BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan di Asia Tenggara yang terbentang dari Kota Sabang di bagian paling barat dan Kabupaten Merauke di bagian paling timur Indonesia. Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Belanda, Spanyol, Jepang, Inggris dan Portugis karena kekayaan alamnya akan rempah-rempah khususnya di bagian timur Indonesia. Rempah-rempah tersebut diinginkan oleh bangsa-bangsa tersebut untuk dijual, ditanam, bahkan dibawa ke Negara asal mereka karena sifat fungsional dari rempah-rempah. Rempah-rempah tersebut, yaitu: Cengkeh, Pala, Vanili, Kayu Manis, Bunga Pekak, Kapulaga, Lada, dan Sebagainya. Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan salah satu komoditas rempah-rempah ekspor di Indonesia. Kulit batang, kulit dahan dan kulit ranting kayu manis selain digunakan untuk bahan rempah dan obat dapat dihasilkan minyak atsiri. Di dalam minyak atsiri terdapat senyawa antioksidan seperti sinamaldehid dan eugenol. Penggunaan Sinamaldehid banyak ditemukan pada beberapa produk pangan seperti roti kayumanis, sereal, cookies, pudding, applesauces dan jus buah (Friedman et al, 2000). Menurut Ravindran et al. (2004), minyak atsiri kulit kayu manis mengamdung sinamaldehid (51-76%), eugenol, eugenol asetat, sinamil asetat, sinamil alkohol, metil eugenol, benzaldehida, benzyl benzoat, linalool, monoterpena, hidrokarbon, kariofilena, safrol, dan lainnya. Senyawa yang bersifat antioksidan 1 2 digunakan untuk mengurangi ketengikan lemak dan minyak dalam bahan makanan. Antioksidan sintesis, seperti butil hidroksi toluena (BHT), butil hidroksi anisol (BHA), dan tert butil hidroksi quinon (TBHQ) sering digunakan secara efektif tetapi membutuhkan perhatian terhadap efek sampingnya. Sinamaldehid secara kimia berhubungan dengan toksikologi dimana senyawa ini lebih aktif seperti acrolin dan crotanaldehyde (Peters & Caldwell, 1994). Selain sinamaldehid, toksisitas akut dari komponen dominan dari kayumanis adalah asam sinamat (5000 mg/kg berat tubuh) dan sinamil alcohol (4000 mg/kg berat tubuh) yang telah diuji pada tikus (Hoskins, 1984). Antioksidan dari bahan alam dapat memberikan keuntungan lebih dari antioksidan sintesis. Rababah et al. (2004) menyatakan bahwa antioksidan alam umumnya berasal dari rempah-rempah, tanaman herbal, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian. Sinamaldehid telah diulas pada eleventh meeting of the Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Aditives (JECFA) bahwa jumlah sinamaldehid yang dapat dikonsumsi mengacu pada nilai ADI (Acceptable daily intake) untuk laki-laki adalah 0-1,25 mg/kg dari berat badan (FAO/WHO, 1967 ; FAO/WHO, 1968). Sedangkan menurut (Arthur, 1989) penggunan sinamaldehid pada pangan khususnya industry permen dosis yang diizinkan sebesar 700 ppm. Selain kekayaan akan rempah-rempah Indonesia juga kaya akan kuliner. Kuliner yang terkenal di Indonesia seperti Rendang, Pempek, Ikan Mas Arsik, Bakpia, Dodol, Coto, Angsle, Ronde, Sate Lilit, dan sebagainya. Dodol merupakan salah satu kudapan tradisional yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Dodol termasuk 3 ke dalam jenis pangan semi basah (Intermediate Moisture Food) yang memiliki karakteristik khas yaitu kadar air yang agak tinggi, namun nilai a wnya cukup rendah, sehingga keawetannya cukup panjang, yaitu mencapai kisaran 1-6 bulan. Namun dodol mudah mengalami ketengikan akibat adanya lemak yang terkandung pada dodol tersebut mengalami oksidasi akibat paparan udara maupun cahaya. Komponen antioksidan pada lemak dan minyak akan sangat mempengaruhi aktivitas antioksidatifnya. Dewasa ini, makanan yang mengalami oksidasi masih dapat dikonsumsi selama kandungan mikrobia dan kualitas sensoris masih memenuhi spesifikasi konsumen yang telah ditetapkan. Komponen yang dapat meningkatkan ketidakstabilan genetic pada sel kolon dan timbulnya kanker menjadi perhatian pada industry makanan (Ferguson, 2010). Dengan jumlah tertentu pada antioksidan diharapkan dodol menjadi system yang homoeostatik yang akan menekan atau tidak mengalami proses oksidasi yang mampu menghasilkan senyawa peroksida dan turunannya yang di dalam tubuh bersifat toksik (Bjørg, et al., 2012). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan sinamaldehid sebagai antioksidan untuk mengambat ketengian pada dodol sebagai akibat proses oksidasi yang terjadi, diikuti dengan pengamatan pertumbuhan mikrobia dan tekstur bahan sebagai informasi penunjang, serta mengetahui dosis penambahan yang memberikan hasil dodol terbaik. 4 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh penambahan Sinamaldehid pada dodol terhadap sifat kimiawinya? 2. Berapa jumlah dosis sinamaldehid yang optimal pada dodol terhadap sifat fisikawinya? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi penambahan sinamaldehid pada konsentrasi tertentu terhadap sifat kimiawi dodol. 2. Mengevaluasi penambahan sinamaldehid pada konsentrasi tertentu terhadap sifat fisikawi dodol. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan sinamaldehid yang dapat menghambat ketengikan pada dodol sekaligus memperpanjang umur simpan produk pangan.