12 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang konsep teori yang menjadi referensi atau alat bantu dalam pemecahan masalah, antara lain konsep sistem teknologi informasi, pengertian pendaftaran mahasiswa baru, konsep sistem online, konsep sistem informasi pendaftaran online, perkembangan Model Delone & McLean. 2.1 Teknologi informasi Teknologi informasi (Information Technology) biasa disingkat IT, merupakan gabungan dua istilah dasar yaitu teknologi dan informasi, Lucas (2000), menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis, mikrokomputer, komputer mainframe, pembacaan barcode, perangkat lunak pemroses transaksi dan peralatan komunikasi dan jaringan lainnya merupakan contoh teknologi informasi. Jadi teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputerisasi (komputer) dengan jalur komunikasi yang membawa data, suara, dan video. 2.2 Konsep Dasar Sistem Teknologi Informasi Sistem Teknologi informasi merupakan suatu sistem teknologi dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk menyediakan kepada pihak luar tertentu suatu informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Sistem informasi dapat didefinisikan secara luas sebagai kumpulan teknologi informasi, prosedur-prosedur, 13 dan orang yg bertanggung jawab pada penghimpunan, perpindahan, pengelolaan, dan informasi (Brown et al. 2009). Menurut Gordon (2000), Interaksi antara unit organisasi TI dan unit lainnya merupakan penentu utama dari keberhasilan organisasi. Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya. Pengaplikasian dari Sistem Teknologi Informasi diterapkan dengan berbagai cara. Bisa diterapkan mengikuti fungsi-fungsi organisasi atau tingkatan manajemen dimana sistem teknologi tersebut akan diaplikasikan. Misal beberapa contoh sistem teknologi informasi yang diaplikasikan sesuai dengan fungsi organisasi, MIS (Marketing Information System), FIS (Financial Information System), dan juga termasuk aplikasi sistem informasi pendaftaran mahasiswa. 2.3 Pengertian Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB) Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendaftaran adalah suatu proses atau cara untuk mendaftarkan / mencatat suatu data kedalam suatu tempat penyimpanan data, secara garis besar pendaftaran mahasiswa baru dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendaftaran calon mahasiswa yang diselenggarakan oleh setiap Universitas, mulai dari pengisian data mahasiswa hingga diterimanya atau tercatat sebagai mahasiswa di dalam suatu Universitas. 14 2.3.1 Tujuan Pendaftaran Mahasiswa baru: Menjaring calon mahasiswa untuk masuk kedalam Universitas. Memberikan kesempatan studi bagi calon mahasiswa yang mempunyai minat dan berprestasi didalam Universitas. Memberikan kesempatan kepada calon mahasiswa untuk menlanjutkan jenjang studinya ketahap yang lebih tinggi. Pencatatan data-data seluruh calon mahasiswa. 2.4 Internet Based (Online) Seperti yang sudah dikemukakan di Bab I secara singkat, Menurut Darma, Jarot S, Shenia A (2009), internet merupakan rangkaian komputer yang terhubung satu sama lain, melalui jaringan / network. Sistem Internet based merupakan suatu pemanfaatan teknologi berbasis internet untuk penggunaan sistem, sehingga sistem bisa diakses kapan saja dan dimana saja, tidak terbatas jarak ruang dan waktu, selama terhubung atau menggunakan fasilitas internet yang bersifat online sebagai instrumen utamanya. Pemanfaat dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya kebutuhan akan sistem informasi yang terkomputerisasi (computerized) dalam bidang pendidikan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat mengantarkan dunia maya menjadi nyata berada di hadaapan kita. Kini telah lahir dunia maya (cyber) dalam segala aspek kehidupan. Dunia tidak dibatasi lagi oleh jarak, ruang, dan waktu. Dengan demikian segala aktivitas akan lebih mudah dan cepat. Potensi internet sebagai cara yang cepat 15 dan efisien dalam mendukung suatu proses sistem telah diakui berjalan