BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen
Hasibuan (2008 : 1) mengatakan bahwa : “Manajemen berasal
dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan
melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupalan sesuatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan”. Untuk lebih jelasnya berikut
beberapa definisi mengenai manajemen :
a. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
b. Andrew F. Sikula
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan,
pengorganisasian,
pengendalian,
penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan,
yang
dilakukan
oleh
setiap
organisasi
dengan
tujuan
untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk dan atau jasa secara
efisien.
7
c. G.R Terry
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
d. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Manajemen adalah suatu usaha mencapai tujuan tertentu melalui
kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lai yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
2.1.2 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan ialah aktiitas pemilik dan manajemen
perusahaan itu untuk memperoleh sumber modal yang semurahmurahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien dan seproduktif
mungin untuk menghasilkan laba. Aktifitas itu meliputi:
a. Aktifitas pembiayaan (financing activity)
Aktifitas pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan manajemen
perusahaan untuk mencari sumber modal untuk membiayai kegiatan
bisnis. Sumber pembiayaan terdiri dari sumber eksternal dan
internal.
1. Sumber eksternal
8
a. Modal pemilik atau modal sendiri ( owner capital atau owner
equity) atau modal saham (capital stock) yang terdiri dari
saham istimewa (preferred stock) dan saham biasa (common
stock).
b. Hutang (debt),hutang jangka pendek (short term debt) dan
hutang jangka panjang ( long term debt).
c. Lain-lain, misalnya hibah
2. Sumber internal
a. Laba ditahan
b. Penyusutan,
amotisasi,
dan
deplesi
(depreciation,
amortization, dan deplesion).
c. Lain-lain misalnya penjualan harga tetap yang tidak produktif.
b. Aktivitas investasi (investment activity)
Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan yang berdasar
pemikiran hasil yang sebesar-besarnya dan risiko yang sekecilkecilnya. Aktivitas itu meliputi :
1. Modal kerja (working capital) atau harta lancar (current assets).
2. Harta keuangan (financial assets) yang terdiri dari investasi pada
saham (stock) dan obligasi (bond).
3. Harta tetap (real assets) yang terdiri dari tanah,gedung,dan
peralatan.
9
4. Harta tidak berwujud (intangible assets) terdiri dari hak paten,hak
pengelolaan hutan, hak pengelolaan tambang good will,biaya riset
produk dan organisasi, biaya pendirian organisasi.
c. Aktivitas bisnis (bussines activity)
Aktivitas bisnis ialah kegiatan untuk mencari laba melalui
efektivitas penjualan barang dan jasa dengan efisien biaya yang akan
melahirkan laba. Aktivitas itu dapat dilihat dari laporan laba rugi
yang terdiri dari unsur :
1. Pendapatan (sales atau revenue)
2. Beban (ekspenses)
3. Laba rugi (profit-loss)
2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan
Dari penjelasan mengenai pengertian Manajemen Keuangan,
dapat disimpulkan bahwa ada dua kegiatan pokok dari Manajemen
Keuangan yaitu : bagaimana menggunakan dana dan bagaimana
mencari sumber dana. Dua kegiatan pokok ini disebut Fungsi
Manajemen. Yang bertanggung jawab dalam melaksanakan Fungsi
Manajemen Keuangan ini adalah Manajer Keuangan atau bagian
keuangan. Walaupun demikian tanggung jawab ini tidak terbatas hanya
pada Manajer Keuangan atau bagian keuangan saja, tetapi pada
kenyataannya juga tanggung jawab dari bagian-bagian lain dalam
10
perusahaan, misalnya bagian produksi, pemasaran dan sumberdaya
manusia.
2.1.4 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan profit atau
keuntungan dan meminimalkan biaya (expense atau cost) guna
mendapatkan
pengambilan
keputusan
yang
maksimal
dalam
menjalankan perusahaan terarah dan perusahaan yang berjalan atau
survive dan expantion.
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Saham adalah penyertaan dalam modal dasar suatu perseroan
terbatas, sebagai tanda bukti penyertaan tersebut dikeluarkan surat
kolektif kepada pemilik yaitu pemegang saham (Sumantoro, 1990: 10).
Perusahaan tetap menjual sahamnya kepada masyarakat meskipun hal
tersebut dapat mengurangi atau menghilangkan kekuasaan kontrol atas
perusahaannya dengan pertimbangan sebagai berikut: (Sumantoro,
1990: 11)
a. Untuk menghimpun dana yang diperlukan bagi pembelanjaan
perusahaan.
b. Untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta
dalam pengelolaan dan perkembangan perusahaan.
11
c. Untuk lebih memberikan peluang untuk partisipasi pengelolaan
perusahaan.
