SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun) 1. Mengetahui penyebab penyakit Malaria 2. Mengetahui penular penyakit Malaria 3. Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular penyakit Malaria 4. Mengetahui perilaku nyamuk penular penyakit Malaria 5. Mengetahui tempat perkembang biakan nyamuk penular penyakit Malaria II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun) 1. Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan penyakit Malaria untuk Pramuka Siaga 2. Mengetahui cara penularan penyakit Malaria 3. Mengetahui tanda/gejala penyakit Malaria 4. Mengetahui cara pencegahan penyakit Malaria 5. Mengetahui cara pemberantasan tempat perindukan nyamuk 6. Mampu melakukan pemberantasan tempat perindukan nyamuk di lingkungan sekolah dan rumah 7. Mengetahui ciri-ciri telur, jentik nyamuk penular penyakit Malaria III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun) 1. Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan penyakit Malaria untuk Pramuka Penggalang 2. Mampu menjelaskan penyebab penyakit Malaria 3. Mampu menjelaskan cara penularan penyakit Malaria 4. Mampu menjelaskan tanda/gejala penyakit Malaria 5. Mampu menjelaskan cara pencegahan penyakit Malaria 6. Mampu menjelaskan akibat penyakit Malaria 7. Mampu menemukan kasus demam di daerah endemis Malaria sebagai kasus tersangkapenyakit Malaria 8. Mampu mengajak penderita untuk mencari pengobatan di sarana pelayanan kesehatan 9. Mengetahui Jenis Obat Anti Malaria yang digunakan IV. PRAMUKA PANDEGA ( 21– 25 Tahun) 1. Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan penyakit Malaria untuk Pramuka Penegak 2. Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan masyarakat tentang pengendalian Malaria MATERI SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun) 1. Penyebab penyakit Malaria adalah parasit Plasmodium, 2. Penular penyakit Malaria adalah nyamuk Anopheles betina 3. Ciri-ciri nyamuk penular Malaria Gambar Nyamuk Anopheles Betina 4. Perilaku nyamuk Anopheles : • Tempat hinggap atau istirahat : suka di luar rumah dan di dalam rumah • Tempat menggigit : suka di luar rumah dan di dalam rumah • Obyek yang digigit : manusia dan hewan : sapi, kerbau, kambing dll • Waktu menggigit : mulai senja sampai fajar 5. Tempat perkembangbiakan nyamuk penular Malaria : Tempat perkembangbiakan utama Anopheles adalah tempat-tempat berupa genangan air maupun yang mengalir perlahan. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah di luar rumah, seperti selokan yang tersumbat, rawa, danau dan lagun. II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun) 1. Cara Penularan Malaria: Orang Sakit Nyamuk Orang sehat Orang sakit Penularan yang lain : - Malaria bawaan, terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita - Secara mekanik, penularan melalui transfusi darah atau jarum suntik. malaria. 2. Tanda/gejala Malaria Demam berkala (Trias Malaria) : Dingin/menggigil (15 - 60 menit), Panas (1 - 2 jam) dan Berkeringat Sakit kepala Mual & muntah, nyeri ulu hati 3. Cara pencegahan Malaria a. Hindarilah gigitan nyamuk dengan cara: Tidur memakai kelambu berinsektisida Menggunakan kassa atau kawat nyamuk untuk menutup lubang-lubang ventilasi rumah Menggunakan obat anti nyamuk oles/repellent Menggunakan obat nyamuk bakar Menyemprot kamar dengan obat semprot nyamuk Tidak berada di luar setelah hari gelap atau menggunakan penutup seperti baju lengan panjang b. Membunuh jentik nyamuk dengan menggunakan obat pembunuh jentik, menebar ikan pemakan jentik serta menimbun atau mengalirkan genangan air Gambar ikan pemakan jentik nyamuk Malaria 4. Ciri-ciri telur, jentik dan nyamuk penular Malaria Gambar Telur nyamuk Anopheles Jentik nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles Betina III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun) 1. Penyebab Malaria Makluk kecil (parasit) yang disebut Plasmodium yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Plasmamodium adalah parasit yang hidupnya merusak dan memakan sel-sel darah merah Ada 4 macam Plasmodium , yaitu: a. Plasmodium falciparum (malaria tropika) b. Plasmodium vivax (malaria tertiana) c. Plasmodium malariae (malaria kuartana) d. Plasmodium ovale (jarang, umumnya di Afrika) 2. Penjelasan Penularan Malaria Selain jenis gigitan nyamuk, parasit malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah yang mengandung parasit atau ditularkan pada janin oleh ibu yang menderita malaria, Nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria adalah jenis betina saja, karena untuk dapat bertelur membutuhkan darah, sedangkan nyamuk jantan hanya makan cairan gula yang berasal dari bunga dan tidak menggigit manusia maupun hewan. Darah yang diperlukan nyamuk betina dapat berasal dari manusia maupun hewan. Gambar Siklus Penularan 3. Tanda/Gejala Malaria a. Demam menggigil yang berkala disertai sakit kepala b. Penderita pucat karena kurang darah c. Badan merasa lemah d. Mengingat gejala pokok penyakit malaria berupa demam, sulit dibedakan dengan gejala demam pada penyakit lainnya, maka untuk menentukan penyakit malaria, darahnya perlu diperiksa di bawah mikroskop. e. Dengan pemeriksaan darah ini, diketahui jenis parasitnya, lalu dapat ditentukan pengobatan yang tepat sehingga sembuh sempurna dan tidak kambuh Gambar orang dengan gejala Malaria 4. Cara Pencegahan Malaria a. Hindari gigitan nyamuk dengan cara: • Tidur di dalam kelambu berinsektisida Gambar kelambu berinsektisida • Membakar obat pengusir nyamuk atau menyemprot kamar dengan obat semprot • Tidak berada di luar rumah setelah hari gelap • Menjauhkan kandang ternak dari tempat tinggal • Memasang kawat kasa pada lubang angin rumah dan jendela. b. Membunuh nyamuk • Nyamuk dewasa dengan obat semprot. Menyemprot dinding rumah bagian dalam dengan racun serangga, misalnya DDT atau Fenitrothion. • Hanya dinding bagian dalam yang disemprot racun, karena nyamuk yang masuk rumah akan hinggap di dinding. Racun akan masuk ke dalam tubuh nyamuk sewaktu nyamuk hinggap di dinding. • Nyamuk anopheles akan mati dengan cara ini dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak sempat menularkan penyakit malaria kepada orang lain. Gambar penyemprotan dinding dalam rumah c. Membasmi Jentik • Membunuh jentik nyamuk dengan obat pembasmi jentik, menebarkan ikan pemakan jentik dan menghilangkan/mengurangi genangan air dengan cara menimbun atau mengalirkan airnya. d. Minum obat anti malaria – Sebagai pencegahan – Sebagai pengobatan saat sakit dan sudah dilkukan pemeriksaan darah, pasien yang diduga sakit Malaria harus dilakukan pemeriksaan darah sebelum diberikan obat anti malaria. Contoh obat anti Malaria : ACT (Artemisinin Combination Therapy), Kina dan Primakuin. - Obat untuk kedua keperluan tersebut di atas selalu tersedia di Puskesmas. Gambar Obat Anti Malaria e. Akibat Malaria • Menyebabkan kekurangan darah pada penderita malaria karena sel-sel darah merah banyak yang hancur karena dirusak/dimakan oleh Plasmodium. • Akibat kurang darah akan menyebabkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terkena infeksi lain dan daya kerja kurang. Dan pertumbuhan otak pada anak-anak terhambat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan dengan akibat anak-anak menjadi bodoh. • Pada ibu hamil penyakit malaria dapat menyebabkan keguguran.Pada penderita penyakit malaria tropika yang berat dan tidak diobati, pembuluh darah otaknya dapat tersumbat, sehingga dapat menyebabkan kematian atau menjadi gila. IV. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Di samping mendapat SKK dan melatih adik Pramuka atau anggota masyarakat, maka perlu ditambah pengetahuan sebagai berikut: 1. Siklus Parasit Malaria dalam Tubuh Manusia dan dalam Tubuh Nyamuk. a. Dalam tubuh manusia 1). Perkembangan dalam jaringan : Parasit yang berasal dari nyamuk (disebut:Sporozoit) masuk ke dalam sel-sel jaringan hati untuk tumbuh menjadi sizon jaringan yang kemudian menjadi merozit yang menyebar dalam peredaran darah. Sebagian merozoit jaringan pada Plasmodium vivax dapat bertahan dalam hati dan menyebabkan penyakit malaria menahun (sering kambuh) 2). Perkembangan dalam peredaran darah : a). Dalam sel-sel darah merah : Parasit yang berasal dari hati (merozoit jaringan) kemudian menyerang dan memakan sel-sel darah merah sambil berkembang biak di dalam selsel tersebut, yang disebut bentuk Skizon. Skizon kemudian pecah dan menghasilkan merozoit eritrositer yang akan kembali menyerang sel-sel darah merah lainnya. Siklus ini terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan banyak sel-sel darah merah yang rusak, menyebabkan penderita menjadi pucat dan lemah. Pada waktu sel darah merah pecah mengeluarkan merozoid, timbulah serangan demam pada diri penderita. Serangan demam tersebut terjadi secara berkala (lihat grafik 1). GAMBAR / GRAFIK Limpa membengkak karena harus bekerja lebih keras mengganti sel-sel darah merah dan membersihkannya. b). Di luar sel-sel darah merah Sebagian dari merozoit darah berkembang menjadio gametosit jantan dan betina (keduanya disebut bentuk seksual). b. Dalam tubuh nyamuk. Gametosit jantan dan betina yang terhisap melalui nyamuk, kemudian bersatu dan berkembang menjadi Ookinet. Ookinet kemudian menerobos dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi Ookista, yang akan menghasilkan ribuan sporozoit. Sporozoit-sporozoit tersebut kemudian bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk dan siap ditularkan melalui gigitan berikutnya. Siklus Parasit Malaria. Dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Dalam tubuh nyamuk b. Gametotosit c. Ookinet d. Ookista Dalam tubuh manusia: e. Sporozoit f. Merozoit jaringan g. Merozoit eritrositer h. Sizon 1. Pengobatan Malaria Karena siklus hidup parasit malaria terdiri dari beberapa tahap/bentuk, maka diperlukan obat yang berlainan sesuai denagn tahapan/bentuk parasitnya. Penyakit malaria yang menahun yang disebabkan oleh plasmodium vivax akan lebih sulit diobati karena parasitnya dapat bersembunyi di dalam hati Dikenal 3 macam pengobatan malaria: a. Pengobatan profilaksis Diberikan sebagai cara untuk mencegah berkembang biaknya parasit sebagai akibat dari penularan pertama kali. 1). Obat diminum setiap hari sekali satu tablet. 2). Obat mulai diminum seminggu sebelum masuk daerah malaria dan diteruskan sampai 2 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. 3). Jenis obatnya adalah doksisiklin yang setiap tabletnya berisi 100 mg. b. Pengobatan malaria klinis Diberikan kepada penderita tersangka malaria yang diagnosanya berdasarkan gejala klinis, yaitu: 1) Malaria akut (diagnosa oleh petugas kesehatan/kader): Demam menggigil yang berkala dan sakit kepala Penderita demam yang ditemukan di daerah non endemis dengan riwayat kunjungan ke daerah malaria. 2). Malaria kronis (hanya petugas kesehatan) Ada riwayat malaria akut ditambah adanya anemia akut dan adanya anemia, pembesaran limpa, dan lain-lain. c. Pengobatan radikal Diberikan kepada penderita malaria yang sudah dapat dipastikan jenis penyakitnya melalui pemeriksaan darah. Tujuan pengobatan ini adalah membasmi segala bentuk parasit malaria di dalam tubuh, sehingga penderita menjadi sembuh sempurna (tidak kambuh). Tujuan ini hanya dapat dicapai manakala obat diminum sesuai petunjuk yang diberikan oleh Puskesmas atau petugas kesehatan lainnya. Pramuka Penegak dan Pandega harus dapat meberikan pengobatan profilaksis, pengobatan klinis dan penyuluhan tentang pentingnya pengobatan sesuai jadwal yang ditentukan oleh Puskesmas. 2. Pengambilan Darah untuk Pemeriksaan Meskipun tidak perlu mengerjakan sendiri Pramuka Penegak dan Pandega perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut: a. Dapat menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan darah malaria. b. Jumlah darah yang diperlukan untuk pemeriksaan hanya sedikit hingga diambil dari ujung jari. c. Untuk dapat diperiksa darah tersebut harus diwarnai lebih dahulu. d. Pemeriksaan selanjutnya dikerjakan di bawah mikroskop oleh petugas kesehatan/Puskesmas. e. Semua orang harus hadir pada saat dilakukan pengembilan darah untuk pemeriksaan malaria agar supaya tidak ada penderita yang terlewat dari pemeriksaan dan pengobatan. f. Selama masih ada penderita malaria di masyarakat tanpa diobati selama itu pula penderita tersebut menjadi sumber penularan bagi anggota masyarakat lainnya. Di samping mendapat SKK penanggulangan penyakit malaria, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat dan mengetahui serta dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1. Program Pengendalian Penyakit Malaria A. Secara operasional pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria di Indonesia dibagi menjadi program di Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali. Program di Jawa-Bali telah mencakup semua daerah, sedang kegiatan di Jawa-Bali dititik beratkan di daerah prioritas, yaitu : 1) Daerah transmigrasi 2) Daerah pembangunan ekonomi (pertambangan dan perkebunan). 3) Daerah perbatasan dngan negara tetangga 4) Daerah Hankamnas yang malarious 5) Daerah yang terkena wabah malaria. B. Tujuan program pada Pelita VI. 1) Jawa-Bali, menurunkan jumlah kecamatan yang bermalaria tinggi (dengan jumlah penderita malaria positif 5 orang atau lebih per 1000 penduduk setahun), menjadi < 15 kecamatan pada akhir Pelita Vi dan angka penderita malaria menjadi kurang dari 0,08 penderita per 1000 penduduk setahun. 2) Luar Jawa-Bali, mengurangi prevalensi (persentase sediaan darah positif terhadap sediaan darah yang diperiksa) menjadi 3 persen di daerah prioritas dan angka kesakitan 170 per 1000 penduduk di daerah lainnya pada akhir Pelita VI. C. Kegiatan pemberantasan. 1). Penanganan penyakit a) Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan (1) Penemuan Penderita (a) Pencarian penderita secara aktif oleh petugas malaria desa dengan kunjungan rumah ke rumah. (b) Penemuan secara pasif: * Terhadap semua pengunjung unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Pustu, Poliklinik pemerintah maupun swasta) * Melalui peran serta masyarakat, misalnya perorangan, keluarga atau masyarakat, kader, Pramuka, guru UKS,PKK, tokoh masyarakat, dukun penyembuh. (2) Pemenuhan hak atas semua penduduk daerah endemis untuk mendapatkan pengobatan malaria. b). Diagnosa malaria Diagnosa klinis malaria menjadi unsur utama tercapainya diagnosis cepat dan pemberian pengobatan dini dalam upaya pelayanan penderita untuk menekan kesakitan dan mencegah kematian. Diagnosa cepat dan pengobatan dini adalah: identitas penderita secepatnya agar dapat diobati sedini mungkin untuk mengurangi penderitaan dan mencegah terjadinya sumber penularan. Pemeriksaan laboratorium: dalam penanganan penderita * Laboratorium malaria harus ada setiap Rumah Sakit rujukan, Puskesmas dengan perawatan di daerah endemis dan Puskesmas di daerah resisten. * Survey epidemiologi: Malariometrik Survey, kejadian Luar Biasa, tes resistensi. c). Pengobatan : dalam penanganan penderita (1) Pengobatan malaria klinis Diberikan kepada penderita suspek malaria berdasarkan gejala klinis, obat yang digunakan adalah obat standar, yaitu klorokuin dosis 3 hari dan primakuin dosis tunggal hari pertama. Primakuin tidak diberikan kepada ibu hamil dan anak < 1 tahun serta pengobatan malaria klinis oleh kaser. (2) Pengobatan radikal Diberikan sesuai dengan spesies parasit berdasarkan pemeriksaan laboratorium, pengobatan ini digunakan di daerah yang sudah rendah penularannya (dengan obat standar) atau di daerah malaria resisten (dengan obat alternatif). 2) Pencegahan Penyakit. Pencegahan penyakit dimaksudkan untuk melindungi seseorang terhadap: Pencegahan perkembangan penyakit dalam diri penderita: Cara ini menekan angka kesakitan tanpa mencegah inteksi dilakukan dengan pengobatan profilaksis (kemoprofilaksis). Kegiatan ini sasarannya terbatas pada kelompok penduduk non-imun yang berada di daerah indemis. Dilakukan untuk jangka waktu terbatas. Obat yang digunakan adalah obat standar klorokuin. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara: * Pengobatan profilaksis (kemoprofilaksis) Sasaran: (1) Secara terprogram (bagian dari kegiatan program P2 malaria) : Transmigrasi baru (12 minggu), pekerja musiman ibu hamil di daerah endemis. (2) Secara individual: Turis, anggota ABRI/Polri, pegawai pindahan, pendatang baru. Termasuk dalam kegiatan pencegahan infeksi adalah: (1) Pencegahan gigitan nyamuk (personal protection) * Kelambu, repelent, dan lain-lain: (2) Kegiatan pemberantasan vektor (a) terhadap nyamuk dewasa: * Pemakaian kelambu celup untuk mencegah gigitan nyamuk * Penyemprotan rumah (b) Terhadap jentik (larva) * Larvaciding: menutup permukaan air dengan semprotan minyak solar atau racun jentik * Biological control: menebarkan ikan pemakan jentik, mina padi. (c) Penataan lingkungan : - Sources reduction (SR) - Site-selection - Zooprofilaksis - Pengaturan pola tanam padi - Membersihkan lumut, membersihkan tebing sungai-sungai kecil dan lumut/semak belukar - Menanam hutan bakau 3). Wabah (Kejadian Luar Biasa) Malaria a). Penanggulangan KLB. b). Pencegahan KLB c). Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) 4). Pelatihan. 5). Penyuluhan Malaria a).Tujuan penyuluhan adalah untuk meluruskan pengetahuan masyarakat di daerah endemis malaria tentang penyakit malaria dan termotivasi dalam mendukung program. b). Materi penyuluhan terdiri dari: mengenai gejala,penularan dan pencegahannya; cara pengobatan penderita klinis dengan obat standar secara benar, dan mengenai gejala penyakit malaria yang perlu dirujuk dan ditolong oleh petugas sarkes; menerima pengobatan yang diberikan petugas sarkes dalam penanggulangan wabah. c). Sasaran penyuluhan dalah penduduk, pemilik toko obat, apotik, dukun penyembuh (healer), tokoh masyarakat, kader, ibu-ibu PKK, guru, pengambil keputusan proyek pembangunan yang rawan malaria, dan lain-lain. Penyuluhan malaria diprioritaskan di daerah yang merencanakan meperluas jangkauan pelayanan pengobatan malaria oleh kader. D. Membantu Petugas Kesehatan (malaria) 1. Membantu petugas penyemprotan rumah. 