musik bali garapan baru - Universitas Udayana Repository

advertisement
KREATIVITAS
MUSIK BALI GARAPAN BARU
DI KOTA DENPASAR
I GEDE ARYA SUGIARTHA
NIM 0890371020
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
KREATIVITAS
MUSIK BALI GARAPAN BARU
DI KOTA DENPASAR
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor
pada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GEDE ARYA SUGIARTHA
NIM 0890371020
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 24 Februari 2012
Promotor,
Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A.
NIP 194804121974031001
Kopromotor I,
Kopromotor II,
Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U.
Prof. Dr. Pande Made Sukerta, M.Si.
NIP 194409271976021001
NIP 195312311976031014
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Doktor
Direktur
Kajian Budaya Program Pascasarjana
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K).
NIP 194807201978031001
NIP 195902151985102001
iii
Disertasi ini Telah Diuji dalam Ujian Disertasi Tahap I
Tanggal 30 Desember 2011
Panitia Penguji Disertasi, Berdasarkan Surat Keputusan
Rektor Universitas Udayana
Nomor: 2068/UN.14.4/HK/2011
Tanggal 26 Desember 2011
Ketua
: Prof. Dr. I Made Suastika, S.U
Anggota
:
1. Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A
2. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U
3. Prof. Dr. Pande Made Sukerta, S.Kar., M.Si
4. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A
5. Prof. Dr. I Gde Semadi Astra
6. Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S
7. Dr. Drs. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: I Gede Arya Sugiartha
NIM
: 0890371020
PROGRAM STUDI
: S3 Kajian Budaya
JUDUL DISERTASI
: Kreativitas Musik Bali Garapan Baru di Kota
Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Disertasi ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 30 Januari 2012
I Gede Arya Sugiartha
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, sang kuasa mutlak alam dan
kehidupan. Atas izin, perlindungan, tuntunan, dan kekuatan yang selalu tercurah
dari-Nya penulisan disertasi yang berjudul ”Kreativitas Musik Bali Garapan Baru
di Kota Denpasar” ini bisa diselesaikan. Disertasi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperloleh gelar doktor pada Program Studi Kajian Budaya,
Program Pascasarjana, Universitas Udayana.
Terselesaikannya disertasi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan
bantuan berbagai pihak baik secara moral maupun material. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A, selaku
promotor; Bapak Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U dan Bapak Prof. Dr.
Pande Made Sukerta, S.Kar., M.Si, selaku kopromotor; yang dengan penuh
perhatian telah memberikan bimbingan, tuntunan, dan saran selama penulis
menyelesaikan disertasi ini. Rasa hormat dan terima kasih juga ditujukan kepada
Bapak Prof. Dr. Dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) Rektor Universitas Udayana
(UNUD), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam mengikuti
program pendidikan doktor di Universitas Udayana. Ucapan yang sama juga
disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, SpS (K) Direktur
Program Pascasarjana UNUD; Bapak Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A dan Bapak
Dr. I Ketut Budi Susrusa, M.S masing-masing selaku Asdir I dan Asdir II
Program Pascasarjana UNUD; Bapak Prof. Dr. I Made Suastika, S.U dan Prof. Dr.
I Nyoman Kutha Ratna, S.U selaku Ketua dan Sekteratris Program Pendidikan
vi
Doktor Kajian Budaya UNUD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
selama penulis menempuh dan menyelesaikan program pendidikan doktor di
Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A. Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar;
Bapak I Ketut Sariada, SST., M.Si dan Bapak I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn.
masing-masing selaku mantan Dekan dan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI
Denpasar, atas izin, dorongan, dan kesempatan yang telah diberikan. Kepada
Ketua Jurusan, Sekretaris, dan seluruh dosen Jurusan Karawitan ISI Denpasar,
rekan-rekan sejawat, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan moral,
informasi, bantuan, serta motivasi selama ini.
Kepada para dosen pengampu mata kuliah, yakni Prof. Dr. I Wayan
Widja; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, M.A; Prof. Dr. Emiliana Mariyah, S.U;
Prof. Dr. I Gde Semadi Astra; Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, SU; Prof. Dr. I
Made Suastika, S.U; Prof. Dr. I Gede Parimartha, M.A; Prof. Dr. I Wayan Ardika,
M.A; Prof. Dr. Aron Mbte, S.U; Prof. Dr. Anak Agung Putra Agung; Prof. Dr. I
Wayan Dibia, SST., M.A; Prof. Dr. Sulistyawati, Prof. Dr. I Nyoman Sirtha; Prof.
Dr. I Wayan Mertha; Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma; dan Dr. I Gede Mudana,
M.Si, penulis ucapkan terima kasih atas bimbingan dan pengetahuan yang telah
ditularkan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh
pegawai administrasi Program Studi Kajian Budaya, yakni I Wayan Sukrawan,
ST, Dra. Ni Luh Witari, Cok Istri Murniati, SE, Ni Wayan Ariyati, SE, I Putu
Hendrawan, I Nyoman Candra, dan I Ketut Budiarsa; seluruh pegawai kantor
vii
pusat Program Pascasarjana UNUD, yang telah membantu dan memberikan
kemudahan kepada penulis berkaitan dengan urusan administrasi. Semoga Tuhan
senantiasa memberikan kemuliaan dan kebijaksanaan kepada beliau semuanya.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para informan, seniman, dan
budayawan, yang telah bermurah hati memberikan saran, informasi, dan kritikan,
semoga kerja sama yang baik ini ada manfaatnya. Akhirnya, rasa hutang budi dan
terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada ayah (I Ketut
Sabda), ibu (Ni Wayan Sebeb), istri (Ni Nengah Mustiari), putra-putri (I Putu
Arya Janottama dan Ni Made Mirah Andriyani dan cucu (Ni Putu Intan
Warastrasari) tercinta serta saudara-saudaraku tersayang, yang telah dengan setia
dan tulus ikhlas mengorbankan segala-galanya bagi pemyelesaian studi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat bagi umatNya yang berhati mulia.
Penulis
viii
ABSTRAK
Kreativitas tiada henti para seniman musik Bali telah mengakibatkan
perubahan yang cukup mendasar dalam budaya musik Bali. Di Kota Denpasar,
selama kurang lebih tiga dekade terakhir ini telah muncul musik-musik Bali
garapan baru dengan berbagai rasa estetik, konsep-konsep musikal, pola garap
serta penyajian yang berbeda dengan yang ada sebelumnya. Selain menjadikan
semaraknya kehidupan musik Bali, kreativitas dengan pendekatan dekonstruksi
ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat setempat. Tidak sedikit yang
khawatir bahwa kreativitas seperti ini akan dapat merusak bahkan mengancam
kelangsungan hidup budaya musik Bali.
Tiga permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: apakah
faktor pendorong, bagaimanakah wujud, serta apakah dampak dan makna dari
kreativitas musik Bali garapan baru di Kota Denpasar? Untuk membedah ketiga
permasalahan di atas, digunakan Dekonstruksi sebagai teori utama, didukung oleh
teori Ideologi, teori Etnomusikologi, teori Estetika, dan teori Semiotika.
Dalam kajian ini dapat dikemukakan bahwa kreativitas musik Bali garapan
baru didorong oleh faktor internal yang meliputi ideologi seniman Bali dan
semangat baru dalam memaknai konsep-konsep pelestarian musik tradisi; dan
faktor eksternal, yaitu musik Bali dalam konstelasi global. Wujud kreativitas
musik Bali garapan baru dapat diklasifikasikan menjadi kreativitas musik kreasi
baru dan kreativitas musik eksperimental. Kreativitas dilakukan dengan
pembongkaran konsep-konsep musik tradisional, seperti sumber bunyi,
musikalitas, dan tata penyajian untuk disusun kembali menjadi bentuk yang baru.
