BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 PENGERTIAN PEMASARAN Pemasaran merupakan salah satu fungsi dari kegiatan pokok perusahaan disamping fungsi yang lain selain seperti keuangan, produksi, dan personalia. Kegiatan pemasaran sebagaimana telah diketahui bersama adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan agar barang atau jasa yang diproduksi atau dihasilkan dapat sampai ke tangan konsumen sebagai pihak yang membutuhkan. Disamping itu, kegiatan pemasaran juga bertujuan memperoleh laba yang maksimal untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler & Keller (2008), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran menurut Laksana (2008) adalah segala kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Shultz yang dikutip oleh Alma, (2005) ”Manajemen pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan”. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 2.1.2 PENGERTIAN BRAND IMAGE (CITRA PRODUK) Merek merupakan atribut produk yang di anggap penting terutama dalam menumbuhkan persepsi yang positif dan konsumen akan percaya setelah menilai atribut yang dimiliki suatu merek tersebut. Persepsi positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tersebut akan menciptakan citra merek. Upaya membangun Brand Image (citra merek) merupakan tujuan utama bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya karena imageproduk merupakan gambaran total dari pikiran konsumen atau pelanggan sasaran terhadap produk dan merk. Rangkuti (2004) menyatakan merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.Alma (2005) mengatakan, citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman sesorang terhadap sesuatu. Ada beberapa pengertian brand image dari beberapa ahli: Menurut Kotler & Keller (2008): “Brand image (citra merek) adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen”. Sedangkan menurut Sastradipoera (2003): “Brand image (citra merek) adalah lukisan, bayangan, kesan, penampakan secara simbolis, atau anggapan tentang merek suatu barang atau jasa”. Menurut Schiffman & Kanuk (2007) brand image(citra merek) adalah sekumpulan asosiasi mengenai suatu merek yang tersimpan dalam benak atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 ingatan konsumen, sedangkan Tjiptono (2008) menyatakan bahwa brand image (citra merek) yaitu deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Brand image(citra merek) merupakan serangkaian kepercayaan konsumen tentang merek tertentu sehingga asosiasi merek tersebut melekat di benak konsumen. Brand image (citra merek)merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Persepsi konsumen terhadap suatu produk akan menggerakan keinginan konsumen dalam membeli produk tersebut. Apabila brand image (citra merek) suatu produk sudah jelek atau tercoreng, maka akan menjadi kecil persentase konsumen untuk membelinya, karena konsumen akan tergerak hatinya untuk mencari produk lain yang citra mereknya lebih baik ketimbang produk tersebut. Kotler & Keller (2008), mengatakan bahwa merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli, bukan hanya sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan tertentu dengan kompetitornya, merek bahkan dapat mencerminkan 6 (enam) makna, yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 1. Atribut : suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. 2. Manfaat : atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3. Nilai : suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. 4. Budaya : suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu. 5. Kepribadian : suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai : suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan suatu produk 2.1.2.1 PROSES PEMBENTUKAN BRAND IMAGE (CITRA MEREK) Pembentukan brand image (citra merek) di masyarakat erat kaitannya dengan persepsi yang ada dalam masyarakat terhadap brand atau merek tersebut. Image adalah persepsi yang relatif lebih unggul dibanding pesaing. Inilah yang disebut dengan posisi merek (brand position). Proses pembentukannya disebut positioning. Brand atau merek yang berhasil adalah brand yang memiliki posisi yang kuat. Agar posisi merek kuat, tentu harus di kenal dulu dengan menempatkan brand atau merek dalam benak konsumen. Untuk itu brand atau merek harus bersaing untuk masuk ke dalam memori konsumen. Kapasitas otak konsumen terbatas, padahal setiap hari konsumen di bombardir oleh ribuan stimuli. Akibatnya, tidak semua brand atau merek dapat tertampung. Secara alamiah, otak konsumen menggerakan panca indera mereka untuk menyeleksi brand atau merek untuk diperhatikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Pada langkah awal ini, keberadaan merek dalam pikiran terbatas pada pengenalan brand atau merek, yang disebut sebagai brand awareness. Pada tingkatan paling rendah, dimana hanya sekedar tahu keberadaan brand atau merek, konsumen belum dapat membentuk gambaran atau persepsi tentang merek. Proses asosiasi adalah suatu bentuk pengorganisasian stimulus guna membentuk persepsi (Simamora, 2004). Persepsi inilah yang pada akhirnya akan membentuk brand image atau citra merek terhadap suatu merek. Menurut Dewi (2005), pada dasarnya brand image (citra merek) dibangun dengan 3 (tiga) cara yaitu: 1. Feature-based Suatu brandatau merek dapat dinilai lebih tinggi dengan menambahkan fitur produk yang bisa menjadi pembangkit citra atau asosiasi dengan cara membangkitkan dan menjalin ikatan emosional dengan konsumen. 