JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 10 No. 2, Oktober 2010 : 103 - 112 PENGARUHNYA METODE PENILAIAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN PADA PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, TBK. Oleh David H. M. Hasibuan Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRA ABSTRACT This research goal is to find out the registration of merchandise stock applied at PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk., how to prepare the merchandise stock and how about its influence towards profit degree of the company. The result of this research shows that the registration system of merchandise stock applied at PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk made use of perpetual registration and evaluation method by us using LIFO method where the final merchandise was evaluated based on buying price determined previously. The influence of the evaluation method towards profit degree could make the profit decreases and then the tax obligation decreases as well. Keywords: the registration system of merchandise stock; PENDAHULUAN Pelaporan persediaan secara akurat penting bagi para pengambil keputusan baik dalam perusahaan maupun para pengambil keputusan diluar perusahaan. Bagi manajemen terutama sangat berkepentingan dengan persoalan seperti memutuskan kapan harus melakukan pemesanan persediaan dan berapa banyak persediaan yang dibeli setiap kali melakukan pemesanan. Hal ini bertujuan agar barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan produksi, sehingga tidak akan terjadi kelebihan persediaan dan untuk meminimalkan biaya persediaan. Persediaan baik pada perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur merupakan unsur yang sangat mempengaruhi laporan keuangan, yaitu pada laporan neraca dan laporan laba-rugi. Oleh karena itu, persediaan yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dibebankan sebagai biaya (Harga Pokok Penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam laporan neraca. Atas dasar latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Penerapan Metode Penilaian Persediaan Terhadap Tingkat Laba Perusahaan pada PT. Ramayana Lestari Sentosa”. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian berdasarkan studi kasus yang ditelaah dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan, yang hanya berlaku pada kasus tertentu saja. HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem pencatatan Persediaan Pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan adalah sistem pencatatan perpetual. Setiap barang dagang yang dibeli dari supplier, langsung dicatatkan digudang dan ketika barang dagang akan dijual, dicatat kembali oleh PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Persediaan barang dagang akan dihitung kembali ketika toko akan tutup, untuk disesuaikan dengan jumlah penjualan agar tidak terjadi salah pencatatan. 2. Pencatatan sistem perpetual (buku) PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Semua pertambahan dan pengurangan barang dagang dicatat dengan cara yang sama yaitu dengan mencatat pertambahan dan pengurangan kas di buku maupun di komputer. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengidentifikasikan jumlah stock pada tanggal tersebut. Pada waktu membeli barang, dibuat jurnal dengan mendebet akun persediaan barang dagangan dan mengkredit akun kas. Pada waktu barang dagangan dijual, dibuat jurnal yaitu mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit akun persediaan sehingga akun persediaan akan menunjukan harga pokok dari persediaan yang ada digudang. Sistem perpertual mengikuti semua transaksi pada saat barang bertambah atau berkurang dan persediaan di catat dalam kartu stock sehingga jumlah yang dicatat merupakan jumlah yang ada di gudang. Sistem perpetual persediaan barang dagang ditentukan dengan membuat catatan yang berkelanjutan perihal kenaikan, penurunan, dan saldo persediaan barang dagangan. Setiap kali barang dagangan dibeli, rekening persediaan meningkat dan saat barang dagangan dijual, rekening persediaan menurun. Dengan sistem perpetual menuntut akuntan untuk menyelenggarakan pencatatan secara kontinyu terhadap kuantitas atau phisik persediaan. Dengan sistem ini, persediaan barang dituangkan dalam bentuk buku 104 pembantu (susidiary ledger), baik dalam rupiah harga pokok maupun dalam kuantitas. 