nur padilah - UIN Repository

advertisement
“ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, NON PERFORMING LOAN (NPL),
RETURN ON ASSET (ROA) DAN NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN US DOLLAR
TERHADAP PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK PERSERO”
(Studi kasus pada Bank Persero periode 2007-2012)
Disusun Oleh:
NUR PADILAH
NIM :
108081000143
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BINIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
“ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, NON PERFORMING
LOAN (NPL), RETURN ON ASSET (ROA) DAN NILAI TUKAR RUPIAH
DENGAN US DOLLAR TERHADAP PENYALURAN KREDIT MODAL
KERJA BANK PERSERO”
(Bank Persero periode 2007-2012)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
NUR PADILAH
NIM : 108081000143
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 19570617198503 1 002
NIP. 19740810 201101 1 001
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, 11Januari 2013 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama
: Nur Padilah
Nim
: 108081000143
Jurusan
: Manajemen
Skripsi
: Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan
Return On Asset dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank
Persero periode 2007-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11Januari 2013
1.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
(_____________________)
NIP. 19690203 2001121 1 003
2.
Ketua
Cut Erika Ananda Fatimah , SE,MBA
NIDN. 031807403
3.
(_____________________)
Sekretaris
Murdiyah Hayati, S.Kom, MM
(_____________________)
NIP. 19741003 200312 2 001
Penguji Ahli
ii
KLEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 17 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
Nama
: Nur Padilah
Nim
: 108081000143
Jurusan
: Manajemen
Skripsi
: Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan
(NPL), Return On Asset (ROA) dan Nilai Tukar Rupiah Dengan
US Dollar Terhadap Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank
Persero periode 2007-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2013
1. Herni Ali HT, SE., MM
NIDN. 0422125902
(_____________________)
Ketua
2. Ahmad Dumyathi Bashori, Dr.,
NIP. 19700106 2003 12 0 001
(_____________________)
Sekretaris
3. Ela Patriana, MM, AAAIJ
NIP. 19690528 200801 2 010
(_____________________)
Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617198503 1 002
(_____________________)
Pembimbing I
5. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
(_____________________)
Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Nur Padilah
No.Induk Mahasiswa
: 108081000143
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilih karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 23 Agustus 2012
Yang Menyatakan,
(Nur Padilah)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama
: Nur Padilah
TTL
: Tangerang, 20 Juni 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat
:Jl. Jurang Mangu Barat Kp. Jurang Mangu Rt 001/01
No.45 Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan
Pondok Aren, Tangerang Selatan 15223
No. HP
: 083873411449
e-mail
: [email protected]
Pendidikan
2008-2013
: Program Sarjana (S-1) Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
2005-2008
: SMAN 1 Pondok Aren , Tangerang
2002-2005
: SMPN 2 Pondok Aren, Tangerang
1996-2002
: SDN 1 Jurang Mangu Timur ,Tangerang
Pengalaman Bekerja
 Tim Entry Data di MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) tahun
2012
 Crew outlet Klenger Burger tahun 2011
 Magang/KKN selama 1 bulan di Koperasi UbasyadaCiputat tahun 2011
Keahlian
Komputer
: Microsoft Office (Word, Excel, Power Point)
v
ABSTRACT
Banking is a very important part in the economy; one of them is as
intermediary that is to job collect funds from the public and distribute it back in
the form of loans. This study tried to determine the factors that affect the
distribution of funding to the Bank Persero. The purpose of this research is to
determine the extent of the relationship of credit interest rate, non performing
loan, return on asset and a rate of exchange rupiah to US dollar on the size of
conventional banking financing.
The sample used in this study is the PT Bank PerseroTbk. from 2007 to
2012 by using purposive sampling. Types of data used is secondary data obtained
from published financial statements and downloaded via official website of
Indonesian Bank. The analysis method used is multiple regression with a
significance level of 5%.
The results of the analysis indicated that partially,credit interest rate, non
performing loan, return on asset and a rate of exchange rupiah to US dollar are
significant on the capital work credit. This is evidenced by sig-LnSBK 0.014 sigLnNPL 0.000 sig-LnROA 0.000 and sig-LnKURS 0.000 which is smaller than the
5% significance. Simultaneously variables ofcredit interest rate, non performing
loan, return on asset and a rate of exchange rupiah to US dollar influence the
capital work credit. This is evidenced by sig-F 0.000 which is smaller than the 5%
significance. Predictive ability of the four variables of the financing is 91.5%, as
indicated by the amount of the adjusted R-square, while the remaining 8.5% is
influenced by other factors like third-party fund, inflation, capital adequacy ratio
and export that are not included in the study variables.
Keywords : Credit Interest Rate, Non Performing Loan, Return On Asset, A
Rate Of Exchange Rupiah To US Dollar, Distribution of Capital
Work Credit and Multiple Regression.
vi
ABSTRAK
Perbankan merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian,
salah satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Penelitian ini
mencoba mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit modal
kerja pada Bank Persero. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana hubungan suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai
tukar rupiah terhadap US dollar terhadap besarnya penyaluran kredit modal kerja
pada bank umum konvensional.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Persero Tbk.
periode 2007-2012 dengan menggunakan metode purposive sampling. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang
dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi Bank Indonesia. Metode analisis
yang digunakan adalah Regresi Berganda dengan tingkat signifikansi 5%.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial suku bunga kredit,
non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar
berpengaruh signifikan terhadap kredit modal kerja. Hal ini dibuktikan dengan
nilai sig-LnSBK 0,014 sig-LnNPL 0,000 sig-LnROA 0,000 dan sig-LnKURS
0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Secara simultan variabel suku bunga
kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah terhadap US
dollar berpengaruh signifikan terhadap kredit modal kerja. Hal ini dibuktikan
dengan nilai sig-F 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan
prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap kredit modal kerja adalah 91,5%
sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square, sedangkan sisanya
8,5% dipengaruhi oleh faktor lain seperti dana pihak ketiga, inflasi, capital
adequacy ratio dan ekspor yang tidak dimasukkan ke dalam variabel penelitian
ini.
Kata kunci : Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan, Return On Asset,
Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar, Penyaluran Kredit
Modal Kerja dan Regresi berganda.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis
Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan Return On Asset dan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap US Dollar tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank
Persero (PT. Bank Persero, Tbk 2007-2012). Adapun skripsi ini diajukan guna
memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan
kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril dan materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara
khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda tercinta Muhtar dan Ibunda tercinta
Apsah, yang senantiasa memberi banyak bantuan baik moril dan materil
hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT
memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan
semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Aamiin.
viii
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.
3.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty,
SE,M.Si selaku Wadek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Wadek II FEB,
dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Wadek III FEB, yang telah
memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, selaku Ketua Jurusan Manajemen, Ibu
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen dan
Bapak Dr. Suhendra, S.Ag.,MM selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk berkarya.
5.
Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu, semoga amal baktinya
dijadikan amalan sholeh. Aamiin.
6.
Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska,
Pak Ismet, Ibu Umi, Mas Heri, yang telah membantu penulis dalam mengurus
kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7.
Kakak-kakak ku tercinta Hasbi dan Haris yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis. Semoga kalian bisa mencapai cita-cita yang diinginkan.
8.
Keluarga besar penulis yang senantiasa menanti kelulusan saya, terimakasih
atas doa, semangat dan motivasi yang selalu diberikan. Sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
9.
Sahabatku Arie Fajarwati, Hasan Arrafi, Ali Fasihi, Suratman, Arief Rahman
Hakim, Hendi Setiawan, Hafidz Setia Kurniawan, Qonitia Lutfiah, Permana
Sukma, Nurdin Rohendy, Paraditya Unggul Yudhanto yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, serta selalu ada dalam
keadaan susah dan senang. Semoga persahabatan kita tidaka akan pernah ada
akhir. Aamiin.
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen D 2008,Arya, Bojes, Helmi, Ervan,
Vai, Bos, Sofyan, Doris, Ade, Maul, Septian, Hafidz Basyir, Bopeng,
ix
Rayhan, Inggrit, Dian, Levy, Vita. Tanpa mengurangi rasa persahabatan
penulis tidak bisa menyebutkan satu per satu, semoga ukhuwah kita tetap
terjaga.
11. Teman-teman Manajemen Perbankan A 2008, Agus, Habibi, Sadad, Lutfi,
Hendra, Roby, Icham dan lainnya. Tanpa mengurangi rasa persahabatan
penulis tidak bisa menyebutkan satu per satu, semoga ukhuwah kita tetap
terjaga.
12. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, semoga
mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari Allah SWT.
Atas segala kontribusinya, penulis mendoakan semoga mendapat balasan
dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini, akan tetapi
semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 23 Agustus 2013
Nur Padilah
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..........................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
v
ABSTRACT .....................................................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 24
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 25
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 27
A. Landasan Teori ........................................................................... 27
1. Pengertian Bank ...................................................................... 27
2. Kegiatan Bank......................................................................... 27
3. Jenis dan Sumber Dana Bank ................................................. 29
4. Kredit Perbankan .................................................................... 31
5. Suku Bunga ............................................................................ 43
6. Non Performing Loan (NPL) .................................................. 50
7. Return On Aseet (ROA) . ....................................................... 51
xi
8. Nilai Tukar ............................................................................. 53
B. Keterkaitan antar Variabel ........................................................... 55
C. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 60
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 65
E. Hipotesis ........................................................................................ 67
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 70
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 70
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 70
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 71
D. Metode Analisis ............................................................................ 71
E. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 80
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 84
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................................. 84
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ....................... 84
2. Bank Persero di Indonesia ......................................................... 85
B. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 96
1. Analisis Deskriptif..................................................................... 96
2. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 98
3. Pengujian Hipotesis ................................................................... 107
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 120
A. Kesimpulan ................................................................................... 120
B. Implikasi ........................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124
LAMPIRAN .................................................................................................... 128
xii
DAFTAR TABEL
No
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
Keterangan
Halaman
Perkembangan Kredit Modal Kerja ...................................................
Suku Bunga Kredit Modal Kerja ........................................................
Non Performing Loan ...........................................................................
Return On Asset ....................................................................................
Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar ...............................................
Hasil penelitian terdahulu ....................................................................
Hasil Statistik Deskriptif ......................................................................
Hasil uji normalitas dengan kolmogorov-smirnov ............................
Hasil uji multikolineritas dengan nilai Tolerance dan VIF ..............
Hasiluji heteroskedastisitas ..................................................................
Hasil Uji Durbin Watson ......................................................................
Pengobatan uji Durbin Watson ...........................................................
Pengobatan uji Durbin Watson ...........................................................
Pengobatan uji Durbin Watson ...........................................................
Pengobatan uji Durbin Watson ...........................................................
Pengobatan uji Durbin Watson ...........................................................
Hasil uji t ................................................................................................
Hasil uji F ...............................................................................................
Hasil uji adjusted R square (R2adj) ......................................................
xiii
5
11
12
15
18
60
96
100
101
103
104
105
105
106
106
107
108
116
118
DAFTAR GAMBAR
No
1.1
2.1
4.1
4.2
4.3
Keterangan
Halaman
Perkembangan Jumlah Kredit Berdasakan Kelompok Bank ..........
Kerangka pemikiran .............................................................................
Hasil uji normalitas dengan histogram ...............................................
Hasil uji normalitas dengan grafik P-Plot ..........................................
Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot .................................
xiv
3
64
98
99
102
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan
Halaman
Data-data variabel penelitian dari tahun 2007-2012 ........................... 128
Deskriptif Statistik .................................................................................. 130
Model Regresi, Anova, dan Koefisien ................................................... 131
Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 132
Hasil Uji Multikolinearitas dan autokorelasi ....................................... 133
Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 135
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan
dalam bidang perekonomian suatu Negara (khususnya bidang pembiayaan
perekonomian). Hal tersebut berdasarkan fungsi utama perbankan yang
merupakan lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus of
fund) dengan pihak yang membutuhkan dana (lack of fund), dimana
masyarakat yang kelebihan dana dapat menyalurkan dananya untuk masyarakat
lain yang membutuhkan dana, baik untuk proses produksi maupun konsumsi
agar dapat tercipta pemerataan dan pembangunan nasional(Nursaniah, 2012:1).
Pertumbuhan jumlah bank yang cepat yang dimulai dari tahun 1980-an
ternyata membawa perekonomian Indonesia kesuatu tahapan baru dalam
perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana
masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat
besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator
kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan, telah berubah menjadi sektor
yang berpengaruh terhadap perekonomian. (Sigit Triandaru dan Totok Budi
Santoso:2009:17)
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah
memorak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank
yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai
akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha
1
besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya
kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan
kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank
dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk
mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat
berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang
besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan
biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang
menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. (Rivai Veithzal dan
Veithzal Andria 2007:10)
Menurut Kasmir (2003:5) fungsi utama perbankan adalah menghimpun
dana (uang) dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit
(pinjaman) guna untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Kegiatan bank
dalam penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling besar adalah dalam
bentuk kredit. Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva
produktif yang terbesar dalam memberikan pendapatan dibanding aktiva
produktif lainnya.
Menurut undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, kredit
yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam
antara pihak bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan
2
keuangan di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, tidak terlepas dari
besarnya kemampuan perbankan dalam memberikan kredit (lending capacity)
yang disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penghimpunan simpanan
masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang menjadi sumber dana
pemberian kredit. Krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 tersebut
selanjutnya menimbulkan situasi yang berbalik yaitu menurunnyadana pihak
ketiga(DPK) yang kemudian diikuti oleh menurunnya secara cepat lending
capacity perbankan. Kondisi pertumbuhan kredit tersebut di atas sejalan
dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia dimana sebelum krisis ekonomi
dan keuangan tahun 1997 menunjukan angka pertumbuhan sebesar 7% - 8%,
selanjutnya pada periode setelah krisis (tahun 1999-2004) perekonomian
Indonesia hanya mampu tumbuh 3% - 5%. (Sumber:www.bi.go.id)
Grafik 1.1
Perkembangan Jumlah Kredit Berdasakan Kelompok Bank
Sumber: Statistik Perbankan Inonesia (SPI)
Berdasrkan Grafik 1.1 menunjukan bahwa adanya persaingan yang
semakin ketat antar bank besar. Struktur konsentrasi aset praktis tidakberubah
selama tahun 2007-2009. Kenaikan aset 10 bank besar yang menggerakkan
perubahan aset perbankan nasional. Persaingan di pasar kredit utamanya oleh
3
10 bank besar diharapkan akan mendorong suku bunga kredit bergerak turun
merespon BI rate yang sudah ditingkat 6,5% pada bulan Mei 2010.Selama
tahun 2010, perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar
Rp57,3 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8% dibandingkan pencapaian laba tahun
sebelumnya yang mencapai Rp 45,2 triliun. Sebagian besar laba perbankan
dihasilkan oleh kelompok Bank Persero sebesar 39,7% dan swasta sebesar
36,8%. Relatif tingginya pencapaian laba tahun ini selain disebabkan oleh
pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, juga disebabkan spread suku bunga
yang melebar.Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8% dari Rp
1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 1.765,8 triliun pada tahun 2010.
Sepanjang tahun 2008, pertumbuhan kredit meningkat sangat tajam yaitu
sekitar Rp 305 triliun. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi Perkembangan
Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang mengalami kenaikan sebesar Rp 247
triliun, perkembangan ini merupakan pembalikan dari apa yang terjadi selama 8
bulan pertama tahun 2008 yang sangat keringdan hanya menghasilkan kenaikan
sebesar Rp 12 triliun, sedangkan empat bulan terakhir mengalami kenaikan
sebesar Rp 235 triliun. Secara keseluruhan masih terjadi “cashflow defisit”
sebesar Rp 58 triliun. Namun dengan adanya penurunan GWM pada bulan
oktober 2008, perkembangan likuiditas perbankan dirasakan memadai.
Sedangkan pada tahun 2009 banyak bank-bank yang membuat strategi
agar dapat meningkatkan pertumbuhan kredit, salah satu Bank Persero seperti
Bank Mandiri. Direksi PT Mandiri Tbk optimis, pertumbuhan 2010 akan lebih
baik dari 2009. Sehingga, Bank Mandiri akan menggenjot penyaluran kredit
4
dengan meningkatkan pemberian kredit di setiap lini. Di kredit korporasi,
mereka akan memperbesar ke sektor makanan, pupuk, dan infrastruktur. Bank
Mandiri juga akan meningkatkan penyaluran kredit di sektor mikro yang pada
tahun 2009 telah menyalurkan dana Rp 4,4 triliun atau tumbuh 22,9%. (Sumber:
www.bi.go.id).
Kredit modal kerja memiliki keterkaitan langsung dengan sektor riil
karena kredit modal kerja yang diberikan bank langsung ditujukan kepada
kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah. Kondisi
perekonomian yang kondusif memberikan peluang peningkatan usaha sehingga
penawaran akan kredit diantaranya kredit modal kerja akan meningkat seiring
peningkatan permintaan dana untuk perndirian dan peningkatan kegiatan
usaha.
Tabel 1.1
Perkembangan Kredit Modal Kerja
(Dalam Milyaran Rupiah)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2007
2008
137.401 175.053
141.351 177.540
148.796 184.503
144.563 190.444
141.794 199.316
157.075 213.358
157.621 214.318
161.865 224.665
166.374 234.563
170.788 245.055
173.875 249.595
188.052 249.782
Sumber : Bank Indoneisa
2009
2010
2011
2012
241.449
246.006
251.179
251.543
251.958
265.779
260.018
263.250
261.284
261.359
264.731
269.867
222.299
221.720
256.491
256.325
259.003
273.607
272.746
312.044
309.786
309.259
322.530
333.006
313.665
318.136
332.867
336.217
346.205
365.311
371.391
384.215
396.903
394.776
364.603
407.101
389.729
397.034
410.810
417.834
441.105
461.738
457.530
446.639
461.110
463.823
472.704
503.972
5
Berdasarkan
tabel 1.1 dapat diketahui bahwa secara umum jumlah
kredit moda kerja bergerak cenderung terus meningkat, jumlah kredit modal
kerja tertingi pada bulan bulan Desember 2012 yaitu sebesar Rp 503,972
triliun, sementara jumlah kredit modal kerja terendah pada bulan Januari 2007
yakni Rp 137,401 triliun.
