PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini lahan pertanian yang subur di Indonesia untuk intensifikasi pertanian khususnya tanaman pangan semakin sempit dan terbatas karena lahan-lahan tersebut telah berubah fungsi. Lahan-lahan yang masih tersisa . umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dengan sifat fisika, kimia dan biologi yang h a n g baik seperti tanah Oxisols. Oxisols adalah tanah mineral yang kaya seskuioksida dan telah mengalami pelapukan sangat lanjut. Tanah tersebut miskin akan mineralmineral yang mudah lapuk, kandungan mineral resisten sangat tinggi dan KTK tanah sangat rendah (Soil Survey Staff., 1998). Tanah ini dicirikan oleh adanya horison oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m atau mempunyai horison kandik yang jumlah mineral mudah lapuk memenuhi syarat horison oksik. Tanah ini mempunyai sifat-sifat khusus seperti cadangan unsur hara sangat rendah, kesuburan alami sangat rendah, kandungan A1 dapat dipertukarkan tinggi, perrneabilitas baik, tahan terhadap erosi. Walaupun demikian beberapa jenis Oxisols misalnya great group Eutrotrorrox, atau Eutrustorrox mempunyai kejenuhan basa tinggi di seluruh profil (Hardjowigeno, 1993). Penyebaran Oxisols di Indonesia diperkirakan 8.085 j uta ha yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Jawa, miisingmasing seluas 4.016 ; 2.449; 0.789; 0.296 dan 0.135 juta ha (Puslittanak, 1997). Karena Oxisols merupakan tanah mineral yang kaya seskuioksida maka tanah ini mempunyai muatan positif dan didominasi oleh liat aktivitas rendah. 2 Masalah utama yang terdapat pada jenis tanah ini adalah tingginya jerapan P (Smyth dan Sanchez, 1980) dan rendahnya ketersediaan serta efisiensi pemupukan P sehingga kondisi ini merupakan kendala yang hams diatasi dalam pengelolaan Oxisols untuk pengembangan tanaman pertanian. Menurut Hidayat (1996) jerapan P pada Oxisols di Pleihari Kalimantan Selatan mencapai 1519 - 2546 ug P/g tanah, clan Wigena (2000) mengemukakan bahwa fiksasi P pada Oxic Dystrudept Jambi sebesar 1428 pprn P. Sanchez (1977) mengemukakan bahwa fiksasi pada tanah Oxisols Cerrado Brazil yang mengandung lebih dari 60 % liat sebesar 442 pprn P. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut di atas beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan mengurangi kapasitas jerapan P meldui pemberian kapur (Smyth dan Sanchez, 1980 ; Wigena, 2000) dan pemupukan P (Pustittanak, 1993 dan Idris et a/., 1997). Menurut Smyth dan Sanchez (1980), pemberian 380 pprn P tanpa CaC03 dapat menurunkan P terjerap sampai 44 % dan pemberian 540 pprn P dengan CaC03 setara 2.0 Aldddapat menumnkan P terjerap sampai 85 % pada tanah Typic Haplustox, Cerrado Brazil. Menumt Manfarizah (1999) pemberian kapur setara 1.5 Aldd pada Ultisol Lebak nyata meningkatkan pH dari 4.2 menjadi 6.9; menurunkan Ahd dari 17.98 me11 00 g menjadi 0.00 me11 00 g; menurunkan P tersedia dari 56.73 pprn menjadi 47.38 ppm; nyata menurunkan kadar AI-P dari 77.5 pprn menjadi 62.3 pprn da11 Fe-P dari 28; .4 pprn menjadi 278.4 - Kalsium karbonat yang diberikan ke tanah akan mengalami hidrolisis sebagai berikut : CaC03 + Hz0 c a U + 014- + H C O ~ 3 Selanjutnya OH' akan menetralkan H+ dalam larutan membentuk H20 atau dengan A]'+ membentuk AI(0I-I)'. Dengan demikian penetralan terjadi dan selanjutnya kelebihan OH- akan menyebabkan pH menjadi naik. Disamping CaC03, Ald di dalam tanah masarn dapat diturunkan melalui pemberian CaS04. Menurut Iyamuremye, Dick dan Baham (1996), pemberian CaC03 setara 3.0 x Aid menurunkan Ald dari 0.43 cmol(+)kg-' menjadi tidak terukur (0.0 cmol(+)kg-I), sedangkan pemberian CaS04 dengan dosis yang sama menwunkan Aldd dari 0.43 cmol(+)kg-I menjadi 0.07 cmol(+)kg-' pada tanah Xeric Haplohumult, Jory, Oregon. Walaupun Aldd menurun dengan pemberian CaS04, pH tidak nyata naik. Pada tanah Xeric Haplohumult, Jory, Oregon ini, jerapan maksimum P dari pemberian CaC03 setara 1.5 x Aldd dan 3.0 x Aldd menurun dari 3.44 cmol(+)kg" menjadi 3.30 cmol(+)kg-I . Sedangkan pemberian CaSO, dengan dosis yang sama, jerapan maksimum P menurun dari 3.49 cmol(+)kg-' menjadi 3.40 cmol(+)kg- . Alva, Sumner, and Miller (1 990) mengemukakan bahwa pemberian CaSOJ pada tanah Typic Hapludult Cecil dan Wedowee dapat meningkatkan muatan negatif permukaan tanah yang disebabkan oleh jerapan spesifik SO^^-. Kekahatan P yang sering terjadi pada Oxisols dapat dikurangi dengan pemberian pupuk P, yaitu diantaranya SP.36 dan fosfat alam. Akan tetapi karena tingginya oksida-oksida Fe dan A1 pada tanah menyebabkan efisiens~ pupuk menjadi rendah terutama jika SP.36 diberikan tanpa didahului pengapuran. Sebaliknya pemberian fosfat alam pada tanah yang telah menenma CaCOq kemungkinan dapat ri~(:nurunkan kelarutan pupuk Oleh 4 karena itu pemberian CaS04 akan menjadi salah satu alternatif lain yang perlu diteliti, terutama terhadap efisiensi pemberian fosfat alam. Tujuan 1. Mempelajari perubahan ciri-ciri kimia tanah Oxisols dan efisiensi pemupukan P akibat pengaruh pernberian kalsium karbonat dan kalsium sulfat. 2. Mempelajari respons tanaman jagung akibat pemberian kalsium karbonat dan kalsium sulfat clan pemberian pupuk P (SP36 dan fosfat alam). Hipotesis 1. Pada perlakuan kalsium karbonat, efisiensi pemupukan P dari SP36 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian fosfat alam dan pada perlakuan kalsium sulfat, efisiensi pemupukan P dari fosfat alam lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian SP36 dengan perubahan ciriciri kimia tanah Oxisols yang lebih baik. 2. Semakin tinggi persentase takaran CaC03, maka respon tanaman terhadap pelnberian SP36 lebih tinggi jika dibandingkan dengan CaS04 dan semakin tinggi persentase takaran CaS04 maka respon tanaman terhadap pemberian fosfat alam akan lebih tinggi dibandingkan dengan CaC03.