Perdagangan saham dilakukan di Bursa Efek yaitu tempat
bertemunya penjual dana dan pembeli dana yang di pasar modal atau
Bursa tersebut diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang
perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual-beli
(Sumantoro,1990: 10) Sekuritas atau saham yang telah dibeli di pasar
perdana (Initial Public Offering) kemudian akan diperdagangkan di
bursa efek atau pasar sekunder. Saat pertama kali sekuritas tersebut
diperdagangkan di bursa efek biasanya memerlukan waktu sekitar enam
sampai delapan minggu dari saat Initial Public Offering. Pada waktu
sekuritas tersebut mulai diperdagangkan di bursa, dikatakan sekuritas
tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi bursa efek merupakan
suatu tempat untuk memperdagangkan sekuritas tersebut. Setiap
perdagangan sekuritas di bursa harus dilakukan lewat pialang yang
menjadi anggota bursa.
2.2.2 Jenis- jenis Saham
Adapun jenis-jenis saham adalah sebagai berikut: (Riyanto,
1995: 241)
1. Saham Biasa (Common Stock)
Pemegang saham biasa hanya akan mendapat dividen pada akhir
tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan
12
keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan
keuntungan atau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak
akan mendapat dividen dan mengenai hal ini ada ketentuan
hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian,
selama kerugian itu belum dapat ditutup, maka selama itu
perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen.
Adapun fungsi saham dalam perusahaan adalah:
a. Sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen.
b. Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba.
c. Sebagai alat untuk mengadakan fusi atau kombinasi dari
perusahaan-perusahaan.
d. Sebagai alat untuk menguasai perusahaan
2. Saham Preferen (Prefered Stock)
Pemegang saham preferen mempunyai beberapa “preferensi“
tertentu dibandingkan dengan pemegang saham biasa, terutama
dalam hal-hal:
a. Pembagian Dividen
Dividen dari saham preferen diambilkan lebih dahulu,
kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Dividen
saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai
nominalnya.
b. Pembagian Kekayaan
13
Apabila perusahaan dilikuidir, maka dalam pembagian
kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa.
Tetapi di lain pihak pemegang saham preferen juga ada
kelemahannya dibandingkan dengan pemegang saham biasa,
karena pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara
dalam rapat umum pemegang saham. Adapun persamaannya
adalah bahwa pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen hanya berhak menerima dividen apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan.
c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock)
Jenis saham ini pada dasarnya sama dengan saham
preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif
pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang
saham preferen kumulatif apabila tidak menerima dividen selama
beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengijinkan atau
karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini di kemudian
hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk
menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan di waktu-waktu
yang lampau.
2.3 Laporan keuangan
2.3.1 Informasi laporan keuangan
14
Alat yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan
keuangan terdiri dari neraca, laporan Rugi Laba dan Laporan
Perusahaan Modal. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses
akuntansi
yang
dapat
digunakan
sebagai
alat
untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut (Nainggolan, 2004: 41).
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan
suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini
ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan
jumlah kewajiban perusahaan yang disebut passiva. Neraca mempunyai
dua sisi yang nilainya harus seimbang (Nainggolan, 2004: 43).
Hutang merupakan milik kreditur yang ditanamkan dalam
perusahaan dan jumlah-jumlah ini merupakan kewajiban perusahaan
yang harus melunasi, sedangkan modal menunjukkan jumlah milik para
pemilik yang ditanamkan dalam perusahaan. Elemen-elemen dalam
neraca biasanya dikelompokkan dalam suatu cara yang tujuannya
adalah untuk memudahkan analisis. Biasanya aktiva dan hutang akan
dikelompokkan dalam kelompok lancar (jangka pendek) dan tidak
lancar (tetap).
Laporan Rugi Laba adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan
perusahaan selama waktu periode akuntansi tertentu (Nainggolan,
15
2004). Laporan Rugi Laba menunjukkan penghasilan dan biaya operasi,
bunga, pajak dan laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan. Bila
neraca menyajikan gambaran perusahaan sesaat, maka Laporan Rugi
Laba mengiktisarkan kegiatan-kegiatan untuk memperoleh laba selama
satu periode tertentu.
Perhitungan rugi laba perusahaan harus disusun sedemikian rupa
hingga dapat memberikan gambaran dari besarnya kegiatan perusahaan
dan hasil dari kegiatan itu. Kegiatan perusahaan paling jelas tercermin
pada jumlah penjualan kotor, penyajiannya adalah sebagai berikut:
a. Harus memuat secara terperinci unsur-unsur dari hasil dan biaya.
b. Dapat disusun dalam bentuk urutan ke bawah (stafel) atau bentuk
skontro.
c. Harus dipisahkan antara hasil dari usaha utama dengan hasil usaha
lain-lain.