Pada tahun 2007 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember
yaitu Rp 188,052 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Januari yaitu Rp 137,401 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja
cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun, hanya saja
pada bulan Maret Rp 148,796triliun meuju bulan April terjadi penurunan
menjadi Rp 144,563 triliun dan kembali turun di bulan berikutnya Mei menjadi
Rp 141,794 triliun. Setelah itu terus mengalami peningkatan hingga akhir
tahun.
Pada tahun 2008 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember
yaitu Rp 249,782 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Januari yaitu Rp 175,053 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja
cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun hanya saja
terjadi penurunan pada bulan September Rp 234,563 trilun dari bulan
sebelumnya Agustus Rp 224,665 triliun.
Pada tahun 2009 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember
yaitu Rp 269,867 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Januari yaitu Rp 241,449 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja
cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun hanya saja
6
terjadi penurunan pada bulan Juli Rp 260,018 triliun dari bulan sebelumnya
Juni Rp 265,779 triliun.
Pada tahun 2010 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember
yaitu Rp 333,006 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Februari yaitu Rp 221,720 triliun. Bulan Januari jumlah kredit modal kerja Rp
222,299 triliun, kemudian menurun bulan Februari Rp 221,720triliun. Setelah
itu jumlah kredit modal kerja cenderung meningkat di bulan-bulan berikutnya,
hanya di bulan Juni ke bulan Juli terjadi penurunan yakni dari Rp 273,607 ke
Rp 272,746 triliun.
Pada tahun 2011 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember
yaitu Rp 407,101 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Januari yaitu Rp 313,665 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja terus
meningkat dari bulan Januari Rp 313,665 triliun hingga bulan September Rp
396,903 triliun, namun mengalami penurunan pada bulan Oktober Rp 394,776
triliun ke bulan November Rp 364,603 triliun. Kemudian kembali mengalami
peningkatan pada bulan Desember Rp 407,101 triliun.
Pada tahun 2012 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember
yaitu Rp 503,972 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Januari yaitu Rp 397,034 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja terus
meningkat dari bulan Januari Rp 389,729 triliun hingga Juni Rp 461,738
triliun, namun mengalami penurunan pada bulan Juli Rp 457,530 triliun ke
bulan Agustus Rp 446,639 triliun. Kemudian kembali mengalami peningkatan
hingga bulan Desember Rp 503,972 triliun.
7
Namun demikian, kredit juga merupakan salah satu faktor rapuhnya
usaha perbankan apabila kredit tersebut dinyatakan bermasalah, dimana kredit
masalah ini akan mengakibatkan kerugian pada bank. Yaitu kerugian karena
tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan
bunga yang tidak dapat diterima. Hal ini pula akan berimplikasi pada
pengelolaan dana pihak ketiga (DPK) yang merupakan kegiatan penghimpunan
dana dan kredit bermasalah yang merupakan risiko dari kegiatan penyaluran
dana.(Ismail, 2009:224).
Menurut Selamet Riyadi (2006:67) bagi sebuah bank, sebagai suatu
lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan
persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa tidak
dapat berfungsi sama sekali, dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank
ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.
Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam
perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti
ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking for
Internasonal Settelement atau disingkat BIS yang berkantor pusat di Jeneva,
Swiss, yaitu besar Capital Aequaty Ratio adalah 8%. Namun demikian setiap
negara
diperkenankan
melakukan
penyesuaian-penyesuaian
dalam
penerapannya dengan memperhatikan kondisi perbankan di negara yang
bersangkutan.
Krisis ekonomi nasional yang dimulai dari pertengahan 1997 dan akhir
2005 masih sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masayarakat. Bahkan sampai
8
saat sekarang ini krisis yang bersifat multidimensional dapat melumpuhkan
hampir semua sektor, baik sektor moneter maupun sektor riil. Untuk mengatasi
krisis tersebut berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah, seperti
penurunan suku bunga dan mempertahankan inflasi, agar relatif rendah.
Walaupun berbagai kebijakan telah dibuat, namun dampak perubahan positif
belum begitu banyak mempengaruhi daya beli masyarakat. Perubahan suku
bunga yang telah disosialisasikan tersebut oleh berbagai lembaga pembiayaan
bank atau non bank berpengaruh terhadap perubahan harga barang yang
dikonsumsi oleh masyarakat. (Aryaningsih:2008).
Menurut
Aulia Pohan (2008:53) Perkembangan tingkat bunga yang
tidak wajar secara langsung dapat menggangu perkembangan perbankan. Suku
bunga yang tinggi, disatu sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk
menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu,
disisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan
oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi didalam
negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan
dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan
juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi
persoalan adalah kemana dana itu akan disalurkan.
Sebaliknya, tingkat bunga yang relatif terlalu rendah dibandingkan
dengan tingkat bunga luar negeri, di satu sisi, akan mengurangi hasrat
masyarakat untuk menabung dan mendorong pengaliran dana keluar negeri
sehinnga bank-bank akan mengalami kesulitan dalam menghimpun dana,
9
namun, di sisi lain, tingkat bunga yang rendah tadi akan mendorong kegiatan
produksi dan investasi. Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang relatif
mengakibatkan permintaan akan kredit perbankan juga meningkat. Dalam
keadaan demikian, yang menjadi persoalan bagi perbankan adalah mereka
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dana dunia usaha. dapat
ditambahkan, kecepatan dan ketepatan pelayanan perbankan juga merupakan
faktor penting yang menentukan permintaan akan kredit. (Aulia Pohan, 2008:53)
Menurut Siswanto Sutojo, (2007:86) Suku bunga kredit merupakan
sumber pendapatan terbesar bank, serta mempunyai peranan penting dalam
penentuan profitabilitas kegiatan pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga
kredit merupakan salah satu sarana bank untuk memenangkan persaingan di
pasar. Oleh karena bunga kredit merupakan bagian terbesar penghasilan bank,
jumlah penghasilan bunga harus dapat menutup biaya yang ditanggung bank
(termasuk biaya pengadaan dana kredit, serta konstribusi biaya overhead dan
biaya tetap yang lain), serta menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana
kredit dari pasar uang memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga
kredit. Suku bunga kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di
pasar uang dan pasar modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada
kredit, melainkan juga pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi
kredit juga menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu
kredit, maka akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor
10
Table 1.2
Suku Bunga Kredit Modal Kerja
(Dalam Persentase)
Tahun
Suku Bunga
2007
13,47
Sumber : Bank Indonesia
2008
14,61
2009
13,63
2010
13,06
2011
12,37
2012
11,70
Berdasarkan table 1.2 pergerakan tingkat suku bunga kredit modal kerja
bergerak fluktuatif namun cenderung menurun, hanya saja di tahun 2008 terjadi
peningkatan dari tahun sebelumnya 2007 yakni dari 13,47% menjadi 14,61%.
Bila dilihat dari nilai awal tahun 2007 dan nilai akhir tahun 2012 terjadi
penurunan yang signifikan yakni dari 15,20% menjadi 11,70%.
Persaingan yang semakin kompetitif antar perbankan menyebabkan
semakin rendahnya tingkat pengendalian dan pengawasan internal maupun
eksternal terhadap penyaluran kredit pada bank. Hal tersebut cenderung
mengakibatkan naiknya jumlah kredit bermasalah yang menimbulkan
kekhawatiran di kalangan pelaku perbankan. Selain rendahnya kualitas
pengawasan kredit, kredit bermasalah juga dipicu oleh banyaknya nasabah
yang tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada
bank sebagaimana yang telah dijanjikan. Hal ini terjadi karena tidak semua
nasabah memiliki karakter bisnis yang sama satu dengan yang lain. Dalam
kenyataannya ada nasabah yang sukses dalam mengelola bisnis namun ada
pula yang gagal. Tingginya kredit bermasalah akan menuntut bank untuk
menyediakan alokasi dana lain sebagai cadangan menutup kerugian tersebut
dan bank akan mengurangi penyaluran kredit berikutnya. Kondsi seperti ini
menyebabkan tingkat kredit macet pada bank melebihi ambang batas aman yang
11
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 5%. Tingkat kredit macet yang
dialami oleh bank dapat dilihat dari rasio keuangannya yakni pada rasio Non
Performing Loan (NPL).
Menurut Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL)
atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang
diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2003) “kredit
macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah
mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal
yang diperjanjikannya”.
Tabel 1.3
Perkembangan Non Performing Loan
(Dalam Persen)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2007
10,83
11,05
10,43
10,82
10,76
10,03
10,13
10,08
8,68
8,50
8,09
6,50
2008
6,89
6,79
5,59
5,69
5,56
5,15
5,11
5,02
4,62
4,58
4,80
3,74
2009
4,30
4,53
4,97
5,03
5,13
4,66
4,81
4,80
4,36
4,49
4,28
3,46
2010
3,19
3,26
3,07
3,14
3,36
3,01
3,01
3,09
2,97
3,16
3,71
2,80
2011
3,20
3,28
3,14
3,21
3,52
3,30
3,37
3,39
3,18
3,21
2,99
2,55
2012
2,96
2,85
2,73
2,79
2,74
2,61
2,66
2,63
2,48
2,69
2,42
2,21
Sumber : Bank Indonesia
12
Berdasarkan
tabel 1.3 dapat diketahui bahwa secara umum NPL
bergerak secara fluktuatif. NPL tertingi pada bulan bulan Februari 2007 yaitu
sebesar 11,05%, sementara NPL terendah pada bulan Desember 2012 yaitu
2,21%.
Pada tahun 2007 NPL tertinggi pada bulan Februari yaitu 11,05%,
sedangkan nilai terendah pada bulan Desember yaitu 6,5%. Penurunan NPL
cenderung terus terjadi mulai Maret sampai akhir tahun hanya saja pada bulan
Juni terjadi kenaikan NPL dari 10,03% menjadi 10,13%.
Tahun 2008 NPL tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 6,89%
sedangkan terendah 3,74% pada bulan Desember. Penurunan NPL juga
cenderung terjadi di tahun ini mulai awal tahun hingga akhir tahun, hanya saja
terjadi kenaikan pada bulan April yakni dari 5,59% menjadi 5,69% dan juga
pada bulan November yakni dari 4,58% menjadi 4,80%.
Tahun 2009 NPL tertinggi bulan Mei senilai 5,13%, sedangkan nilai
terndah 3,46% pada bulan Desember, pada bulan Januari NPL bernilai 4,3%
dan meningkat 4,53 % bulan Februari 4,97% bulan Maret 5,03% bulan April
5,13% bulan Mei. Pada bulan Juni mengalami penurunan senilai 4,66%, bulan
Juli meningkat senilai 4,81%, dan bulan Agustus turun senilai 4,80%, dan
menurun 4,36% pada bulan September 4,49% bulan Oktober. Sedangkan
November menurun dengan nilai sebesar 4,28%, dan bulan Desember 3,46%.
Tahun 2010 NPL tertinggi Mei bernilai 3,36% sedangkan nilai terendah
bulan Desember 2,80%, NPL bulan Januari bernilai 3.19% dan naik 3,26%
pada bulan Februari, pada bulan Maret turun 3,07%, meningkat pada bulan
13
April bernilai 3,14% dan 3,36% dibulan Mei, kemudian menurun pada bulan
Juni bernilai 3,01% dan bertahan bulan Juli 3,01%. Meingkat kembali bulan
Agustus menjadi 3.09% lalu menurun bulan berikutnya menjadi 2,97% bulan
September. Bulan Oktober dan November meningkat masing-masing 3,16%
dan 3,71% kemudian Desember turun menjadi 2,8%.
Tahun 2011 NPL tertinggi bulan Januari 2,96% , sedangkan nilai
terendah bulan Desember 2,21%. NPL bulan Januari bernilai 3,20% dan naik
3,28% pada bulan Februari, bulan Maret 3,14%, naik pada bulan April
3,21%, pada bulan Mei 3,52% dan Juni turun dengan nilai 3,3%, kemudian
naik 3,37% dibulan Juli, 3,39% bulan Agustus, kmudian turun pada bulan
September bernilai 3,18 %, kemudian naik 3,21% bulan Oktober dan bulan
November turun menjadi 2,99% dan 2,55% pada bulan Desember.
Tahun 2012 NPL tertinggi bulan Mei 3,52% , sedangkan nilai terendah
bulan Desember 2,55%. NPL bulan Januari bernilai 2,96% dan 2,85% pada
bulan Februari, bulan Maret 2,73%, naik pada bulan April 2,79%, pada
bulan Mei turun 2,74% dan Juni turun dengan nilai 2,61%, kemudian naik
2,66% dibulan Juli, turun bulan Agustus 2,63%, kemudian turun pada bulan
September bernilai 2,48%, kemudian naik 2,69% bulan Oktober dan bulan
November turun menjadi 2,42% dan 2,21% pada bulan Desember.
Selain NPL ada rasio lain yang diduga mempengaruhi besarnya
penyaluran kredit kepada masyarakat yakni Return on Asset (ROA) yang
mewakili tingkat profitabilitas bank. Semakin besar tingkat keuntungan (ROA)
yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya manajemen
14
menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang
menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain
itu semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif
dalam mengelola asetnya (Wuri,2012). Pergerakan ROA yang fluktuatif
cenderung semakin membaik dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya
penyaluran kredit.
Tabel 1.4
Perkembangan Return on Asset
(Dalam Persen)
2007
2008
Bulan
2,87
3,28
Januari
3,05
3,24
Februari
2,74
2,74
Maret
2,71
2,63
April
2,76
2,65
Mei
2,67
2,43
Juni
2,66
2,69
Juli
2,68
2,73
Agustus
2,65
2,62
September
2,68
2,65
Oktober
2,68
2,60
November
2,76
2,72
Desember
Sumber : Bank Indoneisa
Berdasarkan
2009
2,89
2,92
2,74
2,63
2,60
2,68
2,64
2,64
2,57
2,67
2,63
2,72
2010
2,90
2,77
3,05
2,95
2,87
2,96
3,03
3,00
3,02
3,06
3,13
3,08
2011
3,32
3,67
3,82
3,76
3,59
3,80
3,56
3,56
3,72
3,67
3,60
3,60
2012
3,76
4,23
3,67
3,59
3,58
3,67
3,64
3,64
3,71
3,74
3,82
3,80
tabel 1.4 dapat diketahui bahwa secara umum ROA
bergerak secara fluktuatif ROA tertingi pada bulan bulan Februari 2012 yaitu
sebesar 4,23%, sementara ROA terendah pada bulan Juni 2008 yaitu 2,43%.
Pada tahun 2007 ROA tertinggi bulan Februari 3,03%, sedangkan nilai
terendah bulan September 2,65%. Bulan Januari 2,87% meninggat bulan
Februari 3,05% menurun bulan Maret 2,74%, kembali menurun bulan April
2,71% lalu meninggat dibulan Mei 2,76%, kembali meurun dibulan Juni 2,67%
15
dan Juli 2,66%, lalu meningkat dibulan Agustus 2,68% kembali menurun bulan
September 2,65%, kemudian terus meningkat dibulan Oktober 2,68%
November 2,68% dan Desember 2,76% .
Pada tahun 2008 ROA tertinggi bulan Januari 3,28%, sedangkan nilai
terendah bulan Juni 2.43%. Bulan Januari 3,28% kemudian menurun bulan
Februari 3,24% bulan Maret 2,74% bulan April 2,63%, namun meningkat
dibulan Mei 2,65%, lalu kembali menurun dibulan Juni 2,43% kemudian
meningkat bulan Juli 2,69% dan bulan Agustus 2,73%, kemudian kembali
menurun bulan September 2,62% dan meningkat bulan Oktober 2,65%, lalu
kembali menurun bulan November 2,60% dan meningkat bulan Desember
2,72%.
Pada tahun 2009 ROA tertinggi bulan Februari 2,92%, sedangkan nilai
terendah bulan September 2,57%.
Bulan Januari 2,89% meningkat bulan
Februari 2,92% meurun dibulan Maret 2,74% bulan April 2,63% bulan Mei
2,60%, lalu meningkat dibulan Juni 2,68% kembali menurun dibulan Juli
2,64% bulan Agustus sama seperti bulan sebelumnya 2,64%, kemudian
kembali menurun dibulan September 2,57% Oktober dan kembali meningkat
dibulan November 2,63% dan bulan Desember 2,72%.
Pada tahun 2010 ROA tertinggi bulan November 3,13%, sedangkan
nilai terendah bulan Februari 2,77%. Bulan Januari 2,90% menurun dibulan
Februari 2,77%, lalu meningkat dibulan Maret 3,05% kembali menurun
dibulan April 2,95% bulan Mei 2,87%, kemudian meningkat dibulan Juni
3,03% bulan Juli memiliki nilai yang sama dengan bulan sebelumnya yakni
16
3,03%, kemudian menurun dibulan Agustus 3,00% lalu kembali meningkat
dibulan September 3,02% bulan Oktober 3,06% dan bulan November 3,13%,
namun kembali menurun dibulan Desember 3,08% .
Pada tahun 2011 ROA tertinggi bulan Maret 3.82%, sedangkan nilai
terendah bulan Januari 3.32%. Bulan Januari 3,32% meningkat dibulan
Februari 3,67% bulan Maret 3,82%, lalu menurun dibulan April 3,76% bulan
Mei 3,59% lalu kembali meningkat dibulan Juni 3,80%, kemudian menurun
dibulan Juli 3,56% dan tidak berubah dibulan Agustus 3,56%, kemudian
meningkat dibulan September 3,72% lalu kembali menurun dibulan Oktober
3,67% bulan November 3,60% dan tidak berubah dibulan Desember 3,60%.
Pada tahun 2012 ROA tertinggi bulan Februari 4,32%, sedangkan nilai
terendah bulan Mei 3.58%. Bulan Januari 3,76% meningkat dibulan Februari
4,23% lalu menurun dibulan Maret 3,67% bulan April 3,59% bulan Mei 3,58%
kemudian kembali meningkat dibulan Juni 3,67%, lalu menurun dibulan Juli
3,64% dan tidak berubah dibulan Agustus 3,64%, kemudian meningkat dibulan
September 3,71% bulan Oktober 3,74% bulan November 3,82% dan meurun
dibulan Desember 3,80%.
