bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tentang Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan data-data yang menggambarkan keadaan
keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui
keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lapoaran keuangan anatara
lain para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur,
bankers, investor, karyawan, dan masyarakat.
Menurut Harahap (2004:105) menyatakan :
laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis
laporan keuangan yang lazim dikenal adalah Neraca, Laporan rugi Laba,
Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan posisi Keuangan.
Sedangkan Riyanto (2001:15) menyatakan :
laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya keuangan suatu
perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan
modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya
dalam satu tahun.
23
24
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data data keuangan
ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan
laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikut:
a. menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi,
b. laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian masa lalu,
c. laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa
depan. Dari pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan
kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2.1.3. Komponen laporan Keuangan
Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan
menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang
berkepentingan atas suatu perusahaan ini. Mengenai laporan keuangan yang
disajikan dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia, (2007:2)
25
menyatakan “laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen
berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas
dan catatan
atas laporan keuangan.”
a. Neraca (Balance Sheet)
Pendapat Skousen (2001:41) yang dimaksud dengan neraca adalah
laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban
perusahaan (hutang), dan perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa
yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas.
Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang
berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum
dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak
berwujud lainnya (intangible assets) misalnya
goodwill, hak patent, hak
menerbitkan dan sebagainya.
Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama
yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva juga dapat digolongkan
seperti di bawah ini.
1) Harta lancar yaitu harta yang berupa uang tunai yang dapat digunakan
dalam jangka pendek
2) Investasi jangka panjang yaitu pernyertaan atau penanaman modal pada
perusahaan lain dalam jangka panjang untuk memperoleh pendapatan
3) Harta tetap yaitu kekayaan perusahaan yang pemakainya dalam waktu
lama serta mempunyai nilai material.
4) Harta tetap tidak berwujud yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh
perusahaan yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai nilai fisik
26
5) Harta lain-lain yaitu harta yang tidak dapat dikelompokkan dalam empat
jenis aktiva di atas.
Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah seperti di bawah ini.
1) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan. Kas meliputi koin, uang kertas, cek yang diterima dari
langganan dan simpanan perusahaan di bank yang dapat ditarik tanpa
pembatasan dari bank bersangkutan. Dalam prakteknya, perusahaan
biasanya bisa memiliki beberapa rekening. Misalnya, satu untuk
pembayaran kas umum dan satu lagi untuk pembayaran gaji.
2) Investasi jangka pendek (marketable securities), adalah investasi yang
sifatnya sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang
sementara tidak dibutuhkan alat operasional perusahaan. Yang termasuk
dalam investasi jangka pendek adalah: deposito di bank, surat-surat
berharga yang berwujud saham, sertifikat bank dan lain-lain investasi
yang mudah diperjualbelikan.
3) Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam bentuk wesel yang diatur dalam undang-undang (suatu
utang formal). Sepanjang piutang wesel diperkirakan akan Universitas
Sumatera Utaratertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam
neraca sebagai aktiva lancar.
4) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kreditur) sebagai
akibat dari penjualan barang secara kredit. Piutang dagang ini
diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek,
27
seperti 30 atau 60 hari. Piutang dagang biasanya disajikan dalam neraca
sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai normal piutang dikurangi dengan
cadangan kerugian piutang.
5) Persediaan, untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan persediaan
adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal
neraca masih berada di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan
manufacturing, persediaan yang dimiliki meliputi: persediaan bahan
mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam
operasional perusahaan, yang secara terus menerus akan diperoleh atau
diproduksi untuk dijual.
6) Pendapatan yang masih harus diterima, adalah pendapatan yang sudah
menjadi
hak
jasa/prestasinya,
perusahaan
tetapi
karena
belum
perusahaan
menerima
telah
memberikan
pembayaran
sehingga
merupakan tagihan.
7) Biaya dibayar di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh
jasa/prestasi, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa
tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini.
b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang
dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang
didapat dalam suatu periode. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:10)
28
laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan, laba rugi
usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan
asosiasi
yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau
rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba
atau rugi bersih untuk periode berjalan.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang
terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan
perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai tambahan atau pengurangan
ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan
laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan
pribadi.
d. Laporan Arus Kas
Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan keterjadian
perusahaan
yang
mempunyai
konsekuensi
kas.
Laporan
arus
kas
menggambarkan keadaan masa yang akan datamg, karena informasinya dapat
digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang akan datang.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen.
29
f.
Laporan Posisi keuangan Pada Awal Periode
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.2 . Tinjauan Umum Modal
2.2.1. Pengertian Modal
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi
dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi
besar, maka modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Masalah modal dalam
perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa
masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga
saat ini di antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa
yang disebut modal.
Jika di lihat dari sejarahnya, maka pengertian modal awalnya adalah physical
oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya pengertian modal yang
klasik, “dimana arti dari modal itu sendiri adalah sebagai hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”. Dalam perkembangannya ternyata
pengertian modal mulai bersifat non-physical oriented, dimana pengertian modal
tersebut lebih ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau
menggunakan, yang terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal
ini belum ada kesesuaian pendapat di antara para ahli ekonomi sendiri.
30
Dalam hal ini Bambang Riyanto menuliskan dalam bukunya definisi modal
menurut beberapa penulis.