3. Pencatatan sistem periodik (fisik) PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Pencatatan persediaan barang dagangan dilakukan secara periodik sesuai dengan kebutuhan. Lazimnya perhitungan fisik dilakukan setahun sekali pada akhir periode akuntansi. Sistem periodik, di mana persediaan barang dagangan ditentukan dengan menghitung, menimbang, atau mengukur unsur-unsur persediaan yang ada di gudang. Sistem periodik menyesuaikan saldo persediaan hanya pada akhir periode akuntansi dan tidak mempengaruhi pembelian maupun penjualan persediaan selama periode berjalan. Sistem perpetual digunakan untuk mengecek akurasi saldo akhir dalam rekening/akun persediaan, sedangkan sistem periodik digunakan untuk menentukan saldo persediaan akhir. Keunggulan utama sistem periodik adalah efisiensi pencatatan yang dilakukan secara berkala. Keunggulan efisiensi pencatatan dari sistem periodik ini haruslah dipertimbangkan dengan keunggulan pengendalian dalam sistem perpetual. Tujuan pokok perhitungan phisik persediaan adalah untuk menetukan kuantitas persediaan pada akhir periode akuntansi, pada sistem perpetual tujuan pokok perhitungan phisik adalah untuk menguji akurasi pembukuannya. Dari perhitungan phisik persediaan akan dapat diketahui adanya perbedaan atau selisih antara kuantitas persediaan menurut catatan pembukuan dengan kuantitas persediaan yang sebenarnya. Perbedaan kuantitas persediaan demikian itu, bisa terjadi karena adanya barang-barang yang menguap, susut, hilang, atau terjadinya kesalahan dalam pencatatannya. Jika hasil perhitungan phisik menunjukkan adanya perbedaan dengan catatan pembukuan, maka dibuatkan penyesuaian atau koreksi pembukuan. Dengan sistem phisik, selama periode akuntansi berlangsung hanya diselenggarakan catatan pembukuan untuk transaksi yang berhubungan dengan aktivitas pengadaan atau pembelian seperti: pembelian, biaya angkut pembelian, retur dan potongan, rekening- Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010 rekening pembelian dan biaya angkut pembelian didebit setiap kali terjadi pembelian. Sementara itu, rekening retur dan potongan pembelian dikredit setiap kali terjadi retur pembelian dan diperoleh potongan pembelian. Pada akhir akuntansi, saldo rekening pembelian, biaya angkut pembelian, retur dan potongan dipindah bukukan ke ikhtisar labarugi. Sedang persediaan hanya memuat informasi tentang saldo persediaan awal periode. Pada setiap akhir periode, akuntan akan melakukan penyesuaian terhadap rekening persediaan untuk mencatat adanya kenaikan atau penurunan dalam persediaan dan harga pokok barang yang dijual. 4. Metode Penilaian Persediaan Pada PT. Ramayan Lestari Sentosa, Tbk. Metode penilaian persediaan yang digunakan adalah metode LIFO dimana persediaan akhir dinilai berdasarkan ketentuan harga beli yang lebih awal didahulukan. Sedangkan untuk penghitungan fisik persediaan barang dagang di bazar atau di supermarket PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk, menggunakan metode FIFO, tetapi tidak menerapkan metode FIFO untuk pencatatannya. Untuk fashion metode yang digunakan adalah metode LIFO (last in, first method). Metode ini mengasumsikan bahwa barang dagangan yang dibeli atau diproduksi terakhir akan dijual atau digunakan terlebih dahulu. Masalah-masalah akuntansi persediaan akan relatif sederhana apabila perusahaan senantiasa dapat menjual barang dagangan atau produknya dalam kuantitas atau volume yang sama dengan kuantitas dan volume pembelian atau produksi. Masalah akuntansi akan makin kompleks, karena tidak semua barang yang dibeli atau diproduksi dalam suatu periode akuntansi dapat dijual dalam periode yang sama atau sebaliknya. Sebagai akibat, hampir selalu terjadi kenaikan atau penurunan volume atau kuantitas persediaan. Adanya kenaikan atau penurunan kuantitas persediaan ini menuntut harus dilakukannya alokasi harga pokok barang dijual dalam suatu periode akuntansi secara residual, yaitu dengan cara mengurangkan harga pokok persediaan pada akhir periode dari harga pokok barang yang tersedia dijual. Untuk dapat melakukannya, akuntan harus lebih dulu menentukan nilai persediaan akhir periode secara langsung dengan : (1) menentukan volume, kuantitas, atau phisik barang yang terdapat dalam persediaan (2) menentukan harga per unit barang dalam persediaan yang harus dipakai sebagai dasar penilaian. 