PENDAHULUAN Latar belakang Bakteri fitopatogen merupakan bakteri yang menyebabkan infeksi atau penyakit pada tumbuhan. Pengendalian bakteri patogen dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa antibiotik atau antimikrob. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan antibiotik adalah timbulnya resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut. Hal ini mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang pengendalian bakteri patogen yang yang lebih aman dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan resistensi. Defoirdt et al. (2004) menyatakan bahwa ekspresi gen virulensi pada beberapa bakteri patogen diregulasi oleh proses quorum sensing. Quorum sensing (QS) adalah mekanisme komunikasi bakteri sebagai suatu pengaturan ekspresi gen yang bergantung pada jumlah populasi bakteri tersebut dan akumulasi senyawa autoinducer (AI) (Rukayadi & Hwang 2009). QS terlibat dalam regulasi fungsi biologi yang penting seperti luminescence, produksi antibiotik, transfer plasmid, motilitas, virulensi, pembentukan biofilm dan berperan dalam regulasi ekspresi gen-gen patogen pada Pseudomonas solanacearum, Pseudomonas aeruginosa, dan beberapa spesies Erwinia (Dong et al. 2000; Zang & Dong 2004). Proses QS melibatkan molekul kimia yang disebut autoinducer (AI). AI merupakan molekul sinyal yang disekresikan, diakumulasi, diserap kembali, dan dikenali oleh bakteri selama proses QS terjadi (Rukayadi & Hwang 2009). Salah satu jenis molekul AI adalah N-acylhomoserine lactone (AHL) yang dihasilkan oleh bakteri Gram negatif, serta digunakan untuk komunikasi dalam spesies yang sama (Rukayadi & Hwang 2009). Salah satu prinsip pengendalian virulensi bakteri fitopatogen dengan dasar QS adalah mencegah akumulasi AHL dengan mendegradasi molekul sinyal tersebut. Senyawa atau molekul yang dapat mendegradasi molekul AHL disebut senyawa anti-QS. Anti-QS memiliki kelebihan dalam mengontrol infeksi bakteri yaitu tidak mempengaruhi pertumbuhan, sehingga dapat menghindarkan timbulnya tekanan seleksi yang sering menghasilkan generasi patogen yang lebih resisten terhadap antibiotik (White & Finan 2009). Beberapa enzim pendegradasi AHL telah diidentifikasi dari beberapa bakteri dan memiliki potensi sebagai anti-QS (Yin et al. 2010). Salah satu enzim pendegradasi AHL adalah enzim Acyl Homoserine Lactonase (AHL-laktonase) (Dong et al. 2000). Enzim ini disandikan oleh gen aiiA yang dimiliki oleh Bacillus dan mampu mendegradasi AHL dengan menghidrolisis ikatan lakton yang terdapat pada molekul AHL (Dong et al. 2000). AHL-laktonase sebagai salah satu senyawa anti-QS dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengendalian bakteri fitopatogen. Sebagai salah satu negara megabiodiversity, Indonesia mempunyai kekayaan dan keragaman sumberdaya mikroba yang sangat besar dan berpotensi sebagai penghasil AHL-laktonase. Oleh karena itu, isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil AHL-laktonase merupakan langkah awal untuk untuk memanfaatkan potensi tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri penghasil AHL-laktonase asal lahan pertanian di Jawa. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA IPB. Isolasi, Pemurnian, dan Penyimpanan Bakteri Isolasi bakteri dilakukan terhadap 27 sampel tanah dan 10 sampel daun yang berasal dari lahan pertanian di Jawa. Isolasi bakteri tanah dilakukan dengan metode cawan sebar pada media nutrient agar (NA) (Lampiran 1). Sebanyak 1 gram sampel tanah disuspensikan dengan 9 mL larutan garam fisiologis 0,85%. Suspensi dienceran serial sampai pengenceran 10-6, 10-7, dan 10-8. Sisa suspensi dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit pada suhu 80oC. Sebanyak 0,1 mL dari setiap pengenceran dan suspensi yang dipanaskan tersebut