BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Teori Pesinyalan (Signaling Theory

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Teori Pesinyalan (Signaling Theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan
oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Teori signali menurut Jogiyanto (2000: 392) ialah “informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor
dalam
pengambilan
keputusan
investasi”.
Jika pengumuman
tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
8
9
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
secara terbuka dan transparan.
2.1.1 Saham
Saham sebagai salah satu bentuk investasi, merupakan suatu tanda
penyertaan modal pada suatu perusahaan yang banyak dipergunakan dalam pasar
modal. Saham yang diperdagangkan di pasar modal tersebut dapat diperoleh
melalui pembelian atau cara lain yang kemudian memberikan hak atas dividen
sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perusahaan tertentu.
Pengertian saham menurut Anoraga (2006:54) ialah “sebagai tanda
penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat diantaranya
dividen dan capital gain”. Dividend merupakan bagian dari keuntungan
10
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham sedangkan capital gain
adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.
Saham terbagi atas saham biasa (common stock), saham preferen (preferred
stock), dan saham treasuri (treasury stock). Karakteristik saham biasa adalah
pemegang saham memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain
sebesar proporsi saham, pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapat pembagian hasil usaha, dan pemegang saham memiliki hak untuk
menentukan arah dan tujuan perusahaan. Sedangkan saham preferen merupakan
saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa
yaitu preferen terhadap dividen dan preferen terhadap likuidasi. Preferen terhadap
dividen artinya pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Preferen terhadap
likuidasi artinya pemegang saham preferen memiliki hak untuk mendapatkan
aktiva perusahaan terlebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa pada saat
terjadi likuidasi.
2.1.1.1 Harga Saham
Investor yang ingin menginvestasikan dananya di pasar modal yang berupa
saham, investor harus mengetahui harga saham dalam menentukan pembelian
saham pada suatu perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2000:8) “Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal”.
11
Menurut Anoraga (2006:58) “harga saham merupakan nilai sekarang dari
arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga saham
adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan
suatu perusahaan” .
Menurut Sartono (2001:9) “harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa factor seperti laba per lembar saham atau earning per
share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat
bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan
tingkat kepastian operasi perusahaan.
Pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa harga saham yaitu suatu nilai
nominal yang harus dikeluarkan investor untuk membeli saham atau nilai dari
perlembar saham yang diperjualbelikan dipasar modal.
2.1.1.2 Standar Pengukuran Harga Saham
Untuk mengukur harga saham dapat dilihat dari penutupan harga pada satu
periode (closing price). Rasio saham merupakan salah satu rasio yang paling
penting. Investor bisa menggunakan price-earning ratio (PER), misalnya, untuk
mengukur mahal-murahnya suatu saham. Semakin rendah PER, semakin murah
saham tersebut. Investor juga bisa mengukur tingkat keuntungan dividen yang
bisa diperolehnya dari suatu saham. Jadi, rasio ini tak boleh dilewatkan.
Rasio saham menunjukkan bagian dari laba bersih perusahaan, dividen,
dan modal yang dibagikan kepada setiap saham. Ada beberapa rasio saham yang
bisa Anda cermati. Yang pertama adalah rasio harga terhadap laba per saham atau
price earning ratio (PER). Rumusnya adalah harga per saham dibagi dengan laba
12
per saham, adapun hasilnya dinyatakan dalam "kali". Tapi, perhatikan, laba di sini
bukanlah laba total tapi laba per saham. Ini adalah total laba bersih perusahaan
yang telah dibagi dengan total rata-rata jumlah saham perusahaan. Dengan rumus
seperti itu kita bisa mengukur mahal-murahnya suatu saham. Jika PER suatu
saham sudah tinggi, biasanya, para analis mengatakan bahwa harga saham itu itu
sudah mahal. Tapi, agar lebih akurat, investor harus membandingkan PER
perusahaan tersebut dengan PER perusahaan-perusahaan lain yang ada di dalam
industri yang sama.
