244 TANAMAN OBAT UNTUK PENGOBATAN

advertisement
Tanaman Obat … (Suprapto Ma’at)
TANAMAN OBAT UNTUK PENGOBATAN KANKER (Bagian 4, terakhir)
Suprapto Ma'at
Laboratorium/Instalasi Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya.Abstract
In the developing and develop countries, cancer treatment using medicinal herbs has been
carried out using both modern and traditional method. In Indonesia the plant resources
supporting the development of medicinal herbs as medication, especially in cancer treatment.
There are several causal factors of the outcome of cancer, so that the treatments are multifarious.
Medicinal herbs with their ingredients have opportunity to play more important role in
supporting the cancer treatment whether as cytostatics, immune therapy, or palliative therapy
with low side effects.
Although Indonesia has abundant flora resources, but the development of medicinal herbs,
especially for cancer treatment is not as good as the expectation. Factors such as professional
human resources in cancer treatment research, clinicians who don’t really trust medicinal herbs
as cancer treatment, and also the traditional healers who always kept their experiences in cancer
treatment as a secret, inhibit the research of medicinal herbs.
Medicinal herbs from Indonesia which have been predicted having anticancer effect, among
others are from Cruciferae family, Solanum nigrum L., Catharanthus roseus (Vinca rosea), Aloe
vera L., Allium sativum L., Curcuma longa L., Nigella sativa L., Morinda citrifolia L.,
Phyllanthus niruri L., Kaempferia rotunda, Manihot esculenta Crantz, Tinospora cordifolia,
Ocimum sanctum, Melia azadirachta L., Centella asiatica (L.) Urban, Euphorbia pulcherrima,
Physalis angulata L., Alstonia sp, some parasites, Andrographis paniculata Ness., Gynura
procumbens (Lour.) Merr., Curcuma zedoaria. They have property as cytostatics,
immunomodulator, antiinflammation, hepatoprotector, and analgesics. It has been predicted that
there are several more medicinal herbs in Indonesia having properties previously said, or even
better.
In order to get standard formulation of medicinal herbs for cancer treatment, a long and hard
work is needed involving all aspects of science, especially pharmacy and medicine. Hopefully this
article could be a trigger in developing medicinal herbs as drug in cancer treatment.
Keywords: anticancer, medicinal herbs
16. Euphorbia pulcherrima
Nama daerah adalah Racunan dan bahan
yang digunakan adalah daun.
Sebagai antitumor
Pengujian anti-tumor dilakukan di Institute
for Biochemistry, University of Oslo, Norway
terhadap dua macam triterpenoid yang diisolasi dari
E. pulcherrima diantaranya 9,19-cycloart-23-ena!"#-diol
dan
9,19-cycloart-25-ena- !"$-diol.
Kedua triterpena tersebut memiliki efek inaktivasi
terhadap sel tumor ascites Ehrlich dengan IC50
%&'&%()*+!#* !,*-(.*/090*%&'&%()*1 !#* !,*'(23*4!14cycloart-25-ena- !* "$-diol, sedangkan triterpena
yang lain aktivitasnya dibawah 50% (1).
17. Physalis angulata L
Nama daerah adalah ciplukan dan bahan
yang digunakan adalah seluruh bagian tanaman
(herba).
244
Sebagai antitumor
Penelitian anti-tumor dilakukan di School of
Pharmacy, College of medicine, National Taiwan
University, Taipei, ROC. Ekstrak etanol dari herba P.
angulata mengandung fisalin F dan fisalin D.
Pengujian sitotoksisitas in vitro dilakukan terhadap 8
macam cell line kanker; 5 macam cell line berasal
dari manusia: HA22T (hepatoma), HeLa (cervix
uteri), KB (nasopharinx), Colo-205 (colon) dan
Calu-1 (paru); 3 macam cell line hewan: H1477
(melanoma), Hep-2 (laryngeal) dan 8401 (glioma)
dengan pengamatan hasil menggunakan metode MTT
dan DEA. Dari hasil pengujian ternyata fisalin F
berkhasiat sebagai anti-hepatoma terbesar, sedangkan
berikutnya adalah khasiat sebagai anti-HeLa. Fisalin
F juga mempunyai efek anti-tumor in vivo terhadap
mencit penderita leukemia dengan P388 lymphocytic
leukemia, sedangkan fisalin D tidak terlalu aktif baik
secara in vivo maupun in vitro (2).
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
18. Alstonia species.
Nama daerah adalah pule dan bahan yang
digunakan adalah kulit batang atau daun.
Sebagai antitumor
Tanaman dari genus Alstonia yang diteliti
sebagai anti-tumor adalah A. macrophylla, A.
glaucescens dan A. scholaris. Pengujian dilakukan di
Department of Pharmacy, King's College London,
UK, terhadap 2 macam cell line kanker paru manusia
MOR-P (adenocarcinoma) dan COR-L23 (large cell
carcinoma). Ternyata efek sitotoksik terhadap kedua
cell line tersebut terdapat pada A. macrophylla. Bahan
berkhasiat dari A. macrophylla berupa alkaloid indola
yang
terdiri
dari
talkarpina,
vilalstonina,
pleiokarpamina dan makralstonina. Diantara keempat
alkaloid tersebut ternyata yang paling aktif adalah
vilalstonina dengan IC50 sebesar 5 muM, sedangkan
alkaloid yang lain kurang aktif (3).