dengan baik (Beyea 2000, Tod et al 2003). Berdasarkan data yang didapatkan dari (www.internetworldstats.com), menunjukkan pertumbuhan penggunaan intenet di Indonesia sepanjang tahun 2009 meningkat drastis. Jumlah penggunaan internet di akhir tahun 2009 diestimasikan mencapai 240.271.522 pengguna dengan penetrasi 12,5% (per populasi). Untuk kawasan Asia, Indonesia berada di urutan ke-5 setelah Cina, Jepang, India, dan Korea Selatan (gambar 1), berada diurutan ke 16 dalam Top 20 Countries with the Highest Number of Internet Users (gambar 2) dan setiap tahunnya selalu cenderung meningkat, ditahun 2008 peningkatannya mencapai lebih dari 20,7% (gambar 3). Melalui hasil data inilah dapat di katakan bahwa kedepannya, penggunaan internet di Dunia Umumnya dan di Indonesia khususnya, akan senantiasa selalu bertambah, seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang terus meningkat. Gambar 1: Pengguna Internet Di Asia 16 Gambar 2: Data pengguna Internet di Dunia. 17 Gambar 3: Statistik pengguna Internet di Indonesia. 2.5 Sistem Informasi Web based Pada awalanya aplikasi / sistem informasi web hanya dibangun dengan menggunakan bahasa yang disebut HTML (HyperText Markup Languange) dan protokol yang digunakan dinamkan HTTP (HyperText Transfer Protocol). Seiring dengan perkembangan, sejumlah script dan objek yang dikembangkangkan untuk memperluas kemampuan HTML. Saat ini. Banyak script yang dibuat seperti itu: antara lain PHP dan ASP, sedangkan yang berupa objek antara lain adalah applet (java). (Abdul Kadir, 2005) Konsep dari aplikasi / sistem informasi web sebenarnya sederhana. Operasi yang melatarbelakanginya melibatkan pertukaran informasi antara komputer yang meminta informasi (disebut klien), dan komputer yang memberikan informasi (disebut server). Lebih detailnya, sesungguhnya server yang melayani permintaan dari klien hanyalah berupa perangkat lunak yang dinamakan web server. Secara internal, web server inilah yang berkomunikasi dengan perangkat lunak lain yang 18 disebut middleware dan perangkat inilah yang berhubungan dengan basis data (database). Model seperti inilah yang mendukung web dinamis yang berbeda dengan web statis yang hanya dibangun dengan menggunakan HTML. (Abdul kadir, 2003). Perkembangan lainnya adalah ditahun 2009, dengan hadirnya web 2.0, yaitu suatu inovasi di dunia internet, Istilah web 2.0 tidak mengklarifikasi world wide web berdasarkan teknologinya, namun berdasarkan karakteristik website tersebut. Istilah web 2.0 juga memunculkan istilah web 1.0 (satu istilah untuk era sebelum web2.0) (Fikri rasyid. 2009). Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berfikir dalam menyajikan suatu konten dan tampilan di dalam sebuah situs. Ada beberapa prinsip yang mendasari karakteristik suatu situs merupakan situs yang mempunyai tipe dari web 2.0. Karakter tersebut antara lain: 1. Web sebagai platform dimana menjadikan web sebagai tempat bekerja dimana pun. 2. Adanya partisipasi dari pengguna dalam berkolaborasi pengetahuan. 3. Dukungan pada pemograman yang sederhana dan ide akan layanan web atau RSS. 4. Perangkat lunak tidak lagi terbatas pada perangkat tertentu. 5. Adanya kemajuan inovasi pada antar muka disisi pengguna. 6. Web 2.0 sebagai akhir dari siklus peluncuran produk perangkat lunak. Dapat dikatakan bahwa web 2.0 menyajikan suatu layanan web yang berpusat pada user (pengguna) dimana user dimudahkan untuk menggunakan berbagai layanan 19 yang ada. User dapat dengan mudah untuk memasukkan data atau mengambil data dari sistem. (Yudha Wastu, 2004) 2.6 Sistem Informasi Pendaftaran Online Paradigma sistem proses pendaftaran mahasiswa baru pada Universitas yang semula konvensional dengan mengandalkan tatap muka, maka dengan sentuhan teknologi informasi khususnya dunia cyber beralih menjadi sistem informasi jarak jauh yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu, dan jarak, sehingga hubungan antara pendaftar dan panitia pendaftaran di dalam pendaftaran mahasiswa