak 0,1 mg/dl. Ada pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia dengan hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang denganp-value 0,000< ( =0,05). Diharapkan senam ergonomis bias dijadikan alternative intervensi untuk penatalaksanaan hiperurisemia pada lansia. Kata kunci : Senamergonomis, Hiperurisemia, Lansia Daftar Pustaka : 29 ( 2006- 2015) ABSTRACT Hyperuricemia is condition where an increase in blood uric acid levels is above normal, which is more than 7 mg/dl for men and more than 6 mg/dl for women. The incidence of hyperuricrmia in elderlies is increasing, so it is necessary to reduce the incidence of hyperurucemia. One of thenon-pharmacological therapiesisofferedtoreduce uric acid levelsby doing therapeutic ergonomicgym.The purpose of this study is to analyze the influence of ergonomic gym to decrease uric acid levels in elderly people with hyperuricemia at Social Services Unit for Elderly People Wening Wardoyo Ungaran Semarang Regency This study used a quasy-experiment research design with pre-test-post-test control group design, with the population of 84 elderlies. Purposivesamplingmethodwas used to get the samples of 32 people, divided into intervention and control groups. The data instrument used the examination of uric acid levels using a GCU 3 in 1. After that the collected data were analyzed by t test independent anddependent. The results of this study indicate a difference of uric acid levels in the in the intervention group before being given the treatment is 8,2 mg/dl and after being given the treatment is 6,5 mg/dl.digit decrease in uric acid levels in the intervention group before and after being given the treatment is 1,7mg/dl. Difference of uric acid levels in the treatment in the control group before and after being given the treatment is 0,1 mg/dl. There was an influence of ergonomic gym toward uric acid levels in elderly people with hyperuricemia at Social Services Unit for Elderly People Wening Wardoyo Ungaran Semarang Regency pvalue of 0.000 < ( =0.05). Ergonomic gym therapy can be used as an alternative intervention for managing uric acid levels of elderly people. Keywords : Ergonomic gym, Hyperuricemia, Elderly people References : 29 (2006-2015) PENDAHULUAN Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang menimbulkan berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia).Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kerja ginjal, sehingga mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat dalam tubulus ginjal dalam bentuk urin. Selain itu, akibat proses penuaan terjadi penurunan produksi enzim urikinase sehingga pembuangan asam urat jadi terhambat. Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita (Walker dan Edwar, 2013). Kadar asam urat pada pria berkisar 3,5-7 mg/dL, sedangkan pada wanita berkisar 2,6-6 mg/dl (Mutia Sari, 2010). Prevalensi hiperurisemia di Amerika Serikat sekitar 0,27% sampai 10,3%. Di Indonesia hiperurisemia mencapai 81% dari populasi. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Prevalensi berdasarkan diagnosa nakes tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Hiperurisemia merupakan kondisi predisposisi untuk gout, yaitu penyakit yang ditandai dengan pengendapan monosodium urat (MSU) di sendi dan jaringan tertentu seperti di sendi-sendi kaki sehingga menimbulkan peradangan (artritis gout). Penumpukan asam urat di tubulus ginjal dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan nefron ginjal yang progresif dan akan menimbulkan batu ginjal dan akan berakhir dengan gagal ginjal kronik. Selain masalah di atas, hiperurisemia mempunyai hubungan dengan mortalitas dari berbagai penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi, jantung koroner,dan lain-lain (Misnadiarly, 2007). Obat Allopurinol berguna untuk mengobati hipeurisemia karena menurunkan kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan,menghambat pembentukan batu asam (tofi), memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Obat ini bekerja dengan menghambat xanthin okside, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan prekusor xantin (Schmitz,2008). Namun, obat ini memiliki efek samping terutamagangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta kerusakan hati dan ginjal juga pernah dilaporkan (Tjya & Rahardja,2002). Pada tindakan non farmakologi dilakukan dengan perubahan gaya hidup, terapi gizi medis, kebugaran jasmani (olahraga), edukasi, dan terapi herbal. Kebugaran jasmani juga sangat diperlukan untuk mencegah atau menunda penyakit-penyakit degeneratif dan penyakit kelainan metabolisme seperti hiperurisemia. Melakukan olahraga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan keselamatan lansia, olahraga sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam satu minggu