Ambil contoh PER saham Bank Untung adalah 2 kali. Dengan PER segitu,
saham Bank Untung bisa dikatakan mahal jika PE rata-rata saham perbankan
lainnya ternyata hanya 1,5 kali.Selanjutnya ada dividen per saham dan imbal hasil
dividen atau dividend yield. Dividen per saham dihitung dengan membagi total
dividen yang dibayarkan perusahaan dengan total jumlah saham yang beredar.
Angka ini menggambarkan nilai dividen yang akan diterima oleh setiap pemilik
satu saham perusahaan.
Adapun dividend yield adalah hasil pembagian dividen per saham dengan
harga per saham. Dari rasio ini kita bisa mengukur berapa besar tingkat
keuntungan dividen yang bisa kita peroleh dari suatu saham. Semakin tinggi
dividend yield, semakin bagus saham tersebut.
Rasio harga saham terhadap nilai buku per saham atau price to book value
(PBV) sama pentingnya dengan price-earning ratio (PER). Dengan menggunakan
PBV, investor juga bisa mengukur apakah harga suatu saham masih murah atau
sudah kemahalan. Karenanya, selain price earning ratio (PER), investor juga harus
13
mencermati rasio nilai buku per saham atau book value per share (BV). Untuk
menghitungnya, kita harus membagi ekuitas dengan rata-rata jumlah saham yang
beredar. Hasilnya dinyatakan dalam rupiah. Misalnya total ekuitas PT Maju Jaya
Rp 100 miliar sedangkan jumlah rata-rata saham beredarnya 1 miliar. Dengan
kondisi seperti ini artinya nilai buku (BV) per saham Maju Jaya adalah Rp 100 per
saham (100/1).
Lantas apa bedanya BV yang Rp 100 per saham itu dengan harga saham
Maju Jaya di bursa saham yang, misalnya, Rp 300 per saham? Hati-hati, nilai
buku (BV) memang bisa jadi sangat berbeda dengan harga saham di pasar. Nilai
buku per saham menggambarkan nilai setiap saham tersebut dalam hitungan
akuntansi. Adapun harga saham menggambarkan ekspektasi investor atas nilai
setiap saham.
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Pasar Saham
Anoraga (2004:88) berpendapat bahwa informasi yang dibutuhkan oleh
investor dalam pengambilan investasi di pasar modal ada tiga jenis informasi
utama diantaranya informasi berupa faktor yang mempengaruhi harga saham
yaitu:
1) Faktor Fundamental
Informasi yang bersifat fundamental merupakan informasi yang
berkaitan dengan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang
sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang seperti rasio keuangan
yaitu rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, ROE, NPM, EPS
dan GPM, rasio pertumbuhan yang diukur dengan rasio pertumbuhan
penjualan dan rasio pertumbuhan laba, rasio hutang yang diukur
dengan DAR, DER, rasio aktivitas yang diukur dengan perputaran
14
persediaan, perputaran piutang, perputaran modal kerja, rasio
likuiditas yang diukur dengan rasio lancar, rasio cepat, acid rasio.
2) Faktor Teknis
Informasi kedua berhubungan dengan faktor teknis yang penting
untuk diketahui oleh para perantara pedagang efek dan para
pemodal. Informasi ini mencerminkan kondisi perdagangan efek,
fluktuasi kurs, volume transaksi, dan sebagainya. Informasi ini
sangat penting untuk menentukan kapan suatu efek harus dibeli,
dijual, atau ditukar dengan efek lain agar dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal.
3) Faktor Lingkungan
Informasi ketiga berkaitan dengan faktor lingkungan yang mencakup
kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara. Informasi ini dapat
mempengaruhi prospek perusahaan serta perkembangan perdagangan
efeknya, baik secara fundamental maupun secara teknikal.
2.1.2 Return On Asset (ROA)
Menurut Dendawijaya (2005:118) menjelaskan ”Rentabilitas adalah alat
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan”. Selanjutnya menurut Hanafi (2008:42) “ ROA adalah rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
(sesudah pajak) berdasarkan tingkat asset yang tertentu”.