baru, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat itu, maka kebutuhan akan konsep pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi menjadi sebuah keniscayaan. Implikasinya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lembaga pendidikan, seperti Universitas, sangatlah diperlukan. Salah satu hasil teknologi informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan adalah teknologi komputer dengan Internetnya. Teknologi Internet (online) juga telah memangkas berbagai kelambanan proses yang bisa terjadi jika tanpa menggunakan Internet. Penerapan Internet yang paling jelas implementasinya sekarang ini adalah penerapan sistem informasi pendaftaran online untuk penyebaran informasi, berkomunikasi dan melakukan proses pendaftaran. Konsep inilah yang merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan yang berbasis dunia cyber yang telah diterima dengan baik dan banyak digunakan saat ini. 20 Pendaftaran online dalam pelaksanaannya memanfaatkan dukungan jasa teknologi, khususnya teknologi informasi, pendaftaran online ini memungkinkan untuk menyelenggarakan pendaftaran jarak jauh yang bisa menjangkau lebih banyak orang dan berbagai tempat daerah terpencil atau pedalaman sekalipun. Secara terminologi, sistem informasi pendaftaran online adalah sebuah proses pendaftaran yang dilakukan melalui network (jaringan komputer), biasanya melalui Internet. Sistem informasi pendaftaran online merupakan salah satu strategi atau metoda pendaftaran paling efektif untuk saat ini, yang mampu menjangkau tempat yang sangat luas, dengan biaya relatif murah. Untuk mengakses sistem informasi pendaftaran online, cukup diperlukan komputer dengan jaringan Internet. Proses pendaftaran selalu bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun diinginkan, sehingga dapat mengatasi kendala jarak, ruang dan waktu. 2.7 Konsep Pendaftaran Online Pendaftaran mahasiswa baru merupakan pintu gerbang atau tahapan awal dari bisnis proses suatu Universitas, oleh karena itu dibutuhkan suatu pemicu berupa sistem yang bisa mengelola secara simple dan usefull serta mudah digunakan untuk membantu pengolahan data baik dari segi pendaftar maupun panitia dalam menggunakan sistem. Selama ini sistem administrasi pendaftaran yang ada disetiap Universitas kebanyakan, hanyalah secara manual, atau secara desktop, mulai dari promosi, proses pendaftaran, pembayaran biaya pendaftaran, proses seleksi sampai dengan penyajian data-data rekapan. Dengan semakin banyaknya jumlah mahasiswa dan perkembangan teknologi yang semakin maju, serta target pencapaian jumlah 21 calon mahasiswa baru disuatu Universitas, maka pendaftaran secara manual ini mengalami banyak kesulitan terutama dalam keterlibatan tenaga operator / asisten untuk memproses pendaftaran tersebut. Disisi lain untuk memudahkan proses pendaftaran, seleksi, penyajian data dan lain-lain, dibutuhkan suatu proses secara online (web based) supaya diharapkan seluruh proses pendaftaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, sehingga dapat memudahkan calon mahasiswa ataupun panitia pendaftaran, dan untuk meminimalisir sumber daya yang digunakan. Dengan menggunakan sistem yang berbasis web, proses pendaftaran dan pendataan calon mahasiswa baru dapat dilakukan lebih cepat dan akurat, dengan menggunakan media internet yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk mempermudah proses pendaftaran mahasiswa baru. Pendataan calon mahasiswa baru melalui web ini, akan jauh lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan cara yang ada sekarang (manual) (gambar 4). Serta mudah digunakan oleh calon mahasiswa baru, karena tampilan dan petunjuk yang mudah dipahami dan pada laporan datanya akan menghasilkan rekapan yang akurat dan mudah didapatkan kapan saja (gambar 5). 