19. Tumbuhan parasit
Diantara tumbuhan parasit yang banyak
digunakan sebagai pengobatan kanker adalah
Mistletoe (Viscum album). Tumbuhan ini berupa
tumbuhan semi-parasit yang tumbuh terutama pada
pohon apel atau tumbuhan lainnya di daratan Eropa
terutama di Jerman. Orang-orang Celtic (Wales,
Skotlandia dan Irlandia) dan orang Jerman kuno
menganjurkan Mistletoe untuk pengobatan kanker,
akan tetapi pada waktu itu para klinisi banyak yang
menentang karena bertentangan dengan konsep
mereka untuk terapi kanker, yaitu bedah, radioterapi,
dan sitostatika (4).
Terapi kanker menggunakan tumbuhan
parasit inilah barangkali yang dijadikan acuan oleh
para pengobat tradisional di tanah air dan bahkan oleh
beberapa dokter umum maupun spesialis. Tumbuhan
parasit yang paling banyak digunakan adalah benalu
teh, namun akhir-akhir ini dikatakan bahwa benalu
yang tumbuh di berbagai macam tumbuhan buah
seperti mangga, apel, jeruk rambutan dll digunakan
sebagai terapi kanker. Dikatakan pula benalu yang
baik sangat tergantung pada pohon induknya (pohon
inang). Walaupun belum ditemukan publikasi tentang
keberhasilan pengobatan kanker dengan tumbuhan ini
namun dari data empirik sudah banyak yang
menyatakan keberhasilannya.
Berbeda dengan benalu di indonesia,
mistletoe telah banyak diteliti sebagai terapi kanker
menggunakan metode yang up to date dan dari hasil
penelitian tersebut tidak sedikit diantaranya yang
dapat membuktikan bahwa tanaman tersebut benarbenar berkhasiat sebagai anti-kanker.
Mistletoe (Viscum album L = VA) sebagai
imunomodulator.
Respon limfosit T in vitro ekstrak VA
terhadap limfosit berasal dari donor yang mendapat
VA dan kontrol, sedangkan ekstrak yang digunakan
berasal dari VA dengan pohon inang apel (mali)
dibandingkan dengan pohon inang "pine" (pini).
Ternyata efek proliferasi terbesar berasal dari VA
berasal dari pohon mali (apel) dan di antara
subpopulasi limfosit T, subpopulasi limfosit T-helper
(CD4) yang paling tinggi mengalami pertumbuhan,
analisis menggunakan antibodi monoklonal tarhadap
variable region dari reseptor sel T membuktikan
bahwa pemberian ekstrak VA akan megaktivasi
limfosit T-helper (5). Ekstrak VA pada dosis 0,25-2,5
!"#$ %&'&($ ")*+(,"-#&+,$ +).&/&$ #&* +-* $ ", /&+,$
seluler dari limfosit T-helper (CD4) dan T-sitotoksik
(CD8) manusia donor yang diuji pada matriks
kolagen tiga dimensi. Peningkatan aktivitas
khemotaktik tersebut banyak membantu limfosit
dalam melaksanakan tugas sebagai sel perondaan
(immune surveillance) (6).
Pengaruh ekstrak VA terhadap monosit
manusia in vitro, meningkatkan sekresi TNF-α dan
IL-1 (sitokin inflamasi), sedangkan reseptor ekstrak
VA dalam bekerja sebagai imunomodulator berupa
lectin-specific carbohydrate; untuk mistletoe lectin-1
melalui D-galaktosa dan mistletoe lectin-II dan III
melalui N-asetil-galaktosamin (7).
Respon imun yang diberikan dalam
pemakaian ekstrak VA diamati melalui 8 orang
relawan yang menerima ekstrak. Dari pengamatan
berbagai parameter imunologik membuktikan bahwa
tidak ada korelasi antara reaktivitas respon imun
seluler dan humoral, dan respon yang terjadi berbeda
antara individu yang satu dengan yang lain. Terhadap
subset Th1 dan Th2 pada kultur limfosit
menunjukkan bahwa Th1 mensekresi IFN-γ dan TNFα sedangkan Th2 mensekresi IL-4 dan IL-6,
dikatakan pula bahwa ekstrak VA dapat
mempengaruhi keseimbangan Th1/Th2 dan apabila
profil sitokin menggeser ke arah Th1 akan banyak
membantu dalam proses penyembuhan kanker (8).
Terhadap sel imunokompeten sel NK
(Natural Killer), kelompok sel yang dapat
mendestruksi sel tumor secara langsung tanpa
memerlukan presentasi antigen oleh molekul MHC
kelas I seperti halnya sel T-sitotoksik (CD8), ekstrak
VA dapat meningkatkan aktivitas sitotoksisitas
maupun jumlah dari sel NK yang diisolasi dari darah
perifer tanpa memerlukan rangsangan dari sitokin
tertentu. Efek tersebut akan meningkatkan khasiat
ekstrak VA dalam imunoterapi kanker (9).
Ekstrak mistletoe sebagai antikanker.