5. Pengaruh metode penilaian persediaan terhadap tingkat laba perusahaan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Pengaruh metode penilaian persediaan yang digunakan terhadap tingkat laba adalah dapat memperkecil laba yang secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah pajak penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan karena metode LIFO dapat berpengaruh terhadap pengalokasian biaya, khususnya yang berkaitan dengan penyimpanan persediaan seperti : a. Material cost yaitu biaya pembelian, seperti: biaya transportasi dan biaya bongkar muat. b. Order cost yaitu biaya pemesanan barang termasuk biaya pengawasan mutu, dan biaya administrasi lainnya. c. Carrying cost yaitu biaya penyimpanan seperti biaya gudang, biaya asuransi, barang rusak (spoilage) dan tidak laku dijual (absolescence), dan pencurian. d. Biaya modal yang terikat pada persediaan. e. Biaya akibat kehabisan persediaan. Untuk persediaan yang tidak laku dijual, manajemen akan memberi potongan harga barang atau menjual barang kepada para karyawan dengan harga murah, untuk memenuhi penjualan dengan target tertentu. Metode LIFO mempermudah manajer untuk memanipulasi apakah akan menaikkan atau menurunkan keuntungan. Sebaliknya, jika perusahaan sedang mengalami kelesuan, dan manajer ingin meningkatkan keuntungan, maka manajer dapat melakukan penundaan pembelian barang yang lebih mahal sampai periode berikutnya. Bila persediaan turun sampai ke tingkat awal periode sebelumnya, keadaan itu dinamakan dengan likuidasi LIFO. Untuk menghitung harga pokok penjualan, perusahaan harus mengambil lapisan biaya persediaan yang lama dengan metode LIFO. Dalam kondisi adanya kenaikan harga, tindakan ini akan membuat biaya persediaan 105 HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan menjadi rendah. Akibatnya perusahaan akan melaporkan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan bila likuidasi LIFO tidak terjadi. Masalah-masalah akuntansi persediaan akan relatif sederhana apabila perusahaan senantiasa dapat menjual barang dagangan atau potongan dalam kuantitas atau volume yang sama dengan kuantitas atau volume pembelian atau produksi. Adanya kenaikan atau penurunan kuantitas persediaan, menuntut harus dilakukannya alokasi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual atau dikonsumsi ke dalam dua kelompok barang atau persediaan sebagai berikut: a. barang-barang yang dijual atau dikonsumsi dalam tahun berjalan b. barang-barang yang masih terdapat dalam persediaan akan dijual atau dikonsumsi dalam tahun berikutnya. 6. Menaksir Nilai Persediaan pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Untuk menaksir persediaan perusahaan menggunakan metode eceran karena metode persediaan eceran (retail method) dipakai guna memperoleh estimasi yang andal tentang posisi persediaan. Konsep yang mendasari adalah adanya hubungan yang dekat dan konstan antara harga pokok dengan harga jual. Oleh karena itu, hubungan antara harga pokok dan harga jual, yang biasanya dinyatakan dalam suatu persentase, harus ditetapkan terlebih dahulu. Untuk ini perusahaan perlu mempunyai catatan mengenai harga jual dari semua barang yang ada hubungan antara harga jual dan harga pokok. Metode laba kotor, metode ini memungkinkan penghitungan fisik atau menyelenggarakan catatan persediaan perpetual yang rinci bagi masing-masing dari ribuan jenis barang dagangan yang tercakup dalam persediaan eceran. Jika metode ini digunakan, catatan atas barang yang dibeli dihitung berdasarkan harga pokok dan harga bagi ribuan barang dagang yang biasanya tercakup di dalam persediaan eceran. Persentase harga pokok dihitung dengan membagi barang yang tersedia untuk dijual menurut harga pokok dengan barang yang tersedia untuk dijual menurut harga eceran. Kemudian persentase harga pokok ini dikalikan menurut harga eceran, dapat dihitung 106 dengan mengurangkan penjualan untuk periode bersangkutan dari total barang seperti Persediaan awal Pembelian Persediaan yang tersedia dijual Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Rp30.493.000 Rp16.026.000 Rp46.519.000 Rp 6.553.500 Rp39.965.500 Walaupun metode eceran ini hanya merupakan teknik untuk memperkirakan harga pokok persediaan, tapi banyak perusahaan yang mempergunakan metode ini untuk menilai biaya persediaan akhir yang akan tercantum di neraca. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya menghitung persediaan yang dimilikinya sepanjang tahun, tapi penghitungan tersebut dilakukan berdasarkan harga eceran. Meskipun metode ini memungkinkan penaksiran nilai untuk persediaan, namun kesalahan bisa saja terjadi dalam pertanggungjawaban harga ganda dan dalam penerapan metode eceran. Karena itu, penghitungan fisik persediaan harus dilakukan paling tidak setahun sekali untuk laporan keuangan tahunan. Catatan persediaan eceran harus disesuaikan terhadap variasi yang ditunjukkan oleh hasil penghitungan fisik, sehingga mencerminkan status persediaan yang sebenarnya demi penaksiran dan pengendalian pada masa mendatang. Markup dan markdown eceran yang digunakan perusahaan dalam menghitung persediaan kerap kali berubah, hal ini disebabkan karena adanya perubahan tingkat harga, pergeseran permintaan konsumen, atau faktor-faktor lainnya. Persediaan yang dinilai dengan harga eceran akan bervariasi, jika perusahaan tergantung pada markdown bersih digunakan dalam penghitungan persentase harga pokok. Jika menerapkan metode eceran yang paling umum digunakan markup bersih ditambahkan ke barang yang tersedia untuk dijual yang dinilai dengan harga eceran sebelum menghitung persentase harga pokok, akan tetapi markdown bersih tidak dikurangkan untuk mencari persentase tersebut. Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010 Pengurangan harga memang merupakan alat pengelolaan barang dagangan, Ramayana sendiri jarang melakukan markup. Apabila terjadi markup hal itu tergantung dari supplier, artinya jika ada penaikan harga barang maka perusahaan ikut menaikan harga barang. Yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah seringnya menurunkan harga markdown karena selain penurunan harga, hal tersebut dilakukan untuk menarik konsumen dalam memenuhi target penjualan. 7. Retur dan Potongan Pembelian pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Bila barang dagang dikembalikan (retur pembelian) atau penyesuaian harga (potongan pembelian) diajukan, pembeli (debitur) biasanya mengirimkan surat atau memorandum debit untuk memberikan informasi kepada penjual mengenai jumlah yang diajukan oleh pembeli untuk didebit ke hutang usaha yang harus dibayar kepada penjual dengan menjelaskan sebab-sebab retur atau potongan. Pembeli bisa menggunakan salinan dari memorandum debit tersebut sebagai dasar untuk mencatat retur atau potongan, atau menunggu persetujuan dari penjualan (kreditor). Dalam hal ini pembeli akan mendebit utang usaha dan mengkredit persediaan barang dagang. Bila pembeli mengembalikan barang dagangan atau diberi potongan sebelum membayar faktur, maka jumlah memorandum debit dikurangkan dari nilai faktur. Dalam jumlah tersebut diskon pembelian diperhitungkan. Retur pembelian adalah sejumlah barang dagangan yang telah dibeli oleh perusahaan yang oleh karena sesuatu hal, bisa karena kerusakan atau tidak sesuai dengan mutu yang diminta, untuk dikembalikan. Barang yang dikembalikan ini akan dicatat dengan mengkredit rekening retur pembelian, sementara debitnya tergantung pada cara pembeliannya. Kalau pembeliannya tunai, maka debitnya adalah rekening kas, sedangkan kalau pembeliaannya secara kredit, ada yang dikembalikan karena tidak sesuai dengan pesanan senilai Rp. 1.000.000.00, maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Hutang Dagang Rp. 1.000.000.00 Retur Pembelian Rp. 1.000.000.00 (mencatat barang yang dikembalikakan PT. Ramayana kepada penjual). Biasanya potongan pembelian diberikan jika pembeli membayarnya lebih awal dari tanggal jatuh temponya. Pada pembelian secara kredit syarat pembelian akan tercantum dalam faktur, misalnya 3/10 – n/60. artinya setelah transaksi dan diberikan potongan pembelian sebesar 3% jika dibayar 10 hari setelah transaksi dan pembayaran hutang paling lambat 60 hari. Apabila perusahaan memanfaatkkan diskon yang diberikan oleh pemasok, maka potongan pembelian ini akan dicatat dalam rekening potongan pembelian setelah kredi, dengan jurnal sebagai berikut : Hutang Dagang Rp. XXX Potongan Pembelian Rp.XXX Biaya angkut ini dilaporkan dalam laporan laba rugi pada bagian harga pokok penjualan sebagai penambah pembelian. Retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian, ketiganya akan mempengaruhi pembelian, sehingga didapat pembelian bersih atau potongan pembelian yang diberikan pada jumlah yang masih terutang kepada pemasok. 