pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat

advertisement
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN KADAR
ASAM URAT PADA LANSIA DENGAN HIPERURISEMIA DI UNIT
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG
Esthi Wahyuningsih* Faridah Aini, S.Kp., Ns., M.Kes., Sp.KMB*
Mona Saparwati, S.Kp., Ns., M.Kep
Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas
normal, yaitu lebih dari 7,0 mg/dL pada pria dan lebih dari 6,0 mg/dL pada perempuan.
Angka kejadian hiperurisemia pada lansia makin meningkat sehingga diperlukan tindakan
untuk menurunkan angka kejadian hiperurisemia. Salah satu terapi non farmakologis yang
ditawarkan untuk menurunkan kadar asam urat dengan terapi senam ergonomis. Tujuan
penelitian adalah mengetahui pengaruh senam pengaruh senam ergonomis terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia dengan hiperurisemia.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi experiment design dengan
rancangan pre test-post test control group design, dengan populasi sebanyak 84 orang lansia.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 32
orang yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Instrumen pengambilan data
dengan pemeriksaan kadar asam urat menggunakan GCU 3 in 1. Setelah terkumpul data
dianalisa dengan Uji t test independent dan dependent.
Hasil penelitian ini menunjukkan kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum
diberikan perlakuan adalah 8,2 mg/dl dan sesudah diberikan perlakuan adalah 6,5 mg/dl.
Angka penurunan kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan
sebanyak 1,7 mg/dl. Kadar asam urat pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan
adalah 8,4 mg/dl dan sesudah diberikan perlakuan adalah 8,3 mg/dl. Angka penurunan kadar
asam urat pada kelompok kontrol sebrlum dan sesudah perlakuan sebanyak 0,1 mg/dl. Ada
pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia dengan
hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang denganp-value 0,000< ( =0,05).
Diharapkan senam ergonomis bias dijadikan alternative intervensi untuk
penatalaksanaan hiperurisemia pada lansia.
Kata kunci
: Senamergonomis, Hiperurisemia, Lansia
Daftar Pustaka
: 29 ( 2006- 2015)
ABSTRACT
Hyperuricemia is condition where an increase in blood uric acid levels is above normal,
which is more than 7 mg/dl for men and more than 6 mg/dl for women. The incidence of
hyperuricrmia in elderlies is increasing, so it is necessary to reduce the incidence of
hyperurucemia. One of thenon-pharmacological therapiesisofferedtoreduce uric acid levelsby
doing therapeutic ergonomicgym.The purpose of this study is to analyze the influence of
ergonomic gym to decrease uric acid levels in elderly people with hyperuricemia at Social
Services Unit for Elderly People Wening Wardoyo Ungaran Semarang Regency
This study used a quasy-experiment research design with pre-test-post-test control
group design, with the population of 84 elderlies. Purposivesamplingmethodwas used to get
the samples of 32 people, divided into intervention and control groups. The data instrument
used the examination of uric acid levels using a GCU 3 in 1. After that the collected data
were analyzed by t test independent anddependent.
The results of this study indicate a difference of uric acid levels in the in the
intervention group before being given the treatment is 8,2 mg/dl and after being given the
treatment is 6,5 mg/dl.digit decrease in uric acid levels in the intervention group before and
after being given the treatment is 1,7mg/dl. Difference of uric acid levels in the treatment in
the control group before and after being given the treatment is 0,1 mg/dl. There was an
influence of ergonomic gym toward uric acid levels in elderly people with hyperuricemia at
Social Services Unit for Elderly People Wening Wardoyo Ungaran Semarang Regency pvalue of 0.000 < ( =0.05).
Ergonomic gym therapy can be used as an alternative intervention for managing uric
acid levels of elderly people.
Keywords
: Ergonomic gym, Hyperuricemia, Elderly people
References
: 29 (2006-2015)
PENDAHULUAN
Pada
lanjut
usia
terjadi
kemunduran sel-sel karena proses penuaan
yang menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti peningkatan kadar asam
urat (hiperurisemia).Hal ini disebabkan
oleh menurunnya fungsi kerja ginjal,
sehingga
mengakibatkan
penurunan
ekskresi asam urat dalam tubulus ginjal
dalam bentuk urin. Selain itu, akibat
proses penuaan terjadi penurunan produksi
enzim urikinase sehingga pembuangan
asam urat jadi terhambat. Hiperurisemia
didefinisikan sebagai kadar asam urat
serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki
dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita
(Walker dan Edwar, 2013). Kadar asam
urat pada pria berkisar 3,5-7 mg/dL,
sedangkan pada wanita berkisar 2,6-6
mg/dl (Mutia Sari, 2010).
Prevalensi
hiperurisemia
di
Amerika Serikat sekitar 0,27% sampai
10,3%. Di Indonesia hiperurisemia
mencapai 81% dari populasi. Angka ini
menempatkan Indonesia sebagai negara
yang paling tinggi menderita gangguan
sendi jika dibandingkan dengan negara di
Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia,
Singapura dan Taiwan. Prevalensi
berdasarkan diagnosa nakes tertinggi di
Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa
Barat (17,5%) dan Papua (15,4%).
