BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan (Krisno, 2002). Kelebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak tubuh sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat badan, ukuran dan jumlah sel adiposa. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut, maka akan muncul gangguan metabolik tubuh lain yang biasa disebut sindroma metabolik atau syndrome X (Mutiyani dkk., 2014). Prevalensi obesitas mengalami peningkatan dua kali lipat di seluruh dunia sejak tahun 1980. Pada tahun 2014 lebih dari 1,9 milyar orang dewasa diketahui mengalami kelebihan berat badan. Sebanyak 39% mengalami kelebihan berat badan dan 13% mengalami obesitas (WHO, 2015). Di Indonesia apabila dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2013 prevalensi obesitas pada laki – laki dewasa mengalami peningkatan sebesar 11.9%, sedangkan pada perempuan dewasa meningkat sebesar 18,1 % dari tahun 2007, dan sebesar 17,5 % dari tahun 2010 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013). Selama ini, intervensi terhadap obesitas lebih ditekankan pada pengaturan diet, yaitu pembatasan asupan kalori, latihan fisik, atau kombinasi keduanya, serta penggunaan obat–obatan. Akan tetapi, penggunaan obat–obatan antiobesitas memiliki banyak efek samping seperti dapat menyebabkan kerusakan hepar dan 1 batu ginjal (Davey, 2005). Hal tersebut memicu kecenderungan untuk mencari terapi anti obesitas yang berasal dari bahan–bahan alami karena memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat sintetik. Kacang merah (Phaseolus vulgaris) merupakan salah satu bahan makanan yang diduga memiliki efek anti obesitas. Hal tersebut karena kacang merah merupakan sumber serat yang baik, sumber protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan fitokimia. Dalam 100 gram kacang merah kering, mengandung serat sebesar 6,9 g, pati resisten 44,12 g, karbohidrat 62,9 g, protein 22,4 g, senyawa katekin 61 mg, saponin 56 mg, anthosianin 45 mg, quersetin 31 mg, tripsin inhibitor 7 mg, phasine 4 mg, dan asam fitat 3 mg (Atchibri dkk., 2010). Kacang merah memiliki kadar karbohidrat tertinggi, kadar protein yang setara dengan kacang hijau, kadar lemak yang jauh lebih rendah dibanding kacang kedelai dan kacang tanah, serta memiliki kandungan serat yang setara dengan kacang hijau, kedelai, dan kacang tanah. Apabila dibandingkan dengan bahan makanan lain, seperti beras, jagung, sorgum dan gandum, kandungan serat pada kacang merah adalah yang paling tinggi (Astawan, 2009). Penelitian–penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa kandungan serat kacang merah berperan penting dalam manajemen berat badan pada obesitas (Tucker, dkk., 2009). Selain itu, telah terbukti bahwa kacang merah memiliki efek hipolipidemik, manajemen berat badan melalui penurunan asupan makanan, serta penghambatan absorbsi lemak abdominal di saluran cerna (Fantini, dkk., 2009; Chavez – santoscoy, dkk., 2013). Pada penelitian sebelumnya yang meneliti konsumsi bubuk kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) terhadap resiko penyakit 2 kardiovaskuler dan obesitas pada tikus serta mencit telah membuktikan adanya efek antiobesitas, yaitu terjadi penurunan berat badan dan indeks Lee (indeks obesitas) pada kelompok mencit yang diberi diet tinggi lemak dan kacang merah (Zhu, 2012). Namun penelitian-penelitian sebelumnya belum meninjau efek anti obesitas kacang merah dari segi lemak abdominalnya. Selain itu belum banyak yang menggunakan metode fermentasi kacang merah dalam bentuk tempe pada penelitian–penelitian sebelumnya. Kacang merah akan diolah dengan cara fermentasi menjadi tempe serta dikukus. Penggunaan kacang merah sebagai bahan pembuatan tempe tersebut diharapkan dapat meningkatkan keanekaragaman makanan fungsional di Indonesia. Proses fermentasi pada kacang merah dapat menurunkan asam fitat dan senyawasenyawa anti-nutrisi lainnya sehingga lebih mudah dicerna (Mahmod dkk., 2011). Proses pengolahan pengukusan dipilih karena tidak banyak menyebabkan perubahan pada zat gizi kacang merah. Selain itu proses tersebut juga dapat meningkatkan daya cerna dari kacang merah (Bidiharjo, 2009). Penelitian yang dipublikasi mengenai tempe kacang merah dan kacang merah kukus serta pengaruhnya terhadap berat badan dan berat lemak abdominal masih sangat terbatas. Melalui penelitian ini, peneliti ingin menganalisis efektivitas dari pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus dalam mencegah kenaikan berat badan dan lemak abdominal. 