pengaruhnya metode penilaian terhadap tingkat

advertisement
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING
Volume 10 No. 2, Oktober 2010 : 103 - 112
PENGARUHNYA METODE PENILAIAN PERSEDIAAN
TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN
PADA PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, TBK.
Oleh
David H. M. Hasibuan
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRA
ABSTRACT
This research goal is to find out the registration of merchandise stock applied at PT Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk., how to prepare the merchandise stock and how about its influence towards profit degree of
the company.
The result of this research shows that the registration system of merchandise stock applied at PT
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk made use of perpetual registration and evaluation method by us
using
LIFO method where the final merchandise was evaluated based on buying price determined previously. The
influence of the evaluation method towards profit degree could make the profit decreases and then the tax
obligation decreases as well.
Keywords: the registration system of merchandise stock;
PENDAHULUAN
Pelaporan persediaan secara akurat penting
bagi para pengambil keputusan baik dalam
perusahaan maupun para pengambil keputusan
diluar perusahaan. Bagi manajemen terutama
sangat berkepentingan dengan persoalan
seperti memutuskan kapan harus melakukan
pemesanan persediaan dan berapa banyak
persediaan yang dibeli setiap kali melakukan
pemesanan. Hal ini bertujuan agar barang yang
akan dibeli sesuai dengan kebutuhan produksi,
sehingga tidak akan terjadi kelebihan
persediaan dan untuk meminimalkan biaya
persediaan.
Persediaan baik pada perusahaan dagang
maupun perusahaan manufaktur merupakan
unsur yang sangat mempengaruhi laporan
keuangan, yaitu pada laporan neraca dan
laporan laba-rugi. Oleh karena itu, persediaan
yang dimiliki selama satu periode harus dapat
dipisahkan mana yang sudah dibebankan
sebagai biaya (Harga Pokok Penjualan) yang
akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi dan
mana yang masih belum terjual yang akan
menjadi persediaan dalam laporan neraca.
Atas dasar latar belakang tersebut, penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian
mengenai “ Pengaruh Penerapan Metode
Penilaian Persediaan Terhadap Tingkat Laba
Perusahaan pada PT. Ramayana Lestari
Sentosa”.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
berdasarkan studi kasus yang ditelaah
dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan,
yang hanya berlaku pada kasus tertentu saja.
HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem pencatatan Persediaan Pada PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Sistem pencatatan persediaan yang
digunakan adalah sistem pencatatan perpetual.
Setiap barang dagang yang dibeli dari supplier,
langsung dicatatkan digudang dan ketika
barang dagang akan dijual, dicatat kembali oleh
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Persediaan barang dagang akan dihitung
kembali ketika toko akan tutup, untuk
disesuaikan dengan jumlah penjualan agar tidak
terjadi salah pencatatan.
2. Pencatatan sistem perpetual (buku)
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Semua pertambahan dan pengurangan
barang dagang dicatat dengan cara yang sama
yaitu dengan mencatat pertambahan dan
pengurangan kas di buku maupun di
komputer.
Akun persediaan barang dagang pada awal
periode akuntansi mengidentifikasikan jumlah
stock pada tanggal tersebut. Pada waktu
membeli barang, dibuat jurnal dengan
mendebet akun persediaan barang dagangan
dan mengkredit akun kas. Pada waktu barang
dagangan dijual, dibuat jurnal yaitu mendebet
akun harga pokok penjualan dan mengkredit
akun persediaan sehingga akun persediaan
akan menunjukan harga pokok dari persediaan
yang ada digudang.
Sistem perpertual mengikuti semua
transaksi pada saat barang bertambah atau
berkurang dan persediaan di catat dalam kartu
stock sehingga jumlah yang dicatat merupakan
jumlah yang ada di gudang.
Sistem perpetual persediaan barang dagang
ditentukan dengan membuat catatan yang
berkelanjutan perihal kenaikan, penurunan,
dan saldo persediaan barang dagangan. Setiap
kali barang dagangan dibeli, rekening
persediaan meningkat dan saat barang
dagangan dijual, rekening persediaan menurun.
Dengan sistem perpetual menuntut
akuntan untuk menyelenggarakan pencatatan
secara kontinyu terhadap kuantitas atau phisik
persediaan. Dengan sistem ini, persediaan
barang dituangkan dalam bentuk buku
104
pembantu (susidiary ledger), baik dalam rupiah
harga pokok maupun dalam kuantitas.
3. Pencatatan sistem periodik (fisik) PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Pencatatan persediaan barang dagangan
dilakukan secara periodik sesuai dengan
kebutuhan. Lazimnya perhitungan fisik
dilakukan setahun sekali pada akhir periode
akuntansi.
Sistem periodik, di mana persediaan barang
dagangan ditentukan dengan menghitung,
menimbang, atau mengukur unsur-unsur
persediaan yang ada di gudang. Sistem periodik
menyesuaikan saldo persediaan hanya pada
akhir
periode
akuntansi
dan
tidak
mempengaruhi pembelian maupun penjualan
persediaan selama periode berjalan.
