Kemitraan Tanggulangi Permasalahan Air Perkotaan Kemitraan Air Indonesia (KAI) melaksanakan diskusi lintas instansi bertema Urban Water Management Challenges di Jakarta, Rabu (28/11). Ketua Badan Eksekutif KAI, Mochammad Amron, menyampaikan dalam berbagai kongres di dunia, seperti dalam World Water Forum 2012, memfokuskan materi pada isu ketahanan air dan pangan untuk masa depan. Permasalahan yang utama adalah bagaimana menyediakan air untuk penduduk perkotaan. Hal ini dikarenakan lebih dari 50 persen penduduk dunia hidup di daerah perkotaan (urban), sehingga jumlah dan distribusi air yang memadai untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat sangat diperlukan. Lanjut Mochammad Amron, sanitasi dan limbah pembuangan padat dan cair turut menjadi perhatian bagi tiap pemangku kepentingan di bidang air, yang sangat dekat dengan permasalahan di perkotaan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air di badan-badan air. Hal lainnya adalah sikap hidup masyarakat yang masih beranggapan bahwa air memiliki jumlah yang tidak terbatas, sehingga kecenderungan hidup boros air masih terus dilakukan hingga saat ini. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Mohammad Hasan menjelaskan, tantangan pengelolaan air di perkotaan terdiri atas dua perspektif, yaitu permasalahan banjir dan air baku. Saat ini perubahan paradigma banjir di dunia lebih luas dan bergeser dari upaya struktur ke upaya non struktur. Hal ini berarti bukan hanya peran aktif pemerintah, tetapi peran aktif masyarakat dan dunia usaha mutlak diperlukan. Nantinya, peran non struktur akan bertujuan akhir pada restorasi sungai, seperti yang telah dilaksanakan di banyak negara, sebagai contoh Korea yang telah berhasil melakukan restorasi sungai, dan edang berjalan adalah di China, Thailand dan Filipina. Dapat dikatakan, inti dari pelaksanaan tersebut adalah bagaimana mengkolaborasikan upaya struktur, non struktur dan page 1 / 2 harmoni dengan alam. Untuk masalah perkotaan, lanjut Dirjen SDA, permasalahan sanitasi dan sampah merupakan aspek yang paling banyak melibatkan peran serta masyarakat dana membutuhkan biaya paling besar dalam penanggulangannya. Oleh karena itu, Dirjen SDA sangat mengharapkan hasil diskusi yang dilaksanakan oleh KAI ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah provinsi dalam membuat kebijakan untuk daerah perkotaan di waktu mendatang. Dalam panel diskusi, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, menjelaskan, instansinya hingga saat ini telah mengidentifikasi untuk program sanitasi masyarakat dan air limbah untuk 76 kelurahan, terutama telah selesai dilaksanakan untuk daerah di sepanjang sungai CIliwung. Untuk saat ini, BPLHD menyatakan, perencanaan fisik untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah baru akan dimulai pada 2013, dikarenakan tupoksi sanitasi air limbah baru diterima pada 2010. Sementara itu, pada presentasinya, PD PAL Jaya mengatakan, saat ini identifikasi telah dilaksanakan untuk pengendalian air kotor usaha skala kecil di wilayah DKI Jakarta yang berjumlah 39.612 buah usaha. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan oleh PAL Jaya adalah dengan melakukan pembinaan berkala, bantuan pengendalian IPAL air kotor, dan implementasi produksi bersih yang semuanya dilakukan dengan bentuk pengawasan dan penyebaran informasi kepada masyarakat. (DatinSDA) Pusat Komunikasi Publik 281112 page 2 / 2 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)