J. Sains & Teknologi, Desember 2012, Vol.1 No.2 : 193 – 201 ISSN 2303-3614 STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN ANTARKOTA DI PROVINSI GORONTALO BASIS ANALISIS HIRARKI PROSES The Study of The Determination of Intercity Road Management Priority in Gorontalo Province Based on Hierarchical Process Analysis Mukmin Dunggio1), Lawalenna Samang2), Rudy Djamaluddin2) 1) Staf FakultasTeknik Universitas Negeri Gorontalo Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 2) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas penanganan jalan antarkota di Provinsi Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchic Process) dengan bentuk umum Analisis Rasio Manfaat-Biaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ranking prioritas penanganan jalan antarkota di Provinsi Gorontalo, yakni prioritas pertama adalah ruas jalan LemitoMolosifat, prioritas kedua yaitu ruas jalan Bulontio-tolinggula, prioritas ketiga adalah ruas jalan Taludaa-Gorontalo, prioritas keempat yaitu ruas jalan Isimu-Molingkapoto, prioritas kelima yaitu ruas jalan Tangkobu-Pentadu, prioritas keenam yaitu ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu, prioritas ketujuh yaitu ruas jalan Kwandang-Molingkapoto, prioritas kedelapan yaitu ruas jalan Suwawa-Tulabolo, prioritas kesembilan yaitu ruas jalan Marisa-Lemito dan prioritas kesepuluh adalah ruas jalan Atinggola-Kwandang. Kata kunci : Prioritas, Jalan Antarkota, AHP ABSTRACT The study aims to determine the priority of intercity road management in the province of Gorontalo. The study was carried out by means of AHP (Analytical Hierachic Process) in a general form of Benefit-Cost-Ratio Analysis.Based on the AHP, the study sets a priority of managing the intercity road in the province as follows, the first priority is the road section of Lemito-Molosifat; the second priority is Bulontio-Tolinggula road section; the third priority is the road section of TaludaaGorontalo; the fourth priority is Isimu-Molingkapoto road section; the fifth priority is TangkobuPentadu road section; the sixth priority is Duhiyadaa-Imbodu road section; the seventh is KwandangMolingkapoto road section; the eight is Marisa-Lemito road section; the ninth priority is SuwawaTulabolo road section, and the tenth priority is Atinggola-Kwandang road section. Keywords : Priority, Intercity Road, AHP Provinsi Gorontalo kajian permasalahan transportasi perlu dilakukan, khususnya penanganan jaringan jalan interurban (antarkota) di Provinsi Gorontalo.Jalan memfasilitasi pembangunan karena merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam mendukung dan mempercepat aktivitas-aktivitas sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.Karena itu pembangunan atau peningkatan jalan harus tetap dilaksanakan (Ruchban, 2009). PENDAHULUAN Salah satu program pendukung pembangunan di Provinsi Gorontalo adalah penataan prasarana transportasi (jalan) yang dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas jaringan jalan sehingga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang memakai bagi pergerakan orang dan komoditi di berbagai daerah di Provinsi Gorontalo. Kemudian, dilihat dari permasalahan pembangunan wilayah 193 Mukmin Dunggio ISSN 2303-3614 Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Gorontalo saat ini untuk mendorong penanganan jaringan jalan antarkota di daerah yang belum optimal. Hal ini karena berbagai kendala yang muncul antara lain adalah pembangunan prasarana jalan membutuhkan modal (dana) yang sangat besar, waktu pengembalian modal yang panjang dan penggunaan lahan yang cukup luas (Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo, 2011). Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharston Business school untuk mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan (Saaty, 1993). Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihanyang telah dilakukan.Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain, decomposition (penjabaran), comparative Judgment (tingkat perbandingan), synthesis of Priority (sintesa prioritas), Logical Consistency (Konsistensi Logis). Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya meliputi (1)Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, (2)Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. (3)Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau “judgment” dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. (4)Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. (5)Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun manual. (6)Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. (7)Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. (8)Menguji konsistensi hirarki.Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka penilaian harus diulang kembali (Hadi, 2009). Namun, mengingat banyaknya ruas jalan yang harus ditangani oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo sedangkan dana penanganan jalan sangat terbatas, maka perlu ditetapkan prioritas penanganan ruas jalan agar alokasi dan penggunaan dana terbatas menjadi efektif bagi pembangunan dan pengembangan wilayah Gorontalo. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian tesis ini bertujuan mengkaji "Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Antar Kota di Provinsi Gorontalo Basis Analisis Hirarki Proses”. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah Provinsi Gorontalo karena salah satu program pendukung pembangunan di Provinsi Gorontalo adalah penanganan jalan antarkota untuk peningkatan aksesibilitas dan pertumbuhan wilayah dan ekonomi. 194 ISSN 2303-3614 Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Antarkota Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan suatu fakta dan memeriksa sebab-sebab dari fakta tersebut. Adapun subyek yang akan dilibatkan adalah pihak-pihak (stake holders) yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ini,yaitu : (1) Kelompok Regulator yaitu Pemerintah, dalam hal ini BAPPEDA Provinsi Gorontalo dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo, (2) Kelompok User yaitu Masyarakat umum pengguna jalan, (3) Kelompok Operator yakni Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Gorontalo dan Konsultan Perencanaan dan Pengawasan Bidang Jalan kebutuhan data penelitian. Adapun datadata tersebut berupa kondisi ruas-ruas jalan yang akan diteliti. HASIL PENELITIAN Beberapa ruas jalan antarkota yang melintasi daerah di Provinsi Gorontalo adalah ruas jalan yang menghubungkan Provinsi Gorontalo dengan Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dengan status Jalan Nasional.Ruas jalan tersebut seperti Bulontio-Tolinggula, KwandangMolingkapoto, Atinggola-Kwandang, Talu-daa-Pelabuhan Gorontalo, IsimuMoling-kapoto, Marisa-Lemito, LemitoMolosifat. Jalan Nasional di Provinsi Gorontalo termasuk ke dalam klasifikasi Jalan Arteri Primer dan Jalan Kolektor Primer. Ruas jalan dengan status Jalan Provinsi seperti Suwawa-Tulabolo, Tangkobu-Pentadu, dan DuhiyadaaImbodu dengan klasifikasi jalan Kolektor Primer. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : (1) Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian yang dikumpulkan melalui hasil pengumpulan kuesioner dari responden yang mempunyai informasi yang cukup dan ahli pada bidang transportasi, (2)Data sekunder merupakan data maupun informasi yang didapatkan dan dikumpulkan melalui dokumentasi data yang diinventarisasikan oleh lembaga atau instansi yang terkait dengan lokasi dan objek penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan maka dikembangkan beberapa metode pendekatan sebagai instrument dalam menginventarisasi data, adapun instrument tersebut sebagai berikut: (1) Pengamatan langsung di lapangan (observasi), instrument ini bertujuan untuk mengamati secara langsung kondisi lokasi penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian. (2) Melalui kuesioner, instrument ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang daerah penelitian berdasarkan responden yang terkait. Pemilihan responden berdasarkan kapabilitas dan kapasitas. (3) Data