Sistem
perpetual
digunakan
untuk
mengecek akurasi saldo akhir dalam
rekening/akun persediaan, sedangkan sistem
periodik digunakan untuk menentukan saldo
persediaan akhir. Keunggulan utama sistem
periodik adalah efisiensi pencatatan yang
dilakukan secara berkala. Keunggulan efisiensi
pencatatan dari sistem periodik ini haruslah
dipertimbangkan
dengan
keunggulan
pengendalian dalam sistem perpetual.
Tujuan
pokok
perhitungan
phisik
persediaan adalah untuk menetukan kuantitas
persediaan pada akhir periode akuntansi, pada
sistem perpetual tujuan pokok perhitungan
phisik adalah untuk menguji akurasi
pembukuannya. Dari perhitungan phisik
persediaan akan dapat diketahui adanya
perbedaan atau selisih antara kuantitas
persediaan menurut catatan pembukuan
dengan kuantitas persediaan yang sebenarnya.
Perbedaan kuantitas persediaan demikian itu,
bisa terjadi karena adanya barang-barang yang
menguap, susut, hilang, atau terjadinya
kesalahan dalam pencatatannya. Jika hasil
perhitungan phisik menunjukkan adanya
perbedaan dengan catatan pembukuan, maka
dibuatkan
penyesuaian
atau
koreksi
pembukuan.
Dengan sistem phisik, selama periode
akuntansi berlangsung hanya diselenggarakan
catatan pembukuan untuk transaksi yang
berhubungan dengan aktivitas pengadaan atau
pembelian seperti: pembelian, biaya angkut
pembelian, retur dan potongan, rekening-
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
rekening pembelian dan biaya angkut
pembelian didebit setiap kali terjadi pembelian.
Sementara itu, rekening retur dan potongan
pembelian dikredit setiap kali terjadi retur
pembelian dan diperoleh potongan pembelian.
Pada akhir akuntansi, saldo rekening
pembelian, biaya angkut pembelian, retur dan
potongan dipindah bukukan ke ikhtisar labarugi. Sedang persediaan hanya memuat
informasi tentang saldo persediaan awal
periode. Pada setiap akhir periode, akuntan
akan melakukan penyesuaian terhadap
rekening persediaan untuk mencatat adanya
kenaikan atau penurunan dalam persediaan dan
harga pokok barang yang dijual.
4. Metode Penilaian Persediaan Pada PT.
Ramayan Lestari Sentosa, Tbk.
Metode
penilaian
persediaan
yang
digunakan adalah metode LIFO dimana
persediaan akhir dinilai berdasarkan ketentuan
harga beli yang lebih awal didahulukan.
Sedangkan
untuk
penghitungan
fisik
persediaan barang dagang di bazar atau di
supermarket PT. Ramayana Lestari Sentosa,
Tbk, menggunakan metode FIFO, tetapi tidak
menerapkan
metode
FIFO
untuk
pencatatannya.
Untuk fashion metode yang digunakan
adalah metode LIFO (last in, first method).
Metode ini mengasumsikan bahwa barang
dagangan yang dibeli atau diproduksi terakhir
akan dijual atau digunakan terlebih dahulu.
Masalah-masalah akuntansi persediaan
akan relatif sederhana apabila perusahaan
senantiasa dapat menjual barang dagangan atau
produknya dalam kuantitas atau volume yang
sama dengan kuantitas dan volume pembelian
atau produksi. Masalah akuntansi akan makin
kompleks, karena tidak semua barang yang
dibeli atau diproduksi dalam suatu periode
akuntansi dapat dijual dalam periode yang
sama atau sebaliknya. Sebagai akibat, hampir
selalu terjadi kenaikan atau penurunan volume
atau kuantitas persediaan. Adanya kenaikan
atau penurunan kuantitas persediaan ini
menuntut harus dilakukannya alokasi harga
pokok barang dijual dalam suatu periode
akuntansi secara residual, yaitu dengan cara
mengurangkan harga pokok persediaan pada
akhir periode dari harga pokok barang yang
tersedia dijual. Untuk dapat melakukannya,
akuntan harus lebih dulu menentukan nilai
persediaan akhir periode secara langsung
dengan : (1) menentukan volume, kuantitas,
atau phisik barang yang terdapat dalam
persediaan (2) menentukan harga per unit
barang dalam persediaan yang harus dipakai
sebagai dasar penilaian.