22 Gambar 4: Contoh Proses PMB Manual 23 Gambar 5 : Contoh Proses PMB Online 24 2.8 Metode Pengukuran Evaluasi Efektifitas Setiap sistem yang telah diterapkan, tentunya pada suatu saat akan diperlukan proses penilaian atau evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran awal yang ditetapkan. Periode untuk melakukan evaluasi tergantung dari kebutuhan atau kebijakan dari manajemen. Sistem informasi dapat dikatakan sukses jika memenuhi kriteria, seperti kebutuhan user dan tujuan organisasi. Dalam lingkungan pendidikan sistem informasi dituntut untuk menyajikan informasi akademik yang akurat dan handal. Evaluasi kesuksesan sistem saat ini telah dianggap penting oleh peneliti (Bokhari, 2005). Evaluasi mencakup penilaian kepuasan terhadap output dan kemampuan sistem dari umpan balik user.Miller (2009) berpendapat sistem informasi yang efektif adalah apabila telah mencapai tujuan pemakaiannya. Namun evaluasi kefektifan sistem sulit dilakukan karena sifatnya multidimensi, terdiri dari aspek kualitatif dan kuantitatif yang banyak dan berlawanan serta tergantung pada sudut pandang evaluator (Hamilton dan Chervany, 1981). Untuk menentukan metode pengukuran sistem informasi yang paling tepat juga tidak mudah untuk dilakukan karena tergantung pada karakterisktik organisasi dan user nya. Beberapa variabel yang mempengaruhi efektivitas sistem informasi berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan. Weber (1999) menggunakan system quality, information quality, perceived usefulness, computer self-efficacy, perceived ease of use, use (amount type). IS satisfaction, individual impact, dan organization impact sebagai variabel-variabel yang menentukan efektivitas suatu sistem informasi (Delone, 1992). 25 2.9 Delone and McLean IS Success Model Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kesuksesan sistem teknologi informasi. Salah satu penelitian yang terkenal di area ini adalah teknologi informasi. Pada tahun 1992, Delone dan Mclean menyajikan model sebagai kerangka untuk mengukur variabel dependen yang kompleks pada penelitian sistem informasi. Model yang baik adalah model yang lengkap tetapi sederhana. Model semacam ini disebut dengan model yang parsimoni. Berdasarkan teori – teori dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dikaji, Delone & Mclean pada tahun 1992 kemudian mengembangkan suatu model parsimoni yang mereka sebut dengan nama model kesuksesan sistem informasi Delone & Mclean (D&M Information System Success Model) sebagai berikut; Gambar 6: Model Delone & McLean (1992) Model yang diusulkan ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi. Keenam elemen atau komponen pengukuran dari model ini adalah: 1. Kualitas sistem (system quality) 2. Kualitas informasi (information quality) 3. Penggunaan (use) 26 4. Kepuasan pemakai (user satisfaction) 5. Dampak individual (individual impact) 6. Dampak organisasional (organizational impact) Pada perkembangannya terdapat penelitian – penelitian lain yang membuktikan maupun menawarkan pengembangan model kesuksesan sistem informasi tersebut, antara lain Peter B. Seddon yang melakukan reformulasi atas model Delone & McLean menjadi dua varians model yang terpisah (Seddon, 1997). Dalam model barunya Seddon menggantikan variabel use dengan perceived usefulness. Selain itu Seddon juga menambahkan variabel societal impact. Penelitian lainnya yaitu oleh Pitt et al. (1995) yang menambahkan komponen kualitas pelayanan tidak diikut sertakan, maka akan terdapat kesalahan dalam pengukuran efektifitas sistem informasi tersebut. Model kesuksesan Delone and McLean (1992) terdiri dari tiga dimensi kualitas yaitu kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas pelayanan. Masrek (2007) menguji Delone and McLean dengan menggunakan tiap dimensi kualitas tesebut secara terpisah, karena dimensi tersebut akan mempengaruhi selanjutnya pada aspek penggunaanya dan aspek kepuasan pengguna baik di tiap dimensi maupun gabungan ketiganya. Sepuluh tahun setelah kelahiran model Delone and McLean (1992), model tersebut direformulasi berdasarkan kontribusi penelitian – penelitian yang mengadopsi model asli kesuksesan sistem informasi. Tiga perubahan dalam model