Pengertian modal dari beberapa penulis, yaitu sebagai berikut:
1. Liitge mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital).
2. Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di
mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun
dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan,
dan lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada
kekuasaan menggunakannya, yaitu antara lain J.B. Clark.
3. A. Amonn J. von Komorzynsky, yang memandang modal sebagai kekuasaan
menggunakan barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi
harapan yang akan dicapainya.
4. Meij mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang
terdapat dalam neraca sebelah debit, sedangkan yang dimaksud dengan barangbarang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan
dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.
5. Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasan untuk menggunakan barangbarang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit.
Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah barang-barang yang
ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca
sebelah debit.
6. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret yang
masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah
31
debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang
tercatat di sebelah kredit”.
2.2.2. Sumber Modal
Bambang Riyanto dalam bukunya memaparkan sumber modal sebagai
berikut:
a. Modal Asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan
modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus di bayar kembali.
Modal asing di bagi ke dalam tiga golongan yaitu utang jangka pendek, utang
jangka menengah dan utang jangka panjang.
1) Utang Jangka Pendek (Short-Term Debt)
Modal asing jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya
paling lama satu tahun. Adapun jenis-jenis yang termasuk ke dalam modal
asing jangka pendek adalah rekening koran, kredit dari penjual, kredit dari
pembeli dan kredit wesel.
a) Rekening Koran
Kredit rekening koran adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada
perusahaan dengan batasan tertentu dimana perusahaan mengambilnya
tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan
32
kebutuhannya, dan bunga yang di bayar hanya untuk jumlah yang telah di
ambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari
jumlah tersebut.
b) Kredit Dari Penjual
Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit
ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit. Apabila
penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual baru menerima
pembayaran dari barang yang dijualnya beberapa waktu kemudian setelah
barang diserahkan. Selama ini pembeli atau langganan dapat dikatakan
menerima ”kredit penjual” dari penjual atau produsen. Selama waktu
itupun berarti penjual atau produsen memberikan ”kredit penjual” kepada
pembeli atau langganan. Pada umumnya perusahaan yang memberi kredit
penjual adalah perusahaan industri, sedangkan perusahaan yang menerima
adalah perusahaan perdagangan.
c) Kredit Dari Pembeli
Kredit pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai
pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya atau barangbarang lainnya. Di sini pembeli membayar harga barang yang dibelinya
lebih dahulu, dan setelah beberapa waktu barulah pembeli menerima
barang yang dibelinya. Selama waktu itu dapat dikatakan bahwa pembeli
memberikan ”kredit pembeli” kepada panjual/ pemasok bahan mentah atau
barang dagang. Pada umumnya kredit pembeli diberikan kepada
33
perusahaan-perusahaan agraria yang menghasilkan bahan dasar, dan kredit
agraria tersebut sebagai bahan dasarnya.
d) Kredit Wesel
Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan
ini diberikan oleh perusahaan-perusahaan industri yang mengerjakan hasil
”surat pengakuan utang” yang berisikan kesanggupan untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu (surat
promes/ notes payables), dan setelah ditandatangani surat tersebut dapat di
jual atau diuangkan pada bank. Dari surat tersebut diperoleh uang sebesar
apa yang tercantum dalam surat utang tersebut dikurangi dengan bunga
sampai hari jatuh temponya. Dengan demikian maka ini berarti bahwa
pihak yang mengeluarkan surat utang tersebut menerima kredit selama
waktu mulai diuangkannya sampai saat dimana utang tersebut harus di
bayar. Bagi bank atau pihak yang membeli promes tersebut (pembeli
kredit), surat utang tersebut merupakan tagihan atau wesel tagih (notes
receivables), dan bagi pihak yang mengeluarkan surat utang, surat utang
tersebut merupakan utang wesel (notes payables).
2) Utang Jangka Menengah (Intermediate-Term Debt)
Modal asing atau utang jangka menengah adalah utang yang jangka
waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Bentuk utama dari
kredit jangka menengah adalah term loan dan leasing.
34
a) Term Loan
Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan
angsuran tetap selama suatu periode tertentu (amorization payment),
misalkan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan, setiap kuartal atau
setiap tahun. Term loan ini biasanya diberikan oleh bank dagang,
perusahaan asuransi, supplier atau manufaktur.
b) Leasing
Bentuk lain dari intermediate-term debt adalah leasing. Apabila kita
ingin memiliki suatu aktiva, tetapi hanya menginginkan service dari aktiva
tersebut, kita dapat memperoleh hak penggunaan atas suatu aktiva itu
tanpa disertai dengan hak milik, dengan cara mengadakan kontrak leasing
untuk aktiva tersebut. Dengan demikian leasing adalah suatu alat atau cara
untuk mendapatkan service dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya
sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan
service dan hak milik atas aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak
disertakan hak milik. Lebih khususnya leasing adalah persetujuan atas
dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva (lessor) menginginkan pihak lain
(lessee) untuk menggunakan jasa atas aktiva tersebut selama suatu periode
tertentu. Ada tiga bentuk utama dari leasing yaitu sale and leaseback,
services leases dan financial lease.