dengan latihan minimal 15-45 menit secara teratur (Wratsongko, 2006). Beberapa senam yang dapat dilakukan oleh lansia antra lain, senam 10 menit, senam kegel, yoga, taichi, dan senam ergonomis. Beberapa senam yang dapat dilakukan oleh lansia antra lain, senam 10 menit, senam kegel, yoga, taichi, senam bugar lansia dan senam ergonomis. Senam ergonomis adalah senam fundamental yang gerakanya sesuai dengan susunan dan fungsi fisologis tubuh. Tubuh dengan sendirinya terpelihara homeostatisnya (kelenturan dan keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadaan bugar. Gerakan- gerakan ini juga memungkinkan tubuh mampu mengendalikan, menangkal beberapa penyakit dan gangguan fungsi tubuh sehingga tubuh tetap sehat (Wratsongko,2006). Senam ergonomis merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernafasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernafasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik turunya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh. Sehingga memperlancar pengangkutan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urine dan feses (Wratsongko, 2006). Hasil penelitian oleh Sagiran, seorang dokter ahli bedah terhadap 40 mahasiswa kedokteran UGM bahwa gerakan senam ergonomis (duduk perkasa) dapat meningkatan kesehatan yang signifikan setelah melakukansenam ergonomis minimal 20 menit. Selain itu, setelah melakukan gerakan senam ergonomis (berbarung pasrah) minimal 10 menit dapat menghasilkan tubuh yang lentur dan postur tubuh yang bagus. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Oktober 2015 di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang, peneliti melakukan wawancara dengan pengurus panti bahwa jumlah lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarangsaat ini sebanyak 84 lansia dan di panti tersebut belum pernah dilakukan pemeriksaan kadar asam urat pada lansia secara rutin dan lansia belum mengetahui terapi untuk menurunkan kadar asam urat selain obat. Sehinggapada tanggal 15 Oktober 2015 peneliti melakukan pemeriksaan kadar asam urat terhadap 20 lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang didapatkan data ada sebanyak 12 lansia Tujuan dilakukan pengukuran tekanan darah pada kedua lengan adalah untuk mengetahui gambaran perbedaan selisih tekanan darah antara lengan kanan dan lengan kiri pada perokok aktif dan perokok pasif. Perbedaan selisih tekanan darah pada kedua lengan (kanan dan kiri) ini terjadi akibat adanya oklusi pada arteri subklavia sinistra dan dektra. Sehingga pengukuran tekanan darah pada kedua lengan ini perlu untuk dilakukan. Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan bahan referensi bagi peneliti, masyarakat dan keperawatan. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design). Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarangsaat ini sebanyak 84 lansia Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan cara mengidentifikasi semua karakteristik populasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 32 lansia dimana kelompok intervensi berjumlah 16 lansia dan kelompok kontrol berjumlah 16 lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 20 sampai 25 Januari 2016. Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam bentuk penelitian ini adalah “Easy Touch GCU 3in 1, lembar tabulasi untuk kelompok intervensi yang terdiri dari kode responden, tanggal pengukuran, waktu/jam, hasil pengukuran pre dan post pemberian terapi senamergonomis.Sedangkan lembaran tabulai untuk kelompok kontrol terdiri dari kode responden, tanggal pengukuran, waktu/jam, hasil pengukuran pre dan post penelitian. . Analisa Data Analisis Univariat Analisa variabel univariant dalam penelitian ini yaitu variabel numerik dengan parameter ukuran pemusatan mean, median, dan standar deviasi. Adapun variable yang di analisis adalah kadar asam urat pada penderita hiperurisemia kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan terapi senam ergonomis, serta perbedaan kadar asam urat pada penderita hiperurisemia di Unit Rehabilitasi Sosial Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Hasil uji kesetaraan data dengan membandingkan hasil pengukuran pretest pada masing-masing kelompok dengan uji statistik t-test independent. Hasil uji t-test independent, diperoleh nilai t hitung sebesar -0,455 dengan p-value 0,653 1,29 mg/dl nilai maksimum 11,1 mg/dl dan minimum 6,9 mg/dl. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat B. Analisa Bivariat Kadar Asam Urat Sebelum Dilakukan Senam Ergonomis pada Lansia Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 4.2 Deskripsi Berdasarkan Kadar Asam Urat Sebelum Dilakukan Senam Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Lansia Variabel Kelompok n Mean SD Min Max Kadar Asam Urat Intevensi 16 Kontrol 16 8,2 8,4 1,53 1,34 6,3 6,8 11,7 11,5 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi sebelum diberikan senam ergonomis rata- rata kadar asam urat 8,2 mg/dl dengan standar deviasi 1,53 mg/dl nilai maksimal 11,7 mg/dl dan nilai minimal 6,3 mg/dl. Pada kelompok kontrol rata- rata kadar asam urat sebelum perlakuan 8,4 mg/dl dengan standar deviasi 1,34 mg/dl nilai maksimal 11,5 mg/dl dan nilai minimal 6,8 mg/dl. Kadar Asam Urat Sesudah Dilakukan Senam Ergonomis pada Lansia Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Asam Urat Sesudah Dilakukan Senam Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Semarang Variabel Kadar Asam Urat Kelompok Intervensi Kontrol n 16 16 Mean 6,5 8,3 SD 1,15 1,29 Min 4,6 6,9 Max 9,0 11,1 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi sesudah diberikan senam ergonomis rata- rat kadar asam urat 6,5 mg/dl dengan standar deviasi 1,15 mg/dl nilai maksimum 4,6 mg/dl dan minimum 9,0 mg/dl. Hasil dari kelompok kontrol sesudah perlakuan rata- rata kadar asam urat 8,3 mg/dl dengan standar deviasi Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Ergonomis pada Lansia Kelompok Intervensi Tabel 4.3 Perbedaan Kadar Asam Urat Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang Variabel Perlakuan Kadar Sebelum Asam Sesudah Urat n 16 16 Mean 8,2 6,5 Δ 1,7 SD 1,53 1,15 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata kadar asam urat lansia sebelum diberikan senam ergonomis sebesar 8,2 mg/dl kemudian turun menjadi 6,5 mg/dl sesudah diberikan senam ergonomis dengan penurunan 1,7 mg/dl. Berdasarkan uji t dependent, didapatkan nilai t hitung 8,268 dengan pvalue sebesar 0,0001 ( = 0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna kadar asam urat sebelum dan sesudah senam ergonomis pada lansia kelompok intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.Ini menunjukkan bahwa senam ergnomis terbukti dapat menurunkan kadar asam urat lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut UsiaWening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. t p 8,268 0,0001 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Ergonomis pada Lansia Kelompok Kontrol Tabel 4.4 Perbedaan Kadar Asam Urat Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang Variabel Perlakuan Kadar Sebelum Asam Sesudah Urat n 16 16 Mean 8,4 8,3 Δ 0,1 SD 1,34 1,29 t p 0,987 0,339 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata kadar asam urat lansia sebelum diberikan senam ergonomis sebesar 8,4 mg/dl kemudian turun menjadi 8,3 mg/dl sesudah diberikan senam ergonomis dengan penurunan 0,1 mg/dl. Berdasarkan uji t dependent, didapatkan nilai t hitung 0,987 dengan pvalue sebesar 0,339 ( = 0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna kadar asam urat sebelum dan sesudah senam ergonomis pada lansia kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.Ini menunjukkan bahwa lansia yang tidak diberi perlakuan tidak mengalami perubahan yang signifikan dan cendlansia yang tidak diberi perlakuan tidak mengalami perubahan yang signifikan dan cenderung menetap. Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan Hiperurisemia Tabel 4.5 Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan Hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang Variabel Kelompok Kadar Intervensi Asam Kontrol Urat n 16 16 Mean 6,5 8,3 Δ 1,8 SD 1,15 1,29 t p -4,130 0,0001 Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa rata-rata kadar asam urat sesudah diberikan senam ergonomis pada kelompok intervensi sebesar 6,5 mg/dl, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 8,3 mg/dl dengan penurunan 1,8 mg/dl. Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung -4,130 dengan pvalue 0,0001 < ( = 0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan secara bermakna kadar asam urat sesudah diberikan senam ergonomis antara kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan hal ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh secara bermakna senam ergonomis terhadap kadar asam urat lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Kadar Asam Urat Sebelum Diberikan Terapi Senam Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Pelayanan Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kadar asam urat sebelum diberikan senam ergonomis pada kelompok intervensi dengan responden yang berjumlah 16 orang didapatkan rata-rata kadar asam urat responden kelompok intervensi sebesar 8,2 mg/dl. Sedangkan responden kelompok kontrol yang sebelum diberikan perlakuan rata-rata kadar asam urat sebesar 8,4 mg/dl. Rata- rata kadar asam urat sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelompok didapatkan rata-rata perbedaan kadar asam urat yang tidak bermakna atau berada dalam klasifikasi hiperurisemia. Dapat diartikan bahwa pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo mengalami hiperurisemia. Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Hipaerurisemia adalah konsentrasi monosodium urat dalam plasma yang melebihi batas kelarutan yaitu lebih dar 7 mg/dL. Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah menjadi asam urat secara langsung. Pada pH normal asam urat dalam bentuk monosodium urat banyak terdapat dalam darah. Kadar asam urat mulai meninggi selama pubertas pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat penurunan produksi hormon estrogen. Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat okidase atau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantonin. Defisiensi urikase akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Peningkatan produksi asam urat dalam darah dan penurunan ekskresi (pengeluaran) asam urat dari dalam tubuh melalui urine akan mengakibatkan hiperurisemia. Sesuai dengan teori menurut Damayanti (2012), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya kadar asam urat darah seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin, dimana purin didalam tubuh akan dimetabolime oleh enzim xanthin oksidase sehingga produksi asam urat di dalam tubuh meningkat dimana enzim xanthin oksidase di dalam tubuh berfungsi untuk mengubah hipoxantin, menjadi xanthin dan selanjutnya menjadi asam urat.Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Krisnatuti (2008), yang mengatakan bahwa penybab hiperurisemia adalah gangguan metabolisme sejak lahir. Selain itu, kadar asam urat juga tergantung pada beberapa faktor salah satunya yaitu faktor usia. Dalam Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 memuat bahwa penelitian di Taiwan pada tahun 2005-2008 menunjukan bahwa peningkatan kejadian hiperuriemia pada lansia sebesar 19,7%. Meningkatnya angka kejadian hiperurisemia pada lansia dipengaruhi oleh faktor usia. Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kerja ginjal, sehingga mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat dalam tubulus ginjal dalam bentuk urin. Selain itu, akibat proses penuaan terjadi penurunan produksi enzim urikinase sehingga pembuangan asam urat jadi terhambat. Selain itu, pada wanita dengan usia menopouse kadar asam urat semakin meningkat karena penurunan hormon ekstrogen. 2. Gambaran Kadar Asam Urat Lansia Sesudah Diberikan Terapi Senam Ergonomis pada Kelompok Intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Lansia Wening Wardoyo. Berdasarkan hasil penelitian terhadap penderita hiperurisemia sesudah diberikan senam ergonomis pada kelompok intervensi dengan responden yang berjumlah 16 orang didapatkan rata-rata kadar asam urat lansia kelompok intervensi sebesar 6,5 mg/dl. Data tersebut menunjukkan bahwa ada penurunan kadar asam urat yang signifikan kadar asam urat pada penderita hiperurisemia pada kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan senam ergonomis, dimana sesudah melakukan senam ergonomis didapatkan rata-rata kadar asam urat sebesar 6,5 mg/dl yang sebelumnya didapatkan hasil rata-rata kadar sam urat sebesar 8,2 mg/dl. Senam ergonomis adalah senam fundamental yang gerakanya sesuai dengan susunan dan fungsi fisologis tubuh.Tubuh dengan sendirinya terpelihara homeostatisnya (kelenturan dan keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadaan bugar.Gerakan- gerakan ini juga memungkinkan tubuh mampu mengendalikan, menangkal beberapa penyakit dan gangguan fungsi tubuh sehingga tubuh tetap sehat.Senam ergonomis merupakan kombinasi gerakan teknik pernafasan.Teknik pernafasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik turunya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh.Sehingga memperlancar pengangkutan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urine dan feses. Melalui senam ergonomis, lansia yang mengalami hiprurisemia dilatih untuk melakukan olah nafas, untuk melancarkan peredaran darah dan stimulasi saraf, serta merangsang penurunan ketiga hormone (endorphin), senam ergonomis menstimulasi pengeluaran hormone endorphin.Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relak/tenang. Endorphin dihasilkan otak dan susunan saraf tulang belakang, hormon endorphin akan keluar dan di tangkap oleh reseptor di dalam hypothalamus dan sistem limbik. Hormone ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang melahirkan rasa nyaman dan pengatur emosi sehingga dapat menghilangkan stress.Akibat proses penuaan atau stress, mengakibatkan enzim urikinase terganggu, sehingga terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Di dalam usus, terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat akan dipecah menjadi CO₂ dan amonia (NH₃) dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk feses. 