Menurut Munawir, (2004:89) ROA adalah
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas atau disebut juga dengan
rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan”.
Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus :
ROA (Return On Asset) =
Laba Setelah pajak
x100
Total Aktiva
(Lukman Dendawijaya 2005:118)
15
2.1.3 Current Ratio (CR)
Rasio lancar atau (current ratio) menurut Kasmir (2008:134) merupakan
“rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan”.
Menurut Keown (2004: 108) “current ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki”. Tingkat current
ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current assets dengan
current liabilities.
Menurut Sawir (2003:8) menerangkan bahwa “Current ratio merupakan
ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi
kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari
kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai
dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang”.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut
juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai
seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin hutang
lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang
perusahaan kepada kreditor. Current Ratio kadang-kadang sudah memuaskan bagi
16
suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada
beberapa faktor, suatu standard atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan
untuk seluruh perusahaan. Current Ratio hanya merupakan kebiasaan dan akan
digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih
lanjut.
Bagi perusahaan yang mempunyai hubungan baik dengan kreditor atau
posisinya kuat terhadap pemasok, mungkin perusahaan tidak perlu memiliki rasio
yang tinggi. Sebagai contoh supermarket. Posisi supermarket terhadap pemasok
biasanya adalah cukup kuat. Dengan kondisi demikian maka supermarket dapat
membayar hutangnya setelah 3 atau 4 bulan, sedangkan penjualan dilakukan
secara tunai. Dalam kondisi demikian rasio lacar tidak perlu terlalu rasio lancar
mempunyai sifat tingginya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sebagai contoh,
pada toko pakaian ketika menjelang hari-hari raya permintaan akan pakaian mulai
meningkat, kemudian menurun mencapai titik terbawah lagi pada hari raya
tersebut. Untuk menghadapi kenaikan permintaan tersebut toko pakaian harus
menaikkan besarnya persediaan.
Kalau peningkatan persediaan barang dagangan tersebut dibiayai dengan
cara mengurangi uang tunai perusahaan, maka rasio lancar perusahaan tidak
mengalami perubahan. Sebab pada transaksi seperti itu hanya struktur aktiva
lancarnya saja yang mengalami perubahan, sedangkan nilai total aktiva lancar dan
nilai total passiva lancarnya tidak mengalami perubahan, sehingga rasio lancar
tidak mengalami perubahan.
17
Akan tetapi jika penumpukan persediaan dilaksanakan dengan cara dibiayai dari
pinjaman jangka pendek, maka ketika volume penjualan tinggi, rasio lancar
perusahaan akan menurun.
Rasio
lancar
secara
luas
sebagai
ukuran
likuiditas
mencakup
kemampuannya untuk mengukur:
1. kemampuan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi perkalian
kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa
kewajiban lancar akan dibayar.
2. penyangga kerugian, semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya.
Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup
penurunan nilai aktiva lancar non-kas pada saat aktiva tersebut dilepas
atau dilikuidasi.
3. cadangan dana lancar, rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan
terhadap
ketidakpastian
dan
kejutan
atas
arus
kas
perusahaan.
Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar
biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
2.1.4 Long Debt To Equity Ratio (LDER)
Menurut Kasmir (2008:110) “LDER merupakan total modal sendiri yang
dimiliki perusahaan”. Rasio ini menunjukkan komposisi atau financial leverage
dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.
18
Sedangkan menurut Syamsuddin (2007:54) LDER merupakan “pengukuran
jumlah modal perusahaan yang dibiayai oleh utang jangka panjang yang berasal
dari kreditur”.
Menurut Darsono (2005:54), LDER yaitu “rasio total kewajiban jangka
panjang terhadap jumlah modal”. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan
hutang jangka panjang dengan jalan menunjukkan persentase modal perusahaan
yang didukung oleh hutang jangka panjang.
