BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pengaruh
Definisi pengaruh secara estimologi, kata pengaruh menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesisa (2008:581) adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (barang
atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Berdasarkan pengertian tersebut dalam penelitian ini, pengaruh adalah daya
yang ada atau timbul dari besarnya likuiditas, profitabilitas dan struktur modal yang
membentuk Dividend Payout Ratio.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Sutrisno (2012:9), dalam pengertian yang sederhana, laporan
keuangan adalah :
“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi
dua laporan utama yakni neraca dan laporan rugi-laba.”
Menurut Martono dan Harjito (2007:51) mendefinisikan bahwa:
13
14
“Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.”
2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguan laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2009).
Sedangkan Menurut Kasmir (2010) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan
keuangan, yaitu:
a) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki,
perusahaan pada saat ini.
b) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
c) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
d) Memberikan informasi tentang jumlah dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusaan dalam suatu periode tertentu.
e) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjasi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
15
f) Memberikan informasi tentang kinerja menajemen perusahaan dalam suatu
periode.
2.2.3
Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap menurut Stansar Akuntansi Keuangan (2012)
terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi komprhensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuanagn, berisi rinkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lainnya.
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.
2.2.4
Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009), pemakai laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
16
1.
Pemegang Saham
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai
kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh
dan penambahan modal bussines plan selanjutnya.
2.
Investor
Penanam
modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
3.
Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
4.
Pemberi Pinjaman
Memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
5.
Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya
17
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memunkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terhutang akan dibayarkan pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yangm lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan
utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
6.
Pelanggan
Membutuhkan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan,
terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan
atau tergantung pada perusahaan.
7.
Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dank arena itu
berkepentingan dengan akivitas perusahaan
8.
Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
18
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan
informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.3
Analisis Rasio Keuangan
2.3.1
Pengertian Rasio Keuangan
Sugiono (2009:64) mendefinisikan rasio keuangan sebagai berikut:
“Suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan
keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematika yang sederhana.”
Sedangkan menurut Harahap (2009:297) rasio keuangan adalah”
“Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan.”
2.3.2
Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Menurut Sutrisno (2012) pengelompokan rasio keuangan menurut tujuan
dikelompokkan menjadi :
1.
Rasio Likuiditas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
2.
Rasio Leverage yaitu rasio yang digunakan untuk mengukrt sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
19
3.
Rasio Aktivitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perushaan dalam memanfaatkan sumber dananya.
4.
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efetivitas
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan
5.
Rasio Penilaian yaitu rasio yang digunakan utuk mengukur kemampuan
manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
2.4
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-
kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi
adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk
mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi
perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih
(Sutrisno,2012).
Menurut Sutrisno (2012:216) ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur
yaitu :
1. Current Ratio
Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar di sini
meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.
Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel,
20
hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar.
Rumus current ratio adalah :
Current Ratio =
2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat
likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang
lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab
untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi
piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas. Formulasi untuk menghitung
quick ratio adalah :
Quick Ratio =
3. Cash Ratio
Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar
yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar
yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Dengan
demikian rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut :
Cash Ratio =
21
2.5
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan akan memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan aktiva,
penjualan, laba, maupun dengan modalnya sendiri (Fakhrudin, 2008).Menurut
Sartono (2010:122) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan
yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen.
Menurut Sutrisno (2012:222) keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan
yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat
keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yakni :
1.
Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang bisa
digunakan adalah sebagai berikut :
Gross Profit Margin =
Profit Margin =
x 100%
x 100%
22
Net Profit Margin =
2.
x 100%
Return on Assets
Return on Assets (ROA)juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba
sebelum bunga dan pajak atau EBIT.
Return on Assets (ROA) =
3.
Return on Equity
x 100
Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri
yang dimiliki, sehinga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal
sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau
EAT. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah :
Return on Equity (ROE) =
4.
