“ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, NON PERFORMING LOAN (NPL), RETURN ON ASSET (ROA) DAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN US DOLLAR TERHADAP PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK PERSERO” (Studi kasus pada Bank Persero periode 2007-2012) Disusun Oleh: NUR PADILAH NIM : 108081000143 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BINIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H “ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, NON PERFORMING LOAN (NPL), RETURN ON ASSET (ROA) DAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN US DOLLAR TERHADAP PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK PERSERO” (Bank Persero periode 2007-2012) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh NUR PADILAH NIM : 108081000143 Di bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP. 19570617198503 1 002 NIP. 19740810 201101 1 001 i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Jumat, 11Januari 2013 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: Nama : Nur Padilah Nim : 108081000143 Jurusan : Manajemen Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan Return On Asset dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank Persero periode 2007-2012) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 11Januari 2013 1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni (_____________________) NIP. 19690203 2001121 1 003 2. Ketua Cut Erika Ananda Fatimah , SE,MBA NIDN. 031807403 3. (_____________________) Sekretaris Murdiyah Hayati, S.Kom, MM (_____________________) NIP. 19741003 200312 2 001 Penguji Ahli ii KLEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Selasa, 17 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa: Nama : Nur Padilah Nim : 108081000143 Jurusan : Manajemen Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA) dan Nilai Tukar Rupiah Dengan US Dollar Terhadap Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank Persero periode 2007-2012) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 September 2013 1. Herni Ali HT, SE., MM NIDN. 0422125902 (_____________________) Ketua 2. Ahmad Dumyathi Bashori, Dr., NIP. 19700106 2003 12 0 001 (_____________________) Sekretaris 3. Ela Patriana, MM, AAAIJ NIP. 19690528 200801 2 010 (_____________________) Penguji Ahli 4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617198503 1 002 (_____________________) Pembimbing I 5. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si NIP. 19740810 201101 1 001 (_____________________) Pembimbing II iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nur Padilah No.Induk Mahasiswa : 108081000143 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilih karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 23 Agustus 2012 Yang Menyatakan, (Nur Padilah) iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama : Nur Padilah TTL : Tangerang, 20 Juni 1990 Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat :Jl. Jurang Mangu Barat Kp. Jurang Mangu Rt 001/01 No.45 Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan 15223 No. HP : 083873411449 e-mail : [email protected] Pendidikan 2008-2013 : Program Sarjana (S-1) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005-2008 : SMAN 1 Pondok Aren , Tangerang 2002-2005 : SMPN 2 Pondok Aren, Tangerang 1996-2002 : SDN 1 Jurang Mangu Timur ,Tangerang Pengalaman Bekerja Tim Entry Data di MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) tahun 2012 Crew outlet Klenger Burger tahun 2011 Magang/KKN selama 1 bulan di Koperasi UbasyadaCiputat tahun 2011 Keahlian Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point) v ABSTRACT Banking is a very important part in the economy; one of them is as intermediary that is to job collect funds from the public and distribute it back in the form of loans. This study tried to determine the factors that affect the distribution of funding to the Bank Persero. The purpose of this research is to determine the extent of the relationship of credit interest rate, non performing loan, return on asset and a rate of exchange rupiah to US dollar on the size of conventional banking financing. The sample used in this study is the PT Bank PerseroTbk. from 2007 to 2012 by using purposive sampling. Types of data used is secondary data obtained from published financial statements and downloaded via official website of Indonesian Bank. The analysis method used is multiple regression with a significance level of 5%. The results of the analysis indicated that partially,credit interest rate, non performing loan, return on asset and a rate of exchange rupiah to US dollar are significant on the capital work credit. This is evidenced by sig-LnSBK 0.014 sigLnNPL 0.000 sig-LnROA 0.000 and sig-LnKURS 0.000 which is smaller than the 5% significance. Simultaneously variables ofcredit interest rate, non performing loan, return on asset and a rate of exchange rupiah to US dollar influence the capital work credit. This is evidenced by sig-F 0.000 which is smaller than the 5% significance. Predictive ability of the four variables of the financing is 91.5%, as indicated by the amount of the adjusted R-square, while the remaining 8.5% is influenced by other factors like third-party fund, inflation, capital adequacy ratio and export that are not included in the study variables. Keywords : Credit Interest Rate, Non Performing Loan, Return On Asset, A Rate Of Exchange Rupiah To US Dollar, Distribution of Capital Work Credit and Multiple Regression. vi ABSTRAK Perbankan merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian, salah satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Penelitian ini mencoba mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar terhadap besarnya penyaluran kredit modal kerja pada bank umum konvensional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Persero Tbk. periode 2007-2012 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi Bank Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar berpengaruh signifikan terhadap kredit modal kerja. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-LnSBK 0,014 sig-LnNPL 0,000 sig-LnROA 0,000 dan sig-LnKURS 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Secara simultan variabel suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar berpengaruh signifikan terhadap kredit modal kerja. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap kredit modal kerja adalah 91,5% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square, sedangkan sisanya 8,5% dipengaruhi oleh faktor lain seperti dana pihak ketiga, inflasi, capital adequacy ratio dan ekspor yang tidak dimasukkan ke dalam variabel penelitian ini. Kata kunci : Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan, Return On Asset, Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar, Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Regresi berganda. vii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan Return On Asset dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero (PT. Bank Persero, Tbk 2007-2012). Adapun skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril dan materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Muhtar dan Ibunda tercinta Apsah, yang senantiasa memberi banyak bantuan baik moril dan materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Aamiin. viii 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty, SE,M.Si selaku Wadek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Wadek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Wadek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen dan Bapak Dr. Suhendra, S.Ag.,MM selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya. 5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Aamiin. 6. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska, Pak Ismet, Ibu Umi, Mas Heri, yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain. 7. Kakak-kakak ku tercinta Hasbi dan Haris yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Semoga kalian bisa mencapai cita-cita yang diinginkan. 8. Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan saya, terimakasih atas doa, semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 9. Sahabatku Arie Fajarwati, Hasan Arrafi, Ali Fasihi, Suratman, Arief Rahman Hakim, Hendi Setiawan, Hafidz Setia Kurniawan, Qonitia Lutfiah, Permana Sukma, Nurdin Rohendy, Paraditya Unggul Yudhanto yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, serta selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Semoga persahabatan kita tidaka akan pernah ada akhir. Aamiin. 10. Teman-teman seperjuangan Manajemen D 2008,Arya, Bojes, Helmi, Ervan, Vai, Bos, Sofyan, Doris, Ade, Maul, Septian, Hafidz Basyir, Bopeng, ix Rayhan, Inggrit, Dian, Levy, Vita. Tanpa mengurangi rasa persahabatan penulis tidak bisa menyebutkan satu per satu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 11. Teman-teman Manajemen Perbankan A 2008, Agus, Habibi, Sadad, Lutfi, Hendra, Roby, Icham dan lainnya. Tanpa mengurangi rasa persahabatan penulis tidak bisa menyebutkan satu per satu, semoga ukhuwah kita tetap terjaga. 12. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, semoga mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT. Atas segala kontribusinya, penulis mendoakan semoga mendapat balasan dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Jakarta, 23 Agustus 2013 Nur Padilah x DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v ABSTRACT ..................................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 24 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 25 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 27 A. Landasan Teori ........................................................................... 27 1. Pengertian Bank ...................................................................... 27 2. Kegiatan Bank......................................................................... 27 3. Jenis dan Sumber Dana Bank ................................................. 29 4. Kredit Perbankan .................................................................... 31 5. Suku Bunga ............................................................................ 43 6. Non Performing Loan (NPL) .................................................. 50 7. Return On Aseet (ROA) . ....................................................... 51 xi 8. Nilai Tukar ............................................................................. 53 B. Keterkaitan antar Variabel ........................................................... 55 C. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 60 D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 65 E. Hipotesis ........................................................................................ 67 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 70 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 70 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 70 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 71 D. Metode Analisis ............................................................................ 71 E. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 80 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 84 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................................. 84 1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ....................... 84 2. Bank Persero di Indonesia ......................................................... 85 B. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 96 1. Analisis Deskriptif..................................................................... 96 2. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 98 3. Pengujian Hipotesis ................................................................... 107 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 120 A. Kesimpulan ................................................................................... 120 B. Implikasi ........................................................................................ 121 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124 LAMPIRAN .................................................................................................... 128 xii DAFTAR TABEL No 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 Keterangan Halaman Perkembangan Kredit Modal Kerja ................................................... Suku Bunga Kredit Modal Kerja ........................................................ Non Performing Loan ........................................................................... Return On Asset .................................................................................... Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar ............................................... Hasil penelitian terdahulu .................................................................... Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................... Hasil uji normalitas dengan kolmogorov-smirnov ............................ Hasil uji multikolineritas dengan nilai Tolerance dan VIF .............. Hasiluji heteroskedastisitas .................................................................. Hasil Uji Durbin Watson ...................................................................... Pengobatan uji Durbin Watson ........................................................... Pengobatan uji Durbin Watson ........................................................... Pengobatan uji Durbin Watson ........................................................... Pengobatan uji Durbin Watson ........................................................... Pengobatan uji Durbin Watson ........................................................... Hasil uji t ................................................................................................ Hasil uji F ............................................................................................... Hasil uji adjusted R square (R2adj) ...................................................... xiii 5 11 12 15 18 60 96 100 101 103 104 105 105 106 106 107 108 116 118 DAFTAR GAMBAR No 1.1 2.1 4.1 4.2 4.3 Keterangan Halaman Perkembangan Jumlah Kredit Berdasakan Kelompok Bank .......... Kerangka pemikiran ............................................................................. Hasil uji normalitas dengan histogram ............................................... Hasil uji normalitas dengan grafik P-Plot .......................................... Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot ................................. xiv 3 64 98 99 102 DAFTAR LAMPIRAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan Halaman Data-data variabel penelitian dari tahun 2007-2012 ........................... 128 Deskriptif Statistik .................................................................................. 130 Model Regresi, Anova, dan Koefisien ................................................... 131 Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 132 Hasil Uji Multikolinearitas dan autokorelasi ....................................... 133 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 135 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara (khususnya bidang pembiayaan perekonomian). Hal tersebut berdasarkan fungsi utama perbankan yang merupakan lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang membutuhkan dana (lack of fund), dimana masyarakat yang kelebihan dana dapat menyalurkan dananya untuk masyarakat lain yang membutuhkan dana, baik untuk proses produksi maupun konsumsi agar dapat tercipta pemerataan dan pembangunan nasional(Nursaniah, 2012:1). Pertumbuhan jumlah bank yang cepat yang dimulai dari tahun 1980-an ternyata membawa perekonomian Indonesia kesuatu tahapan baru dalam perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan, telah berubah menjadi sektor yang berpengaruh terhadap perekonomian. (Sigit Triandaru dan Totok Budi Santoso:2009:17) Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah memorak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha 1 besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. (Rivai Veithzal dan Veithzal Andria 2007:10) Menurut Kasmir (2003:5) fungsi utama perbankan adalah menghimpun dana (uang) dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit (pinjaman) guna untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Kegiatan bank dalam penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling besar adalah dalam bentuk kredit. Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva produktif yang terbesar dalam memberikan pendapatan dibanding aktiva produktif lainnya. Menurut undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara pihak bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan 2 keuangan di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, tidak terlepas dari besarnya kemampuan perbankan dalam memberikan kredit (lending capacity) yang disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penghimpunan simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang menjadi sumber dana pemberian kredit. Krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 tersebut selanjutnya menimbulkan situasi yang berbalik yaitu menurunnyadana pihak ketiga(DPK) yang kemudian diikuti oleh menurunnya secara cepat lending capacity perbankan. Kondisi pertumbuhan kredit tersebut di atas sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia dimana sebelum krisis ekonomi dan keuangan tahun 1997 menunjukan angka pertumbuhan sebesar 7% - 8%, selanjutnya pada periode setelah krisis (tahun 1999-2004) perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh 3% - 5%. (Sumber:www.bi.go.id) Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Kredit Berdasakan Kelompok Bank Sumber: Statistik Perbankan Inonesia (SPI) Berdasrkan Grafik 1.1 menunjukan bahwa adanya persaingan yang semakin ketat antar bank besar. Struktur konsentrasi aset praktis tidakberubah selama tahun 2007-2009. Kenaikan aset 10 bank besar yang menggerakkan perubahan aset perbankan nasional. Persaingan di pasar kredit utamanya oleh 3 10 bank besar diharapkan akan mendorong suku bunga kredit bergerak turun merespon BI rate yang sudah ditingkat 6,5% pada bulan Mei 2010.Selama tahun 2010, perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp57,3 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8% dibandingkan pencapaian laba tahun sebelumnya yang mencapai Rp 45,2 triliun. Sebagian besar laba perbankan dihasilkan oleh kelompok Bank Persero sebesar 39,7% dan swasta sebesar 36,8%. Relatif tingginya pencapaian laba tahun ini selain disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, juga disebabkan spread suku bunga yang melebar.Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8% dari Rp 1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 1.765,8 triliun pada tahun 2010. Sepanjang tahun 2008, pertumbuhan kredit meningkat sangat tajam yaitu sekitar Rp 305 triliun. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang mengalami kenaikan sebesar Rp 247 triliun, perkembangan ini merupakan pembalikan dari apa yang terjadi selama 8 bulan pertama tahun 2008 yang sangat keringdan hanya menghasilkan kenaikan sebesar Rp 12 triliun, sedangkan empat bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar Rp 235 triliun. Secara keseluruhan masih terjadi “cashflow defisit” sebesar Rp 58 triliun. Namun dengan adanya penurunan GWM pada bulan oktober 2008, perkembangan likuiditas perbankan dirasakan memadai. Sedangkan pada tahun 2009 banyak bank-bank yang membuat strategi agar dapat meningkatkan pertumbuhan kredit, salah satu Bank Persero seperti Bank Mandiri. Direksi PT Mandiri Tbk optimis, pertumbuhan 2010 akan lebih baik dari 2009. Sehingga, Bank Mandiri akan menggenjot penyaluran kredit 4 dengan meningkatkan pemberian kredit di setiap lini. Di kredit korporasi, mereka akan memperbesar ke sektor makanan, pupuk, dan infrastruktur. Bank Mandiri juga akan meningkatkan penyaluran kredit di sektor mikro yang pada tahun 2009 telah menyalurkan dana Rp 4,4 triliun atau tumbuh 22,9%. (Sumber: www.bi.go.id). Kredit modal kerja memiliki keterkaitan langsung dengan sektor riil karena kredit modal kerja yang diberikan bank langsung ditujukan kepada kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah. Kondisi perekonomian yang kondusif memberikan peluang peningkatan usaha sehingga penawaran akan kredit diantaranya kredit modal kerja akan meningkat seiring peningkatan permintaan dana untuk perndirian dan peningkatan kegiatan usaha. Tabel 1.1 Perkembangan Kredit Modal Kerja (Dalam Milyaran Rupiah) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2007 2008 137.401 175.053 141.351 177.540 148.796 184.503 144.563 190.444 141.794 199.316 157.075 213.358 157.621 214.318 161.865 224.665 166.374 234.563 170.788 245.055 173.875 249.595 188.052 249.782 Sumber : Bank Indoneisa 2009 2010 2011 2012 241.449 246.006 251.179 251.543 251.958 265.779 260.018 263.250 261.284 261.359 264.731 269.867 222.299 221.720 256.491 256.325 259.003 273.607 272.746 312.044 309.786 309.259 322.530 333.006 313.665 318.136 332.867 336.217 346.205 365.311 371.391 384.215 396.903 394.776 364.603 407.101 389.729 397.034 410.810 417.834 441.105 461.738 457.530 446.639 461.110 463.823 472.704 503.972 5 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa secara umum jumlah kredit moda kerja bergerak cenderung terus meningkat, jumlah kredit modal kerja tertingi pada bulan bulan Desember 2012 yaitu sebesar Rp 503,972 triliun, sementara jumlah kredit modal kerja terendah pada bulan Januari 2007 yakni Rp 137,401 triliun. Pada tahun 2007 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 188,052 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 137,401 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun, hanya saja pada bulan Maret Rp 148,796triliun meuju bulan April terjadi penurunan menjadi Rp 144,563 triliun dan kembali turun di bulan berikutnya Mei menjadi Rp 141,794 triliun. Setelah itu terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun. Pada tahun 2008 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 249,782 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 175,053 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun hanya saja terjadi penurunan pada bulan September Rp 234,563 trilun dari bulan sebelumnya Agustus Rp 224,665 triliun. Pada tahun 2009 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 269,867 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 241,449 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun hanya saja 6 terjadi penurunan pada bulan Juli Rp 260,018 triliun dari bulan sebelumnya Juni Rp 265,779 triliun. Pada tahun 2010 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 333,006 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Februari yaitu Rp 221,720 triliun. Bulan Januari jumlah kredit modal kerja Rp 222,299 triliun, kemudian menurun bulan Februari Rp 221,720triliun. Setelah itu jumlah kredit modal kerja cenderung meningkat di bulan-bulan berikutnya, hanya di bulan Juni ke bulan Juli terjadi penurunan yakni dari Rp 273,607 ke Rp 272,746 triliun. Pada tahun 2011 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 407,101 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 313,665 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja terus meningkat dari bulan Januari Rp 313,665 triliun hingga bulan September Rp 396,903 triliun, namun mengalami penurunan pada bulan Oktober Rp 394,776 triliun ke bulan November Rp 364,603 triliun. Kemudian kembali mengalami peningkatan pada bulan Desember Rp 407,101 triliun. Pada tahun 2012 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 503,972 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 397,034 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja terus meningkat dari bulan Januari Rp 389,729 triliun hingga Juni Rp 461,738 triliun, namun mengalami penurunan pada bulan Juli Rp 457,530 triliun ke bulan Agustus Rp 446,639 triliun. Kemudian kembali mengalami peningkatan hingga bulan Desember Rp 503,972 triliun. 7 Namun demikian, kredit juga merupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan apabila kredit tersebut dinyatakan bermasalah, dimana kredit masalah ini akan mengakibatkan kerugian pada bank. Yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Hal ini pula akan berimplikasi pada pengelolaan dana pihak ketiga (DPK) yang merupakan kegiatan penghimpunan dana dan kredit bermasalah yang merupakan risiko dari kegiatan penyaluran dana.(Ismail, 2009:224). Menurut Selamet Riyadi (2006:67) bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa tidak dapat berfungsi sama sekali, dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking for Internasonal Settelement atau disingkat BIS yang berkantor pusat di Jeneva, Swiss, yaitu besar Capital Aequaty Ratio adalah 8%. Namun demikian setiap negara diperkenankan melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam penerapannya dengan memperhatikan kondisi perbankan di negara yang bersangkutan. Krisis ekonomi nasional yang dimulai dari pertengahan 1997 dan akhir 2005 masih sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masayarakat. Bahkan sampai 8 saat sekarang ini krisis yang bersifat multidimensional dapat melumpuhkan hampir semua sektor, baik sektor moneter maupun sektor riil. Untuk mengatasi krisis tersebut berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah, seperti penurunan suku bunga dan mempertahankan inflasi, agar relatif rendah. Walaupun berbagai kebijakan telah dibuat, namun dampak perubahan positif belum begitu banyak mempengaruhi daya beli masyarakat. Perubahan suku bunga yang telah disosialisasikan tersebut oleh berbagai lembaga pembiayaan bank atau non bank berpengaruh terhadap perubahan harga barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. (Aryaningsih:2008). Menurut Aulia Pohan (2008:53) Perkembangan tingkat bunga yang tidak wajar secara langsung dapat menggangu perkembangan perbankan. Suku bunga yang tinggi, disatu sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu, disisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi didalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah kemana dana itu akan disalurkan. Sebaliknya, tingkat bunga yang relatif terlalu rendah dibandingkan dengan tingkat bunga luar negeri, di satu sisi, akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung dan mendorong pengaliran dana keluar negeri sehinnga bank-bank akan mengalami kesulitan dalam menghimpun dana, 9 namun, di sisi lain, tingkat bunga yang rendah tadi akan mendorong kegiatan produksi dan investasi. Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang relatif mengakibatkan permintaan akan kredit perbankan juga meningkat. Dalam keadaan demikian, yang menjadi persoalan bagi perbankan adalah mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dana dunia usaha. dapat ditambahkan, kecepatan dan ketepatan pelayanan perbankan juga merupakan faktor penting yang menentukan permintaan akan kredit. (Aulia Pohan, 2008:53) Menurut Siswanto Sutojo, (2007:86) Suku bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar bank, serta mempunyai peranan penting dalam penentuan profitabilitas kegiatan pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga kredit merupakan salah satu sarana bank untuk memenangkan persaingan di pasar. Oleh karena bunga kredit merupakan bagian terbesar penghasilan bank, jumlah penghasilan bunga harus dapat menutup biaya yang ditanggung bank (termasuk biaya pengadaan dana kredit, serta konstribusi biaya overhead dan biaya tetap yang lain), serta menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana kredit dari pasar uang memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga kredit. Suku bunga kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di pasar uang dan pasar modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada kredit, melainkan juga pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi kredit juga menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor 10 Table 1.2 Suku Bunga Kredit Modal Kerja (Dalam Persentase) Tahun Suku Bunga 2007 13,47 Sumber : Bank Indonesia 2008 14,61 2009 13,63 2010 13,06 2011 12,37 2012 11,70 Berdasarkan table 1.2 pergerakan tingkat suku bunga kredit modal kerja bergerak fluktuatif namun cenderung menurun, hanya saja di tahun 2008 terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya 2007 yakni dari 13,47% menjadi 14,61%. Bila dilihat dari nilai awal tahun 2007 dan nilai akhir tahun 2012 terjadi penurunan yang signifikan yakni dari 15,20% menjadi 11,70%. Persaingan yang semakin kompetitif antar perbankan menyebabkan semakin rendahnya tingkat pengendalian dan pengawasan internal maupun eksternal terhadap penyaluran kredit pada bank. Hal tersebut cenderung mengakibatkan naiknya jumlah kredit bermasalah yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku perbankan. Selain rendahnya kualitas pengawasan kredit, kredit bermasalah juga dipicu oleh banyaknya nasabah yang tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sebagaimana yang telah dijanjikan. Hal ini terjadi karena tidak semua nasabah memiliki karakter bisnis yang sama satu dengan yang lain. Dalam kenyataannya ada nasabah yang sukses dalam mengelola bisnis namun ada pula yang gagal. Tingginya kredit bermasalah akan menuntut bank untuk menyediakan alokasi dana lain sebagai cadangan menutup kerugian tersebut dan bank akan mengurangi penyaluran kredit berikutnya. Kondsi seperti ini menyebabkan tingkat kredit macet pada bank melebihi ambang batas aman yang 11 telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 5%. Tingkat kredit macet yang dialami oleh bank dapat dilihat dari rasio keuangannya yakni pada rasio Non Performing Loan (NPL). Menurut Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2003) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”. Tabel 1.3 Perkembangan Non Performing Loan (Dalam Persen) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2007 10,83 11,05 10,43 10,82 10,76 10,03 10,13 10,08 8,68 8,50 8,09 6,50 2008 6,89 6,79 5,59 5,69 5,56 5,15 5,11 5,02 4,62 4,58 4,80 3,74 2009 4,30 4,53 4,97 5,03 5,13 4,66 4,81 4,80 4,36 4,49 4,28 3,46 2010 3,19 3,26 3,07 3,14 3,36 3,01 3,01 3,09 2,97 3,16 3,71 2,80 2011 3,20 3,28 3,14 3,21 3,52 3,30 3,37 3,39 3,18 3,21 2,99 2,55 2012 2,96 2,85 2,73 2,79 2,74 2,61 2,66 2,63 2,48 2,69 2,42 2,21 Sumber : Bank Indonesia 12 Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa secara umum NPL bergerak secara fluktuatif. NPL tertingi pada bulan bulan Februari 2007 yaitu sebesar 11,05%, sementara NPL terendah pada bulan Desember 2012 yaitu 2,21%. Pada tahun 2007 NPL tertinggi pada bulan Februari yaitu 11,05%, sedangkan nilai terendah pada bulan Desember yaitu 6,5%. Penurunan NPL cenderung terus terjadi mulai Maret sampai akhir tahun hanya saja pada bulan Juni terjadi kenaikan NPL dari 10,03% menjadi 10,13%. Tahun 2008 NPL tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 6,89% sedangkan terendah 3,74% pada bulan Desember. Penurunan NPL juga cenderung terjadi di tahun ini mulai awal tahun hingga akhir tahun, hanya saja terjadi kenaikan pada bulan April yakni dari 5,59% menjadi 5,69% dan juga pada bulan November yakni dari 4,58% menjadi 4,80%. Tahun 2009 NPL tertinggi bulan Mei senilai 5,13%, sedangkan nilai terndah 3,46% pada bulan Desember, pada bulan Januari NPL bernilai 4,3% dan meningkat 4,53 % bulan Februari 4,97% bulan Maret 5,03% bulan April 5,13% bulan Mei. Pada bulan Juni mengalami penurunan senilai 4,66%, bulan Juli meningkat senilai 4,81%, dan bulan Agustus turun senilai 4,80%, dan menurun 4,36% pada bulan September 4,49% bulan Oktober. Sedangkan November menurun dengan nilai sebesar 4,28%, dan bulan Desember 3,46%. Tahun 2010 NPL tertinggi Mei bernilai 3,36% sedangkan nilai terendah bulan Desember 2,80%, NPL bulan Januari bernilai 3.19% dan naik 3,26% pada bulan Februari, pada bulan Maret turun 3,07%, meningkat pada bulan 13 April bernilai 3,14% dan 3,36% dibulan Mei, kemudian menurun pada bulan Juni bernilai 3,01% dan bertahan bulan Juli 3,01%. Meingkat kembali bulan Agustus menjadi 3.09% lalu menurun bulan berikutnya menjadi 2,97% bulan September. Bulan Oktober dan November meningkat masing-masing 3,16% dan 3,71% kemudian Desember turun menjadi 2,8%. Tahun 2011 NPL tertinggi bulan Januari 2,96% , sedangkan nilai terendah bulan Desember 2,21%. NPL bulan Januari bernilai 3,20% dan naik 3,28% pada bulan Februari, bulan Maret 3,14%, naik pada bulan April 3,21%, pada bulan Mei 3,52% dan Juni turun dengan nilai 3,3%, kemudian naik 3,37% dibulan Juli, 3,39% bulan Agustus, kmudian turun pada bulan September bernilai 3,18 %, kemudian naik 3,21% bulan Oktober dan bulan November turun menjadi 2,99% dan 2,55% pada bulan Desember. Tahun 2012 NPL tertinggi bulan Mei 3,52% , sedangkan nilai terendah bulan Desember 2,55%. NPL bulan Januari bernilai 2,96% dan 2,85% pada bulan Februari, bulan Maret 2,73%, naik pada bulan April 2,79%, pada bulan Mei turun 2,74% dan Juni turun dengan nilai 2,61%, kemudian naik 2,66% dibulan Juli, turun bulan Agustus 2,63%, kemudian turun pada bulan September bernilai 2,48%, kemudian naik 2,69% bulan Oktober dan bulan November turun menjadi 2,42% dan 2,21% pada bulan Desember. Selain NPL ada rasio lain yang diduga mempengaruhi besarnya penyaluran kredit kepada masyarakat yakni Return on Asset (ROA) yang mewakili tingkat profitabilitas bank. Semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya manajemen 14 menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain itu semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya (Wuri,2012). Pergerakan ROA yang fluktuatif cenderung semakin membaik dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit. Tabel 1.4 Perkembangan Return on Asset (Dalam Persen) 2007 2008 Bulan 2,87 3,28 Januari 3,05 3,24 Februari 2,74 2,74 Maret 2,71 2,63 April 2,76 2,65 Mei 2,67 2,43 Juni 2,66 2,69 Juli 2,68 2,73 Agustus 2,65 2,62 September 2,68 2,65 Oktober 2,68 2,60 November 2,76 2,72 Desember Sumber : Bank Indoneisa Berdasarkan 2009 2,89 2,92 2,74 2,63 2,60 2,68 2,64 2,64 2,57 2,67 2,63 2,72 2010 2,90 2,77 3,05 2,95 2,87 2,96 3,03 3,00 3,02 3,06 3,13 3,08 2011 3,32 3,67 3,82 3,76 3,59 3,80 3,56 3,56 3,72 3,67 3,60 3,60 2012 3,76 4,23 3,67 3,59 3,58 3,67 3,64 3,64 3,71 3,74 3,82 3,80 tabel 1.4 dapat diketahui bahwa secara umum ROA bergerak secara fluktuatif ROA tertingi pada bulan bulan Februari 2012 yaitu sebesar 4,23%, sementara ROA terendah pada bulan Juni 2008 yaitu 2,43%. Pada tahun 2007 ROA tertinggi bulan Februari 3,03%, sedangkan nilai terendah bulan September 2,65%. Bulan Januari 2,87% meninggat bulan Februari 3,05% menurun bulan Maret 2,74%, kembali menurun bulan April 2,71% lalu meninggat dibulan Mei 2,76%, kembali meurun dibulan Juni 2,67% 15 dan Juli 2,66%, lalu meningkat dibulan Agustus 2,68% kembali menurun bulan September 2,65%, kemudian terus meningkat dibulan Oktober 2,68% November 2,68% dan Desember 2,76% . Pada tahun 2008 ROA tertinggi bulan Januari 3,28%, sedangkan nilai terendah bulan Juni 2.43%. Bulan Januari 3,28% kemudian menurun bulan Februari 3,24% bulan Maret 2,74% bulan April 2,63%, namun meningkat dibulan Mei 2,65%, lalu kembali menurun dibulan Juni 2,43% kemudian meningkat bulan Juli 2,69% dan bulan Agustus 2,73%, kemudian kembali menurun bulan September 2,62% dan meningkat bulan Oktober 2,65%, lalu kembali menurun bulan November 2,60% dan meningkat bulan Desember 2,72%. Pada tahun 2009 ROA tertinggi bulan Februari 2,92%, sedangkan nilai terendah bulan September 2,57%. Bulan Januari 2,89% meningkat bulan Februari 2,92% meurun dibulan Maret 2,74% bulan April 2,63% bulan Mei 2,60%, lalu meningkat dibulan Juni 2,68% kembali menurun dibulan Juli 2,64% bulan Agustus sama seperti bulan sebelumnya 2,64%, kemudian kembali menurun dibulan September 2,57% Oktober dan kembali meningkat dibulan November 2,63% dan bulan Desember 2,72%. Pada tahun 2010 ROA tertinggi