1). Memberikan penyuluhan tentang kegunaan penyemprotan rumah. 2). Membantu menyioapkan rumah-rumah yang disemprot dlam hal: a). Mengeluarkan alat-alat rumah tangga seperti: kasus, bantal, tikar dan lain-lain. b). Mengeluarkan alat-alat makan minum dari dapur c). Melepaskan/mengeluarkan gambar-gambar dan hiasan dinding yang menempel di dinding. 3). Memberi penyuluhan pada penduduk agar tidak menghapus bekas semprotan. Bila akan mengapur, kerjakan sebelum penyemprotan 4). Membantu mengamankan racun serangga : Bendiocarb, L-Sihalotrion dan Fenitrothion serta racun serangga lainnya adalah bahan kimia yang berbahaya dn dapat menimbulkan keracunan. Jangan digunakan untuk keperluan dari racun serangga tersebut. Memperjual-belikan bahan-bahan tersebut di atas dapat dihukum. 2. Membantu penebaran ikan pemakan jentik Jenis ikan ini dapat dikenal dari sifatnya yang suka berenang pada permukaan air tempat jentik-jentik hidup. Misalnya ikan kepala timah (depan titik putih di kepalanya)gupi (wader cendol), mujair, nila dan gambusia. Penebaran ikan dimulai pada musin kering dan diulangi setiap kali musim hujan berakhir. 3. Membantu menjaga lingkungan dari nyamuk malaria Selain menghindarkan adanya genangan-genangan air, pohon-pohon yang terlalu rimbun di sekitar rumah perlu dihindari, saluran-saluran air disekitar 4. Membantu memishkan kandang ternak besar dari rumah tinggal agar nyamuk tidak sempat menggigit manusia karena sudah kenyang darah hewan/ternak. KEPUSTAKAAN : Buku Pedoman Pemberantasan Malaria, yang diterbitkan oleh Dit. Jen PPM & PLP yang terdiri dan 10 jilid. Jilid 1 : Jilid 2 : Jilid 3 : Jilid 4 : Jilid 5 : Jilid 6 : Jilid 7 : Jilid 8 : Jilid 9 : Jilid 10: Epidemiologi Program Pmberantasan Pengobatan Penyemprotan Rumah Tindakan Anti Larva Survey Malariometrik Pemeriksaan Parasit Malaria secara Mikroskopik Pengenalan wabah (GR) Tes Resistensi In-vivo dan In-vitro untuk P. Fassiparum Entomologi KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT SKK Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Jenderal PP-PL Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun) – Mengetahui penyebab DBD – Mengetahui penular DBD – Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD – Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun) – Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Siaga – Mengetahui cara penularan DBD – Mengetahui tanda/gejala DBD – Mengetahui cara pertolongan pertama pada penderita DBD – Mengetahui cara pencegahan DBD – Mengetahui jenis tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD – Mengetahui prilaku dan siklus nyamuk penular DBD – Mengetahui cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) – Mampu melakukan PSN di lingkungan sekolah dan rumah III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun) – Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Penggalang – Mampu menjelaskan penyebab DBD – Mampu menjelaskan cara penularan DBD – Mampu menjelaskan tanda/gejala DBD – Mampu menjelaskan cara pencegahan DBD – Mampu menjelaskan prilaku dan siklus nyamuk Aedes aegypty – Mampu menjelaskan PSN 3M Plus – Mampu menjelaskan cara survei jentik dan cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ) – Mampu melakukan cara pertologan pertama pada penderita DBD – Mampu melakukan PSN di lingkungan sekolah, rumah dan tempat-tempat umum IV. PRAMUKA PANDEGA ( 21– 25 Tahun) – Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Penegak – Mampu melakukan uji torniquet – Mampu melakukan pertolongan pertama pada penderita DBD – Mampu melakukan survei jentik dan menghitung ABJ – Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan masyarakat tentang pengendalian DBD MATERI SKK PENANGGULANGAN DBD Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, kejadian dan daerah terjangkit DBD terus meningkat hampir di semua wilayah Indonesi. Sampai dengan tahun 2009 DBD sudah sudah menjangkiti 427 kabupaten/kota. Sebagian besar propinsi masih menunjukkan angka kesakitan (Inciden Rate)yang tinggi di atas 25 per 100.000 penduduk walaupun angka kematian (Case Fatality Rate) sudah dapat diturunkan di bawah satu persen Sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Kasus yang dilaporkan pada tahun 2004 sebanyak 79.462 penderita (IR= 37.01) dengan kematian sebanyak 957 orang (CFR = 1.2 %) dan pada tahun 2009 terjadi kematian 1420 orang (CFR=0,89 %) dari jumlah kasus sebanyak 158.901 penderita (IR= 68,22). Langkah-langkah antisipasi dan upaya penanggulangan telah dilakukan mulai dari tingkat Pusat, Propinsi, Kab/Kota hingga Puskesmas diantaranya ; surveilens kasus (memperkuat jejaring sistem pelaporan), surveilens vektor, pemutusan rantai penularan dengan penanggulangan fokus (Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging Fokus), penatalaksanaan kasus terhadap penderita. Strategi pengendalian DBD selanjutnya lebih difokuskan pada upaya preventif dengan pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, walaupun kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dalam bentuk gerakan 3M (menutup, menguras, mengubur), namun masih belum juga mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian secara signifikan. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut belum juga berhasil menurunkan angka kesakitan di beberapa propinsi maupun di kabupaten/kota yang endemis DBD. Mengingat masih tersebarluasnya nyamuk penular DBD dan kecenderungan mobilitas masyarakat yang tinggi serta kepadatan penduduk yang meningkat, sementara partisipasi masyarakat dalam upaya PSN-DBD masih rendah. Belum seluruh masyarakat menyadari bahwa melalui gerakan PSN-3M dapat memutus siklus penularan nyamuk Aedes Aegypty secara efektif. Sehingga perlu dilakkan upaya pemberdayaan masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan. Pramuka sebagai salah satu komponen masyarakat yang potensial sebagai agen perubahan perilaku masyarakat dalam pengendalian DBD. Pramuka merupakan suatu organisasi pendidikan kepanduan yang memiliki anggota terbesar di dunia dan sebagai organisasi nonformal terbesar di Indonesia yang memiliki segmen peserta didik dari anak-anak, remaja dan orang dewasa. Melalui pemberdayaan pramuka diharapkan dapat menjadi suritauladan bagi masyarakat dalam mendorong pembangunan bidang kesehatan serta berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui kegaiatan saka bakti husada. I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun) – Penyebab DBD adalah virus dengue – Penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty – Ciri-ciri nyamuk penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. – Tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD : Tempat perkembangbiakan utama ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun) – Cara penularan DBD DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty betina. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau orang yang tidak sakit , tetapi dalam darahnya sudah terdapat virus dengue. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap kembali seseorag, maka orang tersebut dapat tertular/terkena DBD Virus matang dalam tubuh nyamuk1 mg (inkubasi ekstrinsik) Virus berkembang dalam tubuh orang (inkubasi instriksik) Demam 5-7 hari Tandanya viremia (menular) Nyamuk betina menggigit penderita sedang viremia – Tanda/gejala DBD Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama 27 hari, badan terasa lemah/lesu, disertai nyeri pada ulu hati selanjutnya akan timbul bintik-bintik merah pada kulit. – Cara pertolongan pertama pada penderita DBD Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas, maka pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut: 1. Berikan minum 4-6 gelas per hari (1-2 liter/hari), air putih yang sudah dimasak, teh manis, sirup, jus buah atau larutan oralit 2. Kompres dengan air hangat 3. Berikan obat penurun demam bila diperlukan – Cara pencegahan DBD Pencegahan DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya (contohnya PSN), karena vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian. – Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD Jenis tempat perkembang perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, sehari seperti: drum, tangki reservoir, reservoir tempayan, bak mandi/wc, dan ember. 2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, bunga, perangkap semut dan barang barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). lain 3. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. POTONGAN POHON BAMBU VAS BUNGA DRUM PENAMPUNG TEMPAT PERINDUKAN AIR NYAMUK POT TANAMAN LUBANG KAYU BAK MANDI PENAMPUNGAN AIR KULKAS – Perilaku dan siklus nyamuk penular DBD 1. Nyamuk Aedes aegypti hidup di dalam dan sekitar rumah, juga ditemukan ditempat-tempat tempat umum, seperti tempat ibadah, sekolah dan pasar 2. Nyamuk betina aktif mengigigit/menghisap darah pada pagi p hari sampai sore hari. Sedangkan nyamuk jantan hanya menghisap sari bunga/tumbuhan yang mengandung gula 3. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda benda benda yang tergantung ( misal : pakian yang tergantung) TELUR 1-2 hari LAR VA 5-7 HR PUP A BETI NA 1-2 HR 2-8 MGG Siklus Aedes aegypti – Mengetahui cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu: 1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1) 2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2) 3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3). III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun) – Mampu menerapkan semua SKK Pengendalian DBD Pramuka Penggalang – Mampu menjelaskan penyebab DBD Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, genus flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe 1,2,3 dan 4. Ke empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue -4. Di Indonesia beredar ke-4 serotipe virus Dengue dengan serotipe yang dominan adalah serotipe Den-3. – Mampu menjelaskan tanda/gejala DBD Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut. Gejala dan tanda awal DBD dapat berupa : 1. Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari, 2. Badan lemah/lesu, 3. Ulu hati terasa nyeri, 4. Timbul bintik-bintik merah pada kulit (seperti bekas gigitan nyamuk disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit diregangkan bila bintik merah itu hilang, bukan tanda penyakit DBD) Anak dengan gejala DBD – Mampu menjelaskan cara penularan DBD Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penular Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular (nyamuk betina), maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 (satu) minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus Dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue dipindahkan dari nyamuk ke manusia. – Mampu menjelaskan cara pencegahan DBD Pencegahan DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya (contohnya PSN), karena vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian. Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor–faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Perilaku) dan aspek vektor. Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat memutus rantai penularan. Berbagai metode PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu: a. Kimiawi b. Biologi c. Manajemen lingkungan d. Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN e. Pengendalian Vektor Terpadu – Perilaku dan siklus nyamuk Aedes aegypty Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istrirahat di kulit kepompong untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari makanan. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Kondisi ini disebut satu siklus gonotropik (gonotropic cycle) . Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat. Siklus perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik - kepompong - nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 5-7 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 1-2 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-8 minggu. TELUR 1-2 hari LARV A 5-7 HR PUPA BETIN A 1-2 HR 2-8 MGG Siklus Aedes aegypti – PSN 3M Plus adalah PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’,, selain melakukan gerakan 3M (menguras, menutup dan mengubur , juga dilakukan kegiatan tambahan (plus) dengan cara lainnya, seperti: a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak c. Menutup lubang lubang-lubang lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain lain-lain (dengan tanah, dan lain--lain) d. Menaburkan enaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat tempat tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak kolam/bak bak penampungan air f. Memasang kawat kasa g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai i. Menggunakan kelambu j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk k. Cara-cara cara spesifik lainnya di masing masing-masing daerah. – Cara survei jentik dan menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ) Metode survei jentik: a. Single larva Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa t mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD mengunakan cara visual. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah Angka Bebas Jentik (ABJ), dengan rumus perhitungan sebagai berikut : 1) Angka Bebas Jentik (ABJ): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa – Mampu melakukan cara pertologan pertama pada penderita DBD – Mampu melakukan PSN di lingkungan sekolah, rumah dan tempat-tempat umum IV. PRAMUKA PANDEGA ( 21– 25 Tahun) – Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Penegak – Mampu melakukan uji torniquet Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati, trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji Tourniguet (uji Rumple Leede/uji bendung) positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Petekia merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Petekie dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk membedakannya: lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau dengan meregangkan kulit. Jika bintik merah menghilang berarti bukan petekie. Perdarahan lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis. Pada anak yang belum pernah mengalami mimisan, maka mimisan merupakan tanda penting. Kadangkadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva atau hematuria. Tanda perdarahan seperti tersebut diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah uji Tourniquet positif berarti fragilitas kapiler meningkat. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain (misalnya, campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (tifus abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet positif akan banyak kegunaannya apabila secara klinis diduga DBD, oleh karena pada awal perjalanan penyakit 70,2% kasus DBD mempunyai hasil uji Tourniquet positif. Uji tourniquet dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petekia pada area 1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) termasuk pada lipatan siku (fossa cubiti). Gambar 4.A Cara menghitung hasil uji Torniquet Gambar 4.B Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit di area seluas 1 inci persegi. Cara melakukan uji Tourniquet sebagai berikut : a) Pasang manset anak pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan umur anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas) b) Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik c) Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik dan diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit. (Bila telah terlihat adanya bintik-bintik merah ≥ 10 buah, pemben-dungan dapat dihentikan). d) Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah lipatan siku (fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda perdarahan (petekie) e) Hasil Uji Tourniquet dinyatakan positif (+) bila ditemukan ≥ 10 bintik perdarahan (petekia), pada luas 1 inci persegi ( 2,8 cm2.) – Mampu melakukan pertolongan pertama pada penderita DBD Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas, maka pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut: 1. Baringkan selama demam 2. Berikan minum 4-6 gelas per hari (1-2 liter/hari), air putih yang sudah dimasak, teh manis, sirup, jus buah atau larutan oralit 3. Kompres dengan air hangat 4. Berikan obat penurun panas antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10-15 mg/kgBB/kali untuk anak. Asetosal, salisilat, ibuprofen jangan dipergunakan karena dapat menyebabkan gastritis atau perdarahan. 