Return on Investment
Menurut Munawir (2007:89) mengemukakan:
x 100%
23
“Return on Investment (ROI) salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. “
Return on Investment (ROI) =
x 100%
Atau bisa ditulis dengan
Return on Investment (ROI) =
5.
x 100%
Earning Per Share
Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang
diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earning per share atau laba per lembar
saham merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per
lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba dibagi
pemilik atau EAT.
Earning per share (EPS) =
2.6
x 100%
Struktur Modal
Menurut Munawir (2002) mengemukakan bahwa struktur modal merupakan
perimbangan hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang
saham preferen dan saham biasa.
24
Tujuan utama manajer keuangan mencakup keputusan investasi dan
keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan merupakan kegiatan menggalang dana
yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Menurut Horn dan
Wachowich (2007:232) struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan
permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen dan
ekuitas saham biasa.
Menurut Keown (2002:85) struktur modal adalah bauran suber-sumber dana
yang digunakan perusahaan. Konsep yang digunakan pada dasarnya mengaps
kewajiban jangka pendek. Karena struktur modal merupakan bagian dari struktur
pendanaan yang merupakan gabungan dari semua unsure yang terdapat disisi kanan
laporan posisi keuangan. Hubungan struktur modal pendanaan dan struktur modal
dapat digambarkan sebagai berikut: (struktur pendanaan)–(kewajiban jangka pendek)
= Struktur Modal
Struktur modal bagi suatu perusahaan berasal dari dua suber. Pertama, suber
eksternal atau penjaman yang berasal dari kreditur dengan balas jasa bunga. Kedua,
sumber dana internal atau modal sendiri yang berasal dari pemilik perusahaan dengan
balas jasa dividen yang berasal dari penjualan saham.
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada hutang
dan modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau
25
jangka panjang. Untuk mengukur struktur modal tersebut digunakan rasio struktur
modal yang disebut dengan debt to equity ratio (DER) menunjukkan persentase
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang yang dihitung dengan
membandingkan antara total hutang dan modal sendiri.
2.6.1
Unsur-unsur Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan sedcara umum terdiri atas beberapa
komponen (Riyanto, 2001) yaitu:
1. Modal asing atau hutang jangka panjang
Hutang Jangka panjang ini apda umumnya digunakan untuk membiayai perluasan
perusahaan (ekspansi ) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal
untuk keperluan tersebut mencakup jumlah yang besar. Komponen hutang jangka
panjang ini terdiri dari:
a. Hutang hipotik
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan
aktiva tidak bergerak (tanak dan bangunan).
b. Obligasi
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa perusahaan
meminjam uang dan menyatujui untuk membayarnya kembali dalam jangka
waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil
26
dari penuysutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi
tersebnut dan dari keuntungan.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri
berasal dari sumber intern maupun ekstern. Suber intern didapat dari keuntungan
yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan suber ekstern berasal dari modal yang
berasal dari pemilik perusahaan. Komponen Modal sendiri terdiri dari :
1. Modal Saham
Saham dalah tanda buktu kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT) dimana
modal saham terdiri dari:
a. Saham biasa
Saham biasa adalh bentuk komponen modal jangka panjang yang
ditanamkan oleh investor dengan memiliki saham ini berarti harus siap
menanggung segala risiko sebesasr dana yang ditanamkan
b. Saham Preferen
Saham Preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang
merupakan kombinasi anatara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
27
2. Laba ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba di keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai
dividen. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau keharusan
untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya
kepastian tentang jangka waktu pembayran kembali modal yang disetor.
2.6.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam menetukan
struktur modal persuahaan guna meningkatkan nilai perusahaan. Secara umum faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah:
1. Stabilitas Penjualan
Menurut Brigham dan Houston (2006) jika penjualan relative stabil,
perusahaan dapat secara aman mengguanakan hutang lebih tinggi dan
berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingakn dengan
perusahaan yang penjualannnya tidak stabil. Menurut Sartono (2001:248)
perusahan dengan penjualan yang realtif stabil berarti memilik aliran kas
yang relative stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar dari
pada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
2. Struktur Aktiva
Menurut Sartono (2001:248) perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam
jumlah besar dapat mengguanakan hutang dalam jumlahbesar, hal ini
28
disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah
mendapatkan akses ke sumber daan dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006) Apabila aktiva
perusahaan cocok digunakan untuk dijadikan agunan kredit perusahaan
tersebut cenderung menggunakan banyak hutang.