35
 Sale and leaseback
Sale and leaseback yaitu pemilik aktiva menjual aktivanya
kepada leasing cooporation atau bank, dan bersama dengan itu dibuat
kontrak leasing untuk menggunakan kembali aktiva yang telah dijual
oleh pemilik aktiva tersebut selama periode tertentu dengan syarat
tertentu. Dalam hal ini pembeli aktiva menjadi lessor (yang
menyewakan) dan penjual aktiva akan menjadi leasse (penyewa).

Service leases
Service leases atau operating lease memberikan service baik
mengenai bidang financialnya maupun mengenai pemeliharaannya
dalam bentuk aktiva atau perlengkapan. Dalam bentuk leasing ini sering
terdapat
kausal
yang
memberikan
hak
kepada
leasse
untuk
membatalkan leasing itu dan mengembalikan peralatan itu kepada
lessor sebelum habis waktu berlakunya tersebut. Misalnya karena faktor
keusangan.

Financial leasing
Financial leasing yaitu bentuk leasing yang tidak memberikan
pemeliharaan atau maintenance service, tidak dapat dibatalkan dan
harus diangsur, dalam hal ini lessor menerima pembayaran sewa dari
leasse yang meliputi harga penuh dan bunga yang diinginkan lessor.
36
3) Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt)
Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah
panjang,
umumnya lebih dari 10 tahun. Utang jangka panjang umumnya
digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut
meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama
dari
utang jangka panjang adalah:
a) Pinjaman Obligasi (Bonds-Payables)
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang
mempunyai nominal tertentu. Pembayaran kembali pinjaman obligasi
dapat dijalankan secara sekaligus pada hari jatuh temponya atau berangsur
setiap tahunnya. Apabila pelunasan sekaligus, maka sistem ini disebut
”shinkin funf system” sedangkan jika secara berangsur disebut
”amortization system”. Ada tiga macam jenis obligasi yaitu obligasi biasa,
obligasi pendapatan dan obligasi yang dapat ditukarkan.

Obligasi Biasa (Bonds )
Obligasi biasa ialah obligasi yang bunganya tetap di bayar oleh
debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang debitur
memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya coupon (bunga obligasi)
di bayar dua kali setiap tahunnya.

Obligasi Pendapatan (Income bonds)
37
Income bonds adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga
hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang
mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan. Tetapi
disini debitur mempunyai “hak kumulatif” artinya apabila pada suatu
tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga,
dan
apabila
di
tahun
kemudiannya
perusahaan
mendapatkan
keuntungan, maka kreditur tersebut berhak untuk menuntut bunga dari
tahun yang tidak di bayar itu.

Obligasi yang dapat di Tukar (Convertible bonds)
Convertible bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan
kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu
menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian maka jenis obligasi ini memungkinkan pemegang
untuk mengubah statusnya, yaitu dari kreditur menjadi pemilik.
b) Pinjaman Hipotik (Mortgage)
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi
uang (kreditur) di beri hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak,
agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu
dapat di jual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk
menutup tagihannya.
38
b. Modal Sendiri
Menurut Wasis ( 1981 ) dalam sruktur modal konservatif, susunan modal
menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan
hutang dalam pembiayaan perusahaan mengandung resiko yang lebih besar
dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Menurut Sundjaja at . al (
2003,324 )
modal sendiri / equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang
disediakan oleh penilik perusahaan (pemegang saham ), yang terdiri dari
berbagai jenis saham ( saham preferen dan saham biasa )serta laba ditahan .
Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost.
Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap
perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang
saham adalah pihak pertama yangmenanggung resiko perusahaan. Modal sendiri
atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam
perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman
memiliki jatuh tempo.Ada dua sumber modal utama dari modal sendiri yaitu :
1)
Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak
istimewa yang menjadikanya lebih senior atau lebih diprioritaskan dari
pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham
preferen dalam jumlah yang banyak.Beberapa keuntungan penggunaan saham
39
preferen bagi manajemen menurut Sundjaja at. al ( 2003 ) adalah sebagai
berikut:
 Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.

pada posisi menundatanpa mengambil resiko untuk memaksakan jika
Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap
usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar
pokoknya.

Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian
saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui hutang baru dan
divestasi.
2)
Modal saham biasa
Pemilik
perusahaan
adalah
pemegang
saham
biasa
yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa
yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang - kadang disebut pemilik
residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas
pendapatan dan asset telah dipenuhi.
Ada beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi
kepentingan manajemen (perusahaan ), menurut Sundjaja at. al .(2003), yaitu:

Saham biasa tidak memberi deviden tetap. Jika perusahaan dapat
memperoleh laba, pemegang saham biasa akan memperoleh deviden.
Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya tetap ( merupakan
biaya tetap bagi perusahaan ), perusahaan tidak diharuskan oleh hukum
untuk selalu membayar deviden kepada para pemegang saham biasa.
40


Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo.
Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas rugi yang
diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan meningkatkan
kredibilitas perusahaan.