Pemakaian ekstrak mistletoe (Viscum album
= VA) sebagai terapi adjuvan kanker dimulai sejak
1917. Bahan aktif dari ekstrak tersebut berupa lektin
yang memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker
maupun sebagai imunomodulator. Ekstrak VA
memiliki efek samping yang rendah dan belum
pernah dilaporkan adanya efek samping yang fatal
245
Tanaman Obat … (Suprapto Ma’at)
(10). Efek sitotoksisitas langsung ekstrak VA diuji
menggunakan kultur cell line tumor manusia dan
mencit seperti B- cell hybridomas, P-815, EL-4,
Ke37, MOLT-4 dan U937. Ekstrak VA menghambat
pertumbuhan cell line tersebut dan bahkan
menghentikan
sama
sekali
pertumbuhannya,
diperkirakan karena ekstrak VA menginduksi
terjadinya apoptosis (programmed cell death) (11).
Penelitian dengan hewan percobaan mencit yang
ditumbuhi sel melanoma B16F10, setelah diinjeksi
dengan ekstrak VA 100 mg/kg dosis tunggal
menghasilkan penurunan dari ukuran tumor dan
terjadi proses nekrosis dengan respon inflamasi.
Aktivitas sitotoksisitas limfosit lebih meningkat
setelah pemberian serum dari mencit yang terkena
tumor; diperkirakan respon imun humoral juga
berperan dalam pengobatan tersebut (12). Ekstrak VA
juga memiliki efek anti-metastasis terhadap
kolonisasi melanoma B16 dalam paru mencit yang
diamati dengan slide jaringan paru. Hambatan
metastasis tersebut mencapai 58-95% pada dosis 3,
30 dan 150 ng/ml.. Korelasi antara hambatan
metastasis dengan parameter respon imun diketahui
bahwa terjadi peningkatan jumlah makrofag
(CD11b/CD18) dan jumlah timosit immature
(CD4+8+) (13).
20. Andrographis paniculata Ness
Nama daerah adalah sambiloto dan bahan
yang digunakan seluruh bagian tanaman (herba).
Sebagai imunomodulator
A.
paniculata
Ekstrak
dari
dapat
menstimulasi produksi antibodi spesifik terhadap
antigen sel darah merah domba dan meningkatkan
reaksi alergi tipe lambat (DTH). Terhadap makrofag,
meningkatkan indeks migrasi (macrophage migration
index = MMI) dan meningkatkan fagositosis terhadap
sel target Escherichia coli yang dilabel 14C-leucine,
dan terhadap limfosit yang diisolasi dari limpa,
meningkatkan aktivitas proliferasinya, sehingga A.
paniculata disebut sebagai imunostimulator (14).
Sebagai hepatoprotektor
Ekstrak dari daun A. paniculata dapat
menghambat toksisitas hepar oleh karbontetraklorida
(15). Beberapa kelompok tikus yang diinduksi dengan
karbontetraklorida, kemudian diberi ekstrak A.
paniculata secara intraperitoneal dalam bentuk
andrografolida (100 mg/kg), ekstrak metanol (861,33
mg/kg), dan ekstrak metanol bebas andrografolida
(761,33 mg/kg). Hasil pengobatan diamati
berdasarkan parameter biokimia seperti GOT, GPT,
alkalin fosfatase serum, bilirubin serum dan
trigliserida. Hambatan terhadap kerusakan hepar
secara
keseluruhan
adalah
48,6%
untuk
andrografolida, 32% untuk ekstrak metanol dan 15%
untuk ekstrak metanol bebas andrografolida.
Disimpulkan bahwa komponen utama sebagai
246
hepatoprotektor adalah senyawa andrografolida (16).
Ekstrak alkohol dari daun A. paniculata sebanyak 300
mg/kg (1/6 kali LD50) ternyata sangat efektif dalam
mencegah terjadinya kerusakan hepar yang diinduksi
dengan karbontetraklorida yang diamati dengan cara
morfologis, biokimia dan parameter fungsional (17).
Kerusakan hati yang diinduksi dengan parasetamol
pada tikus, dapat dicegah oleh andrografolida pada
dosis 0,75 - 12 mg/kg secara per-oral sebanyak 7 kali.
Pengamatan dilakukan terhadap GOT, GPT dan
alkalin fosfatase, terbukti bahwa andrografolida
merupakan hepatoprotektor yang potensial, bahkan
lebih poten dibandingkan dengan silymarin (18).
Terhadap kerusakan hati yang diinduksi oleh
karbontetraklorida maupun tert-butylhydroperoxide
(tBHP), andrografolida mampu memberikan proteksi
lebih kuat dibandingkan dengan silimarin yang
diamati berdasarkan penurunan dari pembentukan
malondialdehida, GPT dan alkalin fosfatase (19).
Sebagai antitumor
Data klinis pemakaian ekstrak A. paniculata
dilaporkan oleh Chang et al (20) yang menyebutkan
bahwa ekstrak A. paniculata sangat efektif untuk
mengobati malignant trophoblast. Dari 60 kasus
choriocarcinoma (chorioepithelioma) dan malignant
hydatidiform mole dimana 41 diantaranya mengalami
metastasis, setelah pemberian ekstrak A. paniculata
41 kasus mencapai short term remission; 12 kasus
managed with solely.
Paten
A. paniculata telah dipatenkan sebagai antiHIV pada 13 Desember 1996 oleh Pracelsian Inc.
bekerjasama dengan Bastyr University dengan nama
dagang "Andro Vir".