3. Leverage Operasi
Menurut Brigham dan Houston (2006) jika hal-hal lain tetap sama,
perusahaan dengan Leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih
mampu untuk memperbesar Leverage Keuangan karena ia akan yang lebih
kecil.
4. Tingkat Pertumbuhan
Menurut Brigham dan Houston (2006) Perusahaan-perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat akan membutuhkan dana dari
sumber ekstern yang lebih besar. Sedangkan menurut Sartono (2001:248)
semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan
dana untuk pembiayaan ekspansi.
5. Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2006) Profitabilitas perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang
yang relative kedil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dan Sartono (2001:248)
mengatyakan bahwa profitabilitas periode sebelumnya merupakan factor
29
penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang
besar, perusahan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum
menggunakan hutang.
6. Pajak Bunga
Menurut Brigham dan Houston (2006) pajak bungan merupakan biaya
yang dapat mengurangi pajak perusahaan sedangkan dividen tidak. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, maka semakin besasr
keuntungan dari penggunaan pajak dan semakin besar daya tarik
penggunaan hutang.
7. Pengendalian
Menurut Brigham dan Hourston (2006) pengaruh hutang lawan saham
terhadap posisi pengendalian manajemen bias mempengaruhi struktur
modal.
8. Sikap Manajemen
Menurut Brigham dan Houston (2006) sikap manajemen akan
mempengaruhi dalam pengembalian keputusan mengeani cara pemenuhan
kebutuhan pendanaan perusahaan.
9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Peniliai Peringkat
Menurut Brigham dan Houston (2006) tanpa memperhatikan anlisis para
manajer atas factor-faktor leverage yang bagi perusahaan mereka, sikap
pemberi
pinjaman
dan
perusahaan
penilai
mempentgaruhi keputusan struktur keuangan.
peringkat
seringkali
30
10. Keadaan Pasar Modal
Menurut Brighan dan Houston (2006) keadaan pasar modal sering
mengalami perubahaan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan
dengan pasar modal tersebut.
11. Kondisi Internal Perushaan
Menurut Brigham dan Houston (2006) apabila perusahaan memperoleh
keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka
perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang dari pada
mengeluarkan saham. Sedangkan menurut Sartono (2001:249) Perusahaan
perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara
umum kondisi yang paling tepat untuk menjual obligasi atau saham adalah
pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish.
12. Fleksibilitas Keuangan
Menurut Brigham dan Houston (2006) Seorang manajer pendanaan yang
pintar adalah selalu dapat menuyediakan modal yang diperlukan untuk
mendukung operasi . Fleksibilitas keuangan atau kembampuan untuk
menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan
yang tidak menguntungkan.
2.6.3
Struktur Modal Optimum
Struktur modal optimum adalah struktur yang memaksimalkan harga dari
saham perusahaan, hal ini biasanya meminta rasio hutang yang lebih rendah dari pada
31
rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan (Brigham dan Huston, 2006:24).
Jika suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan
pemenuhan denga sumber dari dalam perusahaan maka akan mengurangi
ketergantungan terhadap pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah sangat meningkat
karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari sumber intern telah digunakan semua,
maka ada pilihan lain selain menggunakan dana dari luar perusahaan, baik dari
hutang (debt financing) atau dengan menggunakan saham bari (external equity
financing ) dalam memenuhi kebutuhan akan dananya. Apabila dalam memenuhi
kebutuhan dan dari sumber eksternal tersebut perusahaan lebih mengutamakan hutang
saja, maka ketergantungan kepada pihak luar akan semakin besar dan risiko financial
semakin besar.