Hal lain yang juga mempengaruhi jumlah penyaluran kredit modal
kerja adalah nilai tukar rupiah dengan US dollar. Hal ini karena kredit modal
kerja digunakan untuk pendirian usaha, modal usaha termasuk penyediaan
bahan baku. Bahan baku produksi masih banyakbergantung pada komponen
impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepadakomponen impor
akan
mengalami
dampak
dari
pergerakan
kurs.
Kedua
hal
ini
17
dapatberhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi
sangat bergantung padabahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti
dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja
(Yoda Ditria dkk, 2008:188). Atau dengan kata lain, jika bahan baku sudah
tidak terlalu bergantung kepada komponen impor, tetapi hasil produksi
merambah ke kegiatan ekspor maka ketika kurs bergerak naik atau terjadi
depresiasi nilai tukar maka akan meningkatkan permitaan akan pinjaman
modal kerja guna meningkatkan produksi.
Tabel 1.5
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar
(Dalam Rupiah)
2007
Bulan
9.090
Januari
9.160
Februari
9.168
Maret
9.118
April
8.828
Mei
9.054
Juni
9.168
Juli
9.410
Agustus
9.137
September
9.103
Oktober
9.376
November
9.419
Desember
Sumber : Bank Indonesia
2008
9.291
9.230
9.217
9.234
9.318
9.225
9.118
9.153
9.378
10.995
12.151
10.950
2009
11.355
11.980
11.575
11.713
11.340
10.225
9.920
10.060
9.681
9.545
9.480
9.400
2010
9.365
9.335
9.115
9.012
9.180
9.083
8.952
9.041
8.924
8.928
9.013
8.991
2011
9.057
9.823
8.709
8.574
8.537
8.597
8.508
8.578
8.823
8.835
9.170
9.068
2012
9.000
9.085
9.180
9.190
9.565
9.480
9.485
9.560
9.588
9.615
9.605
9.670
Berdasarkan tabel 1.5 dapat diketahui bahwa secara umum nilai tukar
bergerak secara fluktuatif nilai tukar tertingi pada bulan bulan November 2008
Rp 12.151 yaitu sebesar Rp 12.151 sementara nilai tukar terendah pada bulan
Juli 2011 yaitu Rp 8.508. Dapat dilihat juga bahwa nilai tukar rupiah tehadap
US dollar cenderung melemah selama periode penelitian dikarenakan terjadi
18
krisis yakni tahun 2008-2009, lalu kembali menguat di tahun 2010-2011
namun kembali melemah di tahun 2012.
Pada tahun 2007 nilai tukar tertinggi bulan Desember Rp 9.419,
sedangkan nilai terendah bulan Mei Rp 8.828. Bulan Januari Rp 9.090
kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.160 bulan Maret Rp 9.168, lalu
menguat dibulan April Rp 9.118 bulan Mei Rp 8.828, kemudian melemah
dibulan Juni Rp 9.054 bulan Juli Rp 9.168 bulan Agustus Rp 9.410, kemudian
menguat kembali dibulan September Rp 9.137 bulan Oktober Rp 9.103 dan
kembali melemah dibulan November Rp 9.376 dan bulan Desember Rp 9.419.
Pada tahun 2008 nilai tukar tertinggi bulan November Rp 12.151,
sedangkan nilai terendah bulan Juli Rp 9.118 . Bulan Januari Rp 9.291
kemudian menguat dibulan Februari Rp 9.230 bulan Maret Rp 9.217 lalu
melemah dibulan April Rp 9.234 bulan Mei Rp 9.318, kemudian menguat
kembali dibulan Juni Rp 9.225 bulan Juli Rp 9.118, lalu kembali melemah
dibulan Agustus Rp 9.153 bulan September Rp 9.378 bulan Oktober Rp10.995
bulan November Rp 12.151, lalu kembali menguat dibulan Desember Rp
10.950.
Pada tahun 2009 nilai tukar tertinggi bulan Februari Rp 11.980,
sedangkan nilai terendah bulan Desember Rp 9.400. Bulan Januari Rp 11.355
kemudian melemah dibulan Februari Rp 11.980, menguat dibulan Maret Rp
11.575, kembali melemah dibulan April Rp 11.713, menguat dibulan Mei Rp
11.340 bulan Juni Rp 10.225 bulan Juli Rp 9.920, kemudian melemah
19
dibulanAgustus Rp 10.060, lalu menguat dibulan September Rp 9.681 bulan
Oktober Rp 9.545 bulan November Rp 9.480 dan bulan Desember Rp 9.400.
Pada tahun 2010 nilai tukar tertinggi bulan Januari Rp 9.365,
sedangkan nilai terendah bulan September Rp 8.924. Bulan Januari Rp 9.365
kemudian menguat dibulan Februari Rp 9.335 bulan Maret Rp 9.115 bulan
April Rp 9.012, lalu melemah dibulan Mei Rp 9.180, kembali menguat dibulan
Juni Rp 9.083 bulan Juli Rp 8.952, melemah dibulan Agustus Rp 9.041,
kembali menguat dibulan September Rp 8.924, melemah kembali dibulan
Oktober Rp 8.928 bulan November Rp 9.013 dan kembali menguat dibulan
Desember Rp 8.991 .
Pada tahun 2011 nilai tukar tertinggi bulan Februari Rp 9.823,
sedangkan nilai terendah bulan Juli Rp 8.508. Bulan Januari Rp 9.057
kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.823, kemudian menguat dibulan
Maret Rp 8.709 bulan April Rp 8.574 bulan Mei Rp 8.537, kembali melemah
dibulan Juni Rp 8.597, menguat dibulan Juli Rp 8.508, melemah kembali
dibulan Agustus Rp 8.578 bulan September Rp 8.823 bulan Oktober Rp 8.835
bulan November Rp 9.170 dan menguat dibulan Desember Rp9.068 .
Pada tahun 2012 nilai tukar tertinggi bulan Desember Rp 9.670,
sedangkan nilai terendah bulan Januari Rp 9.000. Bulan Januari Rp 9.000
kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.085 bulan Maret Rp 9.180 bulan
April Rp 9.190 bulan Mei Rp 9.565, menguat dibulan Juni Rp 9.480, kembali
melemah dibulan Juli Rp 9.485 bulan Agustus Rp 9.560 bulan September Rp
20
9.588 bulan Oktober Rp 9.615, menguat dibulan November Rp 9.605 dan
kembali melemah dibulan Desember Rp 9.670.
Berdasarkan Grafik 1.1 menunjukan bahwa adanya persaingan yang
semakin ketat antar bank besar.Persaingan di pasar kredit utamanya oleh 10
bank besar diharapkan akan mendorong suku bunga kredit bergerak turun
merespon BI rate yang sudah ditingkat 6,5% pada bulan Mei 2010.Selama
tahun 2010, perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp
57,3 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8% dibandingkan pencapaian laba tahun
sebelumnya yang mencapai Rp 45,2 triliun.Sebagian besar laba perbankan
dihasilkan oleh kelompok Bank Persero sebesar 39,7% dan swasta sebesar
36,8%. Relatif tingginya pencapaian laba tahun ini selain disebabkan oleh
pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, juga disebabkan spread suku bunga
yang melebar.Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8% dari Rp
1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp1.765,8 triliun pada tahun 2010
(Sumber: www.bi.go.id). Oleh karena itu peneliti melilih objek penelitian Bank
Persero karena sebagai penyumbang laba tertinggi bagi perbankan di Indonesia.
Selain itu Bank persero pernah mengalami tingkat kredit macet atau NPL yang
cukup tinggi yakni 11,05% diatas batas maksimum yang telah ditetapkan oleh BI
yakni sebesar 5%.
Beberapa penelitian tentang kredit oleh bank umum yang dipengaruhi
oleh variabel makro ekonomi memberi indikasi bahwa kondisi ekonomi suatu
negara sangat mempengaruhi fungsi intermediasi bank yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan pembangunan suatu negara dan profitabilitas bank.
21
Beberapa penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh
Gabriela Haryani Nona (2009) yang melakukan penelitian tentangPengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio (CR), Return on Asset (ROA),
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia(SBI), dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Bank BUMN. Dari
penelitian tersebut
diperoleh hasil
bahwavariabel
CAR,
CR,
ROA,
Pertumbuhan DPK, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia(SBI) dan Inflasi
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan
Kredit pada Bank BUMN.Sedangkan secara parsial variabel, CAR, CR, Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan, sedangkan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan ROA
berpengaruh positif dan signifikan.
Akhmad Kholisudin (2011) melakukan penelitian tentang Determinan
Permintaan Kredit Pada Bank Umum Di Jawa Tengah 2006-2010. Dari hasil
penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap permintaan kredit, Variabel nilai tukar secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan secara
parsial variabel krisis global berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan kredit.
Bily Arma Pratama (2010) melakukan penelitian tentang Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan
periode 2005-2009. Dari hasi penelitian tersebut disimpulkan variabel DPK
mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kredit. Variabel CAR dan
22
NPL mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kredit. Sedangkan suku
bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit.
Daryanti Ningsih dan Idah Zuhroh (2010) melakukan penelitian tentang
Analisis Permintaan Kredit Investasi pada Bank Swasta Nasional di Jawa
Timur periode 2006-2009. Dari hasi penelitian tersebut disimpulkan Variabel
Suku Bunga Kredit mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap Kredit
Investasi. Sedangkan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit
Investasi.
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian
lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang
berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat
akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Persero, diharapkan dengan hasil yang didapat dari
penenelitian ini manajemen Bank Persero mampu menjalankan fungsinya
sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam
mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah
dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan
judul“Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan (NPL),
Return on Asset (ROA) dan Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar
terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero.
23
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai, suku bunga
kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US
dollar terhadap jumlah penyalurankredit modal kerja pada Bank Persero maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh :
 Suku bunga kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit modal
kerja pada Bank Persero?
 Non performing loan (NPL) secara parsial terhadap penyaluran
kredit modal kerja pada Bank Persero?
 Return on asset (ROA) secara parsial terhadap penyaluran kredit
modal kerja pada Bank Persero?
 Nila tukar rupiah dengan US dollar terhadap jumlah penyaluran
kredit modal kerja pada Bank Persero ?
b. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit, non performing loan (NPL),
return on asset (ROA)dan nila tukar rupiah dengan US dollar secara
simultan terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja pada Bank
Persero?
24
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk menganalisis pengaruh :
 Suku bunga kredit secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit
modal kerja pada Bank Persero.
 Non performing loan (NPL) secara parsial terhadap jumlah
penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero.
 Return on asset (ROA) secara parsial terhadap jumlah penyaluran
kredit modal kerja pada Bank Persero.
 Nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial terhadap jumlah
penyaluran kredit modal kerja pada Bank Persero.
b. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga kredit, non performing
loan (NPL), return on asset (ROA) dan nila tukar rupiah dengan US
dollar secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit modal
kerja pada Bank Persero.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Bank
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk Bank Persero dalam
menentukan seberapa besar pengaruh suku bunga kredit, non
performing loan, return on asset dan nilai tukar terhadap penyaluran
25
kredit modal kerja agar mendapat keuntungan atau profit yang
semaksimal mungkin bagi Bank Persero.
b. Bagi para akademis/peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
mengenai perbankan bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan juga dapat dijadikan
bahan referensi tambahan.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bank
Menurut Frederic S. Mishkin (2008:9), bank adalah lembaga
keuangan
yang
menerima
dana
dalam
bentuk
simpanan
dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Sedangkan Pengertian bank menurut Ahmad Rodoni dan Abdul
Hamid (2006:21) adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai
perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan
permintaan kredit pada yang ditentukan.
Menurut Puspo Pranoto (2004:5) bahwa bank adalah lembaga
keuangan yang menerima berbagi jenis simpanan dan mempergunakan dana
yang terhimpun dibank terutama untuk pemberian kredit.
2. Kegiatan bank
Kegiatan bank menurut Kasmir (2003:3) adalah sebagai berikut:
a. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau
berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan
uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan
kedua adalah untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh
bunga dari hasil simpanannya. Untuk memenuhi tujuan di atas, baik
27
untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank
menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan
yang ditawarkan bank sangat bervariasi tergantung dari bank yang
bersangkutan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah
terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving
deposit) dan simpanan deposito (time deposit).
b. Menyalurkan dana kemasyarakat, maksudnya adalah bank memberikan
pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan.
Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Jenis kredit yang biasanya diberikan oleh hampir
semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan
kredit perdagangan.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar
negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi
dan jasa-jasa bank lainnya yang merupakan jasa pendukung dari
kegiatan-kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dan menyalurkan
dana.
3. Jenis dan Sumber Dana Bank
Menurut
Dendawijaya
(2005:15)
bahwa
jenis
bank
dapat
digolongkan dari berbagai macam yaitu :
28
a. Berdasarkan undang-undang
Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan terdapat dua
jenis bank yaitu:
1) Bank umum dan
2) Bank perkreditan rakyat
b. Berdasarkan kepemilikannya
1) Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN)
2) Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah atau
BUMD)
3) Bank swasta milik Nasional
4) Bank milik swasta campuran (nasional dan asing)
5) Bank milik asing (cabang atau perwakilan)
c. Berdasarkan penekanan kegiatan
1) Bank retail
2) Bank koorporasi
3) Bank komersial
4) Bank pedesaan
5) Bank pembangunan
d. Berdasarkan pembayaran bunga
1) Bank konvensional dan,
2) Bank berdasarkan prinsip syariah
29
Bank sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari masalah
memperoleh dana. Perolehan dana tersebut nantinya akan digunakan untuk
membiayai operasinya serta menjalankan kegiatan usahanya dalam rangka
memperoleh peningkatan profitabalitas serta meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Menurut Kasmir (2003:32) Adapun sumber-sumber dana bank
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini merupakan dana dari modal sendiri. Dana
yangbersumber dari dana itu sendiri yang berbentuk modal setor yang
berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan
bank yang belum dibagikan kepada pemegang saham. Secara garis besar
dapat disimpulkan pencairan dana sendiri terdiri dari :
1) Setoran modal dari pemegang saham.
2) Cadangan-cadangan bank, yaitu cadangan laba pada tahun lalu
yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham
3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang
belumdibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari
30
masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan giro, simpanan
tabungan dan simpanan deposito
c. Dana yang berasal dari lembaga lainnya
Sumber dana ketiga ini merupakan tambahan jika bank
mengalami kesulitan dalam pencairan sumber dana pertama dan kedua.
Pencairan dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya
sementara waktu saja. Perolehan dana ini dapat diperoleh dari: kredit
likuiditas
dari
Bank
Indonesia,
pinjaman
antar
bank
(call
money),pinjaman dari bank-bank luar negeri dan Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU).
4. Kredit Perbankan
a. Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10
tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Sedangkan menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyedian
uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
meminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu.
31
Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.
b. Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit menurut Rivai Veithzal dan Veithzal Andria (2007:3)
adalah sebagai berikut:
1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima
kredit (nasabah kredit). Hubungan pemberi kredit dan penerima
kredit
merupakan
hubungan
kerjasama
yang
saling
menguntungkan.
2) Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang
didasarkan atas credit rating penerima kredit.
3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak
lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa lisan, tertulis
(akad kredit) atau berupa instrument.
4) Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit
kepada penerima kredit.
5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan unsur
esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat
dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit. Misalnya
penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar
32
dimasa yang akan datang, atau bagi produsen memerlukan kredit
karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.
6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit
maupun dipihak penerima kredit. Resiko dipihak pemberi kredit
adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan
usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman
konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko dipihak
nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur, antara lain berupa
pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi
kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah
yang dijaminkan.
7) Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi
kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai
komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum
(overhead cost), riskpremium dan sebagainya. Jika credit rating
penerima kredit tinggi, riskpremium dapat dikurangi dengan safety
discount.
c. Tujuan dan Fungsi Kredit
Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak terlepas dari tujuan
mencari keuntungan, demikan juga dalam pemberian kredit. Namun
karena di dalam kredit terdapat resiko, maka usaha mencari keuntungan
tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang
dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan masyarakat. Dari
33
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk
memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat
peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut
bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit yang macet. (Judisseno
2005:167)
Menurut Judiseno (2005:168) selain profitabilty dan safety, bank,
khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of
development yaitu dalam hal :
1) Ikut mensukseskan progam pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2) Meningkatkan efektivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya, guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan
dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan-tujuan yang coba untuk diraih di atas, maka
fungsi kredit dapat dijelaskan sebagai berikut :
(a) Meningkatkan daya guna uang. Para pemilik uang/modal baik
secara langsung atau melalui penyimpanan dana di bank, dapat
meminjamkan uangnya kepada perorangan atau perusahaanperusahaan untuk meningkatkan usahanya.
(b) Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan adanya
kredit pengusaha yang kesulitan dalam produksi, misalnya,
34
dapat terbantu untuk memproses bahan baku menjadi barang
jadi.
(c) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit uang yang
disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran
dengan menggunakan uang giral seperti cek, bilyet giro, dan
lainnya yang sejenis.
(d) Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit dapat digunakan sebagai
alat pengendalian ekonomi. Dalam keadan Inflasi pemerintah
dapat menerapkan kebijakan uang ketat (tight money policy)
antara lain dengan membatasi pemberian kredit. Sebaliknya
dalam keadaan ekonomi yang lesu karena deflasi, pemerintah
dapat melonggarkan kebijakan pemberian kredit sehingga akan
menimbulkan kegairahan dalam usaha.
(e) Meningkatkan kegairahan berusaha. Pihak-pihak yang usahanya
terlambat karena kekurangan modal dapat meningkatkan
usahanya melalui bantuan kredit yang diberikan oleh bank.
(f) Meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan adanya kredit,
perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan usahanya bahkan
dapat mendirikan proyek baru yang akan mebutuhkan tenaga
kerja. Hal itu dapat mengurangi pengangguran dan selanjutnya
pemerataan penapatan akan meningkat pula.