bulan November 3,13%, sedangkan nilai terendah bulan Februari 2,77%. Bulan Januari 2,90% menurun dibulan Februari 2,77%, lalu meningkat dibulan Maret 3,05% kembali menurun dibulan April 2,95% bulan Mei 2,87%, kemudian meningkat dibulan Juni 3,03% bulan Juli memiliki nilai yang sama dengan bulan sebelumnya yakni 16 3,03%, kemudian menurun dibulan Agustus 3,00% lalu kembali meningkat dibulan September 3,02% bulan Oktober 3,06% dan bulan November 3,13%, namun kembali menurun dibulan Desember 3,08% . Pada tahun 2011 ROA tertinggi bulan Maret 3.82%, sedangkan nilai terendah bulan Januari 3.32%. Bulan Januari 3,32% meningkat dibulan Februari 3,67% bulan Maret 3,82%, lalu menurun dibulan April 3,76% bulan Mei 3,59% lalu kembali meningkat dibulan Juni 3,80%, kemudian menurun dibulan Juli 3,56% dan tidak berubah dibulan Agustus 3,56%, kemudian meningkat dibulan September 3,72% lalu kembali menurun dibulan Oktober 3,67% bulan November 3,60% dan tidak berubah dibulan Desember 3,60%. Pada tahun 2012 ROA tertinggi bulan Februari 4,32%, sedangkan nilai terendah bulan Mei 3.58%. Bulan Januari 3,76% meningkat dibulan Februari 4,23% lalu menurun dibulan Maret 3,67% bulan April 3,59% bulan Mei 3,58% kemudian kembali meningkat dibulan Juni 3,67%, lalu menurun dibulan Juli 3,64% dan tidak berubah dibulan Agustus 3,64%, kemudian meningkat dibulan September 3,71% bulan Oktober 3,74% bulan November 3,82% dan meurun dibulan Desember 3,80%. Hal lain yang juga mempengaruhi jumlah penyaluran kredit modal kerja adalah nilai tukar rupiah dengan US dollar. Hal ini karena kredit modal kerja digunakan untuk pendirian usaha, modal usaha termasuk penyediaan bahan baku. Bahan baku produksi masih banyakbergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepadakomponen impor akan mengalami dampak dari pergerakan kurs. Kedua hal ini 17 dapatberhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung padabahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja (Yoda Ditria dkk, 2008:188). Atau dengan kata lain, jika bahan baku sudah tidak terlalu bergantung kepada komponen impor, tetapi hasil produksi merambah ke kegiatan ekspor maka ketika kurs bergerak naik atau terjadi depresiasi nilai tukar maka akan meningkatkan permitaan akan pinjaman modal kerja guna meningkatkan produksi. Tabel 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Dalam Rupiah) 2007 Bulan 9.090 Januari 9.160 Februari 9.168 Maret 9.118 April 8.828 Mei 9.054 Juni 9.168 Juli 9.410 Agustus 9.137 September 9.103 Oktober 9.376 November 9.419 Desember Sumber : Bank Indonesia 2008 9.291 9.230 9.217 9.234 9.318 9.225 9.118 9.153 9.378 10.995 12.151 10.950 2009 11.355 11.980 11.575 11.713 11.340 10.225 9.920 10.060 9.681 9.545 9.480 9.400 2010 9.365 9.335 9.115 9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 2011 9.057 9.823 8.709 8.574 8.537 8.597 8.508 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 2012 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560 9.588 9.615 9.605 9.670 Berdasarkan tabel 1.5 dapat diketahui bahwa secara umum nilai tukar bergerak secara fluktuatif nilai tukar tertingi pada bulan bulan November 2008 Rp 12.151 yaitu sebesar Rp 12.151 sementara nilai tukar terendah pada bulan Juli 2011 yaitu Rp 8.508. Dapat dilihat juga bahwa nilai tukar rupiah tehadap US dollar cenderung melemah selama periode penelitian dikarenakan terjadi 18 krisis yakni tahun 2008-2009, lalu kembali menguat di tahun 2010-2011 namun kembali melemah di tahun 2012. Pada tahun 2007 nilai tukar tertinggi bulan Desember Rp 9.419, sedangkan nilai terendah bulan Mei Rp 8.828. Bulan Januari Rp 9.090 kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.160 bulan Maret Rp 9.168, lalu menguat dibulan April Rp 9.118 bulan Mei Rp 8.828, kemudian melemah dibulan Juni Rp 9.054 bulan Juli Rp 9.168 bulan Agustus Rp 9.410, kemudian menguat kembali dibulan September Rp 9.137 bulan Oktober Rp 9.103 dan kembali melemah dibulan November Rp 9.376 dan bulan Desember Rp 9.419. Pada tahun 2008 nilai tukar tertinggi bulan November Rp 12.151, sedangkan nilai terendah bulan Juli Rp 9.118 . Bulan Januari Rp 9.291 kemudian menguat dibulan Februari Rp 9.230 bulan Maret Rp 9.217 lalu melemah dibulan April Rp 9.234 bulan Mei Rp 9.318, kemudian menguat kembali dibulan Juni Rp 9.225 bulan Juli Rp 9.118, lalu kembali melemah dibulan Agustus Rp 9.153 bulan September Rp 9.378 bulan Oktober Rp10.995 bulan November Rp 12.151, lalu kembali menguat dibulan Desember Rp 10.950. Pada tahun 2009 nilai tukar tertinggi bulan Februari Rp 11.980, sedangkan nilai terendah bulan Desember Rp 9.400. Bulan Januari Rp 11.355 kemudian melemah dibulan Februari Rp 11.980, menguat dibulan Maret Rp 11.575, kembali melemah dibulan April Rp 11.713, menguat dibulan Mei Rp 11.340 bulan Juni Rp 10.225 bulan Juli Rp 9.920, kemudian melemah 19 dibulanAgustus Rp 10.060, lalu menguat dibulan September Rp 9.681 bulan Oktober Rp 9.545 bulan November Rp 9.480 dan bulan Desember Rp 9.400. Pada tahun 2010 nilai tukar tertinggi bulan Januari Rp 9.365, sedangkan nilai terendah bulan September Rp 8.924. Bulan Januari Rp 9.365 kemudian menguat dibulan Februari Rp 9.335 bulan Maret Rp 9.115 bulan April Rp 9.012, lalu melemah dibulan Mei Rp 9.180, kembali menguat dibulan Juni Rp 9.083 bulan Juli Rp 8.952, melemah dibulan Agustus Rp 9.041, kembali menguat dibulan September Rp 8.924, melemah kembali dibulan Oktober Rp 8.928 bulan November Rp 9.013 dan kembali menguat dibulan Desember Rp 8.991 . Pada tahun 2011 nilai tukar tertinggi bulan Februari Rp 9.823, sedangkan nilai terendah bulan Juli Rp 8.508. Bulan Januari Rp 9.057 kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.823, kemudian menguat dibulan Maret Rp 8.709 bulan April Rp 8.574 bulan Mei Rp 8.537, kembali melemah dibulan Juni Rp 8.597, menguat dibulan Juli Rp 8.508, melemah kembali dibulan Agustus Rp 8.578 bulan September Rp 8.823 bulan Oktober Rp 8.835 bulan November Rp 9.170 dan menguat dibulan Desember Rp9.068 . Pada tahun 2012 nilai tukar tertinggi bulan Desember Rp 9.670, sedangkan nilai terendah bulan Januari Rp 9.000. Bulan Januari Rp 9.000 kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.085 bulan Maret Rp 9.180 bulan April Rp 9.190 bulan Mei Rp 9.565, menguat dibulan Juni Rp 9.480, kembali melemah dibulan Juli Rp 9.485 bulan Agustus Rp 9.560 bulan September Rp 20 9.588 bulan Oktober Rp 9.615, menguat dibulan November Rp 9.605 dan kembali melemah dibulan Desember Rp 9.670. Berdasarkan Grafik 1.1 menunjukan bahwa adanya persaingan yang semakin ketat antar bank besar.Persaingan di pasar kredit utamanya oleh 10 bank besar diharapkan akan mendorong suku bunga kredit bergerak turun merespon BI rate yang sudah ditingkat 6,5% pada bulan Mei 2010.Selama tahun 2010, perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 57,3 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8% dibandingkan pencapaian laba tahun sebelumnya yang mencapai Rp 45,2 triliun.Sebagian besar laba perbankan dihasilkan oleh kelompok Bank Persero sebesar 39,7% dan swasta sebesar 36,8%. Relatif tingginya pencapaian laba tahun ini selain disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, juga disebabkan spread suku bunga yang melebar.Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8% dari Rp 1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp1.765,8 triliun pada tahun 2010 (Sumber: www.bi.go.id). Oleh karena itu peneliti melilih objek penelitian Bank Persero karena sebagai penyumbang laba tertinggi bagi perbankan di Indonesia. Selain itu Bank persero pernah mengalami tingkat kredit macet atau NPL yang cukup tinggi yakni 11,05% diatas batas maksimum yang telah ditetapkan oleh BI yakni sebesar 5%. Beberapa penelitian tentang kredit oleh bank umum yang dipengaruhi oleh variabel makro ekonomi memberi indikasi bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi fungsi intermediasi bank yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembangunan suatu negara dan profitabilitas bank. 21 Beberapa penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Haryani Nona (2009) yang melakukan penelitian tentangPengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio (CR), Return on Asset (ROA), pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Bank BUMN. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwavariabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia(SBI) dan Inflasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit pada Bank BUMN.Sedangkan secara parsial variabel, CAR, CR, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan ROA berpengaruh positif dan signifikan. Akhmad Kholisudin (2011) melakukan penelitian tentang Determinan Permintaan Kredit Pada Bank Umum Di Jawa Tengah 2006-2010. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit, Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan secara parsial variabel krisis global berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit. Bily Arma Pratama (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan periode 2005-2009. Dari hasi penelitian tersebut disimpulkan variabel DPK mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kredit. Variabel CAR dan 22 NPL mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kredit. Sedangkan suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit. Daryanti Ningsih dan Idah Zuhroh (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Permintaan Kredit Investasi pada Bank Swasta Nasional di Jawa Timur periode 2006-2009. Dari hasi penelitian tersebut disimpulkan Variabel Suku Bunga Kredit mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap Kredit Investasi. Sedangkan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit Investasi. Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini. Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling dominan terhadap Bank Persero, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penenelitian ini manajemen Bank Persero mampu menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul“Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA) dan Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero. 23 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai, suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US dollar terhadap jumlah penyalurankredit modal kerja pada Bank Persero maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh : Suku bunga kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero? Non performing loan (NPL) secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero? Return on asset (ROA) secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero? Nila tukar rupiah dengan US dollar terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero ? b. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA)dan nila tukar rupiah dengan US dollar secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero? 24 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh : Suku bunga kredit secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. Non performing loan (NPL) secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. Return on asset (ROA) secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. Nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. b. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nila tukar rupiah dengan US dollar secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Bank Dapat dijadikan sebagai masukan untuk Bank Persero dalam menentukan seberapa besar pengaruh suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar terhadap penyaluran 25 kredit modal kerja agar mendapat keuntungan atau profit yang semaksimal mungkin bagi Bank Persero. b. Bagi para akademis/peneliti Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai perbankan bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan juga dapat dijadikan bahan referensi tambahan. 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Menurut Frederic S. Mishkin (2008:9), bank adalah lembaga keuangan yang menerima dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Sedangkan Pengertian bank menurut Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid (2006:21) adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada yang ditentukan. Menurut Puspo Pranoto (2004:5) bahwa bank adalah lembaga keuangan yang menerima berbagi jenis simpanan dan mempergunakan dana yang terhimpun dibank terutama untuk pemberian kredit. 2. Kegiatan bank Kegiatan bank menurut Kasmir (2003:3) adalah sebagai berikut: a. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Untuk memenuhi tujuan di atas, baik 27 untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan bank sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit) dan simpanan deposito (time deposit). b. Menyalurkan dana kemasyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Jenis kredit yang biasanya diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan. c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi dan jasa-jasa bank lainnya yang merupakan jasa pendukung dari kegiatan-kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. 3. Jenis dan Sumber Dana Bank Menurut Dendawijaya (2005:15) bahwa jenis bank dapat digolongkan dari berbagai macam yaitu : 28 a. Berdasarkan undang-undang Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan terdapat dua jenis bank yaitu: 1) Bank umum dan 2) Bank perkreditan rakyat b. Berdasarkan kepemilikannya 1) Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) 2) Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD) 3) Bank swasta milik Nasional 4) Bank milik swasta campuran (nasional dan asing) 5) Bank milik asing (cabang atau perwakilan) c. Berdasarkan penekanan kegiatan 1) Bank retail 2) Bank koorporasi 3) Bank komersial 4) Bank pedesaan 5) Bank pembangunan d. Berdasarkan pembayaran bunga 1) Bank konvensional dan, 2) Bank berdasarkan prinsip syariah 29 Bank sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari masalah memperoleh dana. Perolehan dana tersebut nantinya akan digunakan untuk membiayai operasinya serta menjalankan kegiatan usahanya dalam rangka memperoleh peningkatan profitabalitas serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Kasmir (2003:32) Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut: a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana ini merupakan dana dari modal sendiri. Dana yangbersumber dari dana itu sendiri yang berbentuk modal setor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada pemegang saham. Secara garis besar dapat disimpulkan pencairan dana sendiri terdiri dari : 1) Setoran modal dari pemegang saham. 2) Cadangan-cadangan bank, yaitu cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham 3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belumdibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu. b. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari 30 masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito c. Dana yang berasal dari lembaga lainnya Sumber dana ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencairan sumber dana pertama dan kedua. Pencairan dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Perolehan dana ini dapat diperoleh dari: kredit likuiditas dari Bank Indonesia, pinjaman antar bank (call money),pinjaman dari bank-bank luar negeri dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). 4. Kredit Perbankan a. Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyedian uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. 31 Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. b. Unsur-unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Rivai Veithzal dan Veithzal Andria (2007:3) adalah sebagai berikut: 1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (nasabah kredit). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. 2) Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit. 3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument. 4) Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit. 5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan unsur esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit. Misalnya penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar 32 dimasa yang akan datang, atau bagi produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi. 6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit maupun dipihak penerima kredit. Resiko dipihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. 7) Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), riskpremium dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, riskpremium dapat dikurangi dengan safety discount. c. Tujuan dan Fungsi Kredit Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak terlepas dari tujuan mencari keuntungan, demikan juga dalam pemberian kredit. Namun karena di dalam kredit terdapat resiko, maka usaha mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan masyarakat. Dari 33 penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit yang macet. (Judisseno 2005:167) Menurut Judiseno (2005:168) selain profitabilty dan safety, bank, khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of development yaitu dalam hal : 1) Ikut mensukseskan progam pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2) Meningkatkan efektivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya, guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. 