5. Bila terjadi kejang: Jaga lidah agar tidak tergigit Kosongkan mulut Longgarkan pakaian Tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang Jika dalam 2 hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntahmuntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa berobat/periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan. – Mampu melakukan survei jentik dan menghitung ABJ – Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan masyarakat tentang pengendalian DBD. SKK PENANGGULANGAN RABIES Anjing yang terkena virus rabies akan tampak ampak galak/gila SKK PENANGGULANGAN RABIES TUJUAN SKK PENANGGULANGAN RABIES Pramuka Siaga: (7-10 tahun) - Mengetahui secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit anjing gila pada manusia dan Hewan Penular Rabies/HPR (terutama anjing) - Mengetahui cara pencucian luka gigitan HPR (anjing). - Mengetahui pentingnya memberikan suntikan vaksin rabies pada manusia dan hewan peliharaan (anjing, kucing, kera dan hewan bertaring lainnya). Pramuka Penggalang ( 11-15 tahun ) - Menjelaskan secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit Rabies/anjing gila pada manusia dan HPR (terutama anjing). - Menjelaskan cara pencucian luka gigitan HPR (anjing). - Menjelaskan pentingnya memberikan suntikan vaksin rabies pada manusia/hewan peliharaan (anjing, kucing, kera dan hewan bertaring lainnya). Pramuka Penegak dan Pandega ( 16 – 20 tahun ) - Mengaplikasikan/membuat contoh secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit rabies pada manusia dan HPR (terutama anjing). - Mengaplikasikan/membuat contoh cara pencucian luka gigitan HPR (anjing). - mengaplikasikan/membuat contoh cara memberikan suntikan vaksin rabies pada hewan peliharaan (anjing, kucing, kera dan hewan bertaring lainnya) - Memberikan penyuluhan tentang penyakit Rabies/anjing gila. I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 tahun ) A. TANDA-TANDA RABIES PADA MANUSIA 1. Phase awal (Prodromal): a. Demam b. Lesu c. Mual d. Nyeri di tenggorokan 2. Pashe kedua (Sensorik): a. Merasa Nyeri tidak jelas b. Rasa panas pada bekas luka c. Cemas d. gelisah 3. Phase ketiga (Exitasi/Gila) a. Berteriak-teriak b. Menjambak-jambak rambut c. Berlari-lari dan melompat-lompat d. Takut air e. Takut Angin f. takut Cahaya g. Takut Suara 4. Phase Akhir (Lumpuh): a. Mulut menganga, air liur banyak/hiper sa salifasi b. Lumpuh mulai dari kaki c. Susah bernafas d. Diakhiri dengan meninggal B. TANDA-TANDA TANDA RABIES PADA ANJING (HPR) 1. Permulaan: a. Malas makan b. Lebih jinak c. Mata merah GAMBAR 2. Gila: a. Lari tanpa tujuan b. Mengejar dan Menggigit apa saja yang bergerak c. ”Lupa” pulang/ linglung d. Berkelahi tak mau kalah e. Tidak kenal tuannya lagi f. Makan semuan benda yg masuk ke mulutnya seperti batu beling dll. g. Air liur menetes terus tanpa henti h. Takut angin,suara,cahaya,air n,suara,cahaya,air ,dll 3. Lumpuh: a. Berjalan terseok terseok-seok b. Ekor terjepit di kedua kaki belakang c. Lidah menjulur d. Rahang bawah menggantung/menganga terus e. diakhiri dengan kematian C. PENYEBAB 1. Bibit penyakit yang disebut virus rabies 2. Terdapat pada air liur hewan penderita rabies 3. Bentuknya seperti peluru 4. Ukurannya sangat kecil 5. Tak dapat dilihat oleh mata biasa (harus pake mikroskop) D. CARA PENULARAN GAMBAR Melalui Kasus gigitan Hewan Penular Rabies/Anjing , segera mendapat vaksin E. PENGOBATAN 1. Bila digigit anjing, kucing, kera atau hewan penular rabies lain, cucilah luka dengan sabun dan air bersih yang mengalir sekitar 15 menit 2. Sesudah kering, obatilah dengan obat merah atau alkohol 70% atau bathadin 3. Selanjutnya berobatlah ke dokter/sarana kesehatan terdekat 4. Hewannya jangan dibunuh/diobservasi 14 hari F. PENCEGAHANNYA. 1. Peliharalah anjing, kucing dan kera dengan baik/ dirawat. 2. Suntikan vaksin anti rabies secara teratur ke dokter hewan. 3. Pakailah berongsong kalau anjingnya dibawa berjalan. 4. Ikatlah anjing dengan tali 2 meter. II. PRAMUKA PENGGALANG GAMBAR Anjing yang sudah kena rabies/tidak nafsu makan Selain bahan pengetahuan SKK-Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang perlu ditambah pengetahuan bahwa: 1. Anjing penggigit jangan dibunuh tetapi diobservasi di Dinas Peternakan. 2. Korban tergigit dibawa ke puskesmas, dokter praktek atau rumah sakit. 3. Kalau anjingnya terbunuh, kepalanya dibawa ke Dinas Peternakan untuk pemeriksaan rabiesnya. 4. Penyebab rabies adalah virus rabies. Virus Rabies dari golongan rhabdovirus, bersifat neurotrop (merusak Jaringan syaraf). Virus yang masuk ke luka akan menuju otak melalui tali syaraf. Virus dapat ditemukan juga di air liur, air mata, dan cairan tubuh lainnya dari penderita. 5. Masa inkubasi rabies berkisar Antara 2 minggu hingga 2 tahun, tergantung dari letak gigitan, parahnya luka dan pokok virus. 6. Selain lewat gigitan, penular rabies juga dapat lewat pencangkokan kornea mata yang donornya kebetulan menderita rabies, ataupun secara aerobic/udara pada keadaan khusus III. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Selain harus mengetahui dan memahami bahan SKK-Pramuka Siaga dan Penggalang, Pramuka Penegak dan Pandega perlu juga mengetahui tentang: A. SYNONIM RABIES 1. Anjing gila 6. Lissa (Yunani) 2. Rage (Perancis) 7. Rabiosa (Spanyol) 3. Tollwut (Jerman) 8. Rabere (Romawi) 4. Canine madness (Inggris) 9. Kyo Kem Ryo (jepang) 5. Rabbia (Italia) 10. Hydrophobia (Latin) B. PENYEBARAN 1. Seluruh daratan Eropa 2. Seluruh daratan Asia kecuali Semenanjung Malaysia 3. Seluruh Afrika 4. 5. 6. 7. Seluruh Amerika Filipina Indonesia Srilangka Daerah penyebaran di Indonesia terdiri atas 20 provinsi GAMBAR PETA INDONESIA Daerah yang rabies ialah provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara. C. SEJARAH 1. Abad ke X sebelum Masehi Democritus sudah mengetahui penyakit ini. 2. Tanggal 6 Juli 1885 Luis Pasteur berhasil mencegah kematian korban gigitan hewan rabies dengan vaksin rabies. 3. Tahun 1884 Esses melaporkan rabies pertama kali di Indonesia pada hewan. 4. Pada tahun 1894 De Haan, melaporkan rabies pada orang pertama kali di Indonesia. 5. Pada tanggal 18 Mei 1895, vaksinasi pada orang pertama kali di Indonesia. 6. Tahun 1926 keluar Hondsdolheit Ordonante dalam Staablat No. 451 (Undang-undang Pemberantasan Rabies di Indonesia). D. GEJALA RABIES Pada anjing dan pada orang ada 4 stadium, yaitu : 1. Stadium permulaan = Prodomal 2. Stadium kedua = Sensoris 3. Stadium ketiga = Exitasi/gila 4. Stadium akhir = Paralyse/lumpuh E. DIAGNOSE RABIES Diagnosa rabies pada penderita biasanya tidak tertolong lagi . Diagnosa rabies sangat perlu untuk menentukan apakah si penderita gigitan perlu mendapat vaksin atau campuran vaksin dan serum anti rabies. Oleh karena itu hewan penggigit JANGAN dibunuh tetapi ditangkap untuk diamati selama 10 hari. Jikalau mati otaknya diambil lalu diperiksa dengan mikroskop, maupun secara biologis memakai tikus putih. F. 1. 2. 3. 4. 5. 6. PERAN SERTA Melatih Pramuka Siaga dan Penggalang untuk mencapai SKK Melatih memasang tali dan berongsong anjing. Melatih memegangi anjing waktu divaksinasi rabies Membantu menangkap anjing liar. Membantu mengirim spesimen hewan yang menggigit pada manusia . Membantu melaporkan kasus gigitan ke Puskesmas dan ke Dinas Peternakan. GAMBAR Pemberian vaksin rabies pada kasus gigitan anjing G. PRINSIP PEMBERANTASAN a. Vaksinasi hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera b. Penangkapan anjing liar dan dibunuh c. Mentaati undang-undang dan peraturan rabies. d. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rabies. SKK PENANGGULANGAN DIARE TUJUAN SKK PENANGGULANGAN DIARE: Pramuka Siaga: - Mengetahui apakah diare itu Mengetahui penyebab yang dapat mengakibatkan diare Mengetahui gejala diare dan akibat diare Mengetahui manfaat oralit dan cara membuatnya. Mengetahui pencegahannya secara sederhana Pramuka Penggalang: - Menjelaskan penyakit yang sering menimbulkan wabah - Menjelaskan penyakit yang bisa menyebabkan diare - Menjelaskan gejala diare dan akibat diare - Menjelaskan manfaat oralit dan cara membuatnya - Menjelaskan cara pencegahannya Pramuka Penegak dan Pandega : - Dapat mengaplikasikan diare secara sederhana dan cara pengobatannya. - Dapat mengaplikasikan tentang gejala-gejala dan akibatnya - Dapat memberikan penyuluhan/contoh akibat diare termasuk pencegah. I. PRAMUKA SIAGA A. PENGERTIAN DIARE GAMBAR Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari. Penyakit ini sering timbul sebagai wabah, karena dalam waktu singkat memakan banyak korban. B. GEJALA POKOK PENYAKIT DIARE Gejala utama penyakit diare adalah siring berak-berak encer lebih dari biasanya bahkan dapat berupa air. Kadang-kadang disertai dengan muntah, panas dan lain-lain. C. PENYEBAB DIARE Diare dpat diseabkan oleh bermacam-macam hal, diantaranya adalah: 1. Karena peradangan usus (infeksi kuman) 2. Karena keracunan makanan dan minuman 3. Karena tidak tahan terhadap makanan tertentu 4. Karena kekurangan Gizi D. AKIBAT DIARE Apabila seorang anak penderita diare tidak segera ditolong, maka anak tersebut akan kekurangan CAIRAN TUBUH dan ZAT GARAM-GARAMAN yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Anak tersebut menjadi lemas dan akhirnya meninggal. Hal ini dapat diibaratkan sebatang pohon yang kekurangan air, lama-kelamaan akan layu dan mati. E. CARA MENOLONG PENDERITA DIARE. Apabila orang diare, jangan sampai kehausan. Maka berilah minum air apa saja yang ada di rumah, misalnya air teh encer, air buah, air sop dan lain sebaginya. Yang paling baik adalah memberikan minum larutan ORALIT dan ZINC. ORALIT adalah bubuk garam gula, yang selalu dilarutkan dalam air masak dan diminumkan pada orang diare dapat mencegah bahaya kehabisan cairan tubuh. ZINC merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan Zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan Zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Perhatikan gambar dibawah ini : Pohon layu dan diberi air: GAMBAR II. PRAMUKA PENGGALANG 1. Lingkungan Penularan Penyakit Diare. GAMBAR Cara penularan penyakit diare secara lintas dubur – mulut: airtinya kuman dikeluarkan melalui kotoran manusia dan masuk ke dalam tubuh manusia bersama-sama makanan dan minuman yang tercemari melalui mulut. 2. Proses Penularan Diare. a. Penderita dapat mengeluarkan kuman penyebab diare bersama-sama tinja waktu buang air besar. b. Bila penderita buang air besar di sembarang tempat, maka dapat mencemari lingkungan (air, tanah, dan sebagainya). c. Kuman pada tinja dapat ditularkan kepada orang lain apabila melekat pada tangan, dan kemudian dipakai untuk memegang makanan d. Kuman yang keluar bersama-sama tinja dapat mencemari air. Kalau air yang tercermar tersebut dipergunakan sehari-hari tanpa dimasak, misalnya untuk berkumur, menggosok gigi, mencuci sayur, diminum dan sebagainya maka mereka akan tertular penyakit diare. e. Kuman tersebut dapat pula mencemari makanan atau minuman, melalui lalat atau air yang tercermar tersebut yang dipergunakan untuk mencuci makanan atau minuman. GAMBAR 3. Cara memberikan Larutan Oralit dan Zinc kepada Penderita : Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam menolong penderita diare, perlu diketahui cara-cara memberikan larutan oralit yang benar. a. Berikanlah larutan oralit tersebut sedikit demi sedikit, walaupun sedikit tapi sering, dapat dipergunakan sendok. Pemberian sebanyak-banyaknya sampai anak tidak haus lagi. b. Apabila penderita muntah, istirahat sebentar dan diteruskan lagi. Sebaiknya air yang dipergunakan untuk melarutkan oralit air yang hangat-hangat kuku. c. Setelah habis satu gelas buatlah larutan lagi. Dan berikan seperti cara di atas. Pada saat diare, anak akan kehilangan Zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selma 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut: a. Balita umur <6 bulan : ½ tablet (10mg) perh hari. b. Balita umur > b bulan : 1 tablet (20 mg) per hari. PERHATIAN: Walaupun anak muntah, pemberian ORALIT tidak boleh dihentikan. Zinc aman dikonsumsi bersamaan dengan Oralit. Saat ini Zinc tersedia di pasaran atau fasilitas pelayanan kesehatan berupa tablet dispersible, sirup, serbuk dalam saset. Tablet Zinc akan larut segera dalam waktu sekitar 30 detik. Mintalah nasehat kepada Seorang Kader Kesehatan atau petugas Kesehatan terdekat. 4. Cara Pencegahan Penyakit Diare: Agar tidak terserang penyakit diare, maka diperlukan upaya sebagai berikut: a. Hanya memberikan ASI pada 4-6 bulan pertama dan meneruskannya sampai paling kurang umur 1 tahun b. Membiasakan makan makanan dan minum minuman yang telah dimasak. c. Menggunakan sumber air minum yang brsih, misalnya air perpipaan, pompa tangan, sumur gali yang memenuhi syarat dan sebagainya. d. mencuci seluruh bagian tangan dengan sabun dan menggunakan air yang cukup sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang makanan dan sesudah bermain. GAMBAR e. Buang air besar di jamban atau kakus yang sehat. Jangan mebiasakan membuang air besar di sembarang tempat, misalnya di kebun, di kali dan lain-lain. f. Membudayakan kebersihan perirangan seperti menggunting kuku, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buag air besar, mandi. g. Membudayakan menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga , seperti mencuci peralatan makan dan minum dengan sabun. Dan meletakkan di rak piring, serta menjemurnya di panas matahari. h. Memberikan makanan yang bergizi Dengan memberikan makanan yang bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap diare. Makanan bergizi bukan berarti makanan mahal. Dapat berupa: tahu, tempe, ikan , daging, sayur-mayur, buah-buahan. i. Menjaga lingkungan agar tetap sehat, dengan : - Menjaga kebersihan halaman dan sampah dan kotoran. - Jika memelihara hewan, misalnya anjing, babi dan sebagainya, dibuatkan kandang tersendiri sedemikian rupa sehingga kotoran tidak terjamah oleh anakanak. - membuat jarak jamban dengan sumber air minum paling sedikit 10 meter j. memberikan imunisasi campak pada bayi umur 9 bulan III. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Dismping harus memahami pengetahuan yang telah diuraikan diatas, Pramuka golongan Penegak dan Pandega juga harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka Penggalang atau anak seusia itu, sehingga mencapai TKK Penanggulangan Diare. Ditambah ketrampilan menolong/merawat penderita siare, membuat oralit dan memberikan pada penderita sesuai dengan aturan. Memberi pertolongan/merawat penderita diare. Prinsip menolong penderita diare adalah: - Mencegah terjadinya dehidrasi - Mengobatan dehidrasi (ORALIT) - Mempercepat kesembuhan (Obat ZINC) - Memberikan makanan pada anak - Mengobati Masalah lain 1. Bila anak menderita diare, tanda-tanda yang paling awal adalah haus, maka: - Berilah cairan apa saja yang ada di rumah tangga, misalnya air teh, air susu, air buah, air sop, air tajin dan sebainya. - Kalau dia masih menyusui, agar diberikan ASI tambahan lebih dari biasanya. - Makanan yang biasa diberikan dapat diteruskan. 2. Bila anak diare disertai slah satu gejala dari: nafsu makan berkurang, kelincahan menurun, panas, muntah, maka carilah ORALIT pada kader kesehatan. 3. Aturan pemberian larutan pada penderita diare : - Anak dibawah 1 tahun : 2 jam pertama harus habis 2 gelas, selanjutnya ½ gelas setiap kali berak. - Anak 1 - 5 tahun : : 2 jam pertama harus habis 4 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali berak - Anak di atas 5 tahun dan dewasa : 2 jam pertama harus habis 6 gelas, selanjutnya setiap kali berak. 4. Untuk mempercepat proses penyembuhan penderita diharuskan istirahat yang cukup. Sebaiknya diberikan makanan yang bergizi, seperti: tempe, tahun, ayam, daging, buahbuahan. 5. Tidak dianjurkan memberikan obat-obatan lain kepada penderita. 6. Bila penderita sudah ditolong dengan oralit belum teratasi bawalah ke Puksesmas terdekat. MENENTUKAN DERAJAT DEHIDRASI 1. Tanda-tanda Dehidrasi Penderita deiara yang tidak segera mendapatkan pertolongan akan mengalami kekurangan cairan tubuh. Kekurangan cairan tubuh ini disebut DEHIDRASI. Menurut derajat dihidrasinya, diare dibedakan dalam 3 (tiga) tingkatan : a. Tanpa Dehidrasi - Keadaan umum baik dan sadar - Tidak haus - mata normal - Air mata ada - Mulut dan lidah basah - Kulit kalau dicubit cepat kembali. b. Dehidrasi Ringan/sedang - Merasa haus (minum banyak) - Keadaan umum gelisah, rewel - Air mata tidak ada - Mulut dan lidah kering - Mata cekung - Kulit dicubit kembali lambat c. Dehidrasi Berat - Tiak bisa minum atau malas minum - Tidak sadar atau lesu - Air mata tidak ada - Mata sangat cekung - Mulut dan lidah sangat kering - Kulit dicubit kembali sangat lambat Rasa haus dan cubitan kulit merupakan tanda kunci (penting). Untuk menentukan derajat kedehidrasian minimal harus ada satu tanda kunci ditambah minimal satu tanda lainnya (bukan tanda kunci). 2. Bahaya penderita Diare yang jatuh dalam keadaan Dehidrasi. Ada 2 bahaya yang ditimbulkan oleh diare yang jatuh dalam keadaan dehigrasi, yaitu: Kekurangan Gizi dan kematian. 3. Manfaat Air Susu ibu (ASI) Bagi GAMBAR Penderita Diare. Disamping ASI mengandung zat gizi yang Sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi Atau anak ASI juga mengandung zat ANTI INFEKSI. ASI juga lebih steril dibandingkan dengan Susu botol Bagi penderita diare: - Apabila anak yang menyusu menderita diare, berikanlah ASI tersebut lebih banyak dari biasanya. - Pemberian ASI diteruskan berselangSeling dengan pemberian ORALIT. 4. Manfaat Makanan yang Bergizi pada Penderita Diare. Diare dpat menyebabkan kurang gizi, karena zat-zat makanan hilang dari tubuh waktu diare. Kebiasaan ibu-ibu, bila anaknya diare maka memberhentikan makanan anaknya. Ini sangat meperburuk kekurangan gizi. Semua anak umur 4 bulan agar tetap diberikan makanan padat selama diare. Makanan yang baik adalah: ”yangmudah dicerna”, seperti nasi, bubur havermounth, sop, produk-produk susu, daging l;embut, telur ikan. Makanan-makanan yang mengandung kekuatan: sari nanas, jeruk, pisang, sntan kelapa, beberapa jenis lemak dan minyak dapat diberikan. Jnagan memberikan makanan yang pedas, makanan yang banyak seratnya, buahbuahan yang berserat, sayuran atau kupasan buah buahan atau serat butir gandum. Anak diare agar diberikan makanan lebih sering (6 kali setiap hari), selama diare dn paling sedikit 1 kali makanan tambahan tiap hari selama 2 minggu setelah diare berhenti. KHUSUS PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Di samping harus memahami pengetahuan yang telah diuraikan, harus telah melatih sedikitnya seorang atau anggota masyarakat sehingga dapat mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan Penyakit Diare. Juga harus memahami pengetahuan di bawah ini agar dapat membantu melakukan tindkan yang tetap apabila menghadapi penderita diare. 