yang telah diperbarui adalah: a. Pengikutsertaan dimensi service quality 27 Dimasukkannya variabel service quality banyak diilhami oleh studi yang dilakukan oleh Pitt et al (1995) yang menyatakan bahwa ukuran-ukuran efektifitas sistem informasi lebih fokus pada produk daripada layanan yang diberikan oleh fungsi sistem informasi, sehingga akan membahayakan bagi para peneliti karena dapat mengukur efektifitas sistem secara salah sebagai akibat tidak dimasukkannya ukuran service quality kedalam paket penilaian mereka. Instrumen pengukuran pengukuran yang digunakan adalah SERVQUAL yang dikemukakan oleh Parasuraman, yang disusun untuk mengakses harapan konsumen dan persepsi mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi retail dan jasa (Pitt et al., 1995) b. Penggabungan dimensi individual impact dan organizational impact Variabel lain yang dimasukkan ke dalam model adalah net benefit, menggantikan variabel individual impact dan organizational impact. Menurut Delone and McLean, ada suatu rangkaian kesatuan dari entitas individual sampai keseluruhan yang dapat memberikan dampak (impact) bagi aktivitas sistem informasi. Pemilihan mengenai dimana dampak ini harus diukur tergantung kepada sistem yang akan dievaluasi dan tujuannya. Untuk menghindari kerumitan dan permodelan, mereka mengelompokkan semua pengukuran mengenai impact menjadi satu variabel, yaitu net benefit (Widowati dan Achjari,2004). 28 Gambar 7: Model Delone & McLean diperharui (2003) c. Adopsi dimensi intention to use sebagai alternatif pengukuran dimensi use Delone and McLean juga memberikan alternatif variabel intention to use bagi variabel use, dimana intention to use merupakan suatu sikap (attitude) sedangkan use menunjukkan perilaku (behavior). Hal ini merupakan jawaban atas kritikan Seddon mengenai model proses dan model kausal (Seddon, 1997). Namun karena sikap merupakan hal yang sulit diukur, variabel use tetap dapat digunakan atau pun tidak dalam model ini (Widowati dan Achjari, 2004). Hal yang mendasari adalah adanya kesulitan menginterpretasikan aspek multi dimensi dari “penggunaan”, yaitu apakah penggunaan tersebut dilakukan karena keterpaksaan ataukah karena sukarela, karena diinformasikan ataukah tidak, apakah penggunaan tersebut efektif ataukah tidak efektif, dan sebagainya. Hal yang mendasari lainnya adalah Theory of Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planned Behaviour (TBA). Dalam kenyataannya hubungan antara TRA dan TBA adalah attitude / sikap yg artinya sebagai suatu perasaan positif / negatif 29 seseorang tentang pembentukan perilaku tertentu, attitude dipengaruhi oleh keyakinan seseorang terhadap perilaku yang menonjol. Attitude mengenai pengguna sistem informasi mempunyai pengaruh yang kuat mengenai keyakinan tentang sistem, sehingga dapat disimpulkan variabel user satisfaction dalam sistem informasi sudah merupakan sebuah attitude yang dipengaruhi oleh keyakinan terhadap information quality, system quality, dan service quality (Tahir, 2006). Model D&M telah banyak digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem, dari waktu ke waktu model D&M selalu dimodifikasi untuk menemukan kebutuhan / persyaratan yang sesuai dengan berbagai jenis sistem informasi, dan dari berbagai sudut pandang. Kemudian, Delone & Mclean (2004) menerapkan sukses modelnya untuk mengukur kesuksesan dari e-commerce system. Melalui perspektif e-commerce, kunci penggunannya adalah pelanggan dan penyedia layanan. Pengembangan dari model Delone & Mclean (2004) yang terbaru adalah yang dilakukan oleh beberapa penelitian seperti; Holsapple and Lee-Post (2006), mengadopsi model D&M dan digunakan untuk mengevaluasi sistem e-learning, setahun kemudian, Lin (2007) juga memodifikasi D&M (2003) untuk mengukur penggunaan sistem belajar online. Selanjutnya, Wang et al. (2007) menggunakan model D&M ketika mengukur efesiensi dan kesuksesan dari sistem informasi elearning dari sudut pandang organisasi dan perusahaannya. Berdasarkan kasus – kasus yang muncul dalam penggunaan model D&M, Holsapple and Lee-post (2006) mendefinisikan dan menilai e-learning melalui perspektif sistem informasi, kemudian membuat model fase pengembangan sistem, dan memperkenalkan sebuah model sukses yang telah dimodifikasi. Ukuran dalam 30 model ini sebagian besar menggunakan kata sifat, yang dapat lebih menggambarkan keadaan sistem dan dimaksudkan dapat ditentukan melalui kasus perkasus. Pengembangan model dibagi menjadi 3 fase yang menjelaskan pengembangan dari fase Sistem Informasi, yaitu: ‘System desain’, ‘System delivery’, ‘System outcome’: Gambar 8: The e-learning success model (Holsapple & Lee-Post, 2006) Pengukuran dalam model dipilih sesuai dengan target yang akan dievaluasi atau objek tertentu. Dengan demikian, pengukuran berubah ketika model ini diadopsi untuk digunakan ketika mengevaluasi suatu sistem. Tanda panah dalam gambar menggambarkan ketergantungan antar fase dalam penilaian, ‘System desain’ sangat 31 penting ketika mempertimbangkan keberhasilan dari penyampaian dan pengaruh dari hasil yang disampaikan / dibawa. Demikian juga dengan ‘use’, dan ’user satisfaction’ saling bergantung satu sama lain.Model sukses Holsapple & Lee-Post (2006), dalam penerapannya sering digunakan untuk mengukur sistem e-learning atau sistem pembelajaran online. 2.10 Model Penelitian Berdasarkan model kesuksesan sistem informasi Delone & Mclean, sistem informasi dapat diukur keberhasilannya berdasarkan dimensi kualitas (System quality, information quality, service quality), dimensi pemakai (use / intention to use), user satisfaction, net benefit. Dalam penelitian kali ini yang akan dilakukan adalah pengukuran dari segi efektifitas sistem informasi itu sendiri, sehingga yang digunakan adalah model kesuksesan Delone & Mclean (2003) dengan menghilangkan variabel (use / intention to use) yang mengacu kepada Widowati dan Achjari (2004) yang mengatakan bahwa sikap merupakan hal yang sulit diukur, variabel use tetap dapat digunakan atau pun tidak dalam model dan juga Tahir (2006) yang mengatakan bahwa user satisfaction sudah merupakan sebuah attitude. Model yang serupa juga pernah dilakukan pada penelitian terdahulu yang meneliti tentang analis faktor yang mempengaruhi kefektifan implementasi sistem informasi yang dilakukan oleh Tanjung (2010). 32 Gambar 9: Model Penelitian 2.10.1 System Quality – User Satisfaction Kualitas sistem merupakan karakteristik yang berfokus kepada kinerja sistem. Kualitas sistem merupakan sistem ciri karakteristik kualitas yang diinginkan dari sistem informasi itu sendiri, penelitian yang dilakukan Delone dan Mclean (2003) menunjukkan bahwa kualitas sistem (system quality) dapat mempengaruhi kepuasan pengguna (user satisfaction). Pada penelitian Roldan dan Leal (2003) ditemukan bahwa kualitas sistem memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan user. Penelitian yang dilakukan Livari (2005) juga menunjukkan hasil kualitas sistem (system quality) berpengaruh terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction). Berdasarkan sejumlah temuan riset diatas, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Kualitas sistem informasi (System Quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi pendaftaran online (User Satisfaction) 33 2.10.2 Service Quality – User Satisfaction Menurut Peter et al., (2008) Kualitas layanan adalah kualitas dukungan yang diterima pengguna sistem informasi. Biasanya kualitas layanan mengacu kepada ketersediaan mekanisme komunikasi untuk menerima beberapa keluhan user dan solusi dari keluhan – keluhan yang tepat waktu, tetapi juga termasuk membantu user dalam menggunakan produk secara efektif (Ahn, 2004). Riset yang dilakukan Pitt et al.,(1995) dengan menambahkan service quality pada model Delone dan Mclean menunjukkan hasil kualitas layanan (service quality) memiliki pengaruh pada kepuasan pengguna (user satisfaction). Penelitian Delone dan Mclean (2003) juga menunjukkan bahwa kualitas layanan (service