dokumentasi, instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan data dari lembaga dan atau instansi yang terkait dengan Analisis Kriteria Manfaat – Biaya Manfaat yang dimaksud pada penelitian ini adalah guna atau faedah jika dilaksanakan penanganan jalan antarkota tersebut diatas. Kriteria manfaat yang digunakan adalah manfaat langsung maupun tidak langsung seperti Potensi Pengembangan Wilayah (PPW), Kelancaran Lalu Lintas (KLL), Pengembangan Transportasi Regional (T.Reg), dan Penghematan Waktu Tempuh (PWT). Sedangkan biaya adalah uang yang dikeluarkan jika dilaksanakan penanganan jalan.Kriteria biaya yang digunakan adalah Biaya Investasi (BI), Biaya Operasional dan Perawatan dan Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL).Skor atau skala faktor-faktor kriteria manfaat berdasarkan hasil penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan) mulai dari skor 1(sangat rendah manfaatnya/paling tidak penting manfaatnya) sampai dengan skor 9 (sangat tinggi manfaatnya/paling penting manfaatnya), maka diperoleh hasil dari 25 (dua puluh lima) responden.Kemudian 195 Mukmin Dunggio ISSN 2303-3614 skor atau skala faktor-faktor kriteria biaya berdasarkan hasil penyebaran kuesioneer (daftar pertanyaan) mulai dari skor 1 (sangat rendah manfaatnya/paling tidak penting manfaatnya) sampai dengan skor 9 (sangat tinggi manfaatnya/paling penting manfaatnya), maka diperoleh hasil dari 25 (dua puluh lima) responden. Skor yang paling tinggi pada kriteria manfaat adalah kriteria Kelancaran Lalu lintas (KLL), yaitu skor 7 (tinggi) dengan bobot maksimum 60% dan kriteria Potensi Pengembangan Wilayah (PPW) dan Pengembangan Transportasi Regional (T.Reg), yaitu skor 7(tinggi) dengan bobot maksimum masing-masing 40% . Skor yang paling tinggi pada kriteria biaya adalah Biaya Investasi (BI), yaitu skor 7 (tinggi) dengan bobot maksimum 60%. Atau dengan kata lain sebanyak 15 (lima belas) dari 25 (Dua Puluh Lima) responden menilai BI tinggi kepentingannya dibandingkan kriteria biaya lainnya. Kemudian, kriteria Biaya Operasional dan Perawatan (BOP) yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi juga, yaitu skor 7 (tinggi) dengan bobot maksimum 50% dan selanjutnya kriteria Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL) dengan skor 5 (sedang) dengan bobot maksimum 70%. dan PWT (Penghematan Waktu Tempuh) skor rata-ratanya secara berurutan adalah 6,72; 6,51; dan 6,84. Artinya, ketiga kriteria manfaat tersebut (KLL, PTR dan PWT) dinilai responden adalah sedang hingga tinggi kepentingannya. Biaya Penanganan Jalan Hasil pengolahan kuesioner menunjukkan bahwa biaya yang akan dikeluarkan jika dilaksanakan penanganan jalan antarkota di Provinsi Gorontalo adalah sedang (skor 5). Kriteria Biaya Investasi (BI) menurut responden tingkat kepentingannya secara rata-rata adalah 5,78 atau dengan kata lain responden menganggap bahwa BI sedang kepentingannya dibandingkan kriteria biaya lainnya. Sedangkan Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL) merupakan kriteria biaya yang paling rendah kepentingannya dibandingkan kriteria Biaya Investasi (BI) dan Biaya Operasional dan Perawatan (BOP). PEMBAHASAN Skala Prioritas Penanganan Jalan Kriteria Manfaat Setelah dilakukan Evaluasi manfaat dengan menggunakan metode AHP diperoleh hasil bahwa yang mempunyai skor tertinggi adalah Penghematan Waktu Tempuh (PWT) yaitu sebesar 0,4994. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dilaksanakannya penanganan jalan antarkota akan signifikan manfaatnya terhadap waktu mobilitas/pergerakan barang dan orang dari daerah sekitar pemeliharaan jalan tersebut. Kriteria Manfaat dan Biaya Penanganan jalan Manfaat Penanganan Jalan Hasil pengolahan kuesioner menunjukkan bahwa manfaat yang akan diperoleh masyarakat dan pemerintah jika dilaksanakan penanganan jalan antarkota di Provinsi Gorontalo adalah sedang hingga tinggi dan tinggi (skor 6 dan 7). Untuk kriteria PPW (Potensi Pengembangan Wilayah) skor rata-rata responden adalah 6,02. Artinya responden menilai bahwa kriteria PPW adalah sedang hingga tinggi