8. Retur dan Potongan Penjualan pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Dalam rangka meningkatkan penjualan, biasanya perusahaan memberikan layanan lainnya seperti : pemberian potongan atau diskon maupun pelayanan pengembalian barang (retur). Retur penjualan ini terjadi karena adanya kesalahan perusahaan, seperti mengirim barang yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, barangnya rusak, kualitas yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dalam perjanjian. Barang tersebut dapat dikembalikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pembelian. Retur penjualan berarti adanya pembatalan penjualan yang telah dilakukan perusahaan, dan akibatnya penjualan perusahaan akan berkurang, demikian pula dengan piutang dagang atas pembeli yang bersangkutan juga akan berkurang. Biasanya pengurangan penjualan tidak dilakukan secara langsung dengan mendebit rekening penjualan, tetapi disediakan rekening tersendiri untuk mencatat 107 HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan terjadinya retur penjualan yakni rekening retur penjulalan. Perusahaan mengembalikan barang dagangannya yang telah dibeli kepada supplier senilai Rp. 4.000.000.00, jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut: (mencatat pengembalian barang dagangan dari pembeli secara kredit) Retur Penjualan Rp. 4.000.000.00 Piutang Dagang Rp. 4.000.000.00 (mencatat pengembalian barang dagangan dari pembeli secara tunai) Retur Penjualan Rp. 4.000.000.00 Kas Rp. 4.000.000.00 Diskon penjualan, retur dan potongan penjualan memperkecil pendapatan penjualan. Hal itu juga menyebabkan tambahan ongkos angkut dan beban lainnya. Karena manajer Ramayana biasanya ingin mengetahui jumlah retur dan potongan penjualan untuk suatu periode, maka penjual mencatat retur dan potongan penjualan pada akun terpisah. Retur dan potongan penjualan merupakan akun kontra (lawan) terhadap akun penjualan. Penjualan mendebit retur dan potongan penjualan sebesar jumlah retur dan potongan. Bila penjualan dilakukan secara kredit, penjualan mengkredit piutang usaha. Karena catatan persediaan selalu memuktahirkan pada sistem perpetual, penjual menambah harga pokok barang dagang yang diretur ke akun persediaan barang dagang. Penjual harus mengkredit harga pokok barang dagang yang diretur ke akun harga pokok penjualan karena akun ini telah didebit pada saat penjualan dicatat. Jika pembeli membayar barang dagangan dan barang dagang tersebut dikembalikan, dalam hal ini penjual bisa melakukan pengkreditan terhadap piutang usaha lainnya atas nama pembeli tersebut atau uangnya bisa dikembalikan. Jika pengkredit dilakukan terhadap piutang lain dari pembeli tersebut, maka penjual akan membuat ayat jurnal yang mirip dengan ayat jurnal terdahulu. Jika kas dikembalikan atau untuk potongan penjualan, maka penjual mendebit retur dan potongan penjualan serta mengkredit kas. Penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan terjadinya piutang dagang, artinya bila penjualan secara tunai perusahaan langsung menerima uang dan uang 108 tersebut bisa digunakan lagi, sedangkan bila menjual secara kredit, perusahaan akan menerima uang beberapa waktu yang akan datang, sehingga uangnya tidak bisa digunakan sebelum dibayar. Uang yang tertanam dalam piutang disebut sebagai investasi pada piutang. Agar investasi pada piutang tidak terlalu besar, maka perusahaan berusaha agar pembeli segera membayar piutangnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan potongan penjualan. Dalam dunia dagang perusahaan dikenal syarat penjualan, misalnya 4/20 – n/60. Artinya syarat penjualan tersebut adalah akan memberikan potongan penjualan sebesar 4% jika pembeli membayar piutangnya paling lama 20 hari sejak tanggal penjualan (4/20), dan batas akhir pembayaran paling lambat 60 hari setelah tanggal penjualan (n/60). Pada saat penjualan, perusahaan belum tahu apakah pembelinya akan memanfaatkan masa potongan penjualan atau tidak. Oleh karena itu perusahaan tidak