Hiperurisemia merupakan kondisi
predisposisi untuk gout, yaitu penyakit
yang ditandai dengan pengendapan
monosodium urat (MSU) di sendi dan
jaringan tertentu seperti di sendi-sendi kaki
sehingga
menimbulkan
peradangan
(artritis gout). Penumpukan asam urat di
tubulus ginjal dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan nefron
ginjal
yang
progresif
dan
akan
menimbulkan batu ginjal dan akan
berakhir dengan gagal ginjal kronik. Selain
masalah di atas, hiperurisemia mempunyai
hubungan dengan mortalitas dari berbagai
penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi,
jantung koroner,dan lain-lain (Misnadiarly,
2007).
Obat Allopurinol berguna untuk
mengobati
hipeurisemia
karena
menurunkan kadar asam urat. Pengobatan
jangka panjang mengurangi frekuensi
serangan,menghambat pembentukan batu
asam (tofi), memobilisasi asam urat dan
mengurangi besarnya tofi. Obat ini bekerja
dengan menghambat xanthin okside,
enzim yang mengubah hipoxantin menjadi
xantin dan selanjutnya menjadi asam urat.
Melalui mekanisme umpan balik
allopurinol menghambat sintesis purin
yang
merupakan
prekusor
xantin
(Schmitz,2008). Namun, obat ini memiliki
efek
samping
terutamagangguan
gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri
kepala, serta kerusakan hati dan ginjal juga
pernah
dilaporkan
(Tjya
&
Rahardja,2002). Pada tindakan non
farmakologi dilakukan dengan perubahan
gaya hidup, terapi gizi medis, kebugaran
jasmani (olahraga), edukasi, dan terapi
herbal. Kebugaran jasmani juga sangat
diperlukan untuk mencegah atau menunda
penyakit-penyakit
degeneratif
dan
penyakit kelainan metabolisme seperti
hiperurisemia.
Melakukan
olahraga
harus
memperhatikan
ketentuan-ketentuan
keselamatan lansia, olahraga sebaiknya
dilakukan 3-4 kali dalam satu minggu
dengan latihan minimal 15-45 menit secara
teratur (Wratsongko, 2006). Beberapa
senam yang dapat dilakukan oleh lansia
antra lain, senam 10 menit, senam kegel,
yoga, taichi, dan senam ergonomis.
Beberapa senam yang dapat dilakukan
oleh lansia antra lain, senam 10 menit,
senam kegel, yoga, taichi, senam bugar
lansia dan senam ergonomis.
Senam ergonomis adalah senam
fundamental yang gerakanya sesuai
dengan susunan dan fungsi fisologis tubuh.
Tubuh dengan sendirinya terpelihara
homeostatisnya
(kelenturan
dan
keseimbangannya) sehingga tetap dalam
keadaan bugar. Gerakan- gerakan ini juga
memungkinkan
tubuh
mampu
mengendalikan, menangkal beberapa
penyakit dan gangguan fungsi tubuh
sehingga
tubuh
tetap
sehat
(Wratsongko,2006).
Senam ergonomis merupakan
kombinasi gerakan otot dan teknik
pernafasan. Teknik pernafasan yang
dilakukan secara sadar dan menggunakan
diafragma,
memungkinkan
abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh. Teknik pernafasan tersebut, mampu
memberikan pijatan pada jantung akibat
dari naik turunya diafragma, membuka
sumbatan-sumbatan dan memperlancar
aliran darah ke jantung dan aliran darah ke
seluruh tubuh. Sehingga memperlancar
pengangkutan sisa pembakaran seperti
asam urat oleh plasma darah dari sel ke
ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan
dalam
bentuk
urine
dan
feses
(Wratsongko, 2006).
Hasil penelitian oleh Sagiran,
seorang dokter ahli bedah terhadap 40
mahasiswa kedokteran UGM bahwa
gerakan senam ergonomis (duduk perkasa)
dapat meningkatan kesehatan yang
signifikan
setelah
melakukansenam
ergonomis minimal 20 menit. Selain itu,
setelah melakukan gerakan senam
ergonomis (berbarung pasrah) minimal 10
menit dapat menghasilkan tubuh yang
lentur dan postur tubuh yang bagus.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang peneliti lakukan pada tanggal 14
Oktober 2015 di Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Kabupaten Semarang, peneliti melakukan
wawancara dengan pengurus panti bahwa
jumlah lansia yang tinggal di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Sosial Wening
Wardoyo
Ungaran
Kabupaten
Semarangsaat ini sebanyak 84 lansia dan
di panti tersebut belum pernah dilakukan
pemeriksaan kadar asam urat pada lansia
secara rutin dan lansia belum mengetahui
terapi untuk menurunkan kadar asam urat
selain obat. Sehinggapada tanggal 15
Oktober
2015
peneliti
melakukan
pemeriksaan kadar asam urat terhadap 20
lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut
Sosial
Wening
Wardoyo
Ungaran
Kabupaten Semarang didapatkan data ada
sebanyak 12 lansia Tujuan dilakukan
pengukuran tekanan darah pada kedua
lengan adalah untuk mengetahui gambaran
perbedaan selisih tekanan darah antara
lengan kanan dan lengan kiri pada perokok
aktif dan perokok pasif. Perbedaan selisih
tekanan darah pada kedua lengan (kanan
dan kiri) ini terjadi akibat adanya oklusi
pada arteri subklavia sinistra dan dektra.
Sehingga pengukuran tekanan darah pada
kedua lengan ini perlu untuk dilakukan.
Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan dan bahan
referensi bagi peneliti, masyarakat dan
keperawatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif desain penelitian yang
digunakan adalah rancangan eksperimen semu
(Quasi
Eksperiment),
yaitu
dengan
menggunakan Non Equivalent Control Group
Design).