tingkat kepentingannya dibandingkan kriteria manfaat lainnya. Sedangkan kriteria KLL (Kelancaran Lalu Lintas), PTR (Pengembangan Transportasi Regional) Kriteria Manfaat Potensi Pengembangan Wilayah (PPW) Setelah dilakukan evaluasi kriteria manfaat Potensi Pengembangan Wilayah dengan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan DuhiyadaaImbodu mempunyai skor tertinggi yaitu sebesar 22,13%. Berdasarkan kriteria PPW maka ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu merupakan prioritas pertama yang harus 196 ISSN 2303-3614 Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Antarkota ditangani. Ruas jalan ini nantinya merupakan ruas jalan alternatif untuk akses menuju pusat kota Gorontalo. Dengan dilaksanakannya penanganan ruas jalan ini, maka akan memperlancar lalu lintas di Provinsi Gorontalo. Sulawesi Utara menuju Provinsi Gorontalo. Sehingga dengan dilaksanakan penanganan jalan tersebut, maka akan dapat memperlancar lalu lintas serta waktu tempuh menjadi lebih cepat. Kriteria Manfaat Pengembangan Transportasi Regional (T.Reg) Setelah dilakukan evaluasi kriteria manfaat Pengembangan Transportasi Regional dengan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu mempunyai skor tertinggi yaitu sebesar 19,25%. Berdasarkan kriteria PTR maka ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu merupakan prioritas pertama yang harus ditangani.Mengingat pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Gorontalo sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo, maka keberadaan ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu merupakan jawaban untuk menangani masalah aksesibilitas di Provinsi Gorontalo. Skala Prioritas Penanganan Jalan Antarkota Dari Kriteria Biaya Setelah dilakukan evaluasi biaya dengan metode AHP diperoleh hasil bahwa yang mempunyai skor tertinggi adalah Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL) yaitu sebesar 87,28%. Artinya, Biaya Pengendalian Lingkungan dalam pekerjaan penanganan jalan yang terdiri dari pemeliharaan jalan sangat dominan. Sedangkan Biaya Investasi (BI) dan Biaya Operasional dan Perawatan (BOP) merupakan kriteria biaya yang sama nilainya, yaitu 06,36%. Artinya responden menilai bahwa BPL lebih penting kepentingannya dibandingkan dengan BI dan BOP. Kriteria Biaya Untuk Biaya Investasi (BI) Setelah dilakukan evaluasi kriteria biaya untuk Biaya Investasi dengan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan Marisa-Lemito mempunyai skor terendah yaitu sebesar 03,16%. Dengan dilakukannya pekerjaan penanganan jalan ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas menuju pusat kota Gorontalo dan juga akses keluar daerah. Dan juga lalu lintas menjadi lancar dan nyaman serta akan dapat menghemat waktu tempuh bagi pengguna jalan. Kriteria Manfaat Kelancaran Lalu Lintas (KLL) Setelah dilakukan evaluasi kriteria manfaat Kelancaran Lalu Lintas dengan menggunakan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan Tangkobu-Pentadu mempunyai skor tertinggi yaitu sebesar 24,88%. Berdasarkan kriteria KLL maka ruas jalan Tangkobu-Pentadu merupakan prioritas pertama yang harus ditangani. Kriteria Manfaat Penghematan Waktu Tempuh (PWT) Setelah dilakukan evaluasi kriteria manfaat Penghematan Waktu Tempuh dengan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan KwandangMolingkapoto mempunyai skor tertinggi yaitu sebesar 21,25%. Berdasarkan kriteria PWT maka ruas jalan KwandangMolingkapoto merupakan prioritas pertama yang harus ditangani.Salah satu titik penghubung dari arah Provinsi Kriteria Biaya Untuk Biaya Operasional dan Perawatan (BOP) Setelah dilakukan evaluasi kriteria biaya untuk Biaya Operasional dan Perawatan (BOP) dengan menggunakan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan Bulontio-Tolinggula, LemitoMolosifat, Taludaa-Gorontalo mempunyai skor terendah yaitu sebesar 02,48%. Rendahnya BOP ruas jalan ini 197 Mukmin Dunggio ISSN 2303-3614 karena ruas jalannya yang lebih panjang dibanding ruas jalan lain dengan fungsi jalan yang sama. lainnya,karena rasio