quality) dapat mempengaruhi kepuasan pengguna (user satisfaction), termasuk juga sejumlah riset yang telah dilakukan menemukan bukti empiris terdapat hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan user, yaitu Agustin (2010) dan kusumastuti (2010). Berdasarkan temuan penelitian diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2: Kualitas layanan (Service Quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi pendaftaran online (User Satisfaction) 2.10.3 Information Quality – User Satisfaction Kualitas informasi berfokus kepada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Suatu informasi dapat dikatakan memenuhi karakteristik yang diinginkan oleh user ditentukan dari kemampuan yang dimiliki sistem untuk mengolah data menjadi informasi yang memenuhi beberapa indikator penentu. Penelitian yang telah dilakukan menemukan bukti empiris bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas 34 informasi dan kepuasan user. Antara lain adalah Delone & Mclean (1992), Seddon and Kiew (1994), McGill et al., (2000), serta Roldan & Leal (2003). Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti menarik hipotesis: H3: Kualitas Informasi (Information Quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi pendaftaran online (User Satisfaction) 2.10.4 User Satisfaction – Net Benefit Kepuasan pengguna (user satisfaction) merupakan keseluruhan evaluasi dari kesan pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem informasi.Kepuasan sering dipakai sebagai indikator akan kesuksesan sebuah sistem informasi.Beberapa penelitian telah memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan positif antara kepuasan user dengan dampak individu (net benefit). Diantaranya adalah pada penelitian tentang Executive Information System (EIS) yang dilakukan oleh Roldan dan Leal (2003), ditemukan adanya pengaruh positif antara kepuasan user dengan dampak individual (net benefit). Pada penelitian yang dilakukan oleh McGill et al., (2000) mengenai End User Development Success bahwa kepuasan user memiliki pengaruh yang kuat terhadap dampak individual (net benefit).Berdasarkan hasil temuan riset sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis: H4: Kepuasan pengguna sistem informasi (User Satisfaction) berpengaruh positif terhadap net benefit. 2.11 Validitas Instrumen Tujuan utama dari proses penelitian ialah bagaimana peneliti dapat memperoleh kesimpulan dengan dilandasi dan didukung oleh fakta-fakta yang 35 representatif. Untuk dapat memperoleh fakta-fakta yang representatif, diperlukan data dan informasi yang objektif. Tingkat keobjektifan data hasil penelitian tergantung pada seberapa jauh kemampuan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Tinggi rendahnya kemampuan instrumen pengumpul data, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Berdasarkan Instrumen yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, yang juga mengukur kesuksesan implementasi sistem informasi menggunakan metode Delone and Mclean, yang dilakukan oleh Tanjung (2010) dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan implementasi sistem informasi dengan menggunakan model Delone dan Mclean yang dikembangkan dengan menggabungkan teori Masrek, maka dalam penelitian ini juga menggunakan atau mengadopsi kuesioner tersebut, selain itu berdasarkan hasil validitas & realibilitas terhadap instrumen yang menunjukkan hasil antara lain skor loading rata-rata instrumen yaitu 0,8 dan skor rata-rata AVE dan Communality yaitu 0,6 yang berarti telah memenuhi syarat validitas konvergen, setiap skor instumen > 0,5 (skor loading > 0,5 ) serta skor rata-rata Cronbach Alpha yaitu 0,8 ( memenuhi syarat Cronbach Alpha > 0,6) dan skor rata – rata Composite reability yaitu 0,8 ( memenuhi syarat Composite reability > 0,7). Oleh karena itu dikarenakan adanya hasil validitas serta adanya ruang lingkup yang sama dan dipandang atau diakui secara keseluruhan alat ukur / kuesioner tersebut sudah dapat dikatakan valid dan reliable.