BAB I STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. E.T Umur : 65 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Singajaya Tanggal pemeriksaan : 22 Juli 2013 ANAMNESA Keluhan utama : Penglihatan kedua mata berangsur – angsur buram Anamnesa khusus : Pasien seorang wanita berusia 65 tahun datang ke poliklinik mata RSU dr. Slamet garut dengan keluhan kedua mata berangsur-angsur buram kurang lebih 2 tahun yang lalu. Pada awalnya pasien merasakan seperti melihat asap dan kabut pada kedua matanya, yang semakin lama dirasakan semakin memberat. Pasien merasa penglihatannya sangat buram ketika siang hari dan sedikit lebih jelas pada malam hari. Pasien mengakui bahwa ia tidak merasakan keluhan mata lainnya seperti halnya mata merah, mata sakit, pedih, berair, tidak dirasakan pasien. Sedangkan untuk mata gatal diakuinya sering dirasakan. Diakui pasien keluhan melihat asap dan penglihatan buram tersebut semakin bertambah parah belakangan ini, kabur dirasakan perlahan-lahan dan 1 semakin lama semakin memberat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Riwayat trauma mata yang menyebabkan mata buram tidak dirasakan pasien. Anamnesa keluarga : Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit maupun keluhan yang sama dengan pasien., yaitu suami pasien. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat tekanan darah tinggi diakui pasien Riwayat kencing manis tidak ada Riwayat trauma pada mata tidak ada Riwayat alergi tidak ada Riwayat Sosial ekonomi : Cukup Riwayat gizi : Cukup Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah : 170 / 120 Nadi : 88 x / mnt , Respirasi : 20 x / mnt , Suhu : afebris PEMERIKSAAN 1. Status Oftalmologi Pemeriksaan Subjektif Visus OD OS SC 1/60 1/300 CC - - STN - - KOREKSI - - ADD - - GERAKAN BOLA MATA BAIK KE SEGALA ARAH BAIK KE SEGALA ARAH Pemeriksaan Eksternal OD 2 OS Palpebra superior T.A.K T.A.K Palpebra inferior T.A.K T.A.K Tumbuh teratur Tumbuh teratur Ap. Lakrimalis T.A.K T.A.K Konj. Tarsalis superior T. a .k T. a .k Konj. Tarsalis inferior T. a. k T. a. k Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-) Kornea Jernih Jernih COA Sedang Sedang Pupil Bulat, isokor Bulat, isokor 3 mm 3 mm Silia Konj. Bulbi Diameter pupil Reflex cahaya Direct + + Indirect + + Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-) + + Iris Shadow test Lensa Keruh sebagian Keruh sebagian Pemeriksaan Biomikroskop (Slit Lamp) OD OS Tumbuh teratur Tumbuh teratur Konjungtiva superior T.A.K T.A.K Konjungtiva inferior T.A.K T.A.K Kornea Jernih Jernih COA Sedang Sedang Pupil Bulat Bulat Iris coklat coklat Keruh sebagian Keruh sebagian 17,3 mmHg 20,6 mmHg Silia Lensa Tonometri 3 Pemeriksaan Funduskopi Funduskopi OD OS Keruh sebagian Keruh sebagian Vitreus Sulit dinilai Sulit dinilai Fundus Reflex fundus + Reflex fundus + Lensa Diagnosis Klinis Katarak senilis immature ODS Rencana Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium Darah : Hb, leukosit, CT, BT, trombosit, HT Kimia : gula darah sewaktu Urin : glukosa urin 2. USG Diagnosis Banding Terapi Medikamentosa Cendo xitrol 6 x 1 gtt ODS Chloramfenikol 3 x 500 mg Metil prednisolon 3 x 8 mg Non medikamentosa operasi katarak dengan teknik SICE ODS + intraokuler lens Prognosis Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam 4 RESUME Seorang wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan kedua mata berangsurangsur buram kurang lebih 2 tahun yang lalu. Awalnya keluhan tersebut dirasakan seperti melihat asap dan kabut pada kedua matanya. Pasien merasa penglihatannya lebih terasa buram ketika siang hari dan merasa lebih jelas pada malam hari. Keluhan mata merah, mata sakit, perih,, berair, tidak dirasakan pasien. Pasien merasa mata sering terasa gatal. Riwayat darah tinggi diakui pasien. Riwayat penyakit kencing manis, trauma , alergi tidak ada. OD OS 1/60 1/300 Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah Palpebra sup/inf Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Konjungtiva bulbi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Kornea Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan COA Sedang Sedang Pupil Bulat isokor Bulat isokor Coklat, Coklat Keruh sebagian Keruh sebagian 17,3 mmHg 20,6 mmHg keruh keruh Viterus Sulit dinilai Sulit dinilai Fundus Reflex fundus + Reflex fundus + Shadow test + Shadow test + Visus Iris Lensa Tonometri Lensa (slitlamp) Shadow test 5 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serta nyeri, pembuluh darah atau syaraf di lensa.1 Gambar Anatomi Lensa Mata 6 Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat. Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan. Kadang-kadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi.1 KATARAK Pengertian Katarak merupakan suatu keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, ataupun terjadi karena keduaduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya. 1,2 Epidemiologi Katarak merupakan salah satu penyakit mata dengan prevalensi tertinggi di dunia. Sekitar 30-45 juta orang di dunia buta, dan 45% dari kebutaan tersebut diakibatkan oleh katarak. Prevalensi katarak terdiri dari bermacam-macam jenis dengan berbagai jenis serangan. Prevalensi meningkat sesuai dengan pertambahan usia dan tertinggi pada wanita. 2 Penelitian mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital dan jenis-jeis lain lebih jarang dijumpai. 2 7 Etiologi dan Faktor resiko Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut :1 a. Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes mellitus. b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C. c. Riwayat keluarga dengan katarak. d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu. e. Pembedahan mata. f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang. g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet. h. Efek racun dari merokok dan alkohol. 1 PATOFISIOLOGI Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu : Nukleus zone sentral Korteks Perifer Kapsul anterior dan posterior : Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badansilier ke sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa. Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif sehingga nucleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa. 1 8 PATOGENESIS A. Konsep Penuaan Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. 3 B. Teori Radikal Bebas Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan, tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah. Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak. Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia mungkin disebabkan oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi sangat kuat dan terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh penderita katarak dibandingkan dengan mereka yang memiliki lensa bening. 3 C. Sinar Ultraviolet Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet menghasilkan radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang transparan sangat peka terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai 9 riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya katarak. 3 D. Merokok Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid. Kita tahu bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari semua ini, tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak dibanding dengan yang bukan perokok.3 Klasifikasi Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan perkembangan, etiologi, lokasi di lensa,bentuk serta derajat opafikasinya. Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis. 1,2,4 1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa1,2,4 2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa. Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain. 1,2,4 10 3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses penuaan lensa. Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur. 1,2,4 a. Stadium insipient. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan. 1,2,4 b. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka inar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)1,2,4 c. Stadium matur Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil,akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu per 11 tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan inidisebut vera matur. 1,2,4 d. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran dibagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis,yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehinggalensa menjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi. Pada umumnya terjadi pada stadium II. Selain itu terdapat jenis katarak lain :1,2,4 Katarak rubella : Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil Katarak Brunesen Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. Katarak Komplikata : Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi. Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak lamelar. Katarak Diabetik : 12 Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus. Meningkatkan insidens maturasi katarak >> Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Katarak Sekunder Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi) Katarak Traumatika Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan dingin) 4 Berdasarkan morfologi katarak dibagi menjadi : 4 Katarak Capsular 1. Katarak capsular anterior kongenital mungkin dihubungkan dengan satu opasitas berbentuk piramid anterior berlawanan dimana diproyeksikan ke dalam bilik anterior. Kekeruhan pada capsular anterior kongenital juga mungkin dihubungkan dengan satu selaput pupil yang peristen, sedangkan kekeruhan pada capsular posterior kongenital mungkin dihubungkan dengan sisa-sisa seperti kaca yang persisten. 4 2. Katarak capsular anterior didapat terjadi di pseudoexfoliation sindrom, chlorpromazine, dan cincin Vossius serta ada hubungannya dengan sinekia posterior. 4 Katarak Subcpsular 1. Katarak subcapsular posterior mungkin jenis yang terkait oleh faktor usia. Penyebab lain meliputi distrofi myotonic, penggunaan steroid dan iradiasi. 4 2. Katarak subcapsular anterior terjadi pada glaukoma akut sudut tertutup (glaukomflecken), penyakit wilson's, terapi miotic dan penggunaan amiodarone. 4 Katarak Nuklear 13 Katarak nuklear berkaitan dengan usia atau dapat juga kongenital (bawaan). Dapat terjadi pada rubella, galaktosemia dan cataracta pulverulenta centralis.4 Katarak Kortikal Katarak kortikal berkatian dengan usia atau dapat juga kongenital (bawaan). Banyak terjadi akhir-akhir ini dan biasanya tidak mengganggu penglihatan. Pada kasus ini terlihat kekeruhan putih atau memiliki warna biru tua. Subtipe dari katarak kortikal kongenital adalah katarak koroner yang mengelilingi inti lensa seperti mahkota. Kadang-kadang diklasifikasikan sebagai katarak supranuclear. 4 Katarak Lamellar Katarak lamellar adalah merupakan kelainan kongenital (bawaan) dan melibatkan satu lamella dari janin atau bagian nuklear .4 Katarak Sutural Katarak sutural sangat umum, terjadi secara kongenital (bawaan) dan biasanya keluarga, kekeruhan berbentuk ‘Y’ di dalam nukleus lensa. Katarak jenis ini tidak memiliki gejala klinis yang signifikan.4 Gejala Katarak Gejala umum pada katarak diantaranya adalah: Pandangan kabur 14 Penglihatan seperti melihat asap atau berkabut Peka terhadap sinar atau cahaya Kadang terdapat monocular diplopia yang tidak dapat dikoreksi menggunakan kacamata Kesulitan membaca pada tempat dengan cahaya redup Penglihatan menurun di malam hari Sering mengganti kacamata namun penglihatan tetap bertambah buruk 1,2,4 Pemeriksaan Klinis 1. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah tajam penglihatan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan menurunnya tajam penglihatan. Melihat lensa dengan penlight dan loop : Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur. Sinar celah (slit lamp), tonometri, dan juga pemeriksaan prabedah lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat terjadi penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah danfisik umum. Sebelum melakukan penanaman lensa intraokular, kekuatan lensa diukur dengan menggunakan biometri, pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi). 1,2,4 15 . Diagnosa Banding 2. Katarak merupakan penyakit mata yang dapat menurunkan penglihatan tanpa disertai mata merah, oleh karena itu diagnosa banding yang dapat ditegakkan adalah : 1,2,4 3. Katarak Diabetes : Pada katarak diabetes proses kekeruhan lensa terjadi lebih dini dan terjadi katarak serentak pada kedua mata sedangkan katarak senil tidak. 4. Leukokoria 5. Ablasi retina 6. Oklusi pupil 7. Retinoblastoma1,2,4 Pengobatan Katarak Katarak tidak dapat diobati dengan obat tetes atau minum. Medikamentosa diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya, silau maka pasien dapat menggunakan kacamata. Untuk megurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu memperlambat progresifitas katarak. Sampai saat ini penanganan yang terbaik adalah melalui tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan. Pelaksanaan operasi disesuaikan dengan kebutuhan penderita, sampai dengan batas terganggunya penglihatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 2,4 Teknik Operasi Katarak 1. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) : Merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. 2,4 2. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK : Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada EKIK tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lamapopuler. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan EKIK tidak boleh 16 dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan. 2,4 3. Fakoemulsifikasi : Merupakan teknik ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus dan korteks lensa menggunakan getaran-getaran ultrasonik kemudian dilakukan irigasi dan aspirasi untuk mengeluarkannya melalui insisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga mempermudah penyembuhan pasca operasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau dimasukkan lensa intraokular, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokular fleksibel yang dapat dilipat sehingga dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu. 2,4 4. Small Incision Cataract Surgery (SICS) : Merupakan teknik operasi katarak yang umum digunakan di negara berkembang. Teknik ini biasanya menghasilkan visual yang lebih baik dari operasi katarak lainnya. SICS adalah teknik dengan irisan yang kecil menggunakan lensa intraocular yang bisa dilipat (foldable) atau yang tidak bisa dilipat. Irisan tersebut biasanya hanya memerlukan satu jahitan. Keuntungan : 2,4 Insisi kecil 5,5 mm tanpa jahitan Dapat menggunakan lensa implan yang kaku sehingga lebih murah Dapat dilakukan dengan cepat (±6 menit) Lebih murah Sukses pada 99% kasus2,4 Kerugian : Insisi lebih besar bila dibandingkan dengan fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan operasi, perlu dilakukan perawatan pasca operasi untuk mendapatkan hasil operasi yang baik. Pada teknik operasi dengan insisi kecil,masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari,tetapi jika matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui 17 lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (biasanya disediakan 6-8 minggu setelah operasi).2,4 KOMPLIKASI Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik. Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil, glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal detachment, rupture koroid, hifema, perdarahan retrobulbar, neuropati optik traumatik. 1,3 Prognosa Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat. Prognosa fungsi vital baik tetapi fungsional mengarah ke buruk. 1,3 Pencegahan 1. Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah : 1,3 2. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah. 3. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel. 4. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak pada mata. 5. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.1,3 18 PEMBAHASAN Pembahasan didalam kasus ini antara lain mencakup : 1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien katarak senilis immature ODS ? 2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ? 3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ? 4. Bagaimanakah prognosis pada pasien ? 1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien katarak senilis immature ODS ? Pada pasien ini, berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses penuaan lensa terjadi pada usia > 50 tahun dimasukkan dalam katarak senilis, pasien ini berusia 58 tahun. Awalnya keluhan tersebut dirasakan seperti melihat asap dan kabut pada kedua matanya. Pasien merasa penglihatannya buram ketika melihat jalan atau benda. Penglihatan terasa silau bila melihat cahaya, dan berbayang. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, pada pemeriksaan lensa agak keruh dan shadow test (+), refleks fundus (+). 2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ? Etiologi dari penyakit pasien ini (katarak senilis immature) berkaitan dengan usia, biasanya dipengaruhi juga akibat merokok jangka lama. 3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ? Pada pasien ini sudah terjadi penurunan visus yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga pasien ini perlu dilakukan tindakan operasi ekstraksi lensa dan penanaman lensa untuk membantu penglihatan dibantu dengan penggunaan kacamata. 4. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini ? Quo ad vitam : ad bonam Karena tidak ada gangguan pada organ vital lain. Quo ad functionam : dubia ad bonam Karena pembedahan, ekstraksi lensa akan memperbaiki tajam penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Namun mempertimbangkan usia pasien dan kemungkinan terjadi komplikasi yang mempengaruhi fungsi penglihatannya. 19 DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI 2. Vaughan, Daniel G. Dkk. 2009. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC 3. http://www.docstoc.com/docs/11078641/katarak 4. Kanski Jack J. Clinical Opthalmology : A Sistemic Approach. 2007. 6th Edition. 20