(g) Meningkatkan hubunan internasional. Pengusaha di dalam
negeri dapat pula memperoleh kredit bank secara langsung
35
(offshore loan) maupun tidak langsung (two step loan). Bahkan
suatu negara yang sedang berkembang dapat memperoleh kredit
dari negara-negara yang telah maju. Bantuan dalam bentuk
kredit tersebut dapat sekaligus mempercepat hubungan antar
negara yang bersangkutan.
d. Jenis-jenis Kredit
Menurut Ismail (2011:191) jenis kredit secara umum dibedakan
sesuai dengan bentuk kredit, jangka waktu dan tujuan penggunaan kredit.
1) Jenis Kredit Menurut Bentuknya
Menurut bentuknya, pemberian kredit dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
(a) Kredit Rekening Koran
Kredit rekening koran adalah kredit yang secara
langsung akan dimasukan dalam rekening giro nasabah.
Debitur diberi hak untuk menarik dananya dari rekening giro
kapan saja sebatas plafon kredit yang diberikan. Kredit
rekening koran tergolong dalam kredit jangka pendek yaitu
paling lama satu tahun.
Pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada akhir masa
kredit atau pada saat jatuh tempo kredit. Namun demikian,
dalam hal debitur dapat memperpanjang jangka waktu kredit,
maka debitur dapat memperpanjang masa kredit selesai sesuai
dengan perjanjian kredit antara bank dan debitur.
36
(b) Instalement Loan
Instalement Loanmerupakan kredit dengan angsuran
teratur yang dilakukan sesuai dengan jadwal angsuran yang
telah ditetapkan dalam perjanjan kredit. jumlah angsuran
konstan/tetap selama masa kredit, kecuali bila dalam perjanjian
kredit ditentukan bunga mengambang (floating rate),yaitu
tingkat suku bunga berubah sesuai dengan bunga di pasar.
Dalam Instalement Loanangsuran merupakan penjumlahan
antara pembayaran angsuran pokok ditambah dan bunga.
2) Jenis Kredit Menurut Jangka Waktunya
Menurut jangka waktunya, kreditdibagi menjadi tiga yaitu :
(a) Kredit Jangka Pendek
Kredit jangka pendek adalah kredit yang diberikan
dengan masa kredit maksimum selama 1 tahun. Kredit jangka
pendek pada umumnya diberikan untuk kredit modal kerja dan
kredit rekening koran.
(b) Kredit Jangka Menengah
Kredit yang jangka waktunya antara 1 tahun hingga 3
tahun. Kredit ini biasanya diberikan untuk kredit investasi
yang nilai kreditnya tidak terlalu besar dan kredit konsumsi.
37
(c) Kredit Jangka Panjang
Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan
oleh bank dengan jangka waktu lebih dari 3tahun. Kredit ini
diberikan pada umumnya untuk KPR dan kredit investasi
3) Jenis Kredit Menurut Tujuan Penggunaanya
Menurut tujuan penggunaan kredit, jenis kredit ini dibagi
menjadi 3 yaitu :
(a) Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan
dengan tujuan untuk mengadakan barang-barang modal atau
dalam rangka investasi perusahaan, misalnya kredit untuk
membangun proyek, membeli mesin, membeli alat angkutan,
dan kredit untuk mebeli aktiva.
Kredit investasi pada umumnya diberikan dalam
jumlah yang besar dan dalam jangka panjang, yaitu jangka
waktu lebih dari 3 tahun. Bank dapat memberikan grace period
pada kredit investasi, yaitu masa tenggang yang diberikan oleh
bank kepada debitur untuk tidak membayar tagihan pokok atau
bunga.
(b) Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja diberikan oleh bank dalam rangka
memberikan kebutuhan modal kerja perusahaan. Modal kerja
perusahaan dapat berupa kebutuhan operasional perusahaan
38
antara lain kebutuhan dana untuk menutup piutang-piutang
perusahaan, kebutuhan dana untuk menutup penggunaan dana
dalam proses pembuatan produk/barang, dan kebutuhan modal
kerja lainnya.
(c) Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi merupakan kredit yang diberikan
dengan tujuan untuk pembelian barang-barang konsumsi yang
dipakai untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Misalnya kredt
Pemilikan Rumah (KPR), kredit untuk pembelian kendaraan
bermotor, dan kredit untuk pembelian barang-barang konsumsi
lainnya.
e. Prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2003:117-118) dapat dilakukan dengan analisa
5C, yaitu:
1) Character (Karakter)
Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini
calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada
bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit benar-benar dapat dipercaya. Intinya pihak bank ingin melihat
I‟tikad baik dan keseriusan dari calon nasabah yang ingin meminjam.
2) Capacity / Capability (Kemampuan)
Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar
kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis
39
serta
kemampuannya
mencari
laba.
Sehingga
akan
terlihat
kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit yang
dipinjamnya. Bank melihat sumber pendapatan lain yang dimiliki oleh
debitur, semakin banyak sumber pendapatan seseorang, maka semakin
besar kemampuannya untuk membayar kredit.
3) Capital (Modal)
Capital atau modal adalah untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai
oleh bank. Semakin tinggi modal perusahaan atau peminjam maka
bank akan memilih. Karena bagi setiap nasabah yang akan
mengajukan kredit harus pula memiliki dana atau modal pribadi
paling tidak 50% dari total dana yang ingin dipinjam.
4) Collateral (Jaminan)
Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik ataupun non fisik. Jaminan tersebut dapat dilihat
dari 2 segi, yaitu:
(a) Dari segi ekonomis, yaitu dengan melihat nilai ekonomis dari
barang- barang yang akan digunakan sebagai jaminan.
(b) Dari segi yuridis, yaitu dengan melihat apakah jaminan
tersebut sudah memenuhi syarat-syarat dari standar jaminan
yang ditetapkan oleh bank.
40
5) Condition of Economi (Kondisi Ekonomi)
Condition of economic adalah kondisi dimana hendaknya bank
melihat dan menilai kredit berdasarkan ekonomi sekarang dan untuk
masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
Menurut Martono (2010:58),
selain penilaian melalui 5C,
bank biasanya juga melakukan penilaian dengan melihat 7Pyaitu
meliputi:
1) Personality (Kepribadian)
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti
riwayat
hidupnya, hobi,
keadaan keluarga,
pergaulan dalam
masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian calon
debitur.
2) Party ( Golongan)
Merupakan pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas,
serta karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke
golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda
pula dari bank, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya.
3) Purpose(Tujuan)
Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan
kredit. apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi, atau
membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan
line of bussines kredit bank yang bersangkutan.
41
4) Prospect
Merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau
kegiatan usaha calon debitur selama berapa bulan atau tahun,
perkembangan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon
debitur, kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa
mendatang.
5) Payment (Sumber Pembiayaan)
Merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran
kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat dapat diperoleh
dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan
pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian
pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.
6) Profitability (Keuntungan)
Merupakan
kemampuan
nasabah
dalam
mencari
laba.
Profitability, diukur dari periode keperiode apakah akan tetap sama
atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya dari bank.
7) Protection (Perlindungan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan
oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
42
5. Suku Bunga
a. Pengertian Suku Bunga
Menurut Sadono Sukirno (2004:204) “Suku bunga adalah harga
yang dibayar “peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan”
(kreditur) untuk pemakaian sumber dana selama interval waktu tertentu.
Sedangkan
menurut
Sawaldjo
Puspo
Pranoto
(2004:70)
Mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu:
1) Stated rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah
pokok pinjaman untuk menghitung beban bunga.
2) Annual percentage adalah tingkat bunga disetahukan dengan
menyesuaikan stated rateuntuk jumlah periodepertahun dan jumlah
pokok yang benar-benar dipinjam.
3) Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen dengan satu kontrak
keuangan yang memenuhi tiga syarat yakni: jumlah seluruhnya yang
benar-benar dipinjam (dipinjamkan), Pada awal tahun, Kemudian
dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.
b. Fungsi Tingkat Bunga dalam Perekonomian
Menurut Sawaldjo Puspo Pranoto (2004:71) tingkat bunga
mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian,
yaitu :
1) Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna
mendukung pertumbuhan perekonomian
43
2) Mendistribusikan jumlah kredit kepada proyek investasi yang
menjanjikan hasil tertinggi
3) Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan
uang dari suatu negara.
4) Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
c. Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Menurut
Kasmir
(2002:132-134),
faktor
utama
yang
mempengaruhi penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan dana
Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula
meningkatkan bunga pinjaman. Namun, apabila dana yang ada
simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka
bunga simpanan akan turun.
2) Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping
faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus
memperhatikan pesaing. Dalam arti jika bunga simpanan rata-rata
16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga
simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%.
Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di
bawah bunga pesaing.
44
3) Kebijaksnaan pemerintah
Untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak
boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4) Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang
diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5) Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin
tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko
dimasa datang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka
pendek, maka bunganya lebih rendah.
6) Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah
bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.
7) Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit
sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan
nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan
risiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8) Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di
pasaran. Untuk produk yang kompetitif suku bunga kredit yang
45
diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang
kurang kompetitif.
9) Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah
utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini
didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang
bersangkutan terhadap bank.
10) Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada
penerima kredit. biasanya jika pihak yang memberikan jaminan
bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun
loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun
berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya
kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak
dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak
perbankan.
d. Jenis-jenis Perhitungan Suku Bunga Kredit
Menurut Ismail (2006:194) ada beberapa metode dalam
perhitungan suku bunga kredit yaitu :
1) Flat Rate
Flat rate ini merupakan metode pembebanan suku bunga
kredit yang setiap kali angsuran, atau total angsuran pokok maupun
angsuran bunga sama setiap kali angsuran atau setiap bulan. Metode
46
flat rate ini sering digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat dan/atau
beberapa lembaga pembiayaan. Kelebihan dari metode flat rate ini
adalah cara perhitungan angsuran perbulan sangat sederhana dan
mudah dimengerti, sehingga nasabah juga dapat melakukan
perhitungan sendiri
2) Annuity
Annuity atau anuitas merupakan perhitungan bunga dengan
mengalikan persentase bunga dikalikan dengan saldo akhir pinjaman
secara tahunan. Kemudian angsuran per bulan dihitung dengan
membagi angsuran tahunan dibagi 12 bulan. Dalam metode annuity
ini, total angsuran per tahun akan sama, sementara angsuran pokok
dan angsuran bunga akan berubah. Angsuran pokok akan meningkat
setiap tahun angsuran bunga akan menurun, karena bunga dihitung
dari saldo akhir kredit.
3) Effective Rate
Effective rate merupakan beban bunga efektif yang
ditanggung oleh debitur. Perhitungan bunga efektif berasal dari
persentase bunga dikalikan denga saldo akhr pinjaman setelah
dikurangi angsuran pokok. Perhitungan angsuran pokok perbulan
berasal dari jumlah angsuran total dikurangi dengan angsuran bunga.
Dalam metode ini effective rate, total angsuran akan sama setiap
bulan, akan tetapi angsuran pokok akan meningkat dan angsuran
bunga akan menurun.
47
4) Sliding Rate
Sliding rate merupakan perhitungan bunga kredit dengan
total angsuran yang akan menurun setiap kali angsuran. Total
angsuran menurun ini karena angsuran pokok akan sama (tidak
berubah) setiap kali angsuran, sementara angsuran bunga akan
menurun.
Penurunan
suku
bunga
ini
disebabkan
karena
perhitungan bunga berasal dari persentase bunga dikalikan dengan
saldo akhir pinjaman. Saldo akhir pinjaman dihitung dari saldo
pinjaman bulan sebelumnya setelah dikurangi dengan angsuran
pokok pada bulan berjalan.
5)
Floating Rate
Floating rate, merupakan kebijakan bunga yang dilakukan
oleh bank dengan model bunga mengambang. Artinya bank dapat
mengubah suku bunga tanpa adanya pemberiahuan kepada debitur.
Dalam kondisi pasar uang yang tidak stabil, bank kemungkinan
akan sering merubah suku bunga kredit, karena pada sisi pasiva,
bunga simpanan dana pihak ketiga juga sering mengalami
perubahan.
e. Komponen dalam Menentukan Bunga Kredit
Komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain
sebagai berikut : (Kasmir, 2002:135-136)
48
1) Total biaya dana (Cost of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk
memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan, giro,
tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari
seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana
yang diinginkan.
Semakin besar
bunga
yang dibebankan
terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula biaya dananya
demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi
dengan cadangan wajib atau Reseve Requirement (RR) yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Saat ini besarnya RR yang ditetapkan
pemerintah besarnya 5%.
2) Biaya operasi
Dalam melakukan setiap kegiatan membutuhkan berbagai
sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Pengguna
sarana dan prasarana baik berupa ini memerlukan sejumlah biaya
yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan
operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya
adminstrasi biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya.
3) Cadangan risiko kredit macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan
diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti
mengandung suatu risiko tidak disengaja. Oleh karena itu, pihak
49
bank
perlu
mencadangkannya
sebagai
sikap
bersiaga
menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase
tertentu terhadap kredit yang disalurkan.
4) Laba yang diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin
memeperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh
beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya
laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit. dalam hal ini,
biasanya bank di samping melihat kondisi pesaing juga melihat
sektor-sektor yang yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah
atau untuk pengusaha/rakyat kecil, maka labanya pun berbeda
dengan yang komersil.
5) Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah
kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.
6. Non Performing Loan (NPL)
Kredit macet merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank,
karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi bisnis
perbankan. Menurut Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan
(NPL) atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak
sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank
seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya
(2005) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran
50
bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh
tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”. Dari kedua pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah kredit yang sejak jatuh
tempo tidak dapat dilunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai
dengan perjanjian. Pengertian jatuh tempo tersebut sesuai dengan tingkat
kolektibitas bank yang bersangkutan.
Peningkatan
Non
Performing
Loans
(NPL)
yang
terjadi
berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan,
karena tidak ada dana yang masuk baik berupa pembayaran pokok maupun
bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet, sehingga bila hal ini
dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap hilangnya pendapatan dari
sektor kredit dan bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat
masyarakat karena tidak mampu mengelola dana nasabah dengan aman.
Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL gross kurang dari 5%.
Rasio NPL sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat
dihitung dengan rumus :
7. Return on Asset (ROA)
Menurut
Slamet
Riyadi
(2006:32),
Profitabilitas
adalah
perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (Modal inti) atau laba
(sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank pada periode
tertentu. Agar perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya
51
(real), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata-rata selama
periode tersebut. Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance
sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan
dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari
berbagai tingkat return, dan meminimalisir risiko yang ada (Hasan,
2003:16). Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan (Kuncoro, 2002:36). Kinerja keuangan perusahaan dari
sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning before
tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible
perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, sehingga
EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan perusahaan
meningkat. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA.
Menurut Meythi (2005:24) alasan penggunaan ROA dikarenakan
BI sebagai pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan
aset yang dananya berasal dari masyarakat. Disamping itu Return on Asset
digunakan
untuk
mengukur
efektifitas
perusahaan
didalam
menghasilkankeuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total
asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan
yangsemakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.
Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan
meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas
52
yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Perhitungan ROA
terdiri dari :
a. Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank)
sebelum dikurangi pajak.
b. Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri
dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Secara matematis ROA dapat
dirumuskan sebagai berikut:
8. Nilai Tukar (Kurs)
a. Pengrtian Nilai Tukar (Kurs)
Kurs adalah jumlah satuan atau unit dari mata uang tertentu yang
diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis
mata uang lainnya. Harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan
dengan mata uang negara lain disebut nilai tukar (kurs) (Sawaldjo
Puspopranoto,2004:212). Dari definisi tersebut dapatlah disimpulkan
secara singkat bahwa kurs adalah nilai suatu mata uang dibandingkan
degan mata uang lainnya. Misalnya nilai mata uang rupiah terhadap US
Dollar.
Pemerintah Indonesia berperan dalm penentuan kurs agar sampai
pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha. Kurs khususnya kurs rupiah
53
per Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa
serta modal dari dalam dan keluar Indonesia.
b. Penentuan Nilai Tukar (Kurs)
Pasar valas merupakan sebuah contoh baik dari pasar yang sangat
kompetitif. Di pasar ini ada banyak pembeli dan penjual dari suatu produk
yang homogen. Setiap pembeli dan penjual relative kecil dibanding
seluruh pasar, sehingga tidak ada seorang pembeli atau penjual pun yang
dapat mempengaruhi nilai tukar secara berarti. Pada sistem nilai tukar
mengambang bebas, pemerintah tidak melakukan intervensi di pasar valas
dan membiarkan nilai tukar dikendalikan sepenuhnya oleh kekuatankekuatan di pasar bebas. Pada sistem nilai tukar mengambang terkendali,
pemerintah kadang kala melakukan intervensi sebagai upaya untuk
mencegah pergerakan nilai tukar
yang dipandang ekstrim
atau
bertentangan dengan kepentingan nasional.
Sebagai contoh Bank Indonesia berkali-kali melakukan intervensi
dipasar valas untuk mendukung nilai rupiah terhadap Dollar AS dengan
jalan menambah pasokan valas di pasar. Bahkan pemerintah melalui
BUMN pada triwulan satu 2001 ikut serta memperkuat upaya yang
dilakukan pihak Bank Indonesia. Hasil yang diperoleh dari intervensi
tersebut sangat terbatas, yaitu hanya menahan nilai rupiah untuk sementara
waktu dan tak mampu menolong rupiah dari keterpurukan. Namun perlu
disadari, bahwa dewasa ini walaupun pemerintah ikut melakukan
intervensi, volume dari kegiatan tersebut relative kecil sekali terhadap
54
jumlah total kegiatan pihak swasta di pasar valas. Hal ini juga merupakan
fenomena global. (Sawaldjo Puspopranoto, 2004:219)
c. Jenis-jenis Nilai Tukar (Kurs)
Menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004) terdapat beberapa jenis kurs
atau nilai tukar, yaitu :
1.
Kurs Beli (Bid Price) adalah besar satuan mata uang negara lain
yang harus diserahkan untuk membeli tiap unit uang asing kepada
Bank atau money changer.
2. Kurs Jual (selling price) adalah besaran satuan mata uang negara
lain yang akan diterima dari bank atau money changer jika kita
membeli mata uang asing.
3.
Kurs Spot adalah nilai valuta asing yang digunakan untuk
transaksi spot dipasar valuta asing.
4. Kurs Forward, adalah nilai tukar yang berlaku dan digunakan
untuk transaksi forwad dipasar valas.