5. Pengaruh metode penilaian persediaan
terhadap tingkat laba perusahaan PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Pengaruh metode penilaian persediaan
yang digunakan terhadap tingkat laba adalah
dapat memperkecil laba yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi jumlah pajak
penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan
karena metode LIFO dapat berpengaruh
terhadap pengalokasian biaya, khususnya yang
berkaitan dengan penyimpanan persediaan
seperti :
a. Material cost yaitu biaya pembelian, seperti:
biaya transportasi dan biaya bongkar muat.
b. Order cost yaitu biaya pemesanan barang
termasuk biaya pengawasan mutu, dan
biaya administrasi lainnya.
c. Carrying cost yaitu biaya penyimpanan
seperti biaya gudang, biaya asuransi, barang
rusak (spoilage) dan tidak laku dijual
(absolescence), dan pencurian.
d. Biaya modal yang terikat pada persediaan.
e. Biaya akibat kehabisan persediaan.
Untuk persediaan yang tidak laku dijual,
manajemen akan memberi potongan harga
barang atau menjual barang kepada para
karyawan dengan harga murah, untuk
memenuhi penjualan dengan target tertentu.
Metode LIFO mempermudah manajer
untuk memanipulasi apakah akan menaikkan
atau menurunkan keuntungan. Sebaliknya, jika
perusahaan sedang mengalami kelesuan, dan
manajer ingin meningkatkan keuntungan, maka
manajer
dapat
melakukan
penundaan
pembelian barang yang lebih mahal sampai
periode berikutnya.
Bila persediaan turun sampai ke tingkat
awal periode sebelumnya, keadaan itu
dinamakan dengan likuidasi LIFO. Untuk
menghitung
harga
pokok
penjualan,
perusahaan harus mengambil lapisan biaya
persediaan yang lama dengan metode LIFO.
Dalam kondisi adanya kenaikan harga,
tindakan ini akan membuat biaya persediaan
105
HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan
menjadi rendah. Akibatnya perusahaan akan
melaporkan laba bersih yang lebih tinggi
dibandingkan bila likuidasi LIFO tidak terjadi.
Masalah-masalah akuntansi persediaan
akan relatif sederhana apabila perusahaan
senantiasa dapat menjual barang dagangan atau
potongan dalam kuantitas atau volume yang
sama dengan kuantitas atau volume pembelian
atau produksi. Adanya kenaikan atau
penurunan kuantitas persediaan, menuntut
harus dilakukannya alokasi harga pokok barang
yang tersedia untuk dijual atau dikonsumsi ke
dalam dua kelompok barang atau persediaan
sebagai berikut:
a. barang-barang yang dijual atau dikonsumsi
dalam tahun berjalan
b. barang-barang yang masih terdapat dalam
persediaan akan dijual atau dikonsumsi
dalam tahun berikutnya.
6. Menaksir Nilai Persediaan pada PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Untuk menaksir persediaan perusahaan
menggunakan metode eceran karena metode
persediaan eceran (retail method) dipakai guna
memperoleh estimasi yang andal tentang posisi
persediaan. Konsep yang mendasari adalah
adanya hubungan yang dekat dan konstan
antara harga pokok dengan harga jual. Oleh
karena itu, hubungan antara harga pokok dan
harga jual, yang biasanya dinyatakan dalam
suatu persentase, harus ditetapkan terlebih
dahulu. Untuk ini perusahaan perlu
mempunyai catatan mengenai harga jual dari
semua barang yang ada hubungan antara harga
jual dan harga pokok.
Metode
laba
kotor,
metode
ini
memungkinkan penghitungan fisik atau
menyelenggarakan
catatan
persediaan
perpetual yang rinci bagi masing-masing dari
ribuan jenis barang dagangan yang tercakup
dalam persediaan eceran. Jika metode ini
digunakan, catatan atas barang yang dibeli
dihitung berdasarkan harga pokok dan harga
bagi ribuan barang dagang yang biasanya
tercakup di dalam persediaan eceran.
Persentase harga pokok dihitung dengan
membagi barang yang tersedia untuk dijual
menurut harga pokok dengan barang yang
tersedia untuk dijual menurut harga eceran.
Kemudian persentase harga pokok ini
dikalikan menurut harga eceran, dapat dihitung
106
dengan mengurangkan penjualan untuk
periode bersangkutan dari total barang seperti
Persediaan awal
Pembelian
Persediaan yang tersedia
dijual
Persediaan Akhir
Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok
Rp30.493.000
Rp16.026.000
Rp46.519.000
Rp 6.553.500
Rp39.965.500
Walaupun metode eceran ini hanya
merupakan teknik untuk memperkirakan harga
pokok persediaan, tapi banyak perusahaan
yang mempergunakan metode ini untuk
menilai biaya persediaan akhir yang akan
tercantum di neraca. Perusahaan-perusahaan
tersebut biasanya menghitung persediaan yang
dimilikinya sepanjang tahun, tapi penghitungan
tersebut dilakukan berdasarkan harga eceran.