21. Gynura procumbens (Lour) Merr.
Nama daerah adalah daun dewa dan bahan
yang digunakan untuk G. procumbens adalah batang
dan daun, untuk Gynura pseudochina , batang, daun
dan umbi.
Terdapat 2 macam tanaman dengan nama
Gynura
procumbens,
daun
dewa
(Gynura
procumbens var macrophylla) dan sambung nyawa
(Gynura procumbens (Lour.) Merr.) Kandungan
dalam tanaman tersebut berupa alkaloid yang hanya
terdapat dalam daun dewa tetapi tidak dalam ekstrak
daun sambung nyawa. Senyawa flavonoid dan asam
fenolat dalam daun dewa berupa asam klorogenat,
asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat
dan asam vanilat.
Sebagai antitumor
Secara tradisional telah banyak digunakan
sebagai antikanker, beberapa penelitian eksperimental
laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak G.
procumbens mampu menghambat pertumbuhan
tumor pada mencit karena benzo[a]pirena. Dengan
menggunakan metode new-born mice, dimana anak
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
mencit yang baru lahir disuntik secara intraperitoneal
karsinogen BP (benzo[a]pirena) pada hari ke 1, 8 dan
15 setelah kelahiran. Pemberian daun dewa dimulai
pada waktu mencit berumur 8 minggu dan
pemeriksaan nodul paru dimulai setelah mencit
berumur 6 bulan. Pemeriksaan histopatologi terhadap
beberapa organ juga dilakukan dan sebagai data
pendukung dilakukan pula uji antimutagenesis
terhadap Salmonella typhymurium JCM 6977.
Ternyata ekstrak etanol G. procumbens memiliki efek
penghambatan pertumbuhan tumor paru oleh BP,
terbukti dengan lebih sedikitnya jumlah nodul dalam
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
kontrol (21). Pengujian serupa dilakukan di Fakultas
Farmasi Unair terhadap ekstrak heksana yang
diberikan secara intraneoplasma selama 7 kali dengan
interval penyuntikan 2 hari sekali.Evaluasi antikanker digunakan parameter volume kanker dan
pengamatan histopatologi jaringan kanker. Hasil
penelitian menunjukkan pada dosis 2,32 mg/0,2 ml
dan 4,64 mg/0,2 ml dari ekstrak menghambat
pertumbuhan kanker yang didukung oleh data
histopatologi adanya nekrosis dari sel-sel kanker (22).
Fraksi dari ekstrak etanol memiliki toksisitas yang
tinggi (di ba !"#$%%%# &'()*#+!,&#-./0.#-1,&!,#2!3!#
uji ketoksikan menggunakan larva udang (23).
Keamanan pemakaian daun dewa dalam
pengobatan kanker diamati dengan cara menentukan
LD50 terhadap mencit. Dengan menggunakan metode
penghitungan secara Reed-Muench diketahui bahwa
LD50 ekstrak etanol daun dewa sebesar 5,556 gram
per-kilogram berat badan (24). Kalau diasumsikan
berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg maka dosis
letal-50 tercapai kalau mengkonsumsi sebanyak 27,78
gram ekstrak. Dengan demikian ekstrak daun dewa
tergolong dalam practically non-toxic.
22. Curcuma zedoaria.
Sinonim: C. pallida, C. zerumbet, Amomum
zedoaria, C. aromatica, C. kwangsiensis.
Nama daerah adalah temu putih dan bahan
yang digunakan adalah rimpang.
Rimpang dari C. zedoaria mengandung 12,5% minyak menguap yang sebagian besar terdiri
dari seskuiterpena dan terdiri dari tidak kurang 20
komponen, diantaranya zedoaron (kurzerenon),
kurdion,
epikurminol,
kurzeren,
kurkumol
(kurkumenol) dll.
Sebagai antitumor
Uji sitotoksisitas ekstrak dari tanaman ini
terhadap sel kanker ovarian (OVAR-3 cells)
menghasilkan CD50 sebesar 3,1 -# 454# &'()# 678*9#
Injeksi 0,3-0,5 ml secara intraperitoneal ekstrak pada
mencit, dapat menghambat 50 % pertumbuhan
sarcoma 180 tetapi tidak menghambat pertumbuhan
karsinoma ascites Ehrlich, sedangkan injeksi 75
mg/kg secara subkutan dapat menghambat
pertumbuhan dari sarcoma 37, cervical cancer U14
dan karsinoma ascites Ehrlich. Pengamatan respon
imun dalam pengujian ini menunjukkan adanya
peningkatan fibroblas di sekitar jaringan tumor,
meningkatnya infiltrasi limfosit ke dalam masa tumor
dan meningkatnya proses fagositosis terhadap sel
tumor. Uji klinik pemakaian ekstrak C. zedoaria
terhadap 165 kasus penderita kanker serviks
didapatkan hasil 52 kasus achieved of short term
cure, 25 kasus marked effects, 41 kasus improvement
dan 47 kasus unresponsiveness (20).