5. Kurs Silang adalah nilai antara dua valas yang diperoleh dari nilai
tukar masing-masing valuta terhadap valuta lain.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Suku Bunga Kredit dengan Jumlah Penyaluran Kredit
Menurut Siswanto Sutojo (2007:86). Suku bunga kredit merupakan
sumber pendapatan terbesar bank, serta mempunyai peranan penting dalam
penentuan profitabilitas kegiatan pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga
kredit merupakan salah satu sarana bank untuk memenangkan persaingan di
55
pasar. Oleh karena bunga kredit merupakan bagian terbesar penghasilan bank,
jumlah penghasilan bunga harus dapat menutup biaya yang ditanggung bank
(termasuk biaya pengadaan dana kredit, serta konstribusi biaya overhead dan
biaya tetap yang lain), serta menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana
kredit dari pasar uang memegang peranan penting dalam penentuan suku
bunga kredit. Suku bunga kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku
bunga di pasar uang dan pasar modal. Perkembangan suku bunga tidak
terbatas pada kredit, melainkan juga pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka
waktu transaksi kredit juga menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang
jangka waktu kredit, maka akan semakin besar pula resiko yang harus
ditanggung kreditor.
Penelitian yang dilakukan oleh M.Nadratuzzaman Hosen (2009),
Solarin Sakiru, Wan Sulaiman dan Jauhari Dahalan (2011), Arina
Krisnawati(2011), Daryanti Ningsih (2010) dan Ahmad Kholisudin (2012)
menyimpulkan bahwa suku bunga kredit mempunyai pengaruh signifikan
terhadap permintaan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau
rendahnya suku bunga kredit mempengaruhi masyarakat untuk mengajukan
kredit pada perbankan. Jika diilustrasikan bahwa permintaan kredit sebagai
produk atau barang yang diminta dan tingkat bunga kredit sebagai harga,
maka dalam membahas permintaan suatu barang semakin rendah harga
barang maka jumlah barang yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya
semakin tinggi harga barang maka jumlah barang yang diminta akan
semakin sedikit atau berkurang.
56
2. Non Performing Loan (NPL) dengan Jumlah Penyaluran Kredit
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan
risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPLmaka semakin besar pula risiko
kredityang ditanggung oleh pihak bank (Ali,2004). Akibat tingginya NPL
perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada
akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat
mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu
penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama (2010) dan Aqidah Sri
Suwarsih (2008) NPL mempunyai pengaruh signifikan terhadap kredit
perbankan.
3. Return on Asset (ROA) dengan Jumlah Penyaluran Kredit
Return on Asset merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap total asset.Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja
keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin
besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan
meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas
yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).
Semakin besar tingkat keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank,
maka semakin besar pula upaya manajemen menginvestasikan keuntungan
tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan manajemen,
57
terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain itu semakin besar suatu
bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya
(Wuri,2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabriela
Haryani Nona (2009), Dias Satria dan Rangga Bagus Subegti (2010)
menyatakan ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
kredit.
4. Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs) dengan Jumlah
Penyaluran Kredit
Kurs adalah jumlah satuan atau unit dari mata uang tertentu yang
diperlukan untuk memperoleh atau membeli satu unit atau satuan jenis
mata uang lainnya. Harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan
dengan mata uang negara lain disebut nilai tukar (kurs) (Sawaldjo
Puspopranoto ,2004:212).
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berpengaruh
terhadap permintan kredit. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika menyebabkan naiknya harga-harga komoditas baik itu barang
impor maupun barang ekspor. Barang ekspor juga mengalami kenaikan
sebab bahan baku barang tersebut juga ada yang berasal dari barang impor
sehingga menyebabkan biaya produksi barang lokal meningkat. Naiknya
biaya produksi mendorong harga barang lokal baik untuk pasar domestik
maupun ekspor juga mengalami kenaikan. Naiknya harga bisa berakibat
pada menurunnya permintaan barang, ini bisa menurunkan pendapatan
pengusaha. Dalam kondisi ini pengusaha lebih memilih untuk mengurangi
58
kredit agar keuntungan yang didapat akan berkurang akibat harus
membayar kredit beserta bunga karena pendapatan sedang turun (Akhmad
Kholisudin, 2012:17).
Kondisi krisis berarti keadaan sedang tidak stabil atau normal.
Pada kondisi krisis, indikator makro seperti nilai tukar Rp terhadap US$
cenderung melemah dan inflasi meningkat. Hal ini dapat berdampak pada
melambatnya pertumbuhan ekonomi. Krisis dapat menyebabkan gairah
usaha menurun. Maka dari itu perekonomian sektor riil harus segera
digerakkan agar dampak dari krisis tidak berlanjut dan berlangsung lama.
Penyaluran kredit menjadi menjadi penting, mengingat sebagian besar
pembiayaan
pembangunan
khususnya
di
sebagian
besar
negara
berkembang kredit merupakan sumber pembiayaaan utama. Pada situasi
krisis, otoritas moneter dalam hal ini bank sentral cenderung untuk
menurunkan suku bunga acuan BI Rate agar suku bunga kredit dapat turun
sehingga menarik masyarakat untuk mengajukan kredit, dengan harapan
untuk mempercepat masa recovery pasca krisis. Dengan demikian
perekonomian sektor riil dapat bergerak dan tumbuh. Adanya krisis maka
permintaan
kredit
perbankan
mengalami
peningkatan
(Akhmad
Kholisudin, 2012).
Hasil penelitian Akhmad Kholisudin (2012),M.Nadratuzzaman
Hosen (2009), Paulina Putri A. Hutagalung dan
Inggrita Gusti Sari
Nasution (2011) nilai tukar mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kredit.
59
C. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian tedahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam
penelitian ini antara lain:
No
1
2
Pen
ulis
Judul
Peneliti
an
M.N Faktoradrat faktor
uzza yang
man Mempe
Hose ngaruhi
n
Permint
(200 aan
9)
Pembia
yaan
Mudhar
abah
Bank
Syariah
di
Indones
ia
periode
20042008
Gabr
iela
Hary
ani
Non
a
(200
9)
Pengar
uh
Capital
Adequa
cy
Ratio
(CAR),
Cash
Ratio(C
R),
Return
on
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Data dan
Model Kesimpulan
Variabel Analisis
Margin
(X1) ,
Bunga(X2)
, Kurs
(X3) ,
Akses
(X4) , dan
Pembiaya
an
Mudharab
ah (Y).
Analisis
Regresi
Linier
Bergand
a
CAR (X1),
CR (X2),
ROA (X3),
DPK (X4),
Suku
Bunga
SBI (X5),
dan Inflasi
(X6). Serta
Pertumbu
han Kredit
(Y)
Analisis
Regresi
Linier
Bergand
a
Variabel
margin,
bunga
dan
kurs
mempunyai
pengaruh
signifikan
negatiif
terhadap
permintaan
pembiayaan
mudharabah,
sedangkaan
variabel
akses
mempunyai
pengaruh
signifikan
positif
terhadap
permintaan
pembiayaan
mudharabah.
Variabel
CAR, CR,
ROA,
Pertumbuhan
DPK, Suku
Bunga SBI
dan Inflasi
secara
bersamasama
mempunyai
pengaruh
Perbedaan
Persamaan
Terdapat
variabel
margin dan
akses sebagai
variabel
independen
dan
kredit
berupa
pembiayaan
mudharabah.
Objek
penelitian
bank Syariah
di Indonesia
periode
2004-2008.
Terdapat
variabel suku
bunga
dan
kurs sebagai
variabel
independen
dan
samasama
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kredit.
Model
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Terdapat
variable
CAR, CR,
DPKdan
Inflasi
sebagai
variabel
independen.
Objek
penelitian
Bank BUMN
periode
Terdapat
variabel
ROA dan
Suku Bunga
sebagai
variabel
independent
dan kredit
sebagai
variabel
dependen.
Variabel
60
No
3
Pen
ulis
Judul
Peneliti
an
Asset
(ROA),
pertum
buhan
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK),
suku
bunga
SBI,
dan
Inflasi
Terhad
ap
pertum
buhan
Kredit
Bank
BUMN
Periode
20052007
Bily Analisi
Arm s
a
FaktorPrata Faktor
ma
yang
(201 Mempe
0)
ngaruhi
Kebijak
an
Penyalu
ran
Kredit
Perban
kan
periode
20052009
Data dan
Variabel
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK)
(X1),
Capital
Adiquacy
Ratio
(CAR)
(X2), Non
Performin
g Loan
(NPL)
(X3), Suku
Bunga
SBI (X4)
dan Kredit
(Y)
Model
Analisis
Analisis
Regresi
Linerar
Bergand
a
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
yang
2005-2007
signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Kredit pada
bank BUMN.
Sedangkan
secara parsial
variabel,
CAR, CR,
Suku Bunga
SBI, dan
Inflasi
berpengaruh
negatif dan
signifikan,
sedangkan
variabel DPK
dan ROA
berpengaruh
positif dan
signifikan
tersebut
sama-sama
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kredit.
Model
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Variabel
DPK
mempunyai
pengaruh
signifikan
positif
terhadap
Kredit.
Variabel
CAR dan
NPL
mempunyai
pengaruh
signifikan
negatif
terhadap
Kredit.
Sedangkan
Suku Bunga
Terdapat
variabel NPL
dan Suku
Bunga
sebagai
variabel
Independen
dan Kredit
sebagai
variabel
dependen.
Hasil
menunjukan
kesamaan
yakni kedua
variabel
memiliki
pengaruh
signifikan
Tedapat
variabel DPK
dan CAR
sebagai
variabel
independen.
Objek
penelitian
Bank Umum
periode
2005-2009
61
No
Pen
ulis
Judul
Peneliti
an
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
SBI tidak
berpengaruh
terhadap
Kredit.
4
5
Dias
Satri
a
dan
Ran
gga
Bag
us
Sube
gti
(201
0)
Determ
inasi
Penyalu
ran
Kredit
Bank
Umum
di
Indonei
sa
periode
20062009
Non
Performin
g Loan
(NPL)
(X1),
Biaya
Operasion
al
Pendapata
n
Operasion
al (BOPO)
(X2),
Capital
Adiquacy
Ratio
(CAR)
(X3), Dana
Pihak
Ketiga
(DPK)
(X4),
Return on
Asset
(ROA)
(X5), SBI
(X6),
Market
Share (X7)
dan Kredit
(Y)
Dary Analisi Suku
anti
s
Bunga
Ning Permint Kredit(X1)
Analisis
Regresi
Linerar
Bergand
a
Analisis
Regresi
Linerar
terhadap
kredit.
Model
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Variabel
Terdapat
Terdapat
CAR dan
variabel
variabel
ROA
BOPO, CAR, ROA dan
mempunyai
SBI dan
NPL sebagai
pengaruh
Market Share variabel
signifikan
sebagai
independen.
positif
variabel
Variabel
terhadap
independen.
kredit
Kredit.
NPL
sebagai
Varibel SBI
memiliki
variabel
mempunyai
penagruh
dependen.
pengaruh
tidak
Hasil
signifikan
signifikan
menunjukan
negatif
terhadap
kesamaan
terhadap
Kredit.
dimana ROA
kredit.
Objek
memiliki
Sedangkan
penelitian
pengaruh
variabel
Bank Umum signifikan
NPL, BOPO, di Indonesia terhadap
DPK dan
periode
Kredit.
Market Share 2006-2009
Model
tidak
analisis
memiliki
dengan
pengaruh
analisi
terhadap
regresi linier
Kredit.
berganda.
Variabel
Suku Bunga
Kredit
Terdapat
variabel
Inflasi
Terdapat
variabel
Suku Bunga
62
No
Pen
ulis
sih
dan
Idah
Zuhr
oh
(201
0)
6
Arin
a
Kris
naw
ati(2
011)
Judul
Peneliti
an
aan
Kredit
Investa
si pada
Bank
Swasta
Nasion
al di
Jawa
Timur
periode
20062009
Analisi
s
beberap
a faktor
yang
mempe
ngaruhi
Penyalu
ran
kredit
bank
umum
di
Indones
ia
Periode
20062010
Data dan
Variabel
Model
Analisis
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
, Inflasi
(X2) dan
Kredit
Investasi
(Y)
Bergand
a
mempunyai
pengaruh
signifikan
negatif
terhadap
Kredit
Investasi.
Sedangkan
Inflasi tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
Kredit
Investasi.
sebagai
variabel
independen.
Objek
penelitian
Bank Swasta
Nasional di
Jawa Timur
periode
2006-2009
Bahwa
secara
simultan
Dana Pihak
Ketiga,
Produk
Domestik
Bruto,
Tingkat Suku
Bunga
Kreditdan
Inflasi
terhadap
variabel
terikatnya
Penyaluran
Kredit
berpengaruh
Teradpat
variabel
DPK, PDB
dan Inflasi
sebagai
variabel
independen.
Objek
penelitian
Bank Umum
di Indnesia
periode
2006-2010
sebagai
variabel
Independen.
Varibel
kredit
sebagai
variabel
dependen.
Hasil
menujukan
kesamaan
yakni Suku
Bunga
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kredit.
Model
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Terdapat
variabel
Suku Bunga
Kredit
sebagai
variabel
Independen.
Variabel
Kredit
sebagai
Variabel
dependen.
Hasil
menunjukan
kesamaan
yanki Suku
Bunga Kredit
memiliki
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK)
(X1),
Produk
Domestik
Bruto
PDB)
(X2), Suku
Bunga
Kredit
(X3),
Inflasi
(X4) dan
penyalura
n kredit
(Y)
Analisis
regresi
bergand
a
63
No
7
Pen
ulis
Akh
mad
Khol
isudi
n
(201
1)
Judul
Peneliti
an
Determ
inan
Permint
aan
Kredit
Pada
Bank
Umum
Di
Jawa
Tengah
Periode
20062010
Data dan
Variabel
Tingkat
suku
bunga
kredit
(X1), Inflasi (X2),
Nilai
Tukar
Rupiah
terhadap
Dolar
Amerika
(X3),
Krisis
Global
(X4).Dan
Permintaa
n Kredit
(Y)
Model
Analisis
Kesimpulan
signifikan.
Secara
parsial DPK
dan Suku
Bungan
Kredit
berpengaruh
nyata
terhadap
penyaluran
kredit,
sedangkan
PDB dan
Inflasi tidak
berpengaruh
secara tidak
nyata dan
yang paling
dominan
adalah DPK.
Regresi Bahwavariab
bergand el suku
a dengan bunga kredit
metode
berpengaruh
ordinary negatif dan
least
signifikan
square
terhadap
(OLS).
permintaan
kredit,variab
el inflasi
secara parsial
tidak
berpengaruh
terhadap
permintaan
kredit,
Variabel nilai
tukar secara
parsial
berpengaruh
positif dan
signifikan
Perbedaan
Persamaan
pengaruh
signifikan
terhadap
Kredit.
Model
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Terdapat
variabel
Inflasi dan
Krisis Global
sebagai
variabel
independen.
Objek
penelitian
Bank Umum
di Jawa
Tengah
periode
2006-2010.
Terdapat
variabel
Suku Bunga
Kredit dan
Nilai tukar
sebagai
variabel
independen.
Hasil
menunjukan
kesamaan
yakni
variabel
Suku Bunga
Kredit dan
Nilai Tukar
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
Kredit.
Model
64
No
8
Pen
ulis
Pauli
na
Putri
A.
Huta
galu
ng
dan
Ingg
rita
Gust
i
Sari
Nasu
tion
(201
3)
Judul
Peneliti
an
Analisi
Elastisit
as
Permint
aan
terhada
p
Kredit
Konsu
msi
pada
Bank
Umum
di
Sumatr
a Utara
periode
19962010
Data dan
Variabel
Suku
Bunga
Kredit
Konsumsi
(X1) ,
PDRB per
kapita
(X2), Kurs
(X3),
Kredit
Konsumsi
(Y)
Model
Analisis
Analisis
Regresi
Linerar
Bergand
a
Kesimpulan
terhadap permintaan
kredit dan
secara parsial
variabel
krisis global
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
permintaan
kredit
Variabel
Suku Bunga
Kredit dan
Kurs
berpengaruh
negatif
terhadap
permintaan
Kredit
Konsumsi.
Sedangkan
variabel
PDRB per
kapita
berpengaruh
positif
terhadap
permintaan
Kredit.
Perbedaan
Persamaan
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Terdapat
variabel
PDRB per
kapita
sebagai
variabel
independen.
Objek
penelitian
Bank Umum
di Sumatra
Utara periode
1996-2010
Terdapat
variabel
Suku Bunga
Kredit dan
Kurs sebagai
variabel
Independen.
Variabel
Kredit
sebagai
variabel
dependen.
Hasil
menunjukan
kesamaan
yakni Suku
Bunga Kredit
dan Kurs
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
Kredit.
Model
analisis
dengan
analisi
regresi linier
berganda.
Sumber: Penelitian Terdahulu
65
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan
dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul
Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Laporan Keuangan Publikasi Bank Persero
Suku Bunga Kredit
Non Performing
Loan
Return On Asset
(NPL)
(ROA)
Nilai Tukar
Rupiah dengan
US Dollar
Penyaluran Kredit
Modal Kerja
Uji Hipotesis:
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik:
a.
b.
c.
d.
Normalitas
Multikolinearitas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Uji Regresi
Berganda
R dan R2
a. Uji t
b. Uji F
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
66
e. Autok orelasi
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
dapat debedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis
kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertujuan
untuk memeriksa ketidak benaran sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan
ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Abdul Hamid, 2010:16).
Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik,
karakteristik ini sama dengan yang dimiliki hipotesis statistik yang juga
menggunakan alat-alat analisis dalam membuktikan dugaan objek-objek yang
diteliti.
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di
bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang
dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar
rupiah dengan US dollar secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran
kredit modal kerja.
 Suku bunga kredit scecara parsial berpengaruh terhadap penyaluran
kredit modal kerja.
67
 H01 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel suku
bunga kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja.
 Ha1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga
kredit secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja.
 Non performing loan secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran
kredit modal kerja.
 H02 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel non
performing loan secara parsial terhadap penyaluran kredit modal
kerja.
 Ha2
:
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel non
performing loan secara parsial terhadap penyaluran kredit modal
kerja.