Meskipun metode ini memungkinkan
penaksiran nilai untuk persediaan, namun
kesalahan
bisa
saja
terjadi
dalam
pertanggungjawaban harga ganda dan dalam
penerapan metode eceran. Karena itu,
penghitungan fisik persediaan harus dilakukan
paling tidak setahun sekali untuk laporan
keuangan tahunan. Catatan persediaan eceran
harus disesuaikan terhadap variasi yang
ditunjukkan oleh hasil penghitungan fisik,
sehingga mencerminkan status persediaan yang
sebenarnya demi penaksiran dan pengendalian
pada masa mendatang.
Markup dan markdown eceran yang
digunakan perusahaan dalam menghitung
persediaan kerap kali berubah, hal ini
disebabkan karena adanya perubahan tingkat
harga, pergeseran permintaan konsumen, atau
faktor-faktor lainnya.
Persediaan yang dinilai dengan harga
eceran akan bervariasi, jika perusahaan
tergantung pada markdown bersih digunakan
dalam penghitungan persentase harga pokok.
Jika menerapkan metode eceran yang paling
umum digunakan markup bersih ditambahkan
ke barang yang tersedia untuk dijual yang
dinilai dengan harga eceran sebelum
menghitung persentase harga pokok, akan
tetapi markdown bersih tidak dikurangkan
untuk mencari persentase tersebut.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
Pengurangan harga memang merupakan
alat pengelolaan barang dagangan, Ramayana
sendiri jarang melakukan markup. Apabila
terjadi markup hal itu tergantung dari supplier,
artinya jika ada penaikan harga barang maka
perusahaan ikut menaikan harga barang. Yang
sering dilakukan oleh perusahaan adalah
seringnya menurunkan harga markdown
karena selain penurunan harga, hal tersebut
dilakukan untuk menarik konsumen dalam
memenuhi target penjualan.
7. Retur dan Potongan Pembelian pada
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Bila barang dagang dikembalikan (retur
pembelian) atau penyesuaian harga (potongan
pembelian) diajukan, pembeli (debitur)
biasanya
mengirimkan
surat
atau
memorandum debit untuk memberikan
informasi kepada penjual mengenai jumlah
yang diajukan oleh pembeli untuk didebit ke
hutang usaha yang harus dibayar kepada
penjual dengan menjelaskan sebab-sebab retur
atau potongan.
Pembeli bisa menggunakan salinan dari
memorandum debit tersebut sebagai dasar
untuk mencatat retur atau potongan, atau
menunggu
persetujuan
dari
penjualan
(kreditor). Dalam hal ini pembeli akan
mendebit utang usaha dan mengkredit
persediaan barang dagang.
Bila pembeli mengembalikan barang
dagangan atau diberi potongan sebelum
membayar faktur, maka jumlah memorandum
debit dikurangkan dari nilai faktur. Dalam
jumlah
tersebut
diskon
pembelian
diperhitungkan.
Retur pembelian adalah sejumlah barang
dagangan yang telah dibeli oleh perusahaan
yang oleh karena sesuatu hal, bisa karena
kerusakan atau tidak sesuai dengan mutu yang
diminta, untuk dikembalikan. Barang yang
dikembalikan ini akan dicatat dengan
mengkredit
rekening
retur
pembelian,
sementara debitnya tergantung pada cara
pembeliannya. Kalau pembeliannya tunai,
maka debitnya adalah rekening kas, sedangkan
kalau pembeliaannya secara kredit, ada yang
dikembalikan karena tidak sesuai dengan
pesanan senilai Rp. 1.000.000.00, maka
jurnalnya adalah sebagai berikut :
Hutang Dagang
Rp. 1.000.000.00
Retur Pembelian
Rp. 1.000.000.00
(mencatat barang yang dikembalikakan PT.
Ramayana kepada penjual).
Biasanya potongan pembelian diberikan
jika pembeli membayarnya lebih awal dari
tanggal jatuh temponya. Pada pembelian secara
kredit syarat pembelian akan tercantum dalam
faktur, misalnya 3/10 – n/60. artinya setelah
transaksi dan diberikan potongan pembelian
sebesar 3% jika dibayar 10 hari setelah
transaksi dan pembayaran hutang paling
lambat 60 hari. Apabila perusahaan
memanfaatkkan diskon yang diberikan oleh
pemasok, maka potongan pembelian ini akan
dicatat dalam rekening potongan pembelian
setelah kredi, dengan jurnal sebagai berikut :
Hutang Dagang
Rp. XXX
Potongan Pembelian
Rp.XXX
Biaya angkut ini dilaporkan dalam laporan
laba rugi pada bagian harga pokok penjualan
sebagai penambah pembelian.
Retur pembelian, potongan pembelian dan
biaya angkut pembelian, ketiganya akan
mempengaruhi pembelian, sehingga didapat
pembelian bersih atau potongan pembelian
yang diberikan pada jumlah yang masih
terutang kepada pemasok.