Sebagai hepatoprotektor
Ekstrak C. zedoaria juga berkhasiat sebagai
hepatoprotektor dan anti-inflamasi. Pemberian peroral ekstrak pada tikus galur Sprague-Dawley
menghambat reaksi inflamasi yang diinduksi
menggunakan karagenin yang disuntikkan secara
subkutan pada telapak kaki tikus dan pengamatan
selanjutnya membuktikan bahwa antiinflamasi yang
terjadi karena kemampuannya menghambat aktivitas
enzim siklooksigenase (26). Ekstrak etanol dari C
zedoaria menurunkan SGPT pada mencit yang
diinduksi dengan karbontetraklorida (27). Penelitian
in vitro dengan kultur hepatosit tikus yang diinduksi
dengan D-galaktosamin/lipopolisakarida menunjukkan bahwa penambahan ekstrak air-aseton dalam
kultur dapat mencegah terjadinya kerusakan sel
hepatosit (28).
Studi klinik
Dari acara PERTEMUAN STRATEGI
PENANGGULANGAN KANKER NASIONAL yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 16-17 April
2001, terungkap bahwa hampir 90% dari penderita
kanker di Indonesia tidak terjangkau pengobatan
modern atau tidak terjangkau dokter. Mereka
umumnya mencari pengobatan alternatif lain yang
kadang-kadang sukar dipertanggung jawabkan secara
ilmiah.
Melalui kerja sama dengan Yayasan
Kanker Wisnuwardhana Surabaya, sebagian besar
dari tanaman obat tersebut telah diformulasikan oleh
Industri Obat Tradisional TRADIMUN Gresik, telah
diregistrasikan dan diujicobakan ke pasien penderita
berbagai macam kanker, baik di Yayasan Kanker
Wisnuwardhana, di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
dan di berbagai senter lainnya.
247
Tanaman Obat … (Suprapto Ma’at)
Tabel 1. Nama dagang yang digunakan untuk produk kanker tersebut di antaranya adalah:
Nama dagang
Curlonga
Curzedo
Androhep
No-flam
No-flam sirup
Gynura
Allium
Crucifera
Centella
Aloe
Typhonium
Vinca
Solanig
Phyllanthus
Phyllanthus sirup
Morinda
Karsinom-1
Kandungan
Curcuma longa
Curcuma zedoaria
Andrographis paniculata
Nigella sativa
Nigella sativa
Gynura procumbens
Allium sativum
Brassica sp
Centella asiatica
Aloe vera
Typhonium divaricatum
Vinca rosea
Solanum nigrum
Phyllanthus niruri
Phyllanthus niruri
Morinda citrifolia
Merremia mammosa, Andrographis paniculata,
Strichnos ligustrina, Myristica fragans
Prinsip pengobatan
1. Tumor/kanker adalah penyakit yang didiagnosis
sesuai dengan kaidah kedokteran modern
menggunakan sarana diagnosis yang berlaku
dalam ilmu kedokteran barat, misalnya dengan
radiodiagnostik, patologi anatomi (biopsi atau
fungsi), patologi klinik (marker tumor dan
hematologi) serta serta diagnosis menggunakan
peralatan canggih lainnya.
2. Obat kanker berasal dari tumbuhan dikategorikan
dalam sitostatika, terapi imun dan terapi
paliatif/suportif.
3. Kanker yang diobati dengan tumbuhan obat
adalah kanker yang tidak memerlukan tindakan
pembedahan.
4. Pengobatan kanker dengan tumbuhan obat
diaplikasikan pada: a) kanker yang terdiagnosa
dini, b) kanker yang telah mendapatkan tindakan
pembedahan, c) diberikan bersama-sama dengan
radioterapi, d) diberikan bersama dengan
khemoterapi baik untuk mendapatkan efek aditif
dan potensiasi maupun sebagai adjuvan
mengurangi efek samping obat, e) sebagai
chemoprevention bagi mereka yang memiliki
risiko tinggi terkena kanker.
5. Monitoring keberhasilan pengobatan dilakukan
seperti halnya dalam pengobatan kanker pada
umumnya, termasuk juga monitoring terhadap
efek samping obat.
6. Obat kanker berasal dari tumbuhan diberikan
secara per-oral, dalam bentuk ekstrak terstandar
dan dalam formula kapsul atau sirup.
Pemilihan obat anti kanker
Untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya
dalam pengobatan kanker dengan tumbuhan obat,
248
Kemasan dalam botol
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
150 ml
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
50 kapsul
100 kapsul
150 ml
100 kapsul
50 kapsul
tidak jauh berbeda dengan pengobatan menggunakan
obat-obatan kimia, di mana perlu diperhatikan antara
lain tepat indikasi, tepat jenis, tepat dosis/takaran,
tepat waktu, tepat cara dan waspada terhadap efek
samping obat.
Pengobatan kanker akan berhasil baik jika
diketahui dan diobati pada stadium dini dan untuk
kanker stadium lanjut umumnya pengobatan
ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita, mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
imunitas tubuh penderita, syukur kalau dapat juga
menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker.
Obat kanker berasal dari tumbuhan obat
umumnya diberikan secara per-oral, artinya ditelan
atau diminum. Oleh karenanya takaran yang tepat
serta rutinitas minum memegang peran penting dalam
keberhasilan pengobatan. Pemberiannya diberikan 2
atau 3 kali sehari dalam jangka waktu yang panjang
dan bahkan dapat diberikan sampai 6 bulan atau
lebih, tergantung dari respon masing-masing
penderita. Apabila setelah 1 bulan pengobatan tidak
memberikan respon apa-apa, kemungkinan kombinasi
tanaman obat yang digunakan kurang sesuai dan perlu
diganti dengan kombinasi yang lain. Respon tubuh
yang dimaksud adalah:
• Perasaan segar dan tidak mudah lelah setelah
mengkonsumsi obat beberapa hari.