Kreativitas musik Bali garapan baru berdampak terhadap seniman pencipta,
eksistensi musik Bali, dan sikap masyarakat; serta mengandung makna perubahan
budaya, kedayaan estetik, dan terbangunnya kesadaran baru.
Lima hasil temuan penelitian, yaitu (1) kreativitas musik Bali garapan
baru menggunakan konsep dan cara kerja dekonstruksi; (2) musik Bali garapan
baru lahir dari semangat dan kebutuhan untuk menciptakan bahasa musikal baru
yang sesuai dengan situasi kekinian; (3) karya-karya musik Bali garapan baru
yang berkembang di masyarakat umumnya diciptakan oleh komposer yang
memiliki landasan musik tradisi yang kuat; (4) pergulatan wacana yang muncul
dari kehadiran musik Bali garapan baru bukan penolakan, melainkan sikap kritis
masyarakat Bali terhadap konsep dan arah pengembangan musik Bali; dan (5)
kreativitas musik Bali garapan baru tidak untuk meninggalkan tradisi, tetapi
mengembangkannya dengan pemahaman serta pemaknaan yang lebih kaya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kreativitas musik Bali garapan baru
dengan pendekatan dekonstruksi adalah suatu upaya para seniman untuk
memperkaya serta menjaga dinamika kehidupan musik Bali.
Kata Kunci: kreativitas, musik Bali, garapan baru
ix
ABSTRACT
The never ending creativity of the Balinese music artists has led to a basic
change in the Balinese musical culture. In Denpasar City, new Balinese music
compositions with various aesthetic tastes and musical concepts have appeared.
The patterns in which they are created and the ways in which they are presented
are different from those in which the formerly-created musical works were
created and presented. Although such new creations with deconstruction have
adorned the life of Balinese music, the responses given by the local people to them
have varied. Many people are apprehensive that the new creations will destroy
and threat the continuity of the Balinese musical culture.
The problems in this study are formulated into three questions: what
factors contributing, what is it like, and what are its effects and meanings to the
creativity of new Balinese music compositions in Denpasar City? The main theory
used to analyze the three problems is the theory of deconstruction, supported by
the theory of ideology, the theory of ethnomusicology, the theory of aesthetics,
and the theory of semiotics.
It was found that the factors contributing to the creativity of new Balinese
music composition were internal factors and external factor. The internal factors
included the Balinese artists’ ideology and new enthusiasm in defining the
conservation concepts of the traditional musical works; and the external factor
included the fact that Balinese music was in global constellation. The creativity of
new Balinese music compositions can be classified into the creativity of new
created music and the creativity of experimental music. The creativity was done
by deconstructing the concepts of traditional musical works such as the sources of
voices, musicality, and the way in which they were reconstructed to create new
forms. The creativityof new Balinese music compositions affected the artist
creating them, the existence of the Balinese music, and the attitude of the local
people; and contained the meaning of cultural change, aestheticism, and the
creation of new awareness.
Five findings were found in this study, which included (1) the creativity of
new Balinese music compositions which referred to the concept of deconstruction;
(2) the new Balinese music compositions which appeared from enthusiasm and a
need to create a new musical language in accordance with the current situation;
(3) the new Balinese music compositions developing in the community were
generally created by the composers whose traditional musical foundation was
strong; (4) the discourse appearing from the new Balinese music compositions
was not a refusal but a critical attitude of the Balinese people towards the concept
and direction of the Balinese music; and (5) the creativity of new Balinese music
compositions were not intended to leave tradition, but to develop them with
enriched comprehension and meaningfulness.
It can be concluded that the creativity of the new Balinese music
compositions with deconstruction approach was an attempt made by the artist to
enrich and maintain the dynamics of the life of Balinese music.
Keywords: creativity, Balinese music, newly-created
x
RINGKASAN DISERTASI
Kreativitas seniman Bali yang tidak pernah berhenti selama kurun waktu
kurang lebih tiga dekade terakhir ini (1979--2010) telah menyebabkan perubahan
yang cukup mendasar dalam berbagai bidang seni pertunjukan. Dalam bidang seni
musik, perubahan tidak hanya menyangkut aspek luar seperti bentuk dan
penampilan, tetapi telah menyentuh aspek isi dan gagasan musikalnya. Musikmusik Bali garapan baru dewasa ini muncul dengan berbagai rasa estetik baru,
sudut pandang, konsep-konsep musikal, termasuk cara garap dan penyajian yang
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Sejalan dengan semaraknya
dunia penciptaan, juga telah terjadi pergeseran paradigma dalam memahami
realitas yang dipresentasikan lewat seni musik. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
kreativitas dengan pendekatan dekonstruksi ini mendapat respon yang beragam
dari masyarakat setempat. Tidak sedikit yang mengkhawatirkan kreativitas seperti
ini akan dapat merusak bahkan mengancam eksistensi musik tradisional Bali.
Berdasarkan uraian tersebut di atas ada tiga permasalahan yang dijadikan fokus
kajian penelitian ini, yaitu (1) apakah faktor-faktor pendorong kreativitas musik
Bali garapan baru?, (2) bagaimanakah wujud kreativitas musik Bali garapan
baru?, dan (3) apakah dampak dan makna kreativitas musik Bali garapan baru
terhadap perubahan serta perkembangan budaya musik Bali?.
Konsep yang terkandung dalam penelitian ini adalah kreativitas, musik
Bali garapan baru, dan Kota Denpasar. Kreativitas dalam studi ini dimengerti
sebagai prihal berkreasi atau persoalan penciptaan karya baru yang dilandasi sifatsifat kreatif. Musik Bali garapan baru adalah bentuk musik yang dijiwai oleh
nilai-nilai, identitas budaya, dan ekspresi artistik kelompok etnis Bali serta
memiliki konsep, nuansa, dan pola-pola baru sehingga berbeda dari karya-karya
musik tradisional. Kota Denpasar adalah lokasi penelitian dan tempat
berlangsungnya kreativitas musik Bali garapan baru. Sebagai pisau analisis, ada
lima teori yang digunakan dalam peneltian ini, yaitu (1) teori Dekonstruksi
sebagai teori utama untuk menjawab permasalahan secara umum; (2) teori
Ideologi sebagai teori pendukung untuk mengkaji permasalahan faktor internal
xi
yang memotivasi seniman untuk berkreativitas; (3) teori Etnomusikologi sebagai
teori pendukung untuk mengkaji permasalahan faktor eksternal yang mendorong
kreativitas musik Bali garapan baru; (4) teori Estetika sebagai teori pendukung
untuk mengkaji permasalahan wujud kreativitas musik Bali garapan baru; dan (5)
teori Semiotika sebagai teori pendukung, untuk mengkaji permasalahan dampak
dan makna kreativitas musik Bali garapan baru.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berada dalam wilayah ilmu
Kajian Budaya, menggunakan paradigma kritis, dan pendekatan postmodernisme
sebagai landasan berpikir. Kreativitas sebagai objek formal penelitian ini dikaji
secara holistik dengan cara mengembangkan paradoks-paradoks penafsiran makna
dan membuka kesadaran baru dalam memahami gejala kebudayaan kontemporer.
Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data skunder. Data primer
yang didapatkan dari hasil observasi lapangan, yaitu berbentuk catatan dan
rekaman tentang proses penciptaan dan pementasan musik Bali garapan baru.