1. Tindakan Bila Menghadapi Penderita Diare. GAMBAR Dalam menolong penderita diare, yang penting adalah: a. Mencegah agar tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan) b. Kalau telah jatuh dalam keadaan dehidrasi ditolong secepatnya agar tidak menjadi berat. Caranya yaitu dengan menggantikan cairan tubuh yang hilang karna diare dengan memberikan cairan apa saja yang ada di rumah atau dengan oralit. Tindakan ini disebut: REHIDRASI. Jadi dpat dikatakan tindakan rehidrasi diberikan berdasarkan tingkat-tingkat DEHIDRASI. a. Kalau penderita Diare Tidak ada Tanda-Tanda Dehidrasi 1). Berikanlah cairan lebih banyak dari biasanya - Apabila anak minum ASI, berikanlah ASI lebih banyak. Bila tidak minum ASI, berikanlah susu buatan lebih banyak dari biasanya. - Berikanlah pada penderita :minuman atau cairan yang tersedia di rumah, misalnya: air tajin, sop, air teh encer, air kelapa, sari buah dan sebagainya. 2). Teruskanlah memberi makan pada penderita diare. - Jangan mempuasakan penderita. Ini akan menambah penderita lebih parah. - Berikanlah makanan yang biasa diberikan. Sesua anak umur di atas 4 bulan agar tetap diberikan makanan padat selama diare : nasi, bubur havermouth, sop, produkproduk susu, telur, ikan, daging lembut, sari nanas, jeruk, pisang, santan kelapa. - Anak agar diberikan makan lebih sering ( 6 kali sehari) selama diare, dan agar diberikan maknaan tambahan paling sedikit 1 kali tiap hari selama 2 minggu setelah diare berhenti. b. Kalau penderita diare menunjukan tanda-tanda dehidrasi. - Berikanlah ORALIT kalau anda mempunyainya. - Bawalah ke kader kesehatan atau Puskesmas terdekat 2. Cara Pemberian ORALIT dan ZINC Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali berak. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100200cc cairan oraliit setiap berak. Pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut: a. Balita umur <6 bulan : ½ tablet (10mg) perh hari. b. Balita umur > b bulan : 1 tablet (20 mg) per hari. Untuk mendapatkan TKK, Pramuka Penegak dan Pandega harus memahami bahan-bahan untuk memperoleh TKK, di samping itu harus: - Dapat mendemontrasikan cara merawat penderita diare yang mengalami dehidrasi ringan sampai sembuh. - Dapat menjelaskan kepada kelompok Pramuka atau masyarkaat tentang penyebab penyakit diare, cara penularan, gejala, bahayanya, cara pertolongan da cara pencegahanya. 1. Langkah-langkah dalam melakukan pertolongan/perawatan penderita diare. a. Tanyakan kapan mulai diare, apakah tinjanya ada darahnya, apakah disertai penyakit lain. b. Mengadakan pemeriksaan pada penderita . Untuk menentukan derajat dehidarasi perlu melihat dan melakukan pemeriksaan. Lihatlah: - Bagaimana keadaan umum anak tersebut? * Apakah dia baik dan gesit? * Apakah dia sakit, mengantuk atau cengeng? * Apakah dia sangat mengantuk, tidak berbahaya atau tidak sadar? - Apakah anak mengeluarkan air mata waktu menangis? - Apakah matanya normal, cekung atau sangat kering dan cekung? - Apakah mulut dan lidahnya basah, kering atau sangat kering? - Saat saudara memberikan minum, apakah anak: * Minum biasa atau tampak tidak haus? * Minum banyak dan tempak haus? * Minum sedikit atau tampak tidak bisa minum? Periksalah: - Sewaktu kulitnya ditarik/dicubit, apakah kembali cepat, lambat atau sangat lambat (lebih lama dari 2 detik). Catatan : Penarikan kulit dapat memberikan keterangan yang salah. * Pada penderita yang gizinya sangat buruk, kulitnya mungkin saja kembali dengan lambat, walaupun dia tidak dehidrasi. * Pada penderita yang obesitas (terlalu gemuk) kulitnya mungkin saja kembali dengan cepat walaupun penderita mengalami dehidrasi. c. Menetapkan pengobatan yang cocok Menetapkan pengobatan yang cocok - (Seperti yang telah diuraikan terdahulu) - Kapan dapat ditolong dengan cairan yang ada di rumah. - Kapan harus dngan oralit - Kapan harus mengirim ke Puksesmas atau ke Rumah sakit. Kriteria penderita dirujuk: - Muntah-muntah terus - Mencret terus dan banyak - Rasa haus yang nyata - Tidak mau makan dan minum - Panas Tinggi - Tinjanya berdarah Kalau di kirim ke Puskesmas, penderita tetap diberi minum larutan Oralit selama dalam perjalanan. 2. Melakukan Penyuluhan Di kalangan Pramuka atau Kelompok Masyarakat. - Dalam menjelaskan tentang pemberantasan penyakit diare ini dapat dengan ceramah, diskusi atau demontrasi, misalnya demontrasi pembuatan larutan Oralit dan sebagainya. Di samping harus memahami bahan-bahan tersebut di atas, Pramuka Penegak dan Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat, sehingga mencapai SKK penanggulangan pengakit diare. Juga dapat mengetahui dan menganalisa situasi penyakit diare, atau dapat membantu program pemerintah. SITUASI PENYAKIT DIARE DI INDONESIA Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakita diare dari tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 6 dari 10 kematian tersebut pada umur <2 tahun. Rata-rata anak usia <3 tahun di negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun (WH), 2005) Hasil survei Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000, angka kesakitan diare semua umur 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423 per 1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab kematian no.4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok peyakit menular. Proporsi diare sebagai penyabab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,3%) (Hasil Riskesdas 2007) Disamping itu, di Indonesia penyakit diare ini masih sering timbul sebagai wabah yang sering menghebohkan masyarakat atau sosial politik, karena dalam waktu yang singkat dapat memakan banyak korban. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umur dan Tujuan Nasional. Dewasa ini, dengan masih tingginya angka kematian bayi dan Balita menggambarkan belum terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta merupakan tantangan pembangunan kesehatan yang utama. Maka untuk menghadapi tantangan tersebut penanggulangan diare merupakan salah satu masalah yang prioritas. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE Kegiatan pokok penanggulangan penyakit diare adalah: 1. memberikan tata laksana yang tepat dan efektif kepada penderita diare yang ditemukan, baik sarana kesehatan maupun apotik, toko obat dan kader. 2. Mencegah terjadinya penyakit diare melalui keiatan lintas program dan lintas sektor. Pelaksanaan program dilakukan secara terpadu, baik lintas program maupun lintas sektoral, dengan pendekatan PKMD, yaitu dengan melibatkan peranserta masyarakat, melalui kader-kader pembangunan bidang kesehatan. Sejak Pelita IV: Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Diare dilakukan dengan kegiatan terpadu Keluaraga Berencana Kesehatan (KB, KIA,GIZI IMUNISASI dan DIARE KEPUSTAKAAN 2. Buku penuntun Kader Pembangunan Desa Dalam penanggulangan Penyakit Diare. Ditjen P3M, 1983 3. Diare dan Upaya Pemberantasannya, Ditjen P3M, 1981 4. Rehidrasi Oral, Pemantapan dan Pembudayaan dalam upaya Penanggulangan Diare, Ditjen PPM & PLP, 1984. 5. Pedoman Supervisor tentang ”Pengobatan Penderita Diare”, Ditjen PPM & PLP 1983. SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT TB PARU TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT TB PARU I. - Pramuka Siaga Mengetahui penyebab, cara penularan dan gejala TB Paru Mengetahui jenis TB Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan secara teratur II. Pramuka Penggalang: - Dapat menjelaskan tentang cara penularan dan gejala TB Paru - Dapat menjelaskan cara pencegahan dan pengobatan secara teratur III. - Pramuka Penegak dan Pandega : Dapat mengaplikasikan/memberi contoh cara pencegahan TB Paru Dapat mengaplikasikan/memberi contoh cara pengobatan secara teratur Dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan TB Paru Dapat memberikan contoh pencegahan TB Paru (rumah harus ada jendela, jangan meludah di sembarang tempat) Dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya TB Paru I. PRAMUKA SIAGA Seorang Pramuka harus mengerti hal-hal sebagai berikut: A. PENYEBAB Tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobarterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. B. GEJALA TB Gejala utama TB adalah : - Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih Gejala lainnya: - Batuk bercampur darah - Sesak nafas dan nyeri dada - Nafsu makan berkurang - Berat badan turun - Rasa kurang enak badan (lemas) - Demam/meriang berkepanjangan - Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan D. CARA PENULARAN TB - Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA Positif. - Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak. - Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar kemungkinan menularkan kepada orang lain. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB. E. JENIS TB 1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru 2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya: selaput otak, selaput jantung (pericardium), tulang, persendian, kelenjar getah bening, kulit, ginjal, usus, dll. F. TB PARU DAPAT DISEMBUHKAN . Apabila terdapat gejala-gejala TB paru pada diri kita atau keluarga kita, bawalah secepat mengkin ke Puskesmas atau dokter untuk memastikan bahwa yang bersangkutan benar-benar terserang penyakit TB paru. G. CARA PENCEGAHAN TBC. Seorang Pramuka Siaga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan TB paru bagi dirinya sendiri dan bagi keluarga serta teman sebaya, antara lain dapat menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan (tidak meludah di sembarang tempat), kalau batuk (menutup mulut, menjauhkan diri dari orang yang sedang batuk dan mengupayakan olah raga yang teratur serta makan malam yang bergizi (menu seimbang). II. PRAMUKA PENGGALANG Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penggalang harus mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Hal-hal yang dapat mematikan kuman TB: Kuman TB dapat mati bila : - Terkena sinar matahari langsung - Terkena panas api atau air mendidih - Terkena sabun, lisol (obat sejenis lisol). 2. Cara Pencegahan Penularan TB Untuk mencegah penularan kepada orang sehat, seorang penderita TB Paru hendaknya: - Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin - Penderita tidur terpisah dari keluarga - Ventilasi rumah yang cukup, sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah. - Mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur. Menjemur alat-alat tidur sesering mungkin, karena kuman TB mati oleh sinar matahari. - Tidak meludah disembarang tempat, tetapi meludah di tempat tertentu seperti tempolong atu kaleng yang sudah diisi dengan sabun, karbol atau lisol, karena kuman TB mati oleh zat-zat tersebut. 3. Mampu menjelaskan mengenai usaha-usaha pencegahan penularan TB paru pada penderita TB paru, sehingga penderita tersebut mau melakukan usaha-usaha tersebut. Selain hal tersebut di atas seorang Pramuka Penggalang juga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Penderita tersangka TB Paru Penderita tersangka TB Paru yaitu penderita yang mempunyai gejala-gejala menyerupai TB paru. 2. Apa yang harus dilakukan terhadap Penderita tersangka TB Paru. Melaporkan kepada petugas kesehatan atau Puskesmas setempat, sehingga petugas Puskesmas dapat mengunjungi rumah penderita tersebut untuk diteiti lebih lanjut. Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penggalang juga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Mengetahui perlunya penderita tersangka TB Paru memeriksakan dahaknya, yakni untuk memastikan apakah penderita tersebut benar menderita TB. 2. Dapat memotivasi penderita tersangka TB Paru untuk segera memeriksakan dahaknya (sebaiknya dahak pagi hari). 3. Dahak yang diperiksa adalah cairan yang keluar dari rongga paru ( bukan air ludah). Sebelum dahak ditampung terlebih dahulu mulut harus dibersihkan dengan berkumur-kumur/gosok gigi tanpa odol. 4. Mengetahui cara pengobatan penyakit TB Paru yang mutakhir menurut panduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia. a. OAT Kategori 1 Diberikan kepada pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif Rontgen positif, dan paien TB ekstra paru. Lama pengobatan 6-8 bulan, terbagi dalam 2 tahap, berupa obat yang diminum (oral). b. OAT Kategori 2 Diberikan kepada pasien TB BTA positif yang telah diobati sebelumnya (pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien pengobatan setelah putus berobat). Lama pengobatan 8 bulan, terbagi dalam 2 tahap, dan obat yang diberikan selain berupa suntikan (hanya 2 bulan pertama) juga berupa obat yang diminum/oral (8 bulan). c. Kategori Anak Diberikan kepada pasien TB Anak. Lama pengobatan 6 bulan, terbagi dalam 2 tahap, berupa obat yang diminum (oral). 5.Seorang Pramuka diharapkan dapat membantu petugas kesehatan untuk memotivasi penderita TB Paru. Sehingga penderita berobat secara teratur hingga sembuh. (Dinyatakan sembuh oleh dokter) III. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Selain mengetahui hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus mengetahui hal-hal sebagai berikut: Sejak tahun 1995, program pemberantasan Tuberkolosis Paru, telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse therapy), yang direkomendasikan oleh WHO. Penanggulangan dengan strategi DOTS yang merupakan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi, dan merupakan strategi dengan biaya paling efektif. Komponen Strategi DOTS 1. 2. 3. 4. 5. Komitmen politis dari pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. Pemeriksaan TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kesinambungan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB. Masalah TB di Indonesia 1. 2. Penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit jantung dan penyakit saluran pernapasan, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja (15 s/d 50 tahun) Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Integrasi pelayanan TB di desa melalui UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat). Upaya untuk memandirikan masyarakat dalam bidang kesehatan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Petugas kesehatan, LSM lokal, Tokoh masyarakat dan kader melibatkan pelayanan TB di desa melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Hal ini diharapkan agar upaya terobosan dalam mendekatkan layanan TB kepada masyarakat sebagai salah satu strategi pengendalian TB dapat meraih hasil yang optimal. A. Tujuan Umum Memberikan akses pelayanan TB bagi masyarakat di daerah yang sulit dijangkau dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang peduli dan tanggap terhadap permasalahan TB di wilayahnya. B. Khusus 1. Meningkatkan angka penemuan suspek TB 2. Menurunkan angka putus berobat 3. Meningkatkan peran lembaga desa dan perangkatnya dalam program penanggulangan TB 4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, LSM dan dunia usaha dalam penanggulangan TB 5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB 2. Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat, sehingga mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan Penyakit TB paru. Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mampu menggerakkan masyarakat/organisasi masyarakat untuk turut melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengobatan penyakit. 2. Dapat memberikan penyuluhan tentang Penanggulangan TB paru kepada kelompok Pramuka atau anggota masyarakat. 3. Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat, sehingga mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan penyakit TB paru. KEPUSTAKAAN 1. Departemen Kesehatan RI aku tekun aku Sembuh. Yakarta 1983, Sub.Dit P2TB Paru. Ditjen P3M dan Dit. PKM 2. Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Perawat Pelaksana Pengobatan dalam program pemberantasan Penyakit TB Paru, Jakarta 1983, Ditjen P3M. 3 Departemen Kesehatan RI, Tuberkulosa Paru, Jakarta, Pusat penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes RI, 1984. SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT KECACINGAN TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT KECACINGAN Pramuka Siaga: - Mengetahui penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan - Mengetahui cara pencegahan penyakit cacingan - Mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan Pramuka Penggalang: - Menjelaskan penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan - Menjelaskan cara pencegahan penyakit cacingan - Menjelaskan cara pengobatan penyakit cacingan Pramuka Penegak dan Pandega: - Dapat mengaplikasikan cara pencegahan penyakit cacingan - Dapat mengaplikasikan cara pengobatan penyakit cacingan - Dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan penyakit mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan. cacingan, I. PRAMUKA SIAGA A. PENGERTIAN Seorang dikatakan cacingan, bila dalam pemeriksaan tinjanya terdapat telur cacing. B. TANDA-TANDA CACINGAN 1. Pucat, kurang darah 2. Lesu, kurus, malas 3. Mual, kurang nafsu makan 4. Perut buncit 5. Mata cembung 6. Rambut jarana 7. Keluar cacing dari dubur atau mulut GAMBAR C. PENYEBAB CACINGAN Penyebab cacingan disebabkan oleh jenis cacing tanah yang terdapat pada usus, adalah: - Cacing gelang - Cacing cambur - cacing tambang D. CARA PENULARAN 1. Apabila penderita cacingan Luang air besar sembarangan. Tinja yang mengandung telur cacing mengotori tanah. GAMBAR 2. Di tanah lembab dengan suhu dan waktu tertentu telur menjadi matang dan Siap menulari orang lain. 3. penularan dapat melalui makanan dan minutan yang dikotori oleh telur cacing yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor. GAMBAR 4. Dapat juga penularan melalui digitan tempayak pada kulit kaki yang tidak memakai alas kaki. E. BAHAYA DAN KERUGIAN BAGI PENDERITA CACINGAN - Cacing menghisap makanan dalam usus sehingga penderita kurang gizi - Cacing menghisap darah dalam usus sehingga penderita kurang darah - Pertumbuhan anak terganggu - Cacing dewasa dapat menéalas keluar usus dan merusak alat-alat tubuh sehingga menumbuhkan penyakit lain. - Jika jumlah cacing banyak dapat menyumbat usus sehingga penderita dapat meninggal. - Anak yang menderita cacingan mudah terserang penyakit lain dan sukar mencerna pelajaran. - Penderita cacingan pada orang dewasa dapat menurunkan kemampuan kerja. F. CARA MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN 1. Mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun sebelum makan dan sesudah buah air besar serta saat mau menyuapi anak. GAMBAR 2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikt 2 kali setiap hari GAMBAR 3. Memotong dan membersihkan kuku 4. Memakai alas kaki sewaktu diluar rumah GAMBAR 5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan. GAMBAR 6. Membuang tinja di jamban GAMBAR 7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji. II. PRAMUKA PENGGALANG 1. Cara pencegahan penyakit cacingan a. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air b. Menjaga kebersihan rumah. c. Menjaga kebersihan lingkungan d. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi e. Memasak air minum GAMBAR f. g. h. i. IV. Memakai alas kaki (sepatu atau sandal) Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah Membuang sampah di tempat yang semestinya. Memberantas binatang yang menyebabkan telur cacing lalat, lipas dan tikus. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA 1. Lingkaran kehidupan dan Proses Penularan cacing Gelang. Orang sehat yang makan makanan dan minuman minuman yang mengandung telur cacing. Telur-telur terbawa angin air, debu dan terselip dikuku dan sebagainya, kemudian hinggap pada: makanan dan minuman Setelah lebih kurang 1 minggu telur menjadi larva perkembangan telur cacing di permukaan tanah menandung larva. Penderita kecacingan buang air besar di sembarang tempat 2. Lingkaran Kehidupan dan Proses Penularan Cacing Tambang GAMBAR 3. Lingkaran kehidupan dari proses penularan cacing cambuk KHUSUS UNTUK PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA Disamping harus memahami bahan-bahan untuk memperoleh TKK, Pramuka Penegak dan Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka Siaga dan Penggalang atau seorang anak seusia itu, sehingga memperoleh TKK Penanggulangan Penyakit Kecacingan. KEGIATAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT CACINGAN. a. Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang pencegahan penyakit cacingan oleh petugas kesehatan maupun kader-kader pembangunan bidang kesehatan. b. Membantu memberikan pengobatan dengan obat cacing yang dapat diperoleh di Puskesmas atau toko-toko obat (diutamakan bagi umur di bawah 13 tahun). c. Meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan dengan melibatkan peran serta masyarakat. d. Program dilakukan dengan memperhatikan program/sektor terkait. 4. Pengobatan Penderita Cacingan. - Bila seorang sakit cacingan, maka orang tersebut perlu diberikan obat cacing. Petunjuk pemakaian obat cacing di toko atau tanyakanlah kepada petugas kesehatan atau kader pembangunan bidang kesehatan. - Apabila menggunakan obat cacing pyrantel pamoat dengan dosis 10 mg/kg berat badan dosis tunggal. Obat tidak diberikan terhadap orang yang sedang demam, ibu hamil dan bayi berumur kurang dari 4 bulan. - Selain obat pyrantel pamoat dapat pula digunakan obat-obatan lain: albendazale, membendazale dan obat-obat tradisional (petai cina, temulawak, dan lain-lain). Perhatikanlah aturan pemakaiannya. - Untuk meyakini bahwa orang tersebut telah sembuh dari cacingan maka perlu diperiksa tinjanya di Puskesmas. Bina ternyata orang tersebut masih cacingan, pengobatan dapat diberikan lagi sampai tinjanya negatif. Karena angka penularan cacing dan terinfeksi (infeksi ulang) di Indonesia pada umumnya masih tinggi, maka membiasakan makan obat cacing secara teratur 3-4 bulan sekali dapat dilakukan, tetapi kegiatan pencegahan lebih penting dan sangat dianjurkan. 5. Penyuluhan kepada masyarakat atau kelompok Pramuka. - Menjelaskan bahwa penyakit cacingan adalah merupakan salah satu penyakit menular yang sering dijumpai di kalangan masyarakat Indonesia. Setiap 100 orang lebih kurang 60-80 diantaranya mengandung cacing dalam perutnya. - menjelaskan dengan baik dan benar tentang: a. Kebersihan lingkungan 1). Setiap anggota keluarga agar selalu buang air besar ke dalam jamban. Jangan buang air besar di sembarang tempat. 2). Setiap anggota keluarga agar selalu menggunakan air bersih yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. 3). Keluarga agar selalu memasak makanan dan minuman sebelum dimakan dan diminum. 4). Keluarga agar selalu menggunakan tudung saji (penutup makanan) agar makanan terhindah dari jamahan lalat dan debu. b. Kebersihan diri pribadi Setiap anggota keluarga agar membiasakan hidup bersih dengan cara: 1). Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan serta setelah buang air besar. 2). Memotong kuku seminggu sekali 3). Memakai alas kaki (sandal, sepatu, dan sebagainya) 4). Memelihara kebersihan Jiwa/rohani. Hal ini sangat penting dan erat hubungan dengan kebersihan badani, bahkan oleh agama disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman. Pokoknya semua bersih, lingkungan, badan, hati dan cita-cita. Disamping bahan-bahan yang telah diuraikan, harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau seorang anggota masyarakat sehingga memperoleh TKK Penanggulangan Penyakit Kecacingan. Juga harus dapat menganjurkan atau membimbing masyarakat atau keluarga dan mengusahakan pengobatan: a. Membimbing masyarakat (keluarga) untuk melaksanakan peranannya dengan cara antara lain: b. Menambah pengetahuan mengenai penyakit cacingan ini terutama tentang pencegahan serta pemberantasannya dengan meminjam dan mempelajari, buku pedoman pelaksana pemberantasan cacing yang ditularkan melalui tanah dari Departemen Kesehatan. 6. Pengetahuan Lain: Daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi Daerah yang mempunyai angka kesakitan cacingan (prevalensi) tinggi adalah dengan kriteria sebagai berikut: a. Letak daerah dengan iklim yang panas dan lembab yang cocok dengan pertumbuhan cacing perut. b. Penduduk padat c. Sarana penunjang lingkungan (air bersih, jamban, keberhasilan makanan dan minuman) belum memenuhi syarat kesehatan atau belum dimanfaatkan. d. pendidikan masyarakat masih rendah. e. Sosial ekonomi masih rendah. Pramuka golongan Penegak dan Pandega diharapkan dapat menjelaskan dan menjadi contoh tauladan terhadap sekelompok Pramuka golongan Siaga dan Penggalang atau masyarakat dalam penyuluhan pencegahan dan pengobatan penyakit cacing. Khusus Pramuka Penegak dan Pandega, di samping hal-hal tersebut di atas, juga harus : - Dapat membantu atau bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam pelaksanaan program. Misalnya dalam pelaksanaan penyuluhan, pengobatan melalui program terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral. - Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau seorang anggota masyarkaat sehingga TKK Penangulangan penyakit Cacingan tingkat madya. KEPUSTAKAAN. 1. Mengenal cacing perut dan cara pencegahannya, Sub Dit. Cacing Tambang dan Parasit Perut lainnya, Ditjen P3M Departemen Kesehatan RI, 1981. 2. Keluarga sehat karena bebas dari cacing, Departemen Kesehatan Jakarta, 1983. 3. Program Pelita IV Subdit Penanggulangan Diare, Kecacingan dan Parasit Perut, Ditjen PPM & PLP. Pedoman Program pemberantasan Penyakit Cacingan, Ditjen PKM & PLP, 1998. Marilah memberantas dan mencegah cacingan, Depkes 1992. SKK PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA PRAMUKA PENGGALANG (usia 11 - 15 th) - Mengetahui pengertian IMS, HIV dan AIDS Mengetahui gejala-gejala IMS, Infeksi HIV dan AIDS. Mengetahui cara-cara penularan IMS, infeksi HIV dan AIDS Mengetahui bagaimana cara pencegahan IMS, infeksi HIV dan AIDS Mengetahui hubungan IMS dan HIV/AIDS Mengetahui dimana virus HIV ditemukan dalam tubuh, cara HIV melemahkan kekebalan tubuh dan siapa saja yang dapat terkena infeksi HIV/AIDS Dapat menyampaikan kepada teman sebaya di kelompoknya PRAMUKA PENEGAK A. SKK tentang IMS - Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian IMS. - Mengetahui dan dapat menjelaskan gejala dan akibat IMS yang diobati tidak menular. - Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penularan IMS - Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan IMS. - Mengetahui dan menjelaskan hubungan IMS dan HIV/AIDS. - Mengetahui dimana dapat memperoleh pengobatan dan akibat IMS yang diobati tidak teratur. - Mengetahui perilaku dan faktor yang mepengaruhi penyebaran IMS. - Dapat memberi tahu kepada teman sebaya dikelompoknya B. SKK tentang HIV/AIDS - Mengetahui dan dapat menjalaskan pengertian HIV/AIDS. - Mengetahui dan dapat menjelaskan perjalanan penyakit dan gejala HIV/AIDS - Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penjularan HIV/AIDS - Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS - Mengetahui perilaku dan faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS - Dapat memberi tahu kepada semua sebaya dikelompoknya. HIV DAN AIDS A. Pengertian HIV dan AIDS 1. Pengertian HIV HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV positif atau pengidap HIV. Orang yang telah terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan gejala apapun, secara fisik kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat. Namun dia mempunyai potensi sebagai sumber penularan, artinya dia dapat menularkan virus pada orang lain. 2. Pengertian AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunedeficiency Syndrome. Syndrome, yang bahasa Indonesianya adalah Sindroma, merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit. Deficiency dalam bahasa Indonesia berarti kekurangan. Immune berarti kekebalan tubuh, sedangkan Acquired berarti diperoleh atau didapat. Dalam hal ini, “diperoleh” mempunyai pengertian bahwa AIDS bukan penyakit keturunan. Seseorang menderita AIDS bukan karena ia keturunan dari penderita AIDS, tetapi karena ia terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS. Dengan demikian AIDS dapat diartikan sebagai sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya/menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV. B. Gejala HIV & AIDS Untuk memahami gejala HIV dan AIDS, perlu dipahami sistem kekebalan tubuh sebagai mana digambarkan dalam komik berikut Penjelasan : • Komik kekebalan tubuh menggambarkan tentang fungsi darah putih dalam tubuh seseorang sebagai sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus, dan lainnya. • Bila virus masuk ke dalam tubuh, maka sel darah putih akan berusaha melumpuhkan virus tersebut. Misalnya, virus influenza, diare dan batuk akan dilumpuhkan oleh sel darah putih. • Berbeda dengan virus lainnya, HIV adalah virus yang tidak mudah dilumpuhkan oleh sel darah putih. Apabila masuk ke dalam tubuh kita justru akan melumpuhkan sel darah putih, terutama menyerang CD 4 dan menggunakannya untuk memperbanyak HIV dalam tubuh yang bersangkutan sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit dan infeksi. Tahapan perkembangan perjalanan HIV secara umum dibagi dalam beberapa tahapan: 1. Tahap Primer HIV positif dimana seseorang positif terkena HIV, namun belum menunjukkan gejala berarti. Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan gejala flu (pusing, lemas, agak demam, dan lain-lain) sehingga sering terabaikan. Tahap ini biasanya terjadi antara 2-4 minggu setelah seseorang terinfeksi HIV. Dengan kata lain, setelah HIV masuk tubuh untuk pertama kalinya, apabila orang tersebut melakukan tes HIV, maka hasil tes mungkin negatif. 2. Tahapan Asimptomatik atau Tanpa Gejala Seseorang yang HIV positif tidak menunjukkan gejala sama sekali. Perlahan-lahan jumlah CD4 dalam darah menurun. Kadang ada keluhan berkaitan dengan pembengkakan di kelenjar getah bening, tempat dimana sel darah putih diproduksi. 3. Tahapan Simptomatik atau Bergejala Seseorang yang sudah terkena HIV mengalami gejala-gejala ringan, namun tidak mengancam nyawanya, seperti: demam yang bertahan lebih dari sebulan, menurunnya berat badan lebih dari 10 %, diare selama sebulan (konsisten atau terputus-putus), berkeringat di malam hari, batuk lebih dari sebulan dan gejala kelelahan yang berkepanjangan (fatigue). Sering kali gejala-gejala dermatitis mulai muncul pada kulit, infeksi pada mulut (oral thrush, hairy leukoplakia) dimana lidah sering terlihat dilapisi oleh lapisan putih, herpes, dan lainnya. Kehadiran satu atau lebih tanda-tanda terakhir ini menunjukkan seseorang sudah berpindah dari tahap infeksi HIV menuju AIDS. Bila hitungan CD4 turun pesat di bawah 200 sel/mm3, umumnya gejala menjadi kian parah sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif. 4. Tahapan Akhir Pada tahapan ini, seseorang telah menunjukkan gejala-gejala penuh AIDS. Ini menyangkut tanda-tanda yang khas AIDS, yaitu adanya penyakit-penyakit oportunistik seperti: Pneumocytis Carinii (PCP), Candidiasis, Sarkoma Kaposis, Tuberkulosis (TB), berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, dan penyakit lainnya yang berakibat fatal. Gangguan syaraf juga sering dilaporkan, diantaranya: hilangnya ketajaman daya ingat, timbulnya gejala gangguan mental (dementia), dan perubahan perilaku secara progresif (umumnya akibat encephalopathy). Disfungsi kognitif sering terjadi, dengan tanda awal diantaranya adalah tremor (gemetar tubuh) serta kelambanan bergerak. Hilangnya kemampuan melihat dan paraplegia (kelumpuhan kaki) juga bisa timbul di tahapan akhir. Perjalanan cepat atau lamanya perkembangan HIV seseorang sangatlah individual. Setiap orang cenderung memiliki gejala yang berlainan. Secara umum, pesatnya perkembangan penyakit dari HIV positif ke arah Fullblown AIDS tergantung pada berbagai faktor: riwayat medis, status kekebalan tubuh atau immunitas, adanya infeksi lain, perawatan yang diperoleh dan lain-lain. Di samping itu, gizi dan kebersihan lingkungan hidupnya juga berpengaruh pada taraf kesehatannya secara umum. Polusi udara dan udara yang lembab tanpa ventilasi yang memadai, dapat dengan cepat menurunkan kesehatan paru-paru pengidap HIV. Pola makan yang kurang sehat dan gizi yang buruk juga dapat memperburuk kesehatan dari orang yang HIV positif. Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala AIDS. Namun, kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka yang HIV positif akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 5 tahun setelah terinfeksi. Sedangkan 50% lainnya, dalam waktu 10 tahun setelah pertama kali tertular. Setelah dalam tahap fullblown, harapan untuk bertahan hidup menipis secara drastis. Berdasarkan keterangan di atas, seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak menunjukkan gejala apapun (Asymptomatic) dalam waktu yang cukup lama (3-10 tahun). Karenanya, kita sering tidak mampu mendeteksi apakah seseorang HIV positif atau tidak berdasarkan penampilan saja. Meskipun seseorang tidak menunjukkan gejala apapun, ia sudah dapat menularkan HIV pada orang lain. Seringkali orang tersebut tidak menyadari dirinya sudah terkena HIV bila gejalanya belum tampak. Lebih jauh lagi, meskipun ia sudah tahu dirinya HIV positif, mungkin ia tidak bisa membuka statusnya dengan mudah karena tidak yakin terhadap reaksi orang lain. C. Cara Penularan HIV Sehubungan dengan penularan, perlu diketahui tentang periode jendela (window period) yaitu masa seseorang telah terinfeksi HIV tetapi bila dilakukan pemeriksaan darah maka belum menunjukkan hasil (negatif) yang berarti antibodi terhadap HIV belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Periode jendela ini biasanya berlangsung antara 3-6 bulan sejak dimulainya infeksi. Hal yang perlu diingat adalah sejak masuknya virus HIV, seseorang telah mengidap HIV dan dapat menularkan HIV sepanjang hidupnya. Sehingga walaupun dalam masa periode jendela, orang tersebut sudah menjadi sumber penularan. Penularan HIV dapat terjadi bila ada kontak atau masuknya cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu : 1. Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV yang dapat terjadi melalui perilaku seksual dengan lawan jenis atau sesama jenis. 2. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. Transfusi darah yang tercemar HIV secara langsung membuat orang yang menerima darah tersebut tertular HIV karena virus langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah penerima. 3. Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tatto) yang tercemar oleh HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para pecandu narkotika akan mempermudah penularan HIV di antara mereka bila salah satu di antara mereka merupakan pengidap HIV. 4. Pemindahan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya, anak yang dilahirkan dan melalui pemberian ASI. 5. Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki perilaku risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, yaitu : • Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan hubungan seksual, beserta pasangan mereka. • Penjaja seks, serta pelanggannya. • Laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan seksual anal. • Pengguna narkotika dengan suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama. Hal-Hal yang Tidak Menularkan HIV. HIV mudah mati di luar tubuh manusia, oleh sebab itu HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari seperti: 1. Bersentuhan dengan pengidap HIV. 2. Berjabat tangan. 3. Bersentuhan dengan pakaian dan barang-barang bekas pakai orang dengan HIV atau sudah AIDS. 4. Bersin atau batuk-batuk orang dengan HIV atau sudah AIDS di depan kita. 5. Berciuman kering. 6. Melalui makanan dan minuman. 7. Berenang bersama di kolam renang. 8. Menggunakan WC yang sama dengan pengidap HIV. 9. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lain. D. Pencegahan dan Pengobatan HIV dan AIDS Penting untuk mengetahui cara melindungi diri dari HIV dan AIDS karena pandemi AIDS merupakan suatu kedaan darurat. Yang dimaksud keadaan darurat adalah suatu keadaan gawat yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah perkembangannya ke arah kondisi yang lebih fatal. Kedaruratan pandemi AIDS terletak pada kemungkinan penularannya karena sekali tertular HIV belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Berdasarkan hal itulah, salah satu cara penanggulangan HIV dan AIDS terbaik adalah dengan melakukan pencegahan. Pencegahan tentu harus dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seseorang dalam mencegah tertularnya HIV dan AIDS, seperti berikut: 1. Pencegahan Penularan Melalui Kontak Seksual Sebagian besar penularan HIV di Indonesia terjadi melalui penularan seksual, sehingga pencegahan HIV dan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual yang berisiko. Untuk itu kepada setiap orang perlu memperoleh informasi yang akurat agar memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu : a. Tidak melakukan hubungan seksual. b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang dan saling setia. c. Apabila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV atau tidak dapat saling setia, gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual. Konsep pencegahan dikenal dengan istilah A B C (Abstinence, Be Faithfull, Condom). 2. Pencegahan Penularan melalui Darah Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah, produk darah dan plasma: a. Transfusi Darah Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV positif agar tidak menjadi donor darah. Begitu pula mereka yang berperilaku risiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan ganti-ganti pasangan. b. Penggunaan Produk Darah dan Plasma Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka produk darah dan plasma harus dipastikan tidak tercemar HIV. c. Penggunaan alat suntik dan alat-alat lain yang dapat melukai kulit Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur dan alat tusuk untuk tindik perlu diperhatikan sterilisasinya. Tindakan mensterilkan dengan pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting. 3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak Janin dari orangtua terinfeksi HIV berrisiko tertular HIV penularan cukup besar sekitar 25 %. Risiko akan semakin besar bila orangtua telah berada dalam tahap AIDS, oleh karena itu orangtua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang rencana kehamilan. Risiko bayi terinfeksi HIV melalui ASI kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu untuk memberikan ASI pada bayinya. Jika ibu berniat untuk memberikan ASI, maka: 1. Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan menggunakan cangkir atau sendok. 2. Setelah 6 bulan, hentikan ASI dan berikan makanan tambahan. E. Situasi Epidemiologi HIV dan AIDS Terkini Di Wilayah Kerja Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- penyakit + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "estimasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Epidemi AIDS adalah kejadian wabah AIDS yang terjadi secara cepat dari yang diduga dalam suatu periode waktu tertentu pada suatu masyarakat. Epidemi AIDS merupakan distribusi dan determinant (penentu) dari kejadian AIDS yang terjadi di masyarakat. Sehubungan hal tersebut, maka epidemi AIDS terkini pada suatu wilayah menggambarkan jumlah kasus, pola penyebaran, faktor risiko, kelompok risiko, pengendalian dan perkembangan AIDS tersebut. Oleh karena itu situasi epidemi AIDS di setiap daerah akan berbeda. Pada umumnya, penggambaran suatu epidemi AIDS tidak hanya terbatas pengungkapan fakta kejadian wabah saja, akan tetapi fakta tersebut dianalisis dan dikembangkan kebijakan dalam rangka penanggulangannya. Seorang manajer program dan petugas lapangan sangat penting memahami suatu epidemi AIDS yang ada di daerahnya. Memahami epidemi akan mempermudah mereka untuk menguasai situasi dan permasalahan serta rencana strategi yang akan dikembangkan. F. Jenis Pelayanan Yang terkait dengan HIV dan AIDS Salah satu dari penanggulangan HIV dan AIDS adalah penyediaan layanan-layanan masyarakat selain Komunikasi Informasi dan Edukasi. Pelayanan HIV dan AIDS, diantaranya kita mengenal Voluntary Counseling and Testing (VCT)), Prevention from Parent To Child Transmission (PPTCT), Provider Initiated Test and Counseling (PITC) and Care Support and Treatment (CST). VCT adalah konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela untuk mengetahui status HIV seseorang, dikenal juga sebagai Konseling Testing secara Sukarela (KTS). Tes ini merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium yang harus disertai konseling. KTS merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV dan AIDS. Pada KTS dikenal dua model layanan, diantaranya : • KTS yang statis (klinik KTS tetap) KTS terintegrasi dalam sarana kesehatan HIV dan AIDS, serta sarana kesehatan lainnya, artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang ada. • Mobile KTS (Jemput bola dan keliling) KTS dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi kelompok dampingan dengan risiko tinggi di wilayah tertentu. PPTCT atau Pencegahan penularan dari orangtua ke anak merupakan pelayanan yang dikhususkan terhadap para ibu yang terinfeksi HIV. Setiap ibu berstatus HIV yang hamil menjadi perhatian dari pelayanan ini. Seorang ibu hamil dengan HIV positif rentan menularkan terhadap janinnya. Penularan ini mungkin terjadi saat kehamilan sampai proses kelahiran, sehingga sangat perlu pendampingan dan penanganan khusus melalui pelayanan PPTCT. Diantara pelayanan yang didapat adalah konseling, pemeriksaan rutin kehamilan, terapi ARV, proses kelahiran dan penanganan Ibu dan anak dari pasca kelahiran termasuk gizi dan nutrisi bayi dan pemeriksaan untuk kepentingan status HIV bayi. PITC merupakan layanan pemeriksaan darah untuk mengetahui status HIV seseorang, dimana pasien yang datang dengan simptom atau penyakit terkait HIV, diagnosis dan tatalaksana klinik berdasarkan diagnosis HIV. Tes HIV ditawarkan sebagai bagian dari evaluasi klinis di tempat dimana prevalensi HIV menonjol. Layanan PITC adalah : • Individu mencari layanan medis. • Konseling HIV diberikan dan tes ditawarkan oleh petugas kesehatan. • Hasil tes digunakan petugas kesehatan untuk melakukan diagnosis dan memberikan terapi yang tepat. • Layanan yang diberikan bersifat kerahasiaan dan status didokumentasikan di status catatan medik agar dapat dilakukan tindak lanjut. • Prinsip dari PITC adalah sama dengan VCT, seperti : kerahasiaan, konseling dan informed-consent. CST merupakan pelayanan terkait dengan pemberian dukungan kepada orang yang berstatus HIV positif. Pelayanan ini akan diberikan setelah orang melalui proses tes darah atau ketika seseorang tersebut HIV positif. Pasca tes, seseorang yang HIV positif akan dirujuk ke CST dan manajer kasus di CST akan menawarkan beberapa dukungan dan layanan, misalnya: pemeriksaan laboratorium terkait dengan tingkat CD4, viral load, SGPT, SGOT dan lain-lain. Dukungan terapi ARV (antiretroviral) akan diberikan dalam pelayanan CST. Selain dukungan medis, bila yang bersangkutan membutuhkan, dapat memperoleh dukungan sosial, ekonomi, atau spiritual beserta layanan-layanan lain yang ada di masyarakat. G. Tes HIV 1. Tes Antibodi HIV Tes antibodi HIV adalah tes darah yang dipakai untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak. Manfaat tes ini adalah : a. Membantu melindungi persediaan darah di bank darah. Adanya skrining darah donor untuk antibodi HIV terbukti telah menurunkan secara drastis risiko penularan HIV melalui tranfusi darah. b. Menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV dan AIDS di masyarakat. c. Mengetahui status HIV secara dini, sehingga memberikan kesempatan pada orang tersebut segera memulai pengobatan dan konseling. 2. Proses Tes Antibodi HIV Tes HIV dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV di dalam darah. Antibodi adalah reaksi tubuh terhadap kehadiran virus tertentu di dalam tubuh. Oleh sebab itu tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang-kadang orang sering menyebut tes HIV saja. Tes jenis inilah yang sering dipakai untuk penapisan atau skrining darah donor sebelum digunakan. Selain itu ada pula tes untuk mengetahui keberadaan HIV itu sendiri, atau disebut antigen. Perlu diketahui bila tubuh kemasukan suatu bibit penyakit, baik bakteri, virus, atau lainnya (ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat antibodi sebagai reaksi terhadap antigen tersebut. Zat ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi dengan pemeriksaan yang menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagens). Tubuh membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi agar dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Pada HIV, keberadaan antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium dalam waktu 3-6 bulan setelah seseorang terpapar HIV. Sebelum jangka waktu ini, pemeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV. Walaupun pemeriksaan darahnya masih negatif, orang tersebut sudah dapat menularkan NIV kepada orang lain. 3. Jenis tes untuk mendeteksi HIV. Saat ini tersedia beberapa jenis tes darah yang dapat membantu memastikan apakah seseorang, yang mungkin nampak sehat, sudah terkena HIV. Beberapa tes darah yang tersedia saat ini diantaranya: a. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Tes yang dilakukan untuk mencari antibodi yang ada dalam darah. Tes ini bersifat sensitif membaca kelainan darah. b. Western Blot. Tes ini juga untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Tes ini lebih akurat dan lebih mahal dibandingkan dengan ELISA dan lebih spesifik dalam mendiagnosis kelainan dalam darah. c. DIPSTICK HIV (En Te Be). Tes ini adalah tes cepat yang murah dan pelaksanaannya cepat. Tes yang dikembangkan oleh PATH ini sudah diproduksi di NTB, Indonesia. Sifatnya cukup sensitif dan spesifik dalam melihat kelainan dalam darah. Agar KD bersedia melakukan tes HIV, PL harus mampu memotivasi KD melalui pendekatan lapangan, konseling serta memberikan informasi lain yang diperlukan. H. Stigma dan Diskriminasi ODHA Stigma sering kali menyebabkan diskriminasi dan dapat mendorong munculnya pelanggaran HAM bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi dapat memperparah epidemi HIV dan AIDS karena dapat menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti juga mendorong keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV dan AIDS sering dikaitkan dengan perilaku seksual, penggunaan narkoba dan kematian sehingga banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima dan takut terhadap penyakit ini. Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi di masyarakat. Pada puncaknya, stigma akan menciptakan ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat, norma dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan beberapa kelompok merasa kurang dihargai dan menjadi malu, sedangkan kelompok lainnya merasa superior. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil berdasarkan atas prasangka mereka terhadap status HIV seseorang. Contoh diskriminasi yang terjadi dalam situasi HIV dan AIDS antara lain: sikap staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada ODHA, atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka atas status HIV mereka, keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup dengan HIV atau dipercaya terinfeksi dengan HIV. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hak azasi manusia. Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di keluarga, masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan kesehatan. Orang dapat melakukan diskriminasi, baik dalam kapasitas pribadi maupun profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan yang dilakukan. Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini dapat mendorong terjadinya depresi, harga diri rendah dan putus asa. Stigma dan diskriminasi dapat menghambat upaya pencegahan karena membuat orang tidak berani untuk mencari tahu status mereka, atau bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi HIV tetap melakukan perilaku seksual dan non seksual yang tidak aman karena takut orangorang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, ODHA dilihat sebagai "masalah" bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini. Di banyak negara, hukum, kebijakan, dan peraturan memberikan kontribusi terhadap lingkungan yang mendukung pencegahan, dukungan dan perawatan HIV dan AIDS. Meskipun kebijakan dan hukum yang mendukung telah ada, upaya penegakan hukum yang lemah menyebabkan stigma dan diskriminasi terus berlangsung. Hal ini mungkin disebabkan oleh hanya sedikit pertanggungjawaban terhadap tindakan-tindakan diskriminasi atau ganti rugi bagi mereka yang telah mengalami stigma dan diskriminasi. Berbagai negara dan lembaga menciptakan dan mempersubur stigma dan diskriminasi melalui hukum, peraturan, dan kebijakan yang mendiskriminasi ODHA atau orang-orang di sekitarnya. I. Peran ODHA dalam Pencegahan 1. Memberikan motivasi pada lingkungan teman-teman sesamanya dan pasangannya yang non reaktif untuk melakukan tes darah. 2. Saling memberikan dukungan antara sesama ODHA dalam melakukan hidup yang sehat. 3. Melakukan penyebaran informasi dan advokasi terkait untuk menghapus diskriminasi dan stigmatisasi terhadap ODHA. 4. Memperluas jaringan pelayanan dalam untuk memudahkan dukungan dan pemberian layanan terkait dengan kebutuhan ODHA. 5. Pemutusan mata rantai penularan terhadap pasangan melalui pencegahan dan perilaku aman. J. Tugas Petugas Lapangan PL mempunyai tugas sebagai berikut dalam pencegahan HIV dan AIDS: 1. Menyebarkan informasi tentang pengetahuan dasar HIV dan AIDS. 2. Melakukan promosi pencegahan. 3. Melakukan promosi layanan-layanan yang terkait dengan HIV dan AIDS. 4. Merujuk KD melakukan KTS. 5. Melakukan tindak lanjut hasil rujukan KTS sesuai dengan kewenangannya. REFERENSI 1. ASA-FHI Prosedur Operasional Standard, 2009, Membangun Jaringan Rujukan Berbasis Komunitas. 2. Citra Usadha Indonesia, 2008, Mengenal Terapi ARV (Pengalaman Odha). 3. K. Tuti Parwati Merati, 2008 , Kepedulian Bersama, Tuntutan Dalam Penanggulangan HIV dan AIDS (Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap bidang ilmu penyakit dalam). 4. Citra Usadha Indonesia,2007, Prosedur Layanan Konseling Tes HIV Sukarela dan Terapi ARV. 5. ASA-FHI , 2004, Mengenal Konseling dan Testing HIV Sukarela. 6. ASA-FHI, 2004, Jangan Cuma Ragu? Ikut VCT , Hidup Lebih Pasti. 7. AIDSCAP-FHI, 2004, Control of Sexually Transmitted Diseases: Handbook For The Design And Management Program. 8. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia, Direktorat Jendral Pembrantasan Penyeakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta, 2004, Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual. 9. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia, PUSDIKNAKES Kerjasama dengan FF dan Studio Driya Media ,1997, AIDS Dan Penanggulangannya. SKK IMUNISASI TUJUAN SKK IMUNISASI Pramuka Siaga: - Mengetahui tentang imunisasi secara sederhana - Mengetahui manfaat imunisasi - Mengetahui bahaya bila tidak diimunisasi - Mengetahui penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Pramuka Penggalang: - Dapat menjelaskan kerugian bila tidak diimunisasi - Dapat menjelaskan siapa yang perlu diimunisasi - Dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Pramuka Penegak dan Pandega: - Dapat mengaplikasikan tentang manfaat imunisasi - Dapat mengaplikasikan tentang siapa yang perlu mendapatkan imunisasi - Dapat memberikan penyuluhan tentang imunisasi - Dapat membantu petugas dalam mengajak dan mendorong orang lain agar mau diimunisasi. I. PRAMUKA SIAGA Seorang Pramuka Siaga harus mengetahui : A. Apakah Imunisasi Itu ? - Imunisasi ialah upaya pemberian kekebalan dengan pemberian vaksinasi untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti : TB, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis B. B. PENYAKIT-PENYAKIT BERBAHAYA APA YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI SAAT INI ? - Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ialah : 1. TB 2. Difteri 3. Pertusis (Batuk Rejan) 4. Tetanus 5. Campak 6. Polio 7. Hepatitis B Banyak lagi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi namun belum masuk ke dalam program imunisasi (yang ditanggung oleh pemerintah) oleh karena keterbatasan dana. 1. TB (Tuberkulosis) Tuberkulosis (TB) atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB bukan disebabkan oleh guna-guna atau kutukan. TB juga bukan penyakit keturunan. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun. 2. Difteri (Indrak) Penyakit tenggorokan dan hidung yang sangat berbahaya yang kadang-kadang menyumbat pernafasan sehingga anak dapat meninggal. II. PRAMUKA PENGGALANG A. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi : 1. TB (TUBERKULOSIS) Penyebab: Basil tuberkulosa (Mycobactrium tuberculosis) Gejala utama: ∗ Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih Gejala lainnya: ∗ Batuk bercampur darah ∗ Sesak nafas dan nyeri dada ∗ Badan lemah ∗ Nafsu makan berkurang ∗ Berat badan turun ∗ Rasa kurang enak badan (lemas) ∗ Demam meriang berkepanjangan ∗ Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan Jenis TB: 1. TB Paru 2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya : selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Cara penularan: Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA Positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menye-barkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak. Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar kemungkinan menularkan kepada orang lain. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB. Tindakan: ∗ Rujuklah ke Puskesmas untuk dicari kepastian diagnosa penyakit dan untuk mendapatkan pengobatan serta nasehat-nasehat. ∗ Vitamin-vitamin, obat cacing, zat besi. Pencegahan : Imunisasi BCG pada bayi (terutama untuk mencegah TB selaput otak) 2. DIFTERI Penyebab : Kuman Terutama menyerang anak-anak kecil Masa inkubasi : 2 – 4 hari Penularan: Secara kontak langsung maupun tidak langsung, misal dari pakaian/barangbarang milik penderita/alas tidur. Penderita (yang tidak diobati) sangat menular selama 2 – 4 minggu. Gejala: Gejala umumnya adalah sumeng, malas, sakit kepala, badan linu. Jenis: 1) Difteri hidung Pilek-pilek beberapa hari yang tidak sembuh-sembuh, hingga kulit di atas bibir dapat lecet. Sesaat kemudian pileknya bercampur darah dan bau. Tampak semacam selaput kotor di hidung. 