2. User-imagery User-imagery digunakan jika sebuah brand menciptakan citra dengan memfokuskan pada siapa yang menggunakan brand tersebut. Karakteristik pengguna brand atau merek tersebut menjadi nilai dari brand atau merek tersebut di mata konsumen. 3. Iklan Kampanye iklan yang efektif bisa membentuk citra produk misalnya dengan mengasosiasikan suatu brand dengan golongan konsumen tertentu atau dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat, bahkan iklan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 suatu brand tertentu bisa jadi pembeda utama yang membuat suatu produk berbeda dari produk-produk sejenis. Menurut Arnold (1996), brand image(citra merek) yang kuat dapat diperoleh dengan cara: 1. Being different, yaitu produk harus memiliki pembeda atau keistimewaan sehingga mudah diingat dan dikenal. 2. Melibatkan slogan atau jingle sehingga mudah diingat dalam aktivitas promosi. 3. Symbol exposure, yaitu tanda, logo, simbol, yang memudahkan untuk mengenalkan produknya agar konsumen dapat mengenalkan brand pada konsumen. 4. Mempertimbangkan brand extension untuk membuat brand lebih menonjol. 5. Menggunakan tanda pengenal atau identifikasi pada produk, seperti menciptakan kemasan yang unik, penggunaan warna yang menarik. 6. Recall requaries, untuk mencapai tingkat brand image(citra produk) yang diinginkan. 2.1.2.2 DIMENSI BRAND IMAGE (CITRA MEREK) Menurut Simamora (2004), komponen brand image (citra merek) terdiri atas 3 (tiga) bagian, yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 1. Citra pembuat (corporate image) Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Dalam penelitian ini citra pembuat meliputi popularitas, kredibilitas serta jaringan perusahaan. 2. Citra pemakai (user image) Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputipemakai itu sendiri, gaya hidup atau kepribadian, serta status sosialnya. 3. Citra Produk (product image) Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi artibut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya, serta jaminan. 2.1.2.3 HUBUNGAN BRAND IMAGE (CITRA MEREK) DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN Sebuah brand (merek) membutuhkan image (citra) untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat, dalam hal ini pasar sasarannya tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Bagi perusahaan, citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi ini berdasarkan pada apa yang masyarakat ketahui tentang perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itulah perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan para konsumen. Brand image (citra merek) menjadi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting di dalam pembelian. (Alfian, 2012). Brand Image (citra merek) mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek lain. Citra terhadap merek berhubungan sengan sikap yang berupa keyakinan dan prefensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, (Setiadi, 2003). Wicaksono (2007) mengemukakan pentingnya pengembangan brand image (citra merek) dalam keputusan pembelian. Brand image (citra merek) yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. b. Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk. c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing. Penciptaan kesan menjadi salah satu karateristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 2.1.3 KUALITAS PRODUK Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2008). Keunggulan kompetitif suatu produk merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk baru, dimana kesuksesan produk diukur dengan parameter jumlah penjualan produk (Tjiptono, 2008). Menurut Kotler dan Amstrong (2008), kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat paten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe dalam Alma (2011) menyatakan bahwa kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Menurut Kotler (2012), kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Kotler (2012) menyatakan bahwa pencapaian kualitas yang baik bagi suatu perusahaan dibutuhkan beberapa ukuran untuk merumuskan kebijakan mengenai kualitas produk yaitu : 1. Fungsi barang Mempengaruhi kepuasan konsumen, maka harus memeproduksi barang yang mutunya sesuai dengan fungsi serta kegunaanya, daya tahanya, peralatanya dan kepercayaanya. 2. Wujud luar seperti bentuk, warna dan susunanya Bila wujud luar dari barang tersebut tidak menarik meskipun kualitas barangnya baik maka belum tentu konsumen tertarik. 3. Biaya barang Pada umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu suatu barang tersebut. Menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefit) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008) adalah: 1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk. 2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk. 4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk. 5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan. 6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk. 7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. 