Perubahan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya
ditunjukkan didalam laporan ini ditunjukkan laba tidak dibagi awal
periode, ditambah dengan laba seperti yang tercantum di dalam
perhitungan rugi laba dan dikurangi dengan deviden yang diumumkan
selama periode yang bersangkutan.
Apabila laporan perhitungan rugi laba disusun dengan cara
inklusif maka di dalam laporan laba tidak dibagi hanya menunjukkan
saldo laba tidak dibagi awal periode, ditambah laba netto dan elemenelemen luar biasa, dikurangi deviden yang diumumkan. Apabila laporan
16
perhitungan rugi laba disusun dengan cara current operating
performance maka elemen-elemen luar biasa akan nampak dalam
laporan laba tidak dibagi.
2.3.2 Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan
sebagai suatu progres report laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara:
a. Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact).
b. Prinsip-prinsip
dan
kebiasaan-kebiasaan
didalam
akuntansi
(Accounting Convention and Postulate).
c. Pendapat pribadi (Personal Judgement).
Hal tersebut diatas dikemukakan dalam buku Analisa Laporan
Keuangan (Nainggolan, 2004).
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan
keuangan tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan intern report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final,
karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuiditas atau realisasi
dimana dalam intern report ini terdapat pendapat-pendapat pribadi yang
17
telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan.
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan
keuangan dibuat berdasarkan konsep Going concern atau anggapan
bahwa perusahaan akan berjalan historis atau harga perolehannya dan
pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar
akumulasi depresinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan
keuangan hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan
harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan
transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal
yang lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun,
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan
volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu
menunjukkan unit yang dijual semakin besar. Mungkin kenaikan itu
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin diikuti
kenaikan
tingkat
harga-harga.
Jadi
suatu
analisis
dengan
membandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian
terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang
keliru.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan
18
karena faktor-faktor tersebut tidak dinyatakan dengan satuan uang
(Nainggolan, 2004).
2.3.3 Prosedur Analisa Laporan Keuangan
Adapun prosedur analisis yang sudah umum diterapkan adalah
sebagai berikut (Riyanto, 1995: 42):
a. Sebelum mengadakan analisis, penganalisis harus benar-benar
memahami laporan keuangan tersebut agar dapat menganalisis
laporan keuangan dengan hasil yang lebih memuaskan maka perlu
untuk mengetahui latar belakang data dari laporan keuangan
tersebut.
b. Penganalisis harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang
cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, disamping itu harus
memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi perusahaan dan
juga harus mempertimbangkan tingkat harga yang terjadi.
c. Sebelum
mengadakan
interprestasi
maka
perhitungan-perhitungan
penganalisis
harus
analisis
mempelajari
dan
secara
menyeluruh dan kalau perlu diadakan penyusunan kembali dari data
sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku. Maksud mempelajari
data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan penganalisis
bahwa laporan keuangan itu sudah jelas menggambarkan semua data
keuangan yang relevan dan telah diterapkan prosedur akuntansi
19
maupun metode penelitian yang tepat sehingga penganalisis benarbenar mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan untuk menyajikan
informasi keuangan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
berbagai pihak ekstern. Laporan keuangan biasanya terdiri dari
beberapa laporan seperti neraca, laporan Dividen-rugi, laporan arus kas
dan laporan lainnya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2.3.4 Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga Saham
Motif Investor menanamkan dananya pada saham biasa adalah
untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang maksimal dengan
tingkat risiko atau untuk memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi
dengan risiko minimal.
Husnan (2000 : 88) mengemukakan bahwa return saham atau
tingkat keuntungan saham lebih tepat disebut sebagai persentase
perubahan harga saham. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
harga saham adalah sebagai berikut :
a. Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa
yang akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil
maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan atau
dividen suatu saham berfluktuasi maka harga saham cenderung akan
berfluktuasi.
20
b. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan
yang tercermin dari EPS (Earning per share) berhubungan erat dengan
peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka
semakin tinggi juga perubahan harga sahamnya.
c. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang
salah satunya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian masa lalu.
Apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap maka investor optimis
terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham
cenderung stabil.
d. Di samping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas, harga
saham juga dipengaruhi oleh psikologis pembeli, tindakan irasional
yaitu ikut-ikutan membeli saham, kondisi perusahaan, tingkat suku
bunga, harga komoditas, kondisi perekonomian, faktor investasi, inflasi,
permintaan dan penawaran dan sebagainya. Koesno (1990) dalam
Resmi (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari
tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk
arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Membeli saham
adalah membeli sebagian atau suatu kekayaan atau keuntungan
perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu,
harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance
perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara
umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan
21
keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan
rasio keuangan.