Selain itu, data primer juga diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan
para narasumber, seperti komposer dari beberapa generasi, tokoh karawitan, para
budayawan, dan masyarakat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berupa buku, berita koran, rekaman pertunjukan (audio-visual), dan notulen hasil
diskusi/seminar tentang musik Bali garapan baru. Analisis data dilakukan dengan
tiga proses, yaitu reduksi data (data reduction), pemaparan data (data display),
dan simpulan melalui pelukisan dan verifikasi. Analisis bersifat terbuka (openended), maksudnya analisis bersifat longgar, tidak kaku, dan tidak statis. Hasil
analisis data disajikan secara informal dan formal. Cara informal adalah penyajian
dalam bentuk narasi, sedangkan cara formal adalah penyajian dalam bentuk tabel,
bagan, gambar, foto, dan peta.
Berdasarkan analisis untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan,
dapat dikemukakan tiga hal. Pertama, faktor-faktor pendorong kreativitas musik
Bali garapan baru di Kota Denpasar adalah ideologi seniman, semangat baru
memaknai konsep pelestarian musik tradisi, dan musik Bali dalam konstelasi
global. (1) Dorongan ideologi adalah kekuatan internal seniman Bali untuk
melahirkan karya-karya yang bermutu, sebagaimana dapat dicermati dari ideologi
xii
pengabdian, ideologi aktualisasi diri, dan ideologi profesi komersial. Oleh karena
bagi seniman pembaharu, karya seni tidak hanya dijadikan sebagai media
persembahan dan kelangenan, tetapi juga sebagai sarana untuk mendapatkan
penghargaan, prestasi, persaingan, aktualisasi diri, dan penghasilan finansial.
Ideologi ini menjadi motor penggerak bagi seniman untuk selalu kreatif sehingga
derajat kesenimanannya menjadi lebih bermakna. (2) Konsep-konsep pelestarian
musik tradisi sebagaimana dikemas dalam mitos dan uger-uger, bagi seniman
kreatif dianggap bersifat hegemonis, diskriminatif, dan oposisi biner sehingga
membatasi ruang gerak kreativitas. Oleh sebab itu, konsep-konsep pelestarian
seperti ini diinterpretasi ulang dengan semangat baru untuk membuka peluang
yang lebih kaya akan makna. (3) Musik Bali dalam konstelasi global, yakni
ditandai dengan modernisasi dan rasionalitas, interaksi silang budaya, dan
semakin maraknya penyelenggaraan festival sebagai sebuah ritual baru.
Konstelasi global telah membuka wawasan para seniman musik Bali dalam
memahami realitas secara lebih luas terhadap eksistensi musik Bali. Dalam upaya
mengikuti jalur peradaban, konstelasi global merupakan peluang sekaligus
tantangan
yang
memberi
stimulasi
kepada
seniman
untuk
melakukan
pembaharuan terhadap musik Bali.
Kedua, wujud kreativitas musik Bali garapan baru ada dua yaitu
kreativitas musik kreasi baru dan kreativitas musik eksperimental. Kedua bentuk
kreativitas ini dilandasi oleh konsep dan cara kerja dekonstruksi, yaitu
pembongkaran terhadap konsep-konsep musik tradisional Bali, kemudian
mengkonstruksi kembali menjadi bentuk yang baru. Dalam penciptaan musik
kreasi baru, pembaharuan dilakukan secara kompromis atau bertahap, yaitu tidak
meninggalkan substansi, tetapi lebih pada penyegaran atau memberikan variasi
terhadap bentuk-bentuk musik yang telah ada. Sementara itu dalam penciptaan
musik eksperimental, upaya pembaharuan dilakukan secara radikal, progresif dan
revolusioner, yakni menyangkut konsep dan gagasan musikal.
Secara kompositoris, pembaharuan musik Bali dilakukan dengan merubah
tiga hal, yaitu sumber bunyi, musikalitas, dan tata penyajian. Perubahan terhadap
sumber bunyi dilakukan dengan rekonstruksi konsep-konsep fungsi instrumen,
xiii
penggabungan instrumen dari gamelan yang berbeda, penggunaan alat-alat
keseharian menjadi alat musik, dan penciptaan alat musik baru. Perubahan
terhadap musikalitas, yakni dengan menanggalkan beberapa prinsip musikal
tradisi, seperti struktur, fungsi instrumen, tempo, dinamika, dan harmoni, di
samping mengembangkan pola ritme dan melodi dengan berbagai cara termasuk
mengadopsi lalu mengolah pola-pola musikal musik Barat dan musik etnis
lainnya. Perubahan terhadap tata penyajian, yaitu dengan mengembangkan konsep
tata panggung dari terpusat menjadi banyak pusat, dari konsep statis menjadi
dinamis, serta keterpaduan aspek ketrampilan dan penampilan.
Ketiga, kreativitas musik Bali garapan baru adalah fenomena budaya
sehingga membawa dampak dan mengandung makna bagi kehidupan seni musik
Bali. Dampak kreativitas dapat diamati pada tiga hal, yaitu terhadap seniman
pencipta, eksistensi musik Bali, dan sikap masyarakat Bali dalam memaknai
kehadiran musik baru. Dalam kaitannya dengan seniman pencipta, kreativitas
menimbulkan
dampak
psikologis
karena
seniman
merasa
mendapatkan
kesempatan lebih luas untuk mengaktualisasikan dirinya. Dampak lainnya adalah
kreativitas yang melahirkan karya-karya baru dan inovatif, dapat meningkatkan
status sosial dan ekonomi seniman penciptanya. Selanjutnya, berkaitan dengan
eksistensi musik Bali, kreativitas menyebabkan perkembangan baik secara
kuantitas maupun kualitas, sehingga kehidupan musik Bali berkesinambungan
dalam perubahan. Kemudian, berkaitan dengan sikap masyarakat Bali, kreativitas
menyebabkan semakin terbukanya pemahaman masyarakat terhadap wacana
budaya musik, sehingga musik Bali kini menjadi ruang publik yang diperebutkan,
baik oleh masyarakat, pemerintah, maupun pelaku bisnis.
Kreativitas musik Bali garapan baru mengandung makna perubahan
budaya, makna kedayaan estetik, dan makna terbangunnya kesadaran baru. Makna
perubahan budaya dapat dicermati dari perkembangan musik Bali yang memiliki
pararelitas dengan tiga gelombang transformasi kebudayaan Bali. Hal ini berarti
dengan mencermati konstruksi yang terjadi dalam pembaharuan musik Bali dapat
dijadikan titik pijak untuk membaca pola perubahan kebudayaan Bali. Makna
kedayaan estetik dapat dipahami dari kekuatan dan kemampuan musik Bali dalam
xiv
mengikuti alur perubahan dan menerangkan berbagai persoalan keindahan
sepanjang zaman. Tiga relasi pertandaan yang digunakan untuk mengamati
kedayaan estetik, yaitu penanda ideologis, penanda fungsi, dan penanda ironis
menunjukkan sebuah mata rantai yang saling terhubung. Dalam hal ini,
kendatipun dicipta dengan melakukan pembongkaran, nilai estetis musik Bali
garapan baru berada dalam konteks masing-masing tanpa harus dipertentangkan
dengan musik tradisi. Selanjutnya, makna terbangunnya kesadaran baru dapat
dicermati dari perkembangan musik Bali yang dilandasi prinsip-prinsip kreativitas
sehingga pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap keterbukaan dan kesadaran
seluruh komponen masyarakat dalam mengakui keberagaman bentuk dan
pluralitas makna.