3. Gambaran Kadar Asam Urat Lansia Sesudah Diberikan Perlakuan pada Kelompok Kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Lansia Wening Wardoyo. Berdasarkan hasil penelitian terhadap penderita hiperurisemia sesudah diberikan senam ergonomis pada kelompok kontroltidak memiliki perbedaan yang bermakna yaitu pada awal penelitian didapatkan rata-rata kadar asam urat sebesar 8,4 mg/dl dan pada akhir penelitian sebesar 8,3 mg/dl. Hal ini disebabkan karena responden pada kelompok kontrol ada yang tidak dapat mengendalikan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan kadar asam urat pada penderita hiperurisemia. Faktor yang dapat mempengaruhi hiperurisemia adalah asupan makanan, jenis kelamin, berat badan, faktor usia, konsumsi alkohol, dan komsumsi air putih. New England Journal of Medicine dalam Apriyanti (2012) memuat bahwa penelitian tentang konsumsi makanan kaya purin dan resiko penyakit asam urat pada pria, penelitian tersebut dilakukan selama 12 tahun terhadap populasi kesehatan pria di Amerika Serikat, berusia 40-74 tahun. Kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap hubungan antara faktor risiko diet dan kasus munculnya penyakit asam urat baru, peneliti menemukan adanya peningkatan risiko asam urat ketika responden mengkonsumsi seafood dalam jumlah banyak.Seafood merupakan salah satu makanan yang mengandung tinggi purin. B. Analisa Bivariat 1. Perbedaan Kadar Asam Urat pada Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Ergonomis pada Kelompok Intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wning Wardoyo Ungaran. Pada kelompok intervensi dapat diketahui bahwa rata-rata skor kadar asam urat responden sebelum melakukan senam ergonomis sebesar 8,2 mg/dl, kemudian setelah melakukan senam ergonomis berkurang menjadi 6,5mg/dl. berdasarkan hasi uji t-test dependent didapatkan bahwa p-value 0,000<(α=0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan kadar asam urat lansia sebelum dan sesudah diberikan senam ergonomis di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wning Wardoyo Ungaran. Penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan cara pemberian senam ergonomis sebanyak 4 kali dalam seminggu pada lansia penderita hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wning Wardoyo Ungaran. Setelah diberikan senam ergonomis selama 4 kali dalam seminggu, kelompok intervensi mengalami penurunan kadar asam urat dan ada perbedaan kadar aam urat antara sebelum dan sesudah pemberian senam ergonomis pada lansia dengan hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wning Wardoyo Ungaran. Senam ergonomis merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernafasan.Teknik pernafasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.Teknik pernafasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik turunya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh. Sehingga memperlancar pengangkutan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urine dan feses. Peredaran darah lancar akan menstimulasi saraf, serta merangsang penurunan ketiga hormone (endorphin), senam ergonomis menstimulasi pengeluaran hormone endorphin. Hormone ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang melahirkan rasa nyaman dan pengatur emosi sehingga dapat menghilangkan stress. Akibat proses penuaan atau stress, mengakibatkan enzim urikinase terganggu, sehingga terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Di dalam usus, terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat akan dipecah menjadi CO₂ dan amonia (NH₃) dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk feses. 2. Perbedaan Kadar Asam Urat Pada Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan pada Kelompok Kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo. Pada kelompok kontrol rata-rata kadar asam urat responden sebelum perlakuan sebesar 8,4 mg/dl, kemudian sedikit berubah menjadi 8,3mg/dl. Hasil uji t-tes dependent didapatkan bahwa p-value 0,339>(α=0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kadar asam urat lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran. Pada kelompok kontrol yang menderita hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran tidak diberi perlakuan karena hanya sebagai pembanding. Asam urat bersumber dari hasil metabolisme asam nukleat (DNA,RNA) atau senyawa purin yang sudah tidak dapat dimanfaatkan tubuh, oleh karena itu harus dibuang, selain itu asam urat juga merupakan hasil metabolisme dari makanan yang banyak mengandung purin. Pada keadaan hiperurisemia, darah tidak lagi menampng asam urat sehingga terjadi pengendapan kristal urat di berbagai organ seperti sendi dan ginjal (Dalimartha, 2012).Asam urat terbentuk sebagai akibat dari metabolisme (pemecahan) purin, salah satu basa nitrogen yang terdapat pada DNA. Purin awalnya diurai menjadi hipoxantin. Reaksi ini dikatalis oleh enzim xanti oxidase hingga menjadi asam urat (Krisnatuti, 2008). Hiperurisemia mengakibatkan defisiensi kristal natrium urat dalam jaringan, terutama pada ginjal dan sendi. Hiperurisemia tidak selalu menyebabkan gout tetapi gout selalu didahului dengan hiperurisemia. Penyebab hiperurisemia selalu diproduksi asam urat yang berlebihan yang b4rhubungan dngan kemampuan penderita untuk mengekskresikannya. Kebanyakan strategi pengobatan gout adalah menurunkan kadar asam urat sampai di bawah titik jenuh dengan demikian mencegah disposisi kristal urat ( Richard, 2011). 