 Return on asset secara parsial berpengaruh terhadap penyaluran kredit
modal kerja.
 H03 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel return
on asset secara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja.
 Ha3 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel return on
assetsecara parsial terhadap penyaluran kredit modal kerja.
 Nilai tukar rupiah dengan US dollar secara parsial berpengaruh
terhadap penyaluran kredit modal kerja.
 H04 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel nilai
tukar rupiah dengan US dollar secara parsial terhadap penyaluran
kredit modal kerja.
68
 Ha4 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar
rupiah dengan US dollar secara parsial terhadappenyaluran kredit
modal kerja.
2. Suku bunga kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar
rupiah terhadap US dollar secara simultan berpengaruh terhadap
penyaluran kredit modal kerja.
 H05 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
jumlah suku bunga kredit, non performing loan, return on asset
dan nilai tukar rupiah dengan US dollar secara simultan terhadap
penyaluran kredit modal kerja.
 H05 : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga
kredit, non performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah
dengan US dollar
secara simultan terhadap penyaluran kredit
modal kerja.
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh suku
bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan nilai
tukar rupiah dengan US dollar terhadap penyaluran kredit modal kerja pada
Bank Persero. Periode yang diteliti dari Januari 2007 sampai Desember 2012.
Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
Sebelum menentukan sampel, maka terlebih dahulu peneliti harus
menentukan populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Konvensional.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2009:116). Teknik sampling yang digunakan Non
Probability Sampling adalah metode pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel, hanya elemen populasi yang memenuhi kriteria
tertentu dari penelitian saja yang dijadikan sampel. Sedangkan teknik
70
pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive
sampling yaitu sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya. Dari kriteria
yang diajukan diatas didapat sampel yakni Bank Persero.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
data,non performing loan dan return on asset dari Laporan Keuangan Bank
Persero yang dipublikasikan dalam statistik perbankan indonesia (SPI)dari
bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2012 yang diperoleh dari
situswww.bi.go.id, dan data suku bunga kredit dan nilai tukar (kurs) yang
diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) pada website
www.bi.go.id.. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah,
jurnal, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian
sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara jumlah Dana
Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan dan inflasi terhadap permintaan
kredit Bank Persero. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
linier berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS
versi 17.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan
dalam menganalisis data pada penelitian ini:
71
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi), nilai
maksimum dan minimum (Ghozali, 2011:19).
2. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan dasar dari teknis analisis regresi. Dalam
penggunaan regresi linear rentan dengan beberapa permasalahan yang
sering timbul, sehingga akan menyebabkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu dilakukan pengujian
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai distribusi normal. Menurut Singgih (2012:230),
tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau
tidak. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah
garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah (Singgih,
2012:233):
72
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan
analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini
adalah sebagai berikut:
1) Histogram
Jika
histogram
standardized
regression
residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Menurut Ghazali (2005:161), metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
3) Metode Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan
fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi
73
normal jika K hitung < K tabel atau nilai Sig. > alpha (Suliyanto,
2011:75).
b. Multikolinearitas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinearitas tidak dapat
dihindari. Menurut Singgih (2012:234), tujuan uji multikolinearitas
adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (Multiko).
Imam Ghazali (2011:106) mengukur multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai TOL (Tolerance) dan VIF (Varian Inflation Factor). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinearitas adalah:
a) H0: VIF > 10, terdapat multikolinearitas
b) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinearitas
c. Heteroskedastisitas
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:109) Heteroskedastisitas
yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang
tidak konstan atau berubah-ubah. Tujuan uji asumsi ini adalah ingin
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan
varians pada residual (error) dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Singgih, 2012:238).
74
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji heteroskedastisitas
dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
1) Metode Grafik dengan Scatterplot
Pengujian heteroskedastisitas untuk penelitian ini menggunakan
grafik
scatterplot.
Dasar
pengambilan
keputusan
dalam
uji
heteroskedastisitas (Singgih, 2012:240):
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak
jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan
secara subjektif tentunya dapat mengakibatkan berbedanya keputusan
antara satu orang dengan lainnya. Maka dari itu, penulis melakukan
pengujian heteroskedastisitas dengan metode Glejser untuk mendukung
bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
2) Metode Glejser
Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan
dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak
residualnya. Jika tedilakukan dengan meregresikan semua variabel
75
bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh
variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka
dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas.
Gejala heteroskedastisitas ditujukan oleh koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya.
Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka
dapat disimpulkan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas
atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t hitung < t
table ( Suliyanto, 2011:102).
d. Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,
2011:110).Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi
autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dasar pengambilan keputusan
ada tidaknya gejala autokorelasi adalah (Ghozali, 2011:111):
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif
No desicison
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative
No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi, positif
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
atau negative
76
Pengobatan Autokorelasi
Jika regresi kita memiliki autokorelasi, maka ada beberapa
opsi penyelesainnya antara lain (Ghozali, 2011:121).
a) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak
dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk
fungsi persamaan regresi tidak benar.
b) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal
menjadi model difference.
a. Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan dengan SPSS 17.0 akan diperoleh keterangan atau
hasil mengenai Uji t, Uji F dan koefisien determinan (R2) untuk menjawab
perumusan masalah penelitian. Berikut ini keterangan yang berkenaan
dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Uji t
Menurut Nachrowi & Usman (2006 : 18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan
suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Adapun hipotesis dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
77
H0 ditolak apabila : t-hit > t-tabel atau –t hit < -t-tabel
H0 diterima apabila : t-hit < t-tabel atau –t hit > -t-tabel
2) Uji F (Uji Simultan)
Menurut Nachrowi & Usman (2006:17) Uji-F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi
tersebut dapat diketahui secara bersama. Uji ini digunakan untuk
mengetahui
apakah
model
regresi
dapat
digunakan
untuk
mempengaruhi variabel dependent secara simultan atau tidak, dengan
kriteria pengujian tingkat signifikan α = 0,05. Kriteria keputusannya
adalah sebagai berikut:
a. Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05
maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun
regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang
disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan
program SPSS versi 17.0
3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Nilai R2 berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R2 dengan 1 maka
garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y.
78
Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya maka
garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y (Imam Ghazali,
2011:97).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana
setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam
model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan
tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
tergantungnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan
ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel
baru dalam model (Suliyanto, 2011:59).
4)
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu
variabel dependen dengan variabel independen. Tujuan regresi berganda
adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent variable)
menggunakan data dari duaatau lebih variabel bebas (independent variable)
yang sudah diketahui besarnya. Bila hanya ada satu variabel dependen dan
79
satu independen, disebut analisis regresi sederhana. Sedangkan apabila
terdapat beberapa variabel independen, analisisnya disebut dengan analisis
regresi berganda (Wing Wahyu Winarno, 2009:41).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena
menggunakan empat variabel bebas yaitu suku bunga kredit, non
performing loan, return on asset dan nilai tukar rupiah dengan US dollar,
serta satu variabel terikat yaitu penyaluran kredit modal kerja, maka
persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
YPenyaluran kredit= β0 + β1SBKst + βNPL2t + β₃ROAt +β₄KURS + e
Keterangan:
Y
= Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja
β0
= Intercept
β1SBKt
= Tingkat Suku Bunga Kredit
β2NPLt
= Tingkat Non Performing Loan
β3ROAt
= Tingkat Return On Asset
β₄KURSt
= Tingkat nilai tukar rupiah dengan US dollar(kurs)
e
= Tingkat kesalahan atau gangguan
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian
variabel yang digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian
definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat
yang dapat diamati (di observasi) dari definisi operasional tersebut dapat
80
ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan. Definisi dari
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penyaluran kredit moda kerja. Menurut Undang-Undang Perbankan No.10
tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.Kredit modal kerja yaitu kredit berjangka waktu pendek yang
diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk
memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Data diperoleh dari statistik
perbankan indonesia pada laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode
Januari 2007 sampai Desember 2012 yang dipublikasi oleh Bank
Indonesia. Data dalam bentuk satuan milyaran Rupiah (Rp).
2. Variabel Independent (X)
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Suku Bunga Kredit (X1)
Maksud dari variabel ini adalah harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar
oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam penelitian ini menggunakan suku bunga kredit pada
Bank Persero (bulanan). Data yang digunakan bersumber dari Statistik
81
Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI) periode Januari 2007
sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%)
b. Non Performing Loan (NPL) (X2)
Non
Performing
Loan
(NPL)
merupakan
tingkat
pengembalian yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain
NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria
kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang
dikeluarkan bank. Persamaannya adalah sebagai berikut:
NPL 
Kredit Bermasalah
Total Kredit
x100%
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari data yang dikeluarkan oleh Bank Persero di statistik perbankan
indonesia (SPI) berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari
2007 sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%).
c. Return On Asset (ROA) (X3)
ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk
mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan
yang dicapai olehsebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank.
ROA membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat dicari
dengan rumus berikut (Bank Indonesia, 2006) :
ROA 
Laba Setelah Pajak
x100%
Total Aset
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data yang dikeluarkan oleh Bank Persero di statistik perbankan
82
indonesia (SPI) berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari
2007 sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%).
d. Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar (Kurs) (X4)
Nilai tukar merupakan harga mata uang asing dalam mata uang
domestik. Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu
mata uang ke mata uang lainnya. Dalam penelitian ini nilai tukar yang
digunakan adalah nilai tukar Rupiah yang bertindak sebagai mata uang
domestik terhadap Dollar AS sebagai mata uang asing. Nilai tukar yang
digunakan adalah kurs tengah (rata-rata antara kurs beli dan kurs jual)
harian, pada akhir setiap bulan.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia di website www.bi.go.id
berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2007 sampai
dengan Desember 2012 berupa nominal Rupiah (Rp).
83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia.
Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak
perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh
perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam
perekonomian, politik, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-faktor
internal
dan
eksternal
perbankan
tersebut
menyebabkan
kondisi
perkembangan perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan
dalam empat periode. Masing-masing periode mempunyai ciri-ciri khusus
yang tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Serangkaian paketpaket deregulasi di sektor riil dan moneter yang di mulai sejak tahun 1980an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an
adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan empat periode kondisi
perbankan di Indonesia sampai dengan saat ini (Triandaru, 2009:73).
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 telah menyederhanakan
sistem
perbankan
dengan
menghilangkan
perbedaaan
fungsi-fungsi
operasional bank secara struktural sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 14 Tahun 1967 yang telah membedakan fungsi bank umum,
bank pembangunan, bank tabungan, bank koperasi dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), termasuk fungsi-fungsi bank-bank pemerintah yang masing84
masing didirikan dengan undang-undang. Dengan dikeluarkannya UU No. 7
Tahun 1992, sistem perbankan hanya mengenal dua jenis bank, yaitu Bank
Umum dan BPR. Kedua jenis bank tersebut berdasarkan undang-undang
dapat melakukan perbankan konvensional (conventional banking) dan
perbankan syariah (syariah complaint bank) (Dahlan Siamat, 2005:34).
2. Bank Persero di Indonesia
Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN
adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah. Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang
tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbedabeda. Namun dalam kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk
pada Undang-undang tentang perbankan.
Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil
jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari
restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an
sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Kebijakan pemerintah terhadap
Bank Persero dilakukan dengan menggabungkanBank Bumi Daya, Bank
Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor
Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Sementara Bank Tabungan
Negara, Bank Negara Indonesia 46 dan Bank Rakyat Indonesia tetap terus
beroperasi seperti sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah
menjadi Bank Ekspor Indonesia yang kemudian tidak lagi beroperasi
sebagai bank dan berubah fungsi menjadi lembaga pembiayaan ekspor.
85
Komposisi kepemilikan Bank Persero juga ikut mengalami
perubahan, dimana saham Bank Persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah. Beberapa Bank Persero telah menjadi bank publik melalui
penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal antara lain: Bank BNI,
Bank Mandiri, dan Bank BRI.
Berikut ini adalah profil singkat dari 4 Bank Persero di Indonesia,
yaitu:
a.
Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian
dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah
yaitu: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor
Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi
Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan
peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi
selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia
perbankan dan perekonomian Indonesia.
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi
secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor
cabang yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari
jumlah gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan.
86
Semenjak didirikan kinerja Bank Mandiri terus meningkat, hal
ini dapat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di
tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Selain itu,
Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan
penawaran saham perdana pada 14 juli 2003 sebsar 20% atau ekuivalen
dengan 4 Miliar lembar saham.
Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion
Bank, Bank Mandiri melakukan transformasi secara bertahap melalui 3
fase:
1) Fase pertama “back on track” (2006-2007), yakni fokus untuk
membenahi dan membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri
di masa yang akan datang.
2) Fase kedua ”outperform the market” (2008-2009), yakni fokus
pada pertumbuhan bisnis Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan
di seluruh segmen dan memilki profitabilitas diatas rata-rata pasar.
3) Fase ketiga “shaping the end game”, yakni fase dimana Bank
Mandiri dapat memilki peranan aktif dalam proses konsolidasi sektor
perbankan Indonesia
Proses transformasi yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri
sejak tahun 2005-2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja
bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter
finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio
NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar 15,43% di tahun 2005
87
menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri
yang juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 triliun di tahun 2005
menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.
Bank
Mandiri
juga
berhasil
mencatat
sejarah
dalam
peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada
tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati
posisi sebagai service leader perbankan nasional berdasarkan survey
Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan
pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat
apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapan Good Corporate
Governance.
Visi dari Bank Mandiri adalah menjadi Lembaga Keuangan
Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif. Sedangkan misi
yang dimiliki oleh Bank Mandiri ada 5 poin, yaitu:
1)
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.
2)
Mengembangkan sumber daya manusia professional
3)
Member keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
4)
Melaksanakan manajemen terbuka
5)
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka
panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis
maupun perseorangan. Selain itu juga Bank Mandiri berusaha
melayani sleuruh nasabah dengan standar layanan internasional
88
melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Dan Bank Mandiri
Berusaha dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama
tim yang terbaik.
b. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah
yang tergolong besar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat
Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria
Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank
Der Inlandssche Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto. Suatu lemabaga keuangan
yang melayani orang-orang kebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga
tersebut berdiri tanggal 16 desember 1895 yang kemudian dijadikan
sebagai hari kelahiran BRI.
Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang
Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun
1968
tentang
Undang-Undang
Bank
Sentral,
yang
intinya
mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank
Negara Indonesia Unit II bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan
masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan
Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan UndangUndang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI
sebagai bank umum.
89
Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan
No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status
BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu
masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun
2003, pemerintah Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham
bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai
saat ini.
Sejak didirikan tahun 1895 sampai sekarng ini Bank Rakyat
Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada
masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit
kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada
perkembangan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) pada tahun 1994
sebesar Rp 6.419,8 Milyar yang meningkat menjadi Rp 8.231,1 Milyar
pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September
sebesar Rp 20.466 Milyar. Seiring dengan perkembangan dunia
perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat
Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang
terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor
Inspeksi/SPI, 170 kantor cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang
pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 NewYork Agency, 1 Caymand
Island Agency, 1 kantor perwakilan hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6
90
kantor Mobil Bank, 193 P.Point, 3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan
desa.
Visi yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia adalah menjadi
bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan
nasabah. Dan Misi yang dimilki oleh Bank BRI ada 3, yaitu:
1) Melakukan
kegiatan
perbankan
yang
terbaik
dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan
menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.
2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate
governance.
3) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
c.
Bank Negara Indonesia
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank
Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki
oleh pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan
alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia,
yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang
tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya.
Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan
91
Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli
ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan
warisan dari pemerintah Belanda sebagi Bank Sentral pada tahun 1949.
Pemerintah membatasi peranan bank Negara Indonesia sebagai bank
sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan
sebagai bank pembangunan dan kemudian diberikan hak untuk
bertindak sebagai bank devisa dengan akses langsung untuk transaksi
luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955 status
BNI diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini
melandasi pelayanan yang lebih baik dan tugas bagi sektor usaha
nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian
sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia
1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini
menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai BNI 46.
Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan
publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal
pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap
perubahan dan kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi
dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang
berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan
92
komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus
menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai
digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik
setelah keberhasilan mengarungi masa-masa sulit. Sebutan Bank BNI
dipersingkat menjadi BNI sedangkan tahun pendirian „46‟ digunakan
dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank
nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada
sejarahnya BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik
bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggan Negara.
Visi BNI adalah menjadi bank kebanggaan nasional yang
unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja. Sedangkan
pernyataan visi nya yaitu menjadi bank kebanggan nasional yang
menwarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen
pasar korporasi, komersial dan konsumer. Misi BNI ada 5 poin, yaitu:
1) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah
kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama (the bank
choice).
2) Meningkatkan nilai invesatsi yang unggul bagi investor.
3) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggan untuk
berkarya dan berprestasi.
93
4) Meningkatkan
kepedulian
dan
tanggung
jawab
terhadap
lingkungan sosial.
5) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan
yang baik.
d. Bank Tabungan Negara
Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan
dengan nama “Postspaar Bank”. Pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin
Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil
alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan
pos. Lalu pada tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan
Pos (Undang-Undang darurat tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank
Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai
dengan Perpu No.4 tahun 1963 dan Undang-Undang No.4 tahun 1964.
Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan
Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi
sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status
hukum Bank Tabungan Negara menjadi perusahaan perseroan dan 2
tahun setelahnya Bank Tabungan Negara mendapat izin sebagai bank
devisa. Pada tahun 2000 Bank Tabungan Negara ikut dalam program
rekapitulasi. Pada tahun 2002 Bank BTN sebagai bank umum degan
fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan. Tahun 2003
restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh. Dan di tahun 2008 Bank
94
BTN menjadi bank yang pertama di Indonesia yang melakukan
pendaftaran transaksi kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK
EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan
perdana dan listing transaksi tersebut di bursa efek Indonesia pada
tahun 2009.
Visi yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara adalah menjadi
bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan. Sedangkan misi
yang diemban oleh Bank Tabungan Negara ada 5 poin, yaitu:
1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan
dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil
menengah.
2) Meningkatkan
keunggulan
kompetitif
melalui
inovasi
pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis
teknologi terkini.
3) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang
berkualitas, professional dan memilki integritas yang tinggi.