8. Serviceability, meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta kompetensi dan keramahtamahan staff layanan. Adapun tujuan dari kualitas produk adalah mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan, mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin, mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin, dan mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin (Kotler, 2012). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2.1.3.1 HUBUNGAN KUALITAS PRODUK DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN Kualitas produk erat kaitannya dengan keputusan pembelian, dimana kualitas produk menjadi salah satu aspek pertimbangan konsumen dalam memutuskan pembelian. Kualitas yang baik akan berujung pada kepuasan konsumen yang selanjutnya akan membuat konsumen tersebut menjadi loyal terhadap produk tersebut. Perusahaan harus dapat memberikan kualitas yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dengan memperhatikan standar-standar kualitas pasar yang ada. Hal ini dimasudkan agar kualitas yang diberikan perusahaan tersebut tidak kalah saing dibandingkan perusahaan kompetitornya. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan kualitas produk adalah salah satu yang paling diandalakan oleh seorang pemasar dalam memasarkan suatu produk. Menurut Kotler dan Amstrong (2008), semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan pembelian. 2.1.4 PENGERTIAN KEPUTUSAN PEMBELIAN Masyarakat yang bertindak sebagai konsumen sangat penting erat kaitannya bagi perusahaan, di mana konsumen dijadikan sasaran dan tujuan suatu perusahaan untuk memasarkan produknya. Konsumen membutuhkan dan menginginkan produk ataupun jasa yang sesuai dengan harapan serta selera http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 mereka, dari permintaan itulah perusahaan-perusahaan yang ada membuat produk ataupun jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler &Keller, 2008). Sedangkan menurut Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa keputusan pembelian sebagai keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, di mana membeli, dan bagaimana cara pembayarannya. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) adalah “the selection of an option from two or alternative choice”. Dapat diartikan, keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada. Dalam membeli suatu barang atau jasa, seorang konsumen harus melewati beberapa tahapan atau proses dalam keputusan pembelian. Adapun tahap-tahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2008) yaitu: 1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition) Proses pembeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yangdapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. Para pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 semua itu muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk tertentu ini. 2. Pencarian Informasi Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika dorongan konsumen kuat, dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu tinggal mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu. 3. Penilaian Alternatif Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin tentang banyak hal, selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa alternatif yang ada dan menentukan langkah selanjutnya. Penilaian ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen (waktu, uang dan informasi) maupun risiko keliru dalam penilaian. 4. Keputusan Membeli Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak. Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian ini, perusahaan atau pemasar perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen, misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 oleh konsumen dalam pemilihan penjualan (motif langganan/patronage motive), faktor-faktor apakah yang menentukan kesan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian konsumen. 5. Perilaku setelah pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau tidak ada kepuasan. ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan sebagainya. Untuk mencapai keharmonisan dan meminimumkan ketidakpuasan pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, atau juga pembeli harus mengeluarkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan evaluasi sebelum membeli. Pengenala n Masalah Pencarian Informasi Penilaian Alternatif Keputusan Membeli Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan ( Sumber : Data diolah ) Banyak konsumen dalamKkeputusan pembelian K faktor yangKmempengaruhi K K terhadap suatu produk atauk jasa. Menurut Amir (2005), adak4 (empat) faktor yang k k k mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian yaitu faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 1. Faktor Kebudayaan Dalam faktor kebudayaan ada komponen budaya itu sendiri, yaitu sub budaya, dan kelas sosial. Komponen sub-budaya dapat diartikan suku suku tertentu yang memiliki budaya sendiri. Sementara untuk kelas sosial tidak hanya dibagi berdasarkan tingkat pendapatan saja, melainkan pengelompokan masyarakat yang mempunyai minat, nilai-nilai serta perilaku yang serupa. 