Saham biasa dapat, pada saat - saat tertentu, dijual lebih mudah
dibandingkan bentuk hutang lainnya. Saham biasa mempunyai daya tarik
tersendiri bagi kelompok - kelompok investor sendiri karena : dapat
memberikan pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan bentuk hutang
lain atau saham preferen. dan mewakili kepemilikan perusahaan, saham
biasa menyediakan para investor benteng proteksi terhadap inflasi secara
lebih baik di banding saham preferen atau obligasi. Umumnya, saham
biasa meningkat nilainya jika nilai aktiva riil juga meningkat selama
periode inflasi.

Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam bentuk
keuntungan modal merupakan objek tarif pajak penghasilan rendah.
pemilik yang menyetorkan modal akan menjadi penanggung resiko yang
pertama. Artinyabahwa pihak non pemilik tidak akan menderita kerugian
sebelum kewajiban dari pemilik ditunaikan seluruhnya. Kerugian
perusahaan pertama - tama harus dibedakan kepada pemilik.
Dari segi investor keuntungan menggunakan saham ( modal sendiri
)adalah memiliki hak suara ( hak kendali ) dalam perusahaan, tidak ada jatuh
tempo, karena menanggung resiko yang lebih besar, maka kompensasi bagi
41
pemegang modal sendiri lebih tinggi di banding dengan pemegang modal
pinjaman.
2.3. Tinjauan Umum Struktur Modal dan Struktur Utang
2.3.1.Tinjauan Umum tentang Struktur Modal
2.3.1.1. Pengertian Struktur Modal
Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan
sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham
preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), struktur modal adalah
proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana
dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal
dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal
dari dalam dan luar perusahaan.
Menurut Husnan Suad (2004) struktur modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri.
Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor
dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian
investasinya.
42
Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut penulis dapat menyimpulkan
bahwa struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
belanja
perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari
dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah
struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek.
2.3.1.2. Faktor yang mempengaruhi struktur modal
1) Kelangsungan hidup jangka panjang ( Long – run viability ).
Manajer perusahaan, khusunya yang menyediakan produk dan jasa
yang penting, memiliki tanggung jawab untuk menyediakan jasa yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat
penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka
panjang perusahaan.
2) Konsevatisme manajemen
Manajer yang bersifat konservatif cenderung menggunakan tingkat
hutang yang “ konservatif “ pula ( sedikit hutang ) dari pada berusaha
memaksimumkan nilai perusahaan dengan menggunakan lebih banyak
hutang.
3) Pengawasan
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat
pengawasan dari pihak kreditor ( misalnya, melalui kontrak perjanjian atau
covenaut ). Pengawasan ini dapat mengurangi fleksibilitas manajemen dalam
membuat keputusan perusahaan.
43
1) Struktur aktiva
hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar. Misalnya ,
perusahaan real estate cenderung menggunakan hutang yang lebih besar dari
Perusahaan yang memiliki aktiva yang digunakan sebagai agunan
pada perusahaan yang bergerak pada bidang riset teknologi
5) Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis ( variabilitas keuntungannya )
tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar ( karena
kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi ). Tinggi rendahnya risiko
bisnis ini dapat dilihat antara lain dari stabilitas harga dan unit penjualan,
stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating leverage, dll.
6) Tingkat pertumbuhan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan
modal yang besar. Karena biaya penjualan ( flotation cost ) untuk hutang pada
umumnya lebih rendah dari fenation cost untuk jaminan, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak
hutang dbanding dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah.
7) Pajak
Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak,
sedangkan pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh
44
karena itu , semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar
keuntungan dari penggunaan pajak.
8) Cadangan kapasitas peminjaman
Penggunaan hutang akan meningkatkan risiko, sehingga biaya mosal
akan
meningkat.Perusahaan
harus
mempertimbangkan
suatu
tingkat
penggunaan hutang yang masihmemberikan kemungkinan menambah hutang
di masa mendatang dengan biaya yang relatif rendah.
9) Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan
dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan
lebih kecil. Ukuran
perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih
besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan
usahanya
10) Profitabilitas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai
internal funding. Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki
dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas
rendah.Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
menggunakan utang yang relative kecil.
investasi
45
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara
internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti
semakin rendah utang.
2.3.2. Tinjauan Umum Tentang Struktur Utang
Struktur hutang menjelaskan komposisi jangka waktu hutang yang
dipergunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, bagaimana komposisi hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang yang dipergunakan perusahaan. Diantara
kelompok hutang jangka pendek ini, terdapat kelompok hutang yang merupakan
variable keputusan pasif.
Disamping sumber dana yang bersifat spontan (variable keputusan pasif),
komponen hutang lancar lain juga ada yang bersifat keputusan aktif. Seperti
misalnya hutang bank. Perusahaan harus menentukan berapa banyak hutang akan
ditarik, berapa lama jangka waktu hutang tersebut, bagaimana dengan masalah
agunan kredit tersebut, dan sebagainya. Dengan kata lain, perusahaan harus secara
aktif mencari dan mendapatkan sumber dana tersebut.
Dalam situasi pasar modal sempurna, maka penggunaan hutang jangka
pendek atau hutang jangka panjang akan membawa dampak yang sama bagi nilai
perusahaan. Dengan kata lain, pemilihan jangka waktu hutang menjadi tidak
relevan dalam situasi pasar modal yang sempurna, karena semua kewajiban
46
keuangan perusahaan akan mempunyai biaya yang sama dengan menggunakan
dasar ekuivalen kepastian.