2) Difteri Pharynx (tenggorokan) Sakit waktu menelan, kadang-kadang suara bindeng/sengau Bila sudah lanjut, maka leher anak membengkak macam Bullneck Dalam pharinx tampak semacam selaput putih kotor, kadang kala berdarah (ini bila anak disuruh buka mulut). 3). Difteri Larinx. Terutama terdapat pada anak kecil gelisah karena biasanya sesak yang makin lama makin bertambah sesaknya. Berbunyi waktu menarik napas (stidor) Penarikan otot-otot pernapasan. 4). Difteri di lain tempat (mata, kulit, vagina) Pencegahan : • Isolasi penderita sampai sembuh (hasil pemeriksaan pulasan 2 - 3 x berturut-turut negatif). • Untuk anak-anak/orang yang kontak dengan penderita harus diamati dan dilakukan pemeriksaan pulasan kuman • Desinfeksi barang-barang milik penderita • Imunisasi dengan Difteri Tetanus (DT) / Difteri Pertusis-Tetanus (DPT). Pengobatan : • Harus dirawat di Rumah Sakit untuk Sakit untuk pemberian antitoksin (A.D.S) • Penicilin atau • Erytromycin 40 mg/kg/BB/hari selama 7-10 hari • Istirahat • Makan/minum yang bergizi • Bila jalan nafas tersumbat dibuat lubang untuk nafas. 3. Batuk rejan (Pertusis / Kinkhoest = Batuk 100 hari) Batuk berbulan-bulan dengan bunyi yang khas diakhiri muntah, mata ikut membengkak. Akibatnya anak menjadi kurus karena tidak mau makan. Kebanyakan anak akan terserang penyakit ini, paling berat pada bayi berumur kurang dari 1 tahun. Penyebab : kuman Banyak menyerang pada anak-anak kecil, laki-laki atau perempuan Masa Inkubasi : 7-14 hari Penularan : secara langsung Penderita sangat menular pada saat mulai sakit hingga 4 minggu kemudian. Gejala : - mula-mula batuk/pilek bisa menyerang 7-14 hari lamanya, - kemudian diikuti dengan batuk yang lebih khas,yaitu penderita batukbatuknya lebih keras dan berturut-turut (menyambung terus) untuk kemudian diakhiri dengan tarikan napas yang panjang dan berbunyi, sering kali diikuti dengan muntah. saat serangan ini biasanya mata anak merah sampai biru dan mata berair. - Batuk-batuk tersebut beberapa minggu kemudian akan menjadi berkurang. Pencegahan: - isolasi penderita sedikitnya 3 minggu mulai dari batuk-batuk yang khas. - imunisasi DPT pada bayi Pengobatan: - yang khusus penyakit ini tidak ada - Eritromisin 40-50 mg/kg/bb/hari selam 7 hari atau - Kloramfenikol / Tetrasiklin 4. Tetanus Penyakit ini bisa terjadi pada segala umur. Tetapi yang merupakan masalah cukup besar di Indonesia adalah banyaknya penderita Tetanus pada bayi yang baru lahir (Tetanus neonatorum) yang sering menyebabkan kematian. Penyebab: Penyebab tetanus adalah kuman tetanus mengeluarkan racun yang sangat berbahaya. (clostiridium tetani) yang dapat Cara penularan : • Pada bayi Melalui luka waktu pemotongan tali pusat dengan pisau yang tidak steril atau diberi bobok/ramuan yang tidak steril atau diberi bobok/ramuan yang tidak bersih. • Pada anak: Spora tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit ataupun melalui lubang pada gedung telinga dari penderita radang telinga. Gejala-gejala : • Kejang/kaku di seluruh tubuh (sukar membuka mulut, muka dan punggung kaku). Kejang ini dirasakan sangat sakit oleh karena kesadaran penderita tetap baik. Rangsangan yang sangat ringan sudah dapat menimbulkan kesakitan seperti sentuhan suara dan sinar. • Pada bayi yang baru lahir (usia 5 – 28 hari) mendadak tidak mau menetek lagi, karena, mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan. kematian umunya disebabkan oleh kegagalan pernafasan akibat kejang otot pernafasan. Pencegahan : 1. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada wanita usia subur (15-39 tahun) termasuk ibu hamil. 2. Imunisasi DPT pada bayi 3. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada anak sekolah (SD kelas I-III). 5. Polio (kelumpuhan). Penyakit yang ditandai dengan gejala dengan kaki lemas dan anak menjadi lumpuh seumur hidup. Penyebab: • Merupakan penyakit menular pada anak yang disebabkan oleh virus Polio. • Sebagian besar penderita terserang pada waktu berusia di bawah 3 tahun. Kadang-kadang bisa pula menyerang anak yang lebih besar. Cara penularan: • Virus polio masuk tubuh seseorang melalui saluran pencernakan. Virus berasal dari kotoran penderita yang dikeluarkan di sembarang tempat. Apabila keadaan sanitasi lingkungan kurang baik, maka penularan terjadi melalui tangan/makanan/minuman yang tercemar, kemudian masuk ke mulur anak lain. • Kadang-kadang penularan bisa terjadi melalui titik ludah penderita yang dibatukkan dan terhirup oleh anak lain. Gejala-gejala: • Biasanya didahului dngan panas badan. • Bisa disertai batuk-batuk atau diare atau leher kaku. • Selanjutnya disusul dengan kelumpuhan anggota badan yang sifatnya lemas, tanpa adanya gangguan rasa raba dan biasanya hanya satu sisi pada kaki atau lengan. Yang sering menimbulkan masalah adalah kelumpuhan yang terjadi biasanya nenetap (sukar sembuh sempurna) terutama apabila tidak dilakukan fisioterapi secara teratur. Penyakit ini bisa menimbulkan kematian, yaitu apabila virus penyerang pusat pernafasan. Pencegahan: Cara terebaik untuk mencegah agar anak tak terserang penyakit polio, adalah dengan memberikan vaksinasi Polio melalui mulutnya. Setelah anak mendapatkan vaksinasi Polio sebanyak 3 kali, haruslah tubuhnya akan mampu melawan penyakit polio. 6. Campak (Morbili / Gabag) Penyebab : Virus Masa inkubasi : 10 - 12 hari Penularan: Secara droplet infection. pnderita sangat menular pada 5 hari dari masa tunas sampai 4 hari sesudah timbulnya bercak merah di kulit. Gejala: • Badan mula-mula panas, pilek, batuk • Mata merah berair dan takut sinar • Mulut dan bibir kering dan merah • Beberapa hari kemudian mulai keluar bercak-bercak merah kulit, dimulai di belakang telinga. leher, muka, dahi untuk seterusnya ke dada dan seluruh badan. • Penderita dapat meningkat karena komplikasinya, yaitu Pneumonia (radang paru-paru) dan Encephalitis (radang otak) Pencegahan: • Isolasi penderita mulai saat diketahui sakit (diagnosa) hingga 7 hari setelah timbulnya bercak-bercak di kulit. • Desinfeksi alat-alat/barang-barang dari penderita. • Imunisasi campak pada bayi Pengobatan: • Untuk mengurangi panas dapat diberikan Asetosal. • Istirahat • Minuman dan makanan harus cukup mengandung gizi sebaiknya makan makanan lunak-lunak selama sakit • Kebersihan badan/kulit, untuk gatalnya dapat diberikan bedak Salisil atau Calamin Lotion. • Bila ada penyakit ikutan (komplikasi) dapat diberikan obat-obatan dari petugas kesehatan. 7. Hepatitis B Penyakit ini ditandai dengan badan lemah, nafsu makan kurang, terkadang kulit dan mata menjadi kuning. Penyebab : Virus Hepatitis B Masa inkubasi : Melalui suntikan, transfusi darah, hubungan seksual. Gejala: • Badan lemah kadang-kadang merasa demam • Mual. tidak nafsu makan • Mata dan kulit kadang-kadang berwarna kuning (icterus) • Penderita dapat menjadi pengidap kronik, selanjutnya menjadi sirosis dan kanker hati yang dapat menyebabkan penderita meninggal. Pencegahan: • Hindari penggunaan jarum suntik beramai-ramai • Hindari hubungan seks di luar nikah • Hindari penggunaan darah dari donor pengidap kronis. • Imunisasi Hepatitis B. B. APA MANFAAT IMUNISASI DAN BAHAYA BILA TIDAK DI IMUNISASI - Manfaat imunisasi ialah: ∗ Akan menjadi tahan/kebal terhadap penyakit TB, Difteri, Batuk rejan (pertusis), Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis, sehingga bayi/anak sehat, biaya pengobatan tidak diperlukan. ∗ Oleh karena bayi/anak tahan terhadap beberapa penyakit berbahaya, maka ia akan tumbuh berkembang menjadi manusia yang sehat. - Bahaya bila tidak di imunisasi ? ∗ Anak akan mudah terserang penyakit, dengan akibat yang lebih berat dapat menimbulkan kematian. Untuk polio akan menimbulkan cacat seumur hidup. C. Macam-macam vaksin yang dipakai : * BCG (Bacillus Calmette Guerin) Untuk mencegah penyakit Tubercullosa. Diberikan satu kali pada bayi muda. * DPT (Difteri. Pertusis, Tetanus) Untuk mencegah penyakit-penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus .Perlu diberikan sebanyak 3 kali pada bayi. * Polio Untuk mencegah Poliomyyelitis (lumpuh anak) perlu diberikan sebanyak 4 kali pada bayi. * Campak Imunisasi Untuk mencegah penyakit Campak (Gabagen, Morbili, Measles). Imunisasi rutin diberikan 2 kali, yaitu dosis pertama pada waktu bayi setelah berumur 9 bulan, dosis kedua diberikan pada waktu masuk Sekolah SD Kelas I. * DT (Difteri-Tetanus) Untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus. Diberikan pada murid SD kelas 1 sebanyak 1 kali (1 dosis) * TT (Tetanus Toxoid) Untuk mencegah penyakit Tetanus Dalam program imunisasi di Indonesia terutama ditujukan untuk mencegah tetanus pada bayi muda dan ibunya. Untuk itu sasaran imunisasi TT adalah anak Sekolah Dasar (kelas I-III) dan wanita usia subur (WUS) umur 15-39 tahun termasuk di dalamnya adalah calon penanganten dan ibu hamil. Seseorang akan berhenti mendapat imunisasi TT bila sudah mendaptkan 5 kali dengan interval yang telah ditentukan. Sasaran diperkerakan akan kebal selama 25 tahun atau seumur hidup. * VAKSIN HEPATITIS B Untuk mencegah Hepatitis B, diberikan sebanyak 3 kali kepada bayi, dosis pertama diberikan segera setelah lahir. Seluruh propinsi di Indonesia sudah melaksanakan Imunisasi Hepatitis B. Akibat sampingan pemberian Imunisasi antara lain: • Anak dapat mengalami demam ringan. Ini sebenarnya menandakan bahwa badan si anak sedang aktif membentuk zat penolak penyakit. • Demam ini akan sembuh dengan sendirinya. Jika demam agak tinggi, dapat dikompres dan diberikan obat penurunan demam. • Borok atau bisul kecil pada bekas suntikan BCG, yang akan sembuh dengan sendirinya. D. Kapan anak menjadi kebal terhadap penyakit-penyakit yang tersebut di atas? - Apakah sasaran imunisasi TT diberikan imunisasi TT minimal 2 kali maksimal 5 kali dengan interval yang telah ditentukan. - Manfaatnya supaya bayi yang dilahirkan terlindung dari serangan penyakit Tetanus Neonatorum. - Apabila bayi diberikan Imunisasi BCG 1 kali DPT 3 kali Polio 4 kali dan Campak 1 kali. Hepatitis B 3 kali. - Imunisasi BCG untuk mencegah Tubercullosis diberikan 1 kali ketika bayi baru lahir atau sedini mungkin. - Imunisasi DPT untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus, diberikan 3 kali. Pemberiam pertama ketika bayi belajar miring, (lebih kurang 2 bulan) pemberian kedua ketika bayi belajar duduk (lebih kurang 6 bulan), pemberian ketiga ketika bayi belajar jalan (lebih kutang 9 bulan), dengan minimal selang waktu (interval) 4 minggu. - Imunisasi Polio untuk mencegah penyakit Polio, diberikan 4 kali bersama-sama dengan DPT. - Imunisasi campak untuk mencegah penyakit Cmpak diberikan 1 kali ketika bayi belajar jalan (lebih kurang 9 bulan). - Imunisasi Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis B, diberikan 3 kali. pemberian pertama diberikan sedini mungkin bayi umur < 7 hari, yang kedua bersama DPT 1 dan yang ketiga bersama DPT2. E. Dimana saja mendapatkan pelayanan Imunisasi ? Pelayanan Imunisasi dapat diperoleh di tempat-tempat pelayanan kesehatan, seperti: * di Pos vaksinasi/Posyandu * di Puskesmas/ Puskesmas Pembantu di Rumah Sakit/Klinik bersalin/Rumah Sakit Swasta/Rumah Sakit ABRI. Dokter praktek, bidan praktek F. Kepada siapa saja Imunisasi harus diberikan ? - bayi antara umur 0 bulan - 11 bulan. Sebaiknya sebelum umur 1 tahun, sudah lengkap mendapat imunisasi. - Anak-anak kelas I - III Sekolah Dasar ( 6-9 tahun). - Ibu Hamil - Wanita Usia Subur (15-39 tahun) G. Bagaimana cara mengetahui apakah sudah di imunisasi ? - Dapat dilihat dari kartu Pencatatan hasil Imunisasi, misalnya: KMS, untuk BCG terjadinya scar/jaringan parut pada lengan atas, biasanya lengan kanan atas. II. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA a. Yang perlu diperhatikan dalam Imunisasi : - Imunisasi diberikan sesuai dengan anjuran, yaitu seorang anak harus mendapat Imunisasi BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali. Campak 1 kali dan Hepatitis B 3 kali, agar menjadi kebal terhadap penyakit. * TBC * Difteri * Pertusis (Batuk rejan) * Tetanus * (Kelumpuhan) * Campak * Hepatitis B - Harus datang untuk Imunisasi berikutnya karena skali saja belum cukup. - Ajalah tetangga, Saudara, kenalan , Ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi datang ke Pos Vaksinasi/Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit/Klinik Bersalin/Rumah Sakit Swasta/ Rumah Sakit ABRI dan dokter praktek untuk mendapatkan imunisasi. - Kadang-kadang setelah divaksinasi timbul demam, tetapi tidak usah kawatir karena tidak berbahaya. b. Bagaimana cara pemberian Imunisasi? Pemberian imunisasi melalui suntikan dan tetesan. Untuk BC disuntikkan di lengan kanan atas bayi. DPT disuntikkan di lenan atas atau paha bayi. Campak disuntikan di bagian lengan, hepatitis B disuntikkan di bagian paha bayi. Untuk TT ibu hamil dan Wanita Usia Subur di lengan atas, paha bagian luar atau pantat (bokong). c. Memotivasi ibu-ibu agar membawa dan menjaga semua wanita usia subur datang di Pos Vaksinasi/Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit dan lain-lain pada tanggal yang telah ditetapkan. - Mneginformasikan kepada ibu-ibu bahwa seorang bayi harus diimunisasi BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Campak 1 kali dan hepatitis B 3 kali. - mencatat ibu/bayi yang datang, yang belum datang dan mentatat vaksinasi yang diperolehnya. - memanggil ibu-ibu yang belum datang untuk membawa bayinya ke Pos Vaksinasi/Posyandu. - Membantu pencatatan dalam vaksinasi DT, TT dan campak di Sekolah dasar. KEPUSTAKAAN 1. Gunawan S ”Memasyarakatkan program Imunisasi dalam rangka Menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak” 2. Ditjen PPM &PLP Departemen Kesehatan RI ”pedomanImunisasi di Indonesia” 3. Departemen Kesehatan, ”Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Program Imunisasi”. SKK GAWAT DARURAT TUJUAN SKK GAWAT DARURAT Pramuka Siaga - Mengetahui alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat, Pelayanan Ambulans - Mengetahui cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat - Mengetahui cara menilai pernafasan dan nadi - Mengetahui cara membalut luka dan menghentikan perdarahan Pramuka Penggalang: - Dapat menjelaskan alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat, Pelayanan Ambulans - Dapat menjelaskan cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat - Dapat menjelaskan cara menilai pernafasan dan nadi - Dapat menjelaskan cara membalut luka dan menghentikan perdarahan - Dapat menjelaskan Penanganan Syok - Dapat menjelaskan Penilaian awal pasien Gawat Darurat - Dapat Menjelaskan Resusitasi Jantung Paru - Dapat Menjelaskan cara bidai - Dapat Menjelaskan transport penderita gawat darurat - Dapat melaporkan secara lisan melalui telepon - Dapat menggunakan cara rujukan melalui morse. Pramuka Penegak : - Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat untuk tingkat Penggalang - Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta menghubungi 2 institusi tersebut jika terjadi bencana - Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas dampak bencana - Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk serta mencegah timbulnya korban tambahan Pramuka Pandega : Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang dan Pramuka Penegak, seorang Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain, seperti: A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan. B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan raya. C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan masyarakat I. PRAMUKA SIAGA A. ALAMAT: Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain yang terdekat dengan rumah dan sekolah perlu diketahui agar dapat segera dihubungi bilamana diperlukan pertolongan dibidang kesehatan, juga perlu mengetahui alamat ambulens. B. CARA MENYAMPAIKAN LAPORAN Untuk mendapatkan pertolongan perlu singkat tetapi mengandung semua keterangan yang penting yaitu: 1. Nama dan alamat atau nomor telepon pelapor 2. Tempat kejadian 3. Jenis kejadian (kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan dan lain-lain). 4. Jumlah korban atau penderita 5. Keadaan penderita, sadar atau tidak. C. CARA MENILAI PERNAFASAN DAN NADI Sebelum pernafasan dinilai dan diperiksa, dilakukan tindakan membebaskan jalan nafas pada penderita dengan menidurkan penderita terlentang dan mengangkat leher serta mendorong kepala belakang. Selanjutnya dada penderita diperhatikan, serta punggung tangan atau pipi penolong diletakkan dekat mulut dan hidung korban. Penderita bernafas apabila: 1. Terlihat gerakan dada 2. Terdengar hirupan dan hembusan nafas 3. Terasa hembusan udara pernafasan pada punggung tangan atau pipi penolong. Nadi yang perlu diperiksa, pada orang yang tidak sadar adalah nadi Karotis yang diraba pada daerah leher bagian bawah samping di bawah rahang. Jumlah pernafasan dan denyutan nadi setiap menit dicatat. Meraba nadi karotis D. CARA MENGHENTIKAN PERDARAHAN Perdarahan dan luka dapat dihentikan dengan berbagai cara, antara lain: 1. Menekan dengan jari tangan pembuluh darah bawah kulit yang dekat dengan luka. 2. menekan langsung pada luka dengan kain atau sapu tangan yang bersih, yang dapat dianggap bersih adalah lipatan bagian dalam kain yang sudah diseterika. 