2. Faktor Sosial Karena manusia merupakan makhluk sosial maka pada dasarnya individu sangat mendapatkan pengaruh dari orang-orang disekitarnya saat membeli suatu barang kebutuhannya. 3. Faktor Pribadi Faktor dalam diri tiap individu tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan hidupnya yang berbeda satu sama lain. Aspek usia dan siklus hidup, pekerjaan, gaya hidup, serta pribadi dan konsep diri merupakan empat faktor penting bagi pemasar untuk mengetahui perilaku konsumen. 4. Faktor Psikologis Aspek ini merupakan bagian dari pribadi. Akan tetapi psikologis mempunyai peran yang signifikan pada perilaku konsumen. Dari sekian banyak bidang dalam psikologi, kepercayaan dan sikap (belief and behavior), motivasi, persepsi, dan pembelajaran merupakan empat hal yang paling mendapat perhatian dalam pemasaran. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Kotler (2012) menyebutkan bahwa keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Menurut Sutisna (2003), dimensi untuk mengukur keputusan pembelian yang diambil oleh konsumen antara lain: 1. Benefit Association Kriteria benefit association menyatakan bahwa konsumen menemukan manfaat dari produk yang akan dibeli dan menghubungkannya dengan karakteristik merek. 2. Prioritas dalam membeli Prioritas untuk membeli terhadap salah satu produk yang ditawarkan bisa dilakukan oleh konsumen apabila perusahaan menawarkan produk yang lebih baik dari produk pesaingnya. 3. Frekuensi pembelian Ketika konsumen membeli produk tertentu dan ia merasa puas dengan kinerja produk tersebut, maka ia akan sering membeli kembali produk tersebut kapanpun ia membutuhkannya. 2.2 PENELITIAN TERDAHULU Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penelitian yang telah dilakukan sebelumnnya dengan yang akan dilakukan. Dibawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang pernah dilakukan: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Judul Penelitian Variabel Pengaruh Dependen: Hasil Penelitian Robby Analisis Selestio, Citra Merek, Citra Merek penelitian (2013) Kualitas Produk (X1), dan Promosi Kualitas Secara keseluruhan, hasil tersebut menunjukan bahwa variabel merek, citra Terhadap Produk kualitas produk,dan Kepitusan (X2), promosi berpengaruh Pembelian Air Promosi Minum Dalam (X3) Kemasan (AMDK) Merek Oasis positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian air minum Independen: dalam kemasan (AMDK) Keputusan merek Oasis. Pembelian (Y) 2. Brand Dependen: Fransisca Pengaruh Paramitasari Image Musay, Keputusan (2013) Pembelian (Survei (X1), Citra dan Pada Terhadap Citra Perusahaan Konsumen Pemakai Berdasarkan hasil uji T dapat diketahui bahwa variabel citra perusahaan citra berpengaruh KFC Kawi Malang) (X2), Citra signifikan produk secara sedangkan Produk variabel (X3) berpengaruh positif akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ citra pemakai 27 tetapi tidak berpengaruh Independen: secara signifikan. Loyalitas konsumen (Y) 3. Praba Analisis Pengaruh Dependen: Sulistyawati, Citra Merek (2011) Kualitas Variabel Citra Merek Kualitas Produk (X2)berpengaruh secara dan Citra Merek (X1), Produk (X1), TerhadapKeputusan Kualitas positif terhadap keputusan Pembelian pembelian. Produk LaptopMerek Acer (X2) di Kota Semarang Independen: Keputusan Pembelian (Y) 4 Bella Pengaruh Citra Dependen: Terdapat pengaruh yang Gusniar, Merek (2014) Image) Harga dan (X1), Harga antara harga (X2) dan (Brand Citra Merek positif Kualitas Produk (X2), dan dan kualitas TerhadapKeputusan Kualitas terhadap PembelianProduk pembelian, Hand and Produk Body (X3) http://digilib.mercubuana.ac.id/ signifikan produk (X3) keputusan sendangkan untuk variabel citra merek 28 Lotion Merek Citra (X1) menghasilkan Independen: pengaruh Keputusan yang positif namun tidak signifikan. Pembelian (Y) 5. Puji Isyanto, Pengaruh Kualitas Independen: Kualitas Eman Herligiani S, Produk Terhadap Kualitas Handphone Blackberry rata-rata Keputusan Produk mahasiswa menjawab baik Pembelian (X1) dalam Handphone menggunakan handphone Blackberry Pada Dependen: Mahasiswa Keputusan performa, Ekonomi Pembelian keandalan, Universitas (Y) daya Singaperbangsa Blackberry dipengaruhi oleh keistimewaan, tahan, konformasi, pelayanan, estetika, kualitas. Karawang Sumber : (Data diolah) 2.3 RERANGKA PEMIKIRAN Rerangka pemikiran penelitian menggambarkan pengaruh dari variabel independen dalam hal ini adalah Brand Image (citra merek) (X1) dan Kualitas Produk (X2) terhadap variabel dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y). Adapun rerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Brand Image H1 (X1) Kualitas Produk H2 Keputusan Pembelian (Y) (X2) Gambar 2.2Rerangka Pemikiran (Sumber : Data diolah) 2.4 HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2013). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan rerangka pemikiran tersebut di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Diduga Brand Image (citra merek) berpengaruh terhadap keputusan pembelian laptop merek Toshiba. H2 : Diduga kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian laptop merek Toshiba. http://digilib.mercubuana.ac.id/