Apabila pasar modal ternyata tidak sempurna, maka kewajiban financial
yang berbeda mungkin mempunyai biaya ekuivalen yang berbeda. Semakin pendek
jangka
waktu
kewajiban
financial,
semakin
besar
kemungkinan
harus
memperpanjang, semakin besar biaya perpanjangan yang harus dikeluarkan, dan
kemungkinan
mengalami
kesulitan
keuangan
(dan
menanggung
biaya
kebangkrutan)
2.3.2.1 Pengertian Struktur Utang
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana.
Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi
maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Selain dana dari modal sendiri, perusahaan
memerlukan pinjaman atau hutang dari bank atau peusahaan lain. Dengan
adanya pinjaman atau hutang dari pihak lain bisa meminimumkan biaya modal.
Rasio Hutang merupakan rasio yang mengukur berapa besar aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan. Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio
hutang ( debt ratio ), mengukur persentase besarnya dana yang berasl dari
hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh
perusahaan baik yang berjangka pendek maupun berjangka panjang. Kreditor
lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi
47
semakin baik. Untuk mengukur besarnya debt ratio bias dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
atau
Menurut Munawir (2004:18) ”Hutang adalah kewajiban keuangan
perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasl dari kreditur”.
Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang
lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar
meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu
tahun atau kurang tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan)
dengan cara mengurang aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau
dengan cara menimbulkan hutang lancar yang lain.Hutang lancar dapat dibagi
atas:
1) hutang dagang yaitu hutang yang timbul karena adanya transaksi pembelian
secara kredit dimana pelunasannya harus dilakukan dalam jangka pendek,
2) hutang pajak yaitu kewajiban perusahaan yang harus segera dilunasi kepada
pemerintah atas pajak yang dikenakan,
48
3) hutang dividen yaitu bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang
saham,
4) pendapatan
yang diterima dimuka,
Hutang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul dari
kegiatan atau transaksi yang lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu tahu
ditinjau dari tanggal neraca.Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan
atau kekayaan perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva
dikurangi hutang. Menurut Munawir (2004:19) :
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan.
Hutang adalah kewajiban-kewajiban ekonomis dari perusahaan yang
diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim diterima.
Hutang juga meliputi berbagai deffered credits yang bukan merupakan
kewajiban-kewajiban tetapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang lazim diterima.
Dapat ditambahkan bahwa hutang diukur menurut jumlah yang ditetapkan
dalam transaksi pertukaran yang bersangkutan, biasanya sebesar jumlah yang
akan dibayarkan, namun kadang – kadang memuat nilai yang telah
didiskontokan.
49
2.3.2.2. Jenis - Jenis Utang
1) Hutang Jangka Pendek
Sumber pendanaan Hutang jangka pendek dikelompokkan menjadi:
a) Variable Keputusan Pasif,
Adalah jumlah sumber dana tersebut akan tergantung pada
keputusan aspek yang lainnya sesuai dengan aktivitas perusahaan.
Misalnya: pembelian bahan baku secara kredit, rekening-rekening
accruals.
b) Variable Keputusan Aktif,
Yakni perusahaan harus secara aktif mencari dan mendapatkan
sumber dana dan dalam memperolehnya harus mempunyai perjanjianperjanjian formal kepada Kreditor, misalnya: hutang Bank.
2) Hutang Jangka Menengah
Pada jenis hutang ini biasanya pembayaran hutang dilunasi pada saat
aktiva yang dibiayai dengan hutang tersebut tidak lagi diperlukan. Akan
tetapi, pembayaran biasanya juga dilakukan secara berkala. Manfaat hutang
ini yaitu bahwa hutang tersebut dapat disesuaikan dengan kesediaan arus kas
dalam melunasi hutang tersebut.
3) Hutang Jangka Panjang
Pada umumnya hutang jangka panjang mempunyai waktu sekitar lebih
dari 5 tahun, bahkan ada yang beranggapan bahwa hutang ini mempunyai
jangka waktu 10 tahun. Hutang jangka panjang mempunyai kaitan dengan
50
struktur modal. Apabila perusahaan meminjam dana dan mengembalikannya
dalam jangka waktu yang relatif lama maka pinjaman/hutang tersebut akan
menjadi
bagian dari struktur modal perusahaan.
Perbandingan antara hutang jangka panjang yang bersifat pinjaman dan
modal sendiri biasanya didefinisikan sebagai modal. Hutang jangka panjang
juga
terbentuk akibat diperpanjangnya pinjaman/ hutang jangka pendek
maupun
hutang jangka menengah, hal itu dilihat atas dasar waktu pembayaran
hutang tersebut.Jenis-jenis hutang jangka panjang yaitu : Obligasi, Hipotik,
dan Kredit Investasi
2.3.2.3. Teori Tentang Kebijakan Hutang
1) Static trade of theory
Static trade off berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan
ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika
utang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost (biaya agensi)
ketika utang meningkat pada sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan
pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka
perusahaan masih bisa meningkatkan utangnya dan peningkatan utang harus
dihentikan ketika pengurangan pajak atas tambahan utang tersebut sudah
lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan agency cost. Model Static
Trade off ini merupakan evolusi atau pengembangan dari teori irrelevancenya Modigliani dan Miller dan saat ini merupakan mainstream dari teori
struktur modal. Zaenal Arifin (2005) dalam Annisa’u (2007) mendasarkan
51
pada Trade off perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang
ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
2) Pecking order theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa :
a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan berwujud laba ditahan).
b)
Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu,
yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru
akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target ratio, karena ada dua
jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal
dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal
dari luar perusahaan (Suad Husnan, 1996). Menurut (Myers, 1996 dalam
penelitian Susetyo 2006) perusahaan lebih
menyukai
penggunaan
pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba
ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan
mengacu pada packing order theory adalah : internal fund (dana internal),
debt (utang), dan equity (Kaaro, 2001).