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi pada penelitian ini di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Sosial Wening
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarangsaat
ini sebanyak 84 lansia
Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya
dengan
cara
mengidentifikasi
semua
karakteristik populasi.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
mengambil sampel sebanyak 32 lansia dimana
kelompok intervensi berjumlah 16 lansia dan
kelompok kontrol berjumlah 16 lansia yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit
Rehabilitasi
Sosial Wardoyo Ungaran
Kabupaten Semarang pada tanggal 20 sampai
25 Januari 2016.
Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam
bentuk penelitian ini adalah “Easy Touch
GCU 3in 1, lembar tabulasi untuk kelompok
intervensi yang terdiri dari kode responden,
tanggal
pengukuran,
waktu/jam,
hasil
pengukuran pre dan post pemberian terapi
senamergonomis.Sedangkan lembaran tabulai
untuk kelompok kontrol terdiri dari kode
responden, tanggal pengukuran, waktu/jam,
hasil pengukuran pre dan post penelitian.
.
Analisa Data
Analisis Univariat
Analisa variabel univariant dalam
penelitian ini yaitu variabel numerik dengan
parameter ukuran pemusatan mean, median,
dan standar deviasi.
Adapun variable yang di analisis
adalah kadar asam urat pada penderita
hiperurisemia kelompok intervensi sebelum
dan sesudah diberikan terapi senam
ergonomis, serta perbedaan kadar asam urat
pada penderita hiperurisemia di Unit
Rehabilitasi
Sosial Wardoyo Ungaran
Kabupaten Semarang
Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan
untuk menguji variabel-variabel penelitian
yaitu variabel independen dengan variabel
dependen.
Hasil
uji
kesetaraan
data
dengan
membandingkan hasil pengukuran pretest pada
masing-masing kelompok dengan uji statistik
t-test independent. Hasil uji t-test independent,
diperoleh nilai t hitung sebesar -0,455 dengan
p-value 0,653
1,29 mg/dl nilai maksimum 11,1 mg/dl
dan minimum 6,9 mg/dl.
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
B. Analisa Bivariat
Kadar Asam Urat Sebelum Dilakukan Senam
Ergonomis pada Lansia Kelompok Intervensi dan
Kontrol
Tabel 4.2
Deskripsi Berdasarkan Kadar Asam Urat
Sebelum Dilakukan Senam Ergonomis pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Lansia
Variabel
Kelompok n
Mean
SD
Min
Max
Kadar
Asam
Urat
Intevensi 16
Kontrol 16
8,2
8,4
1,53
1,34
6,3
6,8
11,7
11,5
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa pada kelompok intervensi sebelum
diberikan senam ergonomis rata- rata
kadar asam urat 8,2 mg/dl dengan standar
deviasi 1,53 mg/dl nilai maksimal 11,7
mg/dl dan nilai minimal 6,3 mg/dl. Pada
kelompok kontrol rata- rata kadar asam
urat sebelum perlakuan 8,4 mg/dl dengan
standar deviasi 1,34 mg/dl nilai maksimal
11,5 mg/dl dan nilai minimal 6,8 mg/dl.
Kadar Asam Urat Sesudah Dilakukan Senam
Ergonomis pada Lansia Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Asam
Urat Sesudah Dilakukan Senam Ergonomis
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada
Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wening Wardoyo Ungaran Semarang
Variabel
Kadar
Asam
Urat
Kelompok
Intervensi
Kontrol
n
16
16
Mean
6,5
8,3
SD
1,15
1,29
Min
4,6
6,9
Max
9,0
11,1
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa pada kelompok intervensi sesudah
diberikan senam ergonomis rata- rat kadar
asam urat 6,5 mg/dl dengan standar deviasi
1,15 mg/dl nilai maksimum 4,6 mg/dl dan
minimum 9,0 mg/dl. Hasil dari kelompok
kontrol sesudah perlakuan rata- rata kadar
asam urat 8,3 mg/dl dengan standar deviasi
Kadar Asam Urat
Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Senam Ergonomis pada Lansia
Kelompok Intervensi
Tabel 4.3
Perbedaan Kadar Asam Urat Lansia Sebelum
dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok
Intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang
Variabel Perlakuan
Kadar
Sebelum
Asam
Sesudah
Urat
n
16
16
Mean
8,2
6,5
Δ
1,7
SD
1,53
1,15
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata
kadar asam urat lansia sebelum diberikan
senam ergonomis sebesar 8,2 mg/dl
kemudian turun menjadi 6,5 mg/dl sesudah
diberikan senam ergonomis dengan
penurunan 1,7 mg/dl.
Berdasarkan
uji
t
dependent,
didapatkan nilai t hitung 8,268 dengan pvalue sebesar 0,0001 ( = 0,05), ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara
bermakna kadar asam urat sebelum dan
sesudah senam ergonomis pada lansia
kelompok intervensi di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo
Ungaran
Kabupaten
Semarang.Ini
menunjukkan bahwa senam ergnomis
terbukti dapat menurunkan kadar asam
urat lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut
UsiaWening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang.
t
p
8,268 0,0001
Kadar Asam Urat
Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Senam Ergonomis pada Lansia
Kelompok Kontrol
Tabel 4.4
Perbedaan Kadar Asam Urat Lansia Sebelum
dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok
Kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten
Semarang
Variabel Perlakuan
Kadar
Sebelum
Asam
Sesudah
Urat
n
16
16
Mean
8,4
8,3
Δ
0,1
SD
1,34
1,29
t
p
0,987 0,339
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui
bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata
kadar asam urat lansia sebelum diberikan
senam ergonomis sebesar 8,4 mg/dl
kemudian turun menjadi 8,3 mg/dl sesudah
diberikan senam ergonomis dengan
penurunan 0,1 mg/dl.