Penelitian ini menghasilkan lima temuan konseptual. Kelima hasil temuan
adalah sebagai berikut. (1) Kreativitas musik Bali garapan baru menggunakan
konsep dan cara kerja dekonstruksi. (2) Musik Bali garapan baru lahir dari
tuntutan, semangat, di samping adanya kebutuhan untuk menciptakan bahasa
musikal baru yang sesuai dengan situasi kekinian. (3) Karya-karya musik Bali
garapan baru yang berkembang di masyarakat pada umumnya diciptakan oleh
komposer yang memiliki landasan musik tradisi yang kuat. (4) Pergulatan wacana
yang terjadi pada kelahiran beberapa musik baru bukan penolakan, tetapi sikap
kritis masyarakat terhadap arah pengembangan musik Bali. (5) Kreativitas musik
Bali garapan baru tidak untuk meninggalkan tradisi, tetapi mengembangkan
dengan pemahaman dan pemaknaan yang lebih kaya.
Penelitian ini menyimpulkan, bahwa kreativitas seniman musik Bali
dengan menggunakan konsep dan cara kerja dekonstruksi adalah upaya untuk
memperkaya khazanah musik Bali. Di samping itu, dekonstruksi dilakukan untuk
menjadikan kehidupan budaya musik Bali tetap dinamis sesuai perubahan zaman.
Dengan demikian musik Bali akan tetap eksis dan aktual sehingga secara terus
menerus menjadi sebuah budaya yang hidup dalam masyarakatnya.
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................
iii
PERYATAAN BEBAS PLAGIAT...............................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH.........................................................................
vi
ABSTRAK.....................................................................................................
ix
ABSTRACT....................................................................................................
x
RINGKASAN DISERTASI..........................................................................
xi
DAFTAR ISI.................................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xx
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR...........................................................
xxi
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM................................................. xxiv
GLOSARIUM...............................................................................................
xxv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
12
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
12
1.3.1
Tujuan Umum..................................................................................
12
1.3.2
Tujuan Khusus.................................................................................
13
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................
13
1.4.1
Manfaat Teoritis...............................................................................
13
1.4.2
Manfaat Praktis................................................................................
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL .................................................................................
15
2.1 Kajian Pustaka......................................................................................
15
2.2 Konsep..................................................................................................
26
2.2.1 Kreativitas..........................................................................................
26
xvi
2.2.2 Musik Bali Garapan Baru..................................................................
28
2.2.3 Kota Denpasar...................................................................................
32
2.3 Landasan Teori.....................................................................................
34
2.3.1 Teori Dekonstruksi............................................................................
34
2.3.2 Teori Ideologi....................................................................................
38
2.3.3 Teori Etnomusikologi.........................................................................
40
2.3.4 Teori Estetika Postmodern..................................................................
43
2.3.5 Teori Semiotika...................................................................................
47
2.4 Model Penelitian..................................................................................... 50
III METODE PENELITIAN......................................................................... 53
3.1 Rancangan Penelitian.............................................................................. 53
3.2 Lokasi Penelitian....................................................................................
55
3.3 Jenis dan Sumber Data...........................................................................
58
3.4 Instrumen Penelitian............................................................................... 59
3.5 Teknik Penentuan Informan...................................................................
60
3.6 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................
61
3.6.1 Observasi.............................................................................................
61
3.6.2 Wawancara.........................................................................................
63
3.6.3 Studi Kepustakaan..............................................................................
64
3.6.4 Studi Dokumen...................................................................................
65
3.7 Teknik Analisis Data.............................................................................
66
3.8 Penyajian Hasil Penelitian.....................................................................
67
IV GAMBARAN UMUM DAN KEKAYAAN SENI MUSIK
KOTA DENPASAR................................................................................ 68
4.1 Gambaran Umum Kota Denpasar..........................................................
68
4.1.1 Tinjauan Historis.................................................................................
71
4.1.2 Geografi dan Kependudukan..............................................................
78
4.1.3 Visi Kota Denpasar ............................................................................
84
4.2 Kekayaan Seni Musik Kota Denpasar...................................................
xvii
91
4.2.1 Potensi Seni Musik ............................................................................
93
4.2.2 Periodisasi Penciptaan Musik Bali Garapan Baru.............................. 107
4.2.3 Wadah Kegiatan Musik Bali Garapan Baru....................................... 116
V FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KREATIVITAS
MUSIK BALI GARAPAN BARU.......................................................... 142
5.1 Dorongan Ideologi Seniman.................................................................. 145
5.1.1 Ideologi Pengabdian........................................................................... 146
5.1.2 Ideologi Aktualisasi Diri.................................................................... 152
5.1.3 Ideologi Profesi Komersial................................................................ 159
5.2 Semangat Baru Memaknai Konsep Pelestarian Musik Tradisi............. 165
5.2.1 Semangat Baru Memaknai Mitos....................................................... 170
5.2.2 Semangat Baru Memaknai Uger-uger............................................... 173
5.3 Musik Bali dalam Konstelasi Global.................................................... 177
5.3.1 Modernisasi dan Rasionalisasi........................................................... 180
5.3.2 Interaksi Silang Budaya..................................................................... 186
5.3.3 Festival sebagai Ritual Baru ............................................................. 192
VI WUJUD KREATIVITAS MUSIK BALI
GARAPAN BARU................................................................................. 199
6.1 Kreativitas Musik Kreasi Baru.............................................................
202
6.1.1 Musikalitas......................................................................................... 205
6.1.2 Tata Penyajian.................................................................................... 215
6.1.3 Sumber Bunyi.................................................................................... 222
6.1.4 Unsur-unsur Dekonstruktif Musik Kreasi Baru................................. 230
6.2 Kreativitas Musik Eksperimental.........................................................
245
6.2.1 Sumber Bunyi..................................................................................... 248
6.2.2 Tata Peyajian...................................................................................... 255
6.2.3 Musikalitas......................................................................................... 259
6.2.4 Unsur-unsur Dekonstruktif Musik Eksperimental............................
xviii
267
VII DAMPAK DAN MAKNA KREATIVITAS
MUSIK BALI GARAPAN BARU....................................................... 292
7.1 Dampak ................................................................................................. 294
7.1.1 Dampak terhadap Seniman Pencipta................................................. 295
7.1.2 Dampak terhadap Eksistensi Musik Bali............................................ 306
7.1.3 Dampak terhadap Sikap Masyarakat.................................................. 316
7. 2 Makna .................................................................................................. 324
7.2.1 Makna Transformasi Budaya............................................................. 327
7.2.2 Makna Kedayaan Estetik.................................................................... 335
7.2.3 Makna Terbangunnya Kesadaran Baru.............................................. 342
7.3 Temuan.................................................................................................. 349
7.4 Refleksi.................................................................................................. 350
VIII SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 354
8.1 Simpulan................................................................................................ 354
8.2 Saran...................................................................................................... 358
DAFTAR SUMBER..................................................................................
360
1. Sumber Pustaka.....................................................................................
360
2. Sumber Discografi.................................................................................
373
LAMPIRAN...............................................................................................