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk
tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa
memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan
52
publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal
lebih disukai dalam bentuk utang daripada modal sendiri karena dua alasan.
Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah
dari biaya emisi saham baru (Suad Husnan, 1996), hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua,
manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai
kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini
disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara
pihak manajemen dengan pihak pemodal.
3) Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C Jenson dan William H.
Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998;482) manajemen
merupakan agen dari pemgang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para
pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka
sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Kegiatan pengawasan
tentu saja membutuhkan biaya yang disebut biaya agensi. Biaya agensi
menurut Horne dan Wachowicz (1998;482) adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa
manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual
perusahaan dengan kreditor dan pemeganga saham. Semakin besar peluang
timbulnya pengawasan, semakin tinggi tinkat bunga, dan semakin rendah
nilai perusahaan bagi pemgang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai
diisensif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah besar.
53
4) Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (1999; 36) adalah
suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk
bagi para investor tentang bagaimana manejemen memendang prospek
perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (1999; 36), perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham
dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara
lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk
menjual sahamnya.
5) Asymmetric Information Theory
Gordon Donaldson dalam Myers (1984) mengajukan teori tentang
asimetri informasi (pecking order) manajemen perusahaan tahu lebih
banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika
manajeman perusahaan ingin memaksimumkan nilai untuk pemegang
saham saat ini maka ada kecenderungan bahwa: a) jika perusahan
mempunyai prospek yang cerah, manajeman tidak akan menerbitkan saham
baru tetapi menggunakan laba di tahan, b) jika prospek kurang baik
manajemen menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana. Dengan
adanya asimetri informasi para investor tahu kecenderungan ini sehingga
mereka melihat penawaran saham baru adalah sinyal buruk, sehingga harga
saham perusahaan cenderung turun. Implikasi dari hal ini adalah perusahaan
seharusnya berusaha memperkecil penerbitan saham, sehingga para manajer
54
lebih menyukai membiayai kesempatan investasinya dengan laba ditahan,
diamana tidak ada masalah asimetri informasi dan menggunakan hutang
yang memilikki resiko lebih rendah. Hal ini konsisten dengan POT (Bayless
dan Diltz, 1994).
2.3.2.4. Tujuan dari Manajemen Utang
Dalam pengertian dasar, tujuan dari manajemen hutang ialah untuk
menjamin bahwa perusahhaan memiliki “kecukupan kas” yaitu kesanggupan
untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan kas bagi setiap tujuan yang penting
bagi kesatuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan. Jadi
tidak hanya untuk menghindari ketidakmampuan untuk membayar hutang atau
kebangkrutan. Ditinjau dari sudut controller, tujuan yang lebih spesifik dari
manajemen hutang dapat mencakup hal – hal sebagai berikut :
1) Pencatatan dan pengungkapan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim diterima mengenai kewajiban keuangan perusahaan.
2) Pelaporan hutang perusahaan dalam bentuk selayaknya, sebagaimana
duharuskan oleh perjanjian atau persetujuan kredit.
3) Melalui perencanaan dan pengendalian yang efektif, memelihara suatu
struktur keuangan yang sehat, termasuk memlihara hubungan yang wajar
antara hutang dengan modal sendiri.
4) Kelanjutan dari kemampuan untuk mendapatkan dana-dana pinjaman yang
diperlukan tepat pada waktunya dan dengan beban biaya yang bersaing.
55
5) Untuk melaksanakan dan memelihara pengendalian-pengendalian yang
membatasi komitmen dalam batas-batas yang ditetapkan dengan baik
sehingga mereka pada akhirnya tidak menjadikan hutang berlebihan dan
sangat memberatkan.
2.3.2.5. Perecanan Utang
Meskipun hutang bermula dari keadaan yang ada sekarang, namun yang
lebih penting manajemen hutang mencakup merencanakan tingkatan dari semua
jenis kewajiban untuk masa mendatang yang dapat diterima secara berhati – hati
oleh perusahaan. Dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang,
besarnya hutang dagang, biaya – biaya yang ditangguhkan, dan semua jenis
hutang yang penting harus diketahui. Harus dipastikan bahwa tingkatan hutang
berada dalam norma – norma yang dapat diterima dan bahwa perusahaan dapat
bertahan pada masa – masa yang burukdalam dirinya sendiri, dalam sector
industrinya, dan tentu saja dalam perekonomian secara umum, dengan adanya
beban hutang tersebut. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan jangka panjang
dari perusahaan mengharuskan adanya perencanaan struktur hutang (dan modal
yang berhubungan) sehingga dana tersedia pada saat diperlukan dan dengan
biaya, yang diperbandingkan, dapat diterima.