Berdasarkan
uji
t
dependent,
didapatkan nilai t hitung 0,987 dengan pvalue sebesar 0,339 ( = 0,05), ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
secara bermakna kadar asam urat sebelum
dan sesudah senam ergonomis pada lansia
kelompok kontrol di
Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo
Ungaran
Kabupaten
Semarang.Ini
menunjukkan bahwa lansia yang tidak
diberi
perlakuan
tidak
mengalami
perubahan yang signifikan dan cendlansia
yang tidak diberi perlakuan tidak
mengalami perubahan yang signifikan dan
cenderung menetap.
Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar
Asam Urat Pada Lansia Dengan Hiperurisemia
Tabel 4.5
Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar
Asam
Urat
Pada
Lansia
Dengan
Hiperurisemia
di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang
Variabel Kelompok
Kadar
Intervensi
Asam
Kontrol
Urat
n
16
16
Mean
6,5
8,3
Δ
1,8
SD
1,15
1,29
t
p
-4,130 0,0001
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui
bahwa rata-rata kadar asam urat sesudah
diberikan
senam
ergonomis
pada
kelompok intervensi sebesar 6,5 mg/dl,
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
8,3 mg/dl dengan penurunan 1,8 mg/dl.
Berdasarkan uji t independen,
didapatkan nilai t hitung -4,130 dengan pvalue 0,0001 < ( = 0,05), ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara
bermakna kadar asam urat sesudah
diberikan senam ergonomis antara
kelompok intervensi dan kontrol pada
lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut
Usia
Wening
Wardoyo
Ungaran
Kabupaten Semarang. Berdasarkan hal ini
juga menunjukkan bahwa ada pengaruh
secara bermakna senam ergonomis
terhadap kadar asam urat lansia di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1.
Gambaran Kadar Asam Urat
Sebelum Diberikan Terapi Senam
Ergonomis pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol di Unit Pelayanan Sosial
Wening Wardoyo Ungaran.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
kadar asam urat sebelum diberikan senam
ergonomis pada kelompok intervensi
dengan responden yang berjumlah 16
orang didapatkan rata-rata kadar asam urat
responden kelompok intervensi sebesar 8,2
mg/dl. Sedangkan responden kelompok
kontrol yang sebelum diberikan perlakuan
rata-rata kadar asam urat sebesar 8,4
mg/dl.
Rata- rata kadar asam urat sebelum
diberikan perlakuan pada kedua kelompok
didapatkan rata-rata perbedaan kadar asam
urat yang tidak bermakna atau berada
dalam klasifikasi hiperurisemia. Dapat
diartikan bahwa pada kelompok intervensi
maupun kelompok kontrol yang tinggal di
Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening
Wardoyo
mengalami
hiperurisemia.
Hiperurisemia didefinisikan sebagai kadar
asam urat serum lebih dari 7 mg/dL pada
laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada
wanita. Hipaerurisemia adalah konsentrasi
monosodium urat dalam plasma yang
melebihi batas kelarutan yaitu lebih dar 7
mg/dL.
Purin yang berasal dari katabolisme
asam nukleat dalam diet diubah menjadi
asam urat secara langsung. Pada pH
normal asam urat dalam bentuk
monosodium urat banyak terdapat dalam
darah. Kadar asam urat mulai meninggi
selama pubertas pada laki-laki tetapi
wanita tetap rendah sampai menopause
akibat penurunan produksi hormon
estrogen. Dalam tubuh manusia terdapat
enzim asam urat okidase atau urikase yang
akan mengoksidasi asam urat menjadi
alantonin.
Defisiensi
urikase
akan
mengakibatkan tingginya kadar asam urat
dalam serum. Peningkatan produksi asam
urat dalam darah dan penurunan ekskresi
(pengeluaran) asam urat dari dalam tubuh
melalui urine akan mengakibatkan
hiperurisemia.
Sesuai
dengan
teori
menurut
Damayanti (2012), ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi meningkatnya
kadar
asam
urat
darah
seperti
mengkonsumsi
makanan
yang
mengandung tinggi purin, dimana purin
didalam tubuh akan dimetabolime oleh
enzim xanthin oksidase sehingga produksi
asam urat di dalam tubuh meningkat
dimana enzim xanthin oksidase di dalam
tubuh
berfungsi
untuk
mengubah
hipoxantin,
menjadi
xanthin
dan
selanjutnya menjadi asam urat.Menurut
pendapat
yang
dikemukakan
oleh
Krisnatuti (2008), yang mengatakan bahwa
penybab hiperurisemia adalah gangguan
metabolisme sejak lahir. Selain itu, kadar
asam urat juga tergantung pada beberapa
faktor salah satunya yaitu faktor usia.