• Meningkatnya nafsu makan dan berat badan.
• Tidur lebih nyenyak.
• Berkurangnya komplikasi ikutan yang
terjadi, misalnya rasa sakit dan nyeri, lesu,
mual, muntah, perdarahan dan gejala lain
yang tidak menyenangkan.
• Mengecilnya volume kanker.
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
Seperti halnya pengobatan kanker menggunakan
obat-obatan kimia, memilih obat kanker yang tepat
untuk kanker tertentu merupakan pekerjaan yang
tidak mudah. Masing-masing jenis kanker dan
masing-masing individu memiliki respon terhadap
obat yang berbeda pula, oleh karenanya memerlukan
penilaian yang cermat dalam memilih tanaman obat
untuk pengobatan kanker.
Dari pengalaman dan hasil studi klinik,
ternyata banyak pasien kanker stadium awal yang
seharusnya mendapatkan pelayanan atau pengobatan
secara konvensional, tetapi tidak mampu secara
finansial, oleh karenanya berusaha menggunakan
pengobatan alternatif menggunakan obat tradisional.
Bagi mereka diharuskan membuat semacam
"informed concern". Dalam kenyataannya sementara
ini justru pengobatan menggunakan tanaman obat
banyak dimanfaatkan oleh para dokter yang merawat,
jika kondisi pasien telah mencapai tahap akhir
sehingga hanya memerlukan pengobatan paliatif.
Peningkatan kualitas hidup pasien merupakan tahapan
keberhasilan dari obat tradisional, bahkan tidak
sedikit yang mampu menghentikan perkembangan
sel-sel kanker. Formulasi sementara pengobatan
berdasarkan pengalaman klinik seperti terlihat pada
daftar di bawah
Tabel 2. Pemakaian obat anti-kanker
Kanker
Hati
Obat
Stadium awal
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Androhep 3x1
Phyllanthus 3x2
Mammae
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
No-flam 3x1
Karsinom 3x1
Serviks uteri
Korpus uteri
Ovarium
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Phyllanthus 3x1 (atau
Aloe 3x2)
Kolon
Rektum
Lambung
Crucifera 3x2
Allium 3x2
Typhonium 3x2
Vinca 3x1
Leukemia
Lymfoma
Vinca 3x2
Aloe 3x2
Benalu 3x1
Typhonium 3x2
Phyllanthus 3x2
Stadium lanjut
Typhonium 3x2
Karsinom-1 3x2
No-flam 3x2
Phyllanthus 3x2
Androhep 3x2
Typhonium 3x2
Curzedo
3x2 (atau
Benalu 3x2)
No-flam 3x2
Karsinom 3x2
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Karsinom 3x2
No-flam 3x1
Benalu 3x1
Crucifera 3x2
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Morinda 3x2
Karsinom 3x2
Vinca 3x2
Benalu 3x2
Karsinom 3x1
Typhonium 3x2
Phyllanthus 3x2
Keterangan
Kalau SGOT, SGPT, alkalin
fosfatase tinggi perlu diberi
Hi-stimuno 3x2 sampai titernya
normal kembali. Sirosis diberikan;
Centella 3x2
No-flam bisa diganti dengan
androhep 3x2, tapi beberapa
pasien penggantian ini justru
menyebabkan sakit pada mammae
Pasien dengan perdarahan dan
cachexia karsinom diberikan 3x3
dan No-flam 3x2
Untuk maintenance, diberikan:
Morinda 3x1
Aloe 3x1
Typhonium 3x1
Crucifera 3x1
Untuk maintennace, diberikan:
Morinda 3x1; Curzedo 3x1 dan
Phyllanthus 3x1
Trombositopenia diatasi dengan
pemberian kapsul Psidii 3x2
249
Tanaman Obat … (Suprapto Ma’at)
Tabel 2. Pemakaian obat anti-kanker (lanjutan)
Obat
Kanker
Stadium awal
Stadium lanjut
Pankreas
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Karsinom-1 3x2
No-flam 3x2
Prostat
Typhonium 3x2
Karsinom 3x2
Curzedo 3x1
Aloe 3x1
Karsinom 3x2
Typhonium 3x2
Benalu 3x2 (atau
centella 3x2)
Laring
(Mulut)
Thyroid
Kulit
Paru
Tulang
Aloe 3x2
Phyllanthus 3x2
No-flam 3x2
Androhep 3x2
Centella 3x2
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Typhonium 3x2
Centella 3x2
Phyllanthus 3x2
No-flam 3x1
Morinda 3x2
Vinca 3x2
Typhonium 3x2
No-flam 3x2
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Vinca 3x2
Benalu 3x2
Phyllanthus 3x2 (atau
No-flam 3x2)
Typhonium 3x2
Curzedo 3x2
Androhep 3x2
Karsinom 3x2
Karsinom 3x2
Typhonium 3x2
Benalu
3x2
(atau
Centella 3x2)
No-flam 3x2
Aloe 3x2
Phyllanthus 3x2
No-flam 3x2
Androhep 3x2
Centella 3x2
Typhonium 3x2
Karsinom 3x2
Benalu 3x2
Typhonium 3x2
Centella 3x2
Phyllanthus 3x2
No-flam 3x2
Morinda 3x2
Vinca 3x2
Typhonium 3x2
No-flam 3x2
Benalu 3x2
Karsinom 3x2
Pemberian obat tersebut di atas dapat diberikan pada
pasca-operasi atau bersama dengan radioterapi.