3. menekan langsung pada luka dengan kain kasa steril, kemudian diletakkan benda keras di atasnya lalu dibalut secara erat. 4. Pemakaian torniket, yang hanya dilakukan pada keadaan keadaan putusnya salah satu anggota badan. Luka dibalut dan jangan lupa untuk memasukkan bagian yang putus ke dalam kantong plastik berisi es untuk dibawa bersama penderita ke Rumah Sakit. Cara mengatasi perdarahan nadi E. MEMBALUT LUKA Bertujuan untuk menghindari atau memecah terjadinya pencemaran kuman ke dalam suatu luka. Alat yang dipakai adalah kain segi perban dan pembalut cepat. Tata cara membalut dengan alat alat-alat alat ini perlu dilatih pada kepala,tangan, lengan, kaki, tungkai serta dada. Cara terbaik untuk belajar membuat adalah dengan contoh langsung oleh pelatih. Jenis Jenis Pembalut Segitiga (mitella) Kasa Gulung Pembalut elastik II. PRAMUKA PENGGALANG Selain menguasai bahan bahan-bahan TKK Gawat Darurat untuk Pramuka Siaga, seorang Pramuka Penggalang harus menguasai : 1. SYOK a. Pengertian : Syok terjadi karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang disebabkan turunnya volume darah atau turunnya tekanan darah dan dapat menyebabkan kematian. Syok terjadi sering disebabkan perdarahan yang banyak, luka bakar yang berat dan kehilangan cairan tubuh antara lain disebabkan muntah dan diare yang berat . b. Gejala dan tanda : • Kulit korban pucat atau kebiruan, dingin, lembab, gemetar • Denyut nadi melemah • Napas pendek dan cepat, merasa kekurangan udara (perlu udara) • Korban merasa lemah dan pusing • Korban mungkin merasa haus. Pada keadaan yang lebih lanjut • Korban merasa gelisah, tak berdaya lemah • Tingkat kesadaran korban menurun dan menjadi tidak sadar • Akhirnya napas akan berhenti dan jantung berhenti berdetak Pertolongan Pertama: 1. Ingatlah untuk menilai DRsABC (lihat prinsip penanganan pasien gawat darurat) 2. Jika terjadi cedera, baringkan korban dengan posisi kepala tetap rendah (jangan gunakan bantal) bantal) dan angkat kaki secara perlahan posisi kaki lebih rendah dari letak jantung. Posisi Pemulihan untuk korban syok 3. Hal ini akan menjaga cukupnya peredaran darah di bagian bagian-bagian vital terutama pada otak 4. Tenangkan korban. Longgarkan pakaian yang ketat di sekitar leher, dada dan pinggang korban 5. Cobalah untuk meletakkan selimut di bawah korban dan selimuti pula tubuh korban. Jangan menumpuk selimut atau pakaian di atas korban; hal ini dapat membahayakannya. 6. Panggil pertolongan (bantuan medis atau kendaraan) 7. Jangan berikan makanan atau minuman pada korban dan jangan biarkan mereka merokok. Jika korban mengeluh haus, basahi bibir korban 8. Periksa terus napas korban juga denyut nadi dan tingkat kesadaran , caranya ajak berbicara 9. Jika tidak memberi respons untuk membuka mata, atau tidak menjawab sewaktu diberikan pertanyaan, atau tidak menunjukaan gerakan maka korban tersebut berada dalam keadaan tidak sadar, maka letakkan mereka pada posisi pemulihan. Perhatikan ABC. 10. Buat catatan mengenai temuan temuan dan tindakan Anda untuk diberikan pada petugas medis 11. Pada korban yang tidak bernapas, Anda mungkin perlu melakukan RJP terhadap korban sebelum petugas medis datang. JANGAN • Memindahkan korban (kecuali untuk menghindari bahaya/ berada di daerah berbahaya) berbahay • Meninggalkan korban sendirian (kecuali jika Anda harus pergi mencari bantuan atau merawat korban lainnya) • Membiarkan korban makan atau minum 2. PRINSIP PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Agar Anda dapat memberikan pertolongan dengan cepat, tepat dan aman dalam keadaan atau situasi darurat. Anda harus memahami dengan benar apa yang harus dilakukan. Contoh kasus : Jika Anda berjalan menyusuri jalan raya, tiba-tiba Anda melihat sekumpulan orang di tepi jalan sedang menyaksikan korban kecelakaan lalu-lintas yang tergeletak berlumuran darah. Terjadi kecelakaan lalu lintas: 1. Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda? 2. Apa reaksi anda? 3. Apa yang akan Anda lakukan? 4. Adakah rencana tindakan yang Anda pikirkan? Tindakan Anda untuk menguasai keadaan : 1. Cari tahu • Apa yang telah terjadi? • Apakah ada yang terluka? • Adakah korban yang tersembunyi dari pandangan atau tergeletak di suatu tempat? ADA APA YA,...? ADA KORBAN..? 2. Ciptakan keadaan aman • Sebelum menolong korban, hindarkan atau kurangi segala macam bahaya yang dapat terjadi pada Anda • Tergantung keadaan, mungkin Anda perlu minta bantuan orang di sekitar kejadian atau menghubungi Puskesmas, Unit Pelayanan Darurat, Ambulans atau Polisi. • Jika tidak mungkin untuk mengamankan lokasi, pindahkan korban ke tempat yang lebih aman 3. Berikan Pertolongan Pertama • Pastikan tindakan apa yang akan Anda lakukan • Berikan pertolongan pada korban 4. Cari bantuan • Lebih cepat lebih baik • Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari kendaraan jika dibutuhkan 5. Setelah kejadian • Bersihkan tempat kejadian kecelakaan • Jika memungkinkan hilangkan penyebab kecelakaan atau cari tenaga profesional untuk melakukannya • Lengkapi kembali peralatan Pertolongan Pertama (PP), jika tersedia . 3. PENILAIAN AWAL PENDERITA GAWAT DARURAT Jika Anda mampu menguasai keadaan, maka selanjutnya pikirkan cara untuk menolong si korban. Langkah-langkah sederhana ini merupakan tindakan yang harus dilakukan. Perhatikanlah kata kunci: DRs A-B-C DANGER • • (Bahaya) Lakukan penilaian apakah lokasi tempat kita melakukan pertolongan aman dan tidak berbahaya bagi kita penolong maupun korban. Utamakan keselamatan diri penolong maupun korban. Singkirkan benda-benda berbahaya disekitar korban dan di lokasi tempat melakukan pertolongan, jika diperlukan, pindahkan korban untuk menjauh dari tempat yang membahayakan. RESPONSE (Tanggapan) si korban : • Untuk mengetahui tingkat kesadaran korban, Ajukan pertanyaan “Anda (bapak/ibu/kakak/adik) dapat mendengarkan saya”….? Bila korban • • memberikan jawaban (korban sadar) lanjutkan pertanyaan “Apakah Anda memerlukan pertolongan”..? Bila korban dipanggil dengan“Bu!“ / “Pak! “/ “Kak!”/ “ Dik!” tetapi tidak memberikan jawaban atau korban tidak bergerak (tidak sadar) Lakukan tindakan sebagai berikut; Tepuklah bahu atau tulang selangka korban dengan tangan Anda atau cubit lengan bagian atas atau memberi rangsang nyeri untuk mengetahui apakah ada reaksi/ respons dari korban berupa gerakan atau adanya suara korban. Tolooong.. .. panggil ambulans!! Tidak menjawab Tidak bergerak SHOUT FOR HELP (meminta bantuan) Bila korban tidak menunjukkan reaksi setelah diberikan rangsang nyeri, maka panggilah bantuan segera, Mintalah bantuan kepada seseorang yang berada di lokasi kejadian untuk menghubungi ambulans atau rumah sakit terdekat dan pastikan bahwa bantuan akan dating Jika Anda sendirian, Anda harus mencari bantuan. Jika pertolongan belum juga datang, telpon/ panggil ambulans untuk membawanya ke Puskesmas/Rumah Sakit SAAT ITU JUGA. Bila tidak ada ambulans maka Andalah yang harus melakukan pertolongan pertama SEGERA . Perhatian! Jika ambulans tidak tersedia pilihlah kendaraan yang cukup lebar dan memungkinkan untuk membawa korban pada posisi pemulihan Bila anda harus melakukan pertolongan pertama, maka ikuti tahap-tahap penanganan sebagai berikut; Lakukan pemeriksaan dan penilaian tanda-tanda adanya ancaman kematian. Periksa jalan napas (Airway), periksa fungsi pernapasan (Breathing) dan sirkulasi/ peredaran darah (Circulation). Untuk memudahkan mengingat tahapan penanganan ingat mulai dengan kata kunci A-B-C AIRWAY (JALAN NAPAS) Mulailah melakukan tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan ada/ tidaknya sumbatan atau gangguan jalan napas (Airway problem) pada korban . 1. Berlutut di sisi korban, 2. Periksa adakah aliran udara melalui hidung korban dengan cara meletakkan punggung tangan kita didepan hidung korban atau dekatkan pipi kita didepan hidung korban untuk merasakan adanya aliran udara atau dengarkan adanya hembusan napas korban. Bila ada aliran udara yang kita rasakan, maka korban masih bernapas dengarkan apakah suara napasnya berbunyi. 3. Bila tidak ada aliran udara, coba periksa adakah benda asing dalam rongga mulut korban (gumpalan darah, muntahan atau benda asing lain), bila ada keluarkan dari mulut korban gunakan dua jari untuk mengorek keluar benda asing tersebut. 4. Korban yang tidak sadar, periksa juga pangkal lidah yang biasanya jatuh kebelakang dan menutup jalan napas 5. Bila tidak ada aliran udara yang terasa melalui hidung, maka perbaiki posisi kepala dengan cara menengadahkan kepala dengan cara sebagai berikut, angkat dagu keatas, dorong dahi kebelakang (lihat gambar), semua tindakan tersebut lakukan dengan perlahan 6. Cara membuka jalan napas Mulailah melakukan tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan ada/ tidaknya BREATHING (PERNAPASAN) 1. Pertahankan posisi kepala (posisi menengadah) 2. Letakkan pipi anda didekat muka, di antara mulut dan hidung korban 3. Lihat bagian dada korban apakah ada gerakan napas (gerakan dada turun naik), perhatikan apakah gerakannya teratur, apakah gerakan dada sebelah kiri dan kanan sama (simetris) Posisi untuk Lihat, Dengar, Rasakan Perhatikan napas korban 4. Dengarkan nafasnya, dan tetap perhatikan gerakan dadanya 5. Rasakan adanya hembusan udara pada pipi Anda dan amati selama 10 detik. 6. Dengan merasakan adanya aliran udara dan adanya gerakan dada menandakan bahwa korban masih bernapas. Jika korban tidak bernapas mulai lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) segera. Jika korban tidak sadar, tapi korban masih bernapas, maka pindahkan korban pada Posisi Pemulihan . CIRCULATION (SIRKULASI) Sirkulasi atau peredaran darah diperlukan diseluruh bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan antara lain membawa oksigen. Gangguan sirkulasi dapat terjadi karena gangguan pompa jantung atau kekurangan volume darah yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan. Kehilangan darah ini dapat mempengaruhi kekurangan peredaran oksigen ke seluruh tubuh: • • Bila terjadi perdarahan maka Anda harus menghentikan perdarahan secepat mungkin karena kehilangan darah yang cukup banyak akan menyebabkan kekurangan oksigen di jaringan dan mengancam terjadinya kematian. Bila Jantung mulai berhenti berdenyut maka Anda harus mengembalikan fungsi jantung dengan melakukan pijat jantung . Untuk mengetahui baik atau tidaknya pompa jantung, kita dapat memeriksa detak jantung dengan meraba dengan sedikit tekanan didaerah pembuluh nadi leher atau nadi di tangan selama 10 detik. 4. RESUSITASI JANTUNG PARU Untuk menyelamatkan nyawa korban, diperlukan tindakan yang dikenal dengan sebutan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu mengembalikan fungsi jantung dan paru pada keadaan semula atau keadaan normal. Untuk menentukan diperlukan atau tidaknya RJP maka ikuti langkah-langkah pemeriksaa sebagai berikut. A. SISTEMATIKA RJP PADA ORANG DEWASA RESPONS ? ada/tidak ( panggil, tepuk tulang selangka, cubit lengan atas) TIDAK ADA RESPONS Berteriak minta pertolongan BUKA JALAN NAPAS (angkat dagu tekan dahi ) BERNAFAS ? YA /TIDAK (Lihat, Dengar, dan Rasakan ) TIDAK BERNAPAS (Pastikan bantuan atau kendaraan untuk kerumah sakit ) BERI NAPAS BUATAN 2 kali KOMPRESI DADA (Pijat jantung) 30 kali Perbandingan RJP pada orang Dewasa 30 : 2 (per siklus) Gunakan pangkal telapak tangan untuk pijat jantung B. SISTEMATIKA RJP PADA BAYI Pada bayi pijat jantung dengan menggunakan dua jari tangan. Terlebih dahulu minta izin pada orang tua korban RESPONS ada/tidak? (pada bayi sentuh telapak kaki) TIDAK ADA RESPONS minta pertolongan BUKA JALAN NAPAS (Angkat Dagu Tekan Dahi ) BERNAPAS Ya / tidak ? (Lihat, Dengar, dan Rasakan) TIDAK BERNAPAS Beri 5 napas buatan(awal) 30 kompresi dada (dengan dua jari) 2 napas buatan RJP pada Bayi: 5 kali Napas awal 30 kompresi dada: 2 napas buatan ( per RJP pada anak usia 1(satu) tahun keatas akan disesuaikan dengan postur tubuhnya. Ketika melakukan kompresi dada gunakan satu tangan. 5. BIDAI Tujuan pemasangan bidai adalah untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah. Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang terdekat dengan tulang yang patah, dan tidak boleh terlalu kencang/ketat karena akan merusan jaringan tubuh. Alat yang dipakai dapat: a. Anggota ta badan penderita sendiri b. papan, bambu dahan c. karton, majalah, kain d. bantal, guling, selimut dan lain-lain. lain 6. TRANSPORTASI PENDERITA Sebelum penderita dipindahkan, perlu dipenuhi persyaratan persyaratan-persyaratan: persyaratan: a. Keadaan penderita telah stabil b. Jalan Nafas tetap terjamin/terbuka c. Pengawasan ketat terhadap jantung, nadi dan paru-paru paru paru tetap dapat dilaksanakan. Pengangkutan penderita dapat memakai: a. tenaga manusia: satu,dua, tiga atau empat orang b. Tandu: khusus, papan, bambu/dahan, atau matras c. Kendaraan: darat, laut atau udara., III.PRAMUKA PENEGAK Selain menguasai persyaratan bagi penggalang seorang penegak dituntut untuk menyebarluaskan pengetahuan yang telah dimilikinya kepada anggota Pramuka lain dan masyarakat luas: Bagi masyarakat umum yang perlu disampaikan adalah A. Cara miminta pertolongan segera B. Cara mengamankan penderita/korban dan tidak memperberat keadaannya. Tindakan penanggulangan Gawat Darurat barulah dibenarkan untuk dilakukan apabila pengetahuan tentang Resusitasi Resusitasi telah dikuasai dengan baik. C. Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta menguhubungi 2 institusi tersebut jika terjadi bencana D. E. Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas dampak bencana Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk dan mencegah timbulnya korban tambahan IV.PRAMUKA PANDEGA Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Penggalang dan Penegak, seorang Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain, seperti: A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan. B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan raya. C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan masyarakat 1. LUKA BAKAR Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi kerusakan pada permukaan kulit paling atas dan dapat sampai mengenai lapisan dalam, akibat paparan suhu yang tinggi. Penyebabnya: api, uap panas, benda panas, bahan kimia, listrik, kilat, serta radiasi. Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat sebagai berikut: 1. Derajat satu, kerusakan hanya pada permukaan (superfisial). i.Kemerahan ii.Sakit dan lembut iii.Sedikit terjadi Pembengkakan 2. Derajat dua, kerusakan mengenai bagian bawah kulit (kedalaman parsial). • Kemerahan • Lepuh • Sangat nyeri • Pembengkakan • Penampakan kasar 3. Derajat tiga, kerusakan mengenai jaringan bawah kulit yang lebih dalam, antara lain dapat mengenai otot dan bagian diantaranya (kedalaman penuh). • Pucat dan mengkilap • Jaringan menghitam atau gosong • Mati rasa karena kerusakan saraf Pertolongan Pertama pada luka bakar: 1. Lakukan penilaian DRsABC 2. Hentikan proses luka bakar 3. Siram dengan air selama 10 menit atau lebih 4. Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang ada di daerah yang mengalami luka bakar 5. Jika perlu balut longgar dengan penutup steril 6. Bawa ke fasilitas kesehatan JANGAN! • gunakan material yang berserat atau menempel sebagai penutup • memecah lepuh • memberikan krim, lotion, lemak atau minyak pada luka • menyentuh bagian yang terluka 2. KERACUNAN Racun dapat berupa suatu zat (padat, cair, gas) yang jika masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan yang menganggu fungsi organ tubuh sehingga mempengaruhi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Masuknya racun ke dalam tubuh melalui 1. Mulut (racun tertelan) 2. Hidung (racun terhirup) 3. Kulit (terserap) 4. Suntikan dan gigitan. Gejala dan tanda keracunan umum: • Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan • Mengantuk atau tidak sadar (penurunan respon) • Gangguan pernapasan • Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan • Sakit perut dan keram • Mual, muntah, diare • Nadi cepat dan lemah • Bau khas dari mulut • Lemas, lumpuh, kesemutan • Pucat atau sianosis (kebiru (kebiru-biruan) • Kejang-kejang • Syok • Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu • Luka pada kulit berupa bekas suntikan atau gigitan, kemerahan, nyeri dan sebagainya Pertolongan Pertama pada kasus keracunan: • • • • • • • • • • • Lakukan penilaian DRsABC Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang Pengamanan penderita dan penolong terutama jika berada di daerah gas beracun Hindari penyebab keracunan. Pastikan korban mendapat udara segar Bila racun masuk melalui jalur kulit, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun, bila ada, lalu bilaslah daerah yang terkena dengan air mengalir selama 20 menit Bila racun masuk melalui mulut usahakan untuk mengencerkan racun tersebut. JANGAN memicu muntah Lakukan RJP bila perlu. Hati-hati pada keracunan melalui saluran napas dan mulut Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi Baringkan korban pada posisi pemulihan Bawa ke fasilitas kesehatan 3. PINGSAN Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang dengan pengetahuan Pertolongan Pertama. Hal ini terjadi ketika otak, untuk jangka waktu yang singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup disebabkan karena berdiri untuk waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu cepat, lingkungan yang panas, dll. Pingsan mungkin juga terjadi di masa awal kehamilan. Gejala dan tanda: • Limbung • Pandangan gelap, dunia serasa berputar • Kulit pucat dan berkeringat • Nadi pelan tapi kuat • Kehilangan kesadaran sesaat Pertolongan Pertama pada pingsan: 1. 2. 3. 4. Lakukan penilaian DRsABC Baringkan korban Tinggikan tungkai korban sekitar 20 - 30 cm Longgarkan pakaian yang mengikat 5. Pastikan korban mendapat udara segar 6. Jangan diberi minum jika korban belum sadar penuh. 7. Jangan memberikan rangsangan berupa bau-bauan apapun V. KEPUSTAKAAN 1. Panduan penanggulangan Penderita Gawat Darurat Dit. Rumah Sakit. Ditjen yanmedik, Departemen Kesehatan RI 2009 2. Pedoman Pelatihan Pertolongan Pertama : Johanniter Unfall Hilfe 2009 3. First Aid Training, Balsibankes Unit Ambulans 119, Unit Ambulans 119 Dinkes DKI Jakarta, , Jakarta