3 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pemberian tempe kacang merah terhadap berat badan dan berat lemak abdominal tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak? 2. Bagaimana pengaruh pemberian kacang merah kukus terhadap berat badan dan berat lemak abdominal tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis pengaruh pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus terhadap berat badan dan berat lemak abdominal pada tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh pemberian tempe kacang merah terhadap berat badan pada tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak. b. Mengetahui pengaruh pemberian tempe kacang merah terhadap berat lemak abdominal pada tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak. c. Mengetahui pengaruh pemberian kacang merah kukus terhadap berat badan pada tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak. 4 d. Mengetahui pengaruh pemberian kacang merah kukus terhadap berat lemak abdominal pada tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak. e. Mengetahui perbedaan efektivitas antara tempe kacang merah dan kacang merah kukus dalam menurunkan berat badan dan berat lemak abdominal pada tikus Sprague Dawley jantan yang diberi diet tinggi fruktosa dan tinggi lemak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang peranan pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus dalam mencegah kenaikan berat badan dan lemak abdominal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Aplikasi Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa mengkonsumsi tempe kacang merah dan kacang merah kukus dapat mencegah kenaikan berat badan dan lingkar pinggang akibat pola makan yang tinggi karbohidrat dan tinggi lemak. Selain itu juga memberikan upaya pengembangan makanan fungsional untuk orang obesitas. 5 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian tempe kacang merah dan kacang merah kukus terhadap berat badan dan berat lemak abdominal belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun, terdapat beberapa penelitian serupa yang telah dilakukan dan menjadi dasar inspirasi penulis untuk melakukan penelitian ini. 1. Zhu dkk (2012) dengan judul “Edible Dry Bean Consumption (Phaseolus vulgaris L.) Modulates Cardiovascular Risk Factors and Diet – Induced Obesity in Rats and Mice”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi mekanisme aktivitas kardioprotektif dari bubuk kacang merah. Pada penelitian ini, selain dilakukan identifikasi pengaruh konsumsi bubuk kacang merah terhadap plasma lipid dan protein hepatik juga dilakukan identifikasi pengaruhnya terhadap mencit obesitas. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa konsumsi bubuk kacang merah dalam waktu singkat baik pada tikus maupun mencit dapat menurunkan total kolesterol dan kolesterol LDL plasma tanpa mempengaruhi kolesterol HDL dan total trigliserida. Sedangkan konsumsi bubuk kacang merah pada mencit yang obesitas menghasilkan penurunan berat badan serta indeks Lee sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi bubuk kacang merah dapat memberikan efek kardioprotektif dan berperan dalam regulasi berat badan. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada salah satu variabel terikatnya, yaitu melihat berat badan hewan coba. Sedangkan perbedaannya adalah pada hewan coba yang digunakan, penelitian yang akan dilakukan menggunakan tikus jenis Sprague Dawley jantan, sedangkan pada penelitian 6 Zongjian Zhu menggunakan tikus Sprague Dawley betina dan mencit jantan. Selain itu juga terdapat perbedaan pada variabel bebas yang digunakan, pada penelitian Zongjian Zhu digunakan bubuk kacang merah yang sudah dikeringkan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tempe kacang merah dan kacang merah kukus. 2. Krisanti (2012) dengan judul, “Pemberian Ekstrak Anggur (Vitis vinifera) Oral dapat Mencegah Kenaikan Berat Badan dan Lemak Abdominal pada Tikus Wistar Jantan yang Diberi Diet Tinggi Karbohidrat dan Lemak”. Penelitian tersebut menggunakan metode eksperimental posttest only control group design. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak anggur dapat mencegah kenaikan berat badan dan berat lemak abdominal pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi lemak dan karbohidrat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Krisanti (2012) adalah pada variabel terikatnya, yaitu melihat berat badan dan berat lemak abdominal. Persamaan lainnya adalah jenis diet yang digunakan yaitu diet tinggi lemak dan karbohidrat. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebasnya, pada penelitian Krisanti (2012) digunakan ekstrak anggur, sedangkan pada penelitian ini adalah tempe kacang merah dan kacang merah rebus. Perbedaan lainnya adalah dari jenis hewan coba yang digunakan, pada penelitian ini tikus putih Rattus norvegicus galur Sprague Dawley berjenis kelamin jantan adalah hewan coba yang digunakan. 7