Inovasi komposisi, dosis, lama pemberian dapat
dilakukan sesuai kebutuhan. Untuk kanker stadium
lanjut, keberhasilan berdasarkan pengamatan berat
badan dan status penampilan penderita.
Selain tanaman obat yang diuraikan di atas,
diyakini masih banyak lagi tanaman obat asli
Indonesia yang berkhasiat dalam pengobatan kanker,
baik sebagai sitostatika, terapi imun, khemopreventif
maupun untuk terapi paliatif /nyeri kanker. Untuk itu
diperlukan kerja keras dari berbagai pihak baik dari
para peneliti dari berbagai disiplin ilmu, para klinisi,
penyandang dana maupun dari pihak pemerintah
sendiri.
Dalam Kabinet Persatuan Pembangunan sekarang
terdapat departemen baru yang akan mengelola hasil
kekayaan laut yaitu Departemen Eksplorasi Kelautan.
250
Keterangan
Respon yang didapat parsial,
pengalaman pasien hanya bertahan
6-12 bulan.
Untuk maintenance, diberikan:
Gynura 3x1; Morinda 3x2 dan
Phyllanthus 3x1
Untuk maintenance, diberikan:
Gynura 3x2; Morinda 3x2
Pengobatan dimaksudkan sebagai
imunostimulator dan mengurangi
efek radiasi
Untuk maintenance, diberikan:
Morinda 3x1 ; Phyllanthus 3x1 dan
Centella 3x1
Untuk maintenance, diberikan;
Morinda 3x2 ; Aloe 3x1
Diperkirakan laut juga merupakan salah satu sumber
bahan obat termasuk bahan obat untuk pengobatan
kanker, seperti penelitian yang dilakukan oleh Morris
et al (29) di Department of Chemistry, University of
Aberdeen, Scotland, UK dengan judul "A bioactive
secosterol with unusual A- and B-ring oxygenation
pattern isolated from an Indonesian soft coral
Lobophtlum sp". Dikatakan senyawa secosterol yang
diisolasi dari Lobophytum sp memiliki aktivitas antineoplastik terhadap cell lines human ovarian tumor
dan human leukemia. Dari 17 spesies ganggang laut
yang diambil dari pantai Alexandria Mesir, 9 spesies
diantaranya mempunyai khasiat anti-tumorigenesis
(30).
Kepada para pakar di bidang onkologi di tanah air
dalam menanggapi uraian tentang tanaman obat untuk
kanker di atas tidak ditanggapi secara emosional akan
tetapi sangat diharapkan menanggapinya dengan
kearifan yang tinggi dengan tujuan ikut mengkoreksi,
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
meluruskan dan memberikan berbagai masukan agar
tanaman Obat Asli Indonesia khususnya untuk
pengobatan kanker dapat berkembang seperti yang
diharapkan dalam GBHN negara kita tercinta.
DAFTAR RUJUKAN
1. Smith-Kielland I, Dornish JM, Malterud KE,
Hvistendahl G, Ro,,img C, Bockman OC,
Kolsaker P, Stenstorm Y, Nordal A. Cytotoxic
triterpenoids from the leaves of Euphorbia
pulcherrima. Planta Medica 1996 Aug 62:4 3225.
2. Chiang HC, Jaw SM, Chen CF, Kan WS.
Antitumor agent, physalin F from Physalis
angulata L. Anticancer Res 1992 May-Jun 12:3
837-43.
3. Keawpradup N, Houghton PJ, Eno-Amooquaye
E, Burke PJ. Activities of extract oh Thai
alstonia species against Human lung cancer cell
lines. Planta Medica 1997 Apr 63:2 97-101.
4. Weiss RF. Herbal Medicine. Translated from the
Sixth German Edition of Lehrbuch der
Phytotherapie. Beaconfield Publisher Ltd.1991:
322-327.
5. Fisher S, Scheffer A, Kabelitz D. Stimulation of
specific immune system by mistletoe extracts.
Anticancer Drug 1997 Apr 8 Suppl 1 S33-7.
6. Nikolai G, Friedl P, Werner M, Zanker KS.
Donor-dependent and dose-dependent variation
in the induction of T lymphocyte locomotion in a
three-dimensional collagen matrix system by a
mistletoe preparation (Iscador). Anticancer Drug
1997 Apr 8 Suppl 1 S61-4.
7. Ribereau - Gayon G, Jung ML, Frantz M, Anton
R. Modulation of cytotoxicity and enhancement
of cytokine release induced by Viscum album L
extracts or mistletoe lectins. Anticancer Drug
1997 Apr Suppl 1 S3-8
8. Stein GM, Berg PA. Modulation of cellular and
humoral immune responses during exposure of
healthy individuals toan aqueous mistletoe
extract. Eur J Med Res 1998 Jun 17 3:6 307-14.