8. Retur dan Potongan Penjualan pada
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Dalam rangka meningkatkan penjualan,
biasanya perusahaan memberikan layanan
lainnya seperti : pemberian potongan atau
diskon maupun pelayanan pengembalian
barang (retur). Retur penjualan ini terjadi
karena adanya kesalahan perusahaan, seperti
mengirim barang yang tidak sesuai dengan
yang diinginkan, barangnya rusak, kualitas yang
tidak sesuai dengan yang diinginkan dalam
perjanjian. Barang tersebut dapat dikembalikan
paling lambat 1 (satu) bulan setelah pembelian.
Retur penjualan berarti adanya pembatalan
penjualan yang telah dilakukan perusahaan,
dan akibatnya penjualan perusahaan akan
berkurang, demikian pula dengan piutang
dagang atas pembeli yang bersangkutan juga
akan berkurang. Biasanya pengurangan
penjualan tidak dilakukan secara langsung
dengan mendebit rekening penjualan, tetapi
disediakan rekening tersendiri untuk mencatat
107
HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan
terjadinya retur penjualan yakni rekening retur
penjulalan.
Perusahaan
mengembalikan
barang
dagangannya yang telah dibeli kepada supplier
senilai Rp. 4.000.000.00, jurnal untuk mencatat
transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
(mencatat pengembalian barang dagangan dari
pembeli secara kredit)
Retur Penjualan Rp. 4.000.000.00
Piutang Dagang
Rp. 4.000.000.00
(mencatat pengembalian barang dagangan dari
pembeli secara tunai)
Retur Penjualan Rp. 4.000.000.00
Kas
Rp. 4.000.000.00
Diskon penjualan, retur dan potongan
penjualan memperkecil pendapatan penjualan.
Hal itu juga menyebabkan tambahan ongkos
angkut dan beban lainnya. Karena manajer
Ramayana biasanya ingin mengetahui jumlah
retur dan potongan penjualan untuk suatu
periode, maka penjual mencatat retur dan
potongan penjualan pada akun terpisah. Retur
dan potongan penjualan merupakan akun
kontra (lawan) terhadap akun penjualan.
Penjualan mendebit retur dan potongan
penjualan sebesar jumlah retur dan potongan.
Bila penjualan dilakukan secara kredit,
penjualan mengkredit piutang usaha. Karena
catatan persediaan selalu memuktahirkan pada
sistem perpetual, penjual menambah harga
pokok barang dagang yang diretur ke akun
persediaan barang dagang. Penjual harus
mengkredit harga pokok barang dagang yang
diretur ke akun harga pokok penjualan karena
akun ini telah didebit pada saat penjualan
dicatat.
Jika pembeli membayar barang dagangan
dan barang dagang tersebut dikembalikan,
dalam hal ini penjual bisa melakukan
pengkreditan terhadap piutang usaha lainnya
atas nama pembeli tersebut atau uangnya bisa
dikembalikan. Jika pengkredit dilakukan
terhadap piutang lain dari pembeli tersebut,
maka penjual akan membuat ayat jurnal yang
mirip dengan ayat jurnal terdahulu. Jika kas
dikembalikan atau untuk potongan penjualan,
maka penjual mendebit retur dan potongan
penjualan serta mengkredit kas.
Penjualan secara kredit yang dilakukan oleh
perusahaan mengakibatkan terjadinya piutang
dagang, artinya bila penjualan secara tunai
perusahaan langsung menerima uang dan uang
108
tersebut bisa digunakan lagi, sedangkan bila
menjual secara kredit, perusahaan akan
menerima uang beberapa waktu yang akan
datang, sehingga uangnya tidak bisa digunakan
sebelum dibayar. Uang yang tertanam dalam
piutang disebut sebagai investasi pada piutang.
Agar investasi pada piutang tidak terlalu besar,
maka perusahaan berusaha agar pembeli segera
membayar piutangnya. Salah satu cara yang
bisa dilakukan perusahaan adalah dengan
memberikan potongan penjualan. Dalam dunia
dagang perusahaan dikenal syarat penjualan,
misalnya 4/20 – n/60. Artinya syarat penjualan
tersebut adalah akan memberikan potongan
penjualan sebesar 4% jika pembeli membayar
piutangnya paling lama 20 hari sejak tanggal
penjualan (4/20), dan batas akhir pembayaran
paling lambat 60 hari setelah tanggal penjualan
(n/60).
Pada saat penjualan, perusahaan belum
tahu apakah pembelinya akan memanfaatkan
masa potongan penjualan atau tidak. Oleh
karena itu perusahaan tidak langsung mencatat
potongan penjualan sebagai pengurangan dari
harga jualnya.