3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Dari tujuan-tujuan yang coba untuk diraih di atas, maka fungsi kredit dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Meningkatkan daya guna uang. Para pemilik uang/modal baik secara langsung atau melalui penyimpanan dana di bank, dapat meminjamkan uangnya kepada perorangan atau perusahaanperusahaan untuk meningkatkan usahanya. (b) Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan adanya kredit pengusaha yang kesulitan dalam produksi, misalnya, 34 dapat terbantu untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi. (c) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran dengan menggunakan uang giral seperti cek, bilyet giro, dan lainnya yang sejenis. (d) Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit dapat digunakan sebagai alat pengendalian ekonomi. Dalam keadan Inflasi pemerintah dapat menerapkan kebijakan uang ketat (tight money policy) antara lain dengan membatasi pemberian kredit. Sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang lesu karena deflasi, pemerintah dapat melonggarkan kebijakan pemberian kredit sehingga akan menimbulkan kegairahan dalam usaha. (e) Meningkatkan kegairahan berusaha. Pihak-pihak yang usahanya terlambat karena kekurangan modal dapat meningkatkan usahanya melalui bantuan kredit yang diberikan oleh bank. (f) Meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan adanya kredit, perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan usahanya bahkan dapat mendirikan proyek baru yang akan mebutuhkan tenaga kerja. Hal itu dapat mengurangi pengangguran dan selanjutnya pemerataan penapatan akan meningkat pula. (g) Meningkatkan hubunan internasional. Pengusaha di dalam negeri dapat pula memperoleh kredit bank secara langsung 35 (offshore loan) maupun tidak langsung (two step loan). Bahkan suatu negara yang sedang berkembang dapat memperoleh kredit dari negara-negara yang telah maju. Bantuan dalam bentuk kredit tersebut dapat sekaligus mempercepat hubungan antar negara yang bersangkutan. d. Jenis-jenis Kredit Menurut Ismail (2011:191) jenis kredit secara umum dibedakan sesuai dengan bentuk kredit, jangka waktu dan tujuan penggunaan kredit. 1) Jenis Kredit Menurut Bentuknya Menurut bentuknya, pemberian kredit dibedakan menjadi dua jenis yaitu: (a) Kredit Rekening Koran Kredit rekening koran adalah kredit yang secara langsung akan dimasukan dalam rekening giro nasabah. Debitur diberi hak untuk menarik dananya dari rekening giro kapan saja sebatas plafon kredit yang diberikan. Kredit rekening koran tergolong dalam kredit jangka pendek yaitu paling lama satu tahun. Pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada akhir masa kredit atau pada saat jatuh tempo kredit. Namun demikian, dalam hal debitur dapat memperpanjang jangka waktu kredit, maka debitur dapat memperpanjang masa kredit selesai sesuai dengan perjanjian kredit antara bank dan debitur. 36 (b) Instalement Loan Instalement Loanmerupakan kredit dengan angsuran teratur yang dilakukan sesuai dengan jadwal angsuran yang telah ditetapkan dalam perjanjan kredit. jumlah angsuran konstan/tetap selama masa kredit, kecuali bila dalam perjanjian kredit ditentukan bunga mengambang (floating rate),yaitu tingkat suku bunga berubah sesuai dengan bunga di pasar. Dalam Instalement Loanangsuran merupakan penjumlahan antara pembayaran angsuran pokok ditambah dan bunga. 2) Jenis Kredit Menurut Jangka Waktunya Menurut jangka waktunya, kreditdibagi menjadi tiga yaitu : (a) Kredit Jangka Pendek Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan dengan masa kredit maksimum selama 1 tahun. Kredit jangka pendek pada umumnya diberikan untuk kredit modal kerja dan kredit rekening koran. (b) Kredit Jangka Menengah Kredit yang jangka waktunya antara 1 tahun hingga 3 tahun. Kredit ini biasanya diberikan untuk kredit investasi yang nilai kreditnya tidak terlalu besar dan kredit konsumsi. 37 (c) Kredit Jangka Panjang Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan oleh bank dengan jangka waktu lebih dari 3tahun. Kredit ini diberikan pada umumnya untuk KPR dan kredit investasi 3) Jenis Kredit Menurut Tujuan Penggunaanya Menurut tujuan penggunaan kredit, jenis kredit ini dibagi menjadi 3 yaitu : (a) Kredit Investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan dengan tujuan untuk mengadakan barang-barang modal atau dalam rangka investasi perusahaan, misalnya kredit untuk membangun proyek, membeli mesin, membeli alat angkutan, dan kredit untuk mebeli aktiva. Kredit investasi pada umumnya diberikan dalam jumlah yang besar dan dalam jangka panjang, yaitu jangka waktu lebih dari 3 tahun. Bank dapat memberikan grace period pada kredit investasi, yaitu masa tenggang yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk tidak membayar tagihan pokok atau bunga. (b) Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja diberikan oleh bank dalam rangka memberikan kebutuhan modal kerja perusahaan. Modal kerja perusahaan dapat berupa kebutuhan operasional perusahaan 38 antara lain kebutuhan dana untuk menutup piutang-piutang perusahaan, kebutuhan dana untuk menutup penggunaan dana dalam proses pembuatan produk/barang, dan kebutuhan modal kerja lainnya. (c) Kredit Konsumsi Kredit konsumsi merupakan kredit yang diberikan dengan tujuan untuk pembelian barang-barang konsumsi yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Misalnya kredt Pemilikan Rumah (KPR), kredit untuk pembelian kendaraan bermotor, dan kredit untuk pembelian barang-barang konsumsi lainnya. e. Prinsip Pemberian Kredit Menurut Kasmir (2003:117-118) dapat dilakukan dengan analisa 5C, yaitu: 1) Character (Karakter) Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Intinya pihak bank ingin melihat I‟tikad baik dan keseriusan dari calon nasabah yang ingin meminjam. 2) Capacity / Capability (Kemampuan) Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis 39 serta kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit yang dipinjamnya. Bank melihat sumber pendapatan lain yang dimiliki oleh debitur, semakin banyak sumber pendapatan seseorang, maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit. 3) Capital (Modal) Capital atau modal adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Semakin tinggi modal perusahaan atau peminjam maka bank akan memilih. Karena bagi setiap nasabah yang akan mengajukan kredit harus pula memiliki dana atau modal pribadi paling tidak 50% dari total dana yang ingin dipinjam. 4) Collateral (Jaminan) Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik ataupun non fisik. Jaminan tersebut dapat dilihat dari 2 segi, yaitu: (a) Dari segi ekonomis, yaitu dengan melihat nilai ekonomis dari barang- barang yang akan digunakan sebagai jaminan. (b) Dari segi yuridis, yaitu dengan melihat apakah jaminan tersebut sudah memenuhi syarat-syarat dari standar jaminan yang ditetapkan oleh bank. 40 5) Condition of Economi (Kondisi Ekonomi) Condition of economic adalah kondisi dimana hendaknya bank melihat dan menilai kredit berdasarkan ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Menurut Martono (2010:58), selain penilaian melalui 5C, bank biasanya juga melakukan penilaian dengan melihat 7Pyaitu meliputi: 1) Personality (Kepribadian) Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya, hobi, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian calon debitur. 2) Party ( Golongan) Merupakan pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya. 3) Purpose(Tujuan) Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi, atau membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of bussines kredit bank yang bersangkutan. 41 4) Prospect Merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha calon debitur selama berapa bulan atau tahun, perkembangan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang. 5) Payment (Sumber Pembiayaan) Merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya. 6) Profitability (Keuntungan) Merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability, diukur dari periode keperiode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. 7) Protection (Perlindungan) Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. 42 5. Suku Bunga a. Pengertian Suku Bunga Menurut Sadono Sukirno (2004:204) “Suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian sumber dana selama interval waktu tertentu. Sedangkan menurut Sawaldjo Puspo Pranoto (2004:70) Mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu: 1) Stated rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban bunga. 2) Annual percentage adalah tingkat bunga disetahukan dengan menyesuaikan stated rateuntuk jumlah periodepertahun dan jumlah pokok yang benar-benar dipinjam. 3) Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen dengan satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat yakni: jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam (dipinjamkan), Pada awal tahun, Kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga. b. Fungsi Tingkat Bunga dalam Perekonomian Menurut Sawaldjo Puspo Pranoto (2004:71) tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian, yaitu : 1) Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian 43 2) Mendistribusikan jumlah kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi 3) Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara. 4) Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi. c. Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Menurut Kasmir (2002:132-134), faktor utama yang mempengaruhi penetapan suku bunga adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan dana Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun, apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga simpanan akan turun. 2) Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing. 44 3) Kebijaksnaan pemerintah Untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4) Target laba yang diinginkan Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya. 5) Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko dimasa datang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya lebih rendah. 6) Kualitas jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. 7) Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. 8) Produk yang kompetitif Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif suku bunga kredit yang 45 diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. 9) Hubungan baik Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. 10) Jaminan pihak ketiga Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan. d. Jenis-jenis Perhitungan Suku Bunga Kredit Menurut Ismail (2006:194) ada beberapa metode dalam perhitungan suku bunga kredit yaitu : 1) Flat Rate Flat rate ini merupakan metode pembebanan suku bunga kredit yang setiap kali angsuran, atau total angsuran pokok maupun angsuran bunga sama setiap kali angsuran atau setiap bulan. Metode 46 flat rate ini sering digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat dan/atau beberapa lembaga pembiayaan. Kelebihan dari metode flat rate ini adalah cara perhitungan angsuran perbulan sangat sederhana dan mudah dimengerti, sehingga nasabah juga dapat melakukan perhitungan sendiri 2) Annuity Annuity atau anuitas merupakan perhitungan bunga dengan mengalikan persentase bunga dikalikan dengan saldo akhir pinjaman secara tahunan. Kemudian angsuran per bulan dihitung dengan membagi angsuran tahunan dibagi 12 bulan. Dalam metode annuity ini, total angsuran per tahun akan sama, sementara angsuran pokok dan angsuran bunga akan berubah. Angsuran pokok akan meningkat setiap tahun angsuran bunga akan menurun, karena bunga dihitung dari saldo akhir kredit. 3) Effective Rate Effective rate merupakan beban bunga efektif yang ditanggung oleh debitur. Perhitungan bunga efektif berasal dari persentase bunga dikalikan denga saldo akhr pinjaman setelah dikurangi angsuran pokok. Perhitungan angsuran pokok perbulan berasal dari jumlah angsuran total dikurangi dengan angsuran bunga. Dalam metode ini effective rate, total angsuran akan sama setiap bulan, akan tetapi angsuran pokok akan meningkat dan angsuran bunga akan menurun. 47 4) Sliding Rate Sliding rate merupakan perhitungan bunga kredit dengan total angsuran yang akan menurun setiap kali angsuran. Total angsuran menurun ini karena angsuran pokok akan sama (tidak berubah) setiap kali angsuran, sementara angsuran bunga akan menurun. Penurunan suku bunga ini disebabkan karena perhitungan bunga berasal dari persentase bunga dikalikan dengan saldo akhir pinjaman. Saldo akhir pinjaman dihitung dari saldo pinjaman bulan sebelumnya setelah dikurangi dengan angsuran pokok pada bulan berjalan. 5) Floating Rate Floating rate, merupakan kebijakan bunga yang dilakukan oleh bank dengan model bunga mengambang. Artinya bank dapat mengubah suku bunga tanpa adanya pemberiahuan kepada debitur. Dalam kondisi pasar uang yang tidak stabil, bank kemungkinan akan sering merubah suku bunga kredit, karena pada sisi pasiva, bunga simpanan dana pihak ketiga juga sering mengalami perubahan. e. Komponen dalam Menentukan Bunga Kredit Komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain sebagai berikut : (Kasmir, 2002:135-136) 48 1) Total biaya dana (Cost of Fund) Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan, giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reseve Requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saat ini besarnya RR yang ditetapkan pemerintah besarnya 5%. 2) Biaya operasi Dalam melakukan setiap kegiatan membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Pengguna sarana dan prasarana baik berupa ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya adminstrasi biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya. 3) Cadangan risiko kredit macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak disengaja. Oleh karena itu, pihak 49 bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan. 4) Laba yang diinginkan Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memeperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit. dalam hal ini, biasanya bank di samping melihat kondisi pesaing juga melihat sektor-sektor yang yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah atau untuk pengusaha/rakyat kecil, maka labanya pun berbeda dengan yang komersil. 5) Pajak Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. 6. Non Performing Loan (NPL) Kredit macet merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank, karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi bisnis perbankan. Menurut Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2005) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran 50 bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh tempo tidak dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian. Pengertian jatuh tempo tersebut sesuai dengan tingkat kolektibitas bank yang bersangkutan. Peningkatan Non Performing Loans (NPL) yang terjadi berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada dana yang masuk baik berupa pembayaran pokok maupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet, sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap hilangnya pendapatan dari sektor kredit dan bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat masyarakat karena tidak mampu mengelola dana nasabah dengan aman. Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL gross kurang dari 5%. Rasio NPL sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus : 7. Return on Asset (ROA) Menurut Slamet Riyadi (2006:32), Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (Modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya 51 (real), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata-rata selama periode tersebut. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan meminimalisir risiko yang ada (Hasan, 2003:16). Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kuncoro, 2002:36). Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, sehingga EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan perusahaan meningkat. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Menurut Meythi (2005:24) alasan penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari masyarakat. Disamping itu Return on Asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkankeuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yangsemakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas 52 yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Perhitungan ROA terdiri dari : a. Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak. b. Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: 8. Nilai Tukar (Kurs) a. Pengrtian Nilai Tukar (Kurs) Kurs adalah jumlah satuan atau unit dari mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis mata uang lainnya. Harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain disebut nilai tukar (kurs) (Sawaldjo Puspopranoto,2004:212). Dari definisi tersebut dapatlah disimpulkan secara singkat bahwa kurs adalah nilai suatu mata uang dibandingkan degan mata uang lainnya. Misalnya nilai mata uang rupiah terhadap US Dollar. Pemerintah Indonesia berperan dalm penentuan kurs agar sampai pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha. Kurs khususnya kurs rupiah 53 per Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal dari dalam dan keluar Indonesia. b. Penentuan Nilai Tukar (Kurs) Pasar valas merupakan sebuah contoh baik dari pasar yang sangat kompetitif. Di pasar ini ada banyak pembeli dan penjual dari suatu produk yang homogen. Setiap pembeli dan penjual relative kecil dibanding seluruh pasar, sehingga tidak ada seorang pembeli atau penjual pun yang dapat mempengaruhi nilai tukar secara berarti. Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, pemerintah tidak melakukan intervensi di pasar valas dan membiarkan nilai tukar dikendalikan sepenuhnya oleh kekuatankekuatan di pasar bebas. Pada sistem nilai tukar mengambang terkendali, pemerintah kadang kala melakukan intervensi sebagai upaya untuk mencegah pergerakan nilai tukar yang dipandang ekstrim atau bertentangan dengan kepentingan nasional. Sebagai contoh Bank Indonesia berkali-kali melakukan intervensi dipasar valas untuk mendukung nilai rupiah terhadap Dollar AS dengan jalan menambah pasokan valas di pasar. Bahkan pemerintah melalui BUMN pada triwulan satu 2001 ikut serta memperkuat upaya yang dilakukan pihak Bank Indonesia. Hasil yang diperoleh dari intervensi tersebut sangat terbatas, yaitu hanya menahan nilai rupiah untuk sementara waktu dan tak mampu menolong rupiah dari keterpurukan. Namun perlu disadari, bahwa dewasa ini walaupun pemerintah ikut melakukan intervensi, volume dari kegiatan tersebut relative kecil sekali terhadap 54 jumlah total kegiatan pihak swasta di pasar valas. Hal ini juga merupakan fenomena global. (Sawaldjo Puspopranoto, 2004:219) c. Jenis-jenis Nilai Tukar (Kurs) Menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004) terdapat beberapa jenis kurs atau nilai tukar, yaitu : 1. Kurs Beli (Bid Price) adalah besar satuan mata uang negara lain yang harus diserahkan untuk membeli tiap unit uang asing kepada Bank atau money changer. 