376
1. Daftar Informan...................................................................................... 376
2. Pedoman Wawancara.............................................................................. 377
3. Foto-foto................................................................................................. 381
4. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keputusan
Panitia Ujian Disertasi Tahap 1.............................................................. 386
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1
Daftar Nama-nama Desa dan Kelurahan dalam Kecamatan
di Kota Denpasar......................................................................... 81
Tabel 4.2
Daftar Jumlah Desa Adat dan Desa Dinas di Kota Denpasar...... 82
Tabel 5.1
Perbedaan Sifat Ritual dan Festival............................................193
xx
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Halaman
Bagan 2.1
Model Penelitian…………………………………………... 50
Gambar 4.1
Peta Pulau Bali dan Kota Denpasar……………………….. 80
Gambar 4.2
Musik Eksperimental ”Seeking Of Spirit”
Karya I Gede Agus Nasa Suryastawa
Peserta Ujian TA ISI Denpasar Tahun 2010........................ 119
Gambar 4.3
Musik Eksperimental ”Ombak Segara”
Karya I Ketut Agus Suastika
Peserta Ujian TA ISI Denpasar 2004.................…….......... 120
Gambar 4.4
Penampilan Instrumen Sungu dalam PKB 2009...…….…. 122
Gambar 4.5
Drumband ”Adi Merdangga” dalam Pawai PKB 2009.…... 123
Gambar 4.6
”Suling Kreatif” Karya I Wayan Ari Wjaya,
Musik Eksperimental Duta Kota Denpasar
Pada PKB 2009..................................................................... 126
Gambar 4.7
Penampilan Duta Kota Denpasar FGK 2009…………….... 130
Gambar 4.8
Pagelaran Musik Prosesi dalam Sanur Festival 2009……... 140
Gambar 6.1
Penyajian Musik Tradisional Bali dalam Upacara
Dewa Yadnya di ISI Denpasar............................................. 217
Gambar 6.2
Penataan Instrumen Musik Baru dengan Trap Bertingkat.. 219
Gambar 6.3
Penataan Dekorasi pada Penyajian Musik Kreasi Baru....... 220
Gambar 6.4.
Busana Penabuh Musik Kreasi Baru.................................... 221
Gambar 6.5
Musik Vokal ”Kembang Genjek”
karya I Dewa Gede Ngurah…………………………………244
Gambar 6.6
”Body Tjak” Karya I Wayan Dibia dan Kith Terry……… 250
Gambar 6.7
Gamelan Campuran dalam Musik Eksperimental.............. 253
xxi
Gambar 6.8
Penyajian Musik Non-gamelan………………………….... 255
Gambar 6.9
Properti dengan dominasi Warna Merah dan Hitam
dalam Musik Berjudul ”Ambisi” Karya
I Ketut Suberata................................................................... 258
Gambar 6.10 Penyajian KeindahanVisual Musik Eksperimental.............. 259
Gambar 6.11 Seting Instrumen Karya ”Gema Eka Dasa Rudra”............... 269
Gambar 6.12 Potongan Tiang Telepon sebagai Instrumen
Musik ”Gerausch”……………………………………….... 279
Gambar 6.13 Potongan Pipa Besi yang Dihubungan dengan
Alat Elektronik sebagai Instrumen
Musik Eksperimental ”Gerausch”...............................…..... 281
Gambar 6.14 Mesin Gerinda yang Ditorehkan pada Besi Plat
Berbentuk Gong Mengeluarkan Bola Api dalam
Musik Eksperimental ”Gerausch”........................................ 282
Gambar 6.15 Jes Gamelan Fusion (JGF) dengan Instrumen Tambahan
seperti Drumset, Bedug, dan Jimbe………………….......... 286
Gambar 6.16 Seting Instrumen Khas Jes Gamelan Fusion......................... 291
Gambar L.1
Musik Eksperimental dengan Instrumen Bambu………….. 380
Gambar L.2
Gamelan Jawa Sebagai Alat Musik Eksperimental
”Palapa” Karya I Nyoman Windha……………………….. 380
Gambar L.3
Musik Eksperimental ”Cymbran Show”, Karya
I Wayan Sudana. Kolaborasi Gamelan Bali
Dengan Instrumen Musik Barat…………………………… 381
Gambar L.4
Musik Eksperimental ”Seeking Of Spirit”
Karya I Gede Agus Nasa Suryastawa
Menggunakan Botol Bekas Sebagai Sumber Bunyi………. 381
Gambar L.5
Musik Kreasi Baru ”Angganing Bagia”
Karya I Wayan Agusnita. Memperlihatkan Penataan
Kostum Yang Semarak dan Akting Pemain Kendang…….. 382
Gambar L.6
Gamelan Jegog, Angklung Kocok, dan Suling
Sebagai Media Ungkap Musik Kreasi Baru
”Nyat Mancuh” Karya I Komang Teja Ambara Putra.......... 382
xxii
Gambar L.7
Musik Eksperimental ”Gundah”
Karya I Gede Agus Prasastika Putra
Menggunakan Rebab Sebagai Sumber Bunyi…………….. 383
Gambar L.8
Seting Penyajian Instrumen Musik Eksperimental
”Cymbran Show” Karya I Wayan Sudana………………… 383
Gambar L.9
Akting Penabuh Dalam Musik Eksperimental
“Baladhika” Karya Agus Ary Andika…………………….. 384
xxiii
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM
ASTI
: Akademi Seni Tari Indonesia
BPD
: Bank Pembangunan Daerah
FGK
: Festival Gong Kebyar
FKI
: Festival Kesenian Indonesia
FSMK
: Festival Seni Masa Kini
Gesuri
: Genta Suara Revolusi
IKMS
: Ikatan Keluarga Minang Saiyo
ISI
: Institut Seni Indonesia
JGF
: Jess Gamelan Fusion
KKB
: Keluarga Kesenian Bali
Kokar
: Konservatori Karawitan
LPD
: Lembaga Perkereditan Desa
PKB
: Pesta Kesenian Bali
PKM
: Pekan Komponis Muda
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMKI
: Sekolah Menengah Karawitan Indonesia
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
STSI
: Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Undiksha
: Universitas Pendidikan Ganesha
xxiv
GLOSARIUM
adi cita
: keinginan atau rasa yang besar akan nilai kebenaran
adi luhung
: sangat sempurna, kaitannya dengan seni artinya seni
yang memiliki nilai estetis tinggi
adi merdangga
: adi artinya ‘besar’ dan merdangga artinya ‘kendang’;
jadi adi merdangga adalah perangkat gamelan Bali yang
didominasi oleh instrumen kendang dalam jumlah yang
banyak; perangkat gamelan Bali ini juga sering disebut
dengan drumband tradisional Bali
adeng
: istilah dalam bahasa Bali yang berarti lambat (tempo)
ajawera
: larangan atau pembatasan terhadap hal-hal tertentu yang
biasanya disakralkan masyarakat
Angsel
: tanda atau aksentuasi untuk menentukan perubahan
tempo, dinamika, dan lagu dalam musik Bali
Astanegara
: delapan kerajaan kecil di Bali sebagai pecahan dari
Kerajaan Gelgel, yaitu Karangasem, Bangli, Gianyar,
Mengwi, Tabanan, Buleleng, Badung, dan Payangan
bale gong
: bangunan khusus tempat menabuh gamelan Bali yang
biasanya terdapat di pura dan di puri
Banjar
: satu kesatuan komunitas masyarakat Bali yang secara
administrasi diikat oleh batas wilayah tempat tinggal
bantang gending
: dari kata bantang yang artinya kerangka pokok dan
gending artinya melodi; jadi bantang gending adalah
kerangka pokok sebuah lagu dalam musik Bali
Banten
: sarana persembahan dalam upacara agama Hindu.