Dalam Journal of Nutrition College,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 memuat
bahwa penelitian di Taiwan pada tahun
2005-2008
menunjukan
bahwa
peningkatan kejadian hiperuriemia pada
lansia sebesar 19,7%. Meningkatnya angka
kejadian hiperurisemia pada lansia
dipengaruhi oleh faktor usia. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya fungsi kerja
ginjal, sehingga mengakibatkan penurunan
ekskresi asam urat dalam tubulus ginjal
dalam bentuk urin. Selain itu, akibat
proses penuaan terjadi penurunan produksi
enzim urikinase sehingga pembuangan
asam urat jadi terhambat. Selain itu, pada
wanita dengan usia menopouse kadar asam
urat semakin meningkat karena penurunan
hormon ekstrogen.
2.
Gambaran Kadar Asam Urat
Lansia Sesudah Diberikan Terapi
Senam Ergonomis pada Kelompok
Intervensi di Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Lansia Wening Wardoyo.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
penderita hiperurisemia sesudah diberikan
senam
ergonomis
pada
kelompok
intervensi dengan responden yang
berjumlah 16 orang didapatkan rata-rata
kadar asam urat lansia kelompok
intervensi sebesar 6,5 mg/dl.
Data tersebut menunjukkan bahwa ada
penurunan kadar asam urat yang signifikan
kadar asam urat pada penderita
hiperurisemia pada kelompok intervensi
yaitu kelompok yang diberikan senam
ergonomis, dimana sesudah melakukan
senam ergonomis didapatkan rata-rata
kadar asam urat sebesar 6,5 mg/dl yang
sebelumnya didapatkan hasil rata-rata
kadar sam urat sebesar 8,2 mg/dl.
Senam ergonomis adalah senam
fundamental yang gerakanya sesuai
dengan susunan dan fungsi fisologis
tubuh.Tubuh dengan sendirinya terpelihara
homeostatisnya
(kelenturan
dan
keseimbangannya) sehingga tetap dalam
keadaan bugar.Gerakan- gerakan ini juga
memungkinkan
tubuh
mampu
mengendalikan, menangkal beberapa
penyakit dan gangguan fungsi tubuh
sehingga
tubuh
tetap
sehat.Senam
ergonomis merupakan kombinasi gerakan
teknik
pernafasan.Teknik
pernafasan
tersebut, mampu memberikan pijatan pada
jantung akibat dari naik turunya diafragma,
membuka
sumbatan-sumbatan
dan
memperlancar aliran darah ke jantung dan
aliran darah ke seluruh tubuh.Sehingga
memperlancar
pengangkutan
sisa
pembakaran seperti asam urat oleh plasma
darah dari sel ke ginjal dan usus besar
untuk dikeluarkan dalam bentuk urine dan
feses.
Melalui senam ergonomis, lansia yang
mengalami hiprurisemia dilatih untuk
melakukan olah nafas, untuk melancarkan
peredaran darah dan stimulasi saraf, serta
merangsang penurunan ketiga hormone
(endorphin),
senam
ergonomis
menstimulasi
pengeluaran
hormone
endorphin.Endorphin adalah neuropeptide
yang dihasilkan tubuh pada saat
relak/tenang. Endorphin dihasilkan otak
dan susunan saraf tulang belakang, hormon
endorphin akan keluar dan di tangkap oleh
reseptor di dalam hypothalamus dan sistem
limbik.
Hormone ini dapat berfungsi sebagai
obat penenang alami yang melahirkan rasa
nyaman dan pengatur emosi sehingga
dapat menghilangkan stress.Akibat proses
penuaan atau stress, mengakibatkan enzim
urikinase terganggu, sehingga terjadi
hambatan pembuangan asam
urat
sehingga kadar asam urat akan naik dalam
darah. Di dalam usus, terdapat enzim
urikinase untuk mengoksidasi asam urat
akan dipecah menjadi CO₂ dan amonia
(NH₃) dan kemudian dikeluarkan dalam
bentuk feses.
3.
Gambaran Kadar Asam Urat
Lansia Sesudah Diberikan Perlakuan
pada Kelompok Kontrol di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Lansia
Wening Wardoyo.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
penderita hiperurisemia sesudah diberikan
senam
ergonomis
pada
kelompok
kontroltidak memiliki perbedaan yang
bermakna yaitu pada awal penelitian
didapatkan rata-rata kadar asam urat
sebesar 8,4 mg/dl dan pada akhir
penelitian sebesar 8,3 mg/dl. Hal ini
disebabkan karena responden pada
kelompok kontrol ada yang tidak dapat
mengendalikan
faktor
yang
dapat
meningkatkan dan menurunkan kadar
asam urat pada penderita hiperurisemia.
Faktor
yang
dapat
mempengaruhi
hiperurisemia adalah asupan makanan,
jenis kelamin, berat badan, faktor usia,
konsumsi alkohol, dan komsumsi air putih.
New England Journal of Medicine
dalam Apriyanti (2012) memuat bahwa
penelitian tentang konsumsi makanan kaya
purin dan resiko penyakit asam urat pada
pria, penelitian tersebut dilakukan selama
12 tahun terhadap populasi kesehatan pria
di Amerika Serikat, berusia 40-74 tahun.
Kemudian
dilakukan
pemeriksaan
terhadap hubungan antara faktor risiko diet
dan kasus munculnya penyakit asam urat
baru,
peneliti
menemukan
adanya
peningkatan risiko asam urat ketika
responden mengkonsumsi seafood dalam
jumlah banyak.Seafood merupakan salah
satu makanan yang mengandung tinggi
purin.
B. Analisa Bivariat
1.
Perbedaan Kadar Asam Urat
pada Lansia Sebelum dan Sesudah
Diberikan Senam Ergonomis pada
Kelompok
Intervensi
di
Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wning
Wardoyo Ungaran.