Semakin tinggi Long Debt to Equity Ratio menunjukkan semakin besar
total utang terhadap total ekuitas (Ang, 1997), hal ini juga akan menujukkan
semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga
tingkat resiko perusahaan semakin besar.
Menurut Bringham dan Houston (2006 :17), semakin tinggi resiko dari
penggunaan lebih banyak utang cenderung akan menurunkan harga saham.
Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara
modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal
pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut dan sebaliknya (Samsul,
2006:204).
Long Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan
keputusan pembiayaan dan menghitung bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Bambang Riyanto, 2001:333).
Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan.
19
Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kasmir,
2008:111) :
LDER =
ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
x100%
Long Debt To Equity Ratio yang semakin besar menunjukkan bahwa
financial leverage yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk
mendanai ekuitas yang ada. Kreditor memandang, semakin besar rasio ini akan
semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung
atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin kecil rasio ini
semakin baik. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih
besar dari jumlah utang atau minimal sama, namun bagi pemegang saham atau
manajemen rasio ini sebaiknya besar.
Analisis Long Debt to Equity Ratio penting karena digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan
yang mencakup kewajiban lancar maupun hutang jangka panjang, dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan.
2.1.5 Total Asset Turnover (TATO)
Perputaran total aktiva (Total Assets Turnover) merupakan rasio antara
jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (Operating Asset) terhadap jumlah
penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Perputaran Total Aktiva (Total
assets Turnover) merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah
dipergunakan didalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali
Operating Assets berputar dalam suatu periode tertentu. Berikut ini adalah definisi
20
Perputaran Total aktiva menurut beberapa sumber, yaitu sebagai berikut :
Perputaran Total aktiva adalah : “ Kecepatan berputarnya Total Assets
dalam suatu periode tertentu”. (Agnes sawir, 2003:19) Definisi Perputaran Total
aktiva (Total assets Turnover) sebagai berikut : “Rasio ini mengukur sejauh mana
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
penjualan
berdasarkan
efektifitas
penggunaan total aktiva”. (Hanafi, 2003:81)
Perputaran Total Aktiva Adalah : “Rasio ini mengukur seberapa banyak
penjualan yang bisa diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki”. (Husnan
dan Pudjiastuty, 2004:75)
Berdasarkan keterangan diatas, maka yang dimaksud dengan Perputaran
Total Aktiva adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan
berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Perputaran
Total Aktiva berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.
Adapun rumus untuk menghitung perputaran total aktiva adalah sebagai
berikut :
TATO = Penjualan x 1kali
Total Asset
(Wild, 2005, Hal. 41)
Adapun manfat dari perputaran aktiva adalah Rasio ini memperlihatkan
sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Pada beberapa
industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio
ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain
21
seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini
barangkali relatif tidak begitu penting untuk diperhatikan.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan pengaruh mikro ekonomi
terhadap harga saham diantaranya adalah Nurvigia (2010), Analisis Rasio – Rasio
Keuangan Terhadap Harga saham pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah current ratio, quick ratio,
working capital to total asset, debt to equity ratio, profit margin secara simultan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, secara parsial current
ratio tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif, working capital to total
asset berpengaruh signifikan dan positif, debt to equity ratio tidak berpengaruh
secara signifikan dan positif, serta profit margin berpengaruh secara signifikan
dan positif. Indah Ningsih (2010), Pengaruh Mikro Ekonomi Terhadap Harga
saham Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan uji simultan
current ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, return
on equity, return on asset, gross profit margin, inventory turnover berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, berdasarkan uji parsial current ratio, total asset
turnover, inventory turnover bepengaruh signifikan, debt to equity ratio, debt to
asset ratio, return on asset, return on equity, gross profit margin tidak bepengaruh
signifikan terhadap harga saham. Oktanto dan Nuryatno (2014), Pengaruh mikro
ekonomi Terhadap Harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di
22
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Hasil penelitian tersebut adalah secara
parsial quick ratio, total asset turnover, tidak berpengaruh terhadap harga saham,
Secara simultan quick ratio, debt to equity ratio, debt to total asset, total asset
turnover, inventory turnover berpengaruh secara serempak terhadap harga saham.