Bapang
: salah satu motif lagu dalam musik Bali yang berukuran
empat sampai enam belas hitungan dalam satu gong
Barungan
: perangkat atau kesatuan alat musik tradisional Bali
barungan alit
: perangkat gamelan Bali yang dimainkan oleh empat
sampai sepuluh orang pemain
xxv
barungan madya
: perangkat gamelan Bali yang dimainkan oleh sebelas
sampai dua puluh orang pemain
barungan ageng
: perangkat gamelan Bali yang dimainkan oleh lebih dari
dua puluh instrumen
babarongan
: perangkat gamelan Bali yang biasanya digunakan untuk
mengiringi tari Barong Ket
baburu
: teknik permainan gamelan Bali khususnya instrumen
gangsa dan reyong secara beruntun dari nada yang satu
ke yang lain sehingga memberi kesan saling kejar
Bengkek
: suara gamelan pendek karena dibunyikan dengan
memukul sambil menutup
Ber
: tiruan bunyi instrumen gong bheri yang suaranya lebih
tinggi
Bor
: tiruan bunyi instrumen gong bheri yang suaranya lebih
rendah
Bheri
: sering disebut dengan gong bheri, yaitu instrumen musik
Bali yang berbentuk gong tanpa pencon. Instrumen ini
memiliki kesaman dengan gong yang terdapat di China,
Vietnam, dan Kamboja
Bumbung
: resonator gamelan yang berbahan bambu
bun gending
Cacandetan
alur perjalanan melodi dalam musik Bali
: teknik permainan gamelan Bali yang saling mengisi
(interlocking configuration) antara pukulan polos (on
beat) dan sangsih (off beat)
candi bentar
: pintu gerbang/gapura khas berarsitektur Bali yang
biasanya dijadikan pintu masuk pura dan puri
cara jani
: istilah dalam bahasa Bali yang artinya sesuai zaman
sekarang (masa kini)
cara imalu
: istilah dalam bahasa Bali yang artinya sesuai zaman dulu
(masa lampau)
xxvi
catur muni-muni
: catur artinya empat dan muni-muni artinya bunyibunyian. Catur muni-muni adalah empat jenis gamelan
yang diduga merupakan perkembangan dari gamelan
Pegambuhan, yaitu Semara Pagulingan, Palegongan,
Bebarongan, dan Joged Pingitan. Keempat gamelan ini
pada masa lampau merupakan musik hiburan istana
Destar
: hiasan kepala dari kain untuk busana adat Bali bagi
kaum pria
dewa yadnya
: upacara persembahan yang ditujukan kepada Tuhan
Yang Maha Esa
Diramreta
: mati dengan keteguhan, biasanya terjadi dalam perang
duwe puri
: benda atau barang pusaka milik istana yang biasanya
disakralkan
ede ngaden awak : sebuah ungkapan dalam bahasa Bali yang berarti jangan
bisa
merasa diri mampu
Erang
: semangat yang berapi-api untuk memenangkan suatu
kompetisi
Gancang
: istilah dalam Bahasa Bali yang artinya agak cepat
(tempo)
Gagandrangan
: nama motif lagu khas repertoar Joged Pingitan
Gagenderan
: motif lagu yang diadopsi repertoar Gender Wayang
Gagendingan
: salah satu jenis musik vokal Bali yang bentuknya paling
sederhana
Gending
: sama dengan tabuh yang artinya repertoar musik
gending gendheng
: gending artinya lagu, sementara gendheng (dari bahasa
Jawa) yang artinya ”sedikit gila”, sehingga gending
gendheng diartikan sebagai lagu-lagu yang dicipta
dengan konsep-konsep yang bertentangan dengan
kebiasaan yang ada seperti aneh, eksentrik, nakal, dan
urakan
Gerong
: istilah dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk
menyebutkan penyanyi wanita dalam iringan sendratari
di Bali
xxvii
gilik
: teknik pukulan yang baik sehingga suara musik yang
dihasilkan jelas dan sempurna
Gineman
: motif lagu berupa kalimat-kalimat melodi non-ritmis
yang biasanya dimainkan oleh instrumen-instrumen
melodis seperti trompong, gangsa, dan gender rambat
greget
: mantap, dalam kaitannya dengan karya seni artinya
karya yang berkualitas, baik dari segi bentuk, isi,
maupun penyajiannya
incep
: pukulan bersama yang kompak dan rapi, dalam teknik
permainan gamelan Bali
Jagul
: nama salah satu jenis ikan laut; dalam musik Bali istilah
jagul juga digunakan untuk nama motif pukulan
perpaduan kendang lanang (laki) dan wadon
(perempuan) yang terinspirasi dari ikan yang melompatlompat di laut
jajan sarad
: bangunan berbentuk menara yang terbuat dari jajan atau
kue tradisional Bali; bangunan ini merupakan sarana
upacara atau media persembahan dalam upacara yadnya
jajar pageh
: aturan tentang struktur atau komposisi musik Bali
Jengah
: semangat untuk bersaing (competitive pride) guna
menumbuhkan karya-karya bermutu
juru gambel
: orang yang memiliki tugas bermain atau menabuh
gamelan
kakawin
: juga disebut dengan sekar ageng, yaitu salah satu jenis
musik vokal Bali yang berbentuk puisi yang dilagukan
kakebyaran
: berkaitan dengan gaya kebyar, seperti tabuh kekebyaran
adalah lagu yang bergaya kebyar, tari kekebyaran adalah
tari yang bergaya kebyar
kakembangan
kayonan
motif lagu yang diciptakan dengan pengembangan atau
memberi variasi motif yang telah ada
: salah satu wayang Bali yang berbentuk gunungan;
wayang ini biasanya dimainkan sebagai pembuka dan
penutup pertunjukan wayang
xxviii
kawitan
: bagian pertama dari struktur atau komposisi musik
tradisional Bali
kedaut
: kena sihir oleh orang-orang yang ingin berbuat jahat
kelangen
: kenikmatan luar biasa yang bisa menghanyutkan
kelangsah
: anyaman dari bahan daun kelapa yang biasanya
digunakan sebagai sekat atau atap sementara
kelihan adat
: ketua komunitas masyarakat yang bertanggung jawab
atas kegiatan adat-istiadat di kalangan masyarakat
tradisional Bali
kempli
: instrumen gamelan Bali yang berbentuk mangkuk
perkusi dan berfungsi sebagai semifinalis
kempul
: instrumen gamelan Bali berbentuk seperti gong yang
ukurannya lebih kecil dan berfungsi sebagai semifinalis
kendang
: instrumen gamelan Bali berbentuk tabung kayu yang
kedua sisinya ditutup kulit sapi; kendang berfungsi
sebagai pemimpin irama dalam musik Bali
kendang cedugan
: kendang Bali yang khusus dimainkan dengan alat
pemukul atau panggul kendang; kendang jenis ini
digunakan pada gamelan Gong Gede, Gong Luang, atau
dalam gamelan Kebyar jika memainkan tabuh
lelambatan atau pepanggulan
kendang
krumpungan
: kendang Bali ukuran menengah yang dimainkan tanpa
kepwakan
: instrumen musik Bali dari bambu yang setengah bagian
alat pukul; biasanya digunakan dalam gamelan Semara
Pagulingan, Palegongan, dan Pegambuhan
dibelah; dimainkan dengan cara menggetarkannya
sehingga kedua belahan bambu tersebut berbenturan dan
menghasilkan suara ”pwak, pwak...”