manfaat-biaya lebih kecil dari satu (B/C<1). Ruas LemitoMolosifat merupakan rangking pertama untuk ditangani, karena secara visual merupakan daerah yg aksesnya ke pusat kota lebih jauh. Hal ini dapat dijelaskan bahwa metode AHP dengan teknik rasio manfaat-biaya yang digunakan pada penelitian ini bukan hanya berdasarkan sub-kriteria tingkat Kelancaran Lalu Lintas (KLL), agar bisa meningkatkan aksesibilitas di Provinsi Gorontalo, namun juga terdiri atas sub-kriteria lainnya, yaitu pengembangan transportasi regional, dan penghematan waktu tempuh, dan potensi pengembangan wilayah. Kemudian, jika dilihat berdasarkan skor kriteria manfaat pada Tabel 8 bahwa sub-kriteria Penghematan Waktu Tempuh (PWT) merupakan skor terbesar (dominan) pada kriteria manfaat, yaitu sebesar 49,94%, sedangkan subkriteria kelancaran lalu lintas (KLL) skornya adalah 02,77%. Kriteria Biaya Untuk Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL) Setelah dilakukan evaluasi kriteria biaya untuk Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL) dengan metode AHP diperoleh hasil bahwa ruas jalan LemitoMolosifat mempunyai skor terendah yaitu sebesar 02,65%. Skala Prioritas Kriteria Manfaat dan Biaya Menyeluruh Setelah dilakukan evaluasi manfaat menyeluruh dengan menggunakan metode AHP diperoleh hasil bahwa skor kriteria manfaat paling tinggi adalah ruas jalan DuhiyadaaImbodu yaitu sebesar 17,97%. Berdasarkan kriteria manfaat, maka ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu merupakan ruas jalan yang mempunyai prioritas tertinggi untuk ditangani dibandingkan ruas jalan antarkota lainnya.Skor penilaian kriteria biaya paling rendah adalah ruas jalan Lemito-Molosifat yaitu sebesar 02,80%. Artinya, berdasarkan kriteria biaya, maka penanganan ruas jalan DuhiyadaaImbodu merupakan prioritas pertama dibandingkan ruas jalan lainnya KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dari kesepuluh ruas jalan yang dianalisis, maka ruas jalan yang pertama diprioritaskan adalah ruas Lemito-Molosifat karena jaraknya yang terjauh dari pusat Kota Gorontalo. Untuk prioritas kedua adalah ruas Bulontio-Tolinggula, yang ketiga Taludaa-Pelabuhan Gorontalo, prioritas keempat adalah ruas IsimuMolingkopoto, kemudian yang kelima ruas tangkobu-Pentadu, DuhiyadaaImbodu, Kemudian KwandangMolingkapoto, Suwawa-Tulabolo, Marisa-Lemito dan yang prioritas terakhir adalah ruas jalan AtinggolaKwandang. Dan berdasarkan metode AHP dengan bentuk umum analisis Rasio Manfaat – Biaya, maka diantara 10 (sepuluh) ruas jalan yang akan dilaksanakan penanganannya hanya 6 (enam) yang mempunyai rasio manfaat biaya lebih besar dari satu (B/C>1), yaitu ruas jalan Lemito-Molosifat, Bulontio- Skala Prioritas Penanganan Jalan Berdasarkan Kriteria Rasio Manfaat – Biaya Setelah dilakukan evaluasi Rasio Manfaat – Biaya yaitu dengan cara membandingkan skor manfaat menyeluruh terhadap skor biaya menyeluruh jika dilaksanakan pekerjaan penanganan jalan antarkota pada Provinsi Gorontalo, maka diperoleh hasil berdasarkan rasio manfaat – biaya terdapat 6 (enam) ruas jalan yang rasio manfaat biayanya lebih besar dari satu (B/C>1), yaitu ruas jalan LemitoMolosifat, Bulontio-Atinggola, TaludaaGorontalo, Isimu-Molingkapoto, Tangkobu-Pentadu, Duhiyadaa-Imbodu, sedangkan 4 (empat) ruas jalan 198 ISSN 2303-3614 Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Antarkota Atinggola, Taludaa-Gorontalo, IsimuMolingkapoto, Tangkobu-Pentadu, Duhiyadaa-Imbodu, Sedangkan ruas Kwandang-Molingkapoto, SuwawaTulabolo, Marisa-Lemito, AtinggolaKwandang .rasio manfaat – biayanya lebih kecil dari satu (B/C<1).Mengingat pentingnya kondisi kelancaran lalu lintas di daerah perkotaan bagi pengembangan wilayah Gorontalo pada satu sisi dan keterbatan dana pada sisi lain, maka perlu bagi instansi terkait, khususnya Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Gorontalo untuk melakukan peningkatan dan pemeliharaan jalan alternatif baik jalan Nasional maupun jalan Provinsi sesuai dengan skala prioritas penanganan jalan. Berdasarkan penelitian ini berurutan