2. Kurs Jual (selling price) adalah besaran satuan mata uang negara lain yang akan diterima dari bank atau money changer jika kita membeli mata uang asing. 3. Kurs Spot adalah nilai valuta asing yang digunakan untuk transaksi spot dipasar valuta asing. 4. Kurs Forward, adalah nilai tukar yang berlaku dan digunakan untuk transaksi forwad dipasar valas. 5. Kurs Silang adalah nilai antara dua valas yang diperoleh dari nilai tukar masing-masing valuta terhadap valuta lain. B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Suku Bunga Kredit dengan Jumlah Penyaluran Kredit Menurut Siswanto Sutojo (2007:86). Suku bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar bank, serta mempunyai peranan penting dalam penentuan profitabilitas kegiatan pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga kredit merupakan salah satu sarana bank untuk memenangkan persaingan di 55 pasar. Oleh karena bunga kredit merupakan bagian terbesar penghasilan bank, jumlah penghasilan bunga harus dapat menutup biaya yang ditanggung bank (termasuk biaya pengadaan dana kredit, serta konstribusi biaya overhead dan biaya tetap yang lain), serta menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana kredit dari pasar uang memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga kredit. Suku bunga kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di pasar uang dan pasar modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada kredit, melainkan juga pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi kredit juga menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor. Penelitian yang dilakukan oleh M.Nadratuzzaman Hosen (2009), Solarin Sakiru, Wan Sulaiman dan Jauhari Dahalan (2011), Arina Krisnawati(2011), Daryanti Ningsih (2010) dan Ahmad Kholisudin (2012) menyimpulkan bahwa suku bunga kredit mempunyai pengaruh signifikan terhadap permintaan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya suku bunga kredit mempengaruhi masyarakat untuk mengajukan kredit pada perbankan. Jika diilustrasikan bahwa permintaan kredit sebagai produk atau barang yang diminta dan tingkat bunga kredit sebagai harga, maka dalam membahas permintaan suatu barang semakin rendah harga barang maka jumlah barang yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya semakin tinggi harga barang maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit atau berkurang. 56 2. Non Performing Loan (NPL) dengan Jumlah Penyaluran Kredit Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPLmaka semakin besar pula risiko kredityang ditanggung oleh pihak bank (Ali,2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama (2010) dan Aqidah Sri Suwarsih (2008) NPL mempunyai pengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. 3. Return on Asset (ROA) dengan Jumlah Penyaluran Kredit Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya manajemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan manajemen, 57 terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain itu semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya (Wuri,2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Haryani Nona (2009), Dias Satria dan Rangga Bagus Subegti (2010) menyatakan ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kredit. 4. Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs) dengan Jumlah Penyaluran Kredit Kurs adalah jumlah satuan atau unit dari mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis mata uang lainnya. Harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain disebut nilai tukar (kurs) (Sawaldjo Puspopranoto ,2004:212). Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berpengaruh terhadap permintan kredit. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menyebabkan naiknya harga-harga komoditas baik itu barang impor maupun barang ekspor. Barang ekspor juga mengalami kenaikan sebab bahan baku barang tersebut juga ada yang berasal dari barang impor sehingga menyebabkan biaya produksi barang lokal meningkat. Naiknya biaya produksi mendorong harga barang lokal baik untuk pasar domestik maupun ekspor juga mengalami kenaikan. Naiknya harga bisa berakibat pada menurunnya permintaan barang, ini bisa menurunkan pendapatan pengusaha. Dalam kondisi ini pengusaha lebih memilih untuk mengurangi 58 kredit agar keuntungan yang didapat akan berkurang akibat harus membayar kredit beserta bunga karena pendapatan sedang turun (Akhmad Kholisudin, 2012:17). Kondisi krisis berarti keadaan sedang tidak stabil atau normal. Pada kondisi krisis, indikator makro seperti nilai tukar Rp terhadap US$ cenderung melemah dan inflasi meningkat. Hal ini dapat berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Krisis dapat menyebabkan gairah usaha menurun. Maka dari itu perekonomian sektor riil harus segera digerakkan agar dampak dari krisis tidak berlanjut dan berlangsung lama. Penyaluran kredit menjadi menjadi penting, mengingat sebagian besar pembiayaan pembangunan khususnya di sebagian besar negara berkembang kredit merupakan sumber pembiayaaan utama. Pada situasi krisis, otoritas moneter dalam hal ini bank sentral cenderung untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate agar suku bunga kredit dapat turun sehingga menarik masyarakat untuk mengajukan kredit, dengan harapan untuk mempercepat masa recovery pasca krisis. Dengan demikian perekonomian sektor riil dapat bergerak dan tumbuh. Adanya krisis maka permintaan kredit perbankan mengalami peningkatan (Akhmad Kholisudin, 2012). Hasil penelitian Akhmad Kholisudin (2012),M.Nadratuzzaman Hosen (2009), Paulina Putri A. Hutagalung dan Inggrita Gusti Sari Nasution (2011) nilai tukar mempunyai pengaruh signifikan terhadap kredit. 59 C. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian tedahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam penelitian ini antara lain: No 1 2 Pen ulis Judul Peneliti an M.N Faktoradrat faktor uzza yang man Mempe Hose ngaruhi n Permint (200 aan 9) Pembia yaan Mudhar abah Bank Syariah di Indones ia periode 20042008 Gabr iela Hary ani Non a (200 9) Pengar uh Capital Adequa cy Ratio (CAR), Cash Ratio(C R), Return on Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Data dan Model Kesimpulan Variabel Analisis Margin (X1) , Bunga(X2) , Kurs (X3) , Akses (X4) , dan Pembiaya an Mudharab ah (Y). Analisis Regresi Linier Bergand a CAR (X1), CR (X2), ROA (X3), DPK (X4), Suku Bunga SBI (X5), dan Inflasi (X6). Serta Pertumbu han Kredit (Y) Analisis Regresi Linier Bergand a Variabel margin, bunga dan kurs mempunyai pengaruh signifikan negatiif terhadap permintaan pembiayaan mudharabah, sedangkaan variabel akses mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap permintaan pembiayaan mudharabah. Variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI dan Inflasi secara bersamasama mempunyai pengaruh Perbedaan Persamaan Terdapat variabel margin dan akses sebagai variabel independen dan kredit berupa pembiayaan mudharabah. Objek penelitian bank Syariah di Indonesia periode 2004-2008. Terdapat variabel suku bunga dan kurs sebagai variabel independen dan samasama memiliki pengaruh signifikan terhadap kredit. Model analisis dengan analisi regresi linier berganda. Terdapat variable CAR, CR, DPKdan Inflasi sebagai variabel independen. Objek penelitian Bank BUMN periode Terdapat variabel ROA dan Suku Bunga sebagai variabel independent dan kredit sebagai variabel dependen. Variabel 60 No 3 Pen ulis Judul Peneliti an Asset (ROA), pertum buhan Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga SBI, dan Inflasi Terhad ap pertum buhan Kredit Bank BUMN Periode 20052007 Bily Analisi Arm s a FaktorPrata Faktor ma yang (201 Mempe 0) ngaruhi Kebijak an Penyalu ran Kredit Perban kan periode 20052009 Data dan Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1), Capital Adiquacy Ratio (CAR) (X2), Non Performin g Loan (NPL) (X3), Suku Bunga SBI (X4) dan Kredit (Y) Model Analisis Analisis Regresi Linerar Bergand a Kesimpulan Perbedaan Persamaan yang 2005-2007 signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit pada bank BUMN. Sedangkan secara parsial variabel, CAR, CR, Suku Bunga SBI, dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifikan tersebut sama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap kredit. Model analisis dengan analisi regresi linier berganda. Variabel DPK mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Kredit. Variabel CAR dan NPL mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap Kredit. Sedangkan Suku Bunga Terdapat variabel NPL dan Suku Bunga sebagai variabel Independen dan Kredit sebagai variabel dependen. Hasil menunjukan kesamaan yakni kedua variabel memiliki pengaruh signifikan Tedapat variabel DPK dan CAR sebagai variabel independen. Objek penelitian Bank Umum periode 2005-2009 61 No Pen ulis Judul Peneliti an Data dan Variabel Model Analisis Kesimpulan Perbedaan Persamaan SBI tidak berpengaruh terhadap Kredit. 4 5 Dias Satri a dan Ran gga Bag us Sube gti (201 0) Determ inasi Penyalu ran Kredit Bank Umum di Indonei sa periode 20062009 Non Performin g Loan (NPL) (X1), Biaya Operasion al Pendapata n Operasion al (BOPO) (X2), Capital Adiquacy Ratio (CAR) (X3), Dana Pihak Ketiga (DPK) (X4), Return on Asset (ROA) (X5), SBI (X6), Market Share (X7) dan Kredit (Y) Dary Analisi Suku anti s Bunga Ning Permint Kredit(X1) Analisis Regresi Linerar Bergand a Analisis Regresi Linerar terhadap kredit. Model analisis dengan analisi regresi linier berganda. Variabel Terdapat Terdapat CAR dan variabel variabel ROA BOPO, CAR, ROA dan mempunyai SBI dan NPL sebagai pengaruh Market Share variabel signifikan sebagai independen. positif variabel Variabel terhadap independen. kredit Kredit. NPL sebagai Varibel SBI memiliki variabel mempunyai penagruh dependen. pengaruh tidak Hasil signifikan signifikan menunjukan negatif terhadap kesamaan terhadap Kredit. dimana ROA kredit. Objek memiliki Sedangkan penelitian pengaruh variabel Bank Umum signifikan NPL, BOPO, di Indonesia terhadap DPK dan periode Kredit. Market Share 2006-2009 Model tidak analisis memiliki dengan pengaruh analisi terhadap regresi linier Kredit. berganda. Variabel Suku Bunga Kredit Terdapat variabel Inflasi Terdapat variabel Suku Bunga 62 No Pen ulis sih dan Idah Zuhr oh (201 0) 6 Arin a Kris naw ati(2 011) Judul Peneliti an aan Kredit Investa si pada Bank Swasta Nasion al di Jawa Timur periode 20062009 Analisi s beberap a faktor yang mempe ngaruhi Penyalu ran kredit bank umum di Indones ia Periode 20062010 Data dan Variabel Model Analisis Kesimpulan Perbedaan Persamaan , Inflasi (X2) dan Kredit Investasi (Y) Bergand a mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap Kredit Investasi. Sedangkan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit Investasi. sebagai variabel independen. Objek penelitian Bank Swasta Nasional di Jawa Timur periode 2006-2009 Bahwa secara simultan Dana Pihak Ketiga, Produk Domestik Bruto, Tingkat Suku Bunga Kreditdan Inflasi terhadap variabel terikatnya Penyaluran Kredit berpengaruh Teradpat variabel DPK, PDB dan Inflasi sebagai variabel independen. Objek penelitian Bank Umum di Indnesia periode 2006-2010 sebagai variabel Independen. Varibel kredit sebagai variabel dependen. Hasil menujukan kesamaan yakni Suku Bunga memiliki pengaruh signifikan terhadap kredit. Model analisis dengan analisi regresi linier berganda. Terdapat variabel Suku Bunga Kredit sebagai variabel Independen. Variabel Kredit sebagai Variabel dependen. Hasil menunjukan kesamaan yanki Suku Bunga Kredit memiliki Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1), Produk Domestik Bruto PDB) (X2), Suku Bunga Kredit (X3), Inflasi (X4) dan penyalura n kredit (Y) Analisis regresi bergand a 63 No 7 Pen ulis Akh mad Khol isudi n (201 1) Judul Peneliti an Determ inan Permint aan Kredit Pada Bank Umum Di Jawa Tengah Periode 20062010 Data dan Variabel Tingkat suku bunga kredit (X1), Inflasi (X2), Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (X3), Krisis Global (X4).Dan Permintaa n Kredit (Y) Model Analisis Kesimpulan signifikan. Secara parsial DPK dan Suku Bungan Kredit berpengaruh nyata terhadap penyaluran kredit, sedangkan PDB dan Inflasi tidak berpengaruh secara tidak nyata dan yang paling dominan adalah DPK. Regresi Bahwavariab bergand el suku a dengan bunga kredit metode berpengaruh ordinary negatif dan least signifikan square terhadap (OLS). permintaan kredit,variab el inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit, Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan Perbedaan Persamaan pengaruh signifikan terhadap Kredit. Model analisis dengan analisi regresi linier berganda. Terdapat variabel Inflasi dan Krisis Global sebagai variabel independen. Objek penelitian Bank Umum di Jawa Tengah periode 2006-2010. Terdapat variabel Suku Bunga Kredit dan Nilai tukar sebagai variabel independen. Hasil menunjukan kesamaan yakni variabel Suku Bunga Kredit dan Nilai Tukar memiliki pengaruh signifikan terhadap Kredit. Model 64 No 8 Pen ulis Pauli na Putri A. Huta galu ng dan Ingg rita Gust i Sari Nasu tion (201 3) Judul Peneliti an Analisi Elastisit as Permint aan terhada p Kredit Konsu msi pada Bank Umum di Sumatr a Utara periode 19962010 Data dan Variabel Suku Bunga Kredit Konsumsi (X1) , PDRB per kapita (X2), Kurs (X3), Kredit Konsumsi (Y) Model Analisis Analisis Regresi Linerar Bergand a Kesimpulan terhadap permintaan kredit dan secara parsial variabel krisis global berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit Variabel Suku Bunga Kredit dan Kurs berpengaruh negatif terhadap permintaan Kredit Konsumsi. Sedangkan variabel PDRB per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan Kredit. Perbedaan Persamaan analisis dengan analisi regresi linier berganda. Terdapat variabel PDRB per kapita sebagai variabel independen. Objek penelitian Bank Umum di Sumatra Utara periode 1996-2010 Terdapat variabel Suku Bunga Kredit dan Kurs sebagai variabel Independen. Variabel Kredit sebagai variabel dependen. Hasil menunjukan kesamaan yakni Suku Bunga Kredit dan Kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap Kredit. Model analisis dengan analisi regresi linier berganda. Sumber: Penelitian Terdahulu 65 D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bank Indonesia Laporan Keuangan Publikasi Bank Persero Suku Bunga Kredit Non Performing Loan Return On Asset (NPL) (ROA) Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar Penyaluran Kredit Modal Kerja Uji Hipotesis: Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik: a. b. c. d. Normalitas Multikolinearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi Uji Regresi Berganda R dan R2 a. Uji t b. Uji F Interpretasi Kesimpulan dan Saran 66 e. Autok orelasi E. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat debedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidak benaran sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Abdul Hamid, 2010:16). Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik, karakteristik ini sama dengan yang dimiliki hipotesis statistik yang juga menggunakan alat-alat analisis dalam membuktikan dugaan objek-objek yang diteliti. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Suku bunga kredit scecara parsial berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. 67 H01 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. Ha1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. Non performing loan secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. H02 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel non performing loan secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. Ha2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel non performing loan secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. Return on asset secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. H03 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel return on asset secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. Ha3 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel return on assetsecara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. Nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. H04 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja. 68 Ha4 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial terhadappenyaluran kredit modal kerja. 2. Suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar secara simultan berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. H05 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel jumlah suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US dollar secara simultan terhadap penyaluran kredit modal kerja. H05 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US dollar secara simultan terhadap penyaluran kredit modal kerja. 69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah dengan US dollar terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero. Periode yang diteliti dari Januari 2007 sampai Desember 2012. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series). B. Metode Penentuan Sampel Sebelum menentukan sampel, maka terlebih dahulu peneliti harus menentukan populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Konvensional. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009:116). Teknik sampling yang digunakan Non Probability Sampling adalah metode pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, hanya elemen populasi yang memenuhi kriteria tertentu dari penelitian saja yang dijadikan sampel. Sedangkan teknik 70 pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling yaitu sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya. Dari kriteria yang diajukan diatas didapat sampel yakni Bank Persero. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data,non performing loan dan return on asset dari Laporan Keuangan Bank Persero yang dipublikasikan dalam statistik perbankan indonesia (SPI)dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2012 yang diperoleh dari situswww.bi.go.id, dan data suku bunga kredit dan nilai tukar (kurs) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) pada website www.bi.go.id.. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. D. Metode Analisis Data Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan dan inflasi terhadap permintaan kredit Bank Persero. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS versi 17.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini: 71 1. Statistik Deskriptif Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi), nilai maksimum dan minimum (Ghozali, 2011:19). 2. Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang sering timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih (2012:230), tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau tidak. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah (Singgih, 2012:233): 72 a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1) Histogram Jika histogram standardized regression residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. 2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 3) Metode Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi 73 normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto, 2011:75). b. Multikolinearitas Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinearitas tidak dapat dihindari. Menurut Singgih (2012:234), tujuan uji multikolinearitas adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (Multiko). Imam Ghazali (2011:106) mengukur multikolinearitas dapat dilihat dari nilai TOL (Tolerance) dan VIF (Varian Inflation Factor). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinearitas adalah: a) H0: VIF > 10, terdapat multikolinearitas b) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinearitas c. Heteroskedastisitas Menurut Nachrowi dan Usman (2006:109) Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Tujuan uji asumsi ini adalah ingin mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians pada residual (error) dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Singgih, 2012:238). 74 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1) Metode Grafik dengan Scatterplot Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas (Singgih, 2012:240): a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan secara subjektif tentunya dapat mengakibatkan berbedanya keputusan antara satu orang dengan lainnya. Maka dari itu, penulis melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan metode Glejser untuk mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. 2) Metode Glejser Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika tedilakukan dengan meregresikan semua variabel 75 bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas ditujukan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat disimpulkan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung < t table ( Suliyanto, 2011:102). d. Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011:110).Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dasar pengambilan keputusan ada tidaknya gejala autokorelasi adalah (Ghozali, 2011:111): Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi positif No desicison dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi, positif Tidak ditolak du < d < 4 – du atau negative 76 Pengobatan Autokorelasi Jika regresi kita memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesainnya antara lain (Ghozali, 2011:121). a) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar. b) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal menjadi model difference. a. Pengujian Hipotesis Dari perhitungan dengan SPSS 17.0 akan diperoleh keterangan atau hasil mengenai Uji t, Uji F dan koefisien determinan (R2) untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut : 1) Uji t Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 18) setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut: 77 H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau –t hit < -t-tabel H0 diterima apabila : t-hit < t-tabel atau –t hit > -t-tabel 2) Uji F (Uji Simultan) Menurut Nachrowi & Usman (2006:17) Uji-F digunakan untuk menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk mempengaruhi variabel dependent secara simultan atau tidak, dengan kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut: a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak. Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan program SPSS versi 17.0 3) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R2 dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y. 78 Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y (Imam Ghazali, 2011:97). Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59). 4) Analisis Regresi Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi berganda adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent variable) menggunakan data dari duaatau lebih variabel bebas (independent variable) yang sudah diketahui besarnya. Bila hanya ada satu variabel dependen dan 79 satu independen, disebut analisis regresi sederhana. Sedangkan apabila terdapat beberapa variabel independen, analisisnya disebut dengan analisis regresi berganda (Wing Wahyu Winarno, 2009:41). Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena menggunakan empat variabel bebas yaitu suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US dollar, serta satu variabel terikat yaitu penyaluran kredit modal kerja, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut: YPenyaluran kredit= β0 + β1SBKst + βNPL2t + β₃ROAt +β₄KURS + e Keterangan: Y = Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja β0 = Intercept β1SBKt = Tingkat Suku Bunga Kredit β2NPLt = Tingkat Non Performing Loan β3ROAt = Tingkat Return On Asset β₄KURSt = Tingkat nilai tukar rupiah dengan US dollar(kurs) e = Tingkat kesalahan atau gangguan E. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di observasi) dari definisi operasional tersebut dapat 80 ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyaluran kredit moda kerja. Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.Kredit modal kerja yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Data diperoleh dari statistik perbankan indonesia pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode Januari 2007 sampai Desember 2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan milyaran Rupiah (Rp). 2. Variabel Independent (X) Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Suku Bunga Kredit (X1) Maksud dari variabel ini adalah harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Dalam penelitian ini menggunakan suku bunga kredit pada Bank Persero (bulanan). Data yang digunakan bersumber dari Statistik 81 Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI) periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%) b. Non Performing Loan (NPL) (X2) Non Performing Loan (NPL) merupakan tingkat pengembalian yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. Persamaannya adalah sebagai berikut: NPL Kredit Bermasalah Total Kredit x100% Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Persero di statistik perbankan indonesia (SPI) berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%). c. Return On Asset (ROA) (X3) ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai olehsebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat dicari dengan rumus berikut (Bank Indonesia, 2006) : ROA Laba Setelah Pajak x100% Total Aset Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Persero di statistik perbankan 82 indonesia (SPI) berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%). d. Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar (Kurs) (X4) Nilai tukar merupakan harga mata uang asing dalam mata uang domestik. Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Dalam penelitian ini nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar Rupiah yang bertindak sebagai mata uang domestik terhadap Dollar AS sebagai mata uang asing. Nilai tukar yang digunakan adalah kurs tengah (rata-rata antara kurs beli dan kurs jual) harian, pada akhir setiap bulan. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia di website www.bi.go.id berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2012 berupa nominal Rupiah (Rp). 83 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia. Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi perkembangan perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan dalam empat periode. Masing-masing periode mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Serangkaian paketpaket deregulasi di sektor riil dan moneter yang di mulai sejak tahun 1980an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan empat periode kondisi perbankan di Indonesia sampai dengan saat ini (Triandaru, 2009:73). Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 telah menyederhanakan sistem perbankan dengan menghilangkan perbedaaan fungsi-fungsi operasional bank secara struktural sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 14 Tahun 1967 yang telah membedakan fungsi bank umum, bank pembangunan, bank tabungan, bank koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), termasuk fungsi-fungsi bank-bank pemerintah yang masing84 masing didirikan dengan undang-undang. Dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992, sistem perbankan hanya mengenal dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Kedua jenis bank tersebut berdasarkan undang-undang dapat melakukan perbankan konvensional (conventional banking) dan perbankan syariah (syariah complaint bank) (Dahlan Siamat, 2005:34). 2. Bank Persero di Indonesia Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbedabeda. Namun dalam kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk pada Undang-undang tentang perbankan. Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Kebijakan pemerintah terhadap Bank Persero dilakukan dengan menggabungkanBank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Sementara Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia 46 dan Bank Rakyat Indonesia tetap terus beroperasi seperti sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah menjadi Bank Ekspor Indonesia yang kemudian tidak lagi beroperasi sebagai bank dan berubah fungsi menjadi lembaga pembiayaan ekspor. 85 Komposisi kepemilikan Bank Persero juga ikut mengalami perubahan, dimana saham Bank Persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah. Beberapa Bank Persero telah menjadi bank publik melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal antara lain: Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BRI. Berikut ini adalah profil singkat dari 4 Bank Persero di Indonesia, yaitu: a. Bank Mandiri Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan. 86 Semenjak didirikan kinerja Bank Mandiri terus meningkat, hal ini dapat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Selain itu, Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan penawaran saham perdana pada 14 juli 2003 sebsar 20% atau ekuivalen dengan 4 Miliar lembar saham. Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion Bank, Bank Mandiri melakukan transformasi secara bertahap melalui 3 fase: 1) Fase pertama “back on track” (2006-2007), yakni fokus untuk membenahi dan membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri di masa yang akan datang. 2) Fase kedua ”outperform the market” (2008-2009), yakni fokus pada pertumbuhan bisnis Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan di seluruh segmen dan memilki profitabilitas diatas rata-rata pasar. 3) Fase ketiga “shaping the end game”, yakni fase dimana Bank Mandiri dapat memilki peranan aktif dalam proses konsolidasi sektor perbankan Indonesia Proses transformasi yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri sejak tahun 2005-2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar 15,43% di tahun 2005 87 menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri yang juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 triliun di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati posisi sebagai service leader perbankan nasional berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapan Good Corporate Governance. Visi dari Bank Mandiri adalah menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif. Sedangkan misi yang dimiliki oleh Bank Mandiri ada 5 poin, yaitu: 1) Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. 2) Mengembangkan sumber daya manusia professional 3) Member keuntungan yang maksimal bagi stakeholder 4) Melaksanakan manajemen terbuka 5) Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan. Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Selain itu juga Bank Mandiri berusaha melayani sleuruh nasabah dengan standar layanan internasional 88 melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Dan Bank Mandiri Berusaha dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama tim yang terbaik. b. Bank Rakyat Indonesia Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah yang tergolong besar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank Der Inlandssche Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto. Suatu lemabaga keuangan yang melayani orang-orang kebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 desember 1895 yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun 1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan UndangUndang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. 89 Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai saat ini. Sejak didirikan tahun 1895 sampai sekarng ini Bank Rakyat Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) pada tahun 1994 sebesar Rp 6.419,8 Milyar yang meningkat menjadi Rp 8.231,1 Milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp 20.466 Milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor Inspeksi/SPI, 170 kantor cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 NewYork Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 kantor perwakilan hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 90 kantor Mobil Bank, 193 P.Point, 3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan desa. Visi yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia adalah menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Dan Misi yang dimilki oleh Bank BRI ada 3, yaitu: 1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. 2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. 3) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. c. Bank Negara Indonesia Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki oleh pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan 91 Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari pemerintah Belanda sebagi Bank Sentral pada tahun 1949. Pemerintah membatasi peranan bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955 status BNI diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tugas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai BNI 46. Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan 92 komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik setelah keberhasilan mengarungi masa-masa sulit. Sebutan Bank BNI dipersingkat menjadi BNI sedangkan tahun pendirian „46‟ digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggan Negara. Visi BNI adalah menjadi bank kebanggaan nasional yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja. Sedangkan pernyataan visi nya yaitu menjadi bank kebanggan nasional yang menwarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer. Misi BNI ada 5 poin, yaitu: 1) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama (the bank choice). 2) Meningkatkan nilai invesatsi yang unggul bagi investor. 3) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggan untuk berkarya dan berprestasi. 93 4) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial. 5) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik. d. Bank Tabungan Negara Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan dengan nama “Postspaar Bank”. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan pos. Lalu pada tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan Pos (Undang-Undang darurat tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai dengan Perpu No.4 tahun 1963 dan Undang-Undang No.4 tahun 1964. Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status hukum Bank Tabungan Negara menjadi perusahaan perseroan dan 2 tahun setelahnya Bank Tabungan Negara mendapat izin sebagai bank devisa. Pada tahun 2000 Bank Tabungan Negara ikut dalam program rekapitulasi. Pada tahun 2002 Bank BTN sebagai bank umum degan fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan. Tahun 2003 restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh. Dan di tahun 2008 Bank 94 BTN menjadi bank yang pertama di Indonesia yang melakukan pendaftaran transaksi kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing transaksi tersebut di bursa efek Indonesia pada tahun 2009. Visi yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara adalah menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan. Sedangkan misi yang diemban oleh Bank Tabungan Negara ada 5 poin, yaitu: 1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah. 2) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini. 3) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, professional dan memilki integritas yang tinggi. 4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai degan prinsip kehati-hatian dan good governance untuk meningkatkan shareholder value. 5) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan 95 B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Berikut adalah hasil statistik deskriptif penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.1: Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N KREDIT SBK NPL ROA KURS Valid N (listwise) Minimum 72 72 72 72 72 72 137401.00 .00960 .02210 .02430 8508.00 Maximum 503972.00 .01267 .11050 .04230 12151.00 Mean 285283.3889 .0110782 .0475194 .0309111 9469.5278 Std. Deviation 98526.37149 .00081237 .02490706 .00461677 808.73567 Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 sampel data yang diambil dari laporan keuangan publikasi Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Persero periode 2007 sampai dengan 2012. Berdasarkan tabel 4.1 di atas juga menunjukkan bahwa variabel terikat (dependent) JumlahPermintaan Kredit memliki nilai minimum137401 atau Rp 137,401 triliun pada bulan Januari tahun 2007 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 503972 atau Rp 503,972 triluin pada bulan Desember 2012. Nilai rata-rata (mean) Jumlah Permintaan Kredit sebesar 285283,3889 atau Rp 285,2833889 triliun dan ukuran penyebaran data dari 96 rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 98526,37149 atau Rp 98,52637149 trilun. Variabel bebas Suku Bunga Kredit memliki nilai minimum 0,0096 atau 0,96% pada bulan Juni tahun 2011 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,01267 atau 1,27% pada bulan Januari 2007. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 0,0110782 atau 1,11% dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,00081237 atau 0,081%. Variabel bebas NPL memliki nilai minimum 0,02210 atau 2,21% pada bulan Desember tahun 2012 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,11050 atau 11,05% pada bulan Februari tahun 2007. Nilai rataratanya (mean) sebesar 0,0475194 atau 0,47% dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) 0,02490706atau 2,49 %. Variabel bebas ROA memliki nilai minimum 0,02430atau 2,43% pada bulan Juni 2008 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,04230atau 4,23% pada bulan Februari 2012. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 0,0309111atau 3,09% dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) 0,00461677atau 0,46%. Variabel bebas nilai tukar rupiah dengan US Dollar (Kurs) memliki nilai minimum 8508.00 atau Rp 8.508 pada bulan Juli 2011 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 12151.00 atau Rp 12.151 pada bulan November 2008. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 9.469,5278 atau Rp 9.469,5278 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) 808,73567 atau Rp 808,73567. 97 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika residual nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji ini: c. Analisa Grafik Histogram Gambar 4.1 Histogram Sumber : Hasil output SPSS 98 Berdasarkan gambar diatas histogram Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal. d. Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Gambar 4.2 Grafik P-P Plot Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau merapat ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini berdistribusi normal.Untuk mendukung bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal maka data juga diuji dengan derajat α0,05 (5%) dengan uji kolmogorov-smirnov. 99 e. Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 72 .0000000 .97142265 .118 .050 -.118 1.004 .266 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > derajat α 0,05 (5%) atau 0,266> 0,05. b. Uji Multikolilinieritas Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF <10. Berikut adalah hasil dari uji Multikolinieritas pada tabel 4.3: 100 Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) Coefficients a Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) LnSBK .192 5.200 LnNPL .355 2.814 LnROA .317 3.151 LnKURS .646 1.549 a. Dependent Variable: LnKREDIT Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai Tolerance variabel bebas Ln Suku Bunga Kredit = 0,192 , LnNPL=0,340 , LnROA = 0,317 dan LnKurs =0,646. Sedangkan nilai VIF variabel Ln Suku Bunga Kredit = 5,200 , LnNPL=2,814 , LnROA =3,151 dan LnKurs = 1,549. Dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan tidak terjadimultikolinearitas karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. c. Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Glejser. Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan: 101 1. Metode Analisis Grafik Scatterplot Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini: Gambar 4.3 Scatterplot Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 2. Metode Glejser Selain dengan menggunakan metode grafik, deteksi heteroskedastisitas juga dapat di deteksi dengan menggunakan metode Glejser. Menurut Glejser, varian variabel gangguan nilainya tergantung dari variabel independen yang ada di dalam model. (Agus Widarjono, 2009:120). Uji Glejser dilakukan 102 dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model regersi terdapat masalah heterokedastisitas. Berikut hasil dari uji Glejser : Tabel 4.4 Uji Heterokedastisitas dengan Metode Glejser Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 2.406 1.853 LnSBK .268 .228 LnNPL -.049 .028 LnROA -.009 .090 LnKURS -.142 .115 Standardized Coefficients Beta t Sig. 1.299 .198 .320 1.176 .244 -.349 -1.746 .085 -.021 -.101 .920 -.183 -1.234 .222 a. Dependent Variable: abres Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, nilai signifikan variabel bebas Ln Suku Bunga Kredit = 0,244 , LnNPL = 0,085 , LnROA = 0,920 dan LnKurs = 0,222 . Dapat disimpukan bahwa model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas karena nilai signifikan seluruh variabel bebas > 0,05. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya kemungkinan besar akan mengandung saling 103 ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.5 Uji Durbin Watson (DW) b Model Summary Model Durbin-Watson 1 .519 a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK b. Dependent Variable: LnKREDIT Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 0,519. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah observasi (n)=72 dan jumlah variabel independen 4 (k=4) diperoleh nilai tabel dl (lower)=1,494 dan du (upper)=1,735. Oleh karena itu nilai DW=0,519 berada dibawah dl=1,494, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini: 104 1. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d 2. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d ( ( ) )( ) ( ) 3. The Cohrane-Orcutt two-step Procedures Tabel 4.6 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Coefficients a Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Beta (Constant) .001 .008 Ut_1 .741 .081 T .740 Sig. .082 .935 9.146 .000 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ pada iterasi pertama sebesar 0,741 (yaitu koefisien variabel Ut_1). Tabel 4.7 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 1.880 2.265 plnSBK_1 -.952 .377 plnNPL_1 -.480 plnROA_1 plnKURS_1 Standardized Coefficients Beta t Sig. .830 .409 -.199 -2.527 .014 .046 -.607 -10.476 .000 .668 .149 .275 4.483 .000 .709 .191 .160 3.723 .000 a. Dependent Variable: plnKREDIT_1 Sumber : Hasil output SPSS 105 Berdasarkan hasil output SPSS memberikan nilai β*2 sebesar 0,952, nilai β*3 sebesar -0,480, nilai β*4 sebesar 0,668 dan nilai β*5 sebesar 0,709 , sedangkan nilai β*1=β1(1-ρ)=(0.001)*(1-0,741)=0,000259 Tabel 4.8 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Coefficients a Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Beta (Constant) .099 .109 LagUt .986 .018 T .989 Sig. .915 .364 54.584 .000 a. Dependent Variable: ut Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ = 0,986 pada iterasi kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.9 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) Metode Durbin-Watson d Theil-Nagar d Cochrane-Orcutt Step 1 Cochrane-Orcutt Step 2 Nilai ρ 0,7405 0,74588 0,741 0,986 Sumber: Hasil output SPSS Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai ρ yang hampir sama. Untuk itu penulis memilih metode Cohrane-Orcutt Step 2 untuk mentranformasikan persamaan regresi. 106 Tabel 4.10 Pengobatan Uji Durbin Watson (DW) b Model Summary Model Durbin-Watson 1 2.157 a. Predictors: (Constant), lnKURS@, lnROA@, lnNPL@, lnSBK@ b. Dependent Variable: lnKREDIT@ Sumber : Hasil outpus SPSS Membandingkan hasil regresi persamaan asli sebelum ada transformasi dan hasil regresi setelah transformasi ternyata dapat dibandingkan . Pada persamaan asli nilai Durbin-Watson sebesar 0,519 dan terjadi autokorelasi positif, sedngkan pada tabel 4.11 menunjukkkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,157 dengan nilai n=72 dan k=4 maka diperoleh: Nilai dl=1,494 dan 4-dl=2,506 Nilai du=1,735 dan 4-du=2,265 Hasil perhitungan pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai DWtest beada pada daerah antara du dan 4-du, 1,735 < 2,157 < 2,265 maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi baik secara positif maupun negatif. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji t Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap 107 variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel 4.11 di bawah ini: Tabel 4.11 Hasil Uji t Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B a Standardized Coefficients Std. Error (Constant) 2.537 3.056 LnSBK -.952 .377 LnNPL -.480 LnROA LnKURS Beta T Sig. .830 .409 -.199 -2.527 .014 .046 -.607 -10.476 .000 .668 .149 .275 4.483 .000 .709 .191 .160 3.723 .000 a. Dependent Variable: LnKREDIT Sumber : Hasil output SPSS 1) Uji t terhadap Suku Bunga Kredit Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.11 variabel Suku Bunga Kredit (LnSBK) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t hitung Suku Bunga Kredit lebih kecil dari α (0,014 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -2,527 dan -t table sebesar -1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung <-ttabel (-2,759 <-1,66757). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Suku Bunga Kredit berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja. 2) Uji-t terhadap Non Performing Loan (NPL) Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.13 variabel Non Performing Loan (LnNPL) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t 108 hitung Non Performing Loan (LnNPL) lebih kecil dari α (0.000 < 0,05).Sedangkan nilai t- hitung X2 = -10,476 dan -t tabel sebesar -1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung < -t tabel (-10,476 < 1,66757 ). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing Loan (LnNPL) berpengaruterhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja. 3) Uji t terhadap variabel Return on Asset (ROA) Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.11 variabel Return on Asset (LnROA) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t hitung Return on Asset (LnROA) lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 4,483 dan t tabelsebesar 1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,483 > 1,66757). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Asset (LnROA) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja. 4) Uji t terhadap variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (LnKurs) Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.11 variabel LnKurs secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t hitung LnKurs lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 3,723 dan t tabelsebesar 1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (3,723 > 1,66757). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel LnKurs berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja. Berdasarkan tabel 4.11 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: 109 Y = 2.573 - 0.952LnSBK- 0,480LnNPL + 0.668LnROA + 0.709LnKURS Dimana : Y = Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja (dalam milyaran rupiah) LnSBK = Suku Bunga Kredit(dalam persentase) LnNPL = Non Performing Loan ( dalam persentase) LnROA = Return on Asset(dalam persentase) LnKURS = Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar ( dalam rupiah ) Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, apabila Ln Suku Bunga Kredit (X1), LnNPL (X2), LnROA (X3) dan LnKurs (X4), bernilai 0, maka nilai permintaan kredit (Y) adalah Rp 2.573.000.000.000 maksudnya adalah jika PT Bank Persero (sampel yang diambil), tidak ada suku bunga kredit,tidak ada non performing loan, tidak ada return on asset dan tidak ada kurs dapat dikatakan bahwa dalam periode 2007-2012 penyaluran kredit berjumlah Rp 2.573.000.000.000. 2) Suku Bunga Kredit dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, suku bunga kredit (X2) = -0,952 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% Ln suku bunga kredit (X1) akan menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit modal kerja (Y) sebesar Rp 952.000.000.Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t 110 hitung dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Nadratuzzaman Hosen (2009), Arina Krisnawati(2011), Daryanti Ningsih (2010), dan Ahmad Kholisudin (2012) yang menyimpulkan bahwa suku bunga kredit berpengaruh terhadap kredit perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya suku bunga kredit mempengaruhi masyarakat untuk mengajukan kredit pada perbankan. Jika diilustrasikan bahwa permintaan kredit sebagai produk atau barang yang diminta dan tingkat bunga kredit sebagai harga, maka dalam membahas permintaan suatu barang semakin rendah harga barang maka jumlah barang yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya semakin tinggi harga barang maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit atau berkurang. Suku bunga sensitif terhadap permintaan kredit bagi masyarakat, terlebih bagi dunia usaha sebagai penggerak sektor riil. Bagi pengusaha tingkat suku bunga menjadi pertimbangan yang wajib untuk melakukan investasi atau suatu usaha. Bagi pengusaha tingkat suku bunga menggambarkan besarnya biaya yang harus dibayarkan atas pinjaman yang diambil. Jika keuntungan yang diterima pengusaha dari kegiatan ekonomi dengan menggunakan kredit lebih besar dibandingkan dengan kewajiban atas biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga atas pinjaman maka dunia usaha akan menambah jumlah pinjaman mereka. 111 3) Pengaruh NPL dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LnNPL (X2) = -0,480 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% LnNPL (X2) akan menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit (Y) sebesar Rp 480.000.000. Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa non performing loan berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama (2010), dan Aqidah Sri Suwarsih (2008) yang meyimpukan non performing loan berpengaruh terhadap kredit. NPL mencerminkan risiko kredit.Semakin tinggi tingkat NPL makasemakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibattingginya NPL perbankan akan lebih berhati - hati (selektif) dalam menyalurkan kredit. Hal ini dikarenakan adanya potensi kredit yang tidak tertagih.Tingginya NPL akan meningkatkan premi risiko yang berdampak pada tingginya suku bungakredit. Suku bunga kredit yangterlampau tinggi akan mengurangi permintaan masyarakat akan kredit.Tingginya NPL juga mengakibatkan munculnya pencadangan yang lebihbesar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dengan demikian besarnya NPL menjadi salah satu penghambat tersalurnya kredit perbankan (Billy Arma Pratama, 2010). 112 4) Pengaruh ROA dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LnROA (X3) = 0,668 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% LnROA (X3) akan menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit modal kerja (Y) sebesar Rp 668.000.000. Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Haryani Nona (2009), Dias Satria dan Rangga Bagus Subegti (2010) yang menyimpulkan return on asset berpengaruh terhadap kredit perbankan. ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA membandingkan laba terhadap total asset (Bank Indonesia). Jika ROA suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi pengamanan asset (Dendawijaya, 2005). Semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya manajemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran kredit. Hasil ini menandakan bahwa tingkat perolehan profit atau keuntungan yang diperoleh oleh bank mampu memberikan motivasi 113 tersendiri bagi pihak bank untuk meningkatkan keuntungan atau profit dengan cara melakukan spesialisasi sektor pembiayaan tertentu (fokus penyaluran kredit) yang mampu menghasilkan keuntungan maksimal dengan tingkat resiko terendah dimana pihak bank dapat melihat dari track record pembiayaan yang telah terealisasi. Terkait dengan penjelasan tersebut, terdapat korelasi positif antara tingkat perolehan keuntungan dan kecukupan modal perbankan. Dimana nantinya perolehan keuntungan tersebut merupakan sebuah sumber pendapatan yang nantinya akan berubah menjadi modal bank dalam melakukan usahanya yakni menyalurkan (Dias Satria dan Rangga Bagus Subegti, 2010). 5) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LnKurs (X4) = 0,709 maksudnya adalah jika setiap pelemahan Rp 1LnKurs (X3) akan menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit modal kerja (Y) sebesar Rp 709.000.000.Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Kholisudin (2012) yang menyimpulkan nilai tukar berpengaruh terhadap kredit perbankan. Kredit modal kerja yang diikuti konsumsi mengalami dampak yang signifikan negatif saatterjadi volatilitas kurs, ini mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyakbergantung pada komponen impor, 114 sehingga produksi yang semakin bergantung kepadakomponen impor akan mengalami dampak dari pergerakan kurs. Kedua hal ini dapatberhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung padabahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja (Yoda Ditria dkk, 2008:188). Namun fenomena krisis yang terjadi pada Triwulan IV 2008 hingga Triwulan III 2009, indikator makro seperti nilai tukar Rp terhadap US$ cenderung melemah dan inflasi meningkat. Hal ini dapat berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Krisis dapat menyebabkan gairah usaha menurun. Maka dari itu perekonomian sektor riil harus segera digerakkan agar dampak dari krisis tidak berlanjut dan berlangsung lama. Penyaluran kredit menjadi menjadi penting, mengingat sebagian besar pembiayaan pembangunan khususnya di sebagian besar negara berkembang kredit merupakan sumber pembiayaaan utama. Pada situasi krisis, otoritas moneter dalam hal ini bank sentral cenderung untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate agar suku bunga kredit dapat turun sehingga menarik masyarakat untuk mengajukan kredit, dengan harapan untuk mempercepat masa recovery pasca krisis. Dengan demikian perekonomian sektor riil dapat bergerak dan tumbuh. Adanya krisis maka permintaan kredit perbankan mengalami peningkatan (Akhmad Kholisudin, 2012). 