Mendasasrkan pada konsep biaya modal, perusahaan diusahakan memiliki
struktur modal yang optimal, yaitu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya
modal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penetuan struktur modal yang
optimal juga melibatkan perhitungan antar tingkat risiko perusahaan tetapi juga akan
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan dari pemegang saham. Usulan
investasi apapun haruslah cukup setidak-tidaknya menutup beban biaya atas dasar
pinjaman dan memberikan imbalan kepada pemegang saham atas risiko yang
ditanggunya. Namun, tingkat risiko yang semakin tinggi dapat menurunkan harga
saham perusahaan tersebut. Untuk itu, perusahaan harus memikirkan kemungkinan
yang akan dihadapi oleh penentu struktur modalnya.
32
Berdasarkan konsep cost of capitas perusahaan berusaha memiliki struktur
modal yang optimal dalam arti bahwa struktur modal yang dapat meminimumkan
biaya modal rata-rata (average cost of capital). Dalam konsep cost of capital, besar
kecilnya average cost capital adalah tergantung pada proposi masing-masing
komponen sumber dana tersebut (Riyanto, 2001;294). Menurut Warsono (2003:242)
sruktur modal yang optimal dapat didefinisikan sebagai suatu struktur mnodal yang
meamksimumkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan dan meminimumkan
biaya modalnya.
2.6.4
Analisis Struktur Modal
Menurut Sartono (2001:225) teori sturktur modal menjelaskan apaka ada
pengaruh perubahan sturktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam kaitannya
dengan sturktur modal dalam memperoleh sumber dana yang bersangkutan nilai
perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Dalam rangka memperoleh modal, perusahaan bisa mendapatkan dari
dua sumber, yaitu dari modal sendiri atau modal asing. Masing-masing sumber modal
mempunyai risiko. Jika perusahaan menggunakan modal asing akan timbul kewajiban
untuk membayar bunga sebagai beban tetap dari hutang (financial leverage).
Sesuai dengan teori struktur modal pada dasarnya struktur modal terdiri dari
modal asing dan modal sendiri. Berkaitan dengan teori tersebut maka analisis struktur
modal juga terdiri dari analisis modal asing (hutang) dan analisis modal sendiri,
antara lain:
33
1. Debt to Asset Ratio (DAR)
DAR merupakan rasio yang digunakan mengukur persentase besarnya
dana atau modal yang disediakan oleh kreditur. Menurut Lukman (2009) rasio
ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai oleh total hutang. Semakintinggi rasio ini bersarti semakin bear pula
jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk invesatasi pada aktiva guna
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Menurut
Atmaja
(2008)
Perhitungan
DAR
dilakukan
dengan
menggunakan rumus :
DAR =
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Lukman (2009) debt to equity raio digunakan untuk mengukur
perimbangan antara keqjiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.
Rasio ini juga dapat berarti sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri.
Menurut Atmaja (2008) perhitungan DER adalah sebagai berikut:
DER =
34
2.7
Dividen Payout Ratio
2.7.1
Pengertian Dividen Payout Ratio
Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002) dividend payout ratio (DPR) adalah
perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan
dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout
ratio akan menguntungkan pemegang investor tetapi dari pihak perusahaan akan
memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya
dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor)
tetapi internal financial perusahaan semakin kuat.
2.7.2
Kebijakan Dividen Payout Ratio
Pengertian kebijakan Dividend Payout Ratio menurut Sartono (2001:281):
“Kebijakan Dividend Payout Ratio adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai Payout
Ratio atau akan ditambah dalam bentuk laba ditahan guana pembiayaan
invesatasi di masa yang akan datang.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Dividen suatu perusahaan
menurut Menurut Sutrisno (2012:267) faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham
antara lain adalah :
35
1.
Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensiatau solvabilitasnya kurang
menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini
disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk
memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.
2.
Posisi likuiditasPerusahaan
Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena
itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan
uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat
likuiditasperusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnyakurang
baik, biasanya dividend payout rationyakecil, sebab sebagian laba
digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah
mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih
besar.
3.