langsung mencatat potongan penjualan sebagai pengurangan dari harga jualnya. Pada tanggal 1 Januari 2005, supplier menjual barang kepada PT. Ramayana Lestrai Sentosa, Tbk. senilai Rp. 75.000.000.00 dengan syarat 4/10 – n/60. maka jurnalnya adalah : Piutang dagang Rp. 75.000.000.00 Penjualan Rp. 75.000.000 Syarat 4/10 tersebut dalam masalah diatas ini mengandung arti bahwa bila supplier membayar utangnya paling lambat 11 Januari 2005 (10 hari dari tanggal penjualan), maka memperoleh potongan penjualan 4% yakni sebesar 4% PT. Ramayana mengajukan syarat-syarat diskon penjualan biasanya ditunjukkan pada faktur atau tagihan (invoice) yang dikirim oleh penjual kepada pembeli. Pembayaran atas penjualan barang dagang harus dilakukan pada saat penyerahan barang, sesuai dengan syarat yang tercantum dalam penjualan. Dan pembayaran harus dilunasi dalam jumlah hari yang ditentukan setelah tanggal faktur, seperti 30 hari, maka syaratnya adalah bersih 30 hari syaratnya bisa ditulis dengan n/30. jika pembayaran harus dilunasi pada akhir bulan. Apabila jumlah persediaan dalam jumlah besar, maka PT. Ramayana mengeluarkan barang tersebut dan menjual barang dengan Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010 mempromosikan penjualannya dengan cara sale atau obral, demonstrasi, harga premi, kupon atau voucher games, undian, dan konteks, dengan tujuan meningkatkan jumlah pembeli yang datang berbelanja. Penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan terjadinya piutang dagang. Dengan adanya piutang dagang tersebut, menyebabkan perusahaan harus menyediakan dana untuk diinvestasikan pada piutang dagang. Uang yang tertanam dalam piutang disebut sebagai investasi pada piutang. Salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengurangi piutang adalah dengan memberikan potongan penjualan. Dalam dunia perdagangan dikenal syarat penjualan, misalnya 4/20 – n/60. artinya akan diberikan potongan penjualan, jika pembeli membayar piutangnya paling lama 20 hari sejak tanggal penjualan (4/20), dan batas akhir pembayaran paling lambat 60 hari sejak tanggal penjualan (n/60). Berikut adalah jurnal yang mencatat pembelian barang dagang syarat 4/10 – n/60: Piutang Dagang Rp.XXX Penjualan Rp.XXX (mencatat pelunasan piutang dikurangi potongan penjualan) Kas Rp. XXX Potongan Penjualan Rp. XXX Piutang Dagang Rp. XXX (mencatat pengembalian barang dagangan dari pembeli) Retur Penjualan Rp. XXX Piutang Dagang Rp. XXX (mencatat pelunasan piutang dikurangi potongan penjualan) Kas Rp. XXX Potongan Penjualan Rp.XXX Piutang Dagang Rp. XXX 9. Biaya Angkut pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Syarat-syarat penjualan harus menyebutkan kapan hak kepemilikan atas barang dagang tersebut beralih dari penjual atau pembeli yang harus menanggung biaya transportasi (ongkos angkut). Hak milik atas barang dagang bisa beralih kepada pembeli pada saat penjual menyerahkan barang tersebut ke perusahaan pengangkut. Perusahaan memesan barang kepada supplier dan suplier mencatat penjualan dengan pengalihan hak milik atas barang kepada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. pada saat kendaraan tersebut dikirimkan syarat penjualan tersebut adalah FOB tempat pengiriman (FOB (FREE ON BOARD) shipping point). Dalam hal ini perusahaan harus membayar biaya transportasi dari tempat pengiriman. Biaya-biaya semacam ini merupakan total biaya dalam pembelian barang (persediaan) dan harus ditambahkan ke harga pokok persediaan dengan mendebit persediaan barang dagang. Dalam biaya angkut pembelian barang dagangan akan muncul masalah biaya pengangkutan barang gudang penjual ke gudang pembeli. Siapa yang menanggung biaya angkut ini, tergantung pada perjanjian yang dibuat antara penjual dan pembeli. Biaya angkut pembelian bisa ditanggung oleh penjual, dan jika seperti itu perusahaan pembeli terbebani oleh biaya angkutan. Namun seringkali biaya angkut ini ditanggug oleh pembeli, biaya ini akan ditambahkan pada harga pokok pembelian barang dagangan, dengan mendebit biaya angkut dalam membeli barang dagangan sebesar yang ditentukan oleh perusahaan dan dibayar tunai. Berikut adalah jurnal yang dibuat oleh PT.Ramayana Lestrai Sentosa, Tbk (mencatat biaya angkut pembelian barang dagangan) Biaya angkut pembelian Rp. XXX Kas Rp. XXX Biaya angkut ini