Pada tanggal 1 Januari 2005, supplier
menjual barang kepada PT. Ramayana Lestrai
Sentosa, Tbk. senilai Rp. 75.000.000.00 dengan
syarat 4/10 – n/60. maka jurnalnya adalah :
Piutang dagang Rp. 75.000.000.00
Penjualan
Rp. 75.000.000
Syarat 4/10 tersebut dalam masalah diatas
ini mengandung arti bahwa bila supplier
membayar utangnya paling lambat 11 Januari
2005 (10 hari dari tanggal penjualan), maka
memperoleh potongan penjualan 4% yakni
sebesar 4%
PT. Ramayana mengajukan syarat-syarat
diskon penjualan biasanya ditunjukkan pada
faktur atau tagihan (invoice) yang dikirim oleh
penjual kepada pembeli. Pembayaran atas
penjualan barang dagang harus dilakukan pada
saat penyerahan barang, sesuai dengan syarat
yang tercantum dalam penjualan. Dan
pembayaran harus dilunasi dalam jumlah hari
yang ditentukan setelah tanggal faktur, seperti
30 hari, maka syaratnya adalah bersih 30 hari
syaratnya bisa ditulis dengan n/30. jika
pembayaran harus dilunasi pada akhir bulan.
Apabila jumlah persediaan dalam jumlah
besar, maka PT. Ramayana mengeluarkan
barang tersebut dan menjual barang dengan
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
mempromosikan penjualannya dengan cara
sale atau obral, demonstrasi, harga premi,
kupon atau voucher games, undian, dan
konteks, dengan tujuan meningkatkan jumlah
pembeli yang datang berbelanja.
Penjualan secara kredit yang dilakukan oleh
perusahaan mengakibatkan terjadinya piutang
dagang. Dengan adanya piutang dagang
tersebut, menyebabkan perusahaan harus
menyediakan dana untuk diinvestasikan pada
piutang dagang. Uang yang tertanam dalam
piutang disebut sebagai investasi pada piutang.
Salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan
untuk mengurangi piutang adalah dengan
memberikan potongan penjualan. Dalam dunia
perdagangan dikenal syarat penjualan, misalnya
4/20 – n/60. artinya akan diberikan potongan
penjualan, jika pembeli membayar piutangnya
paling lama 20 hari sejak tanggal penjualan
(4/20), dan batas akhir pembayaran paling
lambat 60 hari sejak tanggal penjualan (n/60).
Berikut adalah jurnal yang mencatat
pembelian barang dagang syarat 4/10 – n/60:
Piutang Dagang
Rp.XXX
Penjualan
Rp.XXX
(mencatat pelunasan piutang dikurangi
potongan penjualan)
Kas
Rp. XXX
Potongan Penjualan
Rp. XXX
Piutang Dagang
Rp. XXX
(mencatat pengembalian barang dagangan dari
pembeli)
Retur Penjualan
Rp. XXX
Piutang Dagang
Rp. XXX
(mencatat pelunasan piutang dikurangi
potongan penjualan)
Kas
Rp. XXX
Potongan Penjualan
Rp.XXX
Piutang Dagang
Rp. XXX
9. Biaya Angkut pada PT. Ramayana
Lestari Sentosa, Tbk.
Syarat-syarat penjualan harus menyebutkan
kapan hak kepemilikan atas barang dagang
tersebut beralih dari penjual atau pembeli yang
harus menanggung biaya transportasi (ongkos
angkut).
Hak milik atas barang dagang bisa beralih
kepada
pembeli
pada
saat
penjual
menyerahkan barang tersebut ke perusahaan
pengangkut. Perusahaan memesan barang
kepada supplier dan suplier mencatat penjualan
dengan pengalihan hak milik atas barang
kepada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
pada saat kendaraan tersebut dikirimkan syarat
penjualan tersebut adalah FOB tempat
pengiriman (FOB (FREE ON BOARD)
shipping point). Dalam hal ini perusahaan harus
membayar biaya transportasi dari tempat
pengiriman.
Biaya-biaya
semacam
ini
merupakan total biaya dalam pembelian barang
(persediaan) dan harus ditambahkan ke harga
pokok persediaan dengan mendebit persediaan
barang dagang.
Dalam biaya angkut pembelian barang
dagangan akan muncul masalah biaya
pengangkutan barang gudang penjual ke
gudang pembeli. Siapa yang menanggung biaya
angkut ini, tergantung pada perjanjian yang
dibuat antara penjual dan pembeli. Biaya
angkut pembelian bisa ditanggung oleh
penjual, dan jika seperti itu perusahaan pembeli
terbebani oleh biaya angkutan. Namun
seringkali biaya angkut ini ditanggug oleh
pembeli, biaya ini akan ditambahkan pada
harga pokok pembelian barang dagangan,
dengan mendebit biaya angkut dalam membeli
barang dagangan sebesar yang ditentukan oleh
perusahaan dan dibayar tunai.
Berikut adalah jurnal yang dibuat oleh
PT.Ramayana Lestrai Sentosa, Tbk
(mencatat biaya angkut pembelian barang
dagangan)
Biaya angkut pembelian Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Biaya angkut ini akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi laba pada bagian harga pokok
penjualan sebagai penambah pembelian.
Retur pembelian, potongan pembelian dan
biaya angkut pembelian, dapat mempengaruhi
pembelian, artinya dapat menambah atau
mengurangi pembelian, sehingga diperoleh
pembelian bersih atau harga pokok pembelian.