Kebutuhan untuk Melunasi Hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang,
yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini
harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutanghutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang
harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan
mengurangi jumlah deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang
saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang
36
tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan
mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa dengan
sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini
tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.
4.
Rencana Perluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan,
semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana
dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang,
menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa
diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan.
Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan,
semakin kecil pembayaran dividennya.
5.
Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan
investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya
digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila
kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan
untuk membayar dividen.
37
6.
Stabilitas Pendapatan
Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan
perusahaan
yang
pendapatannya
tidak
stabil.
Perusahaan
yang
pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk
berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil
harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
7.
Pengawasan Terhadap Perusahaan
Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap
perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri,
kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan
mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan.
Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu
perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap
berada ditangannya.
2.7.3
Teori Mengenai Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001:282), teori mengenai kebijakan dividen adalah sebagai
berikut:
1. Dividend Irrelevancy Theory, ajaran ini mempermasalahkan apakah jika
perusahaan menaikkan atau menurunkan Dividend maka harga saham
akan naik atau turun.
38
2. Bird In Hand Theory. Ajaran ini mengajarkan agar pendapatan perusahaan
yang rasio pembayarannya rendah dikapitalisasi dengan kapitalisasi yang
tinggi dari pendapatan yang rasio pembayarannya tinggi.
3. Tax Differential Theory. Berpendapat bahwa karean dividend cenderung
dikenakan pajaka yang lebih tinggi dari pada capital gains, maka investor
akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan
Divdend yield yang tinggi.
2.7.4
Kebijakan Pemberian Dividen
Menurut Sutrisno (2012:268) ada beberapa bentuk pemberian dividen secara
tunai atau cash dividend yang diberikan oleh pemegang saham. Bentuk kebijakan
dividen tersebut adalah :
1. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinyadividen akan diberikan
secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang
diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stanil ini dipertahankan untuk
beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh, meningkat dan
peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk
selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun.
2. Kebijakan Dividen yang Meningkat
39
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan
yang stabil.
3. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin
besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil
dividen yang dibayarkan juga kecil.
4. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah Ditambah Ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan
dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
2.7.5 Jenis-jenis Dividen
Terdapat berbagai jenis dividen yang dibagikan perusahaannya kepada
pemegang saham. Hal ini tergantung dengan kebijakan yang diambil oleh perusahaan
dan keputusan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Adapun jenis-jenis dividen
menurut Baridwan (2006:434) yaitu sebagai berikut:
1. Dividen Kas (Cash Dividend)
Dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan adalah dalam bentuk
kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat
40
pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada
mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.
2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividends)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen
dalam bentuk ini disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa
berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan,
barang dagangan atau aktiva-aktiva lain.
3. Dividen Utang (Scrip Dividends)
Dividen utang (scrip dividends) timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya
mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup.
Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji
tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.
4. Dividen Likuidasi
Yang dimaksud dengan dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian
merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan
mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan
sebagai pengurang modal.
5. Dividen Saham (Stock Dividend)
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut
pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham
yang dimilikinya.
41
2.7.6
Penetapan Tanggal Dividen
Penetapan tanggal merupakan hal yang penting dan relevan dalam
hubunganya dengan dividen. Adapun rincian tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan
dalam pembayaran dividen menurut Sugiono (2009) adalah sebagai berikut :
1.
Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
Declaration date adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan
pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen. Dengan ditentukannya
tanggal
tersebut,
perusahaan
mempunyai
kewajiban
untuk
melakukan
pembayaran.
2.
Tanggal Pencatatan (Recording Date)
Recording date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya pemegang saham
berhak mendapatkan dividen.
3.
Ex-Dividend Date
Ex-Dividend date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya dividen lepas
dari pemegang saham. Biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja
sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.
4.
Cum Dividend Date
Cum dividend date adalah tanggal yang menunjukan batas akhir bagi para
investor yang membeli saham akan menerima pembagian dividen.
42
5.
Payment Date
Payment date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya perusahaan
membayar dividen.