Pada kelompok intervensi dapat
diketahui bahwa rata-rata skor kadar asam
urat responden sebelum melakukan senam
ergonomis sebesar 8,2 mg/dl, kemudian
setelah melakukan
senam ergonomis
berkurang menjadi 6,5mg/dl. berdasarkan
hasi uji t-test dependent didapatkan bahwa
p-value 0,000<(α=0,05) yang berarti
bahwa ada perbedaan yang signifikan
kadar asam urat lansia sebelum dan
sesudah diberikan senam ergonomis di
Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wning
Wardoyo Ungaran.
Penelitian yang akan dilakukan
peneliti dengan cara pemberian senam
ergonomis sebanyak 4 kali dalam
seminggu
pada
lansia
penderita
hiperurisemia di Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Wning Wardoyo Ungaran.
Setelah diberikan senam ergonomis selama
4 kali dalam seminggu, kelompok
intervensi mengalami penurunan kadar
asam urat dan ada perbedaan kadar aam
urat antara sebelum dan sesudah
pemberian senam ergonomis pada lansia
dengan hiperurisemia di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wning Wardoyo
Ungaran.
Senam
ergonomis
merupakan
kombinasi gerakan otot dan teknik
pernafasan.Teknik
pernafasan
yang
dilakukan secara sadar dan menggunakan
diafragma,
memungkinkan
abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh.Teknik pernafasan tersebut, mampu
memberikan pijatan pada jantung akibat
dari naik turunya diafragma, membuka
sumbatan-sumbatan dan memperlancar
aliran darah ke jantung dan aliran darah ke
seluruh tubuh. Sehingga memperlancar
pengangkutan sisa pembakaran seperti
asam urat oleh plasma darah dari sel ke
ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan
dalam bentuk urine dan feses.
Peredaran
darah
lancar
akan
menstimulasi saraf, serta merangsang
penurunan ketiga hormone (endorphin),
senam
ergonomis
menstimulasi
pengeluaran hormone endorphin. Hormone
ini dapat berfungsi sebagai obat penenang
alami yang melahirkan rasa nyaman dan
pengatur
emosi
sehingga
dapat
menghilangkan stress. Akibat proses
penuaan atau stress, mengakibatkan enzim
urikinase terganggu, sehingga terjadi
hambatan pembuangan asam
urat
sehingga kadar asam urat akan naik dalam
darah. Di dalam usus, terdapat enzim
urikinase untuk mengoksidasi asam urat
akan dipecah menjadi CO₂ dan amonia
(NH₃) dan kemudian dikeluarkan dalam
bentuk feses.
2.
Perbedaan Kadar Asam Urat
Pada Lansia Sebelum dan Sesudah
Diberikan Perlakuan pada Kelompok
Kontrol di Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Wening Wardoyo.
Pada kelompok kontrol rata-rata kadar
asam urat responden sebelum perlakuan
sebesar 8,4 mg/dl, kemudian sedikit
berubah menjadi 8,3mg/dl. Hasil uji t-tes
dependent didapatkan bahwa p-value
0,339>(α=0,05) yang berarti bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna kadar asam
urat lansia sebelum dan sesudah perlakuan
pada kelompok kontrol di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo
Ungaran. Pada kelompok kontrol yang
menderita hiperurisemia di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo
Ungaran tidak diberi perlakuan karena
hanya sebagai pembanding.
Asam urat bersumber dari hasil
metabolisme asam nukleat (DNA,RNA)
atau senyawa purin yang sudah tidak dapat
dimanfaatkan tubuh, oleh karena itu harus
dibuang, selain itu asam urat juga
merupakan hasil metabolisme dari
makanan yang banyak mengandung purin.
Pada keadaan hiperurisemia, darah tidak
lagi menampng asam urat sehingga terjadi
pengendapan kristal urat di berbagai organ
seperti sendi dan ginjal (Dalimartha,
2012).Asam urat terbentuk sebagai akibat
dari metabolisme (pemecahan) purin, salah
satu basa nitrogen yang terdapat pada
DNA. Purin awalnya diurai menjadi
hipoxantin. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
xanti oxidase hingga menjadi asam urat
(Krisnatuti, 2008).
Hiperurisemia
mengakibatkan
defisiensi kristal natrium urat dalam
jaringan, terutama pada ginjal dan sendi.
Hiperurisemia tidak selalu menyebabkan
gout tetapi gout selalu didahului dengan
hiperurisemia. Penyebab hiperurisemia
selalu diproduksi asam urat yang
berlebihan yang b4rhubungan dngan
kemampuan
penderita
untuk
mengekskresikannya. Kebanyakan strategi
pengobatan gout adalah menurunkan kadar
asam urat sampai di bawah titik jenuh
dengan demikian mencegah disposisi
kristal urat ( Richard, 2011).
3.
Pengaruh Pemberian Senam
Ergonomis
Terhadap
Penurunan
Kadar Asam Urat
pada Lansia
Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol di Unit Pelyanan Sosial
Lanjut
Usia
Wening
Wardoyo
Ungaran.
Rata-rata kadar asam urat pada lansia
kelompok intervensi di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo
Ungaran
setelah
diberikan
senam
ergonomis sebesar 6,5 mg/dl. Sedangkan
rata-rata kadar asam urat pada lansia
kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran
sebesar 8,3 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
setelah pemberian senam ergonomis, skor
kadar asam urat pada lansia kelompok
intervensi
mengalami
penurunan
dibandingkan kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan.