4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai degan prinsip
kehati-hatian dan good governance untuk meningkatkan
shareholder value.
5) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan
95
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum. Berikut adalah hasil statistik deskriptif penelitian yang dapat
dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
KREDIT
SBK
NPL
ROA
KURS
Valid N (listwise)
Minimum
72
72
72
72
72
72
137401.00
.00960
.02210
.02430
8508.00
Maximum
503972.00
.01267
.11050
.04230
12151.00
Mean
285283.3889
.0110782
.0475194
.0309111
9469.5278
Std. Deviation
98526.37149
.00081237
.02490706
.00461677
808.73567
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 sampel data yang diambil dari
laporan keuangan publikasi Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia
(SPI) Bank Persero periode 2007 sampai dengan 2012.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas juga menunjukkan bahwa variabel
terikat (dependent) JumlahPermintaan Kredit memliki nilai minimum137401
atau Rp 137,401 triliun pada bulan Januari tahun 2007 sedangkan untuk
nilai maksimumnya sebesar 503972 atau Rp 503,972 triluin pada bulan
Desember 2012. Nilai rata-rata (mean) Jumlah Permintaan Kredit sebesar
285283,3889 atau Rp 285,2833889 triliun dan ukuran penyebaran data dari
96
rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 98526,37149 atau Rp 98,52637149
trilun.
Variabel bebas Suku Bunga Kredit memliki nilai minimum 0,0096
atau 0,96% pada bulan Juni tahun 2011 sedangkan untuk nilai
maksimumnya sebesar 0,01267 atau 1,27% pada bulan Januari 2007. Nilai
rata-ratanya (mean) sebesar 0,0110782 atau 1,11% dan ukuran penyebaran
data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,00081237 atau 0,081%.
Variabel bebas NPL memliki nilai minimum 0,02210 atau 2,21%
pada bulan Desember tahun 2012 sedangkan untuk nilai maksimumnya
sebesar 0,11050 atau 11,05% pada bulan Februari tahun 2007. Nilai rataratanya (mean) sebesar 0,0475194 atau 0,47% dan ukuran penyebaran data
dari rata-ratanya (standar deviasi) 0,02490706atau 2,49 %.
Variabel bebas ROA memliki nilai minimum 0,02430atau 2,43%
pada bulan Juni 2008 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar
0,04230atau 4,23% pada bulan Februari 2012. Nilai rata-ratanya (mean)
sebesar 0,0309111atau 3,09% dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya
(standar deviasi) 0,00461677atau 0,46%.
Variabel bebas nilai tukar rupiah dengan US Dollar (Kurs) memliki
nilai minimum 8508.00 atau Rp 8.508 pada bulan Juli 2011 sedangkan
untuk nilai maksimumnya sebesar 12151.00 atau Rp 12.151 pada bulan
November 2008. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 9.469,5278 atau Rp
9.469,5278 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi)
808,73567 atau Rp 808,73567.
97
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi
normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar
disekitar garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi
berditribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal jika residual nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar
mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji ini:
c. Analisa Grafik Histogram
Gambar 4.1
Histogram
Sumber : Hasil output SPSS
98
Berdasarkan gambar diatas histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
d. Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau
merapat ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini
berdistribusi normal.Untuk mendukung bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal maka data juga diuji dengan
derajat α0,05 (5%) dengan uji kolmogorov-smirnov.
99
e. Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
72
.0000000
.97142265
.118
.050
-.118
1.004
.266
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > derajat α 0,05
(5%) atau 0,266> 0,05.
b. Uji Multikolilinieritas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinieritas adalah
nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF <10. Berikut adalah hasil
dari uji Multikolinieritas pada tabel 4.3:
100
Tabel 4.3
Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor)
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
LnSBK
.192
5.200
LnNPL
.355
2.814
LnROA
.317
3.151
LnKURS
.646
1.549
a. Dependent Variable: LnKREDIT
Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai Tolerance variabel bebas Ln
Suku Bunga Kredit = 0,192 , LnNPL=0,340 , LnROA = 0,317 dan
LnKurs =0,646. Sedangkan nilai VIF variabel Ln Suku Bunga Kredit =
5,200 , LnNPL=2,814 , LnROA =3,151 dan LnKurs = 1,549. Dapat
disimpulkan
bahwa
model
regresi
dinyatakan
tidak
terjadimultikolinearitas karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk
mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,
maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Glejser.
Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan:
101
1. Metode Analisis Grafik Scatterplot
Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
Scatterplot
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas
maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized
Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2. Metode Glejser
Selain dengan menggunakan metode grafik, deteksi
heteroskedastisitas juga dapat di deteksi dengan menggunakan
metode Glejser.
Menurut Glejser, varian variabel gangguan
nilainya tergantung dari variabel independen yang ada di dalam
model. (Agus Widarjono, 2009:120). Uji Glejser dilakukan
102
dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak
residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang
signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model
regersi terdapat masalah heterokedastisitas. Berikut hasil dari uji
Glejser :
Tabel 4.4
Uji Heterokedastisitas dengan Metode Glejser
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
2.406
1.853
LnSBK
.268
.228
LnNPL
-.049
.028
LnROA
-.009
.090
LnKURS
-.142
.115
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.299
.198
.320
1.176
.244
-.349
-1.746
.085
-.021
-.101
.920
-.183
-1.234
.222
a. Dependent Variable: abres
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, nilai signifikan variabel bebas Ln
Suku Bunga Kredit = 0,244 , LnNPL = 0,085 , LnROA = 0,920 dan
LnKurs = 0,222 . Dapat disimpukan bahwa model regresi tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas karena nilai signifikan seluruh variabel bebas
> 0,05.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu
penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman
(inertia) artinya kemungkinan besar akan mengandung saling
103
ketergantungan
(interdependence)
pada
data
observasi
periode
sebelumnya dan periode sekarang.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah
hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel
4.6 di bawah ini:
Tabel 4.5
Uji Durbin Watson (DW)
b
Model Summary
Model
Durbin-Watson
1
.519
a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK
b. Dependent Variable: LnKREDIT
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas nilai Durbin-Watson (DW)
sebesar 0,519. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan
jumlah observasi (n)=72 dan jumlah variabel independen 4 (k=4)
diperoleh nilai tabel dl (lower)=1,494 dan du (upper)=1,735. Oleh karena
itu nilai DW=0,519 berada dibawah dl=1,494, maka dapat disimpulkan
terjadi autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standar error dan
nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan.
Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi
dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
104
1. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
2. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d
(
(
)
)(
)
(
)
3. The Cohrane-Orcutt two-step Procedures
Tabel 4.6
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Coefficients
a
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.001
.008
Ut_1
.741
.081
T
.740
Sig.
.082
.935
9.146
.000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ pada iterasi
pertama sebesar 0,741 (yaitu koefisien variabel Ut_1).
Tabel 4.7
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
1.880
2.265
plnSBK_1
-.952
.377
plnNPL_1
-.480
plnROA_1
plnKURS_1
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
.830
.409
-.199
-2.527
.014
.046
-.607
-10.476
.000
.668
.149
.275
4.483
.000
.709
.191
.160
3.723
.000
a. Dependent Variable: plnKREDIT_1
Sumber : Hasil output SPSS
105
Berdasarkan hasil output SPSS memberikan nilai β*2 sebesar 0,952, nilai β*3 sebesar -0,480, nilai β*4 sebesar 0,668 dan nilai β*5
sebesar 0,709 , sedangkan nilai β*1=β1(1-ρ)=(0.001)*(1-0,741)=0,000259
Tabel 4.8
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Coefficients
a
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.099
.109
LagUt
.986
.018
T
.989
Sig.
.915
.364
54.584
.000
a. Dependent Variable: ut
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ = 0,986 pada
iterasi kedua. Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ
menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
Metode
Durbin-Watson d
Theil-Nagar d
Cochrane-Orcutt Step 1
Cochrane-Orcutt Step 2
Nilai ρ
0,7405
0,74588
0,741
0,986
Sumber: Hasil output SPSS
Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai ρ yang hampir sama.
Untuk itu penulis memilih metode Cohrane-Orcutt Step 2 untuk
mentranformasikan persamaan regresi.
106
Tabel 4.10
Pengobatan Uji Durbin Watson (DW)
b
Model Summary
Model
Durbin-Watson
1
2.157
a. Predictors: (Constant), lnKURS@, lnROA@, lnNPL@, lnSBK@
b. Dependent Variable: lnKREDIT@
Sumber : Hasil outpus SPSS
Membandingkan hasil regresi persamaan asli sebelum ada
transformasi dan hasil regresi setelah transformasi ternyata dapat
dibandingkan . Pada persamaan asli nilai Durbin-Watson sebesar 0,519
dan terjadi autokorelasi positif, sedngkan pada tabel 4.11 menunjukkkan
bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,157 dengan nilai n=72 dan k=4
maka diperoleh:
Nilai dl=1,494 dan 4-dl=2,506
Nilai du=1,735 dan 4-du=2,265
Hasil perhitungan pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai DWtest beada pada daerah antara du dan 4-du, 1,735 < 2,157 < 2,265 maka
dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala
autokorelasi baik secara positif maupun negatif.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu
atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
107
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel
4.11 di bawah ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji t
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
a
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
2.537
3.056
LnSBK
-.952
.377
LnNPL
-.480
LnROA
LnKURS
Beta
T
Sig.
.830
.409
-.199
-2.527
.014
.046
-.607
-10.476
.000
.668
.149
.275
4.483
.000
.709
.191
.160
3.723
.000
a. Dependent Variable: LnKREDIT
Sumber : Hasil output SPSS
1) Uji t terhadap Suku Bunga Kredit
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.11 variabel Suku Bunga Kredit
(LnSBK) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t
hitung Suku Bunga Kredit lebih kecil dari α (0,014 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -2,527 dan -t table sebesar -1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α =
0,05), sehingga -t hitung <-ttabel (-2,759 <-1,66757). Maka Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Suku Bunga Kredit berpengaruh
negatif terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja.
2) Uji-t terhadap Non Performing Loan (NPL)
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.13 variabel Non Performing
Loan (LnNPL) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t
108
hitung Non Performing Loan (LnNPL) lebih kecil dari α (0.000 <
0,05).Sedangkan nilai t- hitung X2 = -10,476 dan -t tabel sebesar -1,66757 (df
(n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga -t hitung < -t tabel (-10,476 < 1,66757 ). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non
Performing Loan (LnNPL) berpengaruterhadap jumlah penyaluran kredit
modal kerja.
3) Uji t terhadap variabel Return on Asset (ROA)
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.11 variabel Return on Asset
(LnROA) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t
hitung Return on Asset (LnROA) lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X3 = 4,483 dan t tabelsebesar 1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α
= 0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,483 > 1,66757). Maka Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Return on Asset (LnROA)
berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja.
4) Uji t terhadap variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (LnKurs)
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.11 variabel LnKurs secara
statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai t hitung LnKurs lebih
kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 3,723 dan t
tabelsebesar 1,66757 (df (n – k) 72 – 4 = 68, α = 0,05), sehingga t hitung > t
tabel (3,723 > 1,66757). Maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel LnKurs berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit modal kerja.
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
109
Y = 2.573 - 0.952LnSBK- 0,480LnNPL + 0.668LnROA + 0.709LnKURS
Dimana :
Y
= Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja (dalam milyaran
rupiah)
LnSBK
= Suku Bunga Kredit(dalam persentase)
LnNPL
= Non Performing Loan ( dalam persentase)
LnROA
= Return on Asset(dalam persentase)
LnKURS
= Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar ( dalam rupiah )
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1)
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, apabila Ln Suku Bunga
Kredit (X1), LnNPL (X2), LnROA (X3) dan LnKurs (X4), bernilai 0,
maka nilai permintaan kredit (Y)
adalah Rp 2.573.000.000.000
maksudnya adalah jika PT Bank Persero (sampel yang diambil), tidak
ada suku bunga kredit,tidak ada non performing loan, tidak ada return
on asset dan tidak ada kurs dapat dikatakan bahwa dalam periode
2007-2012 penyaluran kredit berjumlah Rp 2.573.000.000.000.
2) Suku Bunga Kredit dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, suku bunga kredit (X2)
= -0,952 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% Ln suku bunga kredit
(X1) akan menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit modal
kerja (Y) sebesar Rp 952.000.000.Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t
110
hitung dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga kredit
berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Nadratuzzaman Hosen
(2009), Arina Krisnawati(2011), Daryanti Ningsih (2010), dan Ahmad
Kholisudin (2012) yang
menyimpulkan bahwa suku bunga kredit
berpengaruh terhadap kredit perbankan.
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya suku bunga
kredit mempengaruhi masyarakat untuk mengajukan kredit pada
perbankan. Jika diilustrasikan bahwa permintaan kredit sebagai produk
atau barang yang diminta dan tingkat bunga kredit sebagai harga, maka
dalam membahas permintaan suatu barang semakin rendah harga barang
maka jumlah barang yang diminta akan semakin banyak. Sebaliknya semakin tinggi harga barang maka jumlah barang yang diminta akan semakin
sedikit atau berkurang.
Suku bunga sensitif terhadap permintaan kredit bagi masyarakat,
terlebih bagi dunia usaha sebagai penggerak sektor riil. Bagi pengusaha
tingkat suku bunga menjadi pertimbangan yang wajib untuk melakukan
investasi atau suatu usaha. Bagi pengusaha tingkat suku bunga
menggambarkan besarnya biaya yang harus dibayarkan atas pinjaman
yang diambil. Jika keuntungan yang diterima pengusaha dari kegiatan
ekonomi dengan menggunakan kredit lebih besar dibandingkan dengan
kewajiban atas biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar bunga atas
pinjaman maka dunia usaha akan menambah jumlah pinjaman mereka.
111
3) Pengaruh NPL dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LnNPL (X2) = -0,480
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% LnNPL (X2) akan
menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit (Y) sebesar Rp
480.000.000. Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung dan t table
diatas dapat disimpulkan bahwa non performing loan berpengaruh
terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama (2010), dan
Aqidah Sri Suwarsih (2008) yang meyimpukan non performing loan
berpengaruh terhadap kredit.
NPL mencerminkan risiko kredit.Semakin tinggi tingkat NPL
makasemakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank.
Akibattingginya NPL perbankan akan lebih berhati - hati (selektif) dalam
menyalurkan kredit. Hal ini dikarenakan adanya potensi kredit yang tidak
tertagih.Tingginya NPL akan meningkatkan premi risiko yang berdampak
pada tingginya suku bungakredit. Suku bunga kredit yangterlampau tinggi
akan mengurangi permintaan masyarakat akan kredit.Tingginya NPL juga
mengakibatkan munculnya pencadangan yang lebihbesar, sehingga pada
akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat
mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dengan demikian besarnya NPL
menjadi salah satu penghambat tersalurnya kredit perbankan (Billy Arma
Pratama, 2010).
112
4) Pengaruh ROA dengan Jumlah Penyaluran Kredit Modal Kerja
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LnROA (X3) = 0,668
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% LnROA (X3) akan
menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit modal kerja (Y)
sebesar Rp 668.000.000. Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung
dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh
terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Haryani Nona (2009), Dias
Satria dan Rangga Bagus Subegti (2010) yang menyimpulkan return on
asset berpengaruh terhadap kredit perbankan.
ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk
mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang
dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA
membandingkan laba terhadap total asset (Bank Indonesia). Jika ROA
suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi
pengamanan
asset
(Dendawijaya,
2005).
Semakin
besar
tingkat
keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula
upaya manajemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai
kegiatan yang menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran
kredit.
Hasil ini menandakan bahwa tingkat perolehan profit atau
keuntungan yang diperoleh oleh bank mampu memberikan motivasi
113
tersendiri bagi pihak bank untuk meningkatkan keuntungan atau profit
dengan cara melakukan spesialisasi sektor pembiayaan tertentu (fokus
penyaluran kredit) yang mampu menghasilkan keuntungan maksimal
dengan tingkat resiko terendah dimana pihak bank dapat melihat dari track
record pembiayaan yang telah terealisasi. Terkait dengan penjelasan
tersebut, terdapat korelasi positif antara tingkat perolehan keuntungan dan
kecukupan modal perbankan. Dimana nantinya perolehan keuntungan
tersebut merupakan sebuah sumber pendapatan yang nantinya akan
berubah menjadi modal bank dalam melakukan usahanya yakni
menyalurkan (Dias Satria dan Rangga Bagus Subegti, 2010).
5) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar dengan Jumlah
Penyaluran Kredit Modal Kerja
Berdasarkan pada persamaan regresi di atas, LnKurs (X4) = 0,709
maksudnya adalah jika setiap pelemahan Rp 1LnKurs (X3) akan
menyebabkan berkurangnya jumlah permintaan kredit modal kerja (Y)
sebesar Rp 709.000.000.Berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t hitung
dan t table diatas dapat disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh
terhadap penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Kholisudin (2012) yang
menyimpulkan nilai tukar berpengaruh terhadap kredit perbankan.
Kredit modal kerja yang diikuti konsumsi mengalami dampak yang
signifikan negatif saatterjadi volatilitas kurs, ini mengindikasikan bahwa
bahan baku produksi masih banyakbergantung pada komponen impor,
114
sehingga produksi yang semakin bergantung kepadakomponen impor akan
mengalami dampak dari pergerakan kurs. Kedua hal ini dapatberhubungan
karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung
padabahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang
menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja (Yoda Ditria
dkk, 2008:188).
Namun fenomena krisis yang terjadi pada Triwulan IV 2008
hingga Triwulan III 2009, indikator makro seperti nilai tukar Rp terhadap
US$ cenderung melemah dan inflasi meningkat. Hal ini dapat berdampak
pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Krisis dapat menyebabkan
gairah usaha menurun. Maka dari itu perekonomian sektor riil harus segera
digerakkan agar dampak dari krisis tidak berlanjut dan berlangsung lama.