Menurut Bambang Riyanto (2001:266) semakin tinggi dividend payout ratio
yang ditetapkan perusahaan, maka semakin kecil dana yang tersedia untuk
ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang pertumbuhannya rendah, maka akan
mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan
dividen perusahaan. Investor yang mengharapkan memperoleh capital gain akan
lebih menyukai angka rasio yang rendah. Sebaliknya investor yang menyukai dividen
ingin angka rasio yang tinggi. Dividend payout ratio dihitung dengan rumus :
Dividend Payout Ratio (DPR) =
2.8
Kerangka Pemikiran
Dalam aktivitas di pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi
yang dilakukannya, yaitu yang berupa dividend dan capital gain (Mardaleni, 2014).
Menurut Baridwan (2004:431) dividen merupakan pembagian laba yang dibagikan
kepada para pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar
saham yang dimiliki.
Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
43
mendatang (Sartono, 2010). Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan oleh
perusahaan tergantung pada kebijakan dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan (Sulistyowati, Suhadak, dan Husaini,
2014).
Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada Devidend Payout Ratio yang
merupakan persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai
kepada para investor (Brigham dan Houston,2001;69). Artinya besar kecilnya
Dividend Payout Ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegeang
saham
dan
disisi
lain
berpengaruh
pada
kondisi
keuangan
perusahaan
(Mardaleni,2014). Untuk memprediksi seberapa besar Dividend Payout Ratio yang
akan diberikan dimasa yang akan datang, salah satu langkah yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara menganalis laporan keuangan dari suatu perusahaan, karena dari
laporan keuangan akan tercermin kinerja perusahaan yang menunjukkan prestasi dan
kemampuan perusahaan (Gustian dan Bidayati,2011).
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam kebanyakan
kebijakan dividen karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Sartono,2010;292). Pada
penelitian ini likuiditas diproksikan dengan menggunakan cash ratio. Cash ratio
adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera
menjadi uang kas dengan hutang lancar. (Sutrisno, 2012)
44
Profitabilitas bagi perusahaan merupakan kemampuan penggunaan modal
kerja tertentu untuk menghasilkan laba tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami
kesulitan dalam mengembalikan hutang-hutangnya baik hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang serta pembayaran dividen bagi para investor yang
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas yang mampu dicapai perusahaan maka semakin lancar pula pembayaran
dividen kepada para investornya. (Haryetti dan Ekayanti, 2012). Profitabilitas
diproksikan dengan menggunakan Return on Investment. Rasio Retrun on Investment
(ROI) melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. (Fahmi, 2011:137)
Pendanaan perusahaan melalui hutang erat kaitannya dengan struktur modal
dan hutang dalam hal ini leverage merupakan sumber pendanaan ekternal (external
financing) untuk membiayai kegiatan perusahaan. Apabila leverage rendah,
menunjukkan perusahaan memiliki jumlah hutang relatif sedikit daripada ekuitasnya,
hal ini akan berpengaruh terhadap perolehan laba dimana laba yang diperoleh akan
mempengaruhi dividen yang dibayarkan (Dewi dan Sedana, 2014). Struktur modal
perusahaan diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dimana Debt to Equity
Ratio merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal
sendiri ( Sutrisno, 2012)
45
2.8.1
Pengaruh Likuiditas Terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan
Kompas 100
Martono dan Harjito (2007:255) yang menyatakan bahwa likuiditas
perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam banyak kebijakan
dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas
yang tersedia dan likuiditas perusahaan, maka semakin besar pula kemampuna
perusahaan untuk membayar dividen.
Cash ratio merupakan variabel penting yang dipertimbangkan oleh
manajemen dalam Dividend Payout Ratio. Perusahaan yang menunjukan kendala
pembayaran (kekurangan likuiditas) mengarahkan manajemen untuk membatasi
pertumbuhan dividen. Dengan kata lain, meningkatnya posisi cash ratio juga akan
meningkatkan pembayaran dividen. (Zakaria,2014)
Hasil penelitian
Dewi dan Sedana (2014) dan Nurraiman (2014)
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
dividen. Sedangkan Mardaleni (2014) menunjukkan bahwa Current Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil yang berbeda pula yang
diteliti oleh Nurhayati (2013) bahwa Current Ratio memiliki koefisien negatif.