masing-masing disebarkan ke media NA, kemudian diinkubasi selama dua hari pada suhu ruang. Bakteri filosfer diisolasi dengan cara membilas sampel daun dengan larutan garam fisiologis 0,85% dan disebarkan pada media pertumbuhan King’s B (Lampiran 1). Kolonikoloni bakteri yang tumbuh dan 2 menunjukkan morfologi yang berbeda dimurnikan dengan metode cawan gores. Setelah murni, bakteri disimpan dalam agar miring. Bioesei Aktivitas Degradasi AHL Isolat-isolat murni ditumbuhkan pada media Luria broth (LB). Setelah 48 jam, kultur disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm. Sebanyak 100 μL supernatant diteteskan pada paper disk dan diletakkan pada permukaan media cawan Luria agar (LA) yang mengandung Chromobacterium violaceum 1%. Cawan tersebut kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Media LB steril digunakan sebagai kontrol. Paper disk yang dikelilingi oleh zona tidak berwarna ungu menunjukkan adanya aktivitas degradasi AHL. Pengamatan Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram Isolat-isolat yang menunjukkan hasil bioesei positif diamati morfologi sel (bentuk sel, penataan sel, dan endospora) dan reaksi terhadap pewarnaan Gram. Amplifikasi Gen Penyandi AHL-laktonase DNA bakteri diisolasi dengan metode Lazo (Lazo et al. 1987). Isolat-isolat yang menunjukkan hasil bioesei degradasi AHL positif diamplifikasi menggunakan primer spesifik untuk gen aiiA yaitu aiiAF (5’-ATC GGA TCC ATG ACA GTA AAG AAG CTT ATT TCG-3’, dan aiiAR (5’-GTC GAA TTC CTC AAC AAG ATA CTC CTA ATG ATGT-3’ (Dong et al. 2000). Campuran PCR terdiri dari 1.5 mM MgCl2, 0.2 mM dNTPs, 0.3 µM masing-masing primer, 0.02 U/µL Taq DNA polymerase, template DNA, ddH2O, dan buffer DNA polymerase. Amplifikasi dilakukan selama 30 siklus PCR dengan kondisi pra-denaturasi (94oC, 10 menit), denaturasi (94oC, 30 detik), annealing (52oC, 30 detik), elongasi (72oC, 1 menit), dan post-PCR (72oC, 5 menit) (Chan et al. 2007). Produk PCR dilarikan pada mini-gel elektroforesis (agarose 1%) pada tegangan listrik 50 volt selama 45 menit (Sambrook et al. 1989). Visualisasi di atas UV Transiluminator dilakukan dengan pewarnaan Ethidium Bromida. Identifikasi Isolat Isolat-isolat yang menunjukkan hasil positif pada bioesei degradasi AHL dan amplifikasi gen aiiA diidentifikasi secara molekuler (16S rRNA). Amplifikasi gen 16S rRNA menggunakan primer 63f (5’-CAG GCC TAA CAC ATG CAA GTC-3’) dan 1387r (5’-GGG CGG WGT GTA CAA GGC-3’) (Marchesi et al. 1998). Amplifikasi dilakukan selama 30 siklus PCR dengan kondisi pra-PCR (94oC, 2 menit), denaturasi (92oC, 30 detik), annealing (50oC, 1 menit), elongasi (72oC, 1 menit), dan post-PCR (75oC, 5 menit). Sekuensing DNA dan Analisis Bioinformatika Pengurutan DNA hasil amplifikasi dilakukan dengan memanfaatkan jasa perusahaan sekuensing 1st Base di Singapura. Sekuen yang diperoleh dijajarkan dengan data pada GenBank menggunakan program Basic Local Alignment Search Tool-Nucleotida (BLAST-N) dan Basic Local Alignment Search Tool Nucleotide 6-frame translationprotein (BLAST-X) dari situs National Center for Biotechnology Information (NCBI) melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov untuk mengetahui tingkat kemiripan gen aiiA dan 16S rRNA dari isolat yang dianalisa. Konstruksi Pohon Filogenetik Konstruksi pohon filogenetik dilakukan dengan metode Neighbor Joining (NJ) dengan bootstrap 1000x menggunakan program MEGA 5.0. HASIL Bioesei Aktivitas Degradasi AHL Isolasi bakteri dari 10 sampel daun dan 27 sampel tanah asal lahan pertanian di Jawa menghasil 261 isolat (Tabel 1). Dari 261 isolat yang diuji, 12 isolat diantaranya yang menunjukkan aktivitas degradasi AHL yang kuat. Aktivitas degradasi ini ditunjukan dengan terbentuknya zona tidak berwarna ungu di sekitar paper disk (Gambar 1).