Hasil uji t-test independent didapatkan
bahwa p value sebesar 0,000<(α=0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan pemberian
senam ergonomis terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening
Wardoyo Ungaran.
Menurut Walker dan Edwar (2013,
pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel
karena proses penuaan yang menimbulkan
berbagai
macam
penyakit
seperti
peningkatan
kadar
asam
urat
(hiperurisemia). Hal ini disebabkan oleh
menurunnya fungsi kerja ginjal, sehingga
mengakibatkan penurunan ekskresi asam
urat dalam tubulus ginjal dalam bentuk
urin. Selain itu, akibat proses penuaan
terjadi
penurunan
produksi
enzim
urikinase sehingga pembuangan asam urat
jadi
terhambat.
Hiperurisemia
didefinisikan sebagai kadar asam urat
serum lebih dari 7 mg/dL pada laki-laki
dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita.
Menurut Grober (2012), olahraga
yang
teratur
memperbaiki
kondisi
kekuatan dan kelenturan sendi serta
memeperkecil resiko terjadinya kerusakan
sendi
akibat
radang
sendi.Latihan
ketahanan atau olahraga dengan intensitas
sedang dan terkontrol (3 x 40-45
menit/minggu)
dapat
meningkatakan
imunokompetensi
dan
pembakaran
lemak,pembakaran asam urat, mengurangi
stres dan kelebihan berat badan, serta
memperbaiki efisiensi jantung, toleransi
glukosa, rsistensi insulin, dan aliran darah.
Salah satu olahraga yang dapat dilakukan
adalah senam ergonomis.
Senam
ergonomis
merupakan
kombinasi gerakan otot dan teknik
pernafasan.Teknik
pernafasan
yang
dilakukan secara sadar dan menggunakan
diafragma,
memungkinkan
abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang
penuh.Teknik pernafasan tersebut, mampu
memberikan pijatan pada jantung akibat
dari naik turunya diafragma, membuka
sumbatan-sumbatan dan memperlancar
aliran darah ke jantung dan aliran darah ke
seluruh tubuh. Sehingga memperlancar
pengangkutan sisa pembakaran seperti
asam urat oleh plasma darah dari sel ke
ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan
dalam bentuk urine dan feses.
Peredaran darah lancar akan stimulasi
saraf, serta merangsang penurunan ketiga
hormone (endorphin), senam ergonomis
menstimulasi
pengeluaran
hormone
endorphin. Hormone ini dapat berfungsi
sebagai obat penenang alami yang
melahirkan rasa nyaman dan pengatur
emosi sehingga dapat menghilangkan
stress. Akibat proses penuaan atau stress,
mengakibatkan enzim urikinase terganggu,
sehingga terjadi hambatan pembuangan
asam urat sehingga kadar asam urat akan
naik dalam darah. Di dalam usus, terdapat
enzim urikinase untuk mengoksidasi asam
urat akan dipecah menjadi CO₂ dan
amonia (NH₃) dan kemudian dikeluarkan
dalam bentuk feses.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Norwinda, N (2014) tentang pengaruh
senam ergonomis terhadap penurunan
tingkat depresi.Penelitian menunjukan
bahwa
senam
ergonomis
dapat
menurunkan tingkat depresi. Bredasarkan
hasil penelitian skor depresi sesudah
melakukan senam ergonomis pada 17
responden kelompok intervensi berubah
menjadi 8 orang depresi ringan, 7 orang
depresi sedang, dan 2 orang normal. Hal
ini terjadi Latihan meningkatkan pelepasan
opioid endogen yang menciptakan
perasaan
sejahtera
(McCubbin
&
McCubbin, 1993 dalam Potter & perry,
2005).
Melalui
senam
ergonomis,
responden yang mengalami depresi dilatih
untuk melakukan olah nafas, melancarkan
darah dan stimulasi syaraf, serta
merangsang pelepasan hormon (endorfin,
opioid endogen) hormone ini dikenal
sebagai hormone penenang.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya memiliki
keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat
melakukan pengawasan secara intensif
terhadap faktor yang dapat menurunkan
atau meningkatkan kadar asam urat seperti
asupan makanan, asupan air putih. Peneliti
juga tidak melakukan upaya untuk
mengkontrol penurunan kadar asam urat
pada kelompok kontrol dan tidak
melakukan
pengawasan
terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi selama
perlakuan pada kelompok intervensi.
Sehinga kenaikan kadar asam urat pada
kelompok kontrol bisa terjadi.
A. Kesimpulan
Ada pengaruh pemberian senam
ergonomis terhadap penurunan kadar asam
urat pada lansia dengan hiperurisemia pada
kelompok intervensi di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Ungaran Kabupaten
Semarang dengan p-value 0,000 (α =
0,05). Pada kelompok kontrol tidak
mengalami penurunan yang signifikan
karena tidak diberi perlakuan untuk
menurunkan kadar asam urat. Rata- rata
kadar asam urat pada kelompok intervensi
sebelum diberikan senam ergonomis
sebesar 8,2 mg/dl dan sesudah diberikan
senam ergonomis sebesar 6,5 mg/dl
dengan penurunan sebsear 1,7 mg/dl. Pada
kelompok kontrol sebelum diberikan
senam ergonomis sebesar 8,4 mg/dl dan
sesudah diberikan senam ergonomis
sebesar 8,3 mg/dl dengan penurunan
sebesar 0,1 mg/dl.