No
1
Peneliti
Thaussie
Nurvigia
(2010)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Analisis Rasio – Rasio current ratio,
Keuangan Terhadap Harga quick
ratio,
saham pada Perusahaan working capital
Otomotif yang Terdaftar Di to total asset,
debt to equity
Bursa Efek Indonesia
ratio,
profit
margin, harga
saham
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
tersebut
adalah
current ratio, quick
ratio,
working
capital to total
asset, debt to equity
ratio, profit margin
secara
simultan
memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
harga
saham,
secara
parsial current ratio
tidak berpengaruh
secara
signifikan
dan
negatif,
working capital to
total
asset
berpengaruh
signifikan
dan
positif,
debt to
equity ratio tidak
berpengaruh secara
signifikan
dan
positif, serta profit
margin berpengaruh
secara
signifikan
dan positif
23
Sambungan Tabel Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul
2
Widya
Pengaruh Mikro Ekonomi
Ningsih
Terhadap Harga saham
(2010)
Perusahaan
Manufaktur
Industri Makanan dan
Minuman Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
3
Adi Prana
Dipa (2013)
Pengaruh Current Ratio,
Debt to Equity Ratio, Debt
to Asset Ratio, Net Profit
Margin, dan Gross Profit
Margin Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan
Minyak dan Gas Bumi
Yang Terdaftar Di BEI
Variabel
current ratio,
debt to equity
ratio, debt to
asset
ratio,
total
asset
turnover,
return
on
equity, return
on
asset,
gross profit
margin,
inventory
turnover,
harga saham
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
tersebut
adalah
berdasarkan
uji
simultan
current
ratio, debt to equity
ratio, debt to asset
ratio, total asset
turnover, return on
equity, return on
asset, gross profit
margin,
inventory
turnover berpengaruh
signifikan terhadap
harga
saham,
berdasarkan
uji
parsial current ratio,
total asset turnover,
inventory
turnover
bepengaruh
signifikan, debt to
equity ratio, debt to
asset ratio, return on
asset,
return
on
equity, gross profit
margin
tidak
bepengaruh
signifikan terhadap
harga saham
Current
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
Debt to Asset
Ratio,
Net
Profit
Margin, dan
Gross Profit
Margin,
Harga Saham
Hasil
penelitian
tersebut secara parsial
CR, DER, DAR,
NPM, dan GPM
berpengaruh terhadap
harga saham, Secara
simultan CR, DER,
DAR, NPM, dan
GPM
berpengaruh
secara
serempak
terhadap harga saham
24
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1
ROA
(X1)
H2
CR
(X2)
H3
LDER
(X3)
Harga Saham
(Y)
H4
TATO
(X4)
H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Return On Asset akan dapat menunjukkan seberapa efisien kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dengan memanfaatkan aset
yang dimilikinya, dimana semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin baik
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kata lain harga saham
semakin tinggi.
Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan
25
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang sehingga laba perusahaan
akan rendah karena akan digunakan untuk membayar utang tersebut.
Long debt to equity ratiomerupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang jangka panjang dengan kas dengan membandingkan seluruh utang termasuk
utang lancar dengan seluruh ekuitas. Semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena semakin besar resiko yang akan ditanggung karena
perusahaan lebih banyak dibiayai oleh utang sehingga harga saham perusahaan
akan rendah karena diproyeksikan untuk membayar utang tersebut.
Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Apabila rasio ini tinggi,
penjualan akan semakin besar sehingga laba yang akan diperoleh semakin besar
dan meningkatkan harga saham.
Rasio keuangan perusahaan yang baik umumnya akan meningkatkan nilai
saham perusahaan tersebut, dan sebaliknya apabila kinerja keuangan perusahaan
buruk maka hal ini akan mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut karena
hilangnya kepercayaan dari investor.
2.4 Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebegai berikut : ROA, CR ,
LDER, TATO berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan
terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
Download