3. Pengaruh Pemberian Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada Lansia Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Unit Pelyanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran. Rata-rata kadar asam urat pada lansia kelompok intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran setelah diberikan senam ergonomis sebesar 6,5 mg/dl. Sedangkan rata-rata kadar asam urat pada lansia kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran sebesar 8,3 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa setelah pemberian senam ergonomis, skor kadar asam urat pada lansia kelompok intervensi mengalami penurunan dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Hasil uji t-test independent didapatkan bahwa p value sebesar 0,000<(α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran. Menurut Walker dan Edwar (2013, pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang menimbulkan berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia). Hal ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kerja ginjal, sehingga mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat dalam tubulus ginjal dalam bentuk urin. Selain itu, akibat proses penuaan terjadi penurunan produksi enzim urikinase sehingga pembuangan asam urat jadi terhambat. Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Menurut Grober (2012), olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta memeperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi.Latihan ketahanan atau olahraga dengan intensitas sedang dan terkontrol (3 x 40-45 menit/minggu) dapat meningkatakan imunokompetensi dan pembakaran lemak,pembakaran asam urat, mengurangi stres dan kelebihan berat badan, serta memperbaiki efisiensi jantung, toleransi glukosa, rsistensi insulin, dan aliran darah. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan adalah senam ergonomis. Senam ergonomis merupakan kombinasi gerakan otot dan teknik pernafasan.Teknik pernafasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.Teknik pernafasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik turunya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh. Sehingga memperlancar pengangkutan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urine dan feses. Peredaran darah lancar akan stimulasi saraf, serta merangsang penurunan ketiga hormone (endorphin), senam ergonomis menstimulasi pengeluaran hormone endorphin. Hormone ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang melahirkan rasa nyaman dan pengatur emosi sehingga dapat menghilangkan stress. Akibat proses penuaan atau stress, mengakibatkan enzim urikinase terganggu, sehingga terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Di dalam usus, terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat akan dipecah menjadi CO₂ dan amonia (NH₃) dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk feses. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Norwinda, N (2014) tentang pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan tingkat depresi.Penelitian menunjukan bahwa senam ergonomis dapat menurunkan tingkat depresi. Bredasarkan hasil penelitian skor depresi sesudah melakukan senam ergonomis pada 17 responden kelompok intervensi berubah menjadi 8 orang depresi ringan, 7 orang depresi sedang, dan 2 orang normal. Hal ini terjadi Latihan meningkatkan pelepasan opioid endogen yang menciptakan perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, 1993 dalam Potter & perry, 2005). Melalui senam ergonomis, responden yang mengalami depresi dilatih untuk melakukan olah nafas, melancarkan darah dan stimulasi syaraf, serta merangsang pelepasan hormon (endorfin, opioid endogen) hormone ini dikenal sebagai hormone penenang. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif terhadap faktor yang dapat menurunkan atau meningkatkan kadar asam urat seperti asupan makanan, asupan air putih. Peneliti juga tidak melakukan upaya untuk mengkontrol penurunan kadar asam urat pada kelompok kontrol dan tidak melakukan pengawasan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama perlakuan pada kelompok intervensi. Sehinga kenaikan kadar asam urat pada kelompok kontrol bisa terjadi. A. Kesimpulan Ada pengaruh pemberian senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia dengan hiperurisemia pada kelompok intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Ungaran Kabupaten Semarang dengan p-value 0,000 (α = 0,05). Pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan yang signifikan karena tidak diberi perlakuan untuk menurunkan kadar asam urat. Rata- rata kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum diberikan senam ergonomis sebesar 8,2 mg/dl dan sesudah diberikan senam ergonomis sebesar 6,5 mg/dl dengan penurunan sebsear 1,7 mg/dl. Pada kelompok kontrol sebelum diberikan senam ergonomis sebesar 8,4 mg/dl dan sesudah diberikan senam ergonomis sebesar 8,3 mg/dl dengan penurunan sebesar 0,1 mg/dl. Senam ergonomis merupakan kombinasi gerakan teknik pernafasan. Teknik pernafasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung akibat dari naik turunya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh. Sehingga memperlancar pengangkutan sisa pembakaran seperti asam urat oleh plasma darah dari sel ke ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk urine dan feses. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengingat keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan peneliti sebagai berikut : 1. Bagi Lansia dan Masyarakat Menjadikan senam ergonomis sebagai bahan pertimbangan untuk lansia dan masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan senam ergonomis ini untuk menurunkan kadar assam urat dengan cara melakukan gerakan senam ergonomis rutin sebanyak 4 kali dalam seminggu. dengan hiperurisemia. Dan sebaiknya diadakan kegiatan rutin tiap minggu untukmelakukan senam ergonomis. DAFTAR PUSTAKA Apriyanti, (2012). Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Asam Urat. Yogyakarta. Pustaka Baru Press Arisman, (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC. Hal. 93 Azizah, 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang keperawatan gerontik yaitu menjadikan senam ergonomis sebagai terapi komplementer dalam menurunkan kadar asam urat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengingat masih adanya keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif terhadap faktor yang dapat menurunkan atau meningkatkan kadar asam urat seperti asupan makanan, asupan air putih dan terhadap perubahanperubahan yang terjadi ketika melakukan perlakuan dan faktor yang dapat menentukan hasil penelitian dalam menurunkan kadar asam urat pada lansia serta mampu mengatasi hipeurisemia sehingga faktor yang mempengaruhi hiperurisemia bisa dikontrol. 4. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan pihak Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran tentang senam ergonomis dalam menurunkan kadar asam urat pada lansia Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta : Graha Ilmu. Bandiyah, S. (2009).Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Nuha Medika. Dalimartha, S. (2011).Atlas TumbuhanObat Indonesia, Cetakan 1.Jakarta: TrubusAgriwidya. Damayanti, D. (2012). MencegahdanMengobatiAsamU rat. Yogyakarta: Araska. Darmalitha, Setiawan. 2011. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Gibson, J. (2013). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat, Edisi 2. Jakarta: EGC Grober, (2012). Mikronutrien Penyelarasan Metabolik, Pencgahan dan Terapi, Terjemahan oleh Hadinata, A.H. dan Aini, N., Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, 243-244. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik. FKUI Haruyama, Shigeo. (2011). The Miracle of Endorphin. Bandung : Penerbit Kaifa. Herlina.(2013). Penyakit UratKandasBerkat Jakarta: Finedia. Asam Herbal. Journal e-Biomedik (eBM) Volume 1, Nomor 1, Maret 2013,hlm 312-318. Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013,hlm 45 Krisnatuti, dkk. 2008. Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat Jakarta: Penebar Swadaya. Lanny & Lingga.2012.Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Misnadiarly. 2007. Rematik. Asam UratHiperurisemia, Artritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer. Notoadmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik &Geriatrik.Jakarta : EGC. Purwaningsih, Tinah. 2010. Faktor-Faktor Resiko Hiperurisemia Universitas Diponegoro Semarang. Tesis. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta : Badan Litbangkes. Depkes RI. 2013 Sari, Mutia. 2010. Sehat dan Bugar Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Araska Publisher Schmitz, Gery. (2008). FarmakologidanToksikologi. Jakarta: EGC. Soeryoko, H. (2010). 20TanamanObat Paling BerkhasiatPenaklukAsamUrat. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : AlfaBeta. Suiraoka,IP. (2012). PenyakitDegeneratif. Yogyakarta: NuhaMedika Sustarni, L., Alam, S., &Broto, I, H. (2006). AsamUrat. Jakarta: PT. GranediaPustakaUtama. Wratsongko, M. 2006. Senam Ergonomik dan Pijat Getar. Jakarta