9. Schink M. Mistletoe therapy for human cancer:
the role of natural killer cells. Anticancer Drug
1997 Apr 8 Suppl 1 S47-51.
10. Bruseth S, Enge A. Mistletor in the treatment of
cancer. Neither Tidsskr Nor Laegenferon 1993
Mar 30 113:9 1058-60.
11. Janssen O, Scheffer A, Kabelitz D. In vitro
effects of mistletoe extracts and mistletor lectins.
Cytotoxicity toward tumor cells due to the
induction of programmed cell death (apoptosis).
Arzneimittelforschung 1993 Nov 43:11 1221-7.
12. Zarkovic N, Zarkovic K, Grainca S, Kissel D,
Jurin M. The Viscum album preparation Isorel
inhibits the growth of melanoma B16F10 by
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
influencing the tumour-host relationship.
Anticancer Drug 1997 Apr Suppl 1 S17-22.
Weber K, Mengs U, Schwarz T, Hajto T,
Hostanska K, Allen TR, Weyhenmwyer R,
Lentzen H. Effects of standardize mistletoe
preparation on metastatic B16 melanoma
colonization
in
murine
lungs.
Arzneikittelforschung 1998 May 48:5 497-502.
Puri A, Saxena R, Saxena RP, Saxena KS,
Srvastava C, Tandon JS. Immunostimulant agent
from Andrographis paniculata. J Nat Prod 1993
Jul 56:7 995-9.
Choudhury BR, Poddar MK. Andrographolide
and kalmegh (Andrographis paniculata) extract:
in vivo and in vitro effect on hepatic lipid
peroxidation. Methods Find Exp Clin Pharmacol
1984 Sep 6:9 481-5.
Handa SS, Sharma A. Hepatoprotective activity
of
andrographolide
from
Andrographis
paniculata against carbontetrachloride. Indian J
Med Res 1990 Aug 92 276-83.
Rana AC, Avadhoot Y. Hepatoprotective effects
of
Andrographis
paniculata
against
carbontetrachloride-induced liver damage. Arch
Pharm Res 1991 Mar 14:1 93-5.
Visen PK, Shukla B, Patnaik GK, Dhawan BN.
Andrographolide protects rat hepatocytes against
paracetamol-induced damage. J Ethnopharmacol
1993 Oct 40:2 131-6.
Kapil A, Koul IB, Banerjee SK, Gupta BD.
Antihepatotoxic effets of major diterpenoid
constituents of Andrographis paniculata.
Biochem Pharmacol 1993 Jul 6 46:1 182-5.
Chang HM, But PPH. Pharmacology and
Applications of Chinese Materia Medica. Vol 1.
World scientific. 1986.
Sugiyanto, Edy Meiyanto, B. Sudarto. Uji
antikarsinogenik dan antimutagenik preparat
tradisional daun Gynura procumbens (Lour.)
Merr. Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XII, Bandung. 1997.
Sukardiman, IGP Santa, Wien Aris RK. Uji
antikanker ekstrak heksan daun dewa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.) pada kanker mencit
yang diinduksi dengan benzopiren. Seminar
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII,
Bandung 1997.
Edy Meiyanto, Sugiyanto, B. Sudarto. Uji
ketoksikan fraksi ekstrak etanol daun Gynura
procumbens (Lour.) Merr. Serta identifikasi awal
senyawa aktifnya. Seminar Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia XII. Bandung. 1997.
Sudarso, Fachrudin T, Eva Firmina S, Asnah M.
Toksisitas sari etanol daun dewa (Gynura
procumbens (Lour.) Merr.). Seminar Nasional
Tumbuhan Obat Indonesia XII, Bandung. 1997.
251
Tanaman Obat … (Suprapto Ma’at)
25. Syu WJ, Shen CC, Don MJ, Ou JC, Lee GH, Sun
CM. Cytotoxicity of curcuminoids and some
novel compounds from Curcuma zedoaria. J Nat
Prod 1998 Dec. 61:12 1531-4.
26. Yoshioka T, Fujii E, Endo M, Wada K,
Tokunaga Y, Shiba N, Hosho H, Shibuya H,
Muraki T. Antiinflammatory potency of
dehydrocurdione,
a
zedoary-derived
sesquiterpene. Inflamm Res 1998 Dec 47:12
476-81.
27. Xiang ZX, He XQ, Zhou GF, Li CH. Protective
effect of an ethanolic extract and essential oil of
Curcuma kwangsinensis S against experimental
liver lesions in mice. Chung Kao Chung Yao Tsa
Chih 1989 May 14:5 303-5, 320.
28. Matsuda H, Ninomiya K, Morikawa T,
Yoshikawa M. Inhibitory effect and action
252
mechanism of sesquiterpenes from Zedoariae
Rhizoma
on
D-galactosamine/
lipopolysaccharide-induced liver injury. Bioorg
Med Chem Lett 1998 Feb 17 8:4 339-44.
29. Morris LA, Christie EM, Jaspars M, van
Ofwegwn LP. A bioactive secosterol with an
unusual A- and B-ring oxygenation pattern
isolated from an Indonesian soft coral
Lobophytum sp. J Nat Prod 1998 Apr 61:4 53841.
30. El Masry MH, Mostafa MH, Ibrahim AM, elNaggar MM. Marine algae that display antitumorigenic activity against Agrobacterium
tumefaciens. FEMS Microbiol Lett 1995 May 1
128:2 151-5.
Download