akan dilaporkan dalam laporan laba rugi laba pada bagian harga pokok penjualan sebagai penambah pembelian. Retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian, dapat mempengaruhi pembelian, artinya dapat menambah atau mengurangi pembelian, sehingga diperoleh pembelian bersih atau harga pokok pembelian. Pembelian tahun 2006 sebesar Rp. 357.450.000, biaya angkut pembelian Rp. 9.650.000, retur pembelian 13.700.000, potongan pembelian Rp. 24.600.000, maka harga pokok pembelian : 109 HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan Pembelian Biaya Angkut Pembelian Retur Pembelian Potongan Pembelian Rp. 357.450.000 Rp. 9.650.000 Rp. 367.100.000 Rp. 13.700.000 Rp. 24.600.000 Harga Pokok Pembelian Secara teoritis hal tersebut dapat diterapkan dalam sistem perpetual. Sistem ini memungkinkan biaya angkut pembelian secara layak tercermin dalam harga pokok barang yang masih ada dalam persediaan pada akhir periode. Biaya ini harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga pokok persediaan, karena merupakan bagian dari harga pokok barang yang diperoleh melalui transaksi pembelian. Pada sistem phisik, biaya angkut pembelian pada umumnya diakumulasikan dalam suatu rekening nominal yang diberi judul biaya angkut pembelian. Secara teoritis, pada setiap akhir periode akuntansi saldo rekening biaya angkut pembelian harus dialokasikan secara layak kepada harga pokok barang dijual dan harga pokok persediaan akhir periode. Namun dalam praktik, pada umumnya perusahaan memperhitungkan biaya angkut pembelian dalam menentukan jumlah pembelian neto. Meskipun pendekatan tersebut berakibat adanya kecenderungan untuk memperbesar harga pokok barang dijual, dan memperkecil laba bersih serta persediaan akhir, namun dapat dipandang sebagai praktik akuntansi yang lazim dengan menggunakan konservatisme, materialisme, dan konsistensi sebagai argumentasinya. 10. Barang Yang Termasuk Dalam Persediaan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kuantitas persediaan adalah barang apa saja yang dapat dihitung sebagai persediaan. Kriteria umum harus digunakan dalam menentukan apakah suatu item barang termasuk dalam persediaan adalah kepemilikan atau hak milik atas barang tanpa memperhatikan di mana lokasi barang tersebut berada. Sebagai akibatnya, apabila hak milik atas barang sudah berpindah dari penjual kepada pembeli, maka pihak penjual harus mengakuinya sebagai penjualan dan tidak 110 Rp. 38.300.000 Rp. 328.800.000 seharusnya memperhitungkan barang-barang tersebut sebagai bagian dari persediaan. Sebaliknya, pihak pembeli harus mengakui sebagai suatu pembelian dan sudah seharusnya memperhitungkan barang-barang tersebut sebagai bagian dari persediaan. Dalam kode etik di dunai bisnis yang berlaku secara universal menyatakan bahwa kepemilikan atau hak milik atas barang dapat berpindah kapan saja, sesuai dengan kesepakatan antar pihak penjual dan pihak pembeli yang dinyatakan di dalam kontrak. Dalam hal berpindah hak milik atas barang tidak dinyatakan di dalam kontrak, maka hak milik atas barang berpindah kepada pihak pembeli pada saat tersedianya barang-barang yang diidentifikasikan di dalam kontrak dan pihak penjual sudah menyelesaikan seluruh komitmen yang berhubungan dengan pengiriman atau penyerahan barang. Jika barang diserahkan berdasar syarat penyerahan yang disebut FOB (FREE ON BOARD) shipping point, hak milik atas barang berpindah kepada pembeli pada saat penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut. Syarat penyerahan barang demikian seringkali disebut perangko alamat atau gudang penjual. Hak milik atas barang tiba di alamat tujuan. 11. Barang Yang Berada di Gudang dan Toko Milik Perusahaan Tidak semua barang-barang yang berada di gudang, merupakan persediaan bagi perusahaan yang bersangkutan, seperti: barangbarang titipan dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain dengan tujuan untuk mendapat sejumlah komisi, atau disebut barang-barang komisi (cosigment in). Barang-barang komisi meskipun berada di gudang atau toko perusahaan, bukan merupakan persediaan bagi perusahaan yang bersangkutan, karena hak milik atas barangbarang itu tidak ada pada perusahaan. Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 10 No. 2, Oktober 2010 12. Barang yang Berada Di Pihak Lain Barang-barang konsinyasi atau barangbarang yang dititipkan untuk dijual untuk dan atas nama perusahaan, sampai dengan saat tertentu (tanggal Neraca) belum laku dijual (consigment out) merupakan persediaan yang harus dicantumkan dalam neraca dan akan dibebankan kepada pendapatan pada tahuntahun buku berikutnya. 13. Barang Yang Berada Dalam Perjalanan Terdapat dua kemungkinan terhadap barang-barang yang berada dalam perjalanan. Barang-barang dijual dan masih berada dalam perjalanan untuk meninggalkan perusahaan, perlu dilihat mengenai syarat-syarat penyerahan barang dalam transaksi tersebut kepada pembeli. Terhadap barang-barang yang berada dalam perjalanan, harus dihitung sebagai bagian dari persediaan oleh pihak penjual. Demikian pula untuk barang-barang yang dibeli dan masih berada dalam perjalanan menuju perusahaan. Jika penyerahan barang dalam transaksi adalah perangko gudang atau alamat penjual, maka barang-barang tersebut harus ikut dihitung sebagai bagian dari persediaan oleh pembeli. Sebaliknya, apabila syarat penyerahan barang dalam transaksi adalah perangko gudang atau alamat pembeli, maka barang-barang yang masih berada dalam perjalanan tidak seharusnya ikut dihitung sebagai bagian dari persediaan oleh pembeli. Dalam menganalisis barang-barang yang berada dalam perjalanan, akuntan harus memeriksa faktur penjualan dan pembelian, maka barang-barang yang masih berada dalam perjalanan tidak seharusnya ikut dihitung sebagai bagian dari persediaan oleh pembeli. Dalam menganalisis barang-barang yang berada dalam perjalanan, akuntan harus memeriksa faktur penjualan dan pembelian, bukti pengiriman barang dan bukti penerimaan barang untuk memastikan kewajaran tentang prosedur pisah-batas (cutoff) yang diterapkan. KESIMPULAN Simpulan yang didapat berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan adalah sistem pencatatan perpetual. 2. Penghitungan fisik persediaan barang dagang dilakukan secara periodik sesuai dengan kebutuhan. 3. Metode penilaian persediaan yang digunakan, khususnya bagian fashion menggunakan metode LIFO. Sedangkan untuk penghitungan fisik persediaan barang di bazar atau di supermarket, menggunakan metode FIFO, tidak menerapkan metode FIFO dalam pencatatannya. 4. Pengaruh penerapan metode LIFO terhadap tingkat laba, dapat memperkecil laba yang secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan. Metode ini juga berpengaruh terhadap pengalokasian biaya. 5. Dalam menaksir persediaan barang dagang, perusahaan menggunakan metode eceran (retail method). DAFTAR PUSTAKA Amir, M Taufiq. Manajemen Ritel: Panduan lengkap pengelolaan toko modern. Cet 2. Jakarta: penerbit PPM, 2005 Donal E. Kieso. Akuntansi Intermediate. Edisi 10. Jakarta: Erlangga. 2002 Drs. A. O. Simangunsong. Dasar-Dasar Akuntansi Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: F.E. Universitas Ekonomi. 2004 DRS. H. Kusnadi. HMA, MSI. Teori Akuntansi . Edisi 10. Hak Cipta. 2000 Drs. Harmanto. M. Soc. Sc., Akt. Akuntnasi Keuangan Menengah . Cetakan 1. Yogyakarta: BPFE. 2002 Drs. M. Nafarin, M.M. Akuntansi Pendekatan Siklus Dan Pajak Untuk Perusahaan Industri dan Dagang. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004 Jusup, Al Haryono. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid 2. Edisi 6. Yogyakarta: YKPN, 2001 111 HASIBUAN, Pengaruh Metode Persediaan terhadap Tingkat Laba Perusahaan Prof. DR. H. Buhari Alma. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi 7. Bandung: CV Alfa, 2005 Simamora, Henry. Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid 2. Jakarta:Salemba Empat, 2000 Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan. Edisi.2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2002 Smith, Jay M dan K. Fred Skousen. Akuntansi Intermediate. Edisi 9. Jakarta: Erlangga. 1992 Reeve Fess, Wareen. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat. 2006 Sutrisno. Akuntansi Proses Penyusunan Laporan Keuangan. Edisi pertama. Yogyakarta: Ekonisia. 2006 Reeve Fess, Warran. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Jakarta: PT. Salemba Empat. 2008 S.R Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi 5. Jakarta: salemba Empat, 2004 112 Tuanakotta, Theodorus M. Teori Akuntansi. Edisi 2. Jakarta. 2000 Yamit, Zulian. Manajemen Persediaan. Edisi. 1.Yogyakarta: Ekonisia. 2005