2.3.2.6. Resiko Utang Jangka Panjang
Dalam mempertimbangkan “pembiayaan jangka panjang”, yang dimaksud
adalah struktur dari hutang jangka panjang dan modal sendiri, mungkin tujuan
dari eksekutif keuangan adalah mengatur bagian – bagian keuangan sedemikian
56
rupa sehingga para pemegang saham, para pemilik, akan menerima manfaat
ekonomis yang maksimum selama jangka yang lebih panjang. Dapat
dipertunjukkan
melalui suatu jangka waktu tertentu, dengan mengasumsikan
profitabilitas normal dan dapat dikuranginya ongkos bunga untuk tujuan
perpajakan, bahwa pinjaman yang berhati – hati akan menaikkan hasil
pengembalian
bagi pemegang saham. Walaupun diketahui adanya keuntungan
potensial ini, tetapi terdapat suatu faktor yang negative yang akan menekan
yang
keinginan untuk menggunakan hutang jangka panjang semaksimal yang tersedia.
2.3.2.7. Standar untuk Kapasitas Utang
Secara konvensional terdapat dua jenis norma dengan mana dapat
dipertimbangkan kapasitas hutang jangka panjang,yaitu :
1. Suatu norma kapitalisasi
2. Suatu norma peliputan penghasilan
Dalam mencapai suatu kebijaksanaan hutang bagi suatu perusahaan
tertentu, masing – masing ratio itu harus dipertimbangkan dan saling dikaitkan.
Dalam pengerjaan dengan data yang dihasilkan dari intern perusahaan,
controller dapat membuat perbaikan yang biasanya tidak dimungkinkan dengan
data umum dari perusahaan lain. Ia lalu dapat menuntun manajemen mengenai
hubungan yang dapat diterima.
Suatu norma yang telah dipergunakan secara luas, yang sering telah
dipergunakan sebagai suatu kendala dalam perjanjian kredit, adalah ratio
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Dengan demikian, hutang
57
jangka panjang tidak boleh melebihi , katakanlah 25% dari modal sendiri.
Ratio itu dapat juga dinyatakan sebagai suatu persentase dari total kapitalisasi.
Norma peliputan pendapatan mengukur jumlah tahunan yang diperlukan
untuk beban hutang terhadap penghasilan bersih yang tersedia untuk
memenuhi beban hutang. Dengan menghubungkan arus kas ke luar per tahun
untuk beban hutang (dan mungkin untuk unsur-unsur) dengan pendapatan
bersih yang tersedian untuk tujuan ini, cara itu mencoba untuk memastikan
bahwa dalam waktu yang buruk sekalipun terdapat cukup dana untuk
memenuhi kewajiban.
2.3.2.8. Laporan Akuntansi untuk Utang
Laporan – laporan sehubungan dengan manajemen hutang akan tergantung
kepada kebutuhan perusahaan. Sejumlah terbatas laporan diperlukan untuk
memonitor status yang sebenarnya dan untuk perencanaan jangka pendek dan
jangka panjang. Suatu daftar usaha mencakup yang berikut ini :
1) Laporan bulanan kondisi keuangan yang lazim.
2) Laporan bulanan atau triwulan yang membandingkan hutang – hutang
yang sebenarnya per kategori secara terperinci dengan jumlah yang
diperkenankan menurut perjanjian kredit.
3) Laporan perencanaan yang membandingkan hutang yang diperlukan
dengan persetujuan kredit dan kapasitas hutang.
4) Analisa berskala mengenai hutang – hutang khusus:
a) Sewa (Leasing) jangka panjang.
58
b) Hutang dari perkiraan pension tanpa dana.
c) Hutang dengan adanya peraturan kesehatan dan kesejahteraan para
pegawai.
Penggolongan hutang – hutang menurut umur. Perbandingan antara
kewajiban yang sebenarnya dengan yang dianggarkan. Laporan hutang
terperinci sebagaimana diharuskan menurut perjanjian kredit. Ikhtisar
berkala menenai hutang – hutang bersyarat. Taksiran pembayaran kas /
bank yang diperlukan.
5) Laporan atas potongan tunai yang diambil atau yang dilewatkan.
2.4. Tinjauan Umum Rentabilitas
Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihak
manajemen perusahaan akan dapat melakukan rencana-rencana untuk menentukan
tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah melakukan analisa
rentabilitas yang berikaitan dengan peningkatan efisiensi kerja perusahaan.
2.4.1. Pengertian Rentabilitas
Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara
laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal, dalam hal ini penulis
akan mengemukakan beberapa pendapat antara lain:
59
Menurut pendapat S. Munawir, pengertian tentang rentabilitas sebagai
berikut:
“Rentabilitas
atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Sedangkan menurut Bambang Riyanto memberikan pengertian rentabilitas
adalah sebagai berikut:
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain
rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas
suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan yang
bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan.
Oleh karena rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan
di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara menggunakan tingkat
rentabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik.