115 b. Uji F Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.12 di bawah ini: Tabel 4.12 Uji F b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square 8.169 4 2.042 .709 67 .011 8.877 71 F Sig. 193.003 .000 a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK b. Dependent Variable: LnKREDIT Sumber : Hasil output SPSS Berdasarkan tabel 4.12 di atas nilai Fhitung diperoleh 193,003 dengan tingkat 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung> Ftabel (193,003 > 2,51) 116 a dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (72-4) = 2,51. Dapat disimpulkan bahwa Ln Suku Bunga Kredit, LnNPL, LnROA dan LnKurs berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. c. Uji Adjusted R Square (R2adj) Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini: 117 Tabel 4.13 Uji Adjusted R Square (R2adj) b Model Summary Model 1 R .959 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square a .920 .915 .10286 a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK b. Dependent Variable: LnKREDIT Sumber :Hasil output SPSS Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,915 atau sebesar 91,5%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh, Suku Bunga Kredit (LnSBK), Non Performing Loan (LnNPL), Return on Asset (LnROA) dan Kurs (LnKurs) terhadap Jumlah Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Persero adalah 91,5%, sedangkan sisanya sebesar 8,5% (100% - 91,5%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,959 atau sebesar 95,9% yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,959> 0,5. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah 118 dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59). 119 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap analisis pengaruh suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar terhadap penyaluran kredit modal kerja, menggunakan data time series oleh PT. Bank Persero pada tahun 2007-2012. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda, dari pembahasan yang telah diuraikan di atas berdasarkan data yang penulis peroleh dari penelitian sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi ini maka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-F dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar secara simultan berpengaruh signifikan dengan probabilitas sebesar 0,000 dan F-hitung sebesar 193,003. Nilai R2 atau nilai koefisien determinasi adalah sebesar 91,5% dari variabel dependen yaitu penyaluran kredit modal kerja dapat dijelaskan oleh variabel independen suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar sedangkan sisanya yaitu sebesar 8,5% dijelaskan oleh faktor laindiluar variabel yang diteliti. 2. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-t dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga kredit,non performing loan 120 (NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja. B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa implikasi yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan oleh bank umum, akademis dan nasabah. Peneliti menyarankan untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi Perbankan Dengan adanya temuan bahwa suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah dengan US dollar berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Beberapa saran yang diajukan peneliti bagi perbankan khususnya bank persero sebagai objek penelitian antara lain : a. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mendukung penyaluran kredit perbankan. Semakin rendah suku bunga maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan, namun teralalu rendah tingkat suku bunga maka akan merugikan pihak perbankan dikarenakan pendapatan utama perbankan berasal dari bunga pemberian kredit. Bank Persero diharuskan memiliki manajemen perkreditan yang baik, agartingkat suku bunga kreditnya tetap berada dalam batas normaldengan acuan BI rete. Dengan demikian Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara optimal. 121 b. Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu faktor yang mendukung penyaluran kredit perbankan. Semakin rendah NPL maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan. Bank Persero diharuskan memiliki manajemen perkreditan yang baik, agartingkat NPLnya tetap berada dalam batas maksimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Dengan demikian Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara optimal. c. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu faktor yang memdukung penyaluran kredit perbankan. Semakin tinggi ROA maka semakin besar jumlah dana yang bias di salurkan dalam kredit. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat ROA maka semakin besar keuntungan yang di dapatkan dari pengelolaan asset nya dan keuntungan itu dapat di salurkan untuk menambahkan penyaluran kredit. Bank Persero diharuskan memiliki manajemen profitabilitas yang baik, agartingkat ROA nya tetap berada dalam batas minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 2%. Dengan demikian Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara optimal. d. Kurs merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan terutama kredit modal kerja. Melemahnya nilai tukar rupiah dengan US dollar dapat mengurangi minat nasabah kredit yang kegiatan usahanya berorientasi pada bahan baku impor. Namun sebaliknya dapat meningkatkan minat nasabah kredit yang 122 kegiatan usahanya berorientasi pada kegiatan ekspor. Bank Persero diharuskan memiliki manajemen perkreditan yang baik, agar ketika terjadi pelemahan nilai tukar tidak terjadi pengurangan penyaluran kredit yang dikarenakan nasabah hanya berorientasi pada bahan baku impor. Dengan demikian Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara optimal. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan, khususnya tentang penyaluran kredit modal kerja. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel dari faktor internal maupun eksternal bank, misalnya: capital adequacy ratio, PDB, tingkat pengangguran, BI rate,ekspor dan lainnya. 123 DAFTAR PUSTAKA Arma, Billy Pratama. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2005-2009)”. Jurnal Undip, 2010 Dendawijaya, Lukman,“Manajemen Perbankan.”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005 Ditria, Yoga, Jenni Vivian dan Indra Widjaja, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan (Periode 2002-2007)”. Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008 Case dan Fair. “ Prinsip-prinsip Ekonomi”.Erlangga, Jakarta, 2006 Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. 5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011 Haryani Nona, Gabriela. “Pengaruh CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit”. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya, 2009 Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13 No. 2, Surabaya, 2007 Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta, 2010 Husnan, Suad,“Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Keputusan Jangka Pendek.” Yogyakarta : BPFE, 1994 Hosen, M.Nadratuzzaman. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di Indonesia (Periode Januari 2004 – Desember 2008)”. Dikta Ekonomi Vol 6 No. 2 Agustus 2009 Hutagalung, Paulina Putri. A dan Inggrita Gusti Sari Nasution. “Analisis Elastisitas Permintaan Terhadap Kredit Konsumsi di Sumatra Utara (Periode 1996-2010) “. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 2, Januari 2013 Ismail.” Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah”. Edisi pertama, cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011 124 Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi 1. Cetakan 2. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir. “Pemasaran Bank”Edisi pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2004. Kholisudin, Akhmad. Determinan Permintaan Kredit Pada Bank Umum di Jawa Tengah 2006-2010,Jurnal ISSN 2252-6560. Universitas Negeri Semarang, 2012 Kementrian Keungan “Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal” 2012. Kuncoro, Mudrajad,“Manajemen Perbankan. Yogyakarta.”, BPFE, 2002 Krisnawati, Arina. “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia”. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, 2009 Lukman, Dendawijaya.” Manajemen Bank”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005. Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia),” FEUI. Jakarta, 2004 Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Bank”. Ekonisia, 2010 Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8thedition,Salemba Empat, Jakarta, 2008. Meythi, “Rasio Keuangan yang paling baik untuk memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,”Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol XI, No. 2, September, 2005. Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas Indonesia, 2006. Ningsih, Daryanti dan Idah Zuhroh. “Analisis Permintaan Kredit Investasi Pada Bank Swasta Nasional di Jawa Timur.” Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010. 125 Puspropanoto, Sawaldjo. “ Keuangan Perbankan dan Pasar Keungan: Konsep, Teori, dan Realita”.Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004 Pohan, Aulia. “ Potret Kebijakan Moneter Indonesia”. Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. 3rdedition,Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2006. Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. ZikrulHakim, Jakarta, 2008. Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Parametrik”. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012 Satria, Dias dan Rangga Bagus Subegti. “Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum Periode 2006-2009”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 14 No. 3 September 2010. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009 Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rdedition, Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2010 Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rdedition, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi, Yogyakarta, 2011. Susilo, dkk. “Bank dan Lembaga Keungan Lain”. Jakarta, Salemba Empat.2000 Sutojo, Siswanto. “ The Management Of Commercial Bank ( Manajemen Bank Umum)”.PT Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2007. Suwarsi, Aqidah Asri. “Pengaruh Loan To Asset Ratio, Rate Of Return On Loan Ratio, Capital Adiquacy Ratio, dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Pembiayaan (Studi Kasus : Bank Syariah Mandiri Tbk)”.Jurnal Universitas Muhammadiyah Magelang, 2008. Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 Undang-Undang No.4 tahun 1964 Undang-Undang No.20 tahun 1968 126 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 http://www.bi.go.id/statistikkeuangan Statistik Perbankan Indonesia, Vol.5 No.2 Januari 2007. Statistik Perbankan Indonesia, Vol.6 No.2 Januari 2008 Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 7 No.2 Januari 2009. Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 8 No.2 Januari 2010. Statistik Perbankan Indonesia, Vol.9 No.2 Januari 2011. Statistik Perbankan Indonesia, Vol.9 No.2 Januari 2012. 127 LAMPIRAN 1 : Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2007-2011 Kredit Modal TAHUN BULAN Kerja (Milyaran) Y 137,401 Jan 141,351 Feb 148,796 Mar 144,563 Apr 141,794 Mei 157,075 Jun 2007 157,621 Jul 161,865 Ags 166,374 Sep 170,788 Okt 173,875 Nov Des 188,052 175,053 Jan 177,540 Feb 184,503 Mar 190,444 Apr 199,316 Mei Jun 213,358 2008 214,318 Jul 224,665 Ags 234,563 Sep 245,055 Okt 249,595 Nov 249,782 Des 241,449 Jan 246,006 Feb 251,179 Mar 251,543 Apr 251,958 Mei 265,779 Jun 2009 Jul 260,018 263,250 Ags 261,284 Sep 261,359 Okt 264,731 Nov 269,867 Des Suku Bunga Kredit (%) X1 0.01267 0.01259 0.01241 0.01230 0.01217 0.01188 0.01188 0.01212 0.01158 0.01140 0.01137 0.01123 0.01127 0.01122 0.01112 0.01107 0.01102 0.01097 0.01099 0.01111 0.01134 0.01178 0.01210 0.01218 0.01216 0.01207 0.01204 0.01198 0.01190 0.01180 0.01181 0.01173 0.01169 0.01167 0.01158 0.01136 NPL ROA Nilai Tukar (%) X2 (%) X3 (Rp) X4 0.1083 0.1105 0.1043 0.1082 0.1076 0.1003 0.1013 0.1008 0.0868 0.085 0.0809 0.065 0.0689 0.0679 0.0559 0.0569 0.0556 0.0515 0.0511 0.0502 0.0462 0.0458 0.048 0.0374 0.043 0.0453 0.0497 0.0503 0.0513 0.0466 0.0481 0.048 0.0436 0.0449 0.0428 0.0346 0.0287 0.0305 0.0274 0.0271 0.0276 0.0267 0.0266 0.0268 0.0265 0.0268 0.0268 0.0276 0.0328 0.0324 0.0274 0.0263 0.0265 0.0243 0.0269 0.0273 0.0262 0.0265 0.026 0.0272 0.0289 0.0292 0.0274 0.0263 0.026 0.0268 0.0264 0.0264 0.0257 0.0267 0.0263 0.0272 9,090 9,160 9,168 9,118 8,828 9,054 9,168 9,410 9,137 9,103 9,376 9,419 9,291 9,230 9,217 9,234 9,318 9,225 9,118 9,153 9,378 10,995 12,151 10,950 11,355 11,980 11,575 11,713 11,340 10,225 9,920 10,060 9,681 9,545 9,480 9,400 128 BULAN 2010 2011 2012 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Kredit Modal Kerja (Milyaran) Y Suku Bunga Kredit (%) X1 222,299 221,720 256,491 256,325 259,003 273,607 272,746 312,044 309,786 309,259 322,530 333,006 313,665 318,136 332,867 336,217 346,205 365,311 371,391 384,215 396,903 394,776 364,603 407,101 389,729 397,034 410,810 417,834 441,105 461,738 457,530 446,639 461,110 463,823 472,704 503,972 0.01088 0.01085 0.01136 0.01127 0.01111 0.01107 0.01113 0.01137 0.01100 0.01103 0.01098 0.01088 0.01085 0.01083 0.00973 0.00971 0.00966 0.00960 0.01052 0.01051 0.01043 0.01039 0.01034 0.01031 0.01033 0.01032 0.01016 0.01004 0.00996 0.01000 0.00999 0.00998 0.00993 0.00994 0.00986 0.00975 NPL ROA Nilai Tukar (%) X2 (%) X3 (Rp) X4 0.0319 0.0326 0.0307 0.0314 0.0336 0.0301 0.0301 0.0309 0.0297 0.0316 0.0371 0.028 0.032 0.0328 0.0314 0.0321 0.0352 0.033 0.0337 0.0339 0.0318 0.0321 0.0299 0.0255 0.0296 0.0285 0.0273 0.0279 0.0274 0.0261 0.0266 0.0263 0.0248 0.0269 0.0242 0.0221 0.029 0.0277 0.0305 0.0295 0.0287 0.0296 0.0303 0.03 0.0302 0.0306 0.0313 0.0308 0.0332 0.0367 0.0382 0.0376 0.0359 0.038 0.0356 0.0356 0.0372 0.0367 0.036 0.036 0.0376 0.0423 0.0367 0.0359 0.0358 0.0367 0.0364 0.0364 0.0371 0.0374 0.0382 0.038 9,365 9,335 9,115 9,012 9,180 9,083 8,952 9,041 8,924 8,928 9,013 8,991 9,057 9,823 8,709 8,574 8,537 8,597 8,508 8,578 8,823 8,835 9,170 9,068 9,000 9,085 9,180 9,190 9,565 9,480 9,485 9,560 9,588 9,615 9,605 9,670 Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia 129 Lampiran 2 : Tabel Deskriptif Statistik Descriptive Statistics N KREDIT SBK NPL ROA KURS Valid N (listwise) Minimum 72 72 72 72 72 72 137401.00 .00960 .02210 .02430 8508.00 Maximum 503972.00 .01267 .11050 .04230 12151.00 Mean 285283.3889 .0110782 .0475194 .0309111 9469.5278 Std. Deviation 98526.37149 .00081237 .02490706 .00461677 808.73567 130 Lampiran 3: Tabel Model Regresi. Anova. dan Koefisien b Model Summary Model 1 R .959 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square a .920 .915 .10286 a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK b. Dependent Variable: LnKREDIT b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square F 8.169 4 2.042 .709 67 .011 8.877 71 Sig. 193.003 .000 a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK b. Dependent Variable: LnKREDIT Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) 2.537 3.056 LnSBK -.952 .377 LnNPL -.480 LnROA LnKURS Beta T Sig. .830 .409 -.199 -2.527 .014 .046 -.607 -10.476 .000 .668 .149 .275 4.483 .000 .709 .191 .160 3.723 .000 a. Dependent Variable: LnKREDIT 131 a Lampiran 4: Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 72 .0000000 .97142265 .118 .050 -.118 1.004 .266 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 132 Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi Uji Tolerance dan VIF Coefficients a Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) LnSBK .192 5.200 LnNPL .355 2.814 LnROA .317 3.151 LnKURS .646 1.549 a. Dependent Variable: LnKREDIT Uji D-W b Model Summary Model Durbin-Watson 1 .519 a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK b. Dependent Variable: LnKREDIT Pengobatan Uji D-W Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .001 .008 Ut_1 .741 .081 Standardized Coefficients Beta T .740 Sig. .082 .935 9.146 .000 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual 133 Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 a. B Std. Error (Constant) 1.880 2.265 plnSBK_1 -.952 .377 plnNPL_1 -.480 plnROA_1 plnKURS_1 Standardized Coefficients Beta T Sig. .830 .409 -.199 -2.527 .014 .046 -.607 -10.476 .000 .668 .149 .275 4.483 .000 .709 .191 .160 3.723 .000 Dependent Variable: plnKREDIT_1 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 a. B Std. Error (Constant) .099 .109 LagUt .986 .018 Standardized Coefficients Beta T .989 Sig. .915 .364 54.584 .000 Dependent Variable: ut Metode Durbin-Watson d Theil-Nagar d Cochrane-Orcutt Step 1 Cochrane-Orcutt Step 2 Nilai ρ 0,7405 0,74588 0,741 0,986 Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 2.157 a. Predictors: (Constant), lnKURS@, lnROA@, lnNPL@, lnSBK@ b. Dependent Variable: lnKREDIT@ 134 Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas Uji dengan Metode Glejser Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 2.406 1.853 LnSBK .268 .228 LnNPL -.049 .028 LnROA -.009 .090 LnKURS -.142 .115 Standardized Coefficients Beta t Sig. 1.299 .198 .320 1.176 .244 -.349 -1.746 .085 -.021 -.101 .920 -.183 -1.234 .222 a. Dependent Variable: abres 135