kerawuhan
: kesurupan atau trance karena dimasuki roh suci
karesian
: dari kata rsi yang artinya ’suci’, jadi keresian artinya
sama dengan ’kesucian’
xxix
keroncongan sapi
: instrumen berbentuk balok kayu yang dilubangi salah
satu sisi kemudian pada lubang tersebut diberi pelayah
dari kayu; dimainkan dengan cara digoyangkan;
instrumen ini biasanya digantungkan pada leher sapi
sehingga sering disebut dengan kroncongan sapi
ketungan
: Alat penumbuk padi atau beras berbentuk balok kayu
yang pada satu sisi dilubangi secara memanjang yang
berfungsi sebagai resonator; cara memainkan alat ini
adalah dipukul dengan kayu pada sisi-sisi lubang
tersebut
kidung
: juga disebut sekar madya yaitu salah satu jenis musik
vokal Bali yang berisikan lirik tentang doa pemujaan,
berfungsi untuk mengiringi berbagai upacara ritual
kidung malat
: musik vokal jenis kidung yang menggunakan tema-tema
dari ceritra Panji (malat)
kilitan
: teknik permainan gamelan Bali, yaitu figurasi yang
saling mengunci (interlocking configuration); istilah
kilitan biasanya dipergunakan pada permainan instrumen
reyong
kotekan
: artinya sama dengan cecandetan dan kilitan, yaitu
interlocking configuration, salah satu motif pukulan
dalam gamelan Bali, yaitu perpaduan pukulan polos (on
beat) dengan sangsih (of beat)
ksatrya
: sifat kepahlawanan atau bisa juga berarti salah satu jenis
kasta dalam masyarakat Bali
kulkul
: kentongan yang terbuat dari kayu atau bambu
lanang-wadon
: artinya laki-perempuan, dalam musik Bali istilah ini
digunakan untuk menyebutkan instrumen-instrumen
yang kehadirannya berpasangan (laki-perempuan)
seperti kendang dan gong
lalonggoran
: salah satu motif lagu yang berukuran enam belas
hitungan dalam satu gong; di Bali Utara lelonggoran
adalah sebuah tabuh khas gaya Buleleng.
laluwangan
motif-motif lagu gamelan Gong Luang
xxx
leak
setan atau makluk jahat penghuni alam kegelapan
mabarung
: pentas dua grup gamelan secara berhadapan
macapat
: juga disebut dengan sekar alit, yaitu salah satu jenis
musik vokal Bali yang strukturnya diikat oleh pada
lingsa, yaitu jumlah baris, jumlah dan jatuhnya suku
kata akhir dalam setiap baris
majejahitan
: membuat sarana upacara dari daun kelapa dan daun enau
yang dikerjakan dengan cara menjahit
mapuja
: melakukan pemujaan
manusa yadnya
: upacara korban suci yang bermakna pembersihan diri
untuk manusia
mecaru
: upacara korban suci untuk keseimbangan alam semesta
med
: merasa bosan dengan sesuatu yang dilakukan secara
berulang-ulang
merajan
: tempat persembahyangan keluarga bagi umat Hindu Bali
metatah
: upacara potong gigi dalam agama Hindu
metantang
: mengadakan perjanjian tentang sesuatu misalnya upah,
pekerjaan, dan jual-beli
metuglig
: kerja keras untuk mencapai sesuatu tujuan
mpu
: pakar, ahli dalam bidang seni, sastra, dan pembuatan
keris
mredangga utsawa
: lomba atau festival Gong Kebyar yang diselenggarakan
Listibiya Provinsi Bali era 1960-an
mule keto
: istilah bahasa Bali yang artinya memang begitu
nanggap upah
: mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan bayaran
nepung
: membuat tepung, biasanya dari beras
ngaben
: upacara penghormatan terhadap roh orang yang
meninggal dalam agama Hindu
xxxi
ngayah
: melakukan
pekerjaan
pengabdian tanpa pamrih
yang
dilandasi
ideologi
ngebyar
: teknik pukulan yang menghasilkan bunyi keras dan
menghentak dalam Gong Kebyar
ngejer
: teknik pukulan gamelan Bali dengan menggetarkan alat
pukul pada sumber bunyi untuk mendapatkan suara
musik yang ramai
ngelawar
: membuat makanan tradisional Bali berupa lawar
ngembat
: konsep harmoni gamelan Bali dengan memukul dua
nada dalam oktaf kecil dan besar secara bersamaan
ngempat
: konsep harmoni gamelan Bali dengan memukul dua
nada berjarak dua secara bersamaan
ngempyung
: konsep harmoni gamelan Bali dengan memukul dua
nada berjarak satu secara bersamaan
ngulangunin
: lihat kelangen
ngumbang-ngisep
: dua nada sama yang sedikit dibedakan tinggi rendahnya
sehingga jika dipukul bersama menimbulkan pelayangan
atau suara yang bergema
nindihin gumi
: membela negara dengan mempertaruhkan jiwa dan raga
norek
: teknik permainan gamelan Bali dengan memukul secara
beruntun dari satu nada ke nada lainnya dengan cepat
nyate
: membuat makanan tradisional Bali berupa sate
nyilih asih
: salah satu motif pukulan instrumen trompong dengan
memainkan nada-nada secara tunggal
nyolcol
: motif permainan instrumen gangsa atau kantil dengan
memukul satu nada beberapa kali secara beruntun
padet
: pukulan yang padat dan rapi dalam teknik permainan
gamelan Bali
pagongan
: nama repertoar musik tradisional Bali yang biasanya
dimainkan dengan gamelan Gong Gede
xxxii
paica
: berkah atau pemberian dari alam atas atau sesuatu yang
lebih tinggi
pakem
: aturan tentang konsep, struktur, dan tata urut dalam
penampilan seni pertunjukan terutama wayang kulit Bali
paswara
: satu suara atau kesepakatan bersama
patutan
: sistem nada fungsional dalam gamelan Semara
Pagulingan saih pitu (tujuh nada)
pawintenan
: upacara ritual yang bermakna penyucian diri; biasanya
ditujukan bagi pemangku atau seniman
pawisik
: bisikan rohani Tuhan atau sesuatu yang dihormati
pacaruan
: lihat mecaru
palinggih
: bangunan suci tempat berstananya para Dewa
pagambuhan
: berkaitan dengan dramatari Gambuh (tari, lagu, dan
gamelan)
pakaad
: bagian akhir struktur atau komposisi musik tradisional
Bali
pelog
: laras gamelan Bali; terdapat dalam gamelan-gamelan
seperti Gong Kebyar, Gong Gede, Semara Pagulingan,
Palegongan, Babarongan, dan Joged Pingitan
pamanis
: dari kata manis adalah instrumen-instrumen yang
berfungsi untuk menambah suasana lembut dan halus
dalam nada-nada tinggi
pamuput aci
: penentu selesai tidaknya upacara
panandan
: dari kata nandan yang artinya penuntun atau pemimpin,
merupakan kelompok instrumen yang memimpin
jalannya musik, baik secara melodis maupun ritmis,
mengatur tempo dan volume, menentukan peralihan,
termasuk memberi kode tentang mulai dan berakhirnya
musik
pangawak
: bagian utama (main body) dari struktur atau komposisi
musik tradisional Bali
xxxiii
pencon
: bagian berbentuk bulat yang menonjol ke luar dari
instrumen keluarga gong, seperti kempul, trompong,
reyong, kempli, dan kajar
pangecet
: bagian akhir (sebelum pekaad) komposisi musik
tradisonal Bali
pangempon
: dari asal kata pengampu, yang artinya mereka yang
diberi kuasa untuk mengelola sesuatu
pangisep
: bagian struktur tabuh pagongan klasik yang terletak di
antara pengawak dan pengecet
papayasan
: berasal dari kata payas yang artinya hiasan atau
ornamentasi
piodalan
: upacara untuk memuja kebesaran Tuhan yang biasanya
dilakukan di pura
pitra yadnya
: lihat ngaben
piturun
: wahyu suci yang turun dari alam atas