Pembelian tahun 2006 sebesar Rp.
357.450.000, biaya angkut pembelian Rp.
9.650.000, retur pembelian 13.700.000,
potongan pembelian Rp. 24.600.000, maka
harga pokok pembelian :
109
HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan
Pembelian
Biaya Angkut Pembelian
Retur Pembelian
Potongan Pembelian
Rp. 357.450.000
Rp. 9.650.000
Rp. 367.100.000
Rp. 13.700.000
Rp. 24.600.000
Harga Pokok Pembelian
Secara teoritis hal tersebut dapat diterapkan
dalam
sistem
perpetual.
Sistem
ini
memungkinkan biaya angkut pembelian secara
layak tercermin dalam harga pokok barang
yang masih ada dalam persediaan pada akhir
periode. Biaya ini harus dikapitalisasi sebagai
bagian dari harga pokok persediaan, karena
merupakan bagian dari harga pokok barang
yang diperoleh melalui transaksi pembelian.
Pada sistem phisik, biaya angkut pembelian
pada umumnya diakumulasikan dalam suatu
rekening nominal yang diberi judul biaya
angkut pembelian. Secara teoritis, pada setiap
akhir periode akuntansi saldo rekening biaya
angkut pembelian harus dialokasikan secara
layak kepada harga pokok barang dijual dan
harga pokok persediaan akhir periode. Namun
dalam praktik, pada umumnya perusahaan
memperhitungkan biaya angkut pembelian
dalam menentukan jumlah pembelian neto.
Meskipun pendekatan tersebut berakibat
adanya kecenderungan untuk memperbesar
harga pokok barang dijual, dan memperkecil
laba bersih serta persediaan akhir, namun
dapat dipandang sebagai praktik akuntansi
yang
lazim
dengan
menggunakan
konservatisme, materialisme, dan konsistensi
sebagai argumentasinya.
10. Barang Yang Termasuk Dalam
Persediaan PT. Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan kuantitas persediaan adalah
barang apa saja yang dapat dihitung sebagai
persediaan. Kriteria umum harus digunakan
dalam menentukan apakah suatu item barang
termasuk dalam persediaan adalah kepemilikan
atau hak milik atas barang tanpa
memperhatikan di mana lokasi barang tersebut
berada. Sebagai akibatnya, apabila hak milik
atas barang sudah berpindah dari penjual
kepada pembeli, maka pihak penjual harus
mengakuinya sebagai penjualan dan tidak
110
Rp. 38.300.000
Rp. 328.800.000
seharusnya memperhitungkan barang-barang
tersebut sebagai bagian dari persediaan.
Sebaliknya, pihak pembeli harus mengakui
sebagai suatu pembelian dan sudah seharusnya
memperhitungkan barang-barang tersebut
sebagai bagian dari persediaan.
Dalam kode etik di dunai bisnis yang
berlaku secara universal menyatakan bahwa
kepemilikan atau hak milik atas barang dapat
berpindah kapan saja, sesuai dengan
kesepakatan antar pihak penjual dan pihak
pembeli yang dinyatakan di dalam kontrak.
Dalam hal berpindah hak milik atas barang
tidak dinyatakan di dalam kontrak, maka hak
milik atas barang berpindah kepada pihak
pembeli pada saat tersedianya barang-barang
yang diidentifikasikan di dalam kontrak dan
pihak penjual sudah menyelesaikan seluruh
komitmen
yang
berhubungan
dengan
pengiriman atau penyerahan barang. Jika
barang diserahkan berdasar syarat penyerahan
yang disebut FOB (FREE ON BOARD)
shipping point, hak milik atas barang berpindah
kepada
pembeli
pada
saat
penjual
menyerahkan barang kepada perusahaan
pengangkut. Syarat penyerahan barang
demikian seringkali disebut perangko alamat
atau gudang penjual. Hak milik atas barang tiba
di alamat tujuan.
11. Barang Yang Berada di Gudang dan
Toko Milik Perusahaan
Tidak semua barang-barang yang berada di
gudang,
merupakan
persediaan
bagi
perusahaan yang bersangkutan, seperti: barangbarang titipan dari pihak lain dengan tujuan
akan dijual untuk dan atas nama pihak lain
dengan tujuan untuk mendapat sejumlah
komisi, atau disebut barang-barang komisi
(cosigment in). Barang-barang komisi meskipun
berada di gudang atau toko perusahaan, bukan
merupakan persediaan bagi perusahaan yang
bersangkutan, karena hak milik atas barangbarang itu tidak ada pada perusahaan.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010
12. Barang yang Berada Di Pihak Lain
Barang-barang konsinyasi atau barangbarang yang dititipkan untuk dijual untuk dan
atas nama perusahaan, sampai dengan saat
tertentu (tanggal Neraca) belum laku dijual
(consigment out) merupakan persediaan yang
harus dicantumkan dalam neraca dan akan
dibebankan kepada pendapatan pada tahuntahun buku berikutnya.