2.4 Rasio Keuangan
2.4.1 Pengertian rasio keuangan
Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu
laporan
keuangan
adalah
merupakan
dasar
untuk
dapat
menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi
suatu
perusahaa. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain,dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat menjelaskan atau
memberi gambaran entang baik buruknya keadaab atu posisi keuangan
suatu perusahaan, Munawir (2002:64)
2.4.2 Tujuan rasio keuangan
a.
Rasio keuangan bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari
berbagai aspek kinerja. Aspek kinerja itu berupa likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, dan aktivitas.
b.
Rasio
keuangan
bertujuan
untuk
dapat
mengembangkan
seperangkat data dan hubungan yang onsisten serta bermakna, yang
diabstaksikan dari kombinasi hasil keputusan manajemen tentang
investasi, operasi, dan pembelanjaan untuk tujuan penilaian kondisi
22
keuangan dan peramalan perusahaan dalam hal kinerja dan nilai
ekonomi.
c.
Rasio
keuangan
bertujuan
untuk
mendapatkan
kesimpulan
mengenai keadaan atas kondisi keuangan perusahaan dalam hal kinerja
untuk periode saat ini atau periode sebelumnya.
2.4.3 Analisa Rasio Keuangan
Dengan menggunakan analisa rasio keuangan dimungkinkan
untuk dapat menentukan tingkat likuiditas,solvabilitas,keefektifan
operasi serta derajat keuntungan suatu perusahaan.
Jenis-jenis analisa rasio keuangan,yaitu:
a.
Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal
tersebut juga dikemukakan oleh Amin Widjaja Tunggal (2000 : 154)
bahwa rasio likuiditas adalah dasar pembanding yang menunjukkan
apakah jumlah aktiva lancar cukup melampaui besarnya kewajiban
lancar,sehingga dapatlah diperkirakan apabila suatu ketika dilakukan
likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya di bawah nilai dari
yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas
ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas dalam waktu
singakat sehingga dapat memenuhi kewajibannya.
23
Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar
yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Harta perusahaan yang
paling liquid atau cair adalah uang tunai atau simpanan di
bank,sedangkan harta perusahaan yang mendekati liquid adalah
piutang.
Perusahaan yang memiliki liquiditas sehat paling tidak memiliki
rasio lancar sebesar 100%. Untuk menilai posisi keuangan bank dalam
jangka pendek,maka penulis menggunakan rasio liquiditas sebagai
berikut :
Rasio Lancar (Current ratio)
Yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas
jangka pendek penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa
mengakibatkan perusahaan bangkrut.
Rumusnya adalah :
Current Ratio = aktiva lancar x 100%
Hutang Lancar
Semakin
tinggi
rasio
lancar,semakin
besar
kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio
lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk
atas sumber likuiditas, Darsono dan Ashari (2005 : 52 ). Pedoman
dalam menganalisis adalah current ratio adalah minimal 100%. Apabila
current ratio dibawah 100%,maka menunjukkan bila terjadi likuiditas
24
maka bank tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk melunasi
seluruh hutang.
b.
Rasio Solvabilitas
Solvabilitas atau daya ungkit,adalah rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan
tersebut dilikuidasi ( Darsono dan Ashari 2005 : 54 ). Rasio ini juga
disebut sebagai rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan
perusahaan dalam meminjam uang. Rasio solvabilitas digunakan untuk
melihat kondisi keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Rasio ini
terdiri dari :
Rasio Hutang terhadap Modal Kerja ( Debt to Assets Ratio)
Adalah rasio total kewajiban terhadap assets. Rasio ini
menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan
persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang , Darsono dan
Ashari (2005 : 54) nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan
dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan dalam membayar
semua kewajibannya.
Rumusnya adalah :
Debt to Assets Rasio = Total Hutang x 100%
Total aktiva
c.
Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui besarnya
kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal
25
dari pemilik. Rasio ini menunjukan kesuksesan manajemen dalam
memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin
tinggi rasio ini akan semakin baik,karena memberikan tingkat
pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham,Darsono dan
Ashari (2005:57).
Rumusnya adalah :
ROE = Laba setelah pajak x 100%
Modal
d.
Rasio Aktivitas
Menurut Sofyan Syahri (2004 : 308),rasio ini menggambarkan
aktivitas
yang
digunakan
perusahaan
dalam
menjalankan
operasinya,baik dalam kegiatan penjualan,pembelian,dan kegiatan
lainnya. Rasio aktivitas yang digunakan :
Totasl Assets Turn Over (TATO)
Adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan, Darsono dan Ashari
(2005:60),semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Rumusnya adalah :
TATO = Pendapatan Operasional x 100%
Total Aktiva
26
Download