Senam
ergonomis
merupakan
kombinasi gerakan teknik pernafasan.
Teknik pernafasan tersebut, mampu
memberikan pijatan pada jantung akibat
dari naik turunya diafragma, membuka
sumbatan-sumbatan dan memperlancar
aliran darah ke jantung dan aliran darah ke
seluruh tubuh. Sehingga memperlancar
pengangkutan sisa pembakaran seperti
asam urat oleh plasma darah dari sel ke
ginjal dan usus besar untuk dikeluarkan
dalam bentuk urine dan feses.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilakukan
dan
mengingat
keterbatasan peneliti dalam penelitian ini,
maka ada beberapa saran yang perlu
disampaikan peneliti sebagai berikut :
1.
Bagi Lansia dan Masyarakat
Menjadikan senam ergonomis sebagai
bahan pertimbangan untuk lansia dan
masyarakat
diharapkan
dapat
memanfaatkan senam ergonomis ini untuk
menurunkan kadar assam urat dengan cara
melakukan gerakan senam ergonomis rutin
sebanyak 4 kali dalam seminggu.
dengan hiperurisemia. Dan sebaiknya
diadakan kegiatan rutin tiap minggu
untukmelakukan senam ergonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, (2012). Meracik Sendiri Obat &
Menu Sehat Bagi Penderita
Asam Urat. Yogyakarta. Pustaka
Baru Press
Arisman, (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi
Keracunan Makanan. Jakarta:
EGC. Hal. 93
Azizah,
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan tentang keperawatan gerontik
yaitu menjadikan senam ergonomis
sebagai terapi komplementer dalam
menurunkan kadar asam urat.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Mengingat masih adanya keterbatasan
dari penelitian yang telah dilakukan, maka
diharapkan kepada peneliti selanjutnya
dapat melakukan pengawasan yang lebih
intensif terhadap faktor yang dapat
menurunkan atau meningkatkan kadar
asam urat seperti asupan makanan, asupan
air putih dan terhadap perubahanperubahan yang terjadi ketika melakukan
perlakuan dan faktor yang dapat
menentukan hasil penelitian dalam
menurunkan kadar asam urat pada lansia
serta mampu mengatasi hipeurisemia
sehingga faktor yang mempengaruhi
hiperurisemia bisa dikontrol.
4. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat meningkatkan
pengetahuan pihak Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran
tentang senam ergonomis dalam
menurunkan kadar asam urat pada lansia
Lilik
Ma’rifatul.
(2011).
Keperawatan
Lanjut
Usia.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bandiyah, S. (2009).Lanjut Usia dan
Keperawatan
Gerontik.Yogyakarta : Nuha
Medika.
Dalimartha,
S.
(2011).Atlas
TumbuhanObat
Indonesia,
Cetakan
1.Jakarta:
TrubusAgriwidya.
Damayanti,
D.
(2012).
MencegahdanMengobatiAsamU
rat. Yogyakarta: Araska.
Darmalitha, Setiawan. 2011. Resep
Tumbuhan Obat Untuk Asam
Urat Edisi Revisi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gibson, J. (2013). Fisiologi dan Anatomi
Modern untuk Perawat, Edisi
2. Jakarta: EGC
Grober,
(2012).
Mikronutrien
Penyelarasan
Metabolik,
Pencgahan
dan
Terapi,
Terjemahan oleh Hadinata,
A.H. dan Aini, N., Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta
Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan
Terapi Edisi 5, 243-244.
Jakarta:
Departemen
Farmakologi dan Terapeutik.
FKUI
Haruyama, Shigeo. (2011). The Miracle of
Endorphin. Bandung : Penerbit
Kaifa.
Herlina.(2013).
Penyakit
UratKandasBerkat
Jakarta: Finedia.
Asam
Herbal.
Journal e-Biomedik (eBM) Volume 1,
Nomor 1, Maret 2013,hlm
312-318.
Journal of Nutrition College, Volume 2,
Nomor 1, Tahun 2013,hlm 45
Krisnatuti, dkk. 2008. Perencanaan Menu
Untuk Penderita Gangguan
Asam Urat Jakarta: Penebar
Swadaya.
Lanny & Lingga.2012.Bebas Penyakit
Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Misnadiarly. 2007. Rematik. Asam UratHiperurisemia, Artritis Gout.
Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Notoadmodjo.
(2012).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan
Gerontik &Geriatrik.Jakarta :
EGC.
Purwaningsih, Tinah. 2010. Faktor-Faktor
Resiko
Hiperurisemia
Universitas
Diponegoro
Semarang. Tesis.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Pedoman
Pewawancara
Petugas Pengumpul Data.
Jakarta : Badan Litbangkes.
Depkes RI. 2013
Sari, Mutia. 2010. Sehat dan Bugar Tanpa
Asam
Urat.
Yogyakarta:
Araska Publisher
Schmitz,
Gery.
(2008).
FarmakologidanToksikologi.
Jakarta: EGC.
Soeryoko, H. (2010). 20TanamanObat
Paling
BerkhasiatPenaklukAsamUrat.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sugiyono.
(2015). Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : AlfaBeta.
Suiraoka,IP. (2012). PenyakitDegeneratif.
Yogyakarta: NuhaMedika
Sustarni, L., Alam, S., &Broto, I, H.
(2006). AsamUrat. Jakarta: PT.
GranediaPustakaUtama.
Wratsongko, M. 2006. Senam Ergonomik
dan Pijat Getar. Jakarta
Download