13. Barang Yang Berada Dalam Perjalanan
Terdapat dua kemungkinan terhadap
barang-barang yang berada dalam perjalanan.
Barang-barang dijual dan masih berada dalam
perjalanan untuk meninggalkan perusahaan,
perlu dilihat mengenai syarat-syarat penyerahan
barang dalam transaksi tersebut kepada
pembeli. Terhadap barang-barang yang berada
dalam perjalanan, harus dihitung sebagai
bagian dari persediaan oleh pihak penjual.
Demikian pula untuk barang-barang yang
dibeli dan masih berada dalam perjalanan
menuju perusahaan. Jika penyerahan barang
dalam transaksi adalah perangko gudang atau
alamat penjual, maka barang-barang tersebut
harus ikut dihitung sebagai bagian dari
persediaan oleh pembeli. Sebaliknya, apabila
syarat penyerahan barang dalam transaksi
adalah perangko gudang atau alamat pembeli,
maka barang-barang yang masih berada dalam
perjalanan tidak seharusnya ikut dihitung
sebagai bagian dari persediaan oleh pembeli.
Dalam menganalisis barang-barang yang
berada dalam perjalanan, akuntan harus
memeriksa faktur penjualan dan pembelian,
maka barang-barang yang masih berada dalam
perjalanan tidak seharusnya ikut dihitung
sebagai bagian dari persediaan oleh pembeli.
Dalam menganalisis barang-barang yang
berada dalam perjalanan, akuntan harus
memeriksa faktur penjualan dan pembelian,
bukti pengiriman barang dan bukti penerimaan
barang untuk memastikan kewajaran tentang
prosedur pisah-batas (cutoff) yang diterapkan.
KESIMPULAN
Simpulan yang didapat berdasarkan hasil
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sistem pencatatan persediaan yang
digunakan adalah sistem pencatatan
perpetual.
2. Penghitungan fisik persediaan barang
dagang dilakukan secara periodik sesuai
dengan kebutuhan.
3. Metode
penilaian
persediaan
yang
digunakan, khususnya bagian fashion
menggunakan metode LIFO. Sedangkan
untuk penghitungan fisik persediaan barang
di bazar atau di supermarket, menggunakan
metode FIFO, tidak menerapkan metode
FIFO dalam pencatatannya.
4. Pengaruh penerapan metode LIFO
terhadap tingkat laba, dapat memperkecil
laba yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi jumlah pajak penghasilan
yang dibayarkan perusahaan. Metode ini
juga berpengaruh terhadap pengalokasian
biaya.
5. Dalam menaksir persediaan barang dagang,
perusahaan menggunakan metode eceran
(retail method).
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M Taufiq. Manajemen Ritel: Panduan
lengkap pengelolaan toko modern. Cet 2.
Jakarta: penerbit PPM, 2005
Donal E. Kieso. Akuntansi Intermediate. Edisi
10. Jakarta: Erlangga. 2002
Drs.
A. O. Simangunsong. Dasar-Dasar
Akuntansi Keuangan.
Edisi Ketiga.
Jakarta: F.E. Universitas Ekonomi.
2004
DRS. H. Kusnadi. HMA, MSI. Teori Akuntansi
. Edisi 10. Hak Cipta. 2000
Drs. Harmanto. M. Soc. Sc., Akt. Akuntnasi
Keuangan Menengah . Cetakan 1.
Yogyakarta: BPFE. 2002
Drs. M. Nafarin, M.M. Akuntansi Pendekatan
Siklus Dan Pajak Untuk Perusahaan
Industri dan Dagang. Cetakan Pertama.
Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004
Jusup, Al Haryono. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid
2. Edisi 6. Yogyakarta: YKPN, 2001
111
HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan
Prof.
DR. H. Buhari Alma. Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi 7.
Bandung: CV Alfa, 2005
Simamora, Henry. Basis Pengambilan Keputusan
Bisnis. Jilid 2. Jakarta:Salemba Empat,
2000
Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan. Edisi.2.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2002
Smith, Jay M dan K. Fred Skousen. Akuntansi
Intermediate. Edisi 9. Jakarta: Erlangga.
1992
Reeve Fess, Wareen. Pengantar Akuntansi. Edisi
21. Jakarta: Salemba Empat. 2006
Sutrisno. Akuntansi Proses Penyusunan Laporan
Keuangan. Edisi pertama. Yogyakarta:
Ekonisia. 2006
Reeve Fess, Warran. Pengantar Akuntansi. Edisi
21. Jakarta: PT. Salemba Empat. 2008
S.R Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi
5. Jakarta: salemba Empat, 2004
112
Tuanakotta, Theodorus M. Teori Akuntansi.
Edisi 2. Jakarta. 2000
Yamit, Zulian. Manajemen Persediaan. Edisi.
1.Yogyakarta: Ekonisia. 2005
Download