Dengan demikian maka jelaslah bahwa rentabilitas merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi suatu perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap
perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar asset
rentabilitas sesuai dengan standar.
Pada dasarnya profitabilitas dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Perbandingan laba terhadap penjualan.
2. Perbandingan laba terhadap aktiva.
60
Perbandingan antara laba dengan penjualan dikenal dengan profit on sales,
sedangkan perbandingan antara laba dengan aktiva dikenal dengan return on assets,
sering juga disebut dengan rentabilitas.
2.4.2. Jenis- Jenis Rentabilitas
2.4.2.1.
Rentabilitas Ekonomis (Earning Power)
Yang dimaksud dengan rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara
laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase. Oleh karena
pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi suatu
perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk menghasilkan laba.
Rentabilitas Ekonomis adalah membandingkan laba/rentabilitas yang
diperoleh perusahaan tersebut dengan seluruh modalnya, baik modal asing
maupun modal sendiri. Dalam menghitung rentabilitas ekonomis ini modal
sendiri maupun modal asing tidak diadakan perbedaan dan dianggap sebagai
suatu kesatuan.
Menurut Bambang Riyanto, bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis
ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu:
1) Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net
sales, perbandingan mana dinyatakan dengan persentase.
61
2) Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu
kecepatan perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu.
Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales
dengan operating assets.
Untuk dapat menaikkan rentabilitas ekonomis atau earning power dari
suatu perusahaan, maka baiklah penulis mengemukakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi earning power adalah sebagai berikut:

Profit margin
Yang dimaksud dengan profit margin adalah perbandingan antara net
operating income dengan sales atau penjualan bersih dan dinyatakan dalam
persentase, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Turnover operating asset (Tingkat perputaran modal usaha)
Yaitu dengan cara membandingkan antara net sales atau penjualan bersih
dengan operating asset atau modal usaha, dan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
-
62
Return On Asset (ROA)

Rasio ini menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomis yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bersih. Dengan kata lain, berapa laba yang diperoleh atas setiap rupiah
yang tertanam dalam aktiva. Rumus ROA adalah sebagai berikut :
Dengan dasar kedua faktor di atas, maka secara matematis dapat diketahui
besarnya rentabilitas ekonomis yaitu hasil kali antara profit margin dan turnover
of operating assets. Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomis dengan
memperbesar profit margin, ini berarti hubungan dengan usaha untuk
mempertinggi efisiensi di bidang produksi, penjualan dan pembenahan
administrasi.
Sedangkan
untuk
memperbesar
rentabilitas
ekonomis
dengan
memperbessar turnover of operating assets, dan berhubungan dengan
kebihaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun
aktiva tetap.
2.4.2.2. Rentabilitas Modal Sendiri
Yang dimaksud dengan rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan
antara jumlah laba dengan modal sendiri di pihak lain. Atau dengan kata lain
bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
63
modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
Namun di dalam perhitungan laba di sini ada perbedaan dengan rentabilitas
ekonomis
laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari operasi
perusahaan, sedangkan laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas modal
sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing atau
bunga
pinjaman dan pajak perseroan.
Menurut Sartono (2001), ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan
pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu
parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk
suatu periode waktu tertentu. Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya
laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan
semakin meningkatkan ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio antara laba
sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran
pemilik, laba tidak dibagi dan cadangan lain yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Brigham (2006), Return on Equity dapat dirumuskan sebagai berikut :
Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pemegang saham, rasio ini
tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham.
Dengan demikian maka jelaslah perbedaan antara rentabilitas ekonomis
dengan rentabilitas modal sendiri baik dari segi modal yang diperhitungkan
ataupun dari laba yang dipergunakan untuk menentukan tingkat rentabilitas bagi
64
suatu perusahaan.Menurut pendapat Bambang Riyanto, rentabilitas juga
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Rentabilitas ekonomis ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
dan dinyatakan dalam proses.
Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha ialah perbandingan antara
2.
jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak, jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba di pihak lain atau dengan kata lain
rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
2.5. Kajian Empiris ( Penelitian Terdahulu)
Penelitian Dionisius Styo Srihartanto, SE, Ak ( 2008 ) yang berjudul “Analisis
Pengaruh Kinerja Keuangan dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Return On
Equity “. Dengan Variabel Debt to Equity Ratio (DER), Profit Margin on Sales
(PMS), Total Asset Turnover, Institutional Ownership and Insider Ownership and
Return on Equity (ROE) dan dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROE.
Penelitian Mei Farida (2010) “Analisis Pengaruh Rasio leverage Keuangan dan
Pangsa Pasar terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Textilt dan Garment yang
Go Publi di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian yang dilakukan oleh Alaihi (2006) yang meneliti tentang “Pengaruh
struktur modal terhadap Return on Equity (ROE) pada PT. Fajar baizury & brother
65
Banda Aceh”, memperoleh hasil penelitian bahwa hubungan struktur modal terhadap
ROE lemah dan pengaruh struktur modal terhadap ROE negatif.
Penelitian
Asrori dan Atik (2002) berjudul “ Pengaruh Aktiva dan Hutang
Terhadap Return On Equity pada Perusahaan Tekstil dan Garmen Go Publik di Bursa
Efek Jakarta “ dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh antara struktur Utang dan
ROE. 
Download