berdasarkan prioritas penanganan jalan adalah Lemito-Molosifat, BulontioAtinggola, Taludaa-Gorontalo, IsimuMolingkapoto, Tangkobu-Pentadu, Duhiyadaa-Imbodu, Kwandang Molingkapoto, Suwawa - Tulabolo, Marisa-Lemito, Atinggola-Kwandang. Tabel 1. Bobot kriteria manfaat Kriteria Manfaat PPW KLL PTR PWT Bobot Maksimum 40% 60% 40% 50% Skor Potensi Pengembangan Wilayah Kelancaran Lalu Lintas Pengembangan Transportasi Regional Penghematan Waktu Tempuh 7 7 7 6 Tabel 2. Bobot kriteria biaya BI BOP BPL Kriteria Biaya Biaya Investasi Biaya Operasional dan Perawatan Biaya Pengendalian Lingkungan Skor 7 7 5 Bobot Maksimum 60% 50% 70% Tabel 3. Rata-rata skor penilaian responden untuk kriteria manfaat jalan Manfaat Atinggola-Kwandang Bulontio-Tolinggula Lemito-Molosifat Taludaa-Gorontalo Isimu-Molingkapoto Marisa-Lemito Tangkobu-Pentadu Suwawa-Tulabolo Kwandang-Molingkapoto Duhiyadaa-Imbodu Rata – Rata PPW 6.20 6.00 6.16 6.12 5.84 6.24 5.68 5.96 6.24 5.72 6.02 199 KRITERIA KLL 6.84 6.76 6.84 7.08 6.72 6.76 6.08 6.56 6.96 6.64 6.72 T.Reg 6.96 6.44 6.68 6.64 6.40 6.60 5.92 6.76 6.64 6.08 6.51 PWT 6.92 6.88 6.96 6.84 6.80 6.92 6.32 6.40 7.20 7.12 6.84 Mukmin Dunggio ISSN 2303-3614 Tabel 4. Rata-rata skor penilaian kriteria biaya untuk setiap ruas jalan Biaya Atinggola-Kwandang Bulontio-Tolinggula Lemito-Molosifat Taludaa-Gorontalo Isimu-Molingkapoto Marisa-Lemito Tangkobu-Pentadu Suwawa-Tulabolo Kwandang-Molingkapoto Duhiyadaa-Imbodu Rata – Rata BI 5.84 5.88 5.96 6.08 5.92 6.00 5.20 5.32 6.24 5.32 5.78 KRITERIA BOP 5.72 5.80 5.80 5.80 6.08 5.96 5.08 5.16 5.96 4.96 5.63 BPL 5.40 5.56 5.40 5.48 5.52 5.72 5.00 5.12 5.76 5.08 5.40 Tabel 5. Skor kriteria manfaat No 1 2 3 4 Kriteria Manfaat Potensi Pengembangan Wilayah (PPW) Kelancaran Lalu Lintas (KLL) Pengembangan Transportasi Regional (PTR) Penghematan Waktu Tempuh (PWT) Skor 0,0277 0,0277 0,4452 0,4994 Tabel 6. Skor kriteria biaya No 1 2 3 Kriteria Biaya Biaya Investasi (BI) Biaya Operasional dan Perawatan (BOP) Biaya Pengendalian Lingkungan (BPL) Skor 0,0636 0,0636 0,8728 Tabel 7. Skor kriteria manfaat menyeluruh tiap ruas jalan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kriteria Manfaat Menyeluruh Atinggola-Kwandang Bulontio-Tolinggula Lemito-Molosifat Taludaa-Gorontalo Isimu-Molingkapoto Marisa-Lemito Tangkobu-Pentadu Suwawa-Tulabolo Kwandang-Malingkapoto Duhiyadaa-Imbodu 200 Skor 0.1072 0.0737 0.0611 0.0569 0.0519 0.0534 0.1502 0.1184 0.1487 0.1785 ISSN 2303-3614 Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Antarkota Tabel 8. Skor kriteria biaya menyeluruh tiap ruas jalan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kriteria Biaya Menyeluruh Atinggola-Kwandang Bulontio-Tolinggula Lemito-Molosifat Taludaa-Gorontalo Isimu-Molingkapoto Marisa-Lemito Tangkobu-Pentadu Suwawa-Tulabolo Kwandang-Malingkapoto Duhiyadaa-Imbodu Skor 0.1519 0.0491 0.0399 0.0402 0.0397 0.0605 0.1441 0.1348 0.1628 0.1770 Tabel 9. Prioritas penanganan jalan antarkota di Provinsi Gorontalo Pilihan Prioritas Penanganan Jalan Rasio Manfaat-Biaya (B/C) Rangking Prioritas 1.5313 1.5010 1.4154 1.3073 1.0423 1.0085 0.9134 0.8826 0.8783 0.7057 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lemito-Molosifat Bulontio-Tolinggula Taludaa-Gorontalo Isimu-Molingkapoto Tangkobu-Pentadu Duhiyadaa-Imbodu Kwandang-Molingkapoto Marisa-Lemito Suwawa-Tulabolo Atinggola-Kwandang Jalandi Wilayah Balai Pemeliharaan Jalan Mojokerto, Jurnal Aplikasi ISSN 1907-753X, Volume 6, Nomor 1 Tanggal 1 Februari 2009. Saaty, T.L. (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Seri Manajemen No. 134, Penerjemah Ir. Liana Setiono, Editor Ir. Kirti Peniwati, MBA, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Ruchban.I. (2009).Analisis Aspek Sosial, Transportasi Dan Ekonomi dari Kegiatan Pemeliharaan Jalan Provinsi Di Kabupaten Gorontalo. Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo, (2011). Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan. Hadi A.F. (2009). Metode Analitycal Hierarchy Process untuk Menentukan Prioritas Penanganan . 201