BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer pada tulang yang sering dijumpai. Data epidemiologi menunjukkan insidens yang tinggi dari osteosarkoma pada usia10 – 20 tahun dan >40 tahun. Osteosarkomamerupakan keganasan ke delapan terbanyak dengan insidensi 4,4 per sejuta.Disamping peningkatan teknik diagnosis dan terapi osteosarkoma, tingkat ketahanan hidup 5 tahun yang masih sangat rendah dengan banyaknya relapse lokal maupun metastase merupakan masalah yang masih dihadapi dalam penyakit ini(Ottaviani, 2009). Prognosis klinis yang kurang baik salah satunya disebabkan karena kurangnya indikator untuk mendeteksi tumor pada fase awal. Saat ini indikator prognostik yang digunakan adalah Enneking kriteria dan kadar Alkaline fosfatase. Namun berdasarkan ini masih dijumpai outcome yang heterogen pada staging tumor yang sama. Data penelitian yang terbaru menunjukkan produk imunologi sebagai respon inflamasi sistemik dapat digunakan sebagai biomarker prognostik independen pada beberapa jenis tumor. Sebagaimana telah banyak dipublikasikan bahwa sistem imun manusia berperan penting dalam mekanisme anti tumor maupun tumorigenesis. Beberapa penelitian melaporkan hubungan antara produksi sitokin dan marker inflamasi dengan prognosis pasien seperti trombositosis, leukositosis, rasio neutrofil-limfosit, rasio platelet-limfosit, dan rasio limfosit-monosit (Limmahakhun, 2011). Rasio limfosit-monosit yang rendah preoperasi berhubungan dengan prognosis yang buruk pada pasien dengan kanker serviks (Chen, 2015). Penelitian lain juga menggunakan rasio limfosit-monosit sebagai prediktor independen terhadap pasien dengan nasofaring karsinoma (Jiang, 2015).Zhang, et al (2015) melaporkan bahwa rasio limfosit-monosit Universitas Sumatera Utara merupakan faktor prognostik yang baik pada pasien dengan karsinoma kandung kemih yang menjalani radical cystectomy. Pada pasien osteosarkoma Tao Liu,dkk melaporkan bahwa rasio limfosit-monosit pre operasi yang rendah berhubungan prognosis yang buruk dan rasio limfosit monosit dapat digunakan sebagai prediktor independen terhadap prognosis pasien. Pada penelitiannya didapatkan nilai cut-off rasio limfosit-monosit pre operasi sebesar 3,34 dari total 327 pasien osteosarkoma yang diteliti (Liu, 2015). 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara rasio limfosit-monosit terhadap prognosis pasien osteosarkoma? 1.3 Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan antara rasio limfosit-monosit pre operatif pasien dengan prognosis pada pasien osteosarkoma. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah rasio limfosit-monosit pre operasi dapat menjadi prediktor prognosis independen pada pasien osteosarkoma. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran distribusi kejadian osteosarkoma di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Mengetahui hubungan nilai rasio limfosit – monosit dengan outcome penderita osteosarkoma yang dirawat di SMF Bedah Orthopaedi RSUP. H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Di Bidang Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar tentang rasio limfosit- monosit dan dapat digunakan sebagai prediktor prognosis pada pasien osteosarkoma sehingga dapat dipakai pada penelitian selanjutnya. 1.5.2 Di Bidang Perkembangan Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai rasio limfositmonosit dapat digunakan sebagai prediktor prognosis pada pasien osteosarkoma . 1.5.3 Untuk Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sarana untuk melatih cara berpikir dan membuat suatu penelitian berdasarkan metodologi yang baik dan benar dalam proses pendidikan. 1.5.4 Untuk Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ke masyarakat mengenai manfaat pemeriksaan rasio limfosit-monosit yang dapat digunakan sebagai prediktor prognosis pada pasien osteosarkoma. Diharapkan dapat menjadi acuan dan monitoring pasien. Universitas Sumatera Utara