Penyaluran kredit menjadi menjadi penting, mengingat sebagian besar
pembiayaan
pembangunan
khususnya
di
sebagian
besar
negara
berkembang kredit merupakan sumber pembiayaaan utama. Pada situasi
krisis, otoritas moneter dalam hal ini bank sentral cenderung untuk
menurunkan suku bunga acuan BI Rate agar suku bunga kredit dapat turun
sehingga menarik masyarakat untuk mengajukan kredit, dengan harapan
untuk mempercepat masa recovery pasca krisis. Dengan demikian
perekonomian sektor riil dapat bergerak dan tumbuh. Adanya krisis maka
permintaan
kredit
perbankan
mengalami
peningkatan
(Akhmad
Kholisudin, 2012).
115
b. Uji F
Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan
model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis
of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %). Jika
nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi
< 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.12
di bawah ini:
Tabel 4.12
Uji F
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
8.169
4
2.042
.709
67
.011
8.877
71
F
Sig.
193.003
.000
a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK
b. Dependent Variable: LnKREDIT
Sumber : Hasil output SPSS
Berdasarkan tabel 4.12 di atas nilai Fhitung diperoleh 193,003
dengan tingkat 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung> Ftabel (193,003 > 2,51)
116
a
dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (72-4) = 2,51.
Dapat disimpulkan bahwa Ln Suku Bunga Kredit, LnNPL, LnROA dan
LnKurs berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja.
c. Uji Adjusted R Square (R2adj)
Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi,
semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan
pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana
setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel
yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh
adanya penambahan variabel baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji
Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:
117
Tabel 4.13
Uji Adjusted R Square (R2adj)
b
Model Summary
Model
1
R
.959
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.920
.915
.10286
a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK
b. Dependent Variable: LnKREDIT
Sumber :Hasil output SPSS
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,915 atau sebesar 91,5%.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh, Suku Bunga Kredit (LnSBK), Non
Performing Loan (LnNPL), Return on Asset (LnROA) dan Kurs (LnKurs)
terhadap Jumlah Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Persero adalah
91,5%, sedangkan sisanya sebesar 8,5% (100% - 91,5%) dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Adapun
angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,959 atau sebesar 95,9%
yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,959> 0,5.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai
R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel tergantungnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien
determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah
118
dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka
nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:59).
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap analisis pengaruh
suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA) dan
nilai tukar rupiah terhadap US dollar terhadap penyaluran kredit modal kerja,
menggunakan data time series oleh PT. Bank Persero pada tahun 2007-2012.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda, dari
pembahasan yang telah diuraikan di atas berdasarkan data yang penulis peroleh
dari penelitian sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi ini maka, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-F dapat
disimpulkan bahwa variabel suku bunga kredit, non performing loan
(NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar
secara simultan berpengaruh signifikan dengan probabilitas sebesar
0,000 dan F-hitung sebesar 193,003. Nilai R2 atau nilai koefisien
determinasi adalah sebesar 91,5% dari variabel dependen yaitu
penyaluran kredit modal kerja dapat dijelaskan oleh variabel independen
suku bunga kredit, non performing loan (NPL), return on asset (ROA)
dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar sedangkan sisanya yaitu
sebesar 8,5% dijelaskan oleh faktor laindiluar variabel yang diteliti.
2. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-t dapat
disimpulkan bahwa variabel suku bunga kredit,non performing loan
120
(NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit modal
kerja.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa
implikasi yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan
informasi yang perlu dipertimbangkan oleh bank umum, akademis dan
nasabah. Peneliti menyarankan untuk diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi Perbankan
Dengan adanya temuan bahwa suku bunga kredit, non performing loan
(NPL), return on asset (ROA) dan nilai tukar rupiah dengan US dollar
berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja dengan tingkat
kontribusi yang berbeda-beda. Beberapa saran yang diajukan peneliti bagi
perbankan khususnya bank persero sebagai objek penelitian antara lain :
a. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang mendukung
penyaluran kredit perbankan. Semakin rendah suku bunga maka
semakin besar jumlah kredit yang disalurkan, namun teralalu
rendah tingkat suku bunga maka akan merugikan pihak perbankan
dikarenakan pendapatan utama perbankan berasal dari bunga
pemberian kredit. Bank Persero diharuskan memiliki manajemen
perkreditan yang baik, agartingkat suku bunga kreditnya tetap
berada dalam batas normaldengan acuan BI rete. Dengan demikian
Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara optimal.
121
b. Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu faktor yang
mendukung penyaluran kredit perbankan. Semakin rendah NPL
maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan. Bank Persero
diharuskan
memiliki
manajemen
perkreditan
yang
baik,
agartingkat NPLnya tetap berada dalam batas maksimal yang
disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Dengan demikian
Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara optimal.
c. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu faktor yang
memdukung penyaluran kredit perbankan. Semakin tinggi ROA
maka semakin besar jumlah dana yang bias di salurkan dalam
kredit. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat ROA maka
semakin besar keuntungan yang di dapatkan dari pengelolaan asset
nya dan keuntungan itu dapat di salurkan untuk menambahkan
penyaluran kredit. Bank Persero diharuskan memiliki manajemen
profitabilitas yang baik, agartingkat ROA nya tetap berada dalam
batas minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 2%.
Dengan demikian Bank Persero dapat menyalurkan kredit secara
optimal.
d. Kurs merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyaluran
kredit perbankan terutama kredit modal kerja. Melemahnya nilai
tukar rupiah dengan US dollar dapat mengurangi minat nasabah
kredit yang kegiatan usahanya berorientasi pada bahan baku impor.
Namun sebaliknya dapat meningkatkan minat nasabah kredit yang
122
kegiatan usahanya berorientasi pada kegiatan ekspor. Bank Persero
diharuskan memiliki manajemen perkreditan yang baik, agar ketika
terjadi pelemahan nilai tukar tidak terjadi pengurangan penyaluran
kredit yang dikarenakan nasabah hanya berorientasi pada bahan
baku impor. Dengan demikian Bank Persero dapat menyalurkan
kredit secara optimal.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan
dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan
pengetahuan, khususnya tentang penyaluran kredit modal kerja. Untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel dari faktor
internal maupun eksternal bank, misalnya: capital adequacy ratio, PDB,
tingkat pengangguran, BI rate,ekspor dan lainnya.
123
DAFTAR PUSTAKA
Arma, Billy Pratama. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia
Periode Tahun 2005-2009)”. Jurnal Undip, 2010
Dendawijaya, Lukman,“Manajemen Perbankan.”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005
Ditria, Yoga, Jenni Vivian dan Indra Widjaja, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Nilai Tukar dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan
(Periode 2002-2007)”. Journal of Applied Finance and Accounting Vol.
1 No.1 November 2008
Case dan Fair. “ Prinsip-prinsip Ekonomi”.Erlangga, Jakarta, 2006
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011
Haryani Nona, Gabriela. “Pengaruh CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku
Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit”. Skripsi. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya, 2009
Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”, Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol. 13 No. 2, Surabaya, 2007
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010
Husnan, Suad,“Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Keputusan Jangka
Pendek.” Yogyakarta : BPFE, 1994
Hosen, M.Nadratuzzaman. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di Indonesia (Periode Januari
2004 – Desember 2008)”. Dikta Ekonomi Vol 6 No. 2 Agustus 2009
Hutagalung, Paulina Putri. A dan Inggrita Gusti Sari Nasution. “Analisis
Elastisitas Permintaan Terhadap Kredit Konsumsi di Sumatra Utara
(Periode 1996-2010) “. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 2,
Januari 2013
Ismail.” Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah”. Edisi pertama,
cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011
124
Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama
Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi 1. Cetakan 2. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.
Kasmir. “Pemasaran Bank”Edisi pertama, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2004.
Kholisudin, Akhmad. Determinan Permintaan Kredit Pada Bank Umum di Jawa
Tengah 2006-2010,Jurnal ISSN 2252-6560. Universitas Negeri
Semarang, 2012
Kementrian Keungan “Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan
Fiskal” 2012.
Kuncoro, Mudrajad,“Manajemen Perbankan. Yogyakarta.”, BPFE, 2002
Krisnawati, Arina. “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Kredit Bank Umum di Indonesia”. Skripsi Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur, 2009
Lukman, Dendawijaya.” Manajemen Bank”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan dan Ekonomi
Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia),” FEUI. Jakarta, 2004
Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Bank”. Ekonisia, 2010
Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”.
8thedition,Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Meythi, “Rasio Keuangan yang paling baik untuk memprediksi Pertumbuhan
Laba: Suatu studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta,”Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol XI, No. 2,
September, 2005.
Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas Indonesia, 2006.
Ningsih, Daryanti dan Idah Zuhroh. “Analisis Permintaan Kredit Investasi Pada
Bank Swasta Nasional di Jawa Timur.” Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol 8 No. 2 Desember 2010.
125
Puspropanoto, Sawaldjo. “ Keuangan Perbankan dan Pasar Keungan: Konsep,
Teori, dan Realita”.Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004
Pohan, Aulia. “ Potret Kebijakan Moneter Indonesia”. Edisi 1, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. 3rdedition,Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. ZikrulHakim,
Jakarta, 2008.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Parametrik”. Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2012
Satria, Dias dan Rangga Bagus Subegti. “Determinasi Penyaluran Kredit Bank
Umum Periode 2006-2009”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 14
No. 3 September 2010.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rdedition, Raja
GrafindoPersada, Jakarta, 2010
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rdedition, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Susilo, dkk. “Bank dan Lembaga Keungan Lain”. Jakarta, Salemba Empat.2000
Sutojo, Siswanto. “ The Management Of Commercial Bank ( Manajemen Bank
Umum)”.PT Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2007.
Suwarsi, Aqidah Asri. “Pengaruh Loan To Asset Ratio, Rate Of Return On Loan
Ratio, Capital Adiquacy Ratio, dan Non Performing Financing Terhadap
Penyaluran Pembiayaan (Studi Kasus : Bank Syariah Mandiri
Tbk)”.Jurnal Universitas Muhammadiyah Magelang, 2008.
Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998
Undang-Undang No.4 tahun 1964
Undang-Undang No.20 tahun 1968
126
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992
http://www.bi.go.id/statistikkeuangan
Statistik Perbankan Indonesia, Vol.5 No.2 Januari 2007.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol.6 No.2 Januari 2008
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 7 No.2 Januari 2009.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 8 No.2 Januari 2010.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol.9 No.2 Januari 2011.
Statistik Perbankan Indonesia, Vol.9 No.2 Januari 2012.
127
LAMPIRAN 1 : Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2007-2011
Kredit
Modal
TAHUN BULAN
Kerja
(Milyaran)
Y
137,401
Jan
141,351
Feb
148,796
Mar
144,563
Apr
141,794
Mei
157,075
Jun
2007
157,621
Jul
161,865
Ags
166,374
Sep
170,788
Okt
173,875
Nov
Des
188,052
175,053
Jan
177,540
Feb
184,503
Mar
190,444
Apr
199,316
Mei
Jun
213,358
2008
214,318
Jul
224,665
Ags
234,563
Sep
245,055
Okt
249,595
Nov
249,782
Des
241,449
Jan
246,006
Feb
251,179
Mar
251,543
Apr
251,958
Mei
265,779
Jun
2009
Jul
260,018
263,250
Ags
261,284
Sep
261,359
Okt
264,731
Nov
269,867
Des
Suku
Bunga
Kredit
(%)
X1
0.01267
0.01259
0.01241
0.01230
0.01217
0.01188
0.01188
0.01212
0.01158
0.01140
0.01137
0.01123
0.01127
0.01122
0.01112
0.01107
0.01102
0.01097
0.01099
0.01111
0.01134
0.01178
0.01210
0.01218
0.01216
0.01207
0.01204
0.01198
0.01190
0.01180
0.01181
0.01173
0.01169
0.01167
0.01158
0.01136
NPL
ROA
Nilai
Tukar
(%)
X2
(%)
X3
(Rp)
X4
0.1083
0.1105
0.1043
0.1082
0.1076
0.1003
0.1013
0.1008
0.0868
0.085
0.0809
0.065
0.0689
0.0679
0.0559
0.0569
0.0556
0.0515
0.0511
0.0502
0.0462
0.0458
0.048
0.0374
0.043
0.0453
0.0497
0.0503
0.0513
0.0466
0.0481
0.048
0.0436
0.0449
0.0428
0.0346
0.0287
0.0305
0.0274
0.0271
0.0276
0.0267
0.0266
0.0268
0.0265
0.0268
0.0268
0.0276
0.0328
0.0324
0.0274
0.0263
0.0265
0.0243
0.0269
0.0273
0.0262
0.0265
0.026
0.0272
0.0289
0.0292
0.0274
0.0263
0.026
0.0268
0.0264
0.0264
0.0257
0.0267
0.0263
0.0272
9,090
9,160
9,168
9,118
8,828
9,054
9,168
9,410
9,137
9,103
9,376
9,419
9,291
9,230
9,217
9,234
9,318
9,225
9,118
9,153
9,378
10,995
12,151
10,950
11,355
11,980
11,575
11,713
11,340
10,225
9,920
10,060
9,681
9,545
9,480
9,400
128
BULAN
2010
2011
2012
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Kredit
Modal
Kerja
(Milyaran)
Y
Suku
Bunga
Kredit
(%)
X1
222,299
221,720
256,491
256,325
259,003
273,607
272,746
312,044
309,786
309,259
322,530
333,006
313,665
318,136
332,867
336,217
346,205
365,311
371,391
384,215
396,903
394,776
364,603
407,101
389,729
397,034
410,810
417,834
441,105
461,738
457,530
446,639
461,110
463,823
472,704
503,972
0.01088
0.01085
0.01136
0.01127
0.01111
0.01107
0.01113
0.01137
0.01100
0.01103
0.01098
0.01088
0.01085
0.01083
0.00973
0.00971
0.00966
0.00960
0.01052
0.01051
0.01043
0.01039
0.01034
0.01031
0.01033
0.01032
0.01016
0.01004
0.00996
0.01000
0.00999
0.00998
0.00993
0.00994
0.00986
0.00975
NPL
ROA
Nilai
Tukar
(%)
X2
(%)
X3
(Rp)
X4
0.0319
0.0326
0.0307
0.0314
0.0336
0.0301
0.0301
0.0309
0.0297
0.0316
0.0371
0.028
0.032
0.0328
0.0314
0.0321
0.0352
0.033
0.0337
0.0339
0.0318
0.0321
0.0299
0.0255
0.0296
0.0285
0.0273
0.0279
0.0274
0.0261
0.0266
0.0263
0.0248
0.0269
0.0242
0.0221
0.029
0.0277
0.0305
0.0295
0.0287
0.0296
0.0303
0.03
0.0302
0.0306
0.0313
0.0308
0.0332
0.0367
0.0382
0.0376
0.0359
0.038
0.0356
0.0356
0.0372
0.0367
0.036
0.036
0.0376
0.0423
0.0367
0.0359
0.0358
0.0367
0.0364
0.0364
0.0371
0.0374
0.0382
0.038
9,365
9,335
9,115
9,012
9,180
9,083
8,952
9,041
8,924
8,928
9,013
8,991
9,057
9,823
8,709
8,574
8,537
8,597
8,508
8,578
8,823
8,835
9,170
9,068
9,000
9,085
9,180
9,190
9,565
9,480
9,485
9,560
9,588
9,615
9,605
9,670
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia
129
Lampiran 2 : Tabel Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N
KREDIT
SBK
NPL
ROA
KURS
Valid N (listwise)
Minimum
72
72
72
72
72
72
137401.00
.00960
.02210
.02430
8508.00
Maximum
503972.00
.01267
.11050
.04230
12151.00
Mean
285283.3889
.0110782
.0475194
.0309111
9469.5278
Std. Deviation
98526.37149
.00081237
.02490706
.00461677
808.73567
130
Lampiran 3: Tabel Model Regresi. Anova. dan Koefisien
b
Model Summary
Model
1
R
.959
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.920
.915
.10286
a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK
b. Dependent Variable: LnKREDIT
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
F
8.169
4
2.042
.709
67
.011
8.877
71
Sig.
193.003
.000
a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK
b. Dependent Variable: LnKREDIT
Coefficients
a
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
2.537
3.056
LnSBK
-.952
.377
LnNPL
-.480
LnROA
LnKURS
Beta
T
Sig.
.830
.409
-.199
-2.527
.014
.046
-.607
-10.476
.000
.668
.149
.275
4.483
.000
.709
.191
.160
3.723
.000
a. Dependent Variable: LnKREDIT
131
a
Lampiran 4: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
72
.0000000
.97142265
.118
.050
-.118
1.004
.266
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
132
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi
Uji Tolerance dan VIF
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
LnSBK
.192
5.200
LnNPL
.355
2.814
LnROA
.317
3.151
LnKURS
.646
1.549
a. Dependent Variable: LnKREDIT
Uji D-W
b
Model Summary
Model
Durbin-Watson
1
.519
a. Predictors: (Constant), LnKURS, LnNPL, LnROA, LnSBK
b. Dependent Variable: LnKREDIT
Pengobatan Uji D-W
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.001
.008
Ut_1
.741
.081
Standardized
Coefficients
Beta
T
.740
Sig.
.082
.935
9.146
.000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
133
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
a.
B
Std. Error
(Constant)
1.880
2.265
plnSBK_1
-.952
.377
plnNPL_1
-.480
plnROA_1
plnKURS_1
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
.830
.409
-.199
-2.527
.014
.046
-.607
-10.476
.000
.668
.149
.275
4.483
.000
.709
.191
.160
3.723
.000
Dependent Variable: plnKREDIT_1
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
a.
B
Std. Error
(Constant)
.099
.109
LagUt
.986
.018
Standardized
Coefficients
Beta
T
.989
Sig.
.915
.364
54.584
.000
Dependent Variable: ut
Metode
Durbin-Watson d
Theil-Nagar d
Cochrane-Orcutt Step 1
Cochrane-Orcutt Step 2
Nilai ρ
0,7405
0,74588
0,741
0,986
Model Summaryb
Model
Durbin-Watson
1
2.157
a. Predictors: (Constant), lnKURS@, lnROA@, lnNPL@, lnSBK@
b. Dependent Variable: lnKREDIT@
134
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
Uji dengan Metode Glejser
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
2.406
1.853
LnSBK
.268
.228
LnNPL
-.049
.028
LnROA
-.009
.090
LnKURS
-.142
.115
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.299
.198
.320
1.176
.244
-.349
-1.746
.085
-.021
-.101
.920
-.183
-1.234
.222
a. Dependent Variable: abres
135
Download