2.8.2
Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan
Kompas 100
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan
dalam perusahaan. Setiap perusahaan yang didirikan, tentu diorientasikan untuk
46
mendapatkan laba (Brigham dan Houston, 2006). Menurut Ardian (2014), perolehan
laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja finansial perusahaan. Laba tahun
berjalan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen saat
ini selain dividen tahun sebelumnya. Perusahaan penghasil profit mampu membayar
dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai
investasinya dengan syarat profit yang dihasilkannya cenderung stabil.
Haryetti dan Ekayanti (2012) menyatakan bahwa profitabilitas memberikan
pengaruh positif secara sangat signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini selaras
dengan teori Brigham dan Houston (2006) yang mengatakan bahwa keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan merupakan sinyal yag positif bagi para pemegang saham
untuk memperoleh dividen yang diharapkan. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan, maka akan memeberikan dividen yang besar pula terhadap
para pemegang saham. Selain itu juga, dividen yang diberikan atas keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk mengelola
investasi saat ini sehingga hubungan antara laba dan dividen menurut hasil penelitian
ini sangat linear karena saling berhubungan.
Ekayanti (2012), Nurhayati (2013), dan Nurraiman (2014) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sedangkan menurut Gustian dan Bidayati (2011) ROA mempunyai pengaruh positif
tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
47
2.8.3
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan Kompas 100
Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri (Harjito,2007;240). Leverage merupakan penggunaan sumber
dana eksternal oleh perusahaan dan konsekuensinya adalah perusahaan harus
menanggung beban tetap berupa bunga dan cicilan hutang (Suhadak dan Darmawan,
2011:7) dalam Sulistyowati, Suhadak, dan Husaini (2014).
Penggunaan dari masing-masing jenis modal mempunyai pengaruh berbeda
terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal asing akan menurunkan
keuntungan perusahaan sebab harus membayar bunga dan bunga sebagai pengurang
laba. Bunga sendiri juga dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang kompensasinya berupa
pembayaran dividen diambilkan dari keuntungan setelah pajak, sehingga tidak
mengurangi pembayaran pajak (Sutrisno, 2012:255). Berdasarkan pemikiran tersebut,
leverage memiliki keterkaitan negatif terhadap dividen. Leverage memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan dividen. Apabila leverage naik, maka dividen turun dan
apabila leverage turun maka dividen naik. (Sulistyowati, Suhadak, dan HusainI,2014)
Penelitian Artini dan Puspaningsih (2011), Mardaleni (2014) menunjukkan
bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh tidak siginifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Gustian dan Bidayati (2011) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
berpengaruh postif tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sulistyowati,
48
Suhadak dan Husaini (2014) menyatakan bahwa struktur modal yang diukur dengan
Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen. Berbeda dengan hasil penelitian Dewi dan Sedana (2014) yang menyatakan
bahwa Struktur Modal memiiliki pengaruh negatif signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Berdasarkan beberapa teori dan temuan penelitian yang menguji pengaruh
antara Likuiditas, Profitabilitas, dan Struktur Modal dengan Dividend Payout Ratio,
maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
LIKUIDITAS
DIVIDEND
PAYOUT RATIO
PROFITABILITAS
SRUKTUR
MODAL
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
49
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan telaah pustaka dan kerangka pemikiran, penulis merumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
Secara Simultan
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari Likuiditas
(Cash Ratio), Profitabilitas (ROI), dan Struktur Modal (DER) terhadap Dividend
Payout Ratio.
Secara Parsial
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari Likuiditas (Cash Ratio)
terhadap Dividend Payout Ratio.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari Profitabilitas (ROI) terhadap
Dividend Payout Ratio.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari Struktur Modal (DER)
terhadap Dividend Payout Ratio.
Download