prada
: cat berwarna kuning keemasan
pupuh
: pola-pola dasar, baik dalam struktur, teknik permainan,
maupun lagu
puputan
: perang sampai titik darah penghabisan
rame-rame
: keramaian yang biasanya berisi sajian seni pertunjukan
rebana
: alat musik Islami yang berbentuk bulat pipih, pada
bagian atasnya dipasang selaput tipis dari kulit, dan
bagian inilah yang dipukul
resik
: bersih, menunjukkan tingkat kualitas musikal yang baik,
olah musikal atau lagunya bagus dan dimainkan oleh
seniman dengan tingkat keterampilan virtuositas tinggi
serta permainan yang bersih
reyong
: instrumen gamelan Bali berbentuk dua belas pencon
yang dijejer di atas kerangka kayu berdasarkan urutan
nada; instrumen ini dimainkan oleh empat orang yang
masing-masing menggunakan dua pemukul
xxxiv
romon
: kualitas permainan gamelan yang kurang bagus sehingga
mengurangi bobot secara keseluruhan
rontog
: kualitas permainan gamelan sangat kurang, artinya olah
musikal dan ketrampilan tidak bagus
rsi
: pendeta Hindu dari golongan nonbrahmana
ruwatan
: ritual pembersihan diri manusia dari sesuatu yang
dianggap memiliki pengaruh buruk
salah kedaden
: salah kelahiran
saih
: sistem nada-nada fungsional dalam gamelan Gambang
dan Selonding
saih pitu
: sistem pelarasan gamelan Bali yang terdiri dari tujuh
nada, yaitu lima nada pokok dan dua nada pemero
sekaa
sekawan
saput
: organisasi profesi dalam masyarakat tradisional Bali
sejenis, satu keluarga, istilah ini digunakan untuk
menyebutkan bahwa empat gamelan, yaitu Semara
Pagulingan, Palegongan, Bebarongan, dan Joged
Pingitan merupakan gamelan sekawan atau sejenis, atau
sekeluarga karena semuanya lahir dari perkembangan
gamelan Pegambuhan
: salah satu perlengkapan busana adat Bali bagi laki-laki
yang dipasang untuk menutupi kain; saput biasanya
dibuat lebih semarak dengan berbagai motif dan warna
selendro
: laras gamelan Bali, yang terdapat dalam gamelangamelan seperti Angklung Klentangan, Gender Wayang,
dan Joged Bumbung
seng kauh
: istilah plesetan untuk menyebutkan komposisi baru yang
banyak mengambil idiom-idiom musik Jawa; oleh
karena pulau Jawa berada di sebelah Barat (kauh) pulau
Bali, maka komposisi demikian disebut seng kauh
sesari
: Uang yang dijadikan sarana upacara
sunari
: bambu yang dilobangi pada bagian samping sehingga
ketika ditiup angin akan mengeluarkan suara merdu
xxxv
sungsungan
: sama dengan junjungan, yaitu sesuatu yang dihormati.
sunyamreta
: mati dengan jalan yoga semadi
suramreta
: mati dengan kepahlawanan
tabla
: salah
tabuh pagongan
: repertoar lagu yang telah memiliki aturan-aturan dan
satu instrumen perkusi dari kelompok
membranophone (membran sebagai sumber bunyi) yang
berasal dari India
standar tertentu; secara konvensional tabuh pagongan
dimainkan dengan gamelan Gong Gede
tabuh palegongan
: repertoar lagu yang telah memiliki aturan-aturan dan
standar tertentu; secara konvensional dimainkan dengan
gamelan Palegongan
tabuh kutus
: salah satu bentuk tabuh pagongan/lelambatan yang
berukuran pengawak terpanjang yaitu 512 hitungan
dalam satu gong; selain itu nama tabuh kutus disebabkan
karena pengawak tabuh ini terdapat delapan kali pukulan
instrumen kempul dan kempli dalam satu gong
tabuh nem
: salah satu bentuk tabuh pagongan/lelambatan yang
berukuran pengawak 384 hitungan dalam satu gong;
selain itu nama tabuh nem disebabkan karena dalam
pengawak tabuh ini terdapat enam kali pukulan
instrumen kempul dan kempli dalam satu gong
tabuh pat
: salah satu bentuk tabuh pagongan/lelambatan yang
berukuran pengawak 256 hitungan dalam satu gong;
selain itu nama tabuh pat disebabkan karena dalam
pengawak tabuh ini terdapat empat kali pukulan
instrumen kempul dan kempli dalam satu gong
tabuh telu
: jenis tabuh lelambatan yang ukurannya dan polanya
ditentukan berdasarkan jumlah pukulan instrumen
kempli dan kempur; tabuh telu selain dimainkan sebagai
musik instrumental juga digunakan untuk mengiringi tari
taksu
: kekuatan spiritual yang dapat meningkatkan daya
pesona; seniman dikatakan memiliki taksu jika mampu
menampilkan diri ”lebih besar” dari kesehariannya
sehingga dalam pertunjukan memukau penonton
xxxvi
tedung
: payung tradisional Bali yang digunakan sebagai sarana
dan hiasan dalam upacara
tekes
: pukulan yang disertai teknik tutupan yang baik dan rapi
tektekan
: salah satu perangkat musik tradisional Bali khas
Kabupaten Tabanan yang instrumen utamanya berupa
kentongan dari bambu kemudian dipadu dengan
instrumen lainnya seperti kendang, cengceng, gong, dan
tawa-tawa
tembang
: sama dengan macapat di Jawa, yaitu musik vokal Bali
yang menggunakan sistem guru wilang dan guru
dingdong
tembang
cacantungan
: musik vokal yang tidak termasuk dalam empat jenis
tatekep
: sistem nada fungsional dalam gamelan Pegambuhan
trompong
: instrumen gamelan Bali berbentuk sepuluh mangkuk
tembang konvensional, yaitu sekar rare, sekar alit, sekar
madya, dan sekar ageng; tembang cecantungan lebih
banyak diciptakan dalam seni pertunjukan dengan pola
melodi dan ritme yang tidak terikat
perkusi yang dijejer di atas kerangka kayu; instrumen ini
dimainkan oleh satu orang dengan menggunakan dua
alat pukul
timbung
: instrumen gamelan Bali yang berbentuk sepotong ruas
bambu yang pada bagian tengahnya diiris tipis hingga
berlubang di bawahnya; bagian irisan ini berfungsi
sebagai sumber bunyi, sementara lubang bambu
berfungsi sebagai resonator
tri angga
: konsep
struktur musik tradisional Bali yang
dianalogikan dengan tiga bagian tubuh manusia yaitu
kepala
(kawitan),
badan
(pengawak),
dan
kaki.(pengecet)
trisandya
: mantram suci umat Hindu yang dikumandangkan
sebanyak tiga kali dalam sehari, yaitu pagi, siang, dan
malam
toya pengentas
: air suci yang memiliki makna pembuka jalan bagi roh
orang yang meninggal untuk menuju surga
xxxvii
ubit-ubitan
: nama lain dari kotekan, kilitan, dan cecandetan yaitu
teknik permainan gamelan Bali dengan pola figurasi
yang saling mengunci; ada puluhan jenis teknik ubitubitan yang memberikan berbagai karakter musikal
dalam gamelan Bali
ugal
: instrumen pemegang atau pemimpin melodi dalam
gamelan Kebyar. Bentuk ugal sama dengan gangsa dan
kantil yaitu sepuluh bilah perkusi yang dijejer di atas
kerangka kayu dan di bawahnya diberi resonator bambu;
perbedaannya, ugal berada pada nada-nada oktaf rendah
sehingga suaranya lebih besar dari pada gangsa
uger-uger
: aturan-aturan konseptual dalam musik tradisional Bali
seperti struktur, fungsi instrumen, dan tata penyajian
undir
: instrumen dalam gamelan Jegog yang berfungsi
memberikan tekanan kontinuitas pada ruas-ruas lagu
urip
: penjiwaan
dan penampilan
memainkan sebuah gending
werda
: istilah dalam bahasa Bali yang berarti tua
xxxviii
yang
hidup
dalam
Download